Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

FILSAFAT PENDIDIKAN

Dosen Pengampu: Annisa Amalia, M.Pd

Disusun Oleh:

MAYASARI :F1122181022
YOGA :F1122181021
KRISTANTRI MASNENO :F1122181023

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU ANAK USIA DINI
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat
dankarunian-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.
Ilmu Pendididkan telah berkembang pesat dan terspesialisasi, salah satu diantaranya
adalah Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) yang membahas tentang pendidikan untuk anak usia
0-6 tahun. Anak usia Dini tersebut dipandang memiliki karakteristik yang berbeda dengan anak
yang berusia diatasnya sehingga pendidikan perlu dipandang untuk dikhususkan.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini dapat terselesaikan berkat dan
dukungan serta bantuan dari semua pihak, serta makalah ini masih jauh dari kata sempurna,
karena masih banyak sekali kekurangannya, karena itu penulis banyak mengucapkan terima
kasih kepada semua pihak yang secara langsung memberikan kontribusi dalam penyelesaiannya.
Dan kritik serta saran yang bermanfaat sangat penulis butuhkan untuk menyempurnakan
makalah ini.

Pontianak, Februari 2018


Penulis
DAFTAR ISI
COVER............................................................................................................................................1
KATA PENGANTAR.....................................................................................................................2
DAFTAR ISI....................................................................................................................................3
BAB 1
PENDAHULUAN……………............................................................................................4
A. Latar Belakang ....................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah................................................................................................................4
C. Tujuan Penulisan..................................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................................5
A. PENGERTIAN FILSAFAT PENDIDIKAN ......................................................................5
B. TUJUAN FILSAFAT PEDIDIKAN
...................................................................................6
C. PERAN FILSAFAT ILMU
.................................................................................................8
D. RUANG LINGKUP…………………………………………………….………………..12

BAB III
PENUTUP........................................................................................................................13
A. KESIMPULAN..................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................13
LAMPIRAN...................................................................................................................................13
BAB I PENDAULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pendidikan adalah upaya mengembangkan potensi-potensi manusiawi peserta didik
baik potensi fisik potensi cipta, rasa, maupun karsanya, agar potensi itu menjadi nyata
dan dapat berfungsi dalam perjalanan hidupnya. Dasar pendidikan adalah cita-cita
kemanusiaan universal. Pendidikan bertujuan menyiapkan pribadi dalam
keseimbangan, kesatuan, organis, harmonis, dan dinamis. Guna mencapai tujuan
hidup kemanusiaan.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa filsafat pendidikan


2. Apa tujuan filsafat pendidikan
3. apa peran filsafat pendidikan
4. Bagaimana ruang lingkup filsafat ilmu

C. TUJUAN MASALAH
1. Mengetahu apa itu filsafat pendidikan
2. Tujuan dari filsafat pendidikan
3. Mengetahui peran filsafat pendidikan
4. Mengetahui ruang lingkup filsafat pendidikan
BAB 2 PEMBAHASAN

