Anda di halaman 1dari 9

MANAJEMEN DAN REKAYASA LALU LINTAS PADA

SIMPANG JALAN IMAM BONJOL – JALAN DAYA NASIONAL


DI KOTA PONTIANAK

Iwan Sarwoko 1), Slamet Widodo 2), Gusti Zulkifli Mulki 2)


iwansarwoko@gmail.com

Abstrak
Peningkatan perekonomian masyarakat berdampak terhadap peningkatan kebutuhan
transportasi yang perlu diantisipasi dengan dengan langkah-langkah untuk mengatur
keseimbangan antara penyediaan sarana dan prasarana transportasi dengan permintaannya.
Ketidakseimbangan antara supply dengan demand menimbulkan permasalahan lalu lintas.
Strategi jangka pendek untuk mengatasinya adalah dengan manajemen dan rekayasa lalu
lintas untuk meningkatkan kelancaran lalu lintas dengan memaksimalkan penggunaan ruang
jalan dan persimpangan sesuai dengan kapasitasnya. Manajemen dan rekayasa lalu lintas
tidak bisa dilakukan dengan hanya berdasarkan pengamatan kasat mata di lapangan karena
di dalamnya terdapat beberapa variabel yang harus diteliti dan dianalisis berdasarkan data
dari hasil survey lalu lintas. Penelitian ini dilakukan di persimpangan Jalan Imam Bonjol -
Jalan Daya Nasional (Simpang Untan) di Kota Pontianak. Hasil penelitian menunjukan
bahwa derajat kejenuhan pada simpang tersebut sebasar 0,93 dimana sudah melebihi nilai
0,75 menunjukkan bahwa kapasitas simpang sudah mulai jenuh untuk menampung arus lalu
lintas dengan kondisi pergerakan yang mulai tidak stabil. Terdapat 2 (dua) pilihan (alternatif)
manajemen dan rekayasa lalu lintas yang optimal untuk diterapkan, dimana kedua alternatif
ini sama-sama memberikan nilai derajat kejenuhan ≤ 0,75 yaitu larangan belok kanan bagi
arus lalu lintas dari jalan minor (Alternatif-2) dengan nilai derajat kejenuhan 0,66 dan
pengaturan dengan sinyal/APILL/Traffic Light pada kondisi setelah dilakukan pelebaran
jalan utama dan jalan minor (Alternatif-6) dengan nilai derahat kejenuhan 0,74.

Kata kunci : kinerja simpang, derajat kejenuhan, strategi manajemen dan rekayasa lalu lintas.

1. PENDAHULUAN Peningkatan kebutuhan transportasi


tersebut perlu dan diantisipasi dengan
1.1. Latar Belakang
dengan beberapa langkah untuk
Peningkatan ekonomi masyarakat mengatur keseimbangan antara
menuntut konsekuensi terhadap penyediaan jasa transportasi dengan
peningkatan kebutuhan transportasi permintannya. Ketidak seimbangan
yang selaras dengan pelaksanaan antara supply dengan demand sering
pembangunan untuk menunjang menimbulkan beberapa permasalahan
mobilitas orang dan distribusi barang. lalu lintas.

