Anda di halaman 1dari 20

ASUHAN KEPERAWATAN

CA COLORECTAL

A. Landasan Teori
1. PENGERTIAN

Neoplasma / Kanker adalah pertumbuhan baru massa yang tidak normal akibat
proliferasi sel-sel yang beradaptasi tanpa memiliki keuntungan dan tujuan. Neoplasma
terbagi atas jinak atau ganas. Neoplasma ganas disebut juga sebagai kanker (cancer).
(SylviaA Price, 2005).
Karsinoma atau kanker kolon ialah keganasan tumbuh lambat yang paling sering
ditemukan daerah kolon terutama pada sekum, desendens bawah, dan kolon sigmoid.
Prognosa optimistik; tanda dan gejala awal biasanya tidak ada. (Susan Martin Tucker,
1998).
Kanker kolorektal adalah tumbuhnya sel-sel ganas dalam tubuh di dalam
permukaan usus besar atau rektum. Kebanyakan kanker usus besar berawal dari
pertumbuhan sel yang tidak ganas biasa disebut adenoma yang dalam stadium awal
membentuk polip (sel yang tumbuh sangat cepat). (www.republika.co.id).
Dari beberapa pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa kanker kolon
adalah tumbuhnya sel-sel ganas di permukaan dalam usus besar (kolon) atau rektum.
Lokasi tersering timbulnya kanker kolon adalah di bagian sekum, asendens, dan kolon
sigmoid, salah satu penatalaksanaannya adalah dengan membuat kolostomi untuk
mengeluarkan produksi faeces. Kanker colon adalah penyebab kedua kematian di
Amerika Serikat setelah kanker paru-paru ( ACS 1998 )
Penyakit ini termasuk penyakit yang mematikan karena penyakit ini sering tidak
diketahui sampai tingkat yang lebih parah.Pembedahan adalah satu-satunya cara untuk
mengubah kanker Colon.
2. ETIOLOGI

Penyebab dari pada kanker Colon tidak diketahui. Faktor resiko yang telah
teridentifikasi adalah :

- Usia lebih dari 40 tahun


- Darah dalam feses
- Riwayat polip rektal atau polip kolon
- Adanya polip adematosa atau adenoma villus
- Riwayat keluarga dengan kanker kolon atau poliposis dalam keluarga
- Riwayat penyakit usus inflamasi kronis
- Diet tinggi lemak, protein, daging dan rendah serat.

Makanan-makanan yang pasti di curigai mengandung zat-zat kimia yang


menyebabkan kanker pada usus besar. Makanan tersebut juga mengurangi waktu
peredaran pada perut, yang mempercepat usus besar menyebabkan terjadinya kanker.
Makanan yang harus dihindari :
- Daging merah
- Lemak hewan
- Makanan berlemak
- Daging dan ikan goreng atau panggang
- Karbohidrat yang disaring(example:sari yang disaring)
- Makanan yang harus dikonsumsi:
- Buah-buahan dan sayur-sayuran khususnya Craciferous Vegetables dari
golongan kubis ( seperti brokoli,brussels sprouts )
- Butir padi yang utuh
- Cairan yang cukup terutama air

Adapun Etiologi lainnya adalah sebagai berikut :


- Kontak dengan zat-zat kimia tertentu seperti logam berat, toksin, dan ototoksin
serta gelombang elektromagnetik.
- Zat besi yang berlebihan diantaranya terdapat pada pigmen empedu, daging sapi
dan kambing serta tranfusi darah.
- Minuman beralkohol, khususnya bir. Usus mengubah alkohol menjadi
asetilaldehida yang meningkatkan risiko menderita kanker kolon.
- Obesitas.
- Bekerja sambil duduk seharian, seperti para eksekutif, pegawai administrasi,
atau pengemudi kendaraan umum
- Polip di usus (Colorectal polyps), polip adalah pertumbuhan pada dinding dalam
kolon atau rektum, dan sering terjadi pada orang berusia 50 tahun ke atas.
Sebagian besar polip bersifat jinak (bukan kanker), tapi beberapa polip
(adenoma) dapat menjadi kanker.
- Colitis Ulcerativa atau penyakit Crohn, orang dengan kondisi yang
menyebabkan peradangan pada kolon (misalnya colitis ulcerativa atau penyakit
Crohn) selama bertahun-tahun memiliki risiko yang lebih besar.

3. MANIFESTASI KLINIK

Gejala sangat ditentukan oleh lokasi kanker, tahap penyakit, dan fungsi segmen
usus tempat kanker berlokasi. Adanya perubahan dalam defekasi, darah pada feses,
konstipasi, perubahan dalam penampilan feses, tenesmus, anemia dan perdarahan rectal
merupakan keluhan yang umum terjadi.

Kanker kolon kanan, dimana isi kolon berupa cairan, cenderung tetap tersamar
hingga stadium lanjut. Sedikit kecenderungan menimbulkan obstruksi, karena lumen
usus lebih besar dan feses masih encer. Anemia akibat perdarahan sering terjadi, dan
darah bersifat samar dan hanya dapat dideteksi dengan tes Guaiak (suatu tes sederhana
yang dapat dilakukan di klinik). Mucus jarang terlihat, karena tercampur dalam feses.
Pada orang yang kurus, tumor kolon kanan mungkin dapat teraba, tetapi jarang pada
stadium awal. Penderita mungkin mengalami perasaan tidak enak pada abdomen, dan
kadang – kadang pada epigastrium.
Kanker kolon kiri, dan rectum cenderung menyebabkan perubahan defekasi
sebagai akibat iritasi dan respon refleks. Diare, nyeri kejang, dan kembung sering
terjadi. Karena lesi kolon kiri cenderung melingkar, sering timbul gangguan obstruksi.

Feses dapat kecil dan berbentuk seperti pita. Baik mucus maupun darah segar
sering terlihat pada feses. Dapat terjadi anemia akibat kehilangan darah kronik.
Pertumbuhan pada sigmoid atau rectum dapat mengenai radiks saraf, pembuluh limfe
atau vena, menimbulkan gejala – gejala pada tungkai atau perineum. Hemoroid, nyeri
pinggang bagian bawah, keinginan defekasi atau sering berkemih dapat timbul sebagai
akibat tekanan pada alat – alat tersebut. Gejala yang mungkin dapat timbul pada lesi
rectal adalah evakuasi feses yang tidak lengkap setelah defekasi, konstipasi dan diare
bergantian, serta feses berdarah (Gale, 2000).

4. PATOFISIOLOGI

Kanker kolon dan rektum terutama (95%) adenokarsinoma (muncul dari lapisan
epitel usus) dimulai sebagai polip jinak tetapi dapat menjadi ganas dan menyusup serta
merusak jaringan normal serta meluas ke dalam struktur sekitarnya. Sel kanker dapat
terlepas dari tumor primer dan menyebar ke dalam tubuh yang lain (paling sering ke
hati).
Patologi kebanyakan kanker usus besar berawal dari pertumbuhan sel yang tidak
ganas atau disebut adenoma, yang dalam stadium awal membentuk polip (sel yang
tumbuh sangat cepat). Pada stadium awal, polip dapat diangkat dengan mudah. Tetapi,
seringkali pada stadium awal adenoma tidak menampakkan gejala apapun sehingga
tidak terdeteksi dalam waktu yang relatif lama dan pada kondisi tertentu berpotensi
menjadi kanker yang dapat terjadi pada semua bagian dari usus besar (Davey, 2006 :
335).
Kanker kolon dapat menyebar melalui beberapa cara yaitu :
- Secara infiltratif langsung ke struktur yang berdekatan, seperti ke dalam
kandung kemih.
- Melalui pembuluh limfe ke kelenjar limfe perikolon dan mesokolon.
- Melalui aliran darah, biasanya ke hati karena kolon mengalirakan darah ke
system portal.
- Penyebaran secara transperitoneal.
- Penyebaran ke luka jahitan, insisi abdomen atau lokasi drain. Pertumbuhan
kanker menghasilkan efek sekunder, meliputi penyumbatan lumen usus dengan
obstruksi dan ulserasi pada dinding usus serta perdarahan. Penetrasi kanker
dapat menyebabkan perforasi dan abses, serta timbulnya metastase pada jaringan
lain (Gale, 2000 : 177).

Stadium pada pasien kanker kolon menurut Syamsu Hidyat (1197) diantaranya:
- Stadium I bila keberadaan sel-sel kanker masih sebatas pada lapisan dinding
usus besar (lapisan mukosa).
- Stadium II terjadi saat sel-sel kanker sudah masuk ke jaringan otot di bawah
lapisan mukosa.
- Stadium III bila sel kanker sudah menyebar ke sebagian kelenjar limfe yang
banyak terdapat di sekitar usus.
- Stadium IV terjadi saat sel-sel kanker sudah menyerang seluruh kelenjar limfe
atau bahkan ke organ-organ lain.
Stadium pada karsinoma kolon yang ditemukan dengan system TMN
(Tambayong, 2000 : 143).
TIS          : Carcinoma in situ
T1           : Belum mengenai otot dinding, polipoid/papiler
T2           : Sudah mengenai otot dinding
T3           : Semua lapis dinding terkena, penyebaran ke sekitar
T4           : Sama dengan T3 dengan fistula
N             : Limfonodus terkena
M            : Ada metastasis

5. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Ada beberapa pemeriksaan yang dapat dilakukan, yaitu :
- Endoskopi
Pemeriksaan endoskopi perlu dilakukan baik sigmoidoskopi maupun
kolonoskopi. Pemeriksaan kolonoskopi atau teropong usus ini dianjurkan segera
dilakukan bagi mereka yang sudah mencapai usia 50 tahun. Pemeriksaan
kolonoskopi relatif aman, tidak berbahaya, namun pemeriksaan ini tidak
menyenangkan. Kolonoskopi dilakukan untuk menemukan kanker kolorektal
sekaligus mendapatkan jaringan untuk diperiksa di laboratorium patologi. Pada
pemeriksaan ini diperlukan alat endoskopi fiberoptik yang digunakan untuk
pemeriksaan kolonoskopi. Alat tersebut dapat melihat sepanjang usus besar,
memotretnya, sekaligus biopsi tumor bila ditemukan. Dengan kolonoskopi dapat
dilihat kelainan berdasarkan gambaran makroskopik. Bila tidak ada penonjolan
atau ulkus, pengamatan kolonoskopi ditujukan pada kelainan warna, bentuk
permukaan, dan gambaran pembuluh darahnya.

- Radiologis
Pemeriksan radiologis yang dapat dilakukan antara lain adalah foto dada dan
foto kolon (barium enema). Foto dada dilakukan untuk melihat apakah ada
metastasis kanker ke paru.
- Ultrasonografi (USG).
Sulit dilakukan untuk memeriksa kanker pada kolon, tetapi digunakan untuk
melihat ada tidaknya metastasis kanker ke kelenjar getah bening di abdomen dan
hati.
- Histopatologi
Biopsy digunakan untuk menegakkan diagnosis. Gambar histopatologis
karsinoma kolon adalah adenokarsinoma dan perlu ditentukan diferensiansi sel.
- Pemeriksaan Hb
Pemeriksaan ini penting untuk memeriksa kemungkinan pasien mengalami
perdarahan (FKUI, 2001 : 210). Selain itu, pemeriksaan darah samar (occult
blood) secara berkala, untuk menentukan apakah terdapat darah pada tinja atau
tidak.
- Pemeriksaan colok dubur, oleh dokter bila seseorang mencapai usia 50 tahun.
Pemeriksaan tersebut sekaligus untuk mengetahui adanya kelainan pada prostat.
- Barium Enema
Pada pemeriksaan enema barium, bahan cair barium dimasukkan ke usus besar
melalui dubur dan siluet (bayangan)-nya dipotret dengan alat rontgen. Pada
pemeriksaan ini hanya dapat dilihat bahwa ada kelainan, mungkin tumor, dan
bila ada perlu diikuti dengan pemeriksaan kolonoskopi. Pemeriksaan ini juga
dapat mendeteksi kanker dan polip yang besarnya melebihi satu sentimeter.
Kelemahannya, pada pemeriksaan ini tidak dapat dilakukan biopsi.
- Laboratorium.
Tidak ada pertanda yang khas untuk karsinoma kolorektal, walaupun demikian
setiap pasien yang mengalami perdarahan perlu diperiksa Hb. Tumor marker
(petanda tumor) yang biasa dipakai adalah CEA. Kadar CEA lebih dari 5 mg/ ml
biasanya ditemukan karsinoma kolorektal yang sudah lanjut. Berdasarkan
penelitian, CEA tidak bisa digunakan untuk mendeteksi secara dini karsinoma
kolorektal, sebab ditemukan titer lebih dari 5 mg/ml hanya pada sepertiga kasus
stadium III. Pasien dengan buang air besar lendir berdarah, perlu diperiksa
tinjanya secara bakteriologis terhadap shigella dan juga amoeba.
- Scan (misalnya, MR1. CZ: gallium) dan ultrasound: Dilakukan untuk tujuan
diagnostik, identifikasi metastatik, dan evaluasi respons pada pengobatan.
- Biopsi (aspirasi, eksisi, jarum): Dilakukan untuk diagnostik banding dan
menggambarkan pengobatan dan dapat dilakukan melalui sum-sum tulang, kulit,
organ dan sebagainya.

