Anda di halaman 1dari 6

APBN 2019

Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) tahun 2019 merupakan


instrumen pelaksanaan strategi fiskal sekaligus sebagai penjabaran atas tahapan
pembangunan tahunan terakhir dari Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional
(RPJMN) 2015-2019. APBN tahun 2019 mengambil tema “APBN untuk Mendorong Investasi
dan Daya Saing Melalui Pembangunan (Investasi) Sumber Daya Manusia.” Tema tersebut
akan diwujudkan melalui tiga strategi utama APBN, yaitu: mobilisasi pendapatan yang
realistis dengan tetap menjaga iklim investasi; peningkatan kualitas belanja agar lebih
produktif dan efektif dengan penguatan value for money untuk mendukung program prioritas
termasuk pendidikan dan kesehatan; serta mendorong efisiensi dan inovasi pembiayaan.
Dengan tiga strategi tersebut, APBN tidak hanya efektif sebagai instrumen untuk
mewujudkan pertumbuhan ekonomi yang inklusif namun juga memiliki daya tahan dan
kemampuan mengantisipasi serta merespon secara tepat dinamika perkembangan ekonomi
nasional maupun global yang dihadapi. Penerimaan APBN 2019 terdiri dari 2 komponen
yakni pendapatan negara dan Hibah. Berikut merupakan penjelasan singkat mengenai
Penerimaan APBN 2019.

A. Pendapatan Negara
Prospek perkembangan perekonomian global dan domestik menjadi salah satu
pertimbangan utama dalam menyusun kebijakan dan target pendapatan negara dalam
APBN tahun 2019. Membaiknya perekonomian domestik terutama bersumber dari
kenaikan aktifi tas perdagangan internasional, cukup stabilnya konsumsi dan daya beli
masyarakat, dan meningkatnya investasi. Pemerintah juga terus memperkuat fungsi
distribusi APBN melalui penguatan peran pajak sebagai instrumen redistribusi
pendapatan negara. Melalui kebijakan mobilisasi pendapatan yang realistis, pendapatan
negara dalam tahun 2019 ditargetkan mencapai 13,4 persen terhadap PDB atau tumbuh
hingga 13,8 persen dibandingkan perkiraan realisasi (outlook) APBN tahun 2018.
Pendapatan negara pada tahun 2019 diperkirakan akan mencapai Rp2.165.111,8 miliar.
Dari jumlah tersebut, penerimaan perpajakan mencapai sebesar Rp1.786.378,6 miliar,
PNBP sebesar Rp378.297,9 miliar dan hibah sebesar Rp435,3 miliar
Pertumbuhan pendapatan negara tersebut terutama berasal dari penerimaan
perpajakan, dimana penerimaan perpajakan dalam APBN tahun 2019 diperkirakan
tumbuh 15,4 persen dari outlook APBN tahun 2018. Selain itu juga didukung dengan
Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) dalam APBN tahun 2019 yang diperkirakan
tumbuh sebesar 8,3 persen dari outlook APBN tahun 2018.
1. Penerimaan Perpajakan
Penerimaan perpajakan dalam APBN tahun 2019 ditargetkan sebesar
Rp1.786.378,6 miliar atau naik sebesar 15,4 persen jika dibandingkan dengan
outlook tahun 2018. Meningkatnya penerimaan perpajakan tahun 2019 terutama
dipengaruhi oleh peningkatan aktivitas ekonomi, peningkatan harga komoditas
utama dunia dan dampak reformasi perpajakan. Beberapa faktor teknis yang
mempengaruhi perkiraan tumbuhnya penerimaan perpajakan tahun 2019 antara lain
meningkatnya kepatuhan sukarela Wajib Pajak sebagai dampak program amnesti
pajak, perbaikan dan penyempurnaan sistem teknologi dan informasi perpajakan
yang mendorong kemudahan, transparansi dan akuntabilitas Wajib Pajak dalam
penyelesaian kewajibannya, tindak lanjut program Tax Amnesty, penguatan
pemeriksaan seperti adanya joint audit antara Ditjen Pajak dan Ditjen Bea dan Cukai,
dan penyempurnaan peraturan perpajakan. Pendapatan perpajakan dalam APBN
2019 terdiri dari pendapatan perpajakan dalam negeri dan Pendapatan perpajakan
internasional.
Pendapatan pajak dalam negeri terdiri dari pendapatan PPh, PPN dan
PPnBM, PBB, Cukai, dan pajak lainnya. Target pendapatan pajak dalam negeri
dalam APBN tahun 2019 sebesar Rp1.743.056,8 miliar atau meningkat sebesar 15,7
persen jika dibandingkan dengan outlook tahun 2018. Peningkatan ini terutama
dipengaruhi oleh peningkatan proyeksi kinerja perekonomian dalam negeri.
Sedangkan dari sisi harga komoditas walaupun diproyeksikan cenderung stabil atau
stagnan namun masih akan berpotensi mengalami perbaikan sehingga akan
berdampak positif terhadap proyeksi penerimaan pajak dalam negeri tahun 2019.
Pendapatan PPh yang terdiri dari PPh migas dan PPh nonmigas dalam
APBN tahun 2019 ditargetkan sebesar Rp894.448,7 miliar atau mengalami kenaikan
sebesar 17,5 persen jika dibandingkan dengan outlook tahun 2018. Kenaikan target
Pendapatan PPh dalam APBN 2019 tersebut, berasal dari PPh nonmigas dimana
dalam APBN tahun 2019 ditargetkan sebesar Rp828.294,0 miliar atau mengalami
kenaikan 17,4 persen dibandingkan targetnya dalam outlook tahun 2018. Hal ini
terutama disebabkan adanya proyeksi peningkatan penghasilan nasional dampak
dari perbaikan pertumbuhan perekonomian nasional pada tahun 2019 dan
penggalian potensi perpajakan melalui pemanfaatan data keuangan dan optimalisasi
implementasi AEoI. Hasil kebijakan pengampunan pajak (tax amnesty) tahun 2016-
2017 juga akan berdampak positif terhadap proyeksi peningkatan pendapatan PPh
nonmigas dalam APBN tahun 2019. Selain itu, perbaikan harga komoditas utama
dunia juga mendorong perbaikan kinerja pada perusahaan yang bergerak di sektor