1
1. Alumni Prodi Magister Teknik Sipil FT UNTAN
2. Dosen Prodi Teknik Sipil FT UNTAN
Strategi untuk mengatasi masalah a. Penelitian dilakukan pada
lalu lintas adalah dengan melakukan persimpangan Jl. Imam Bonjol -
manajemen dan rekayasa lalu lintas Jl. Daya Nasional (Simpang
dengan mengoptimalkan penggunaan Untan) di Kota Pontianak.
ruang jalan dan persimpangan sesuai b. Penelitian diarahkan kepada
dengan kapasitasnya. karakteristik dan kinerja
Kondisi arus lalu lintas di sekitar persimpangan tersebut di atas
simpang Jl. Imam Bonjol-Jl. Daya untuk masa sekarang.
Nasional (Simpang Untan) terpantau
sudah mulai tidak stabil dan terkadang 1.4. Tujuan Penelitian
sudah mulai terdapat antrian, tundaan
Penelitian ini dilakukan dengan
dan kemacetan pada waktu-waktu
tujuan untuk :
tertentu dan pada kondisi tertentu,
sehingga perlu penerapan manajemen a. Memberikan gambaran kondisi
dan rekayasa lalu lintas. existing mengenai karakteristik
dan kinerja lalu lintas pada
1.2. Perumusan Masalah persimpangan Jl. Imam Bonjol -
Jl. Daya Nasional berdasarkan
Permasalahan lalu lintas pada
hitungan matematis dan teori-
persimpangan Jl. Imam Bonjol - Jl.
teori mengenai teknik lalu lintas.
Daya Nasional dapat dirumuskan
sebagai berikut : b. Menerapkan beberapa strategi
manajemen dan rekayasa lalu
a. Belum diterapkan manajemen dan
lintas pada simpang tersebut
rekayasa lalu lintas pada simpang
untuk memperbaiki tingkat
tersebut, seperti aturan prioritas,
pelayanan dan kinerja simpang.
peningkatan kapasitas maupun
dengan penggunaan Alat Pemberi
1.5. Kegunaan Penelitian
Isyarat Lalu Lintas (APILL)
sehingga sering terjadi tundaan Kegunaan atau manfaat dari
dan antrian yang menimbulkan penelitian ini adalah sebagai berikut :
kemacetan. a. Penelitian ini diharapkan dapat
b. Penerapan manajemen rekayasa memperkaya ilmu pengetahuan
lalu lintas yang dilakukan saat ini dan materi tentang manajemen
cenderung didasarkan pada dan rekayasa lalu lintas.
pengamatan secara kasat mata di b. Penelitian ini dapat dijadikan
lapangan tanpa didasari dengan sebagai bahan masukan bagi
data kinerja lalu lintas sehingga pembina dan penyelenggara lalu
terkadang hanya memindahkan lintas dalam penentuan kebijakan
permasalahan dari satu titik ke manajemen rekayasa lalu lintas
titik yang lain. sehingga penerapanya didasarkan
pada data kinerja lalu lintas dan
1.3. Pembatasan Masalah tidak hanya didasarkan pada
Penelitian ini dilakukan hanya pemantauan secara kasat mata di
terbatas pada masalah sebagai berikut : lapangan.