A.PENGERTIAN FILSAFAT PENDIDIKAN


Pengertian Filsafat Pendidikan
Kata filsafat atau falsafah berasal dari perkataan Yunani Philosophia yang berarti
kebijkasanaan (philein-cinta, dan Sophia=hikmah, kebijaksanaan). Ada yang mengatakan
bahwa filsafat berasal dari kata philos (keinginan) dan Sophia (hikmah, kebijaksanaan),
dan ada juga yang mengatakan berasal dari kata phia (mengutamakan, lebih suka) dan
Sophia (hikmah, kebijksanaan) (Fathurrahman Djamil, 1999:1). Jadi filsafat berarti
mencintai atau lebih suka atau keinginan kepada kebijaksanaan.
Sutan Takdir Alisyahbana mengatakan bahwa filsafat berarti alam berpikir, dan
berfilsafat adalah berpikir. Tetapi tidak semua kegiatan berpikir bisa disebut berfilsafat.
Berpikir yang disebut berfilsafat adalah berpikir dengan isaf, yaitu berpikir dengan teliti
dan menurut suatu aturan yang pasti. Harun Nasution mengatakan bahwa intisari filsafat
adalah berpikir menurut tata tertib (logika) dengan bebas (tidak terikat pada tradisi,
dogma dan agama) dan dengan sedalam-dalamnya sehingga sampai pada dasar persoalan.
Ini sesuai dengan tugas filsafat yaitu mengetahui sebab-sebab sesuatu, menjawab
pertanyaan-pertanyaan fundamental, dan pokok serta bertanggungjawab, sehingga dapat
memecahkan masalah-masalah yang dihadapi (Fathurrahman Djamil, 1999: 2).
Suatu lapangan pemikiran dan penyelidikan manusia yang amat luas (komprehensif).
Filsafat menjangkau semua persoalan dalam daya kemampuan pikir manusia. Filsafat
mencoba  mengerti, menganalisa, menilai dan menyimpulkan semua persoalan-persoalan
dalam jangkauan rasio manusia, secara kritis, rasional, dan mendalam. Kesimpulan
filsafat bersifat hakiki, meskipun masih relatif dan subyektif. Filfasat dipandang sebagai
induknya ilmu pengetahuan atau yang melahirkan ilmu pengetahuan. Bahkan karena
kedudukannya yang tinggi, filsafat disebut pula sebagai ratu ilmu pengetahuan (queen of
knowledge) (Mohammad Noor Syam, 1984: 16).
Will Durant mengatakan tiap ilmu dimulai dengan filsafat dan diakhiri dengan
seni.Aguste Comte membagi tiga tingkat perkembangan pengetahuan, tahap religius,
metafisika dan positif. Tahap asas religi dijadikan postulat ilmiah sehingga ilmu
merupakan deduksi atau penjabaran dari ajaran religi. Tahap kedua orang mulai
berspekulasi tentang metafisika (keberadaan) ujud yang menjadi obyek penelaahan yang
terbebas dari dogma religi dan mengembangkan system pengetahua di atas dasar postulat
metafisika. Tahap ketiga pengetahuan ilmiah, (ilmu) di mana asas-asas yang
dipergunakan diuji secara positif dalam proses verifikasi yang obyektif (Jujun S
Suriasumantri, 1990:25).
     Selaras dengan dasarnya yang spekulatif, maka filsafat menelaah segala masalah yang
mungkin dapat dipikirkanoleh manusia. Sesuai dengan fungsinya sebagai pionir filsafat
mempermasalahkan hal-hal yang pokok; terjawab masalah yang satu, dia pun mulai
merambah pertanyaan lain. Tentu saja tiap zaman mempunyai masalah yang merupakan
mode pada waktu itu.
Pokok permasalahan yang dikaji filsafat mencakup tiga segi yakni apa yang disebut benar
dan apa yang disebut salah (logika), mana yang dianggap baik dan mana yang dianggap
buruk (etika), serta apa yang termasuk indah dan apa yang termasuk jelek (estetika).
Ketiga cabang utama filsafat kemudian bertambah lagi yakni, pertama, teori tentang ada;
tentang hakikat keberadaan zat, tentang hakikat pikiran serta kaitan antara zat dan pikiran
yang semuanya terangkum dalam metafisika; dan kedua, politik; yakni kajian mengenai
organisasi sosial/pemerintahan yang ideal. Kelima cabang utama ini kemudian
berkembang lagi menjadi cabang-cabang filsafat yang mempunyai bidang kajian yang
lebih spesifik di antaranya filsafat pendidikan. Cabang-cabang filsafat antara lain: 1)
Epistemologi (filsafat pengetahuan), 2) etika (filsafat moral), 3) estetika (filsafat seni), 4)
metafisika, 5) politik (filsafat pemerintahan), 6) filsafat agama, 7) filsafat ilmu, 8) filsafat
pendidikan, 9) filsafat hukum, 10) filsafat sejarah, 11) filsafat matematika ((Jujun S
Suriasumantri, 1990:32).

