Anda di halaman 1dari 3

C.

Pemeriksaan tekanan bola mata

1. Tonometri Schiotz
Tonometri Schiotz dilakukan dengan cara melakukan penekanan (indentasi) terhadap
permukaan kornea. Pemeriksaan ini dilakukan dengan pasien ditidurkan dalam posisi
horizontal. Mata yang akan diperiksa kemudian ditetesi anestesi lokal berupa pantokain 0,5%.
Tonometer Schiotz diletakkan diatas permukaan kornea dan mata yang tidak diperiksa
berfiksasi disuatu titik. Makin rendah tekanan bola mata, makin mudah bola mata untuk
ditekan. Untuk menilai tekanan bola mata, dilihat skala Schiotz, lalu dikonversikan ke tabel
yang menunjukan berapa tekanan bola matanya. Kekurangan dari pemeriksaan ini adalah
mengabaikan dari kekakuan sklera. Pemeriksaan harus dilakukan dengan hati-hati agar tidak
terjadi lecet kornea yang dapat keratitis dan ulkus
kornea.

Gambar Pemeriksaan Tonometri Schiotz


2. Tonometri aplanasi
Tonometri aplanasi dilakukan dengan memberikan tekanan yang akan membuat
permukaan kornea rata dalam ukuran tertentu dan licin dengan menggunakan alat. Ada 2
jenis tonometri aplanasi, yaitu Draeger dan Goldmann. Bila sebagian dari bola mata dibuat
rata, maka tekanan di bola mata akan
melawan tekanan pendataran.
Kelebihan dari tonometri aplanasi
adalah membuat sedikit sekali
perubahan pada kornea dan tidak
dipengaruhi oleh faktor
kekakuan sklera,
Gambar. Tonometri Aplanasi

3. Tonometri Digital
Tonometri digital dilakukan tanpa menggunakan alat. Dasar pemeriksaanya adalah
dengan merasakan reaksi lenturan bola mata (ballotement) dengan melakukan penekanan
bergantian dengan kedua jari tangan pada sklera, lalu dirasakan tekanan kembali pada sklera
saat jari dilepaskan. Saat pemeriksaan, pasien diminta untuk menututp mata dan melihat
kebawah, karena adanya fenomena Bell, dimana saat mata ditutup, kornea akan mengulir
keatas. Tekanan bola mata dengan cara palpasi dinyatakan dengan cara N (normal), N+1,
N+2, N+3, lalu N-1 dan seterusnya. Cara pemeriksaan ini sangat subjektif dan kurang dapat
dipercaya. sehingga diperlukan pengalaman yang banyak dari pemeriksa. Kontraindikasi dari
pemeriksaan ini adalah adanya kelainan kornea, seperti sikatriks atau ulkus.

4. Tonografi
Cara pemeriksaan tonografi adalah tekanan bola mata diukur derajatnya saat
diberikan penekanan pada kornea. Alat yang digunakan adalah semacam alat tonometri
Schiotz yang bersifat elektronik. Alat ini akan merekam tekanan bola mata selama 4 menit
dan pengeluaran cairan bola mata. Pada alat ini juga terlihat grafik pulsasi nadi intraokular
dan pernapasan. Nilai normal tonografi adalah C = 0,18, bila kurang, pasien dicurigai
menderita glaukoma.

5. Purkinje Images test

Purkinje images test adalah pantulan cahaya pada permukaan elemen optik mata :
kornea dan lensa. Purkinje image test dapat digunakan untuk mempelajari kelengkungan dan
pergeseran relatif dari permukaan optik, atau mengidentifikasi beberapa area sebagai sumbu
optik, dan sumbu pupil, refleksi dari cahaya yang terlihat pada mata selain itu purkinje test
dapat digunakan untuk mendiagnoso katarak matur dan aphakia. Pemeriksaan purkinje test
dapat dilakukan dengan penlight kemudian ketika cahaya dihadapkan pada mata akan telihat
pantulan cahaya yang terbentuk dari 4 area yang berbeda pada mata (ant&post
surfaces of cornea and lens). Purkinje image si deskripsikan menjadi 4 yakni P1-P4 yang
dapat dilihat pada gambar dibawah. P1 dikenal sebagai refleksi kornea atau kilau, yang
tercermin pada permukaan luar kornea. P2 memantulkan permukaan bagian dalam kornea,
dan P3 memantulkan permukaan luar lensa. P4 mencerminkan dari permukaan bagian dalam
lensa dan juga disebut sebagai refleksi posterior lensa. Pada pasien katarak matur tidak ada
(-) P4, dan juga pada pasien yang mengalami Aphakia, P3 dan P4 tidak ada (-).

Gambar. Purkinje P1-P4

Anda mungkin juga menyukai