6. PENCEGAHAN

Kanker kolon dapat dicegah dengan cara sebagai berikut :


- Konsumsi makanan berserat
- Untuk memperlancar buang air besar dan menurunkan derajat keasaman,
kosentrasi asam lemak, asam empedu, dan besi dalam usus besar. Seperti Asam
lemak omega-3, yang terdapat dalam ikan tertentu, Kosentrasi kalium, vitamin
A, C, D, dan E dan betakarotin, Susu yang mengandung lactobacillus
acidophilus
- Berolahraga dan banyak bergerak sehingga semakin mudah dan teratur untuk
buang air besar.
- Hidup rileks dan kurangi stress.

Pengobatan medis untuk kanker kolorektal paling sering dalam bentuk


pendukung atau terapi ajufan. Terapi ajufan biasanya diberikan selain pengobatan
bedah. Pilihan mencakup kemoterapi, terapi radiasi dan atau imunoterapi. Terapi ajufan
standar yang diberikan untuk pasien dengan kanker kolon kelas C adalah program 5-
FU/Levamesole. Pasien dengan kanker rectal Kelas B dan C diberikan 5-FU dan metil
CCNU dan d.osis tinggi radiasi pelvis

7. PENATALAKSANAAN

Adapun beberapa penatalaksanaan dari kanker colon, yaitu sebagai berikut :


a. Penatalaksanaan medis
Pasien dengan gejala obstruksi usus diobati dengan cairan IV dan pengisapan
nasogastrik. Apabila terjadi perdarahan yang cukup bermakna terapi komponen darah
dapat diberikan. Pengobatan medis untuk kanker kolorektal paling sering dalam bentuk
pendukung atau terapi ajufan. Terapi ajufan biasanya diberikan selain pengobatan
bedah. Pilihan mencakup kemoterapi, terapi radiasi dan atau imunoterapi.
Kemoterapi yang diberikan ialah 5-flurourasil (5-FU). Belakangan ini sering
dikombinasi dengan leukovorin yang dapat meningkatkan efektifitas terapi. Bahkan ada
yang memberikan 3 macam kombinasi yaitu: 5-FU, levamisol, dan leuvocorin. Dari
hasil penelitian, setelah dilakukan pembedahan sebaiknya dilakukan radiasi dan
kemoterapi.

b. Penatalaksanaan bedah
Pembedahan adalah tindakan primer untuk kebanyakan kanker kolon dan rektal,
pembedahan dapat bersifat kuratif atau paliatif. Kanker yang terbatas pada satu sisi
dapat diangkat dengan kolonoskop. Kolostomi laparoskopik dengan polipektomi
merupakan suatu prosedur yang baru dikembangkan untuk meminimalkan luasnya
pembedahan pada beberapa kasus. Apabila tumor sudah menyebar dan mencakup
struktur vital sekitar, operasi tidak dapat dilakukan. Tipe pembedahan tergantung dari
lokasi dan ukuran tumor.
Prosedur pembedahan pilihan adalah sebagai berikut :
- Reseksi segmental dengan anastomosis (pengangkatan tumor dan porsi usus
pada sisi pertumbuhan, pembuluh darah dan nodus limfatik)
- Reseksi abominoperineal dengan kolostomi sigmoid permanen (pengangkatan
tumor dan porsi sigmoid dan semua rektum serta sfingter anal)
- Kolostomi sementara diikuti dengan reseksi segmental dan anastomosis serta
reanastomosis lanjut dari kolostomi
- Kolostomi permanen atau iliostomy (untuk menyembuhkan lesi obstruksi yang
tidak dapat direseksi
c. Difersi vekal untuk kanker kolon dan rektum
Berkenaan dengan tehnik perbaikan melalui pembedahan, kolostomi dilakukan
pada kurang dari sepertiga pasien kanker kolorektal. Kolostomi adalah pembuatan
lubang (stoma) pada kolon secara bedah. Stoma ini dapat berfungsi sebagai difersi
sementara atau permanen. Ini memungkinkan drainase atau evakuasi isi kolon keluar
tubuh. Konsistensi drainase dihubungkan dengan penempatan kolostomi yang
ditentukan oleh lokasi tumor dan luasnya invasi pada jaringan sekitar.

