Anda di halaman 1dari 5

PERPAJAKAN

Disusun oleh :

Nurindah Suci Lestari (1801035054)

UNIVERSITAS MULAWARMAN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

2020
1) Perbedaan : Bendaharawan pemerintah, badan dan instansi

Jawab :

Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 37/PMK.03/2015 telah


menetapkan penunjukan badan usaha tertentu dalam melakukan pemungutan PPN
(Pajak Pertambahan Nilai). Berdasarkan Peraturan dan Keputusan Menteri Keuangan
tersebut ada empat badan yang ditunjuk sebagai Wapu atau Pemungut PPN, yang
antara lain:

1. Bendaharawan Pemerintah dan Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara

Penetapan bendahara pemerintah dan KPPN sebagai pemungut PPN


berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan No. 563/KMK.03/2003 yang berlaku
sejak 1 Januari 2004. Dalam peraturan ini dinyatakan bahwa bendaharawan
Pemerintah adalah Bendaharawan atau Pejabat yang melakukan pembayaran
yang berkenaan dengan urusan pemerintahan, seperti Bendaharawan Pemerintah
Pusat dan Daerah baik provinsi, kabupaten ataupun kota. Biasanya transaksi
pembayaran ini  berasal dari APBN atau APBD. Nantinya pajak yang telah
dipungut oleh Bendaharawan wajib dilaporkan dan disetor ke Kantor Pelayanan
Pajak serta Kantor Perbendaharaan Negara setempat. Pelaporan ini setidaknya
dilakukan 20 hari setelah berakhirnya bulan dilakukan pembayaran tagihan.

Ada tiga jabatan Bendaharawan Pemerintah yang ditugaskan untuk


melakukan pemungutan, yakni:

1.Direktorat Jenderal Perbendaharaan (Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara)

2. Pejabat yang ditunjuk oleh Menteri/Ketua Lembaga sebagai Bendahara

3. Bendahara Pemerintah Pusat dan Daerah

2. Badan Usaha Milik Negara (BUMN)


Ditunjuknya BUMN sebagai wajib pungut didasarkan pada Peraturan
Menteri Keuangan No.85/PMK.03/2012 yang berlaku sejak 1 Juli 2012. BUMN
merupakan badan usaha yang sebagian atau seluruh modalnya dimiliki negara
melalui penyertaan langsung yang asalnya dari kekayaan negara. Namun saham
yang dimiliki negara dari badan usaha tersebut setidaknya 51% atau di atasnya.
Selain itu, badan usaha ini pun tidak termasuk anak perusahaan dan joint
operation atau bentuk kerja sama lainnya.

Apabila di waktu kedepan terdapat perubahan kepemilikan saham hingga


tidak lagi memenuhi kriteria, maka badan usaha secara otomatis tidak lagi
ditunjuk sebagai Pemungut PPN. Hal ini berlaku sejak tanggal akta perubahan
kepemilikan tersebut disahkan. Namun, kegiatan menyetor dan melaporkan PPN
dan PPnBM yang telah dipungut dalam Masa Pajak yang bersangkutan masih
tetap berlaku. Begitu pun sebaliknya, apabila terjadi perubahan kepemilikan
saham yang membuat menjadi BUMN maka sebuah badan usaha otomatis
menjadi Wapu.

Berbeda dari Wapu sebelumnya, pemungutan pajak oleh BUMN tidak


dilakukan oleh rekanan. Apabila terjadi penyerahan BKP/JKP yang dilakukan
oleh PKP rekanan kepada pemungut PPN, maka PPN akan tetap dipungut oleh
pemungut PPN. Namun, rekanan tetap berkewajiban untuk menerbitkan faktur
pajak sebagai bukti pemungutan PPN.

3. Badan Usaha Tertentu

Penetapan badan usaha tertentu yang menjadi wajib pungut diatur dalam
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 37/PMK.03/2015 yang berlaku sejak 1 April
2015. Badan Usaha yang diizinkan untuk melakukan pemungutan tidak
sembarangan, ada kriteria yang harus diikuti sesuai yang tercantum di dalam
Pasal 1 ayat 2 dan 3. Beberapa yang termasuk ke dalam kriteria antara lain:
1. BUMN yang dilakukan restrukturisasi oleh Pemerintah setelah berlakunya
Peraturan Menteri ini. Restrukturisasi tersebut dilakukan melalui pengalihan
saham milik negara kepada BUMN lainnya.

2. Badan usaha yang bergerak di bidang pupuk, yang telah dilakukan


restrukturisasi oleh Pemerintah yang antara lain PT Pupuk Sriwidjaja
Palembang, PT Petrokimia Gresik, PT Pupuk Kujang, PT Pupuk Kalimantan
Timur, dan PT Pupuk Iskandar Muda.

3. Badan usaha tertentu yang dimiliki secara langsung oleh BUMN yaitu PT
Telekomunikasi Selular, PT Indonesia Power, PT Pembangkitan Jawa-Bali,
PT Semen Padang, PT Semen Tonasa, PT Elnusa Tbk, PT Krakatau
Wajatama, PT Rajawali Nusindo, PT Wijaya Karya Beton Tbk, PT Kimia
Farma Apotek, PT Badak Natural Gas Liquefaction, PT Kimia Farma Trading
& Distribution, PT Tambang Timah, PT Terminal Petikemas Surabaya, PT
Indonesia Comnets Plus, Bank Syariah Mandiri, Bank BRI Syariah, dan Bank
BNI Syariah.

Proses pemungutan, penyetoran dan pelaporan PPN yang diterapkan untuk


badan usaha tertentu mempunyai sistem yang sama dengan pemungutan oleh
kontraktor kerja sama. Sebagian besar proses dilakukan oleh rekanan baik dalam
hal pemungutan maupun pembuatan faktur pajak.

4. Kontraktor Kerja Sama

Kontraktor kerja sama yang merupakan wajib pungut menurut Peraturan


Menteri Keuangan No. 73/PMK.03/2010 dibagi menjadi dua bagian, yaitu:

1. Kontraktor kontrak kerja sama pengusahaan minyak dan gas bumi.

2. Kontraktor atau pemegang kuasa/pemegang izin pengusahaan sumber daya


panas bumi, yang meliputi kantor pusat, cabang, maupun unitnya.
Keduanya merupakan badan usaha tetap atau perusahaan pemegang hak
untuk mengeksploitasi dan mengelola minyak dan gas bumi Indonesia dalam
suatu blok atau wilayah. Pada Pasal 3 di peraturan tersebut dinyatakan bahwa
yang harus dipungut adalah PPN yang terutang atas penyerahan BKP/JKP oleh
rekanan kepada kontraktor atau pemegang kuasa/pemegang izin. Dalam hal ini,
rekanan merupakan Pengusaha Kena Pajak (PKP)  yang melakukan penyerahan
BKP dan/atau JKP kepada kontraktor atau pemegang kuasa/pemegang izin.

Rekanan nantinya wajib membuat faktur pajak baik itu ketika penyerahan
barang dan jasa, penerimaan pembayaran (apabila diterima lebih sebelum
BKP/JKP diserahkan) maupun pembayaran termin (baru sebagian tahap
pekerjaan). Kemudian pajak tersebut akan disetorkan  ke Kantor Pos/Bank
Persepsi paling lama tanggal 15 bulan berikutnya setelah Masa Pajak berakhir.
Selain itu, pungutan juga dilaporkan ke Kantor Pelayanan Pajak di mana
kontraktor terdaftar paling lama pada akhir bulan berikutnya setelah berakhirnya
Masa Pajak.

2) Contoh PPnBM yang dkenakan tarif 200%

Jawab :

Barang yang merupakan PPnBM dengan tarif 195% adalah pembelian mobil utuh
yang di impor langsung dari luar negeri. Alasan pemerintah memasang tarif tinggi
untuk barang mewah yaitu agar terciptanya pembebenan pajak antara konsumen yang
berpenghasilan rendah dan konsumen yang berpenghasilan tinggi, untuk
mengendalikan pola konsumsi atas barang kena pajak yang tergolong mewah, dan
perlindungan terhadap produsen kecil atau tradisional.

Anda mungkin juga menyukai