2
2. TINJAUAN PUSTAKA prioritas terutama adalah prioritas bagi
2.2. Pengertian Manajemen Rekayasa angkutan umum yang menggunakan
Lalu Lintas angkutan masal karena kendaraan
tersebut bergerak dengan jumlah yang
Berdasarkan UU No. 22 Tahun
2009 tentang LLAJ, manajemen dan banyak dengan demikian efisiensi
rekayasa lalu lintas dilaksanakan untuk penggunaan ruas jalan dapat dicapai.
mengoptimalkan penggunaan jaringan c. Manajemen Permintaan
jalan dan gerakan lalu lintas untuk Strategi mengatur permintaan
menjamin kemanan, keselamatan, (demand) yang ada sesuai dengan
ketertiban, dan kelancaran lalu lintas kapasitas (supply) tersedia, beberapa
dan angkutan jalan. teknik yang dapat dilakukan adalah:
Manajemen lalu lintas adalah o Merubah rute kendaraan dengan
suatu proses pengaturan penyediaan tujuan untuk memindahkan
(supply) dan kebutuhan (demand) kendaraan dari daerah macet ke
sistem jalan raya untuk memecahkan daerah tidak macet.
permasalahan lalu lintas jangka o Kebijakan parkir.
pendek dan untuk mengantisipasi o Penerapan metode ganjil genap,
masalah lalu lintas pada periode waktu three ini one dan road pricing.
tertentu. (Putranto, 2016).
Manajemen lalu lintas pada 2.4. Derajat Kejenuhan (DS)
prinsipnya adalah penanganan yang Derajat Kejenuhan ditentukan
ditekankan pada pemanfaatan dan dengan persamaan berikut.
pengaturan fasilitas ruas jalan yang ada
secara efefktif dan optimal baik dari = /
segi kapasitas maupun kemanan lalu dimana,
lintas sebelum adanya pelebaran atau = Derajat Kejenuhan
pembangunan jalan baru (Tamin, = Volume Arus Lalu Lintas
2008). (smp/jam)
= Kapasitas (smp/jam)
2.3. Strategi Manajemen Rekayasa
Lalu Lintas 2.5. Kapasitas Simpang
Kapasitas simpang tidak bersinyal
Menurut Alamsyah (2008),
dihitung dengan persamaan (Anonim,
terdapat tiga strategi manajemen lalu
1997) :
lintas :
a. Manajemen Kapasitas C = Co× FW × FM × FCS × FRSU × FLT
Penggunaan kapasitas ruas jalan × FRT × FMI
dan kapasitas persimpangan seefektif dimana,
mungkin sehingga pergerakan lalu C = Kapasitas (smp/jam)
lintas dapat berjalan lancar. Co = Kapasitas (smp/jam)
FW = Faktor Lebar Pendekat
b. Manajemen Prioritas
FM = Faktor Penyesuaian Median
Terdapat beberapa pilihan yang
Jalan Utama
dapat dilakukan dalam manajemen FCS = Faktor Ukuran Kota

3
FRSU = Faktor Penyesuaian Lingk., 2.7. Nilai Ambang dan Tingkat
Hambatan Samping Pelayanan
FLT = Faktor Belok Kiri Menurut Tamin (2008) nilai NVK
FRT = Faktor Belok Kanan menunjukan kondisi arus lalu lintas
FMI = Faktor Penyesuaian Rasio dengan pengelompokan sebagaimana
Arus Jalan Minor pada tabel berikut :

2.6. Tundaan Tabel 1. Nilai NVK dan Kondisi Arus


Tundaan simpang dapat dihitung Lalu Lintas (Tamin, 2008)
Nilai NVK
dengan menggunakan persamaan yang Kondisi Arus Lalu
(Derajat
terdapat pada Gambar berikut : Kejenuhan)
Lintas
< 0,8 Kondisi Stabil
0,8 - 1,0 Kondisi Tidak Stabil
> 1,0 Kondisi Kritis

Tingkat Pelayanan kinerja


simpang diklasifikasikan sebagaimana
pada Tabel 2.
Tabel 2. Indeks Tingkat Pelayanan
Persimpangan (Tamin, 2008)
Gambar 1. Hubungan Empiris ITP Tundaan Per Kendaraan (detik)
Tundaan Simpang dengan Derajat A ≤5
Kejenuhan (Anonim, 1997) B 5,1 - 15
C 15,1 - 25
Rentang nilai peluang antrian D 25,1 - 40
ditentukan dari hubungan empiris E 40,1 - 60
antara peluang antrian (QP%) dan F > 60
derajat kejenuhan (DS) dengan
Tingkat pelayanan persimpangan
menggunakan kurva dan persamaan
menurut Permenhub Nomor : PM 96
yang tertera pada gambar berikut : Tahun 2015 adalah sebagaimana pada
Tabel 3 berikut.
Tabel 3. Tingkat Pelayanan di
Persimpangan (Permenhub No.PM 96
Tahun 2015).
Tingkat Kriteria / Kondisi
No
Pelayanan Tundaan
1 A ≤ 5 detik per kendaraan
2 B 6 - 15 detik per kendaraan
3 C 16 - 25 detik per kendaraan
4 D 26 - 40 detik per kendaraan
Gambar 2. Rentang Peluang Antrian 5 E 41 - 60 detik per kendaraan
Terhadap Derajat Kejenuhan 6 F > 60 detik per kendaraan
(Anonim, 1997)