d. Penatalaksanaan Keperawatan
- Dukungan adaptasi dan kemandirian.
- Meningkatkan kenyamanan.
- Mempertahankan fungsi fisiologis optimal.
- Mencegah komplikasi.
- Memberikan informasi tentang proses/ kondisi penyakit, prognosis, dan
kebutuhan pengobatan.

e. Penatalaksanaan Diet
- Cukup mengkonsumsi serat, seperti sayur-sayuran dan buah-buahan. Serat
dapat melancarkan pencemaan dan buang air besar sehingga berfungsi
menghilangkan kotoran dan zat yang tidak berguna di usus, karena kotoran
yang terlalu lama mengendap di usus akan menjadi racun yang memicu sel
kanker.
- Kacang-kacangan (lima porsi setiap hari)
- Menghindari makanan yang mengandung lemak jenuh dan kolesterol tinggi
terutama yang terdapat pada daging hewan.
- Menghindari makanan yang diawetkan dan pewarna sintetik, karena hal
tersebut dapat memicu sel karsinogen / sel kanker.
- Menghindari minuman beralkohol dan rokok yang berlebihan.
- Melaksanakan aktivitas fisik atau olahraga secara teratur.

2. KOMPLIKASI

Pertumbuhan tumor dapat menyebabkan obstruksi usus parsial atau lengkap.


Pertumbuhan dan ulserasi dapat juga menyerang pembuluh darah sekitar kolon yang
menyebabkan hemoragi. Perforasi dapat terjadi dan mengakibatkan pembentukan abses.
Peritonitis dan atau sepsis dapat menimbulkan syok.

Beberapa komplikasinya yaitu :


- Pertumbuhan tumor dapat menyebabkan obstruksi usus parsial atau lengkap.
- Metastase ke organ sekitar, melalui hematogen, limfogen dan penyebaran
langsung.
- Pertumbuhan dan ulserasi dapat juga menyerang pembuluh darah sekitar kolon
yang menyebabkan hemorragi.
- Perforasi usus dapat terjadi dan mengakibatkan pembentukan abses.
- Peritonitis dan atau sepsis dapat menimbulkan syok.
- Pembentukan abses
B. KONSEP KEPERAWATAN
I. PENGKAJIAN

Pengkajian adalah langkah awal dan dasar dalam proses keperawatan secara
menyeluruh (Boedihartono,1994 : 10)

a. Identitas, Di dalam identitas meliputi nama,umur,jenis


kelamin,alamat,pendidikan,nomor regitrasi,status
pekawinan,agama,pekerjaan,tinggi badan,tanggal MR
b. Keluhan utama : pada pasien Ca Colon biasanya nyeri hebat pada bagian perut
skala 10
c. Dapatkan riwayat kesehatan
Riwayat kesehatan diambil untuk mendapatkan informasi tentang perasaan
lelah; adanya nyeri abdomen atau rektal dan karakternya (lokasi, frekuensi,
durasi, berhubungan dengan makan atau defekasi); pola eliminasi terdahulu dan
saat ini, deskripsi tentang warna, bau dan konsistensi feses, mencakup adanya
darah atau mukus.Informasi tambahan mencakup riwayat masa lalu tentang
penyakit usus inflamasi kronis atau polip kolorektal; dan terapi obat saat ini.
Kebiasaan diet diidentifikasi mencakup masukan lemak dan/ atau serat serta
jumlah konsumsi alkohol. Riwayat penurunan berat badan adalah penting.
d. Perhatikan adanya dan karakter nyeri abdominal dan rectal; pola eliminasi yang
lalu dan sekarang; terapi obat yang terbaru; riwayat medis yang lalu; deskripsi
warna, bau, konsistensi feses dan adanya darah atau mucus.
e. Pengkajian objektif adalah mencakup auskultasi abdomen terhadap bisisng usus
dan palpasi abdomen untuk area nyeri tekan, distensi, dan massa padat.
Spesimen feses diinspeksi terhadap karakter dan adanya darah.
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN

Diagnosa keperawatan adalah suatu penyatuan dari masalah pasien yang nyata
maupun potensial berdasarkan data yang telah dikumpulkan (Boedihartono, 1994).
Meliputi:

1. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan muntah dan dehidrasi


2. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan kompresi jaringan sekunder
akibat obstruksi
3.  Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d gangguan absorbsi nutrien,
status hipermetabolik sekunder terhadap proses keganasan usus.Ditandai dengan:
a.  Penurunan berat badan, penurunan lemak subkutan/massa otot, tonus otot buruk
b.   Peningkatan  bunyi usus
c.    Konjungtiva dan membran mukosa pucat
d.    Mual, muntah, diare.
4. Konstipasi berhubungan dengan lesi obstruksi
5. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan insisi bedah (abdomen dan
perianal), pembentukan stoma, dan kontaminasi fekal terhadap kulit periostomal
6. Ansietas berhubungan dengan rencana pembedahan dan diagnosis kanker
II. INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan muntah dan
dehidrasi
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam diharapkan
dapatmempertahan hidrasi adekuat.
Kriteria Hasil : membran mukosa lembab, turgor kulit baik, dan pengisian kapiler
baik, tanda vital stabil, dan secara individual mengeluarkan urine dengan tepat

Intervensi :

- Awasi masukan dan haluaran dengan cermat, ukur feses cair. Timbang berat
badan tiap hari.
Rasional : Memberikan indikator langsung keseimbangan cairan
-  Kaji tanda vital (TD, Nadi, Suhu)
Rasional : Hipotensi, takikardi, demam dapat menunjukkan respons terhadap
dan/atau efek kehilangan cairan
- Observasi kulit kering berlebihan dan membran mukosa, penurunan turgor
kulit, pengisian kapiler lambat
Rasional : Menunjukkan kehilangan cairan berlebihan/ dehidrasi
- Pertahankan pembatasan peroral, tirah baring; hindari kerja
Rasional : Kolon diistirahatkan untuk penyembuhan dan untuk menurunkan
kehilangan cairan usus
- Observasi perdarahan dan tes feses tiap hari untuk adanya darah samar
Rasional : Diet tak adekuat dan penurunan absorbsi dapat menimbulkan
defisiensi vit. K dan merusak koagulasi, potensial resiko pendarahan
- Kolaborasi pemberian cairan paranteral, transfusi darah sesuai indikasi
Rasional : Mempertahankan istirahat usus akan memerlukan penggantian
cairan untuk memperbaiki kehilangan/ anemia
- Kalaborasi pemberian obat sesuai indikasi: Antiemetik, mis,
trimetobenzamida (Tigan); hidroksin (Vistaril); proklorperazin (Compazine),
Antipiretik, mis, asetaminofen (Tyenol), Vitamin K
Rasional : Digunakan untuk mengontrol mual/muntah pada eksaserbasi akut,
Mengontrol demam, Merangsang pembentukan protrombin hepatik,
menstabilisasi koagulasi dan menurunkan resiko perdarahan

2. Nyeri berhubungan dengan kompresi jaringan sekunder akibat obstruksi

Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam diharapkan nyeri


hilang atau skala nyeri berkurang.

Kriteria Hasil : Melaporkan nyeri hilang/terkontrol, tampak rileks dan mampu


tidur/istirahat dengan tepat

Intervensi :

- Dorong pasien untuk melaporkan nyeri


Rasional : Mencoba untuk mentoleransi nyeri, daripada meminta analgesic
-  Izinkan pasien untuk memulai posisi yang nyaman, mis lutut fleksi
Rasional : Menurukan tegangan abdomen dan meningkatkan rasa control
-  Berikan tindakan yang nyaman ( pijatan punggung, ubah posisi) & aktivitas
senggang
Rasional : Meningkatkan relaksasi, memfokuskan kembali perhatian dan
menigkatkan kemampuan koping.
- Dorong penggunaan tekhnik relaksasi, mis, bimbingan imajinasi, visualisasi.
Berikan aktivitas tenggang
Rasional : Membantu pasien untuk istirahat lebih efektif dan memfokuskan
kembali perhatian, sehingga menurunakan nyeri dan ketidak nyamanan
- Berikan obat sesuai indikasi, mis, analgesik
Rasional : Menurunkan nyeri, meningkatkan kenyamanan.

3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d gangguan absorbsi


nutrien, status hipermetabolik sekunder terhadap proses keganasan usus.
Tujuan: setelah dilskuksn tindakan keperawwatn selama 3x24 jam di
harapkan kebutuhan nutrisi pasien terpenuhi
Kriteria hasil :  klien melaporkan selera makannya meningkat
Intervensi :
- Pertahankan tirah baring selama fase akut/pasca terapi
Rasional : Menurunkan kebutuhan metabolik untuk mencegah penurunan
kalori dan simpanan energi.
- Bantu perawatan kebersihan rongga mulut (oral hygiene).
Rasional : Meningkatkan kenyamanan dan selera makan.
- Berikan diet TKTP, sajikan dalam bentuk yang sesuai perkembangan
kesehatan klien (lunak, bubur kasar, nasi biasa)
Rasional : Asupan kalori dan protein tinggi perlu diberikan untuk
mengimbangi status hipermetabolisme klien keganasan.
- Kolaborasi pemberian obat-obatan sesuai indikasi (roborantia)
Rasional : Pemberian preparat zat besi dan vitamin B12 dapat mencegah
anemia; pemberian asam folat mungkin perlu untuk mengatasi defisiensi
karen amalbasorbsi.
-   Bila perlu, kolaborasi pemberian nutrisi parenteral.
Rasional : Pemberian peroral mungkin dihentikan sementara untuk
mengistirahatkan saluran cerna.
4. Konstipasi berhubungan dengan lesi obstruksi
Tujuan : setelsh dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam diharapkan
pola eliminasi klien sesuai kebutuhan fisik dan gaya hidup dengan ketepatan
jumlah dan konsistensi.
Kriteria hasil : klien melaporkan sudah dapat b.a.b dengan teratur.
Intervensi :
- Pastikan kebiasaan defekasi pasien dan gaya hidup sebelunya
rasional : Membantu dalam jadwal irigasi efektif untuk pasien dengan
kolostomi
- Observasi gerakan usus, warna, konsistensi, dan jumlah
Rasional : Indikator kembalinya fungsi GI, mengidentifikasi ketepatan
intervensi
- Berikan pelunak feses, supositoria gliserin sesuai indikasi
Rasional : Mungkin perlu untuk merangsang peristaltik dengan
perlahan/evakuasi feses
5. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan insisi bedah (abdomen
dan perianal), pembentukan stoma, dan kontaminasi fekal terhadap kulit
periostomal.
Tujuan:  setelah dilakukan tindakan keperawatn selama 3x24 jam diharapkan
dapat meningkatkan penyembuhan luka tepat waktu dan bebas tanpa infeksi.
Kriteria hasil : klien melaporkan luknya sudah sembuh atau mulai sembuh /
mengering
Intervensi :
- Observasi luka, catat karakteristik drainase
Rasional : Perdarahan pascaoperasi paling sering terjadi selama 48 jam
pertama, dimana infeksi dapat terjadi kapan saja
- Ganti balutan sesuai kebutuhan, gunakan tekhnik aseptic
Rasional : Sejumlah besar drainase serosa menuntut penggantian dengan
sering untuk menurunkan iritasi kulit dan potensial ptensi
- Dorong posisi miring dengan kepala tinggi, hindari duduk lama
Rasional : Meningkatkan drainase dari luka parineal atau drain menurunkan
resiko pengumpulan. Duduk lama meningkatkan tekanan parineal,
menurunkan sirkulasi keluka, dan memperlambat penyembuhan
- Kalaborasi irigasi luka sesuai indikasi, gunakan cairan garam faal, larutan
hidrogen peroksida, atau larutan antibiotic
Rasional : Diperlukan untuk menginflamasi/ infekasi praoperasi atau
kontaminasi intraoperasi
- Kalaborasi rendam duduk
Rasional : Meningkatkan kebersihan dan memudahkan penyembuhan.
6.  Ansietas berhubungan dengan rencana pembedahan dan diagnosis kanker
Tujuan:  Setelah dilkukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam menunjukkan
rileks
Kriteria hasil : Klien melaporkan penurunan ansietas sampai tingkat dapat
ditangani. 
Intervensi :
- Orientasikan klien dan orang terdekat terhadap prosedur rutin dan aktivitas
yang diharapkan.
Rasional : Informasi yang tepat tentang situasi yang dihadapi klien dapat
menurunkan kecemasan/ rasa asing terhadap lingkungan sekitar dan
membantu klien mengantisipasi dan menerima situasi yang terjadi.
-  Eksplorasi kecemasan klien dan berikan umpan balik.
Rasional : Mengidentifikasi faktor pencetus/ pemberat masalah kecemasan
dan menawarkan solusi yang dapat dilakukan klien.
- Tekankan bahwa kecemasan adalah masalah yang lazim dialami oleh banyak
orang dalam situasi klien saat ini.
Rasional : Menunjukkan bahwa kecemasan adalah wajar dan tidak hanya
dialami oleh klien satu-satunya dengan harapan klien dapat memahami dan
menerima keadaanya.
-    Ijinkan klien ditemani keluarga (significant others) selama fase kecemasan
dan pertahankan ketenangan lingkungan.
Rasional : Memobilisasi sistem pendukung, mencegah perasaan terisolasi
dan menurunkan kecemsan
-  Kolaborasi pemberian obat sedatif.

Rasional : Menurunkan kecemasan, memudahkan istirahat.Menilai


perkembangan masalah klien.

- Pantau dan catat respon verbal dan non verbal klien yang menunjukan
kecemasan.
Rasional : Mendapatkan informasi keefektifan terapi yang diberikan.
IV. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Sasaran utama dapat mencakup eliminasi yang adekuat dari produk sisa tubuh,
reduksi/peningkatan nyeri, peningkatan toleransi aktivitas, pencapaian tingkat nutrisi
yang optimal, pemeliharaan keseimbangan cairan dan elektrolit, reduksi ansietas,
penjelasan informasi tentang diagnose, prosedur pembedahan, perawatan diri setelah
pulang dari rumah sakit, pemeliharaan kesehatan dan tidak adanya komplikasi.

V. EVALUASI
Yang diharapkan pada pasien dengan Ca Colorectal setelah perawatan meliputi :
Diagnosa 1 : Keseimbangan cairan dan elektrolit tercapai
Diagnosa 2 : Nyeri hilang atau skala nyeri berkurang
Diagnosa 3 : Kebutuhan nutrisi pasien terpenuhi dan Mencapai tingkat pemenuhan
nutrisi yang optimal
Diagnosa 4 : Pola eliminasi klien sesuai kebutuhan fisik dan gaya hidup dengan
ketepatan jumlah dan konsistensi serta mempertahankan eliminasi usus yang adekuat
Kebutuhan nutrisi pasien terpenuhi dan Mencapai tingkat pemenuhan nutrisi yang
optimal
Diagnosa 5 : tidak mengalami infeksi
Diagnosa 6 : Pasien tampak rilekx, ansietas berkurang
DAFTAR PUSTAKA
Baughman,D.C& Hackley,J.C.2000. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC
Baughman, Diane C & Hackley, JoAnn C, Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddarth, EGC, Jakarta, 2000
http://Kanker Kolorektal Welcome to Harna’s World. Com
http://nuzulul-fkp09.web.unair.ac.id/artikel_detail-35842-Kep%20Pencernaan-Askep
%20Colorectal%20Cancer.html
Perhimpunan Dokter Sepesialis Penyakit Dalam Indonesia. Editor Kepela :
Prof.Dr.H.Slamet Suryono Spd,KE

Price, Sylvia Anderson & Wilson, Lorraine M, Patifisiologi : Konsep Klinis Proses-
proses Penyakit, Edisi 4, EGC, Jakarta, 1994

Smeltzer, Suzanne C. & Bare, Brenda G. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah
Brunner & Suddarth Vol. 2, Edisi 8, EGC, Jakarta, 2002.
Smeltzer, Suzanne C. & Bare, Brenda G. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah
Brunner & Suddarth Vol. 2, Edisi 8, EGC, Jakarta, 2001.

Soeparman & Waspadji, Sarwono, Ilmu Penyakit Dalam, Jilid II, Balai Penerbit
FKUI, Jakarta, 1990.

Anda mungkin juga menyukai