LP INTRANATAL (FINAL) Fix
LP INTRANATAL (FINAL) Fix
Konsep Dasar
1. Definisi
Intranatal care (persalinan) adalah serangkaian kejadian yang berakhir dengan
pengeluaran bayi yang cukup bulan, disusul dengan pengeluaran placenta dan selaput
janin dari tubuh ibu (Nugroho, 2011).
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uri) yang telah
cukup bulan atau dapat hidup di luar kandungan melalui jalan lahir atau melalui jalan
lain, dengan bantuan atau tanpa bantuan (Manuaba, 2010).
Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi
pada kehamilan cukup bulan (37 – 42 minggu), lahir spontan dengan presentasi
belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam tanpa komplikasi baik pada ibu
maupun pada janin (Nurhayati, 2009).
2. Penyebab/Faktor Predisposisi
Menurut Manuaba dkk, 2010 terjadinya persalinan belum dapat diketahui. Besar
kemungkinan semua faktor bekerja bersama-sama sehingga pemicu persalinan
menjadi multifaktor. Teori kemungkinan terjadinya persalinan, antara lain:
a. Teori Keregangan
Otot rahim mempunyai kemampuan meregang dalam batas tertentu. Setelah
melewati batas tersebut, terjadi kontraksi sehingga persalinan dapat mulai.
b. Teori Penurunan Progesteron
Proses penuaan plasenta terjadi pada saat kehamilan 28 minggu karena terjadi
penimbunan jaringan ikat. Pembuluh darah mengalami penyempitan dan buntu.
Produksi progesteron mengalami penurunan sehigga otot rahim lebih sensitif
terhadap oksitosin. Akibatnya, otot rahim mulai berkontraksi setelah mencapai
tingkat penurunan progesteron tertentu.
c. Teori Oksitosin Internal
Oksitosin dikeluarkan oleh hypofisis posterior. Perubahan keseimbangan estrogen
dan progesterone dapat mengubah sensitivitas otot rahim sehingga sering terjadi
kontraksi Braxton Hicks. Dengan menurunnya konsentrasi progesterone akibat
tuanya kehamilan, maka oksitosin dapat meningkat aktivitas.
d. Teori Prostalglandin
Konsentrasi prostalglandin meningkat sejak usia kehamilan 15 minggu yang
dikeluarkan oleh desidua. Pemberian prostalglandin saat hamil menimbulkan
kontraksi otot rahim sehingga hasil konsepsi dikeluarkan.
Kepala fleksi
Kepala memasuki
ruang panggul
Kepala defleksi
Doran, teknus,
perjol, vulka
Melahirkan Bahu
Bayi lahir
Sumber: Sarwono, 2008
seluruhnya
3. Pohon Masalah
a. Kala I
Kontraksi uterus
Kurang
Pengetahuan
b. Kala II
Kala II
Perangansangan
reseptor nyeri pada Resiko Kerusakan Janin terjepit di jalan
uterus dan serviks Integritas Kulit (Ibu) lahir
Kurang Pengetahuan
Trauma Jaringan Kesulitan dengan pelepasan Diikuti oleh pengeluaran Janin plasenta lahir
plasenta sisa plasenta
Terputusnya klien
Perubahan peran dan tanggung
kontinuitas jaringan Teknik pelepasan dan Keluarnya darah (normal jawab pada keluarga
pengeluaran uri yang tidak 150-300 cc)
tepat
Pelepasan neurotransmitter Risiko Perubahan Proses
nyeri di korteks serebral Risiko Perdarahan Keluarga
Partus Kala IV
Substansi P, serotonin,
prostaglandin keluar
Diterima di kornu
dorsalis medulla
spinalis
Korteks serebri
Persepsi nyeri
Nyeri Akut
4. Klasifikasi
Menurut Manuaba, 2008 persalinan dapat diklasifikasikan menjadi 2 macam
yaitu:
1. Menurut definisi/cara persalinan :
a. Persalinan spontan
Proses lahirnya bayi dengan kekuatan/tenaga ibu sendiri tanpa bantuan alat-
alat serta tidak melukai ibu dan bayi. Pada umumnya berlangsung kurang dari
24 jam.
b. Persalinan buatan
Bila proses persalinan dengan bantuan tenaga dari luar.
c. Persalinan anjuran
Bila kekuatan yang diperlukan untuk persalinan ditimbulkan dari luar dengan
jalan rangsangan.