4
Salah satu ukuran kinerja lalu 3.6. Tahapan Penelitian
lintas baik di ruas jalan maupun di Tahapan, alur pikir dan langkah-
persimpangan adalah rasio atau nisbah langkah yang diambil pada penelitian
antara volume arus dengan kapasitas, ini adalah sebagai berikut :
dimana untuk keperluan perencanaan a. Penelitian ini dimulai dari
Anonim (1997) menyarankan agar pengamatan kondisi lalu lintas
nilainya tidak melebihi dari 0,75. pada jam sibuk.
b. Studi literatur berkaitan dengan
3. METODOLOGI PENELITIAN manajemen rekayasa lalu lintas.
3.2. Lokasi Penelitian c. Persiapan pengumpulan data.
Penelitian dilakukan di Simpang d. Pengumpulan data primer dan
Jl. Imam Bonjol - Jl. Daya Nasional data sekunder.
(Simpang Untan) di Kota Pontianak. e. Analisis data untuk mengetahui
tingkat pelayanan dan identifikasi
3.3. Populasi dan Teknik dan permasalahan kondisi existing.
Pengambilan Sampel f. Penerapan strategi atau skenario
Populasi dalam penelitian ini yang kemudian dikembangkan
adalah semua pengguna yang melintasi dan dievaluasi.
Simpang Jl. Imam Bonjol - Jl. Daya Diagram alir pada penelitian ini
Nasional. digambarkan sebagai berikut :
Sampel untuk pelaksanaan survey
di persimpangan dilakukan pada pagi
antara pukul 06.00 - 08.00 WIB, siang
antara pukul 11.00-13.00 WIB dan
sore antara pukul 15.00-17.00 WIB
dilakukan selama 2 hari (Sabtu dan
Senin).
3.4. Teknik Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan pada
penelitian ini terdiri dari data sekunder
dan data primer. Data sekunder adalah
data yang diperoleh dari instansi-
instansi terkait, sedangkan data primer
adalah data yang diambil langsung
melalui survey di lapangan.
3.5. Jenis Survey
Survey yang dilaksanakan adalah
survey inventarisasi ruas jalan dan
persimpangan, survey pencacahan lalu
lintas terklasifikasi dan survey gerakan Gambar 3. Diagram Alir Penelitian
membelok.

5
4. HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan data volume lalu
lintas dapat diketahui periode waktu
4.1. Geometri Jalan dan Persimpangan
tersibuk yang dijadikan dasar dalam
Data hasil survey inventarisasi proses analisis selanjutnya adalah Hari
jalan dan persimpangan dapat dilihat Senin Jam 16.00-17.00. Periode waktu
pada tabel berikut. jam sibuk digunakan sebagai waktu
Tabel 4. Hasil Inventarisasi Simpang dasar untuk perencanaan, dimana
Lebar apabila penerapan manajemen
No. Jml Nama Jalan Utama (MA) / Efektif Tipe
Spg Kaki Minor (MI) Kaki (IT) rekayasa lalu lintas berhasil mengatasi
(m) masalah pada jam tersibuk maka pada
Jl. Imam Bonjol (MA) 4
SP-1 3 322 jam-jam biasa pasti dapat teratasi.
Jl. Daya Nasional (MI) 4
Keterangan : 322 (3 Lengan, Jumlah Lajur Jalan
Minor : 2, Jumlah Lajur Jalan Utama : 2)
4.3. Analisis Kinerja Persimpangan
Eksisting
4.2. Data Volume Lalu Lintas Hasil analisis kinerja
Berdasarakan hasil survey persimpangan eksisting dapat dilihat
pencacahan lalu lintas terkalsifikasi di pada tabel berikut :
di persimpangan, diketahui bahwa
Tabel 6. Kinerja Simpang Jam Sibuk
volume arus lalu lintas pada Simpang Indikator Kinerja Hasil
No Satuan
Jl. Imam Bonjol-Jl. Daya Nasional Simpang Analisis

