Anda di halaman 1dari 17

Makalah Perusahaan dalam Pasar Internasional

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ekonomi Manajerial

Dosen Pengampu : Nuraisyiah, S.Pd., M.Pd.

Disusun oleh:

Kelompok 2

Dian Astia Putri N (1792042007)

Hasri Ainun Syahfir (1792042008)

Siti Nurfadhilah Rahman (1792042021)

PENDIDIKAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2020
KATA PENGANTAR

         Alhamdulillah puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan karunianya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
yang berjudul “ Keseimbangan Permintaan dan Penawaran“dengan tepat waktu.
Tidak lupa shalawat dan berangkai salam selalu tercurahkan kepada Nabi
Muhammad SAW yang merupakan inspirator terbesar dalam segala
keteladanannya. Tidak lupa penulis sampaikan terima kasih kepada Dosen mata
kuliah Ekonomi Manajerial yang telah memberikan arahan dan bimbingan dalam
pembuatan makalah ini, orang tua yang selalu mendukung kelancaran tugas kami,
serta pada anggota tim yang selalu kompak dan konsisten dalam penyelesaian
tugas ini.
Akhirnya penulis sampaikan terima kasih atas perhatiannya terhadap
makalah ini, dan penulis berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi tim
penulis khususnya dan pembaca yang budiman pada umumnya. Tak ada gading
yang tak retak, begitulah adanya makalah ini. Dengan segala kerendahan hati,
saran-saran dan kritik yang konstruktif sangat penulis harapkan dari para pembaca
guna peningkatan pembuatan makalah pada tugas yang lain dan pada waktu
mendatang.

Makassar, 27 Juli 2020

Tim Penulis
(Kelompok 2)
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perkembangan perdagangan global dan kemajuan teknologi bisa

berdampak pada persaingan dalam menembus pasar baik skala tingkat nasional

maupun tingkat internasional. Memasuki era globalisasi sekarang ini peranan

kegiatan perdagangan internasional sangat penting. Perdagangan internasional

sangat mempengaruhi perekonomian suatu negara, karena dalam perdagangan

internasional semua negara bersaing di pasar internasional. Maka, dengan adanya

kondisi tersebut para pelaku usaha dituntut untuk mengeluarkan produk-produk

berkualitas yang sesuai dengan kebutuhan pasar nasional maupun internasional.

Kegiatan ekspor impor dapat memberikan manfaat yaitu meningkatkan devisa

negara melalui pengembangan potensi negara. Manfaat yang diperoleh dengan

adanya perdagangan internasional bagi suatu negara yang akan mendorong

negara tersebut untuk meningkatkan ekspor ke luar negri sehingga dapat

meningkatkan pertumbuhan ekonomi di suatu negara.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimanakah peluang bisnis perusahaan ?

2. Bagaimanakah keunggulan komperatif pasar internasional ?

3. Bagaimanakah bersaing dalam Pasar internasional

4. Apa saja aspek bisnis internasional ?


5. Bagaimanakah strategi bersaing menembus pasar internasional ?

6. Hal-hal apa saja yang terkait dengan masalah pasar internasional ?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui peluang bisnis perusahaan

2. Untuk mengetahui keunggulan komperatif pasar internasional

3. Untuk mengetahui bersaing dalam Pasar internasional

4. Untuk mengetahui aspek bisnis internasional

5. Untuk mengetahui strategi bersaing menembus pasar internasional

6. Untuk mengetahui Hal-hal yang terkait dengan masalah pasar internasional


C. Perusahaan dalam Pasar Internasional

Dengan kemajuan teknologi di bidang komunikasi, dunia relatif


menjadi lebih kecil hal ini mengakibatkan kedudukan atau posisi perusahaan
pada pasar di dalam negeri (domestic) relatif tidak berbeda dengan posisi
perusahaan dalam pasar internasional. Hal ini mengakibatkan, pas terbuka
perusahaan Internasional, dan di sisi lain perusahaan domestik juga
mempunyai peluang untuk memasuki pasar internasional.

