SYARIAH (PSAK)
8. Asumsi dasar
1. Dasar akrual
Laporan keuangan disajikan atas dasar akrual, maksudnya bahwa pengaruh transaksi dan
peristiwa lain diakui pada saat terjadi (dan bukan pada saat kas atau setara kas diterima atau
dibayar) dan diungkapkan dalam catatan akuntansi serta dilaporkan. Namun, dalam
penghitungan pendapatan untuk tujuan pembagian hasil usaha menggunakan dasar kas. Hal
ini disebabkan bahwa prinsip pembagian hasil usaha berdasarkan bagi hasil, pendapatan atau
hasil yang dimaksud adalah keuntungan bruto.
2. Kelangsungan usaha.
Laporan keuangan biasanya disusun atas dasar asumsi kelangsungan usaha entitas syariah
yang akan melanjutkan usahanya dimasa depan. Oleh karena itu, entitas syariah diasumsikan
tidak bermaksud atau berkeinginan melikuidasi atau mengurangi secara material skala
usahanya.
9. Karakteristik kualitatif informasi keuangan syariah
Karakteristik kualitatif merupakan cirri khas yang membuat informasi dalam laporan
keuangan berguna bagi pemakai. terdapat empat karakteristik kualitatif pokok, yaitu:
a. Dapat dipahami
Kualitas penting informasi yang ditampung dalam lapiran keuangan adalah
kemudahannya untuk segera dapat dipahami oleh pemakai. Untuk maksud ini, pemakai
diasumsikan memiliki pengetahuan yang memadai tentang aktivitas ekonomi dan bisnis,
akuntansi, serta kemampuan untuk mempelajari informasi dengan ketekunan yang wajar.
Namun demikian, informasi kompleks yang seharusnya dimasukkan dalam laporan keuangan
tidak dapat dikeluarkan hanya atas dasar pertimbangan bahwa informasi tersebut sulit untuk
dapat dipahami oleh pemakai tertentu.
b. Relevan
Maksudnya adalah memiliki kemampuan untuk memengaruhi keputusan ekonomi
pemakai dengan membantu mereka mengevaluasi masa lalu, masa kini, atau masa depan
dengan mernegaskan atau mengoreksi hasil evaluasi mereka di masa lalu.
c. Andal
Andal diartikan sebagai bebas dari pengertian yang menyesatkan, kesalahan material,
dan dapat diandalkan pemakainya sebagai penyajian yang tulus atau jujur (faithul
representation) dari yang seharusnya di sajikan atau yang sevara wajar diharapkan dapat
disajikan. Agar dapat diandalkan maka informasi harus memenuhi hal sebagai berikut:
Menggambarkan dengan jujur transaksi (penyajian jujur) serta peristiwa lainnya yang
seharusnya disajikan atau yang secara wajar dapat diharapkan untuk di sajikan.
Dicatat dan disajikan sesuai dengan substansi dan realitas ekonomi yang sesuai dengan
prinsif syari’ah dan bukan hanya bentuk hukumnya (substansi mengungguli bentuk).
Harus diarahkan untuk kebutuhan umum pemakai dan bukan pihak tertentu saja
(netral).
Di dasarkan atas pertimbangan yang sehat dalam hal menghadapi ketidakpastian
peristiwa dan keadaan tertentu.
Lengkap dalam batasan materialitas dan biaya.
d. Dapat dibandingkan
Pemakai harus dapat dibandingkan laporan keuangan entitas syari’ah antar periode
untuk mengidentifikasi kecenderungan (trend) posisi dan kinerja keuangan. Agar dapat
dibandingkan, informasi tentang kebijakan akuntansi yang digunakan dalam penyusunan
laporan keuangan dan perubahan kebijakan serta pengaruh perubahan tersebut juga harus
diungkapkan termasuk ketaatan atas standar akuntansi yang berlaku.
Kendala informasi yang relevan dan andal terdapat dalam hal sebagai berikut :
a. Tepat waktu
Jika terdapat penundaan yang tidak semestinya dalam pelaporan, maka informasi
yang dihasilkan akan kehilangan relevansinya. Manajemen mungkin perlu menyeimbangkan
manfaat relativ antara pelaporan tepat waktu dan ketentuan informasi andal.
1. Posisi keuangan
Unsur yang terkait secara langsung dengan pengukuran posisi keuangan adalah aset,
kewajiban, dana syirkah temporer dan ekuitas. Pos-pos ini didefinisikan sebagai berikut:
Aset adalah sumber daya yang dikuasai oleh entitas syari’ah sebagai akibat dari peristiwa
masa lalu dan dari mana manfaat ekonomi dimasa depn diharapkan akan diperoleh entitas
syari’ah. .
Kewajiban merupakan utang entitas syari’ah masa kini yang timbul dari peristiwa masa lalu,
penyelesayannya di harapkan mengakibatkan arus keluar dari sumber daya entitas syari’ah
yang mengandung manfaat ekonomi.
Dana syirkah temporer adalah dana yang diterima sebagai investasi dengan jangka waktu
tertentu dari individu dan pihak lainnya dimana entitas syari’ah mempunyai hak untuk
mengelola dan menginvesatasikan dana tersebut dengan pembagian hasil investasi
berdasarkan kesepakatan.
Ekuitas adalah hak resijual atas aset entitas syari’ah setelah dikurangi semua kewajiban dan
dana syirkah temporer. Ekuitas dapat disubklasifikasikan menjadi setoran modal pemegang
saham, saldo laba, penyisihan saldo laba dan penyisihan penyesuaian pemeliharaan modal.
Contoh penyususnan laporan posisi keuangan pada bank syariah:
LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA)
KEWAJIBAN xxx
Kewajiban segera xxx
Bagi hasil yang belum dibagikan xxx
Simpanan xxx
Simpanan dari bank lain xxx
Utang: xxx
Salam xxx
Istishna xxx
Kewajiban kepada bank lain xxx
Pembiayaan yang diterima xxx
Utang pajak xxx
Estimasi kerugian komitmen dan kontinjensi xxx
Pinjaman yang diterima xxx
Kewajiban lainnya xxx
Pinjaman subordinasi xxx
Jumlah Kewajiban
EKUITAS xxx
Modal disetor xxx
Tambahan modal disetor xxx
Saldo laba (rugi) xxx
Jumlah Ekuitas xxx
Jumlah Kewajiban, Dana Syirkah tempporer dan ekuitas xxx
LAPORAN LABA-RUGI
Komponen-komponen laporan laba rugi bank syariah disusun dengan mengacu pada PSAK
untuk pos-pos umum. Dengan memperhatikan ketentuan dalam PSAK terkait, bank syariah
menyajikan laporan laba rugi yang mencakup, tetapi tidak terbatas, pada pos-pos berikut:
2. Kinerja
Unsur yang langsung berkaitan dengan pengukuran penghasilan bersih (laba) adalah
penghasilan dan beban. Unsur penghasilan beban didefinisikan berikut ini:
Penghasilan (income) adalah kenaikan manfaat ekonomi selama suatu periode akuntansi
dalam bentuk pemasukan atau penambahan aset atau penurunan kewajiban yang
mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak berasal dari konstribusi penanam modal.
Penghasilan (income) meliputi pendapatan (revenues) maupun keuntungan (gain).
Beban (ekspenses) adalah penurunan manfaat ekonomi selama suatu periode akuntansi
dalam bentuk arus keluar berkurangnya aset atau terjadinya kewajiban yang mengakibatkan
penurunan ekuitas yang tidak menyangkut pembagian kepada penanam modal, termasuk di
dalamnya beban untuk pelaksanaan aktivitas entitas syari’ah maupun kerugian yang timbul.
b. Komponen laporan keuangan yang mencerminkan kegiatan sosial, meliputi laporan sumber
dan penggunaan dana zakat serta laporan sumber dan penggunaan dana kebajikan.
c. Komponen laporan keuangan lainnya yang mencerminkan kegiatan dan tanggung jawab
khusus entitas syari’ah tersebut.
12. Pengukuran Unsur-Unsur Laporan Keuangan
Berbagai dasar pengukuran tersebut adalah sebagai berikut:
a. Biaya historis (historical cost)
Aset di catat sebesar pengeluaran kas (setara kas) yang di bayar atau sebesar nilai wajar dari
imbalan (consideration) yang di berikan untuk memperoleh aset tersebut pada saat perolehan.
Kewajiban dicatat sebesar jumlah yang diterima sebagai penukar dari
kewajiban (obligation), atau dalam keadaan tertentu (misalnya:pajak penghasilan), dalam
jumlah kas (atau setara kas) yang diharapkan akan dibayarkan untuk memenuhi kewajiban
dalam pelaksanaan usaha yang normal. Dasar ini adalah dasar pengukuhan yang lazim
digunakan entitas syariah dalam penyusunan laporan keuangan.
AKUNTANSI SYARIAH
A. Perkembangan Awal Akuntansi
Pada awalnya akuntansi merupakan bagian dari ilmu pasti, yaitu bagian dari ilmu pengetahuan yang
berhubungan degan masalah hokum alam dan perhitungan yang bersifat memiliki kebenaran yang
absolut. Sebagai bagian dari ilmu pasti yang perkembangannya bersifat akumulatif,, maka setiap
penemuan metode baru dalam akuntansi akan menambah dan memperkya ilmu akuntansi tersebut.
Bahkan, pemikir akuntansi pada awal perkembangannya merupakan seorang ahli matematika
seperti Luca Paciolli dan Musa Al-khawarizmy.
Islam memandang akuntansi tidak sekadar ilmu yang bebas nilai untuk melakukan pencatatan dan
pelaporan saja, tetapi juga sebagai alat untuk menjalankan nilai-nilai Islam.
Akuntansi yang kita kenal sekarag diklaim berkembang dari peradaban barat, padahal apabila dilihat
mendalam dari proses lahir dan perkembangannya, terlihat pengaruh keadaan masyarakat atau
perdaban sebelumnya baik Yunani maupun Arab Islam.
B. Sejarah Akuntansi
Akuntansi merupakan slah satu profesi tertua di dunia. Dari sejak jaman prasejarah, keluurga
memiliki perhitungan tersendiri untuk mencatat makanan dan pakaian yang harus meereka
persiapakan dan mereka gunakan pada saat musim dingin.
Walaupun akuntansi sudah ad sejak zaman prasejarah, saat ini kita hanya mengenal Luca Paciolli
sebagai bapak akutansi moderen. Paciolli, seorang olmuan dan pengajar di bebrapa universitas yang
lahir di tuscany- Italia paa tahun 1445, merupakan orang yang di anggap menemukan persamaan
akutansi untuk pertama kali padatahun 1494 dengan bukunya : Summa de arithmetica geometria et
proportionalita (A Review of arithmetica, geometry and proportions), dalam buku tersebut, beliau
menerangkan mengenai double entry book keeping sebagai dasar perhitungan akuntansi modern,
bahkan juga hampir seluruh kegiatan rutin akuntansi yang kita kenal saat ini seperti penggunaan
jurnal, buku besar (ledger) dan memoradung.
Sebenarnya, Luca Paciolli bukanlah orang yang menemukan double entry book keeping system,
mengingat sistem tersebut telah di lakukan sejak adanya perdagangan antara fenice dan genoa pada
awal abat ke-13 M setelah terbukanya jalur perdagangan antara timur tengah dan kawasan
mediterania. Bahkan, pada tahun 1340 bendahara kota massri telah melakukan pencatatan dalam
bentuk double entry.
Pendeklarasian negara islam di Madinah (tahun 622 M atau bertepatan dengan tahun 1 H) di dasari
oleh konsep bahwa seluruh muslim adalah bersaudara tanpa memandang ras, warna kulit dan
golongan, sehingga seluruh kegiatan kenegaraan di lakkan secara bersama dan gotong royong di
kalangan para muslim. Hal ini di mungkinkan karena yang baru saja berdiri tersebut hampir tidak
memiliki pemasukan atau pengeluaran. Muhammad Rasullulah SAW bertindak sebagai seorang
kepala negara yang juga merangkap sebagai Ketua Mahkama Agung, Mufyi Besar, dan Panglima
Perang Tertinggi juga penanggung jawab administrasi negara.
Telah menjadi tradisi, bahwa bangsa Arab melakukan 2 kali perjalanan khalifah perdagangan, yaitu
musim dingin dengan tujuan perdagangan ke Yaman dna musim panas dengan tujuan ke As-Syam
(sekarang Syria, Lebanon, Jordania, Palestina dan Israel).
Dalam perkembangan selanjudnya, ketika ada kewajiban zakat dan ‘ushr (pajak pertanian dari
muslim), dan perluasan wilayah sehingga dikenal adanya jizyah (pajak perlindungan dari nonmuslim)
dan kharaj ( pajak hasil pertanian dari non muslim), maka Rasullulah mensirikan baitul Maal pada
awal abad ke-7.
Perubahan sistem administrasi yang sangat signifikan di era kepemimpinan Khalifah Umar bin
Khattab dengan memperkenalkan istilah Diwan oleh Sa’ad bin Abi Waqqas (636 M).
Khalifah Umar bin Khatab menunjuk beberapa orang pengelola dan pencatat dari persia yang
mengawasi pmbukuan Baitul Maal. Pendiriandiwan berasal dari usulan Homozan-seorang tahanan
Persia dan menriama islam-dengan menjelaskan sistem administrasi yang dilakukan oleh Raja
Sasania.
Hal ini kembali menunjukan bahwa akuntansi dari satu lokasi ke lokasi lain sebagai akibat deri
hubungan antara masyarakat. Selain itu juga Baitul Maal juga sudah tidak terpusat lagi di Madinah
tetapi juga di daerah-daerah taklukan islam.
Fungsi akuntansi telah di lakukan oleh berbagai pihak dalam islam seperti:Al-Amel,Mubashor, Al-
Kateb, namun yang paling terkenal adalah Al-Kateb yang menunjukan orang yang bertanggung
jawab untuk meniliskan dan mencatat informasi baik keuangan maupun non keuangan. Sedangkan
khusus akuntan di kenal juga dengan namaMuhasabah/muhtasib yang menunjukan orang yang
bertanggung jawab melakukan perhitungan.
Dari uraian diatas diketahui bahwa pelaksanaan akuntansi pada negara islam terjadi terutama
adanya dorongan kewajiban zakat, yang harus dikelola dengan baik melalui baitul maal.
Dokumentasi yang pertama kali dilakukan olehAL-Mazenderany (1363 M) mengenai praktik
akuntansi pemerintahan yang dilakukan selama Dinasti Khan II pada buku Risalah Falakiyah Kitabus
Siyakat. Namun, dokumentasi yang baik mengenai sistem akuntansi negara islam tersebut pertama
kali dilakukan oleh Al-Khawarizmy pada tahun 976 M.
Ada tujuh hal khusus dalam sistem akuntansi yang dijalankan oleh negara Islam sebagaimana
dijelaskan oleh Al-Khawarizmy dan Al-Mazendary (Zaid,1999), yaitu :
1. Sistem akuntansi untuk kebutuhan hidup, sistem ini dibawah koordinasi seorang manajer
2. Sistem akuntansi untuk ktem akuntansi unruk proyek pembangunan yang dilakukan oleh
pemerintah
4. Sistem akuntansi gudang merupakan sistem untuk mencatat pembelian barang negara
5. Sistem akuntansi mata uang, sistem ini telah dilakukan oleh negara islam sebelum abad ke 14
M
6. Sistem akuntansi peternakan merupakan sistem untuk mencatat seluruh binatang ternak
Perkembangan ilmu pengetahuan, termasuk sistem pencatatan pada zaman dinasti Abbasiah (750-
1258 M) sudah sedemikian maju, sementara pada kurun waktu yang hampir bersamaan, Eropa
masih berad adalam periode The Dark Age. Dari sini, kita dapat melihat hubungan antara Luca
Paciolli dan akuntansi islam
Luca Pacioli mengatakan bahwa setiap transaksi harus dicatat dua kali di sisi sebelah kredit dan di sisi
sebelah debit. Dengan kata lain bahwa pencatatan harus diawali dengan menulis sebelah kredit
kemudian si sebelah debit. Hal ini memunculkan bahwa Pacioli menerjemahkan hal tersebut dari
bahsa arab yang memang menuslis dari sebelah kanan.
Proses akuntansi, yang dimulai dari identifikasi kejadian dan transaksi hingga penyajian dalam
laporan keuangan, ,membutuhkan sebuah kerangka dasar penyusunandan penyajian laporan
keuangan. Kerangka dasar atau kerangka konseptual akuntansi adalah suatu system yang melekat
dengan tujuan – tujuan serta sifat dasar yang mengarah pada standar yang konsisten dan terdiri atas
sifat, fungsi dan batasan dari akuntansi keuangan dan laporan keuangan.
Kerangka konseptual diperlukan agar dihasilkan standard an aturan yang koheren yang disusun atas
dasar yang sama sehingga menambah pengertian dan kepercayaan para pengguna laporan
keuangan, serta dapat dibandingkan di antara perusahaan yang berbeda atau periode yang berbeda.
Telah banyak peneliti di bidang akuntansi, baik muslim maupun non muslim yang menelaah teori
maupun penelitian tentang tujuan maupun kerangka dasar atas laporan keuangan syariah. Misalnya,
AAOIFI ( Accounting And Auditing Organization For Islamic Financial Institution), sebagai organisasi
yang mengembangkanakuntansi dan auditingbagi lembaga keuangan syariah di tingkat dunia, telah
mengeluarkan pernyataan akuntansi No. 1 dan No. 2 tentang tujuan akuntansi keuangan untuk bank
dan lembaga keuangan syariah. Sementara itu, Dewan Standar Akuntansi Indonesia (DSAK)
menyusun psak syariah tentang kerangka dasar penyusunan dan penyajian laporan keuangan
syariah.
Untuk itu, dalam makalah ini kami membagi menjadi 2 bagian, Bagian pertama menjelaskan tentang
kerangka dasar dan laporan keuangan sesuai dengan PSAK kemudian dilanjutkan dengan bagian
kedua, tentang kerangka dasar dan laporan keuangan menurut AAOIFI dan para pemikir akuntansi
Islam.
Kerangka dasar ini menyajikan konsep yang mendasari penyusunan dan penyajian laporan keuangan
bagi para penggunanya. Kerangka ini berlaku untuk semua jenis transaksi syariah yang dilaporkan
oleh entitas syariah maupun entitas konvensional baik sector public maupun sector swasta. Tujuan
Kerangka Dasar ini adalah untuk digunakan sebagai acuan bagi :
2. Penyusun laporan keuangan, untuk menanggulangi masalah akuntansi syariah yang belum
diatur dalam standar akuntansi keuangan syariah.
3. Auditor, dalam mem berikan pendapat mengenai apakah laporan keuangan disusum sesuai
dengan prinsip akuntansi syariah yang berlaku umum
4. Para pemakai laporan keuangan, Dalam menafsirkan informasi yang disajikan dalam laporan
keuangan yang disusun sesuai dengan standar akuntansi keuangan syariah
1. Investor sekarang dan investor potensial ; hal ini karena mereka harus memutuskan apakah
akan membeli, menahan atau menjual investasi atau penerimaan dividen.
2. Pemilik dana qardh ;untuk mengetahui apakah dana qardh dapat di bayar pada saat jatuh tempo
3. Pemilik dana syirkah temporer ; untulk memberikan keputusan pada investasi yang memberikan
tingkat pengembalian yang bersaing dan aman
4. Pemilik dana titpan ; untuk memastikan bahwa titipan dana dapat diambil tiap saat
5. Pembayar dan penerima zakat, infaq, sedekah dan wakaf ; untuk informasi tentang sumber dan
penyaluran dana tersebut.
6. Pengawas syariah ; untuk menilai kepatuhan pengelolaan lembaga syariah terhadap prinsip
syariah.
7. Karyawan ; untuk nmemperoleh informasi tentang stabilitas dan profitabilitas entitas syariah.
8. Pemasok dan mitra usaha lainnya ; untuk memmperoleh informasi tenteng kemampuan entitas
membayar utang pada saat jatuh tempo
9. Pelanggan ; untuk memperoleh informasi tentang kelangsungan hidup entitas syariah
10. Pemerintah serta lembaga – lembaganya ; untuk memperoleh informasi tentang aktivitas
entitas syariah, perpajakan, serta kepentingan nasional lainnya.
11. Masyarakat ; untuk memperoleh informasi tentang kontribusi entitas terhadap masyarakat dan
Negara.
Transaksi syariah didasarkan pada paradigm dasar bahwa alam semesta diciptakan oleh tuhan
sebagai amanah dan sarana kebahagiaan hidup bagi seluruh umat manusia untuk mencapai
kesejahteraan hakiki secara material dan spiritual. Substansinya adalah bahwa setiap aktivitas
manusia memiliki akuntabilitas dan nilai ilahiah yang menempatkan perangkat syariah dan akhlak
sebagai parameter baik dan buruk, benar dan salahnya aktivitas usaha. Dengan cara ini akan
terbentuk karakter tata kelolah yang baik (good governance).
Asas Transaksi Syariah
1. Persaudaraan (ukhuwah), yang berarti bahwa transaksi syariah menjunjung tinggi nilai
kebersamaan dalam memperoleh manfaat, sehingga seseorang tidak boleh mendapat keuntungan di
atas kerugian orang lain.
2. Keadilan (‘adalah), yang berarti selalu menempatkan sesuatu hanya pada yang berhak dan
sesuai pada posisinya.
3. Kemaslahatan (maslahah), yaitu segala bentuk kebaikan dan manfaat yang berdimensi duniawi
dan ukhrawi, material dan spiritual, serta individual dan kolektif.
4. Keseimbangan ( tawazun), yaitu keseimbangan antara aspek material dan spiritual, antara aspek
privat dan public, antara sector keuangan dan rill, antara bisnis dan social, serta antara aspek
pemanfaatan serta pelestarian.
Implementasi transaksi yang sesuai dengan paradigm dan asas transaksi syariah harus memenuhi
karakteristik dan persyaratan antara lain :
1. Transaksi hanya dilakukan dengan prinsip saling paham dan saling rida;
3. Uang hanya sebagai alat tukar dan satuan pengukur nilai , bukan sebagai komoditas.
5. Tidak menganut prinsip nilai waktu dari uang (time value of money).
6. Transaksi yang dilakukan berdasarkan suatu perjanjian yang jelas dan benar serta keuntunga n
untuk semua pihak
7. Tidak ada distorsi harga melalui rekayasa permintaan dan rekayasa penawaran
Tujuan utama laporan keuangan adalah untuk menyediakan informasi, menyangkut posisi keuangan
suatu entitas syariah yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan
ekonomi, tujan lainnya adalah :
1. Posisi keuangan entitas syariah disajikan sebagai neraca. Laporan ini menyajikan informasi
tentang sumberdaya yang dikendalikan, stuktur keuangan, likuiditas dan solvabilita serta
kemampuan beradaptasi terhadap perubahan lingkungan. Laporan ini berguna untuk memprediksi
kemampuan perusahaan dimasa yang akan dating.
2. Informasi kinerja entitas syariah, disajikan dalam laporan laba rugi. Laporan ini diperlukan untuk
menilai perubahan potensial sumber daya ekonomi yang munkin dikendalikan di masa depan
3. Informasi perubahan posisi keuangan entitas syariah, yang dapat disusun berdasarkan devinisi
dana seperti seluruh sumber daya keuangan, modal kerja, asset likuit atau kas
4. Informasi lain seperti, laporan penjelasan tentang pemenuhan fungsi social entitas syariah.
5. Catatan dan skedul tambahan, merupakan penampung dari informasi tambahan yang relefan
termasuk pengungkapan tentang resiko dan ketidakpastian yang mempengaruhi entitas.
Asumsi Dasar
Laporan keuangan disajikan atas dasar actual, maksudnya bahwa pengaruh transaksi dan peristiwa
yang alain diakui pada saat kejadian dan diungkapkan dalam cacatan akuntansi serta dilaporkan
dalam laporan keuangan pada periode yang bersangkutan.
Laporan keuangan yang disusun atas dasar akrual memberikan informasi kepada pemakai tidak
hanya transaksi masa lalu yang melibatkan penerimaan dan pembayaran kas tetapi juga kewajiban
pembayaran kas dimasa depan serta sumber daya yang merepsesentasikan kas yang akan diterima
di masa depan. Namun dalam penghitungan pendapatan untuk tujuan bagi hasil usaha
menggunakan dasar kas. Hal ini disebabkan bahwa prinsip pembagian hasil usaha berdasarkan bagi
hasil, pendapatan atau hasil yang dimaksud adalah keuntungan bruto.
Laporan keuangan biasanya disusun atas dasar asumsi kelangsungan usaha entitas syariah yang akan
melanjutkan usahanya dimasa depan. Oleh karena itu, entitas syariah diasumsikan tidak bermaksud
atau berkeinginan melikuidasi atau mengurangi secara material skala usahanya.
Karakteris kualitatif merupakan cirri khas yang membuat informasi dalam laporan keuangan berguna
bagi pemakai terdapat. Empat Karakteris kualitatif pokok yaitu :
1. Dapat dipahami
Kualitas penting informasiyang ditampung dalam laporan keuangan adalah kemudahannya untuk
segera dapat dipahami oleh pemakai.
2. Relevan
Agar bermanfaat, informasi harus relevan untuk ,memenuhi kebutuhan pemakai dalam proses
pengambilan keputusan. Informasi memiliki kualitas relevan kalau dapat memengaruhi keputusan
ekonomi pemakai dengan membantu mereka mengevaluasi peristiwa masa lalu, masa kini, dan masa
depan, serta menegaskan atau mengoreksi hasil evaluasi di masa lalu.
3. Keandalan
Andal diartikan sebagai bebas dari pengertian yang menyesatkan, kesalahan material, dan dapat
diandalkan pemakainya sebagai penyajian yang tulus dan jujur dari yang seharusnya disajikan atau
yang secara wajar diharapkan dapat disajiakan.
4. Dapat dibandingkan
Pemakai harus membandingkan laporan keuangan entitas syariah antar periode untuk
mengidentifikasi kecenderungan posisi dan kinerja keuangan.
Agar dapat dibandingkan, informasi tentang kebijakan kuntansi yang digunakan dalam penyusunan
laporan keuangan dan perubahn kebijakan serta pengaruh perubahantersebut juga harus
diungkapkan termasuk ketaatan atas standar akuntansi yang berlaku.
Kendala informasi yang relevan dan andal terdapat dalam hal sebagai berikut
1. Tepat Waktu
Jika terdapat penundaan yang tidak semestinya dalam pelaporan, maka informasi yang disajikan
akan kehilangan relevansinya. Manajemen mungkin perlu menyeimbangkan manfaat relative antara
pelaporan tepat waktu dan ketentuan informasi andal.
Keseimbangan antara biaya dan manfaat lebih merupakan suatu kendala yang dapat terjadi dari
suatu karakteristik kualitatif. Manfaat yang dihasilkan informasi harusnya melebihi biaya
perusahaan. Namun demikian, secara substansi, evaluasi biaya dan manfaat merupakan suatu
proses pertimbangan.
b. Kewajiban, utang entitas syariah masa kini yang timbul dari peristiwa masa lalu.
c. Dana syirkah temporer adalah dana yang diterima sebagai investasi jangka waktu tertentu dari
individu dan pihak lainnya di mana entitas syariah mempunyai hak hak untuk mengelolahdan
menginvestasikan dana tersebut dengan pembagian hasil investasi berdasarkan kesepakatan.
d. Ekuitas adalah hak residual atas asset entitas syariah setelah dikurangi kewajiban dan dana
syirkah temporer.
Kinerja
Unsure yang langsung berkaitan dengan pengukuran penghasilan bersih adalah penghasilan dan
beban. Unsure penghasilan dan beban didefinisikan berikut ini.
a. Penghasilan (income) adalah kenaikan manfaat ekonomi selama suatu periode akuntansi dalam
bentuk pemasukan atau penambahan asset atau penurunan.
b. Beban expenses adalah penurunan manfaat ekonomo selama suatu periode akuntansi dalam
bentuk arus kas keluar atau berkurangnya asset atau terjadinya kewajiban yang melibatkan
penurunan ekuitas yang tidak menyangkut pembagian kepada penanaman modal, termasuk di
dalamnya beban untuk pelaksanaan aktivitas entitas syariah maupun kerugian yang timbul.
Hak pihak ketiga atas bagi hassil dana syirkah temporer adalah bagian bagi hasil pemilik dana atas
keuntungan dan kerugian hasil investasi bersama entitas syariah dalam suatu periode laporan
keuangan.
2. Komponen laporan keuangan yang mencerminkan kegiatan social, meliputi laporan sumber dan
penggunaan dana zakat serta laporan sumber dan penggunaan dana kebajikan.
3. Komponen laporan keuangan lainnya yang mencerminkan kegiatn dan tanggung jawab khusus
entitas syariah tersebut.
Sejumlah dasar pengukuran yang berbeda digunakan dalam derajat dan kombinasi yang berbeda
dalam laporan keuangan. Berbagai dasar pengukuran tersebut adalah sebagai berikut:
Asset dicatat sebesar pengeluaran kas atau setara kas yang dibayar sebesar nilai wajar dari imbalan
yang diberikan untuk memperoleh asset tersebut pada saat perolehan.
Kewajiban dicatat sebesar jumlah yang diterima sebagai penukar dari kewajiban atau dalam
keadaan tertentu, dalam jumlah kas yang diharapkan akan dibayarkan untuk memenuhi kewajiban
dalam pelaksanaan usaha normal.
Kewajiban dinyatakan dalam jumlah kas atau setar kas yang tidak didiskontokan yang mungkin akan
diperlukan untuk menyelesaikan kewajiban sekarang.
Asset dinilai dalam jumlah kas atau setara kas yang dapat diperoleh sekarang dengan menjual asset
dalam pelepasan normal (orderly disposal).
Kewajiban dinyatakan sebesar nilai penyelesaian : yaitu jumlah kas yang tidak didiskontokan yang
diharapkan akan dibyrkan untuk memenuhi kewajiban dalam pelaksanaan usaha normal.