Anda di halaman 1dari 9

Al-Kauniyah Jurnal Biologi, 9(1), 2016, 1-9

Available online at http://journal.uinjkt.ac.id/index.php/kauniyah

PERTUMBUHAN BIBIT SURIAN (Toona sinensis (Juss,) M. Roem) YANG


DIINOKULASI MIKORIZA PADA MEDIA TANAM TANAH ULTISOL
THE GROWTH OF SEEDLING OF SURIAN (Toona sinensis (Juss,) M. Roem)
INOCULATED ON ULTISOL
Anita Sari*, Zozy Aneloi Noli, Suwirmen
Laboratorium Riset Fisiologi Tumbuhan, Jurusan Biologi, FMIPA, Universitas Andalas
*Corresponding author: irasatina88@yahoo.com

Diterima: 12 Desember 2015. Direvisi: 14 Februari 2016. Disetujui: 27 April 2016.

Abstrak
Penelitian tentang pertumbuhan bibit surian (Toona sinensis (Juss,) M. Roem) yang diinokulasi
mikoriza pada media tanam tanah ultisol telah dilakukan dari bulan November 2014 sampai
Februari 2015 di rumah kaca dan Laboratorium Fisiologi Tumbuhan Jurusan Biologi, Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Andalas, Padang. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui pertumbuhan bibit surian yang diinokulasi dengan beberapa dosis Fungi
Mikoriza Arbuskula (FMA) pada tanah ultisol. Penelitian ini menggunakan metode Rancangan
Acak Lengkap dengan 4 perlakuan dan 6 ulangan. Adapun perlakuan yang diberikan adalah tanpa
inokulasi; inokulan 5 g/tanaman; inokulan 10 g/tanaman; inokulan 15 g/tanaman. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa pemberian dosis FMA sebanyak 15 g/tanaman pada media tanah ultisol
memperlihatkan pengaruh yang nyata pada pertambahan jumlah daun tetapi tidak berpengaruh
terhadap pertambahan tinggi dan diameter batang serta berat kering tanaman selama 12 minggu
pengamatan.
Kata kunci: Mikoriza; Toona sinensis; Ultisol

Abstract
The study on the growth of surian seedling (Tonna sinensis (Juss), M. Roem) that was inoculated
with mycorrhiza on ultisol medium had been conducted from November, 2014 until February, 2015
in the Greenhouse and Plant Physiology Laboratory, Department of Biology, Faculty of
Mathematic and Natural Sciences, Andalas University, Padang. The study aimed to find out about
the growth of surian seedling that was inoculated with several Arbuscular Mycorrhizal Fungi
(AMF) doses on the ultisol medium. The study used a Completely Randomized Design (CRD) with
four treatments and six replications. The treatements were 0 g inoculant/plant; 5 g inoculants/plant;
10 g inoculants/plant, and 15 g inoculants/plant. The result showed that the treatment of 15 g/plant
on the ultisol medium was significantly affecting the growth of leaves, in adversely showed
insignificantly effect on the height in crement and diameter of bark, as well as on the dry weight of
plant during 12 weeks observations.
Keywords: Mycorrhiza; Toona sinensis; Ultisol
Permalink/DOI: http//:dx.doi.org/10.15408/kauniyah.v9i1.3250