1. Peluang bisnis internasional

Pada dasarnya peluang perdagangan dan bisnis internasional timbul


karena adanya perbedaan sumber daya yang dimiliki (natural endowment) oleh
masing-masing negara. Perbedaan ketersediaan sumber daya alam ini
mendorong timbulnya spesialisasi masing-masing komoditas (barang dan jasa)
di berbagai belahan dunia. Spesialisasi atas berbagai komoditas sesuai dengan
tersedianya sumber daya alam ini pada akhirnya menghasilkan apa yang
disebut dengan keunggulan komparatif.

Perkembangan teknologi dan budaya manusia membuat komunikasi


dan transportasi makin mudah,sehingga mobilisasi faktor-faktor produksi
(barang modal,uang dan tenaga kerja) menjadi semakin lancar, maka peluang
bisnis internasional atau perdagangan, bisnis dan aktivitas ekonomi antar
bangsa tidak lagi berdasarkan comparative advantage, namun bergeser
menjadi keunggulan bersaing atau comparative advantage.

2. Keunggulan Komparatif (Comparative Advantage)

Comparative advantage atau keunggulan komparatif berasal dari


perbedaan ketersediaan sumber daya alam di masing-masing negara.
Perbedaan ketersediaan sumber daya ini mendorong timbulnya spesialisasi.
Spesialisasi ini pada akhirnya menimbulkan perbedaan relatif produktivitas
dan efisiensi masing-masing negara dalam menghasilkan berbagai komoditas.
Hal ini pada akhirnya menimbulkan keunggulan komparatif berbagai negara
untuk komoditas tertentu, sehingga mendorong timbulnya bisnis atau
perdagangan internasional. Secara lebih rinci dapat dilihat gambarannya pada
gambar 3.19 berikut.

Misalkan di dunia ini hanya ada dua negara yaitu Indonesia dan negara
lain dengan kondisi seperti di atas . Selanjutnya hanya ada dua jenis barang
yang dapat dihasilkan oleh kedua negara yaitu barang X dan barang Y.

Indonesia

Bila Seluruh sumber daya Indonesia digunakan untuk menghasilkan


barang X didapat 100 unit, sebaliknya Bila Seluruh sumber daya digunakan
untuk menghasilkan barang Y didapat 50 unit. Dengan demikian, maka bagi
Indonesia lebih murah memproduksi barang X daripada barang Y.

Indonesia dapat menghasilkan Kombinasi dari kedua jenis barang


tersebut, dan biasanya untuk Swasembada dihasilkan 30 unit barang X dan 35
unit barang Y (lihat titik A) garis dinamakan garis PPC (Production Possibilty
Curved, kurva kemungkinanan produksi) Indonesia.

Negara lain
Bila Seluruh sumber daya negara lain digunakan untuk menghasilkan
barang X didapat 75 unit, sebaliknya bila seluruh sumber daya digunakan
untuk menghasilkan barang Y juga didapat 75 unit. Dengan demikian, maka
bagi negara lain, memproduksi barang X dan barang Y sama saja biayanya
(indifferent).

Negara lain dapat menghasilkan kombinasi dari kedua jenis barang


tersebut, dan biasanya untuk Swasembada dihasilkan 35 unit barang X dan 40
unit barang Y lihat titik B Garis dinamakan garis PPC negara lain.

a. Perdagangan internasional (International Trade)

Dari uraian diatas terlihat kedua negara dapat melakukan perdagangan,


di mana Indonesia menghasilkan barang X (karena secara komparatif lebih
unggul memproduksi Y) dan juga mengekspor ke negara lain, mengimpor
kebutuhan barang Y dari negara lain. Sebaliknya negara lain menghasilkan
barang Y ( karena secara komparatif lebih unggul memproduksi Y) dan
mengekspornya ke Indonesia,Serta mengimpor kebutuhan barang X dari
Indonesia. Secara lebih ringkas dapat dilihat pada gambar 3.20 berikut :

Sebelum adanya Spesialisasi Barang X Barang Y


INDONESIA 30 35
Negara lain 35 40
Total Produksi Dunia 65 75
Setelah Spesialisasi Barang X Barang Y
INDONESIA 100 0 (Impor)
Negara lain 0 (Impor) 75
Total Produksi Dunia 100 75
Manfaat (Kelebihan) 35 X 0
Gambar 3.20 Dampak dari Spesialisasi

Secara teoritis dari tabel diatas terlihat, bahwa dunia mendapat


kelebihan sebesar 35 unit produk X, bila terjadi spesialisasi dalam
perekonomian (serahkan urusan sama ahlinya). Namun, kelebihan produksi
sebesar 35 unit ini bisa mubazir, tidak dinikmati oleh negara manapun, bila
tidak terjadi pertukaran atau transaksi perdagangan antara Indonesia dengan
negara lain. Oleh karena itu, maka agar kelebihan produksi itu dapat dinikmati
berbagai pihak yang terlibat, perlu didorong adanya transaksi atau
perdagangan internasional atau perdagangan antar negara.

b. Persyaratan Perdagangan (Term of Trade)

Perdagangan internasional akan terjadi bila terpenuhi persyaratan untuk


terjadinya transaksi yaitu bertemunya kepentingan antara pihak-pihak yang
bertransaksi atau dikenal juga dengan istilah confidence needs and wants.
Secara sederhana, confidence and wants ini adalah masing-masing pihak
mendapat keuntungan dari transaksi tersebut. Dalam kasus diatas, maka
perdagangan internasional antara Indonesia dan negara lain akan terjadi bila
masing-masing negara mendapat keuntungan dari transaksi tersebut.

Dari informasi mengenai kurva kemungkinan produksi atau PPC


masing-masing negara, terlihat bagi Indonesia, nilai produk X relatif lebih
murah dibandingkan dengan nilai produk Y (100:50 atau 2:1 atau X dihargai
0,5 Y) . Sebaliknya bagi negara lain, antar produk X dan produk Y adalah
Infferent nilainya (75:75, atau 1;1 atau X dihargai sama dengan Y). Dengan
menggunakan prinsip coincidence needs and wants, maka transakasi sama
dengan Y). Dengan menggunakan prinsip coincidence needs and wants, maka
transaksi akan terjadi bila produk X dihargai lebih dari 0,5 Y (Indonesia akan
untung) dan produk Y dihargai lebih rendah dari X (negara lain akan untung).
Misalkan produk X dihargai sama dengan 0,7 Y maka masing-masing pihak
akan mendapatkan keuntungan dan ini akan mendorong timbulnya transaksi
seperti terlihat pada gambar 3.21 berikut.
Perdagangan Internasional Expor Impor Konsumsi
INDONESIA 50 X 35 Y 50 X + 35 Y
Negara lain 35 Y 50 X 50 X + 40 Y
TOTAL (Prod Dunia) 50X + 35 Y 50 X + 35 Y 100 X + 75 Y

Gambar 3.21 Dampak Spesialisasi dan Perdagangan Internasional


Dari gambar 3.20 dan 3.21 terlihat bahwa adanya spesialisasi dan
perdagangan internasional menguntungkan pihak yang terlibat. Indonesia
sebelum spesialisasi dan perdagangan internasional memproduksi dan
mengkonsumsi sebanyak 30 barang X dan 35 barang Y, akan tetapi setelah
spesialisasi pada barang X dan mengimpor barang Y konsumsinya mainkan
menjadi 50 barang X dan 35 barang Y ( ada tambahan sebesar 20 barang X).
Sebaliknya negara lain sebelum spesialisasi dan perdagangan internasional
memproduksi dan mengkonsumsi sebanyak 35 barang X dan 40 barang Y,
akan tetapi setelah spesialisasi pada barang Y dan mengimpor barang X,
konsumsinya meningkat menjadi 50 barang X dan 40 barang Y (ada tambahan
sebesar 5 barang X). Secara total kesejahteraan masyarakat meningkat sebesar
35 barang X.

Keunggulan komparatif ini menggunakan asumsi dasar yang sangat


lemah yaitu dunia ini statis. Artinya terjadi perpindahan faktor-faktor produksi
antar wilayah dan negara di samping juga mengabaikan perkembangan
teknologi . Oleh karena itu dalam dunia nyata saat ini, teori keunggulan
komparatif ini tidak lagi memadai untuk dijadikan dasar pengembangan
ekonomi suatu negara. Betapa banyak terlihat negara yang kaya dengan
sumber daya alam justru ekonominya terbelakang banyak juga negara yang
miskin sumber daya alam justru ekonominya maju. Oleh karena itu, maka
keunggulan komparatif saja tidak cukup, tetapi harus ditingkatkan menjadi
keunggulan bersaing atau competitive advantage.

3. Keunggulan Bersaing (Competitive Advantage)

Perkembangan teknologi telah membuat dunia makin sempit, serta arus


modal dan sumber daya ekonomi lainnya menjadi lancar berpindah dari suatu
negara ke negara lain. Hal ini menyebabkan keunggulan komparatif tidak lagi
memadai sebagai dasar perkembangan ekonomi suatu negara melalui
perdagangan luar negeri. Keunggulan bersaing atau competitive advantage
pada hakikatnya nya adalah ah ke mampuan suatu perusahaan untuk
menawarkan barang dan jasa yang bernilai lebih di mata konsumen. Dengan
demikian, keunggulan bersaing ini tergambar dari kemampuan perusahaan
untuk mengalahkan pesaing di pasar.

Keunggulan bersaing ini sangat dinamis dan kompleks. Artinya berlaku


hanya dalam waktu yang relatif pendek dan juga dipengaruhi banyak faktor
baik internal maupun eksternal perusahaan. Faktor Internal perusahaan lebih
banyak ditentukan oleh penguasaan dan kemampuan sumber daya manusia
dalam perusahaan. Sedangkan faktor eksternal utamanya adalah kondisi dan
kebijakan ekonomi negara asal dan negara yang dituju, serta tingkat
persaingan domestik. Secara ringkas faktor-faktor yang memengaruhi daya
saing perusahaan dapat dilihat pada gambar berikut

Gambar 3.22 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Daya Saing Internasional


Suatu Perusahaan

4. Berbagai aspek mengenai bisnis internasional

Berbagai aspek yang berkaitan dengan bisnis internasional yang


berpotensi untuk mendatangkan peluang keuntungan maupun risiko perlu
diperhatikan antara lain :

a. Masalah nilai tukar antara mata uang domestik dengan mata uang negara
lain
Bisnis antar negara, biasanya menggunakan mata uang kuat. Sementara itu
nilai tukar (kurs) yang berlaku saat ini selalu mengalami perubahan, antar
waktu, dan berbeda antara negara yang satu dengan negara lain. Oleh
karena itu maka sebelum terjun ke pasar internasional suatu perusahaan
yang selama ini bergerak di pasar domestik perlu menghitung risiko kurs
yang dihadapi dalam pasar internasional.

b. Kebijakan ekonomi negara lain akan menjadi tujuan bisnis perusahaan

Masing-masing negara di dunia punya kepentingan nasional, yang akan


diperjuangkan di semua bidang, termasuk ekonomi, dan bisnis. Oleh
karena itu, perusahaan yang akan memasuki pasar internasional perlu
mengenal dan memahami kebijakan ekonomi negara tujuan bisnisnya,
karena kebijakan nasional negara tujuan bisnis akan berdampak (positif atau
negatif) bagi kesuksesan perusahaan asing di negara tersebut .

c. Kondisi ekonomi negara lain yang menjadi tujuan bisnis perusahaan

Kondisi ekonomi tujuan khususnya berkaitan dengan daya beli dari


masyarakatnya adalah informasi utama yang harus diketahui oleh
perusahaan yang akan memasuki negara tersebut. Di samping itu, pola
konsumsi, selera, budaya dan hal-hal lain yang berkaitan dengan suksesnya
bisnis perusahaan negara tersebut.

