LANDASAN TEORI
A. Definisi
Halusinasi adalah gangguan persepsi sensori atau suatu objek tanpa
adanya rangsangan dari luar gangguan persepsi sensori ini meliputi
seluruh panca indra. Halusinasi merupakan suatu gelaja gangguan jiwa
yang seseorang mengalami perubahan sensori persepsi, serta merupakan
sensasi palsu berupa suara, penglihatan, perabaan dan penciuman.
Seseorang merasakan stimulus yeng sebetulnya tidak ada. (Yusuf, Rizki &
Hanik, 2015)
Halusinasi merupakan gangguan atau perubahan persepsi dimana
pasien mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi. Suatu
penerapan panca indra tanda ada rangsangan dari luar. Suatu penghayatan
yang dialami suatu persepsi melaluipanca indra tanpa stimullus eksteren :
persepsi palsu. (Prabowo, 2014: 129).
Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan jiwa di mana klien
mengalamai perubahan sensori persepsi, merasakan sensasi palsu berupa
suara, penglihatan, pengecapan, perabaaan atau penghiduan. Klien
merasakan stimulus yang sebetulnya tidak ada. (Damaiyanti, 2012: 53).
C. Tingkatan
Menurut (Stuart, 2007) tingkatan halusinasi ada empat. Semakin
berat tahap yang diderita klien, maka akan semakin berat klien mengalami
ansietas. Berikut ini merupakan tingkat intensitas halusinasi yang dibagi
dalam empat fase.
1. Fase I
Comforting : Ansietas tingkat sedang, secara umum halusinasi bersifat
menyenangkan.
a. Karakteristik : Orang yang berhalusinasi mengalami keadaan
emosi seperti ansietas, kesepian, merasa bersalah, dan takut serta
mencoba untuk memusatkan pada penenangan pikiran untuk
mengurani ansietas, individu mengetahui bahwa pikiran dan
sensori yang dialaminya tersebut dapat dikendalikan jika
ansietasnya bisa diatasi (Nonpsikotik).
b. Perilaku klien :
1) Menyeringai atau tertawa yang tidak sesuai.
2) Menggerakkan bibirnya tanpa menimbulkan suara.
3) Gerakan mata yang cepat.
4) Respons verbal yang lamban.
5) Diam dan dipenuhi sesuatu yang mengasyikkan.
2. Fase II
Complementing : Ansietas tingkat berat, Secara umum halusinasi
bersifat menjijikan.
a. Karakteristik : Pengalaman sensori yang bersifat menjijikan
dan menakutkan. Orang yang berhalusinasi mulai merasa
kehilangan kendali dan mungkin berusaha untuk menjauhkan
dirinya dari sumber yang dipersepsikan, individu mungkin
merasa malu karena pengalaman sensorinya dan menarik diri
dari orang lain (Nonpsikotik).
b. Perilaku klien
1) Peningkatan syaraf otonom yang menunjukkan ansietas
misalnya, peningkatan nadi, pernafasan dan tekanan darah.
2) Penyempitan kemampuan konsentrasi.
3) Dipenuhi dengan pengalaman sensori dan mungkin
kehilangan kemampuan untuk membedakan antara
halusinasi dengan realitas.
3. Fase III
Controling : Ansietas tingkat berat, pengalaman sensori menjadi
penguasa.
a. Karakteristik : Orang yang berhalusinasi menyerah untuk
melawan pengalaman halusinasi dan membiarkan halusinasi
menguasai dirinya. Isi halusinasi dapat berupa permohonan,
individu mungkin mengalami kesepian jika pengalaman sensori
tersebut berakhir (Psikotik).
b. Perilaku klien
1) Lebih cenderung mengikuti petunjuk yang diberikan oleh
halusinasinya daripada menolaknya.
2) Kesulitan berhubungan dengan orang lain.
3) Rentang perhatian hanya beberapa menit atau detik.
4) Gejala fisik dari ansietas berat, seperti berkeringat, tremor,
ketidakmampuan untuk mengikuti petunjuk.
4. Fase IV
Conquering panic : Ansietas tingkat panic, Secara umum halusinasi
menjadi lebih rumit dan saling terkait dengan delusi.
a. Karakteristik : Pengalaman sensori mungkin menakutkan
jika individu tidak mengikuti perintah. Halusinasi bisa berlangsung
dalam beberapa jam atau hari apabila tidak ada intervensi terapeutik
(Psikotik).
b. Perilaku klien
1) Perilaku menyerang seperti panik.
2) Sangat potensial melakukan bunuh diri atau membunuh orang lain.
3) Kegiatan fisik yang merefleksikan isi halusinasi seperti amuk,
agitasi, menarik diri, atau katatonik.
4) Tidak mampu berespons terhadap petunjuk yang kompleks.
5) Tidak mampu berespons terhadap lebih dari satu orang.
D. Klasifikasi
Menurut Yusuf (2015) jenis halusinasi dibagi menjadi 5 yaitu:
a. Halusinasi pendengaran (audiktif, akustik)
Paling sering di jumpai dapat beruba bunyi mendenging atau
bising yang tidak mempunyai arti, tetapi lebih sering
mendengar sebuah kata atau kalimat yang bermakna. Biasanya
suara tersebut di tunjukan oleh penderita sehingga penderita
tidak jarang bertengkar dan berdebat dengan suara-suara
tersebut. Suara tersebut dapat di rasakan dari jauh atau dekat,
bahkan mungkin datang dari tiap tubuh nya sendiri. Suara bisa
menyenangkan, menyuruh berbuat baik, tetapi dapat pula
berupa ancaman, mengejek, memaki atau bahkan menakutkan
dan kadang-kadang mendesak atau memerintah untuk berbuat
sesuatu seperti membunuh atau merusak.
b. Halusinasi penglihatan (Visual, optik)
Lebih sering terjadi pada keadaan delirium (penyakit
organic). Biasanya muncul bersamaan dengan penurunan
kesadaran, menimbulkan rasa takut akibat gambaran-gambaran
yang mengerikan atau tidak menyenangkan.
c. Halusinasi penciuman (olfaktorik)
Halusinasi ini biasanya mencium sesuatu bau tertentu dan
merasakan tidak enak, melambungkan rasa bersalah pada
penderita. Bau ditambah dilambangkan sebagai pengalaman
yang dianggap penderita sebagai suatu kombinasi moral.
d. Halusinasi pengecapan (gustatorik)
Walaupun jarang terjadi biasanya bersamaan dengan halusinasi
penciuman, penderit merasa mengecap sesuatu. Halusinasi
gustorik lebih jarang timbang halusinasi gustatorik.
e. Halusinasi raba (taktil)
Merasa diraba, disentuh, ditiup atau merasa ada sesuatu yang
bergerak di bawah kulit. Terutama pada keadaan delirium
toksis dan skizofrenia.
E. Rentang Respon
Adaptif Maladaptif
F. Faktor Predisposisi
Menurut Stuart (2007), dalam Harnawati (2008), faktor-faktor
penyebab terjadinya halusinasi adalah:
1. Faktor Predisposisi
a. Biologis
Abnormalitas perkembangan sistem saraf yang
berhubungan dengan respon neurobiologis yang maladaptif
baru mulai dipahami. Ini ditunjukkan oleh penelitian-
penelitian yang berikut:
1) Penelitian pencitraan otak sudah menunjukkan
keterlibatan otak yang lebih luas dalam perkembangan
skizofrenia. Lesi pada daerah frontal, temporal dan
limbik berhubungan dengan perilaku psikotik
2) Beberapa zat kimia di otak seperti dopamin
neurotransmitter yang berlebihan dan masalah-masalah
pada system reseptor dopamin dikaitkan dengan
terjadinya skizofrenia
3) Pembesaran ventrikel dan penurunan massa kortikal
menunjukkan terjadinya atropi yang signifikan pada
otak manusia. Pada anatomi otak klien dengan
skizofrenia kronis, ditemukan pelebaran lateral
ventrikel, atropi korteks bagian depan dan atropi otak
kecil (cerebellum). Temuan kelainan anatomi otak
tersebut didukung oleh otopsi (post-mortem)
b. Psikologis
Keluarga, pengasuh dan lingkungan klien sangat
mempengaruhi respon dan kondisi psikologis klien. Salah
satu sikap atau keadaan yang dapat mempengaruhi
gangguan orientasi realitas adalah penolakan atau tindakan
kekerasan dalam rentang hidup klien.
c. Sosial Budaya
Kondisi sosial budaya mempengaruhi gangguan orientasi
realita seperti kemiskinan, konflik sosial budaya (perang,
kerusuhan, bencana alam), dan kehidupan yang terisolasi
disertai stress.
G. Faktor Presipitasi
Menurut Stuart (2007), dalam Harnawati (2008), faktor presipitasi
terjadinya gangguan halusinasi yaitu:
1. Biologis
Gangguan dalam komunikasi dan putaran balik otak, yang
mengatur proses informasi serta abnormalitas pada
mekanisme pintu masuk dalam otak yang mengakibatkan
ketidakmampuan untuk secara selektif menanggapi stimulus
yang diterima oleh otak untuk diinterpretasikan.
2. Stress lingkungan
Ambang toleransi terhadap stress yang berinteraksi terhadap
stressor lingkungan akan menentukan terjadinya gangguan
prilaku.
3. Sumber koping
Sumber koping mempengaruhi respon individu dalam
menanggapi stressor.
H. Mekanisme Koping
M. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Gangguan sensori persepsi : Halusinasi (pendengaran, penglihatan,
pengecapan, penghidup, perabaan)
Perencanaan Rasional
No DX
Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi
1 Gangguang Pasien mampu : Setalah … pertemuan pasien Sp. 1(tgl………………) Mengenal perilaku pada
sensori persepsi - Mengenali dapat menyebutkan : a. Bantu pasien mengenal saat halusinasi timbul
halusinasi halusinasi yang - Isi, waktu frekuensi, halusinasi : memudahkan perawat
dialaminya instuisi pencetus - Isi dalam melakuakn
- Mengontrol perasaan - Waktu terjadinya intervensi
halusinasinya - Mampu - Frekuensi
- Mengikutu memperagakan cara - Situasi pencetus Mengenal halusinasi
program dalam mengontrol - Perasaan saat terjadi memungkinkan klien
pengobatan secara halusinasi halusinasi untuk menghindarkan
optimal b. Latih mengontrol faktor pencetus
halusinasi dengan cara timbulnya halusinasi
menghardik, tahapan
tingkatan meliputi : Dengan mengetahui isi,
- Jelaskan cara waktu, dan frekuensi
menghardik munculnya halusinasi
- Peragakan cara mempermudah tindakan
keperawatan klien yang
menghardik
akan dilakukan perawat
- Minta pasien
memperagakan ulang
Untuk mengidentifikasi
- Pantau penerapan cara
pengaruh halusinasi
ini
klien
- Masukan dalam jadwal
kegiatan pasien
Setelah… pertemuan pasien Sp. 2(tgl………………) Bercakap-cakap
mampu : a. Evaluasi kegiatan yang merupakan alternative
- Menyebutkan lalu ( Sp.1) piligan lain bagi klien
kegiatan yang sudah b. Latih berbicara dan untuk mengontrol
dilakukan bercakap dengan orang halusinasi
- Memperagakan cara lain saat halunisasi
bercakap – cakap muncul Dapat meningkatkan
dengan orang lain c. Masukan dalam jadwal harga diri klien
kegiatan pasien
Setelah… pertemuan pasien Sp. 3(tgl………………) beraktivitas merupakan
mampu : a. Evaluasi kegiatan yang alternative piligan lain
- Menyebutkan lalu (Sp.2) bagi klien untuk
kegiatan yang sudah b. Latih kegiatan agar mengontrol halusinasi
dilakukan halusinasi tidak muncul
- Membuat jadwal c. Latih pasien melakukan memotivasi dapat
sehari – harridan aktivitassusun jadwal meningkatkan klien
mampu aktivitas sehari – untuk klien mencoba
memperagakannya harisesuai dengan memilih salah satu cara
aktivitas yang sudah mengendalikan
dilatih, pantau halusinasi dan dapat
pelaksanaan jadwal meningkatkan harga diri
kegiatan, berikan klien
penguatan terhadap
perilaku pasien yang (-)
Setelah … pertemuan pasien Sp.4(tgl………………) Untuk mencegah
mampu : a. Evaluasi kegiatan yang terjadinya halusinasi
- Menyebutkan lalu (Sp.3)
kegiatan yang sudah b. Tanyakan program Dengan menyebutkan
dilakukan pengobatan dosis dan frekuensi
- Menyebutkan c. Jelaskan pentingnya serta manfaat obat
manfaat dari penggunaan obat pada
program pengobatan gangguan jiwa
d. Jelaskan akibat bila
patuh obat
e. Jelaskan cara
mendapatkan obat/
berobat
f. Jelaskan pengobatan 5B
g. Latih pasien minum
obat
h. Masukan dalam jadwal
harian pasien
Keluarga mampu Setelah … pertemuan Sp.1(tgl………………) Untuk mendapatkan
merawat pasien keluarga mampu a. Identifikasi masalah bantuan keluarga dalam
dirumah dan menjadi menjelaskan tentang keluarga dalam mengontrol halusinasi
system pendukung yang halusimasi merawat pasien klien
efektif untuk pasien b. Jelaskan tentang
halusinasi Untuk mengetahui
- Pengertian pengetahuan keluaga
- Jenis halusinasi dan meningkatkan
- Tanda dan gejala kemampuan
halusinasi pengetahuan tentang
- Cara merawat pasien halusiasi
halusinasi
c. Sumber – sumber Menilai kemamuan
pelayanan kesehatan keluarga dalam
yang bisa dijangkau pengobatan sendiri
d. Bermain peran cara
merawat Dengan mengetahui
e. Rencana tindak lanjut efek samping obat klien
keluarga, jadwal akan tahu apa yang
keluarga untuk merawat harus dilakuakn setelah
pasien. minum obat
Program pengobatan
dapat sesuai rencana
Dengan mengeetahuii
prinsip penggunaan
obat, maka kemandirian
klien untuk pengobatan
dapat ditingkatkan
secara bertahap
Setelah… pertemuan Sp.2(tgl………………) Diharapkan klien
keluarga mampu : a. Evaluasi kemampuan melaksanakan program
- Menyelesaikan keluarga (Sp.1) pengobatan
kegiatan yang sudah b. Latih keluarga merawat
dilakukan pasien
- Memperagakan cara c. RTL keluarga / jadwal
merawat pasien untuk merawat pasien