Copyright © 2016, Al-Kauniyah Jurnal Biologi,


p-ISSN: 1978-3736, e-ISSN: 2502-6720
Al-Kauniyah Jurnal Biologi, 9(1), 2016

PENDAHULUAN Kurangnya unsur hara pada tanah Ultisol dapat


Surian [(Toona sinensis (Juss.) M. mempengaruhi pertumbuhan bibit tanaman.
Roem.)] merupakan salah satu tumbuhan Salah satu alternatif yang dapat digunakan
tingkat tinggi yang terdapat di Indonesia. Tum- untuk memenuhi kebutuhan unsur hara
buhan ini termasuk ke dalam suku Meliaceae. tersebut adalah dengan memanfaatkan
Surian merupakan tanaman serba guna, saat ini mikroorganisme yang mampu berasosiasi
masyarakat banyak menggunakan tanaman ini dengan tanaman, seperti FMA.
untuk berbagai keperluan. Kayunya digunakan Mikoriza merupakan suatu bentuk
untuk bahan bangunan dan akarnya digunakan simbiosis mutualisme antara jamur dengan
sebagai bahan untuk pengobatan seperti pada akar tanaman tingkat tinggi. Peranan FMA
penyakit diare kronis, disentri dan penyakit dalam meningkatkan pertumbuhan dan
usus lainnya, pucuk daun surian juga dapat produksi tanaman telah banyak dilaporkan dan
digunakan untuk mengatasi pembengkakan dari hasil penelitian belakangan ini banyak
ginjal (Yuhernita & Juniarti, 2009). laporan yang memuat aplikasi dan usaha
Tanaman surian memiliki nilai ekonomi produksi inokulan FMA yang diusahakan
yang tinggi dan disukai oleh masyarakat untuk secara komersil (Brundrett et al., 1996).
digunakan sebagai bahan bangunan. Perminta- Pemanfaatan mikoriza akhir-akhir ini sering
an jenis kayu ini meningkat, khususnya untuk digunakan dalam meningkatkan pertumbuhan
pembuatan meubel, interior ruangan, lemari, tanaman. Potensi dari adanya simbiosis Fungi
rangka pintu dan jendela (Djam’an, 2003). Mikoriza Arbuskula (FMA) dengan tanaman
Surian juga memiliki potensi untuk digunakan sangat penting untuk dimanfaatkan bagi ke-
sebagai salah satu jenis tanaman rehabilitasi pentingan budidaya, terutama pada saat pem-
lahan terdegradasi (Sofyan & Islam, 2006). bibitan yang dapat membantu pertumbuhan
Keberhasilan kegiatan penanaman sangat maupun penanaman di lapangan (Corryanti &
berkaitan erat dengan keberhasilan pada ting- Rohayati, 2000). Simbiosis tanaman dengan
kat pembibitan di persemaian, namun ada be- FMA dapat meningkatkan penyerapan hara
berapa kendala yang dihadapi dalam pengada- tanah dan ketahanan akar terhadap kekeringan,
an bibit surian antara lain kurangnya informasi menjaga akar dari serangan penyakit, memasok
bibit berkualitas dan kegiatan pengujian tambahan hormon tumbuh dan Zat Pengatur
kualitas bibit surian belum banyak dilakukan Tumbuh (ZPT) serta manfaat dalam mening-
(Djam’an & Dharmawati, 2002). Untuk dapat katkan ketahanan tanaman terhadap serangan
tumbuh dengan baik, tanaman surian me- patogen akar (Setiadi, 1998).
merlukan media alami berupa tanah yang kaya Beberapa faktor yang mempengaruhi
dengan unsur hara, tetapi tidak semua tanah tingkat keberhasilan penggunaan mikoriza
memiliki kandungan unsur hara yang lengkap, untuk pertumbuhan adalah jenis mikoriza itu
salah satu contohnya adalah tanah ultisol. sendiri dan dosisnya. Dosis penggunaan FMA
Ultisol adalah jenis tanah yang umum untuk pertumbuhan sangat beragam tergantung
terdapat pada iklim tropis. Di Indonesia tanah pada jenis tanaman. Tujuan dari penelitian ini
Ultisol tersebar dengan luas sebesar 25% dari adalah untuk mengetahui pertumbuhan bibit
total luas daratan Indonesia. Kelemahan tanah Surian dengan pemberian beberapa dosis FMA
ultisol adalah memiliki keasaman yang tinggi pada tanah ultisol.
karena basa pendukung kesuburan tanah
seperti Ca, K, dan Mg sudah tercuci selama MATERIAL DAN METODE
perkembangan ultisol atau terpakai oleh Penelitian ini dilakukan mulai bulan
tanaman yang tumbuh diatasnya. Tanah Ultisol November 2014 sampai dengan bulan April
memiliki pH<5,5 (Prasetyo & Suriadikarta, 2015 di Laboratorium Fisiologi Tumbuhan dan
2006). Kondisi tanah ultisol yang memiliki pH Rumah Kaca Jurusan Biologi FMIPA
rendah serta kekurangan unsur hara menyebab- Universitas Andalas. Penelitian ini dilakukan
kan tanaman yang hidup di area tanah Ultisol dengan metode eksperimen dengan memakai
menjadi kurang subur (Margarettha, 2007). Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 4

2 | Copyright © 2016. Al-Kauniyah Jurnal Biologi, p-ISSN: 1978-3736, e-ISSN: 2502-6720