d. Hambatan perdagangan (tarade barier) Yang dihadapi seperti tarif


quota embargo

Walaupun Secara teoritis perdagangan bebas antarnegara akan lebih


menguntungkan masyarakat dunia, namun dalam kenyataannya hal tersebut
tidak berjalan atau tidak otomatis membuat perdagangan antarnegara
berjalan lancar. Hal ini disebabkan oleh karena masing-masing negara
mempunyai agenda tersendiri dalam rangka memperjuangkan kepentingan
nasionalnya, di bidang politik, pertahanan dan keamanan nya, apalagi
kepentingan nasional yang di bidang ekonomi, sehingga melahirkan
hambatan perdagangan internasional, seperti diatas. Sehubungan dengan
hal tersebut, maka perusahaan yang ingin masuk pasar internasional harus
mengetahui dan menghitung berbagai hambatan perdagangan internasional,
seperti bea (tarif),quota,embargo dan hal-hal lain yang berkaitan.

e. Dampak kebijakan perdagangan luar negeri terhadap ekonomi nasional

Seperti di singgung sebelumnya, bahwa walaupun perdagangan


internasional antar bangsa akan menguntungkan semua pihak yang terkait
dengan perdagangan tersebut, namun hal ini tidak otomatis melancarkan
perdagangan antar bangsa. Hal ini terutama terkait dengan kepentingan
nasional masing-masing negara, baik kepentingan ekonomi (misalnya
melindungi kepentingan produsen domestik, lapangan pekerjaan bagi
masyarakat dan sebagainya), kepentingan pertahanan keamanan (menjaga
adanya subversi melalui bisnis, kerahasiaan negara dan sebagainya),
maupun kepentingan politik (misalnya menjaga kedaulatan negara dari
pengaruh asing baik melalui budaya ataupun lainnya).

Oleh karena itu, maka setiap negara membuat kebijakan perdagangan


luar negeri baik berupa hambatan bisnis internasional seperti di singgung di
atas, maupun dorongan perdagangan internasional, khususnya ekspor
seperti pemberian subsidi kepada produsen domestik sering ditemui dalam
praktik. Berikut ini dibahas pengaruh berbagai kebijakan perdagangan luar
negeri terhadap ekonomi nasional suatu negara.

a. Pengaruh Kebijakan Hambatan Perdagangan Luar Negeri Berupa


Tarif

Seperti di singgung di muka kebijakan ekonomi nasional termasuk


kebijakan perdagangan luar negeri bertujuan untuk melindungi kepentingan
ekonomi nasional negara yang bersangkutan. Kepentingan ekonomi
nasional ini, bisa bisa berupa perlindungan terhadap produsen domestik dan
tenaga kerja nasional (hambatan untuk impor), maupun perlindungan
terhadap konsumen domestik khususnya menyangkut ketersediaan barang
dan jasa yang dibutuhkan konsumen dalam negeri (hambatan ekspor).
Tarif adalah hambatan terhadap perdagangan internasional berupa
pungutan terhadap barang atau komoditas yang diperdagangkan dapat
berupa bea masuk untuk melindungi produsen domestik, maupun bea
keluar (ekspor) untuk melindungi konsumen domestik.Tarif ini dikenakan
kepada barang yang diperdagangkan secara internasional gimana di dalam
negeri domestik price berbeda jauh dengan harga internasional dengan
demikian tujuan utama dari tarif ini adalah melindungi kepentingan
ekonomi nasional.

1) Tarif Bea Masuk atau Pungutan Impor

Walaupun pengenaan tarif bertujuan untuk melindungi kepentingan


nasional, negara atau pemerintah juga mendapat sumber penerimaan berupa
bea masuk atau impor, tetapi konsumen domestik membayar lebih mahal
(produsen domestik diuntungkan karena harga jual barangnya tidak turun).
Hanya saja tidak semua penerimaan dari bea masuk (yang harus dibayar
oleh konsumen tersebut) kembali ke negara dan masyarakat, seperti terlihat
pada gambar 3.24

Dari gambar 3.24, terlihat sebagai berikut: Bila menggunakan harga


internasional (sebelum dikenakan bea masuk),produsen domestik hanya
mampu menghasilkan produksi sebesar Q1, sementara permintaan domestik
sebesar Q1, Sehingga konsumen hanya dapat menikmati barang sejumlah
Q1 (terjadi kelangkaan sebesar Q1 Q4 atau AF). Untuk mengurangi
kelangkaan tersebut dibuka kran impor dengan bea masuk( untuk
melindungi produsen domestik). Setelah dibuka keran impor dengan biaya
masuk yang mengakibatkan harga jual domestik naik menjadi harga
domestik (P domestic), maka kemampuan produsen domestik dapat
meningkatkan produksi (supply)nya menjadi Q2, sementara itu karena
harga naik permintaan (demand) domestik turun dari Q4 ke Q3. Dengan
demikian, maka jumlah barang yang diimpor untuk memenuhi permintaan
domestik adalah sebesar Q2 Q3 atau CG.

Dengan adanya bea masuk atau tarif sebesar selisih antara harga
internasional dengan harga domestik, maka bea masuk yang dibayar
masyarakat konsumen adalah sebesar segi empat P domestik DG P
internasional. Dari jumlah biaya masuk tersebut, yang diterima oleh negara
adalah sebesar segiempat BDGC, dan yang dinikmati oleh produsen
domestik sebesar segitiga ABC sisanya segiempat P domestik AB P
domestik menjadi mubazir (dead weigt loss).

2) Bea (Tarif) atau Pungutan Ekspor

Hal yang sama juga terjadi pada tarif bea keluar untuk ekspor. Negara
atau pemerintah diuntungkan karena mendapat sumber pendapatan,
sementara eksportir domestik dirugikan karena membayar bea atau
pungutan ekspor namun konsumen domestik diuntungkan karena pasokan
barang untuk kebutuhan domestik menjadi relatif terjamin seperti terlihat
pada gambar 3. 25 pada halaman berikut.

Dari gambar 3.2 4 terlihat bahwa bila pasar domestik tidak


berhubungan dengan pasar internasional atau negara melakukan prinsip
menyediakan sendiri kebutuhan dalam negeri dari produksi sendiri
keseimbangan terjadi pada harga autarki (P atarki) dengan jumlah transaksi
sebanyak Q unit barang. Akan tetapi bila produsen domestik sudah mulai
melirik pasar internasional sebagai peluang untuk memasarkan produksinya
maka akan timbul dua jenis harga yaitu harga domestik (P domestik ) dan harga
internasional (P ) atau disebut juga dengan harga ekspor atau harga
internasional

di pasar dunia (word price) harga ekspor (P ekspor)= Harga Internasional (P


inter) = Harga di pasar dunia.

Dalam hal produsen domestik suatu negara masuk ke pasar dunia,


maka permintaan dunia (world demand) menjadi elastis sempurna bagi
produsen domestik artinya kontribusi produsen domestik terhadap supply
barang di dunia sangat kecil, sehingga relatif tidak berpengaruh terhadap
pasar internasional. Dengan demikian maka harga dunia di mata produsen
domestik menjadi sesuatu yang given atau di terima apa adanya (Produsen
adalah sebagai Price taker).

Bila harga ekspor jauh lebih tinggi dibanding harga domestik (P ekspor >
P domestik ), maka produsen domestik melihat ini sebagai kesempatan untuk
meningkatkan produksi dan penjualan sampai dengan Q 4, atau titik E. Pada
gambar 3.25 di sisi lain bila Produsen menjual produknya dengan harga
ekspor, maka konsumen domestik hanya mampu untuk membeli sebanyak
Q1 titik G, jauh Di bawah kemampuan produksi produsen domestik yang
mau mengekspor barangnya dengan volume sebesar Q4 atau sampai titik E.
Agar kebutuhan akan barang tersebut di dalam negeri dapat dipenuhi (tidak
habis untuk diekspor semua) maka pemerintah menetapkan bea keluar atau
pemungutan ekspor bagi barang tersebut sehingga mengakibatkan terjadinya
pengurangan ekspor (backward shifted) dari Q4 ke Q3 dan peningkatan
penyediaan barang untuk pasar dalam negeri dari Q1 ke Q2. Dengan
demikian ekspor yang semulanya besarnya adalah dari Q2 ke Q4 sekarang
turun menjadi ke Q2 ke Q3.
DAFTAR PUSTAKA

Noor, Henry Faizal. 2013. Ekonomi Manajerial. Jakarta : Rajawali Pers

Anda mungkin juga menyukai