B. TUJUAN FILSAFAT
Untuk mengetahui sejak kapan munculnya ilmu pengetahuan
Agar mampu berpikir sistematis, kritis untuk memperoleh kebenaran.
Tujuan filsafat pendidikan adalah upaya mengembangkan potensi-potensi manusiawi
peserta didik, baik potensi fisik, potensi cipta, rasa, maupun karsanya, agar potensi itu
menjadi nyata dan dapat berfungsi dalam perjalanan hidupnya. Dasar pendidikan adalah
cita-cita kemanusiaan universal. Pendidikan bertujuan menyiapkan pribadi dalam
keseimbangan, kesatuan, organis, harmonis, dan dinamis guna mencapai tujuan hidup
kemanusiaan. Filsafat pendidikan adalah filsafat yang digunakan dalam studi mengenai
masalah-masalah pendidikan.

Tujuan filsafat pendidikan memberikan inspirasi bagaimana mengorganisasikan proses


pembelajaran yang ideal. Teori pendidikan bertujuan menghasilkan pemikiran tentang kebijakan
dan prinsip-prinsip pendidikan yang didasari oleh filsafat pendidikan. Praktik pendidikan atau
proses pendidikan menerapkan serangkaian kegiatan berupa implementasi kurikulum dan
interaksi antara guru dengan peserta didik guna mencapai tujuan pendidikan dengan
menggunakan rambu-rambu dari teori-teori pendidikan.
Peranan filsafat pendidikan memberikan inspirasi, yakni menyatakan tujuan pendidikan
negara bagi masyarakat, memberikan arah yang jelas dan tepat dengan mengajukan pertanyaan
tentang kebijakan pendidikan, dan praktik di lapangan dengan menggunakan rambu-rambu dari
teori pendidik.
Secara umum tujuan pendidikan dapat dikatakan dapat membawa anak ke arah tingkat
kedewasaan, artinya membawa anak didik agar dapat berdiri sendiri (mandiri) dalam hidupnya di
tengah-tengah masyarakat.
Ada empat macam tujuan pendidikan yang tingkatan dan  luasnya berlainan, yaitu tujuan
pendidikan nasional, tujuan institusional, tujuan kurikuler, dan tujuan instruksional.

a.       Tujuan Pendidikan Nasional


Tujuan pendidikan nasional yaitu membangun kualitas yang bertakwa kepada Tuhan yang
Maha Esa dan selalu dapat meningkatkan kebudayaan dengan-Nya sebagai warga negara yang
berjiwa pancasila yang mempunyai semangat dan kesadaran yang tinggi, berbudi pekerti luhur
dan berkepribadian yang kuat, cerdas, terampil, dan dapat mengembangkan dan menyuburkan
tingkat demokrasi, dapat memelihara hubungan yang baik antara sesama manusia dan dengan
lingkungannya, sehat jasmani, mampu mengembangkan daya estetika, sanggup membangun diri
dan masyarakat.
b.      Tujuan Institusional
Tujuan institusional adalah perumusan secara umum pola perilaku dan pola kemampuan
yang harus dimiliki oleh lulusan suatu lembaga pendidikan.
c.       Tujuan Kurikuler
Tujuan Kurikuler yaitu untuk mencapai pola perilaku dan pola kemampuan serta
keterampilan yang harus dimiliki oleh lulusan suatu lembaga, yang sebenarnya merupakan tujuan
institusional dari bagan pendidikan tersebut.
d.      Tujuan instruksional
Tujuan instruksional adalah rumusan secara terperinci apa saja yang harus dikuasai oleh
siswa dan anak didik sesudah melewati kegiatan instruksional yang bersangkutan dengan
berhasil.

Tujuan filsafat pendidikan yang lainnya, yaitu :


1.     Dengan berfikir filsafat seseorang bisa menjadi manusia, lebih mendidik, dan membangun diri
sendiri.
2.      Seseorang dapat menjadi orang yang dapat berfikir sendiri.
3.    Memberikan dasar-dasar pengetahuan, memberikan pandangan yang sintesis pula sehingga
seluruh pengetahuan merupakan satu kesatuan.
4.      Hidup seseorang dipimpin oleh pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang tersebut, sebab itu
mengetahui pengetahuan-pengetahuan terdasar berarti mengetahui dasar-dasar hidup diri sendiri.
5.      Bagi seorang pendidik, filsafat mempunyai kepentingan istimewa karena filsafatlah yang
memberikan dasar-dasar dari ilmu-ilmu pengetahuan lainnya yang mengenai manusia, seperti
misalnya ilmu mendidik.
Tujuan filsafat pendidikan juga dapat dilihat dari beberapa aliran filsafat pendidikan yang
dapat mengembangkan pendidikan itu sendiri, yaitu :
a.       Idealisme
b.      Realisme
c.       Pragmatisme   
d.      Humanisme
e.       Behaviorisme
f.       Konstruktivisme
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan filsafat adalah mencari hakikat
kebenaran sesuatu, baik dalam logika (kebenaran berpikir), etika (berperilaku), maupun
metafisika (hakikat keaslian).

C.PERAN FILSAFAT PENDIDIKAN


Peranan Filsafat Pendidikan
            Filsafat, termasuk juga filsafat pendidikan, juga mempunyai fungsi untuk
memberikan petunjuk dan arah dalam pengembangan teori-teori pendidikan menjadi ilmu
pendidikan atau paedagogik. Suatu praktek kependidikan yang didasarkan dan diarahkan
oleh suatu filsafat pendidikan tertentu, akan menghasilkan dan menimbulkan bentuk-
bentuk dan gejala-gejalan kependidikan yang tertentu pula. Hal ini adalah data-data
kependidikan yang ada dalam suatu masyarakat tertentu.
            Analisa filsafat berusaha untuk menganalisa dan memberikan arti terhadap data-
data kependidikan tersebut, dan untuk selanjutnya menyimpulkan serta dapat disusun
teori-teori pendidikan yang realistis dan selanjutnya akan berkembanglah ilmu
pendidikan (paedagogik). Filsafat, juga berfungsi memberikan arah agar teori pendidikan
yang telah dikembangkan oleh para ahlinya, yang berdasarkan dan menurut pandangan
dan aliran filsafat tertentu, mempunyai relevansi dengan kehidupan nyata.artinya
mengarahkan agar teori-teori dan pandangan filsafat pendidikan yang telah
dikembangkan tersebut bisa diterapkan dalam praktek kependidikan sesuai dengan
kenyataan dan kebutuhan hidup yang juga berkembang dalam masyarakat.
            Di samping itu, adalah merupakan kenyataan bahwa setiap masyarakat hidup
dengan pandangan filsafat hidupnya sendiri-sendiri yang berbeda antara satu dengan yang
lainnya, dan dengan sendirinya akan menyangkut kebutuhan-kebutuhan hidupnya. Di
sinilah letak fungsi filsafat dan filsafat pendidikan dalam memilih dan mengarahkan
teori-teori pendidikan dan kalau perlu juga merevisi teori pendidikan tersebut, yang
sesuai dan relevan dengan kebutuhan, tujuan dan pandangan hidup dari masyarakat.[3]
            Peranan pendidikan di dalam kehidupan manusia, lebih-lebih dalam zaman
modern ini diakuisebagai sesuatu kekuatan yang menentukan prestasi dan produktivitas
seseorang. Tidak ada suatu fungsidan jabatan di dalam mesyarakat tanpa melalui proses
pendidikan. Seluruh aspek kehidupan memerlukan proses pendidikan dalam arti
demikian, terutama berlangsung di dalam dan oleh lembaga-lembaga pendidikan formal
(sekolah, universitas). Akan tetapi scope pendidikan lebih daripadanya hanya pendidikan
formal itu. Di dalam masyarakat keseluruhan terjadi pula proses pendidikan
kembangankepribadian manusia. Proses pendidikan yang berlangsung di dalam
kehidupan sosial yang disebut pendidikan informal ini, bahkan berlangsung sepanjang
kehidupan manusia.
            Meskipun pengaruh pendidikan informal ini tak terukur dalam perkembangan
pribadi, tapi tetapdiakui adanya. Secara sederhana misalnya, orang yang tak pernah
mengalami pendidikan formal, merekayang buta huruf, namun mereka tetap dapat hidup
dan melaksanakan fungsi-fungi sosial yang sederhana.Alam dan lingkungan sosial serta
kondisi dan kebutuhan hidup telah mendidik mereka. Akan tatapi, yang paling
diharapkan ialah pendidikan formal yang relatif baik, dilengkapi dengan suasana
pendidikaninformal yang relatif baik pula. Ini ternyata dari usaha pemerintah, pendidik
dan para orang tua untuk membina masyarakat keseluruhan sebagai satu kehidupan yang
sehat lahir dan batin. Sebab, krisisapapun yang terjadi di dalam masyarakt akan
berpengaruh negatif bagi manusia, terutama anak-anak,genarasi muda.
                Tujuan filsafat pendidikan memberikan inspirasi bagaimana mengorganisasikan
proses pembelajaran yang ideal. Teori pendidikan bertujuan menghasilkan pemikiran
tentang kebijakan dan prinsip-rinsip pendidikan yang didasari oleh filsafat pendidikan.
Praktik pendidikan atau proses pendidikan menerapkan serangkaian kegiatan berupa
implementasi kurikulum dan interaksi antara guru dengan peserta didik guna mencapai
tujuan pendidikan dengan menggunakan rambu-rambu dari teori-teori pendidikan.
Peranan filsafat pendidikan memberikan inspirasi, yakni menyatakan tujuan pendidikan
negara bagi masyarakat, memberikan arah yang jelas dan tepat dengan mengajukan
pertanyaan tentang kebijakan pendidikan dan praktik di lapangan dengan menggunakan
rambu-rambu dari teori pendidik. Seorang guru perlu menguasai konsep-konsep yang
akan dikaji serta pedagogi atau ilmu dan seni mengajar materi subyek terkait, agar tidak
terjadi salah konsep atau miskonsepsi pada diri peserta didik.[4]
            Scope dan peranan pendidikan dalam arti luas seperti dimaksud diatas, dilukiskan
oleh Prof.Richey dalam buku “Planning for Teaching, an Intriduction to Educatiomn”,
antara lain sebagai berikut :Istilah “pendidikan” berkenaan dengan fungsi yang luas dari
pemeliharaan dan perbaikankehidupan suatu masyarakat yang baru (generasi muda) bagi
penunaian kewajiban dan tanggung jawabnya di dalam masyarakat. Jadi pendidikan
adalah suatu proses yang lebih luas daripada proses yang berlangsung di dalam sekolah
saja. Pendidikan adalah suatu aktifitas sosial yang efensial yangmemungkinkan
masyarakat tetap ada dan berkembang.
            Di dalam masyarakat yang kompleks/modern,fungsi pendidikan ini mengalamai
proses spesialisasi dan melembaga dengan pendidikan formal, yangtetap berhubungan
dengan proses pendidikan informal di luar sekolahFilsafat pendidikan harus mampu
memberikan pedoman kepada para perencana pendidikan, dan orang-orang yang bekerja
didalamnya. Hal tersebut akan mewarnai perbuatan mereka secara arif dan bijaksana,
menghubungkan usaha-usaha pendidikannya dengan falsafah umum, falsafah bangsa dan
negara. Pemahaman akan filsafat pendidikan akan menjauhkan mereka dari perbuatan
meraba-raba, mencoba-coba tanpa rencana dalam menyelesaikan masalah-masalah
pendidikan.
            Prof Brubacher dalam buku “Modren Philosphies of education” menulis tentang
fungsi filsafat pendidikan secara terinci, dan pokok pemikirannya tentang fungsi filsafat
pendidikan, yang akan dibahas berikut ini :
1.      Fungsi Spekulatif
            Filsafat pendidikan berusaha mengerti keseluruhan persoalan pendidikan dan
mencobamerumuskannya dalam satu gambaran pokok sebagai pelengkap bagi data-data
yang telah ada dari segiilmiah. Filsafat pendidikan berusaha mengerti keseluruhan
persoalan pendidikan dan antar hubungannyadengan faktor-faktor lain yang
mempengaruhi pendidikan.
2.      Fungsi Normatif
            Sebagai penentu arah, pedoman untuk apa pendidikan itu. Asas ini tersimpul
dalam tujuan pendidikan, jenis masyarakat apa yang ideal yang akan dibina. Khususnya
norma moral yang bagaimanasebaiknya yang manusia cita-citakan. Bagaimana filsafat
pendidikan memberikan norma dan pertimbangan bagi kenyataan-kenyataan normatif dan
kenyataan-kenyataan ilmiah, yang pada akhirnyamembentuk kebudayaan.

3.      Fungsi Kritik
            Terutama untuk memberi dasar bagi pengertian kritis rasional dalam
pertimbangan danmenafsirkan data-data ilmiah. Misalnya, data pengukuran analisa
evaluasi baik kepribadian maupunachievement (prestasi). Fungsi kritik bararti pula
analisis dan komparatif atas sesuatu, untuk mendapatkesimpulan. Bagaimana menetapkan
klasifikasi prestasi itu secara tepat dengan data-data obyektif (angka-angka, statistik).
Juga untuk menetapkan asmsi atau hipotesa yang lebih resonable. Filsafat
haruskompeten, mengatasi kelemahan-kelemahan yang ditemukan bidang ilmiah,
melengkapinya dengan datadan argumentasi yang tak didapatkna dari data ilmiah.

4.      Fungsi Teori dan Praktek


            Semua ide, konsepsi, analisa dan kesimpulan-kesimpulan filsafat pendidikan
adalah berfungsiteori. Dan teori ini adalah dasar bagi pelaksanaan/praktek pendidikan.
Filsafat memberikan prinsip- prinsip umum bagi suatu praktek.

5.      Fungsi Integratif
            Mengingat fungsi filsafat pendidikan sebagai asa kerohanian atau ronya
pendidikan, maka fungiintegratif filsafat pendidikan adalah wajar. Artinya, sebagai
pemadu fungsional semua nilai dan asasnormatif dalam ilmu pendidikan (ingat, ilmu
kependidikan sebagai ilmu normatif). Dalam mengkaji peranan filsafat pendidikan, dapat
ditinjau dari tiga lapangan filsafat, yaitu metafisika, epistimologi, dan aksiologi (Usiono,
2006: 98-99).

            Jika kita ingin menkaji peranan filsafat pendidikan, dapat ditinjau dari tiga
lapangan filsafat yaitu, metafisika, epistimologi, dan aksiologi.

v  Metafisika dan Pendidikan


            Metafisika merupakan bagian filsafat yang mempelajari masalah hakekat: hakekat
dunia, hakekat manusia, termasuk di dalamnya hakekat anak. Metafisika secara praktis
akan menjadi persoalan utama dalam pendidikan. Karena anak bergaul dengan dunia
sekitarnya, maka ia memiliki dorongan yang kuat untuk memahami tentang segala
sesuatu yang ada. Memahami filsafat ini diperlukan secara implisit untuk mengetahui
tujuan pendidikan. Seorang guru seharusnya tidak hanya tahu tentang hakekat dunia
dimana ia tinggal, tetapi harus tahu hakekat manusia, khususnya hakekat anak. Hakekat
manusia :
•         Manusia adalah makhluk jasmani rohani
•         Manusia adalah makhluk individual sosialü
•         Manusia adalah makhluk yang bebas
•         Manusia adalah makhluk menyeluruh.[5]
            Metafisika merupakan bagian dari filsafat yang mempelajari masalah hakikat ;
hakikat dunia,hakikat manusia,termasuk di dsalam nya hakikat anak.Mempelajari
metafisika bagi filsafat pendidikan diperlukan untuk mengontrol secara implisit tujuan
pendidikan,untuk mengetahui bagaimana dunia anak,apakah ia merupakan mahkluk
rohani atau jasmani saja,atau keduanya
             Metafisika memiliki implikasi-implikasi pentinguntuk pendidikan karena
kurikulum sekolah berdasarkan pada apa yang kita ketahui mengenai realitas.Dan apa
yang kita ketahui mengenai realitas itu di kendalikan/didorong oleh jenis-jenis pertanyaan
yang di ajukan mengenai dunia.Pada kenyataan nya,setiap posisi yang berkenaan dengan
apa yang harus di ajarkan sekolah di belakangnya memiliki suatu pandangan realitas
tertentu,sejumlah respons tertentu pada pertanyaan-pertanyaan metafisika (Usiono, 2006:
100). Metafisika terbagi dua , yaitu :
Ø  Ontologi
Ontologi terdiri dari dua suku kata, yakni ontos dan logos. Ontos berarti sesuatu yang
berwujud dan logos berarti ilmu. Jadi ontologi adalah bidang pokok filsafat yang
mempersoalkan hakikat keberadaan segala sesuatu yang ada menurut tata hubungan
sistematis berdasarkan hukum sebab akibat yaitu ada manusia, ada alam, dan ada kuasa
prima dalam suatu hubungan yang menyeluruh, teratur, dan tertib dalam keharmonisan
(Suparlan Suhartono, 2007: 144).
Obyek telaah ontologi adalah yang ada. Studi tentang yang ada, pada dataran studi
filsafat pada umumnya dilakukan oleh filsafat metafisika. Istilah ontologi banyak
digunakan ketika kita membahas yang ada dalam konteks filsafat ilmu. Ontologi
membahas tentang yang ada, yang tidak terikat oleh satu perwujudan tertentu. Ontologi
berupaya mencari inti yang termuat dalam setiap kenyataan. Berdasarkan hal tersebut,
maka dapat dikatakan bahwa obyek formal dari ontologi adalah hakikat seluruh realitas.
Hal senada juga dilontarkan oleh Jujun Suriasumantri, bahwa ontologi membahas apa
yang ingin diketahui atau dengan kata lain merupakan suatu pengkajian mengenai teori
tentang ada (Jujun S. Suriasumantri, 2003: 34).
Ø  Metafisika Khusus
            Di dalam persoalan metafisika khusus ada beberapa permasalahan yang dibahas di
dalamnya, antara lain :
•         Teology
Teologi memiliki makna yang sangat luas dan dalam. Adapun yang dimaksud dengan
teologi dalam ruang lingkup metafisika adalah filsafat ketuhanan yang bertitik tolak
semata-mata kepada kejadian alam (teologi naturalis). Dalam bukunya yang berjudul
philosophie, karl Jaspers memberikan pembahasan mengenai berbagai cara yang dapat
menyebabkan manusia mempunyai keinsafan tentang adanya tuhan, berdasarkan atas
sesuatu yang dapat ditangkap oleh panca indra.
            Pertama-tama terdapat suatu cara yang formal, yang menunjukkan bahwa segenap
pengertian hakiki dimiliki oleh manusia pada adanya sesuatu yang tidak terbatas, yang
menyebabkan manusia menginsafi bahwa tuhan terdapat jauh di dalam lubuk hatinya.
Juga terdapat cara simbolik yang terdapat di dalam mitos serta tulisan tangan tentang
adanya tuhan. Ada beberapa pembahasn dalam hal ini, antara lain

D. LINGKUP KAJIAN PENDEKATAN FILSAFAT PENDIDIKAN


Ruang Lingkup Bahasan Filsafat Dan Filsafat Pendidikan
Dalam memahami dan mengembangkan pemikiran kefilsafatan pendidikan perlu dipahami
pola dan system pemikiran kefilsafatan pada umumnya. Pola dan system pemikiran
kefilsafatan sebagai suatu ilmu adalah :
1. Pemikiran kefilsafatan harus bersifat sistematis, dalam arti dalam  berpikirnya logis dan
rasional tentang hakikat masalah yang dihadapi;
2. Tinjauan permasalahan yang dipikirkan bersifat radikal artinya  menyangkut persoalan-
persoalan mendasar samapai keakar-akarnya.
3. Ruang lingkup pemikirannya bersifat universal artinya persoalan-persoalan yang
dipikirkannya bersif at menyeluruh;
4. Meskipun pemikiran-pemikiran yang dilakukan lebih bersifat spekulatif,  namun didasari
oleh nilai-nilai yang obyektif

Pola dan system berpikir filosofis yang demikian dilaksanakan dalam ruang lingkup yang
menyangkut bidang-bidang sebagai berikut :
1. Cosmologi yaitu suatu pemikiran dalam permasalahan yang berhubungan dengan alam
semesta, ruang dan waktu, kenyataan hidup manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan, serta
proses kejadian-kejadian dan perkembangan hidup manusia di alam nyata.
2. Ontology yaitu suatu pemikiran tentang asal-usul kejadian alam semesta, dari mana dan
kearah mana proses kejadiannya.
Secara makro (umum) apa yang menjadi obyek pemikiran filsafat, yaitu dalam ruang lingkup
yang menjangkau permasalahan kehidupan manusia, alam semesta dan sekitarnya adalah
juga obyek pemikiran filsafat pendidikan. Tetapi secara mikro (khusus) yang menjadi obyek
filsafat pendidikan meliputi :
1 Merumuskan secara tegas sifat hakikat pendidikan (The Nature Of Education).
2 Merumuskan sifat hakikat manusia sebagai subyek dan obyek pendidikan (The Nature Of
Man).
3 Merumuskan secara tegas hubsungan antara filsafat, filsafat pendidikan, agama dan
kebudayaan.
4 Merumuskan hubungan antara filsafat, filsafat pendidikan dan teori pendidikan.
5 Merumuskan hubungan antara filsafat negara (Ideology), filsafat pendidikan dan politik
pendidikan (sistem pendidikan).
6 Merumuskan sistem nilai norma atau isi moral pendidikan yang merupakan tujuan
pendidikan.

BAB 3 PENUTUP
KESIMPULAN
Filsafat pendidikan ialah aktifitas pikiran yang teratur yang menjadi filsafat tersebut sebagai
jalan untuk mengatur, menyelaraskan dan memadukan proses pendidikan . artinya, bahwa filsafat
pendidikan dapat menjelaskan nilai-nilai dan maklumat-maklumat yang diupayakan untuk
mencapainya, maka filsafat pendidikan dan pengalaman kemanusiaan merupakan factor yang
integral atau satu kesatuan.
Ruang lingkup filsafat pendidikanSecara makro (umum) apa yang menjadi obyek pemikiran
filsafat, yaitu dalam ruang lingkup yang menjangkau permasalahan kehidupan manusia, alam
semesta dan sekitarnya adalah juga obyek pemikiran filsafat pendidikan. Tetapi secara mikro
(khusus) yang menjadi obyek filsafat pendidikan.Dengan demikian, filsafat pendidikan itu adalah
filsafat yang memikirkan tentang masalah kependidikan. Oleh karena ada kaitan dengan
pendidikan, filsafat diartikan sebagai teori pendidikan dengan segala tingkat. Peranan filsafat
pendidikan merupakan sumber pendorong adanya pendidikan. Dalam bentuknya yang terperinci
kemudian filsafat pendidikan menjadi jiwa dan pedoman asasi pendidikan

DAFTAR PUSTAK
Nasution, HB. 2001. Filsafat Umum. Jakarta :Gaya Media Pratama
Haryono Imam. 1994. Filsafat Ilmu Pengetahuan. Jakarta : Gramedia
The Lian Gie. 1991. Pengantar Filsafat Ilmu. Yogyakarta : Liberty

LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai