Anda di halaman 1dari 21

KERANGKA DASAR PENYUSUNAN DAN PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN

SYARIAH (PSAK)

Kerangka dasar merupakan rumusan konsep yang mendasari penyusunan dan


penyajian laporan keuangan bagi para pemakai eksternal. Adanya perbedaan karakteristik
antara bisnis yang berlandaskan pada syariah dengan bisnis konvensional menyebabkan
ikatan akuntan Indonesia (IAI) mengeluarkan kerangka dasar penyusunan dan penyajian
laporan keungan bank syari’ah (KDPPLKBS) pada tahun 2002. KDPPLKBS selanjutnya di
sempurnakan pada tahun 2007 menjadi kerangka dasar penyusunan dan penyajian laporan
keuangan syari’ah (KDPPLKS). Penyempurnaan KDPPLKS terhadap KDPPLKBS di
lakukan untuk memperluas cakupannya sehingga tidak hanya untuk transaksi syari’ah pada
bank syari’ah, melainkan juga pada jenis institusi bisnis lain, baik yang berupa institas
syari’ah maupun institas konvensional yang bertransaksi dengan skema syari’ah.
Berdasarkan pengantar yang disampaikan oleh Dewan standar Akuntansi Keuangan
dalam Exposure Draf KDPPLKS  dengan KDPLKBS (2002). Sistematika KDPPLKBS
(2002) hanya menyajikan kerangka dasar yang berbeda dari KDPPLK (2004) dan jika diatur
secara khusus diasumsiokan kerangka dasar yang ada dalam KDPPLK (1994) doianggap juga
berlaku dalam bank syari’ah.

1.    Tujuan Kerangka Dasar

                        Kerangka dasar ini menyajikan konsep yang mendasari penyusunan dan


penyajian laporan keuangan bagi para penggunanya. Kerangka ini berlaku untuk semua jenis
transaksi syariah yang dilaporkan oleh entitas syariah maupun entitas konvensional baik
sektor publik maupun sektor swasta. Tujuan kerangka dasar ini adalah untuk digunakan
sebagai acuan bagi:
a.    Penyusun standar akuntansi keuangan syariah, dalam pelaksanaan tugasnya membuat
standar.
b.     Penyusun laporan keuangan, untuk menaggulangi masalah akuntansi syariah yang belum
diatur dalam standar akuntansi keuangan syariah.
c.    Auditor, dalam memberikan pendapat mengenai apakah laporan keuangan disusun sesuai
dengan prinsip akuntansi syariah yanh berlaku umum
d.    Para pemakai laporan keuangan, dalam menafsirkan informasi yang disajikan dalam laporan
keuangan yang disusun sesuai dengan standar akuntansi keuangan syariah.

2.    Pemakai dan kebutuhan informasi


Pemakai laporan keuangan meliputi:
1.    Investor sekarang dan investor potensial
2.    pemilik dana qardh
3.    Pemilik dana syirkah temporer
4.    Pemilik dana titipan
5.    Pembayar dan penerima zakat, infak, shodakoh, dan wakaf
6.    Pengawas syariah
7.    Karyawan
8.    Pemasoh dan mitra usaha lainnya
9.    Pelanggan
10.     Pemerintah serta lembaga-lembaganya
11.     Masyarakat

3. Paradigm transaksi syari’ah


                 Transaksi syari’ah berlandaskan pada paradigm bahwa alam semesta diciptakan
oleh Tuhan sebagai amanah (kepercayaan ilahi) dan sarana kebahagiaan hidup bagi seluruh
umat manusia untuk mencapai kesejahteraan hakiki secara material dan spiritual (falah).
[1] Paradigma dasar ini menekankan bahwa setiap aktifitas manusia memiliki akuntabilitas
dan nillai ilahiah yang menempatkan perangkat syari’ah dan akhlak sebagai parameter baik
dan buruk, benar dan salahnya aktifitas usaha. Syari’ah merupakan ketentuan hukum islam
yang mengatur aktifitas manusia yang berisi perintah dan larangan, baik yang menyangkut
hubungan interaksi vertical dengan Tuhan maupun interaksi horizontal dengan sesama
makhluk. Prinsip syari’ah yang berlaku umum dalam kegiatan muamalah mengikat secara
hukum bagi semua pelaku dan pemangku kepentingn entitas yang melakukan transaksi
syari’ah. Adapun akhlak merupakan norma dan etika yang berisi nilai-nilai moral dalam
interaksi sesame makhluk agar hubungan tersebut menjadi saling menguntungkan, sinergis,
dan harmonis.  

4. Asas transaksi syari’ah


      Persaudaraan (ukhuwah): Yang berarti bahwa transaksi syariah menjunjung tinggi nilai
kebersamaan dalam memperoleh manfaat, sehingga seseorang tidak boleh mendapatkan
keuntungan diatas kerugian orang lain. Prinsip ini didasarkan atas prinsip saling mengenal
(ta’aruf), saling memahami (tafahun), saling menolong (ta’awun), saling menjamin (takaful),
saling bersinergi dan saling beraliansi (tahafu).
      Keadilan (‘adalah): yang berarti selalu menempatkan sesuatu hanya pada yang berhak dan
sesuai dengan posisinya. Realisasi prinsip ini dalam bingkai aturan muamalah adalah
melarang adanya unsur:
a)    Riba/bunga dalam segala bentuk dan jenis, baik riba nasiah /fadhl.
b)   Kezaliman, baik terhadap diri sendiri, orang lain atau lingkungan.
c)    Judi atau bersikap spekulatif dan tidak berhubungan dengan produktifitas (maysir).
d)   Unsur ketidakjelasan, manipulasi dan eksploitasi informasi serta tidak adanya kepastian
kriterian kualitas, kuantitas, harga objek akad, atau eksploitasi karena salah satu pihak tidak
mengerti ini perjanjian (gharar).
e)    Haram atau segala sesuatu (unsur) yang dilarang tegas dalam Al-quran dan As-sunnah, baik
baik barang maupun jasa atau aktivitas operasional terkait.
      Kemaslahatan (maslahah): Yaitu segala bentuk kebaikan dan manfaat yang berdimensi
duniawi dan ukhrawi, material dan spiritual, serta individual dan kolektif.
      Keseimbangan (tawazum): transaksi harus memperhatikan keseimbangan aspek material dan
spiritual, aspek privat dan public, sektort keuangan dan riil, bisnis dan social, serta
keseimbangan aspek pengembangan dan pelestarian.
      Universalisme (syumuliyah): transaksi syariah dapat dilakukan oleh, dengan, dan untuk
semua pihak yang berkepentingan tanpa membedakan suku, agama, ras, dan golongan sesuai
dengan semangat rahmatan lil alamin.

5. Karakteristik transaksi syari’ah


            Implementasi transaksi yang sesuai dengan paradigma dan asas transaksi syariah
harus memenuhi karakteristik dan persyaratan antara lain:
      Transaksi hanya dilakukan berdasarkan prinsip saling paham dan saling ridha
      Prinsip kebebasan bertransaksi diakui sepanjang objeknya halal dan baik
      Uang hanya berfungsi sebagai alat tukar dan satuan pengukur nilai, bukan sebagai komoditas
      Tidak mengandung unsur riba
      Tidak mengandung unsur kezaliman
      Tidak mengandung unsur masyir
      Tidak mengandung unsur gharar
      Tidak mengandung unsur haram
      Tidak menganut prinsip nilai waktu dari uang (time value of money)
      Transaksi dilakukan berdasarkan suatu perjanjian yang jelas dan benar serta untuk
keuntungan semua pihak tanpa merugikan pihak lain .
      Tidak ada distorsi harga melalui rekayasa permintaan (najasy).
      Tidak mengandung unsur kolusi dengan suap menyuap (risywah).
     Karakteristik tersebut dapat diterapkan pada transaksi bisnis yang bersifat komersial maupun
yang bersifat nonkomersial.

6. Tujuan Laporan Keuangan


                        Tujuan utama Laporan Keuangan adalah untuk menyediakan informasi,
menyangkut posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan suatu entitas syarian
yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan
ekonomi.Beberapa tujuan lainnya adalah :
1.  Meningkatkan kepatuhan terhadap prinsip syariah dalam semua transaksi dan kegiatan usaha.
2.  Informasi kepatuhan entitas syariah terhadap prinsip syariah, serta informasi asset,
kewajiban, pendapatan, dan beban yang tidak sesuai dengan prinsip syariah bila ada dan
bagaimana perolehan dan pengguanaannya.
3. Informasi untuk membantu mengevaluasi pemenuhan tanggung jawab entitas syariah terhadap
amanah dalam mengamankan dana, menginvestasikannya pada tingkat keuntungan yang
layak.
4. Informasi mengenai tingkat keuntungan investasiyang diperoleh penanam modal dan pemilik
dana syirkah temporer dan informasi mengenai pemenuhan kewajiban( obligation) fungsi
social entitas syariah termasuk pengelolaan dan penyaluran zakat, infaq, sedekah, dan wakaf.

7. Bentuk laporan keuangan


Laporan keuangan entitas syariah terdiri atas:
1.  Posisi keuangan entitas syariah, disajikan sebagai neraca. Laporan ini menyajikan informasi
tentang sumber daya yang dikendalikan, struktur keuangan, likuiditas dan solvabilitas serta
kemampuan beradaptasi terhadap lingkungan.
2.  Informasi kinerja entitas syariah, disajikan dalam laporan laba rugi. Laporan ini diperlukan
untuk menilai perubahan potensial sumber daya ekonomi yang mungkin dikendalikan di
masa depan.
3.  Informasi perubahan posisi keuangan entitas syariah, yang dapat disusun berdasarkan definisi
dana seperti seluruh sumber daya keuangan, modal kerja, aset atau kas. Kerangka ini tidak
mendefinisikan dana secara spesifik. Akan tetapi, melalui laporan ini dapat diketahui
aktivitas investasi, pendanaan dan operasi selama periode pelaporan.
4. Informasi lain, seperti laporan penjelasan tentang pemenuhan fungsi sosial entitas syariah.
5. Catatan dan skedul tambahan, merupakan penampung dari informasi tambahan yang relevan
termasuk pengungkapan tentang risiko dan ketidakpastian yang mempengaruhi entitas.

8. Asumsi dasar
1.      Dasar akrual
Laporan keuangan disajikan atas dasar akrual, maksudnya bahwa pengaruh transaksi dan
peristiwa lain diakui pada saat terjadi (dan bukan pada saat kas atau setara kas diterima atau
dibayar) dan diungkapkan dalam catatan akuntansi serta dilaporkan. Namun, dalam
penghitungan pendapatan untuk tujuan pembagian hasil usaha menggunakan dasar kas. Hal
ini disebabkan bahwa prinsip pembagian hasil usaha berdasarkan bagi hasil, pendapatan atau
hasil yang dimaksud adalah keuntungan bruto.
2.      Kelangsungan usaha.
Laporan keuangan biasanya disusun atas dasar asumsi kelangsungan usaha entitas syariah
yang akan melanjutkan usahanya dimasa depan. Oleh karena itu, entitas syariah diasumsikan
tidak bermaksud atau berkeinginan melikuidasi atau mengurangi secara material skala
usahanya.
9. Karakteristik kualitatif informasi keuangan syariah

Karakteristik kualitatif merupakan cirri khas yang membuat informasi dalam laporan
keuangan berguna bagi pemakai. terdapat empat karakteristik kualitatif pokok, yaitu:
a.    Dapat dipahami
Kualitas penting informasi yang ditampung dalam lapiran keuangan adalah
kemudahannya untuk segera dapat dipahami oleh pemakai. Untuk maksud ini, pemakai
diasumsikan memiliki pengetahuan yang memadai tentang aktivitas ekonomi dan bisnis,
akuntansi, serta kemampuan untuk mempelajari informasi dengan ketekunan yang wajar.
Namun demikian, informasi kompleks yang seharusnya dimasukkan dalam laporan keuangan
tidak dapat dikeluarkan hanya atas dasar pertimbangan bahwa informasi tersebut sulit untuk
dapat dipahami oleh pemakai tertentu.
b.    Relevan
Maksudnya adalah memiliki kemampuan untuk memengaruhi keputusan ekonomi
pemakai dengan membantu mereka mengevaluasi masa lalu, masa kini, atau masa depan
dengan mernegaskan atau mengoreksi hasil evaluasi mereka di masa lalu.

c.    Andal
Andal diartikan sebagai bebas dari pengertian yang menyesatkan, kesalahan material,
dan dapat diandalkan pemakainya sebagai penyajian yang tulus atau jujur (faithul
representation) dari yang seharusnya di sajikan atau yang sevara wajar diharapkan dapat
disajikan. Agar dapat diandalkan maka informasi harus memenuhi hal sebagai berikut:
            Menggambarkan dengan jujur transaksi (penyajian jujur) serta peristiwa lainnya yang
seharusnya disajikan atau yang secara wajar dapat diharapkan untuk di sajikan.
            Dicatat dan disajikan sesuai dengan substansi dan realitas ekonomi yang sesuai dengan
prinsif syari’ah dan bukan hanya bentuk hukumnya (substansi mengungguli bentuk).
             Harus diarahkan untuk kebutuhan umum pemakai dan bukan pihak tertentu saja
(netral).
            Di dasarkan atas pertimbangan yang sehat dalam hal menghadapi ketidakpastian
peristiwa dan keadaan tertentu.
            Lengkap dalam batasan materialitas dan biaya.

d.   Dapat dibandingkan
Pemakai harus dapat dibandingkan laporan keuangan entitas syari’ah antar periode
untuk mengidentifikasi kecenderungan (trend) posisi dan kinerja keuangan. Agar dapat
dibandingkan, informasi tentang kebijakan akuntansi yang digunakan dalam penyusunan
laporan keuangan dan perubahan kebijakan serta pengaruh perubahan tersebut juga harus
diungkapkan termasuk ketaatan atas standar akuntansi yang berlaku.

10. Kendala informasi yang relevan dan andal

Kendala informasi yang relevan dan andal terdapat dalam hal sebagai berikut :
a.    Tepat waktu
Jika terdapat penundaan yang tidak semestinya dalam pelaporan, maka informasi
yang dihasilkan akan kehilangan relevansinya. Manajemen mungkin perlu menyeimbangkan
manfaat relativ antara pelaporan tepat waktu dan ketentuan informasi andal.

b.    Keseimbangan antara biaya dan manfaat


                 Keseimbangan antara biaya dan manfaat lebih merupakan suatu kendala yang
dapat terjadi (pervasive) dari suatu karakteristik kualutatif. Manfaat yang dihasilkan
informasi seharisnya melebihi biaya penyusunannya. Namun demikian, secara substabsi,
evaluasu biaya dan manfaat merupakan suatu prpses pertimbangaan (judgement proces).

11. Unsur-unsur laporan keuangan


Sesuai karakteristik, laporan keuangan entitas syari’ah, antara lain meliputi:
a.              Komponen laporan keuangan yang mencerminkan kegiatan komersial yang terdiri atas :

1.    Posisi keuangan
     Unsur yang terkait secara langsung dengan pengukuran posisi keuangan adalah aset,
kewajiban, dana syirkah temporer dan ekuitas. Pos-pos ini didefinisikan sebagai berikut:
      Aset adalah sumber daya yang dikuasai oleh entitas syari’ah sebagai akibat dari peristiwa
masa lalu dan dari mana manfaat ekonomi dimasa depn diharapkan akan diperoleh entitas
syari’ah. .
      Kewajiban merupakan utang entitas syari’ah masa kini yang timbul dari peristiwa masa lalu,
penyelesayannya di harapkan mengakibatkan arus keluar dari sumber daya entitas syari’ah
yang mengandung manfaat ekonomi.
      Dana syirkah temporer adalah dana yang diterima sebagai investasi dengan jangka waktu
tertentu dari individu dan pihak lainnya dimana entitas syari’ah mempunyai hak untuk
mengelola dan menginvesatasikan dana tersebut dengan pembagian hasil investasi
berdasarkan kesepakatan.
      Ekuitas adalah hak resijual atas aset entitas syari’ah setelah dikurangi semua kewajiban dan
dana syirkah temporer. Ekuitas dapat disubklasifikasikan menjadi setoran modal pemegang
saham, saldo laba, penyisihan saldo laba dan penyisihan penyesuaian pemeliharaan modal.
Contoh penyususnan laporan posisi keuangan pada bank syariah:
LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA)

PT Bank Syariah “X”


Laporan Posisi Keuangan (Neraca)
Per 31 Desember 20X1
Aset Xxx
Kas Xxx
Penempatan pada Bank Indonesia Xxx
Giro pada bank lain Xxx
Penempatan pada bank lain Xxx
Investasi pada efek/surat berharga
Piutang: Xxx
Murabahah Xxx
Salam Xxx
Istishna Xxx
Ijarah
pembiayaa: Xxx
Mudharabah Xxx
Musyarakah Xxx
Persediaan Xxx
Tagihan dan kewajiban akseptasi Xxx
Aset ijarah Xxx
Aset istishna dalam penyelesaian Xxx
Penyertaan pada entitas lain xxx
Aset tetap dan akumulasi penyusutan xxx
Aset lainnya xxx
Jumlah Aset

KEWAJIBAN xxx
Kewajiban segera xxx
Bagi hasil yang belum dibagikan xxx
Simpanan xxx
Simpanan dari bank lain xxx
Utang: xxx
Salam xxx
Istishna xxx
Kewajiban kepada bank lain xxx
Pembiayaan yang diterima xxx
Utang pajak xxx
Estimasi kerugian komitmen dan kontinjensi xxx
Pinjaman yang diterima xxx
Kewajiban lainnya xxx
Pinjaman subordinasi xxx
Jumlah Kewajiban

DANA SYIRKAH TEMPORER


Dana syirkah temporer dari bukan bank: xxx
Tabungan mudharabah xxx
Deposito mudharabah xxx
Dana syirkah temporer dari bank: xxx
Tabungan mudharabah xxx
Deposito mudharabah xxx
Musyarakah xxx
Jumlah Dana Syirkah temporer

EKUITAS xxx
Modal disetor xxx
Tambahan modal disetor xxx
Saldo laba (rugi) xxx
Jumlah Ekuitas xxx
Jumlah Kewajiban, Dana Syirkah tempporer dan ekuitas  xxx

LAPORAN LABA-RUGI

Komponen-komponen laporan laba rugi bank syariah disusun dengan mengacu pada PSAK
untuk pos-pos umum. Dengan memperhatikan ketentuan dalam PSAK terkait, bank syariah
menyajikan laporan laba rugi yang mencakup, tetapi tidak terbatas, pada pos-pos berikut:

PT Bank Syariah “X”


Laporan Laba Rugi
Periode 1 Januari s.d. 31 Desember 20X
Pendapatan Pengelolaan Dana oleh bank sebagai
mudharib

Pendapatan dari jual beli:


Pendapatan marjin
murabahah Xxx
Pendapatan neto salam
parallel Xxx
Pendapatan neto istishna
parallel Xxx
Pendapatan dari
sewa:
Pendapatan neto
ijarah Xxx
Pendapatan dari bagi hasil:
Pendapatan bagi hasil
mudharabah Xxx
Pendapatan bagi hasil
musyarakah Xxx
Pendapatan usaha utama
lainnya Xxx
Jumlah Pendapatan Pengelolaan Dana oleh bank sebagai
mudharib Xxx
Hak pihak ketiga atas bagi
hasil (xxx)

Pendapatan Usaha Lainnya


Pendapatan imbalan jasa
perbankan xxx
Pendapatan imbalan investasi
terikat Xxx
Jumlah Pendapatan Usaha
Lainnya
Beban Usaha (xxx)
Beban kepegawaian (xxx)
Beban
administrasi (xxx)
Beban penyusutan dan
amortisasi (xxx)
Beban usaha
lain (xxx)
Jumlah Beban Usaha (xxx)

Laba (Rugi) Usaha Xxx


Pendapatan dan Beban
Nonusaha
Pendapatan nonusaha Xxx
Beban
nonusaha (xxx)
Jumlah Pendapatan (Beban)
Nonusaha Xxx
Laba (Rugi) sebelum Pajak Xxx

Beban Pajak (xxx)

Laba (Rugi) Neto Periode


Berjalan Xxx

2.    Kinerja
Unsur yang langsung berkaitan dengan pengukuran penghasilan bersih (laba) adalah
penghasilan dan beban. Unsur penghasilan beban didefinisikan berikut ini:
       Penghasilan (income) adalah kenaikan manfaat ekonomi selama suatu periode akuntansi
dalam bentuk pemasukan atau penambahan aset atau penurunan kewajiban yang
mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak berasal dari konstribusi penanam modal.
Penghasilan (income) meliputi pendapatan (revenues) maupun keuntungan (gain).
       Beban (ekspenses) adalah penurunan manfaat ekonomi selama suatu periode akuntansi
dalam bentuk arus keluar berkurangnya aset atau terjadinya kewajiban yang mengakibatkan
penurunan ekuitas yang tidak menyangkut pembagian kepada penanam modal, termasuk di
dalamnya beban untuk pelaksanaan aktivitas entitas syari’ah maupun kerugian yang timbul.

       Hak pihak ketiga atau bagi hasil


Hak pihak ketiga atau bagi hasil dana syirkah temporer adalah bagian bagi hasil pemilik dana
atau keuntungan dan kerugian hasil investasi bersama entitas syari’ah dalam suatu periode
laporan keuangan.
Hak pihak ketiga atas bagi hasil tidak bisa dikelompokan sebagai beban (ketika untung) atau
pendapatan (ketika rugi). Namun, hak pihak ketiga atas bagi hasil merupakan alokasi
keuntungan dan kerugian kepada pemilik dana atas investasi yang dilakukan bersama dengan
entitas syari’ah.

b.    Komponen laporan keuangan yang mencerminkan kegiatan sosial, meliputi laporan sumber
dan penggunaan dana zakat serta laporan sumber dan penggunaan dana kebajikan.

c.     Komponen laporan keuangan lainnya yang mencerminkan kegiatan dan tanggung jawab
khusus entitas syari’ah tersebut.
12. Pengukuran Unsur-Unsur Laporan Keuangan
Berbagai dasar pengukuran tersebut adalah sebagai berikut:
a.    Biaya historis (historical cost)
     Aset di catat sebesar pengeluaran kas (setara kas) yang di bayar atau sebesar nilai wajar dari
imbalan (consideration) yang di berikan untuk memperoleh aset tersebut pada saat perolehan.
     Kewajiban dicatat sebesar jumlah yang diterima sebagai penukar dari
kewajiban (obligation), atau dalam keadaan tertentu (misalnya:pajak penghasilan), dalam
jumlah kas (atau setara kas) yang diharapkan akan dibayarkan untuk memenuhi kewajiban
dalam pelaksanaan usaha yang normal. Dasar ini adalah dasar pengukuhan yang lazim
digunakan entitas syariah dalam penyusunan laporan keuangan.

b.         Biaya kini (current cost)


     Aset dinilai dalam jumlah kas (stara kas) yang seharusnya dibayar bila aset yang sama atau
stara aset diperoleh sekarang.
     kewajiban dinyatakn dalm jumlah kas (atau setara kas )yang tidak didiskonkan
(undiscounted) yang mungkin dapat diperlukan untuk menyelesaiakan
kewajiban (obligation) sekarang.

c.     Nilai realisasi atau penyelesaian (realizable atau settement value)


     Aset dinyatakan dalam jumlah pas (setara kas) yang dapat diperoleh sekarang dengan
menjual aset dalam pelepasan normal (orderly disporal).
     Kewajiban dinyatakan sebesar nilai penyelesaian : yaitu, jumlah kas (atau setara kas) yang
tidak didiskonkan yang diharapkan akan dibayarkan untuk memenuhi kewajiban dalam
pelaksanaan usaha normal. Dasar pengukuhn ini walaupun dapat digunakan tetapi tidak
mudah untuk diterapkan dalam kondisi saat ini. Mengingat manajemen harus menjamin
informasi yang disajikan adalah andal serta dapat dibandingkan.

13. Catatan atas laporan keuangan


          Catatan atas laporan keuangan meliputi penjelasan naratif atau rincian jumlah yang
tertera dalam laporan keuangan utama. Catatan atas laporan keuangan suatu entitas syariah
harus mengungkapkan hal-hal sebagai berikut:
 Informasi tentang dasar penyusunsn laporan keuangan dan kebijakan akuntansi yang dipilih
dan diterapkan terhadap peristiwa dan transaksi yang penting.
 Informasi yang diwajiobkan dalam PSAK, tetapi tidak disajikan dalam neraca, laporan laba
rugi, laporan arus kas: perubahan ekuitas: laporan sumber dan penggunaan zakat : dan
laporan penggunaan dana kebajikan.
  Informasi tambahan yang tidak disajikan dalam laporan keuangan, tetapi diperlukan dalam
rangka penyajian secara wajar.
Dalam rangka membantu pengguna laporan memahami laporan keuangan dan
membandingkannya dengan laporan keuangan entitas syariah lain , catatan atas laporan
keuangan umumnya disajikan dengan urutan sebagai berikut:
 Pengungkapan mengenai dasar pengukuran dan kebijakan akuntansi yang diterapkan.
 Informasi pendukung pos-pos laporan keuangan sesuai urutan sebagaimana pos-pos tersebut
disajikan dalam laporan keuangan dan urutan penyajian komponen laporan keuangan.
 Pengungkapan lain termasuk kontijensi, komitmen dan pengungkapan keuangan lainnya serta
pengungkapan yang bersifat non-keuangan.  
SEJARAH DAN PEMIKIRAN

AKUNTANSI SYARIAH

A.     Perkembangan  Awal Akuntansi

Pada awalnya akuntansi merupakan bagian dari ilmu pasti, yaitu bagian dari ilmu pengetahuan yang
berhubungan degan masalah hokum alam dan perhitungan yang bersifat memiliki kebenaran yang
absolut. Sebagai bagian dari ilmu pasti yang perkembangannya bersifat akumulatif,, maka setiap
penemuan metode baru dalam akuntansi akan menambah dan memperkya ilmu akuntansi tersebut.
Bahkan, pemikir akuntansi pada awal perkembangannya merupakan seorang ahli matematika
seperti Luca Paciolli dan Musa Al-khawarizmy.

Islam memandang akuntansi tidak sekadar ilmu yang bebas nilai untuk melakukan pencatatan dan
pelaporan saja, tetapi juga sebagai alat untuk menjalankan nilai-nilai Islam.

Akuntansi yang kita kenal sekarag diklaim berkembang dari peradaban barat, padahal apabila dilihat
mendalam dari proses lahir dan perkembangannya, terlihat pengaruh keadaan masyarakat atau
perdaban sebelumnya baik Yunani maupun Arab Islam.

B.     Sejarah Akuntansi

Akuntansi merupakan slah satu profesi tertua di dunia. Dari sejak jaman prasejarah, keluurga
memiliki perhitungan tersendiri untuk mencatat makanan dan pakaian yang harus meereka
persiapakan dan mereka gunakan pada saat musim dingin.

Walaupun akuntansi sudah ad sejak zaman prasejarah, saat ini kita hanya mengenal Luca Paciolli
sebagai bapak akutansi moderen. Paciolli, seorang olmuan dan pengajar di bebrapa universitas yang
lahir di tuscany- Italia paa tahun 1445, merupakan orang yang di anggap menemukan persamaan
akutansi untuk pertama kali padatahun 1494 dengan bukunya : Summa de arithmetica geometria et
proportionalita (A Review of arithmetica, geometry and proportions), dalam buku tersebut, beliau
menerangkan mengenai double entry book keeping sebagai dasar perhitungan akuntansi modern,
bahkan juga hampir seluruh kegiatan rutin akuntansi yang kita kenal saat ini seperti penggunaan
jurnal, buku besar (ledger) dan memoradung.

Sebenarnya, Luca Paciolli bukanlah orang yang menemukan double entry book keeping system,
mengingat sistem tersebut telah di lakukan sejak adanya perdagangan antara fenice dan genoa pada
awal abat ke-13 M setelah terbukanya jalur perdagangan antara timur tengah dan kawasan
mediterania. Bahkan, pada tahun 1340 bendahara kota massri telah melakukan pencatatan dalam
bentuk double entry.   

C.     Perkembangan Akuntansi Syariah

·        Zaman Awal Perkembangan Islam

Pendeklarasian negara islam di Madinah (tahun 622 M atau bertepatan dengan tahun 1 H) di dasari
oleh konsep bahwa seluruh muslim adalah bersaudara tanpa memandang ras, warna kulit dan
golongan, sehingga seluruh kegiatan kenegaraan di lakkan secara bersama dan gotong royong di
kalangan para muslim. Hal ini di mungkinkan karena yang baru saja berdiri tersebut hampir tidak
memiliki pemasukan atau pengeluaran. Muhammad Rasullulah SAW bertindak sebagai seorang
kepala negara yang juga merangkap sebagai Ketua Mahkama Agung, Mufyi Besar, dan Panglima
Perang Tertinggi juga penanggung jawab administrasi negara.
Telah menjadi tradisi, bahwa bangsa Arab melakukan 2 kali perjalanan khalifah perdagangan, yaitu
musim dingin dengan tujuan perdagangan ke Yaman dna musim panas dengan tujuan ke As-Syam
(sekarang Syria, Lebanon, Jordania, Palestina dan Israel).

Dalam perkembangan selanjudnya, ketika ada kewajiban zakat dan ‘ushr (pajak pertanian dari
muslim), dan perluasan wilayah sehingga dikenal adanya jizyah (pajak perlindungan dari nonmuslim)
dan kharaj ( pajak hasil pertanian dari non muslim), maka Rasullulah mensirikan baitul Maal pada
awal abad ke-7.

·        Zaman Empat Khalifah

Pada pemerintahan Abu Bakar, pengelolaan Baitul Maal masih sangat sederhana di mana


peneriamaan dilakukan secara seimbang sehingga hampir tidak pernah ada sisa.

Perubahan sistem administrasi yang sangat signifikan di era kepemimpinan Khalifah Umar bin
Khattab dengan memperkenalkan istilah Diwan oleh Sa’ad bin Abi Waqqas (636 M).

Khalifah Umar bin Khatab menunjuk beberapa orang pengelola dan pencatat dari persia yang
mengawasi pmbukuan Baitul Maal. Pendiriandiwan berasal dari usulan Homozan-seorang tahanan
Persia dan menriama islam-dengan menjelaskan sistem administrasi yang dilakukan oleh Raja
Sasania.

Hal ini kembali menunjukan bahwa akuntansi dari satu lokasi ke lokasi lain sebagai akibat deri
hubungan antara masyarakat. Selain itu juga Baitul Maal juga sudah tidak terpusat lagi di Madinah
tetapi juga di daerah-daerah taklukan islam.

Fungsi akuntansi telah di lakukan oleh berbagai pihak dalam islam seperti:Al-Amel,Mubashor, Al-
Kateb, namun yang paling terkenal adalah Al-Kateb yang menunjukan orang yang bertanggung
jawab untuk meniliskan dan mencatat informasi baik keuangan maupun non keuangan. Sedangkan
khusus akuntan di kenal juga dengan namaMuhasabah/muhtasib yang menunjukan orang yang
bertanggung jawab melakukan perhitungan.

D.    Sekilas Prosedur dan Istilah yang Digunakan

Dari uraian diatas diketahui bahwa pelaksanaan akuntansi pada negara islam terjadi terutama
adanya dorongan kewajiban zakat, yang harus dikelola dengan baik melalui baitul maal.
Dokumentasi yang pertama kali dilakukan olehAL-Mazenderany (1363 M) mengenai praktik
akuntansi pemerintahan yang dilakukan selama Dinasti Khan II pada buku Risalah Falakiyah Kitabus
Siyakat. Namun, dokumentasi yang baik mengenai sistem akuntansi negara islam tersebut pertama
kali dilakukan oleh Al-Khawarizmy pada tahun 976 M.

Ada tujuh hal khusus dalam sistem akuntansi yang dijalankan oleh negara Islam sebagaimana
dijelaskan oleh Al-Khawarizmy dan Al-Mazendary (Zaid,1999), yaitu :

1.      Sistem akuntansi untuk kebutuhan hidup, sistem ini dibawah koordinasi seorang manajer

2.      Sistem akuntansi untuk ktem akuntansi unruk proyek pembangunan yang dilakukan oleh
pemerintah

3.      Sistem akuntansi untuk pertanian merupakan sistem yang berbasis non-moneter

4.      Sistem akuntansi gudang merupakan sistem untuk mencatat pembelian barang negara
5.      Sistem akuntansi mata uang, sistem ini telah dilakukan oleh negara islam sebelum abad ke 14
M

6.      Sistem akuntansi peternakan merupakan sistem untuk mencatat seluruh binatang ternak

7.      Sistem akuntansi perbendaharaan merupakan sistem untuk mencatat penerimaan dan


pengeluaran harian negara baik dalam nilai atau barang

E.     Hubungan Akuntansi Modern dan Akuntansi Islam

Perkembangan ilmu pengetahuan, termasuk sistem pencatatan pada zaman dinasti Abbasiah (750-
1258 M) sudah sedemikian maju, sementara pada kurun waktu yang hampir bersamaan, Eropa
masih berad adalam periode The Dark Age. Dari sini, kita dapat melihat hubungan antara Luca
Paciolli dan akuntansi islam

Luca Pacioli mengatakan bahwa setiap transaksi harus dicatat dua kali di sisi sebelah kredit dan di sisi
sebelah debit. Dengan kata lain bahwa pencatatan harus diawali dengan menulis sebelah kredit
kemudian si sebelah debit. Hal ini memunculkan bahwa Pacioli menerjemahkan hal tersebut dari
bahsa arab yang memang menuslis dari sebelah kanan.

KERANGKA DASAR PENYUSUNAN

DAN PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN SYARIAH

Proses akuntansi, yang dimulai dari identifikasi kejadian dan transaksi hingga penyajian dalam
laporan keuangan, ,membutuhkan sebuah kerangka dasar penyusunandan penyajian laporan
keuangan. Kerangka dasar atau kerangka konseptual akuntansi adalah suatu system yang melekat
dengan tujuan – tujuan serta sifat dasar yang mengarah pada standar yang konsisten dan terdiri atas
sifat, fungsi dan batasan dari akuntansi keuangan dan laporan keuangan.

Kerangka konseptual diperlukan agar dihasilkan standard an aturan yang koheren yang disusun atas
dasar yang sama sehingga menambah pengertian dan kepercayaan para pengguna laporan
keuangan, serta dapat dibandingkan di antara perusahaan yang berbeda atau periode yang berbeda.
Telah banyak peneliti di bidang akuntansi, baik muslim maupun non muslim yang menelaah teori
maupun penelitian tentang tujuan maupun kerangka dasar atas laporan keuangan syariah. Misalnya,
AAOIFI ( Accounting And Auditing Organization For Islamic Financial Institution), sebagai organisasi
yang mengembangkanakuntansi dan auditingbagi lembaga keuangan syariah di tingkat dunia, telah
mengeluarkan pernyataan akuntansi No. 1 dan No. 2 tentang tujuan akuntansi keuangan untuk bank
dan lembaga keuangan syariah. Sementara itu, Dewan Standar Akuntansi Indonesia (DSAK)
menyusun psak syariah tentang kerangka dasar penyusunan dan penyajian laporan keuangan
syariah.
Untuk itu, dalam makalah ini kami membagi menjadi 2 bagian, Bagian pertama menjelaskan tentang
kerangka dasar dan laporan keuangan sesuai dengan PSAK kemudian dilanjutkan dengan bagian
kedua, tentang kerangka dasar dan laporan keuangan menurut AAOIFI dan para pemikir akuntansi
Islam.

A.     Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan Syariah (PSAK)

Tujuan Kerangka Dasar

Kerangka dasar ini menyajikan konsep yang mendasari penyusunan dan penyajian laporan keuangan
bagi para penggunanya. Kerangka ini berlaku untuk semua jenis transaksi syariah yang dilaporkan
oleh entitas syariah maupun entitas konvensional baik sector public maupun sector swasta. Tujuan
Kerangka Dasar ini adalah untuk digunakan sebagai acuan bagi :

1.        Penyusun standar akuntansi syariah, dalam pelaksanaan tugasnya.

2.        Penyusun laporan keuangan, untuk menanggulangi masalah akuntansi syariah yang belum
diatur dalam standar akuntansi keuangan syariah.

3.        Auditor, dalam mem berikan pendapat mengenai apakah laporan keuangan disusum sesuai
dengan prinsip akuntansi syariah yang berlaku umum

4.        Para pemakai laporan keuangan, Dalam menafsirkan informasi yang disajikan dalam laporan
keuangan yang disusun sesuai dengan standar akuntansi keuangan syariah

Pemakai dan Kebutuhan Informasi

Pemakai laporan keuangan meliputi :

1.    Investor sekarang dan investor potensial ; hal ini karena mereka harus memutuskan  apakah
akan membeli, menahan atau menjual investasi atau penerimaan dividen.

2.    Pemilik dana qardh ;untuk mengetahui apakah dana qardh dapat di bayar pada saat jatuh tempo

3.    Pemilik dana syirkah temporer ; untulk memberikan keputusan pada investasi yang memberikan
tingkat pengembalian yang bersaing dan aman

4.    Pemilik dana titpan ; untuk memastikan bahwa titipan dana dapat diambil tiap saat

5.    Pembayar dan penerima zakat, infaq, sedekah dan wakaf ; untuk informasi tentang sumber dan
penyaluran dana tersebut.

6.    Pengawas syariah ; untuk menilai kepatuhan pengelolaan lembaga syariah terhadap prinsip
syariah.

7.    Karyawan ; untuk nmemperoleh informasi tentang stabilitas dan profitabilitas entitas syariah.

8.    Pemasok dan mitra usaha lainnya ; untuk memmperoleh informasi tenteng kemampuan entitas
membayar utang pada saat jatuh tempo

9.    Pelanggan ; untuk memperoleh informasi tentang kelangsungan hidup entitas syariah

10.   Pemerintah serta lembaga – lembaganya ; untuk memperoleh informasi tentang aktivitas
entitas syariah, perpajakan, serta kepentingan nasional lainnya.

11.  Masyarakat ; untuk memperoleh informasi tentang kontribusi entitas terhadap masyarakat dan
Negara.

Paradigma Transaksi Syariah

Transaksi syariah didasarkan pada paradigm dasar bahwa alam semesta diciptakan oleh tuhan
sebagai amanah dan sarana kebahagiaan hidup bagi seluruh umat manusia untuk mencapai
kesejahteraan hakiki secara material dan spiritual. Substansinya adalah bahwa setiap aktivitas
manusia memiliki akuntabilitas dan nilai ilahiah yang  menempatkan perangkat syariah dan akhlak
sebagai parameter baik dan buruk, benar dan salahnya aktivitas usaha. Dengan cara ini akan
terbentuk karakter tata kelolah yang baik (good governance).
Asas Transaksi Syariah

Transaksi syariah berdasarkan pada prinsip :

1.    Persaudaraan (ukhuwah), yang berarti bahwa transaksi syariah menjunjung tinggi nilai
kebersamaan dalam memperoleh manfaat, sehingga seseorang tidak boleh mendapat keuntungan di
atas kerugian orang lain.

2.    Keadilan (‘adalah), yang berarti selalu menempatkan sesuatu hanya pada yang berhak dan
sesuai pada posisinya.

3.    Kemaslahatan (maslahah), yaitu segala bentuk kebaikan dan manfaat yang berdimensi duniawi
dan ukhrawi, material dan spiritual, serta individual dan kolektif.

4.    Keseimbangan ( tawazun), yaitu keseimbangan antara aspek material dan spiritual, antara aspek
privat dan public, antara sector keuangan dan rill, antara bisnis dan social, serta antara aspek
pemanfaatan serta pelestarian.

Karakteristik Transaksi Syariah

Implementasi transaksi yang sesuai dengan paradigm dan asas transaksi syariah harus memenuhi
karakteristik dan persyaratan antara lain :

1.      Transaksi hanya dilakukan dengan prinsip saling paham dan saling rida;

2.      Prinsip kebebasn bentransaksi diakui sepanjang objeknya halal dan baik.

3.      Uang hanya sebagai alat tukar dan satuan pengukur nilai , bukan sebagai komoditas.

4.      Tidak mengandung unsure riba, kezaliman, gharar, haram.

5.      Tidak menganut prinsip nilai waktu dari uang (time value of money).

6.       Transaksi yang dilakukan berdasarkan suatu perjanjian yang jelas dan benar serta keuntunga n
untuk semua pihak

7.      Tidak ada distorsi harga melalui rekayasa permintaan dan rekayasa penawaran

8.      Tidak mengandung unsure kolusi dengan suap – menyuap.

Tujuan Laporan Keuangan

Tujuan utama laporan keuangan adalah untuk menyediakan informasi, menyangkut posisi keuangan
suatu entitas syariah yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai  dalam pengambilan keputusan
ekonomi, tujan lainnya adalah :

1.    Meningkatkan kepatuhan terhadap prisip syariah


2.    Informasi kepatuhan entitas syariah terhadap prinsip syariah
3.    Informasi untuk membantu mengevaluasi pemenuhan tanggung jawab entitas syariah terhadap
amanah dalam mengamankan dana, menginvestasikannya pada tingkat keuntungan yang layak.
4.    Informasi tentang tingkat keuntungan  investasi yang diperoleh penanam modal dan pemilik
dana syirkah temporer ; dan informasi mengenai pemenuhan kewajiban (obligation) fungsi social
entitas syariah termasuk pengelolaan dan penyaluran zakat, infak, sedekah, dan wakaf.
Bentuk Laporan Keuangan

Laporan keuangan entitas syariah terdiri atas :

1.    Posisi keuangan entitas syariah disajikan sebagai neraca. Laporan ini menyajikan informasi
tentang sumberdaya yang dikendalikan, stuktur keuangan, likuiditas dan solvabilita serta
kemampuan beradaptasi terhadap perubahan lingkungan. Laporan ini berguna untuk memprediksi
kemampuan perusahaan dimasa yang akan dating.

2.    Informasi kinerja entitas syariah, disajikan dalam laporan laba rugi. Laporan ini diperlukan untuk
menilai perubahan potensial sumber daya ekonomi yang munkin dikendalikan di masa depan

3.    Informasi perubahan posisi keuangan entitas syariah, yang dapat disusun berdasarkan devinisi
dana seperti seluruh sumber daya keuangan, modal kerja, asset likuit atau kas

4.    Informasi lain seperti, laporan penjelasan tentang pemenuhan fungsi social entitas syariah.

5.    Catatan dan skedul tambahan, merupakan penampung dari informasi tambahan yang relefan
termasuk pengungkapan tentang resiko dan ketidakpastian yang mempengaruhi entitas.

Asumsi Dasar

1.    Dasar akrual

Laporan keuangan disajikan atas dasar actual, maksudnya bahwa pengaruh transaksi dan peristiwa
yang alain diakui pada saat kejadian dan diungkapkan dalam cacatan akuntansi serta dilaporkan
dalam laporan keuangan pada periode yang bersangkutan.
Laporan keuangan yang disusun atas dasar akrual memberikan informasi kepada pemakai tidak
hanya transaksi masa lalu yang melibatkan penerimaan dan pembayaran kas tetapi juga kewajiban
pembayaran kas dimasa depan serta sumber daya yang merepsesentasikan kas yang akan diterima
di masa depan. Namun dalam penghitungan pendapatan untuk tujuan bagi hasil usaha
menggunakan dasar kas. Hal ini disebabkan bahwa prinsip pembagian hasil usaha berdasarkan bagi
hasil, pendapatan atau hasil yang dimaksud adalah keuntungan bruto.

2.    Kelangsungan usaha

Laporan keuangan biasanya disusun atas dasar asumsi kelangsungan usaha entitas syariah yang akan
melanjutkan usahanya dimasa depan. Oleh karena itu, entitas syariah diasumsikan tidak bermaksud
atau berkeinginan melikuidasi atau mengurangi secara material skala usahanya.

Karakteristik Kualitatif Laporan Keuangan

Karakteris kualitatif merupakan cirri khas yang membuat informasi dalam laporan keuangan berguna
bagi pemakai terdapat. Empat Karakteris kualitatif pokok yaitu :

1.        Dapat dipahami

Kualitas penting informasiyang ditampung dalam laporan keuangan adalah kemudahannya untuk
segera dapat dipahami oleh pemakai.
2.    Relevan

Agar bermanfaat, informasi harus relevan untuk ,memenuhi kebutuhan  pemakai dalam proses
pengambilan keputusan. Informasi memiliki kualitas relevan kalau dapat memengaruhi keputusan
ekonomi pemakai dengan membantu mereka mengevaluasi peristiwa masa lalu, masa kini, dan masa
depan, serta menegaskan atau mengoreksi hasil evaluasi di masa lalu.

3.    Keandalan

Andal diartikan sebagai bebas dari pengertian yang menyesatkan, kesalahan material, dan dapat
diandalkan pemakainya sebagai penyajian yang tulus dan jujur dari yang seharusnya disajikan atau
yang secara wajar diharapkan dapat disajiakan.

4.        Dapat dibandingkan

Pemakai harus membandingkan laporan keuangan entitas syariah antar periode untuk
mengidentifikasi kecenderungan posisi dan kinerja keuangan.

Agar dapat dibandingkan, informasi tentang kebijakan kuntansi yang digunakan dalam penyusunan
laporan keuangan dan perubahn kebijakan serta pengaruh perubahantersebut juga harus
diungkapkan termasuk ketaatan atas standar akuntansi yang berlaku.

Kendala Informasi yang Relevan dan Andal

Kendala informasi yang relevan dan andal terdapat dalam hal sebagai berikut
1.    Tepat Waktu

Jika terdapat penundaan yang tidak semestinya dalam pelaporan, maka informasi yang disajikan
akan kehilangan relevansinya. Manajemen mungkin perlu menyeimbangkan manfaat relative antara
pelaporan tepat waktu dan ketentuan informasi andal.

2.    Keseimbanga antar biaya dan manfaat

Keseimbangan antara biaya dan manfaat lebih merupakan suatu kendala yang dapat terjadi dari
suatu karakteristik kualitatif. Manfaat yang dihasilkan informasi harusnya melebihi biaya
perusahaan. Namun demikian, secara substansi, evaluasi biaya dan manfaat merupakan suatu
proses pertimbangan.

Unsur – unsur Laporan Keuangan                                 

Sesuai karakteristik, laporan keuangan entitas syariah , antara lain meliputi :


1.    Komponen laporan keuangan yang mencerminkan kegiatan komersial yang terdiri atas laporan
posisi keuangan, laporan laba rugi, laporan arus kas, serta laporan perubahan ekuitas.
Posisi Keuangan
Unsure yang berkaitan langsung dengan pengukuran posisi keuangan adalah
a.    Asset, adalah sumber daya yang dikuasai  oleh entitas syariah sebagai akibat dari peristiwa masa
lalu dan dari mana manfaat ekonomi di masa depan diharapkan akan diperoleh entitas syariah.

b.    Kewajiban, utang entitas syariah masa kini yang timbul dari peristiwa masa lalu.
c.    Dana syirkah temporer adalah dana yang diterima sebagai investasi jangka  waktu tertentu dari
individu dan pihak lainnya di mana entitas syariah mempunyai hak hak untuk mengelolahdan
menginvestasikan dana tersebut dengan pembagian hasil investasi berdasarkan kesepakatan.

d.    Ekuitas adalah hak residual atas asset entitas syariah setelah dikurangi kewajiban dan dana
syirkah temporer.

Kinerja
Unsure yang langsung berkaitan dengan  pengukuran penghasilan bersih adalah penghasilan dan
beban. Unsure penghasilan dan beban didefinisikan berikut ini.

a.    Penghasilan (income) adalah kenaikan manfaat ekonomi selama suatu periode akuntansi dalam
bentuk pemasukan atau penambahan asset atau penurunan.

b.    Beban expenses adalah penurunan manfaat ekonomo selama suatu periode akuntansi dalam
bentuk arus kas keluar atau berkurangnya asset atau terjadinya kewajiban yang melibatkan
penurunan ekuitas yang tidak menyangkut pembagian kepada penanaman modal, termasuk di
dalamnya beban untuk pelaksanaan aktivitas entitas syariah maupun kerugian yang timbul.

c.     Hak pihak ketiga atas bagi hasil

Hak pihak ketiga atas bagi hassil dana syirkah temporer adalah bagian bagi hasil pemilik dana  atas
keuntungan dan kerugian hasil investasi bersama entitas syariah dalam suatu periode laporan
keuangan.

2.    Komponen laporan keuangan yang mencerminkan kegiatan social, meliputi laporan sumber dan
penggunaan dana zakat serta laporan  sumber dan penggunaan dana kebajikan.
3.    Komponen laporan keuangan lainnya yang mencerminkan kegiatn dan tanggung jawab khusus
entitas syariah tersebut.

Pengukuran Unsur Laporan Keuangan

Sejumlah dasar pengukuran yang berbeda digunakan dalam derajat dan kombinasi yang berbeda
dalam laporan keuangan. Berbagai dasar pengukuran tersebut adalah sebagai berikut:

1.        Biaya historis (historical cost)

Asset dicatat sebesar pengeluaran kas atau setara kas yang dibayar sebesar nilai wajar dari imbalan
yang diberikan untuk memperoleh asset tersebut pada saat perolehan.
Kewajiban  dicatat sebesar jumlah yang diterima sebagai penukar dari kewajiban atau dalam
keadaan tertentu, dalam jumlah kas yang diharapkan akan dibayarkan untuk memenuhi kewajiban
dalam pelaksanaan usaha normal.

2.        Biaya kini (current cost)


Asset dinilai dalam jumlah kas atau setara kas yang seharusnya dibayar bila asset yang sama atau
setara diperoleh.

Kewajiban dinyatakan dalam jumlah kas atau setar kas yang tidak didiskontokan yang mungkin akan
diperlukan untuk menyelesaikan kewajiban sekarang.

3.        Nilai realisasi/ penyelesaian (realizable/settlement value)

Asset dinilai dalam jumlah kas atau setara kas yang dapat diperoleh sekarang dengan menjual asset
dalam pelepasan normal (orderly disposal).

Kewajiban dinyatakan sebesar nilai penyelesaian : yaitu jumlah kas yang tidak didiskontokan yang
diharapkan akan dibyrkan untuk memenuhi kewajiban dalam pelaksanaan usaha normal.

Anda mungkin juga menyukai