Al-Kauniyah Jurnal Biologi, 9(1), 2016

perlakuan dan 6 ulangan untuk masing-masing menjadi padat. Apabila ada gulma disiangi.
perlakuan. Parameter yang diamati dalam penelitian ini
Adapun perlakuan yang diberikan adalah: pertambahan tinggi tanaman (cm),
adalah: A= Tanpa inokulasi, B= Inokulan 5 pertambahan jumlah helaian daun (helai),
g/polybag 5 kg, C= Inokulan 10 g/polybag 5 pertambahan diameter batang (mm), berat
kg, D= Inokulan 15 g/polybag 5 kg. Total unit kering tanaman serta derajat infeksi FMA.
percobaan berjumlah 4 x 6 = 24 unit. Bahan Analisis data dilakukan terhadap rata-
yang digunakan dalam penelitian ini bibit rata pertambahan tinggi tanaman, rata-rata
Surian yang berumur lima bulan berasal dari pertambahan jumlah daun, diameter batang dan
CV Warna Khara, Suplayer & Contractor bobot kering tanaman menggunakan analisis
Lubuk Minturun Koto Tangah Padang. Media sidik ragam. Data derajat infeksi tanaman
tanam yang digunakan pada penelitian adalah disajikan secara deskriptif. Bila pengaruh
tanah ultisol yang diperoleh dari Laboratorium perlakuan berbeda nyata maka dilanjutkan
Tanah, Jurusan Ilmu Tanah, Fakultas dengan uji lanjut DNMRT pada taraf 5%
Pertanian, Universitas Andalas. Tanah ultisol (Gomez & Gomez, 1995).
terlebih dahulu dibersihkan dari kotoran.
Inokulan spora FMA diperoleh dari SEAMEO HASIL
BIOTROP, Bogor, Indonesia. Pertumbuhan bibit Surian dapat dilihat
Inokulasi FMA dilakukan dengan dari pertambahan tinggi, pertambahan jumlah
mengeluarkan sebagian media tanam, daun dan pertambahan diameter batang Surian
kemudian dimasukan inokulan FMA di sekitar yang diinokulasi FMA setelah 12 minggu
perakaran dan ditutup kembali dengan media pengamatan dapat dilihat pada Tabel 1. Pem-
tanam. Bibit yang telah diberi inokulan FMA berian beberapa dosis FMA memperlihatkan
diletakkan di rumah kaca dan dipelihara pengaruh yang tidak berbeda nyata pada rata-
selama 12 minggu. rata pertambahan tinggi tanaman dan diameter
Selama penelitian dilakukan penyiraman batang. Rata-rata pada pertambahan jumlah
satu kali sehari dengan gelas plastik yang helai daun memperlihatkan pengaruh yang
dilubangi bagian bawahnya agar bibit dalam berbeda nyata.
‘polybag’ tidak rusak dan media tanam tidak

Tabel 1. Rata-rata pertambahan tinggi, pertambahan jumlah helaian daun dan pertambahan
diameter batang tanaman surian yang diinokulasi FMA setelah 12 minggu pengamatan
Dosis FMA Rata-rata Rata-rata pertambahan Rata-rata pertambahan
(g/tanaman) pertambahan tinggi jumlah daun (helai) diameter batang
tanaman (cm) (mm)
0 31,75 a 3,83 a 1,38 a
5 38,92 a 7,50 ab 1,16 a
10 24,42 a 4,67 ab 2,44 a
15 38,50 a 5,83 b 1,40 a
Keterangan: Perlakuan yang diikuti oleh huruf kecil yang sama pada kolom yang sama, tidak
berbeda nyata pada Uji DNMRT Taraf 5%

Hasil penelitian berat kering tanaman nyata, diduga FMA belum memberikan
Surian yang diinokulasi FMA selama 12 kontribusi yang nyata pada serapan hara oleh
minggu pengamatan dengan beberapa dosis tanaman.
dapat dilihat pada Tabel 2. Rata-rata berat ke- Hasil penelitian derajat infeksi tanaman
ring akar, berat kering batang dan berat kering surian yang diinokulasi (FMA) disajikan pada
daun memberikan pengaruh yang tidak berbeda Tabel 3. Pada persentase derajat infeksi FMA,

Copyright © 2016. Al-Kauniyah Jurnal Biologi, p-ISSN: 1978-3736, e-ISSN: 2502-6720| 3


Al-Kauniyah Jurnal Biologi, 9(1), 2016

dosis 15 g/tanaman memiliki kriteria yang semakin terinfeksi akar tanaman yang di-
sangat tinggi yaitu 75%. Hal ini diduga karena tambah dengan mikoriza.
semakin tinggi dosis yang digunakan maka

Tabel 2. Rata-rata berat kering tanaman surian yang diinokulasi FMA setelah 12 minggu
pengamatan
Dosis FMA Rata-rata berat Rata-rata berat Rata-rata berat Berat kering (akar,
g/tanaman) kering akar (g) kering batang (g) kering daun (g) daun dan batang)
0 0,73 a 1,40 a 2,62 a 4,75
5 1,07 a 2,08 a 3,15 a 6,30
10 0,58 a 1,08 a 1,35 a 3,01
15 0,80 a 1,69 a 2,81 a 5,30
Keterangan: Perlakuan yang diikuti oleh huruf kecil yang sama pada kolom yang sama, tidak
berbeda nyata pada Uji DNMRT Taraf 5%

Tabel 3. Persentase derajat infeksi FMA pada akar tanaman surian setelah 12 minggu pengamatan
Dosis FMA (g/tanaman) Persentase Derajat Infeksi (%) Kriteria
0 9 Rendah
5 57 Tinggi
10 65 Tinggi
15 75 Sangat Tinggi

A B

Gambar 1. Koloni FMA pada bibit surian


Keterangan: A (Vesikula), B (Hifa internal) (diamati di bawah mikroskop dengan perbesaran 100 x)

PEMBAHASAN teknik pemberian inokulan pada tanaman


Persentase Bibit Surian yang Hidup sangat mempengaruhi tingkat keberhasilan
Persentase bibit hidup tanaman surian aplikasi mikoriza sehingga mempengaruhi
pada semua perlakuan adalah 100%. Hal ini persentase hidup bibit tanaman. Pada
menunjukkan bahwa tanaman surian mampu penelitian ini, pemindahan bibit dilakukan
tumbuh dan beradaptasi pada media tanam dengan cara membawa sedikit media tanaman
tanah ultisol dan dengan penambahan beberapa asal ke media perlakuan tanpa menggunakan
dosis (FMA). Waktu inokulasi FMA dan sistem cabut sehingga tanaman tidak meng-

4 | Copyright © 2016. Al-Kauniyah Jurnal Biologi, p-ISSN: 1978-3736, e-ISSN: 2502-6720


Al-Kauniyah Jurnal Biologi, 9(1), 2016

alami tekanan dan mampu tumbuh dengan miselium dari dalam tanah, translokasi hara
baik. Tingginya persentase bibit yang hidup dalam hifa ke struktur intraradikal FMA dari
ditentukan oleh kualitas bibit yang baik dan dalam tanah dan transfer hara dari FMA ke
pemeliharaan bibit pada awal perlakuan tanaman melewati permukaan yang kompleks
(Triyanto, 2008). diantara simbion. Berdasarkan hal tersebut
Pemberian inokulan FMA pada bibit kemungkinan FMA belum optimal dalam
kelapa sawit tidak berpengaruh terhadap melewati ketiga proses tersebut sehingga
persentase bibit yang hidup karena bibit kelapa berpengaruh penyerapan nutrisi dan
sawit mampu hidup pada perlakuan yang tidak pertumbuhan tanaman serta diameter batang
diberi inokulan FMA (Triyanto, 2008). Pohon- (Harley & Smith, 1997).
pohon hutan seperti meranti (Shorea sp.), Adanya perbedaan pertambahan rata-rata
keruing (Dipterocarpus spp.) dan merbau tinggi tanaman, rata-rata pertambahan jumlah
(Instia spp.) tergolong tanaman toleran yang daun dan rata-rata diameter batang yang
memerlukan naungan ketika masih muda atau diberikan disebabkan oleh adanya perbedaan
dalam masa pembibitan. Pemberian naungan kemampuan daya serap hara oleh tanaman
pada masa pembibitan jenis tanaman tertentu serta kemampuan fotosintesis untuk
mampu menghindarkan tanaman dari stress mendapatkan hasil yang optimal. Media tanam
yang beresiko kematian. Pada penelitian ini sangat mempengaruhi pertumbuhan tanaman
bibit tanaman yang digunakan tergolong jenis dari segi ketersediaan hara, ketersediaan air
tanaman toleran, tanaman jenis ini mampu dan kemasaman media tanam juga berpengaruh
tumbuh di bawah naungan ketika masih muda besar pada pertumbuhan. Respon tanaman
sehingga memerlukan naungan pada masa kehutanan seperti waru dan jarak pagar
pembibitan (Mansur, 2013). terhadap FMA dapat terlihat dalam jangka
Waktu yang tepat untuk melakukan waktu 4 sampai 7 bulan. Pemberian FMA
inokulasi FMA adalah ketika tanaman masih memperlihatkan pengaruh nyata terhadap
pada tingkat semai dan pembibitan, jika tinggi dan diameter batang petai cina dalam
dilakukan ketika tanaman telah tumbuh dewasa waktu 5 bulan (Delvian, 2003). Dosis 10 g
penggunaan inokulan kurang memberikan inokulan FMA/tanaman memberikan hasil
manfaat yang optimal. Teknik inokulasi yang terbaik untuk pertumbuhan gambir pada umur
dilakukan disesuaikan dengan tipe inokulan 16 minggu setelah tanam (Yusnaweti, 2000).
dan tempat percobaan, namun prinsip dasar Pada rata-rata pertambahan jumlah helai
dari teknik inokulasi adalah peletakkan FMA daun memperlihatkan pengaruh yang berbeda
perlu bersentuhan dengan akar tanaman karena nyata. Pemberian dosis 15 g inokulan/tanaman
jika peletakkan inokulan terlalu jauh dari memperlihatkan perbedaan yang signifikan
perakaran akan menyebabkan gagalnya infeksi dengan perlakuan kontrol. Hal ini menunjukan
(Triyanto, 2008). bahwa semakin tinggi dosis yang diberikan
maka pertumbuhan jumlah helai daun akan
Pertambahan Tinggi Tanaman, Jumlah semakin banyak. Pertumbuhan tinggi tanaman
Helai Daun dan Diameter Batang akan memicu pembelahan sel pada area pucuk
Pada rata-rata pertambahan tinggi yang akan membentuk daun baru sehingga
tanaman dengan pemberian dosis FMA sampai suplai hara akan lebih diutamakan untuk
15 inokulan/tanaman belum memberikan pertumbuhan bagian pucuk tanaman sehingga
pengaruh yang nyata terhadap rata-rata didapatkan hasil yang berbeda nyata pada
pertambahan tinggi tanaman. Hal ini diduga pertambahan jumlah helai daun. Hal ini sesuai
dosis yang digunakan belum optimal sehingga dengan penelitian yang sudah dilakukan pada
belum mampu meningkatkan penyerapan tanaman surian yang mendapatkan hasil
nutrisi oleh tanaman. Peningkatan efisiensi berbeda nyata pada pertambahan rata-rata
penerimaan nutrisi oleh tanaman dengan jumlah helai daun (Herdina, 2012).
bantuan FMA tergantung kepada tiga proses Pada rata-rata pertambahan diameter
penting yaitu pengambilan nutrisi oleh batang dengan pemberian dosis sampai 15

Copyright © 2016. Al-Kauniyah Jurnal Biologi, p-ISSN: 1978-3736, e-ISSN: 2502-6720| 5


Al-Kauniyah Jurnal Biologi, 9(1), 2016

inokulan/tanaman memperlihatkan pengaruh sitokinin dan giberelin mampu merangsang


yang tidak berbeda nyata. Hal ini terjadi karena pertumbuhan akar, batang dan daun tanaman
penyerapan hara dari FMA oleh tanaman tetapi dengan konsentrasi yang berbeda-beda
belum mampu memicu pertambahan diameter pada tiap-tiap organ tanaman. Misalnya
batang tanaman. Peningkatan pertumbuhan konsentrasi auksin yang tinggi dapat
tinggi tanaman yang baik tidak selalu diikuti menghambat pertumbuhan akar tanaman tetapi
oleh peningkatan pertumbuhan pada diameter dapat meningkatkan pertumbuhan tajuk
batang tanaman, diduga karena adanya tanaman. Berat kering tanaman mencerminkan
dorongan karakter fisiologis tanaman hutan nutrisi tanaman karena berat kering tersebut
yang cenderung melakukan partumbuhan tergantung pada fotosintesis. Pertumbuhan dan
primer (tinggi) pada awal pertumbuhannya. pembentukan organ vegetatif tanaman
Respon tanaman kehutanan pada tanaman berpengaruh terhadap berat kering. Proses ini
gaharu dengan pemberian dosis 15 sampai sangat dipengaruhi oleh persediaan unsur hara
dosis 30 inokulan/tanaman memberikan serta laju fotosintesis tanaman (Imas et al.,
berpengaruh tidak berbeda nyata terhadap 1989).
pertambahan diameter tanaman gaharu. Pada penelitian ini, pemberian FMA pada
Pertumbuhan diameter tanaman berhubungan tanaman belum meningkatkan serapan hara
erat dengan laju fotosintesis yang akan oleh tanaman dengan optimum sehingga belum
sebanding dengan jumlah intensitas cahaya mampu meningkatkan berat kering tanaman
matahari yang diterima dan respirasi secara signifikan. Pertumbuhan organ tanaman
(Simorangkir, 2000). Hal ini disebabkan seperti akar, batang dan daun akan menentukan
karena pada penelitian ini pengamatannya berat kering tanaman (Dwijoseputro, 1994).
dilakukan di rumah kaca. Rendah atau tingginya berat kering tanaman
Terhambatnya petumbuhan diameter yang dihasilkan diduga karena tanaman sudah
tanaman terjadi karena fotosintesisnya serta mengambil hara P dan K yang cukup tersedia
cahaya matahari yang kurang merangsang namun yang menjadi faktor penting untuk
aktivitas hormon dalam proses pembentukan pertumbuhan seperti N ketersediaannya di
sel meristem ke arah diameter batang, terutama tanah yang digunakan sangat rendah sehingga
pada intensitas cahaya yang rendah (Daniel et memberikan pertumbuhan tanaman yang
al., 1997). Faktor abiotik yang mempengaruhi kurang sempurna (Musfal, 2008).
efektifitas mikoriza yaitu faktor lingkungan
tanah yang meliputi konsentrasi hara, pH Derajat Infeksi Fungi Mikoriza Arbuskula
tanah, kadar air dalam tanah dan suhu Persentase derajat infeksi FMA dengan
(Subiksa, 2002). Unsur hara yang cukup kriteria rendah didapatkan pada perlakuan
tersedia saat pertumbuhan tanaman kontrol. Persentase derajat infeksi FMA
mengakibatkan proses fotosintesis berjalan dengan kriteria tinggi didapatkan pada
aktif sehingga proses pemanjangan sel, perlakuan 5 g inokulan dan 10 g inokulan,
pembelahan dan diferensiasi sel akan lebih sedangkan persentase derajat infeksi FMA
baik dan akan meningkatkan pertumbuhan dan dengan kriteria yang sangat tinggi didapatkan
perkembangan tanaman (Sarief, 1986). pada perlakuan 15 g inokulan. Pada perlakuan
tanpa inokulasi, infeksi yang terjadi pada akar
Berat Kering mungkin dapat di sebabkan oleh adanya FMA
Berat kering tanaman berkaitan dengan indigenous dari media tanam. Kemungkinan
metabolisme tanaman atau kondisi lain yang terjadi adalah akar tanaman telah
pertumbuhan tanaman bagi berlangsungnya terinfeksi FMA ketika bibit masih dalam media
aktivitas metabolisme tanaman seperti pembibitan karena pemindahan tanaman ke
fotosintesis, dengan demikian semakin besar media perlakuan membawa sedikit tanah dari
berat kering menunjukkan proses fotosintesis media pembibitan untuk menghindarkan
berlangsung lebih efisien (Prayudyaningsih, tanaman dari stres atau mati.
2014). Hormon pertumbuhan seperti auksin,

6 | Copyright © 2016. Al-Kauniyah Jurnal Biologi, p-ISSN: 1978-3736, e-ISSN: 2502-6720


Al-Kauniyah Jurnal Biologi, 9(1), 2016

Terjadinya asosiasi antara (FMA) dengan yang nyata pemberian FMA terhadap pertum-
akar tanaman dapat diketahui dengan adanya buhan tanaman.
infeksi yang terjadi. Infeksi FMA dapat
diketahui dengan adanya struktur-struktur yang UCAPAN TERIMA KASIH
dihasilkan oleh FMA antara lain yaitu: hifa, Terimakasih penulis ucapkan kepada
vesikula, arbuskula, maupun spora. Apabila Rahmadani Eka P, Fauzur Rahmi, Nurul Alifah
ada satu atau lebih struktur FMA tersebut pada dan Feby Zulya yang telah membantu dalam
perakaran tanaman menunjukan adanya menyelesaikan penelitian di laboratorium.
kecocokan antara FMA dengan tanaman
inangnya. Kecocokan FMA dengan tanaman REFERENSI
inangnya juga dipengaruhi oleh jenis FMA Brundrett, N., Bougher, B., Dell, T., Grove, &
yang digunakan. Infeksi FMA terjadi karena Malajazuk, N. (1996). Working with
adanya simbiosis dan interaksi antara FMA mycorrhizas in forestry and agriculture.
dengan akar tanaman (Delvian, 2006). Canberra: Australian Centre for
Keefektifan isolat dalam meningkatkan International Agriculture Research.
penyerapan hara dipengaruhi oleh Contesa, E. (2010). Pertumbuhan bibit
kemampuannya membentuk penyebaran hifa tanaman pisang (Musa paradisiaca L.)
yang sempurna di dalam tanah, kemampuan FHIA-25. yang diinokulasi dengan
membentuk kolonisasi yang luas, efesiensi beberapa dosis FMA Glomus sp. +
absorpsi hara terutama fosfor dari tanah dan Acaulospora sp. (Skripsi). Biologi
waktu yang dibutuhkan dalam transportasi hara FMIPA. Universitas Andalas, Padang.
melalui hifa menuju tanaman (Muas, 2002). Corryanti, T., & Rohayati. (2000). Studi
Pada Gambar 1 dapat dilihat, akar efektifitas jenis endomikoriza pada
tanaman yang diamati pada penelitian ini tidak pembibitan jati (Tectona grandis Linn F).
ditemukan arbuskula. Hal ini diduga karena Prosiding Seminar Nasional Mikoriza I:
siklus hidup arbuskula yang relatif singkat Pemanfaatan Cendawan Mikoriza
yaitu 4-6 hari dan cepat mengalami sebagai Agen Bioteknologi Ramah
desintegrasi atau terjadinya lisis atau pecah. Lingkungan dalam Meningkatkan
Berbeda dengan hifa dan vesikula yang dapat Produktivitas Lahan di Bidang
bertahan dalam jangka waktu yang lama Kehutanan, Perkebunan, Pertanian di
(Ismiyati, 2003). Pada umumnya arbuskula Era Milenium Baru. Malang, Indonesia:
terbentuk sebelum vesikula namun adapula Asosiasi Mikoriza Indonesia.
vesikula yang dibentuk tanpa pembentukan Daniel, T. W., Helms, J. A., & Baker, F. S.
arbuskula terlebih dahulu (Pattimahu, 2004). (1997). Prinsip-prinsip silvikultur.
Pada akar bibit tanaman pisang FHIA-25 yang Terjemahan Joko Marsono dan Oemi
diinokulasi multispora (Glomus sp. dan Hani’in. Edisi Kedua. Yogyakarta:
Acaulospora sp.) tidak ditemukan adanya Gadjah Mada University Press.
arbuskula (Contesa, 2010). Dwidjoseputro, D. (1994). Pengantar fisiologi
tumbuhan. Jakarta: PT. Gramedia
KESIMPULAN Pustaka Utama.
Pemberian FMA dengan dosis 15 g Delvian. (2003). Keanekaragaman cendawan
inokulan/tanaman terhadap bibit tanaman mikoriza arbuskula di hutan pantai dan
Surian pada media tanam tanah ultisol potensi pemanfaatannya. studi di hutan
memberikan pengaruh terhadap rata-rata Cagar Alam Leuweung Sancang,
pertambahan jumlah helai daun. Kecamatan Pameungpeuk Kabupaten
Garut, Jawa Barat. (Disertasi). Program
SARAN Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor,
Sebaiknya dilakukan pengamatan yang Bogor.
lebih dari 12 minggu sampai terlihat pengaruh

Copyright © 2016. Al-Kauniyah Jurnal Biologi, p-ISSN: 1978-3736, e-ISSN: 2502-6720| 7


Al-Kauniyah Jurnal Biologi, 9(1), 2016

Delvian. (2006). Peranan ekologi dan medium tidak steril. (Tesis). Program
agronomi cendawan mikoriza arbuskula. Pascasarjana. Universitas Padjajaran,
(Skripsi). Departemen Kehutanan Bandung.
Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Musfal (2008). Efektifitas cendawan mikoriza
Utara, Medan. arbuskula (CMA) terhadap pemberian
Djam’an & Dharmawati, F. (2002). Informasi pupuk spesifik lokasi tanaman jagung
singkat benih. Bogor: Balai Penelitian pada tanah inceptisol. (Tesis).
dan Pengembangan Teknologi Pascasarjana Universitas Sumatera Utara,
Perbenihan. Medan
Djam’an, D. F. (2003). Mengenal kayu Pattimahu, D. V. (2004). Restorasi lahan kritis
andalan Jawa Barat: Suren (Toona pascatambang sesuai kaidah ekologi.
sureni (Bl.) Merr.). (25 Juni 2015). (Makalah Falsafah Sains). Pascasarjana
Diunduh dari http://dephut.go.id/ IPB, Bogor.
INFORMASI/MKI/06II Kayu Andalan Prasetyo, B. H., & Suriadikarta, D. A. (2006).
html. Klasifikasi, potensi dan teknologi
Gomez, K. A., & Gomez, A. A. (1995). pengelolaan tanah ultisol pengembangan
Prosedur statistic untuk pertanian. Edisi lahan kering di Indonesia. (4 Mei 2015).
kedua. Jakarta: Penerbit Universitas Diunduh dari http://litbang.deptan.go.id/
Indonesia. publikasi/p325 206.pdf.
Harley, J. L., & Smith, S. E. (1997). Mycor- Prayudaningsih, R. (2014). Pertumbuhan semai
rhizal symbiosis. London: Academic Alstonia scholaris, Acacia auriculiformis
Press. dan Muntingia calabura yang diinokulasi
Herdina, J. (2012). Pertumbuhan beberapa fungi mikoriza arbuskula pada media
tanaman untuk revegetasi yang tanah bekas tambang kapur. Jurnal
diinokulasi ektomikoriza pada lahan Penelitian Kehutanan Wallacea, 3(1),
bekas tambang batu bara Ombilin. 13-23.
(Tesis). Pascasarjana Universitas Sarief, S. (1986). Ilmu tanah pertanian.
Andalas, Padang. Bandung: Pustaka Buana.
Imas, T., Hadioetomo, R. S., Gunawan, A. W., Simorangkir, B. D. A. S. (2000). Analisis riap
& Setiadi, Y. (1989). Mikrobiologi tanah Dryobalanops lanceolata Burck pada
II. Bogor: Institut Pertanian Bogor. lebar jalur yang berbeda di hutan koleksi
Ismiyati, U. (2003). Biodervisitas cendawan Universitas Mulawarman Lempake.
mikoriza arbuskula pada rizosfer Frontir Nomor 32. Kalimantan Timur.
tanaman makanan ternak introduksi dan Setiadi, Y. (1998). Prospek pengembangan
lokal potensial di lahan gambut mikoriza untuk rehabilitasi lahan kritis.
Kalimantan Tengah. (Skripsi). Fakultas Pelatihan Alih Teknologi Mikoriza di
Peternakan. Institut Pertanian Bogor, Pusat Pengembangan Jati, Cepu. Perum
Bogor. Perhutani.
Mansur, I. (2013). Prosiding Workshop Subiksa, I. G. M. (2002). Pemanfatan mikoriza
Produksi Inokulan Cendawan Mikoriza untuk penanggulangan lahan kritis.
Arbuskula. Bandung, Jawa Barat: (Makalah Falsafah Sain). Program
Asosiasi Mikoriza Indonesia. Pascasarjana Institut Pertanian Bogor,
Margarettha. (2007). Pemanfaatan tanah bekas Bogor.
tambang batu bara dengan pupuk hayati Sofyan, A., & Islam, S. (2006). Pengaruh
mikoriza sebagai media tanam jagung umur semai terhadap pertumbuhan bibit
manis. Jurnal Hidrolitan, 1(3), 1-10. suren di persemaian. Palembang: Balai
Muas, I. (2002). Kompatibilitas beberapa jenis Litbang Hutan Tanaman.
isolat cendawan mikoriza arbuskula
terhadap dua kultivar pepaya (Carica
papaya L.) dan daya adaptasinya pada

8 | Copyright © 2016. Al-Kauniyah Jurnal Biologi, p-ISSN: 1978-3736, e-ISSN: 2502-6720


Al-Kauniyah Jurnal Biologi, 9(1), 2016

Triyanto. (2008). Pemberian bokashi terhadap Yusnaweti. (2000). Efek pemberian ampas
pertumbuhan bibit kelapa sawit (Elaeis gambir dan cendawan mikoriza
giuneensis Jacq.) yang diinokulasi arbuskular terhadap pertumbuhan
dengan cendawan mikoriza arbuskula tanaman gambir (Uncaria gambir Roxb).
(CMA). (Skripsi). Biologi FMIPA (Tesis). Program Pascasarjana
Universitas Andalas, Padang. Universitas Andalas, Padang.
Yuhernita & Juniarti. (2009). Skrining awal
bioaktivitas daun surian [Toona sureni
(Bl.) Merr.] dengan metoda brine shrimp
lethality test (BSLT) dan perendaman
2,2–diphenyl–1–picrylhy-drazyl (DPPH).
Jurnal Kimia Mulawarman, 6(2), 33-36.

Copyright © 2016. Al-Kauniyah Jurnal Biologi, p-ISSN: 1978-3736, e-ISSN: 2502-6720| 9

Anda mungkin juga menyukai