2. Menurut umur kehamilan dan berat badan yang dilahirkan sebagai berikut :
a. Abortus
Terhentinya dan dikeluarkannya hasil konsepsi sebelum mampu hidup di luar
kandungan. Umur hamil sebelum 28 minggu. Berat janin kurang dari 1000
gram.
b. Persalinan prematuritas
Persalinan sebelum umur hamil 28 minggu sampai 36 minggu. Berat janin
kurang dari 2499 gram.
c. Persalinan aterm
Persalinan antara umur hamil 37 minggu sampai 42 minggu. Berat janin di
atas 2500 gram.
d. Persalinan Serotinus
Persalinan melampaui umur kehamilan 42 minggu. Pada janin terdapat tanda-
tanda post maturitas.
e. Persalinan presipitatus
Persalinan berlangsung cepat kurang dari 3 jam
5. Gejala Klinis
Menurut (Manuaba dkk, 2010) tanda-tanda persalinan antara lain :
1) Kekuatan his semakin serig terjadi dan teratur dengan jarak kontraksi yang
semakin pendek.
2) Dapat terjadi pengeluaran pembawa (pengeluaran lendir, lendir bercampur darah).
3) Dapat disertai ketuban pecah.
4) Pada pemeriksaan dalam dijumpai perubahan serviks,ada pembukaan.
2) Kala II
Persalinan kala II dimilai ketika pembukaan lengkap dan berakhir dengan
lahirnya seluruh janin
Tanda dan gejala :
a. Ibu ingin meneran
b. Perineum menonjol
c. Vulva dan anus membuka
d. Meningkatnya pengeluaran darah dan lendir
e. Kepala telah turun didasar panggul
Pada kala II his menjadi lebih kuat dan lebih cepat, kira-kira 2-3 menit
sekali, kepala janin biasanya sudah masuk diruang panggul, maka pada his
dirasakan tekanan pada otot-otot dasar panggul, yang secara reflektoris
menimbulkan rasa meneran. Pada primigravida kala II berlangsung rata-rata 45 –
60 menit, dan multipara 15-30 menit.
3) Kala III (kala uri)
a. Persalinan kala III dimulai setelah lahirnya bayi dan berakhir dengan lahirnya
plasenta.
b. Kontraksi dengan amplitudo sama dengan kala I dan II
c. Terjadi penciutan permukaan kavum uteri (tempat implantasi plasenta)
Pelepasan plasenta
a. Menurut Matthew Duncan : dimulai dari pinggir plasenta (margina)
b. Menurut Schutze : dimulai dari tengah
c. Kombinasi keduanya
Cara Menguji
a. Perasat Kustner
Tangan kanan : tali pusat, tangan kiri → fundus uteri taki pusat masuk
kembali → belum lepas, tetap/tidak masuk → lepas
b. Perasat Klein
Ibu dimnta mengedan → tali pusat turun kebawah, berhenti mengedan →
tali pusat tetap → lepas tali pusat mesuk kembali → belum lepas
c. Peerasat Strassinan
Tangan kanan → menarik sedikit tali pusat tangan kiri → mengetok-ngetok
fundus uteri terasa getaran : belum lepas
Persalinan Kala III adalah periode setelah lahirnya anak sampai plasenta
lahir. Segera setelah anak lahir dilakukan penilaian atas ukuran besar dan
konsistensi uterus dan ditentukan apakah ini aalah persalinan pada kehamilan
tunggal atau kembar. Bila kontraksi uterus berlangsung dengan baik dan tidak
terdapat perdarahan maka dapat dilakukan pengamatan atas lancarnya proses
persalinan kala III.
Penatalaksanaan kala III:
Tanda-tanda lepasnya plasenta:
1) Uterus menjadi semakin bundar dan menjadi keras.
2) Pengeluaran darah secara mendadak.
3) Fundus uteri naik oleh karena plasenta yang lepas berjalan kebawah kedalam
segmen bawah uterus.
4) Talipusat di depan menjadi semakin panjang yang menunjukkan bahwa
plasenta sudah turun.
Tanda-tanda diatas kadang-kadang dapat terjadi dalam waktu sekitar 1 menit
setelah anak lahir dan umumnya berlangsung dalam waktu 5 menit. Bila plasenta
sudah lepas, harus ditentukan apakah terdapat kontraksi uterus yang baik. Parturien
diminta untuk meneran dan kekuatan tekanan intrabdominal tersebut biasanya
sudah cukup untuk melahirkan plasenta. Bila dengan cara diatas plasenta belum
dapat dilahirkan, maka pada saat terdapat kontraksi uterus dilakukan tekanan
ringan pada fundus uteri dan talipusat sedikit ditarik keluar untuk mengeluarkan
plasenta
Tehnik melahirkan plasenta:
1) Tangan kiri melakukan elevasi uterus (seperti tanda panah) dengan tangan kanan
mempertahankan posisi talipusat.
2) Parturien dapat diminta untuk membantu lahirnya plasenta dengan meneran.
3) Setelah plasenta sampai di perineum, angkat keluar plasenta dengan menarik
talipusat keatas.
4) Plasenta dilahirkan dengan gerakan “memelintir” plasenta sampai selaput
ketuban agar selaput ketuban tidak robek dan lahir secara lengkap oleh karena
sisa selaput ketuban dalam uterus dapat menyebabkan terjadinya perdarahan
pasca persalinan.
Penatalaksanaan kala III aktif:
Penatalaksanaan aktif kala III (pengeluaran plasenta secara aktif) dapat
menurunkan angka kejadian perdarahan pasca persalinan.
Penatalaksanaan aktif kala III terdiri dari:
1) Pemberian oksitosin segera setelah anak lahir
2) Tarikan pada talipusat secara terkendali
3) Masase uterus segera setelah plasenta lahir
Tehnik:
1) Setelah anak lahir, ditentukan apakah tidak terdapat kemungkinan adanya
janin kembar.
2) Bila ini adalah persalinan janin tunggal, segera berikan oksitosin 10 U i.m
(atau methergin 0.2 mg i.m bila tidak ada kontra indikasi)
3) Regangkan talipusat secara terkendali (“controlled cord traction”):
a) Telapak tangan kanan diletakkan diatas simfisis pubis. Bila sudah terdapat
kontraksi, lakukan dorongan bagian bawah uterus kearah dorsokranial
b) Tangan kiri memegang klem talipusat, 5–6 cm didepan vulva.
c) Pertahankan traksi ringan pada talipusat dan tunggu adanya kontraksi
uterus yang kuat.
d) Setelah kontraksi uterus terjadi, lakukan tarikan terkendali pada talipusat
sambil melakukan gerakan mendorong bagian bawah uterus kearah
dorsokranial.
e) Penarikan talipusat hanya boleh dilakukan saat uterus kontraksi.
f) Ulangi gerakan-gerakan diatas sampai plasenta terlepas.
g) Setelah merasa bahwa plasenta sudah lepas, keluarkan plasenta dengan
kedua tangan dan lahirkan dengan gerak memelintir.
4) Setelah plasenta lahir, lakukan masase fundus uteri agar terjadi kontraksi dan
sisa darah dalam rongga uterus dapat dikeluarkan.
5) Jika tidak terjadi kontraksi uterus yang kuat (atonia uteri) dan atau terjadi
perdarahan hebat segera setelah plasenta lahir, lakukan kompresi bimanual.
6) Jika atonia uteri tidak teratasi dalam waktu 1 – 2 menit, ikuti protokol
penatalaksanaan perdarahan pasca persalinan.
7) Jika plasenta belum lahir dalam waktu 15 menit, berikan injeksi oksitosin
kedua dan ulangi gerakan-gerakan diatas.
8) Jika plasenta belum lahir dalam waktu 30 menit:
a) Periksa kandung kemih, bila penuh lakukan kateterisasi.
b) Periksa adanya tanda-tanda pelepasan plasenta.
c) Berikan injeksi oksitosin ketiga.
4) Kala IV
Dua jam pertama pasca persalinan merupakan waktu kritis bagi ibu dan
neonatus. Keduanya baru saja mengalami perubahan fisik luar biasa dimana ibu
baru melahirkan bayi dari dalam perutnya dan neonatus sedang menyesuaikan
kehidupan dirinya dengan dunia luar. Petugas medis harus tinggal bersama ibu dan
neonatus untuk memastikan bahwa keduanya berada dalam kondisi stabil dan dapat
mengambil tindakan yang tepat dan cepat untuk mengadakan stabilisasi.
Langkah-langkah penatalaksanaan persalinan kala IV:
1) Periksa fundus uteri tiap 15 menit pada jam pertama dan setiap 30 menit pada
jam kedua.
2) Periksa tekanan darah – nadi – kandung kemih dan perdarahan setiap 15 menit
pada jam pertama dan 30 menit pada jam kedua.
3) Anjurkan ibu untuk minum dan tawarkan makanan yang dia inginkan.
4) Bersihkan perineum dan kenakan pakaian ibu yang bersih dan kering.
5) Biarkan ibu beristirahat.
6) Biarkan ibu berada didekat neonatus.
7) Berikan kesempatan agar ibu mulai memberikan ASI, hal ini juga dapat
membantu kontraksi uterus.
8) Bila ingin, ibu diperkenankan untuk ke kamar mandi untuk buang air kecil.
Pastikan bahwa ibu sudah dapat buang air kecil dalam waktu 3 jam pasca
persalinan.
9) Berikan petunjuk kepada ibu atau anggauta keluarga mengenai:
a) Cara mengamati kontraksi uterus.
b) Tanda-tanda bahaya bagi ibu dan neonatus.
10) Ibu yang baru bersalin sebaiknya berada di kamar bersalin selama 2 jam dan
sebelum dipindahkan ke ruang nifas petugas medis harus yakin bahwa:
a) Keadaan umum ibu baik.
b) Kontraksi uterus baik dan tidak terdapat perdarahan.
c) Cedera perineum sudah diperbaiki.
d) Pasien tidak mengeluh nyeri.
e) Kandung kemih kosong.
8. Komplikasi
Komplikasi yang mungkin timbul pada pasien intranatal adalah ketuban pecah dini,
persalinan preterm, kehamilan postmatur, prolaps tali pusat, rupture uterus, kelahiran
sesaria, inverse uterus, dan pendarahan postpartum dini.
B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian Keperawatan
Kala I
a. Riwayat sekarang, catat tanda persalinan seperti his yang teratur, frekuensi,
interval, adanya ruptur, selaput ketuban dan status emosional.
b. Pemeriksaan fisik, dilatasi uteri 0-3 cm posisi fetus, his anatara 5-30 menit dan
berlangsung selama 10-30 menit vagina mengeluarkan cairan pink, coklat,
ruptur, keluhan, DJJ terdengar lebih jelas di umbilikus
h. Tes diagnostik dan laboratorium: spesimen urin, tes darah, ruptur membrane,
cairan amnion: Warna, karakter dan jumlah
Kala II
a. Data umum Peningkatan tekanan darah 5-10 mmhg, peningkatan RR, nadi
kurang dari 100, suhu tubuh dan diaphoresis.