adalah sebagai berikut : 1 Kapasitas ( C ) 2.443 smp/jam

Tabel 5. Data Volume Lalu Lintas 2 Arus Lalu Lintas (Q) 2.267 smp/jam

3 Derajat Kejenuhan (DS) 0,93

4 Tundaan Simpang (D) 16,31 det/smp

5 Peluang Antrian (QP%) 35 - 68 %

6 Komposisi Lalu Lintas :

a. Kendaraan Ringan (LV %) 11,14 %

b. Kendaraan Berat (HV %) 6,22 %

c. Sepeda Motor (MC %) 82,64 %

Rasio Kendaraan Tidak


7 0,003
Bermotor (UM/MV)

Gambar 4. Grafik Volume Simpang

6
4.4. Evaluasi Kondisi Eksisting o Pelebaran jalan utama (Jl. Imam
Hasil evaluasi kondisi eksisting Bonjol) radius 150 meter sebelum
dapat dilihat pada tabel berikut : dan sesudah simpang, dengan
lebar 2 x 5,5 meter, ditambah
Tabel 7. Hasil Evaluasi Simpang
median 1 meter (Alternatif-4).
o Pelebaran jalan utama dan jalan
minor (Alternatif-5).
o Pengaturan dengan APILL seperti
pada Alternatif-3 pada kondisi
setelah pebaran jalan utama dan
jalan minor (Alternatif-6).
Tabel 8. Perbandingan Kinerja
Beberapa Alternatif Strategi MRLL

Hasil evaluasi menyatakan bahwa


diperlukan penerapan strategi untuk
persimpangan karena kejenuhannya
sudah > 0,75.

4.5. Skenario Manajemen Rekayasa Pilihan alternatif terbaik untuk


Lalu Lintas Simpang diterapkan sebagai strategi majanemen
Beberapa alternatif skenario dan rekayasa lalu lintas di Simpang Jl.
manajemen rekayasa lalu lintas yang Imam Bonjol-Jl. Daya Nasional adalah
akan diterapkan pada Persimpangan Strategi Alternatif-6 yaitu pengaturan
Jl. Imam Bonjol - Jl. Daya Nasional dengan menggunakan Alat Pemberi
diantaranya adalah : Isyarat Lalu Lintas (APILL) dan
o Larangan belok kanan arus lalu pelebaran Jalan Imam Bonjol (Jl.
lintas dari jalan utama (Jl. Imam Utama) dan Jalan Daya Nasional.
Bonjol) yang akan masuk ke Jl.
Daya Nasional (Alternatif-1).
o Larangan belok kanan arus lalu
lintas dari Jalan Minor (Jl. Daya
Nasional) yang akan keluar ke
arah Jl. Adisucipto (Alternatif-2).
o Pengaturan Simpang dengan Alat
Pemberi Isyarat Lalu Lintas
(APILL) atau merubah dari Gambar 5. Simulasi Pelebaran Jalan
simpang tidak bersinyal menjadi Utama dan Jalan Minor
bersinyal (Alternatif-3).

7
0,75 harus sudah diantisipasi
dengan menerapkan manajemen
dan rekayasa lalu lintas.
b. Terdapat 2 (dua) pilihan alternatif
manajemen rekayasa lalu lintas
yang optimal untuk diterapkan
pada simpang Jl. Imam Bonjol-Jl.
Daya Nasional, dimana kedua
alternatif sama-sama memberikan
nilai derajat kejenuhan ≤ 0,75
yaitu larangan belok kanan bagi
Gambar 6. Rencana Pengaturan Fase
arus lalu lintas dari jalan minor
dan Distribusi Arus
(Alternatif-2) dengan nilai derajat
kejenuhan 0,66 dan pengaturan
dengan APILL/Traffic Light pada
kondisi setelah dilakukan
pelebaran jalan utama dan jalan
minor (Alternatif-6) dengan nilai
derahat kejenuhan 0,74.
Pengalihan pergerakan akan
mengakibatkan tambahan
pembenanan lalu lintas pada jalan
Gambar 7. Simulasi Pengaturan alternatif. Apabila ditinjau dari
APILL 3 Fase Pada Alternatif-6 aspek keselamatan lalu lintas dan
melihat fakta bahwa masih
5. KESIMPULAN DAN SARAN diperlukannya petugas pengatur
5.1. Kesimpulan lalu lintas pada jam sibuk pagi
Berdasarkan hasil peneletian untuk mengatur pergerakan dan
mulai dari pengumpulan data, antrian di persimpangan, maka
pengolahan dan analisis data serta penerapan APILL/traffic light
pengujian beberapa alternatif pilihan, merupakan pilihan alternatif yang
dapat ditarik kesimpulan sebagai terbaik.
berikut : 5.2. Saran
a. Nilai derajat kejenuhan pada
Beberapa hal yang perlu
Simpang Jl. Imam Bonjol-Jl.
ditindaklanjuti dan direkomendasikan
Daya Nasional (Simpang Untan)
berdasarkan hasil penelitian ini adalah
adalah sebesar 0,93 dan sudah
sebagi berikut :
berada di atas nilai ambang 0,75.
a. Strategi manjemen lalu lintas
Kapasitas simpang secara kasat
yang menerapkan larangan belok
mata mungkin dianggap masih
kanan atau pemindahan rute
mampu menampung arus lalu
sebaiknya didahului dengan
lintas yang ada namun dengan
kegiatan sosialisasi kepada
nilai derajat kejenuhan di atas
masyarakat dan diimbangi dengan

8
pengawasan dan penegakan Munawar A., 2004, Manajemen Lalu
hukum secara serius. Lintas Perkotaan, Beta Offset,
b. Diperlukan penelitian lebih lanjut Yogyakarta.
mengenai manajemen rekayasa Putranto L.S., 2016, Rekayasa Lalu-
lalu lintas dalam kurung 5-10 Lintas, Edisi Ketiga, PT. Indeks,
tahun dengan teknik peramalan Jakarta.
bangkitan perjalanan lalu lintas Tamin O.Z., 2008, Perencanaan,
untuk melihat apakah strategi Pemodelan dan Rekayasa
yang diterapkan saat ini masih Transportasi, Penerbit ITB,
relevan atau mampu bertahan Bandung.
berapa tahun untuk dipersiapkan
strategi di masa depan.
c. Perlu kajian yang lebih luas dan
komprehensif terhadap semua
ruas jalan yang ada di Kota
Pontianak untuk penerapan
manajemen dan rekayasa lalu
lintas kawasan.

DAFTAR PUSTAKA
Alamsyah A.A., 2008, Rekayasa Lalu
Lintas, Edisi Revisi, Universitas
Muhammadiyah Malang,
Malang.
Anonim, 1995, Modul Desain
Rekayasa Lalu Lintas, Pusdiklat
Perhubungan Darat, Jakarta.
Anonim, 1997, Manual Kapasitas
Jalan Indonesia (MKJI),
Direktorat Jenderal Bina Marga,
SWEROAD dan PT. Bina Karya
Persero, Jakarta.
Anonim, 2000, Highway Capacity
Manual (HCM), Transportation
Research Board, National
Research Council, United States
of America (USA)
Anonim, 2017, Kota Pontianak Dalam
Angka 2017, Badan Pusat
Statistik Kota Pontianak,
Pontianak.
Khisty C.J. dan Lall B.K., 2003, Dasar-
Dasar Rekayasa Transportasi,
Erlangga, Edisi Ketiga, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai