PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Gangguan pada sistem pencernaan dapat disebabkan infeksi bakteri dan kelainan alat perncernaan.
Gangguan pencernaan sebagian besar diakibatkan oleh enterobacteriaceae. Selain itu pola makan yang
yang tidak benar dan tidak sehat menjadi faktor pencetus timbulnya gangguan disaluran pencernaan.
Jika hal ini diabaikan dan prognosisnya terus memburuk dapat mengakibatkan menyakit kronis
misalnya peritonitis, obstruksi kolon, apendisitis, tumor abdomen dan pancreatitis ( Syamsurihidayat
Berbagai macam pengobatan dan terapi dilakukan untuk mengatasi adanya gangguan sistem
pencernaan yang kronis. Salah satu tindakan yang dilakukan jika adanya gangguan pada suatu organ
pencernaan yang mengancam nyawa seseorang yakni dengan melakukan operasi atau pembedahan
Angka kejadian laparatomy menurut World Health Organization (WHO) (2013), bahwa jumlah pasien
yang dilakuan tindakan operasi pada saat ini cendrung meningkat secara drastis. Pada tahun 2011 terdapat
140 juta pasien yang mendapakan tindakan operasi diseluruh rumah sakit didunia. Selanjutnya menurut
Ningrum puspita (2017) ditemukan data pada tahun 2012 kasus tindakan operasi mencapai angka 1,2 juta
jiwa di Indonesia yang diperkirakan 32% diantaranya merupakan kasus operasi dengan tindakan laparatomy
Laparatomi eksplorasi adalah jenis operasi bedah mayor yang dilakukan di daerah abdomen.
Laparatomi dilakukan bertujuan untuk mengidentifikasi secara langsung dan melakukan tindakan
1
invasive terhadap organ yang bermasalah dapat mengancam jiwa manusia. Laparatomi merupakan
teknik sayatan yang dilakukan pada daerah abdomen yang dapat dilakukan pada bedah digestif dan
obgyn.
Komplikasi atau masalah lain bisa saja muncul setelah dilakukannya pembedahan laparatomy.
Menurut Muttaqin (2009) menyatakan bahwa komplikasi yang bisa muncul seletah pasien menjalani
operasi pembedahan yaitu terjadinya infeksi pada luka, nanah di dalam rongga perut, pelengketan usus,
nyeri abdomen, dehisen dan eviserasi. Selain itu menurut Hartanty (2013) menyatakan bahwa terapi
pembedahan laparatomy merupakan salah satu tindakan bedah abdomen yang beresiko 4,46 kali
terjadinya komplikasi infeksi pasca operasi dibandingkan tindakan bedah lainnya. Infeksi luka operasi
terjadi ketika mikrooranisme dari kulit dan bagian tubuh lain atau lingkungan masuk kedalam insisi
yang terjadi dalam waktu 30 hari dan jika ada implant terjadi 1 tahun paska operasi yang ditandai
dengan adanya pus, inflamasi, bengkak, nyeri dan rasa panas ( Hipkabi,2010).
Invasi bakteri pada luka dapat terjadi pada saat trauma, selama pembedahan atau setelah
pembedahan . Terlihatnya gejala infeksi muncul dalam 2-7 hari setalah pembedahan. Gejala berupa
infeksi termasuk adanya purulent, peningkatan drainase, nyeri, kemerahan dan bengkak di sekeliling
luka, peningkatan suhu dan peningkatan jumlah sel darah putih ( Paterson Brown, 2013).
Pemberian intervensi keperawatan yang tepat dapat meminimalisir penyebab terjadinya infeksi.
Berkembangnya infeksi dipengaruhi oleh tingkat asuhan keperawatan yang diberikan kurang
komprehensif. Pasien paska operasi setelah menjalani perawatan di rumah sakit akan mendapatkan
terapi berupa, perawatan luka manajemen nutrisi dan pengontrolan infeksi. Penanganan ini sangat
dibutuhkan juga keterlibatan pasien mendukung proses penyembuhan luka dan berdampak positip
terhadap proses penyembuhan luka setelah operasi laparotomy eksplorasi, akan tetapi hanya sedikit
pasien yang menjalankan terapi yang dianjurkan oleh perawat dengan alasan ketidaktahuan dalam
2
menjalankan perawatan karena pengetahuan yang kurang dan belum memahami perawatan tersebut.
hubungan yang signifikan antara infeksi luka (p=0,0001), operasi emergensi (p = 0,020), hipoalbumin
(p=0,037), anemia (p = 0,028), status nutrisi (0,010), dan adanya penyakit penyerta (p = 0,008) dengan
kejadian wound dehiscence, serta tidak ada hubungan yang signifikan antara faktor usia (p = 0,581) dan
jenis kelamin (p= 0,604) dengan kejadian wound dehiscence. (Tita Puspita Ningrum, Henny Suzana
Berdasarkan hasil perhitungan uji chi- square, didapatkan nilai p=value 0,000 <0,05 yang artinya
Ha diterima dan Ho ditolak. Maka dapat disimpulkan terdapat hubungan yang signifikan antara
pengetahuan pasien dengan perawatan luka modern di Pusat Perawatan Luka, Stoma, Inkontinensia
Asri Wound CareCentre Medan .( Jul Azis1, Agnes Putri Sari2, Denny Lumban Siantar3, Patimah
Dan penelitian selanjutnya mengatakan bahwa tingkat pendidikan dan tingkat pengetahuan
menunjukkan bahwa sebanyak 82,5 % pasien belum mengetahui cara perawatan luka dan pencegahan
infeksi selama paska operasi. (Marjiyanto, Lilis Murtutik, Anik Suwarni, 2013).(Agus priyanto, 2018)
Fonemena dilapangan terkait perawatan luka pasca operasi di Santosa Hospital Bandung
Central menunjukan dari bulan Oktober - Januari 2019 sekitar 164 pasien dengan tindakan operasi
laparatomy eksplorasi.Sementara tindakan bedah laparatomi eksplorasi di Rumah Sakit Santosa Hospital
Bandung Central dapat mencapai 42 operasi setiap bulannya (Rekam Medik Santosa Hospital, 2019).
Hasil Studi pendahulan yang dilakukan oleh peneliti dengan cara wawancara di tempat
peneliti, didapatkan dari 10 pasien dengan post laparatomy 3 diantaranya mengatakan tidak
mengetahui tentang perawatan luka laparotomy 5 diantarnya hanya mengatakan tidak boleh terkena
3
debu dan air. Dan sisa nya menjawab melakukan perawatan luka dengan menggunakan antiseptic.
Adapun peneliti mengambil kasus fenomena ini sebagai bahan edukasi peroperatif di rumah sakit
namun belum ada evaluasi namun belum ada evaluasi tentang evaluasi tingkat pengetahuan pasien
terhadap perawatan luka paska operasi laparotomy , dari masalah tersebut muncul juga faktor yang
paling berperan adalah tingkat kejadian infeksi terhadap tingkat pengetahuan pasien dalam
pencegahannya. Beberapa cara dilakukan peneliti dengan pengamatan di ruang perawatan bedah paska
operasi di rumah sakit Santosa Hospital Bandung Central, didapatkan bahwa beberapa pasien diantaranya
pasca tindakan operasi laparatomi didapatkan luka operasi mengalami keterlambatan proses penyembuhan
luka di tandai dengan eksudat yang keluar dari luka, demam (>38ºC), dan terjadi proses inflamasi yang
memanjang mengalami kemerahan (rubor), panas (calor), Nyeri tekan (dolor) dan Bengkak (tumor) (M.
Alsen 2014).
Berdasarkan uraian diatas maka penulis merasa penting untuk meneliti tentang gambaran tingkat
pengetahuan pasien terhadap perawatan luka paska operasi laparatomi eksplorasi rumah sakit Santosa
B. Perumusan Masalah
Perumusan masalah dalam penelitian ini mengacu pada fenomena yang didapat oleh peneliti, baik d
alam melakukan studi literatur maupun studi pendahuluan dengan ini maka dirumuskan masalah dalam
penelitian ini adalah “ Bagaimana Gambaran Tingkat Pengetahuan Pasien Terhadap Perawatan Luka
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini terbagi atas dua, yaitu tujuan umum dan tujuan khusus, adapun pemaparannya
4
sebagai berikut.
1. Tujuan Umum
Tujuan umum pada penelitian ini yaitu untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan pasien
terhadap perawatan luka operasi paska Laparatomy Eksplorasidi Santosa Hospital Bandung Central.
2. Tujuan Khusus
Penelitian ini memiliki beberapa tujuan khusus yang telah dirumuskan oleh peneliti. Terdapat tiga
a. Mengidentifikasi karakteristik pasien post laparatomy di rumah sakit Santosa Hospital Bandung
Central.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini terbagi atas dua, yaitu manfaat teoritis dan manfaat praktis. Adapun pemaparanny
a sebagai berikut.
1. Manfaat Teoritis
Setelah dilakukan penelitian ini diharapkan hasilnya dapat menjadi data yang relevan untuk
dijadikan sumber data dan informasi tentang gambaran tingkat pengetahuan pasien terhadap perawatan
luka operasi paska Laparatomy Eksplorasi. Serta untuk menambah ilmu pengetahuan bagi penelitian
selanjutnya.
2. Manfaat Praktis
5
a. Bagi Rumah Sakit
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam menyusun prosedur
preventif berkaitan dengan gambaran pengetahuan pasien terhadap perawat luka paska Laparatomy
b. Bagi Perawat
Hasil penelitian ini dapat dijadikan data dasar perawat untuk memberikan edukasi perawatan luka
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan untuk dapat melakukan pengembangan
penelitian yang lebih mendalam dengan literature dan sumber terbaru berikutnya berkitan dengan
gambaran pengetahuan pasien terhadap perawatan luka di Santosa Hospital Bandung Central.
E. Sistematika Penulisan
Sistematika pembahasan pada penelitian ini terdiri atas V BAB, yaitu BAB I Pendahuluan, BAB II
Tinjauan Pustaka, BAB III,Metode Penelitian, BAB IV Hasil dan Pembahasan, dan BAB V Simpulan
BAB I. PENDAHULUAN
BAB I berisi lima sub pokok bahasan yang telah dirumuskan oleh peneliti. Lima sub pokok
bahasan tersebut yaitu latar belakang penelitian, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat peneliti
6
BAB II berisi tiga sub pokok bahasan yang telah dirumuskan oleh peneliti. Tiga sub pokok bahasan
tersebut yaitu tinjauan pustaka yang memuat mengenai konsep anak usia sekolah, konsep kebiasaan jaja
n, dan konsep diare. Sub pokok bahasan selanjutnya adalah penelitian yang relevan, dan kerangka
pemikiran.
BAB III berisidelapan sub pokok bahasan yang telah dirumuskan oleh peneliti. Adapun delapan
sub pokok bahasan tersebut yaitu metode penelitian, variabel penelitian, populasi dan sampel, teknik
pengumpulan data, teknik analisis data, prosedur penelitian, tempat dan waktu penelitian, dan etika
penelitian.
BAB IV berisi tiga sub pokok bahasan yang telah dirumuskan oleh peneliti. Tiga sub pokok
BAB V berisi dua sub pokok bahasan yang telah dirumuskan oleh peneliti. Dua sub pokok bahasan