b. Kontraksi 2-3 menit, intensitas kuat, lamanya 50-70 detik pembukaan servik 10
cm, pendataran 100%, peningkatan pengeluaran darah dan lendir, cairan
amnion, perineum menonjol, keluar feses pada saat melahirkan dan distensi
kandung kemih.
c. Tanda yang menyertai kala II: Keringat terlihat tiba-tiba diatas bibir, gerakan
ekstremitas, pembukaan serviks, his lebih kuat dan sering, ibu merasakan
tekanan pada rektum, merasa ingin BAB, ketuban +/-, perineum menonjol, anus
dan vulva membuka, gelisah, pada waktu his kepala janin tampak di vulva,
meningkatnya pengeluaran darah dan lendir, kepala turun di dasar panggul,
perasaan panas dan tegang pada perineum, tremor, kelelahan, emosi labil, takut,
gelisah, ketidakpercayaan dan merintih.
a. Data umum Ibu kelelahan, pucat, sianosis, tekanan darah lebih dari 100/10
mmhg, kemungkinan sock, nyeri abdomen, mules, pusing, tremor dan
kedinginan, mengobservasi tanda-tanda dari ibu, perubahan tingkat kesadaran
atau perubahan pernafasan
c. Pengkajian setelah janin lahir, tinggi fundus uteri, setinggi pusat, pelepasan
plasenta ada dua macam, yaitu:
1. Schulze, Pelepasan plasenta dimulai dari bagian bawah plasenta tidak ada
perdarahan sebelum plasenta lahir, ada perdarahan setelah plasenta lahir.
Kala IV
a. Tanda tanda vital: Vital sign dapat memberikan data dasar untuk diagnosa
potensial, komplikasi seperti perdarahan dan hipertermia. Pada kala IV
observasi vital sign sangat penting untuk mengetahui perubahan setelah
melahirkan seperti: pulse biasanya stabil sebelum bersalin selama 1 jam pertama
dan mengalami perubahan setelah terjadi persalinan yaitu dari cardiovaskuler.
c. Kandung kemih: Dengan observasi dan palpasi kandung kemih. Jika kandung
kemih menegang akan mencapai ketinggian suprapubik dan redup pada perkusi.
d. Lochia: Jumlah dan jenis lochea dikaji melalui observasi perineum ibu dan kain
dibawah bokong ibu. Jumlah dan ukuran gumpalan darah jika dilihat dicatat
hasil dan bekuannya
e. Perineum: Perawat menanyakan kepada ibu atau menganjurkan untuk mengiring
dan melenturkan kembali otot otot panggul atas dan dengan perlahan-lahan
mengangkat bokong untuk melihat perineum
f. Temperatur: Temperatur ibu diukur saat satu jam pertama dan sesuaikan dengan
keadaan temperatur ruangan. Temperatur biasanya dalam batas normal selama
rentang waktu satu jam pertama, kenaikan pada periode ini mungkin
berhubungan dengan dehidrasi atau kelelahan
Rencana Keperawatan
No Diagnosa
Tujuan Intervensi
1 Nyeri SLKI: Management Nyeri
melahirkan Setelah dilakukan asuhan 1. Identifikasi lokasi,
berhubungan keperawatan selama 1 x 4 karakteristik, durasi,
dengan jam diharapkan nyeri frekuensi, kualitas,
dilatasi persalinan pada pasien intensitas nyeri
serviks menurun dengan kriteria 2. Berikan teknik
hasil: nonfarmakologi untuk
a. Tingkat nyeri mengurangi nyeri teknik
1. Perineum pijat
terasa tertekan menurun 3. Ajarkan teknik
2. Uterus nonfarmakologi untuk
teraba membulat mengurangi rasa nyeri
menurun 4. Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu
2 Nyeri SLKI: Management Nyeri
persalinan 1. Identifikasi lokasi,
Setelah dilakukan asuhan
berhubungan keperawatan selama 1 x karakteristik, durasi,
dengan 15 menit diharapkan nyeri frekuensi, kualitas,
pengeluaran persalinan pada pasien intensitas nyeri
janin menurun dengan kriteria 2. Berikan teknik
hasil: nonfarmakologi untuk
a. Tingkat nyeri mengurangi nyeri teknik
1. Perineum pijat
terasa tertekan 3. Ajarkan teknik
menurun nonfarmakologi untuk
2. Uterus mengurangi rasa nyeri
teraba membulat 4. Kolaborasi pemberian
menurun analgetik, jika perlu
b. Status intrapartum
1. Koping terhadap
ketidaknyamanan
persalinan meningkat
2. Memanfaatkan teknik
untuk memfasilitasi
persalinan meningkat
3. Dilatasi serviks
meningkat
4. Perdarahan vagina
menurun
5. Frekuensi kontaksi
uterus membaik
6. Periode kontraksi
uterus membaik
7. Intensitas kontraksi
uterus membaik
3 Risiko SLKI: Pencegahan Perdarahan
perdarahan Setelah dilakukan asuhan Observasi
berhubungan
dengan keperawatan selama 1 x 2 1. Monitor tanda dan gejala
trauma jam diharapkan risiko perdarahan
perdarahan pada pasien 2. monitor nilai
menurun hematokrit/hemmoglobin
Kriteria hasil: sebelum dan setelah
1. Perdarahan vagina kehilangan darah
menurun 3. monitor tanda-tanda vital
2. Hemoglobin membaik ortostatik
3. Hematokrit membaik Terapeutik
4. Tekanan darah 1. Pertahankan bed rest selama
membaik perdarahan
5. Denyut nadi apical 2. Batasi tindakan infasive ,
membaik jika perlu
6. Suhu tubuh membaik Edukasi
1. Jelaskan tanda dan gejala
perdarahan
2. Anjurkan menggunakan
kaus kaki saat ambulansi
3. Anjurkan meningkatkan
asupan makanan
Kolaborasi
1. pemberian obat pengontrol
perdarahan, jika perlu
2. kolaborasi pemberian
produk darah
3. kolaborasi pembersihan
pelunak, jika perlu
Perawatan Pascapersalinan
Observasi
1. monitor tanda-tanda vital
2. monitor keadaan lokia
(mis.warna, jumlah, baud
an bekuan)
3. periksa perineum atau
robekan (kemerahan,
edema, ekimosis,
pengeluaran, penyatuan,
jahitan)
4. monitor nyeri
5. identifikasi kemampuan
ibu merawat bayi
Terapeutik
1. kosongkan kantong kemih
sebelum pemeriksaan
2. masase fundus sampai
kontraksi kuat, jika perlu
3. diskusikan kebutuhan
aktivitas dan istirahat
selama masa postpartum
4. diskusikan tentang
perubahan fisik dan
psikologis ibu postpartum
5. diskusikan seksualitas
masa postpartum
6. diskusikan penggunaan
alat kontrasepsi
Edukasi
1. jelaskan tanda bahaya
nifas pada ibu dan
keluarga
2. Jelaskan pemeriksaan
pada ibu dan bayi secara
rutin
3. Ajarkan perawatan
perineum yang tepat
Kolaborasi
1. Rujuk ke konselor laktasi,
jika perlu
DAFTAR PUSTAKA
Manuaba, IBG, dkk. 2008. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan & Keluarga Berencana
Manuaba, IBG, dkk. 2010. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan Dan KB. Jakarta: EGC.
Nugroho, T. 2011. Buku Ajar Obstetri untuk Mahasiswa Kebidanan. Yogyakarta: Nuha
Medika.
Nurhayati. 2009. Asuhan Kegawatdaruratan Dan Penyulit Pada Neonatus. Jakarta: CV.
PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indnesia : Definisi Dan Indikator Diagnostik.
Jakarta : DPP PPNI