pertambangan mineral dan batubara.
Pendapatan PPN dan PPnBM dalam APBN 2019 ditargetkan mencapai
Rp655.394,9 miliar atau meningkat sebesar 16,1 persen dari target dalam outlook
tahun 2018. Target pendapatan PPN dan PPnBM tahun 2019 tersebut terdiri atas
pendapatan PPN dan PPnBM dalam negeri sebesar Rp425.773,1 miliar, PPN dan
PPnBM impor sebesar Rp229.471,8 miliar serta PPN dan PPnBM lainnya sebesar
Rp150,1 miliar. Peningkatan tersebut dipengaruhi oleh peningkatan pertumbuhan
ekonomi yang didukung oleh upaya Pemerintah untuk mendorong konsumsi rumah
tangga antara lain dengan memperbaiki program perlindungan sosial guna
meningkatkan pemerataan pendapatan dan pemenuhan kebutuhan dasar
masyarakat. Peningkatan impor diperkirakan juga masih akan memengaruhi capaian
PPN tahun 2019. Selain itu, peningkatan tersebut juga merupakan dampak positif
dari dukungan kebijakan perpajakan berupa pengembangan fasilitas perpajakan
online (e-service) seperti e-registration, e-billing, e-filing dan e-bukpot.
Pendapatan PBB dalam APBN tahun 2019 ditargetkan mencapai Rp19.103,6
miliar atau meningkat sebesar 9,6 persen jika dibandingkan dengan target dalam
outlook tahun 2018. Peningkatan pendapatan PBB tersebut terutama berasal dari
PBB sektor migas dan pertambangan, yang dipengaruhi oleh meningkatnya aktivitas
sektor hulu migas berupa pengembangan wilayah kerja migas dan pengembangan
lapangan onstream. Selain itu, perbaikan harga komoditas dan peningkatan ekspor
minerba juga mempengaruhi peningkatan aktivitas sektor pertambangan.
Pendapatan cukai dalam APBN tahun 2019 ditargetkan sebesar Rp165.501,0
miliar. Pendapatan cukai dalam APBN tahun 2019 tersebut naik 6,4 persen
dibandingkan targetnya dalam outlook tahun 2018. Hal-hal yang menyebabkan
naiknya target pendapatan cukai antara lain adanya penyesuaian tarif cukai hasil
tembakau, terus dilanjutkannya program penertiban rokok ilegal dan adanya rencana
penambahan barang kena cukai (BKC) baru berupa kemasan/ kantong plastik.
Pendapatan pajak lainnya terutama berasal dari pendapatan bea materai,
pendapatan pajak tidak langsung lainnya, dan pendapatan bunga penagihan pajak.
Pendapatan pajak lainnya dalam APBN tahun 2019 ditargetkan mencapai Rp8.608,7
miliar, atau meningkat sebesar 13,1 persen jika dibandingkan dengan outlook tahun
2018. Peningkatan tersebut terutama didorong oleh pertumbuhan aktivitas ekonomi
pada tahun 2019 termasuk peningkatan sektor jasa keuangan yang diproyeksikan
akan meningkatkan transaksi penjualan atau yang harus menggunakan bea materai.
Pendapatan pajak perdagangan internasional yang terdiri dari pendapatan
bea masuk dan pendapatan bea keluar, pada APBN tahun 2019 ditargetkan sebesar
Rp43.321,8 miliar atau meningkat sebesar 3,0 persen dari target outlook tahun 2018.
Pendapatan bea masuk diproyeksikan sebesar Rp38.899,3 miliar atau meningkat 3,5
persen dibandingkan targetnya dalam outlook tahun 2018, sedangkan pendapatan
bea keluar ditargetkan sebesar Rp4.422,5 triliun atau turun 0,6 persen dibandingkan
targetnya dalam outlook tahun 2018. Secara umum kebijakan pajak perdagangan
internasional tetap diarahkan untuk menjaga stabilitas perekonomian nasional dan
menjaga daya beli masyarakat antara lain melalui penyesuaian kebijakan di bidang
kepabeanan. Kenaikan target pendapatan bea masuk tahun 2019 terutama
dipengaruhi dampak dari utilisasi Free Trade Area (FTA), proyeksi perbaikan
pertumbuhan ekonomi dunia dan juga peningkatan pertumbuhan ekonomi Indonesia
tahun 2019. Selain itu, proyeksi pertumbuhan impor yang diperkirakan akan tumbuh
membaik namun dalam kisaran moderat selama tahun 2019 juga akan memengaruhi
kenaikan pendapatan bea masuk dalam APBN tahun 2019. Sementara itu, kenaikan
pendapatan bea keluar dipengaruhi oleh adanya kebijakan relaksasi ekspor mineral
dan juga dipengaruhi tren meningkatnya harga CPO serta meningkatnya harga
komoditas utama di pasar internasional yang berdampak pada peningkatan ekspor
sehingga meningkatkan pendapatan bea keluar.

2. Penerimaan Negara Bukan Pajak


Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) yang merupakan salah satu
komponen pendapatan negara meliputi penerimaan yang berasal dari pemanfaatan
sumber daya alam, pelayanan yang dilaksanakan pemerintah, pengelolaan kekayaan
negara dipisahkan, pengelolaan Barang Milik Negara, pengelolaan dana dan hak
negara lainnya. Sementara itu, dalam struktur APBN, kelompok PNBP dibedakan
atas penerimaan sumber daya alam (SDA Migas dan SDA Nonmigas), Pendapatan
dari Kekayaan Negara Dipisahkan (PKND), PNBP Lainnya, dan Pendapatan Badan
Layanan Umum (BLU).
PNBP memiliki kontribusi terbesar kedua setelah penerimaan perpajakan,
kontribusinya dalam APBN tahun 2019 sebesar 17,5 persen terhadap total
Pendapatan Negara. Dalam APBN tahun 2019, PNBP ditargetkan sebesar
Rp378.297,9 miliar. Target tersebut mengalami kenaikan sebesar 8,3 persen dari
yang ditargetkan dalam outlook tahun 2018. Peningkatan atau penurunan PNBP
sangat dipengaruhi beberapa asumsi makro ekonomi antara lain harga minyak
mentah Indonesia (ICP), lifting migas dan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika
Serikat, pertumbuhan ekonomi, serta perbaikan kualitas layanan dan tarif layanan
PNBP.
PNBP SDA dalam APBN tahun 2019 direncanakan sebesar Rp190.754,8
miliar yang terdiri dari pendapatan SDA migas sebesar Rp159.778,3 miliar dan
pendapatan SDA nonmigas sebesar Rp30.976,5 miliar. Secara umum, pendapatan
SDA mengalami peningkatan sebesar 10,7 persen dibandingkan dengan outlook
tahun 2018. Kenaikan target penerimaan SDA migas tersebut terutama dipengaruhi
oleh naiknya proyeksi lifting gas bumi dan melemahnya nilai tukar rupiah terhadap
dolar amerika dari Rp13.973 per dolar Amerika Serikat menjadi Rp15.000 per dolar
Amerika Serikat dalam APBN tahun 2019.
Pendapatan bagian pemerintah atas laba BUMN pada tahun 2019 ditargetkan
sebesar Rp45.589,3 miliar atau meningkat 2,0 persen jika dibandingkan dengan
target dalam outlook tahun 2018. Target pendapatan bagian pemerintah atas laba
BUMN tahun 2019 tersebut berasal dari pendapatan laba BUMN perbankan sebesar
Rp15.976,5 miliar dan pendapatan laba BUMN nonperbankan sebesar Rp29.612,8
miliar. Kenaikan target pendapatan bagian laba BUMN disebabkan oleh efi siensi
kinerja BUMN dengan tetap menjalankan penugasan Pemerintah kepada BUMN
sebagai agen perubahan. Selain itu, penentuan target bagian pemerintah atas laba
BUMN tersebut dilakukan dengan tetap memperhatikan tingkat laba perusahaan
serta kemampuan pendanaan perusahaan, terutama tingkat solvabilitas berdasarkan
rasio-rasio keuangan penting, seperti Debt to Equity Ratio (DER), Capital Adequacy
Ratio (CAR), Asset to Liability Ratio, Riskbased Capital (RBC), dan Gearing Ratio
Dalam APBN tahun 2019, PNBP lainnya ditargetkan mencapai Rp94.069,3
miliar atau naik 2,3 persen jika dibandingkan dengan targetnya dalam outlook tahun
2018 sebesar Rp91.962,1 miliar. Optimalisasi PNBP Kementerian/Lembaga
dimaksud dalam APBN tahun 2019 dilakukan antara lain melalui peningkatan
pelayanan dan penyesuaian tarif dengan mempertimbangkan daya beli dan
pengembangan dunia usaha, peningkatan optimalisasi penerimaan dari pengelolaan
Barang Milik Negara (BMN), perbaikan dan penyempurnaan tata kelola PNBP dan
perluasan penggunaan teknologi informasi yang terintegrasi dan terkoneksi dengan
sistem pembayaran PNBP.
Pendapatan BLU dalam tahun 2019 ditargetkan mencapai sebesar
Rp47.884,5 miliar, meningkat 10,6 persen jika dibandingkan dengan targetnya dalam
outlook tahun 2018. Kenaikan tersebut terutama disebabkan peningkatan kapasitas
dan kualitas layanan BLU serta bertambahnya jumlah Satker BLU.

B. Hibah
Penerimaan hibah yang diperoleh Pemerintah dapat berasal dari dalam negeri
maupun luar negeri, akan digunakan untuk mendukung tugas dan fungsi
Kementerian/Lembaga, atau diterushibahkan kepada pemerintah daerah. Pengelolaan
hibah tetap dilakukan dengan prinsip-prinsip kehati-hatian, transparan, akuntabel, dan
mempertimbangkan asas efi siensi dan efektivitas dalam pengalokasiannya kepada
program-program pembangunan.
Dalam APBN tahun 2019, penerimaan hibah juga didasarkan pada komitmen
pemberi donor yang telah menandatangani memorandum of understanding (MoU)
dengan Pemerintah Indonesia. Penerimaan hibah dalam APBN tahun 2019 diperkirakan
mencapai sebesar Rp435,3 miliar atau turun 91,9 persen jika dibandingkan dengan
outlook tahun 2018. Sesuai dengan kebijakan yang telah ditempuh, penerimaan hibah
tersebut akan digunakan untuk membiayai program-program penanganan perubahan
iklim (climate change), pengurangan emisi di perkotaan, keanekaragaman hayati dan
pelestarian hutan, baik yang dikelola oleh Kementerian/Lembaga maupun
diterushibahkan ke daerah sesuai dengan nota kesepakatan (MoU) yang telah
ditandatangani antara Pemerintah sebagai penerima hibah (grantee) dengan organisasi
atau negara pemberi hibah.

Anda mungkin juga menyukai