Anda di halaman 1dari 51

RENCANA KERJA DAN SYARAT SYARAT

BAB I
SYARAT-SYARAT UMUM

PASAL 1
SEGI LINGKUP PEKERJAAN

Uraian dalam rencana kerja dan syarat – syarat ini menyangkut segi lingkup Kegiatan
Pengelolaan Lahan dan Air pada Pekerjaan Perencanaan Jalan Akses Produksi Desa
Lelang Matamaling Kec. Buko Selatan dan Perencanaan Jalan Akses Produksi Desa
Sapelang Panangin Kec. Buko Selatan di Dinas Perkebunan dan Peternakan Provinsi
Sulawesi Tengah

PASAL 2
PEMBERITAHUAN TUGAS DIREKSI

1. Direksi terdiri dari :


 Unsur Pemegang MataAnggaran.
 Unsur Teknis yang ditunjuk oleh Pemegang Mata Anggaran.
 Badan Hukum yang ditunjuk oleh Pemegang Mata Anggaran.
2. Direksi akan menempatkan seorang pengawas di lapangan untuk memberikan
pengarahan atas petunjuk dari direksi atas pekerjaan kontraktor sehari-hari sesuai
uraian dan syarat-syarat pekerjaan.
3. Kontraktor adalah suatu badan hukum yang diserahi pelaksanaan pekerjaan yang seperti
diuraikan dalam uraianini.

PASAL 3
ASPEK ASPEK KEGIATAN

1. Aspek Keselamatan Kerja


Penyedia Jasa pekerjaan Pembangunan Bangsal/Gedung Pasca Panenharus
memperhatikan ketentuan perundangan dan peraturan Kesehatan dan Keselamatan Kerja
(K3) dan bertanggung jawab atas keselamatan kerja di lapangan.Program ini harus
dilaksanakan dan disampaikan kepada Direksi Pekerjaan.
2. Aspek Lingkungan
Penyedia Jasa pekerjaan Pembangunan Bangsal/Gedung Pasca Panensebelum
melaksanakan kegiatan fisik di lapangan, harus menyiapkan manual/prosedur
pengelolaan dampak lingkungan. Program ini harus dilaksanakan dan mendapat
persetujuan dari DireksiPekerjaan.

1
3. Aspek Administrasi
Penyedia Jasa pekerjaan Pembangunan Bangsal/Gedung Pasca Panenharus memiliki
prosedur dan tata cara administrasi yang baku dalam bentuk surat menyurat, surat
pengumuman, surat undangan dan surat-surat lainnya untuk menunjang seluruh kegiatan
pekerjaan.
Seluruh dokumen pekerjaan mulai dari pekerjaan persiapan, pelaksanaan, pengawasan,
serah terima, dan pemeliharaan harus didokumentasikan secara sistematis sesuai dengan
kelompok pekerjaan, urutan waktu, atau kategori lain yang dianggap penting.
4. Aspek Ekonomis
SDM yang digunakan harus secara efektif dapat memenuhi kebutuhan jadwal dan
kualitas pekerjaan. Jumlah dan jenis peralatan pendukung pekerjaan harus
diperhitungkan dengan seksama sesuai jadwal pekerjaan terutama bila peralatan tersebut
diadakan dengan sewa. Pengadaan bahan/material harus sesuai spesifikasi serta dalam
penyimpanan harus memperhatikan mutu supaya tetap terjaga dan diupayakan efektif
sesuai pekerjaan yang dijadwalkan.
5. Aspek Kelancaran dan Keselamatan Lalu Lintas
Penyedia Jasa pekerjaan jalan produksi harus menjamin kelancaran dan keselamatan lalu
lintas selama pelaksanaan pekerjaan. Untuk mewujudkan hal ini, Penyedia Jasa harus
memastikan dan berkewajiban untuk melaksanakan pekerjaan sesuai manual
pengelolaan lalu-lintas selama pekerjaan.
6. Aspek Sosial dan Budaya
Penyedia Jasa pekerjaan jalan produksi berkewajiban memperhatikan kondisi sosial dan
budaya masyarakat, dengan mengacu hasil Dokumen RKL dan UKL yang merupakan
hasil kajian Lingkungan.

PASAL 3
JADWAL PELAKSANAAN

1. Penyedia Jasa harus membuat Jadwal Kemajuan Pekerjaan dalam bentuk diagram balok
horisontal dan dilengkapi kurva yang menggambarkan seluruh kemajuan pekerjaan
dengan karakteristik berikut:
 Setiap jenis Mata Pembayaran atau kegiatan dari kelompok Mata Pembayaran yang
berkaitan, harus digambarkan dalam diagram balok yang terpisah, dan harus
dibentuk sesuai dengan urutan dari masing-masing kegiatan pekerjaan
 Skala waktu dalam arah horisontal harus dinyatakan berdasarkan satuan bulan atau
sesuai dengan kebutuhan Proyek yang disetujui oleh Direksi Pekerjaan.
 Setiap diagram balok horisontal harus mempunyai ruangan untuk mencatat
kemajuan aktual dari setiap pekerjaan dibandingkan dengan kemajuan rencana.

2
2. Jika diperlukan oleh Direksi Pekerjaan, Penyedia Jasa harus menyediakan Analisa
Jaringan yang menunjukkan awal dan akhir setiap tanggal mulainya suatu kegiatan,
sehingga dapat diperoleh suatu jadwal jalur kritis (critical path schedule) dan dapat
diperoleh jadwal untuk menentukan jenis-jenis pekerjaan yang kritis dalam seluruh
jadwal pelaksanaan.
3. Dalam hal terjadinya keterlambatan progres Fiisik oleh Penyedia Jasa, maka prosedur
ini harus diikuti dalam mengambil keputusan:
 Jika terjadinya keterlambatan progres fisik antara 5% - 10%, maka Rapat
Pembuktian Keterlambatan akan dilaksanakan antara Direksi Pekerjaan, Direksi
Teknis (SE/ Supervision Engineer) dan PenyediaJasa.
 Jika terjadinya keterlambatan progres fisik antara 10% - 15%, maka rapat
pembuktian keterlambatan akan dilaksanakan antara Pejabat Eselon II pada
pemerintah Pusat atau Daerah yang memiliki kewenangan pembinaan jalan, Direksi
Pekerjaan, Direksi Teknis, dan PenyediaJasa.
 Jika terjadinya keterlambatan progres fisik pada periode I (rencana fisik 0% - 70%)
lebih besar dari 15% dan pada periode II (rencana fisik 70% - 100%) lebih dari 10
% mengacu pada syarat-syarat umum kontrak pasal 33 (Kontrak Kritis).
4. Semua kegiatan Rapat Pembuktian Keterlambatan harus dibuat dalam Berita Acara
Rapat Pembuktian Keterlambatan yang ditandatangani oleh Pemimpin dari masing-
masing pihak sebagai catatan untuk membuat persetujuan atas tindakan yang akan
dilakukan berikutnya.

PASAL 4
KUASA PENANGGUNG JAWAB DI LAPANGAN

1. Kontraktor harus menguasai dan memimpin pekerjaan dengan menggunakan


kecakapan dan perhatian sepenuhnya. Harus semata mata bertanggung jawab untuk
semua alat alat konstruksi, cara cara teknik, urutan dan prosedur serta mengkordinasikan
semua bagian pekerjaan yang tercantum di dalam Rencana Kerja dan Syaratsyarat.
2. Bertanggung jawab secara penuh dan mengikuti arahan/ petunjuk teknis dari
penanggung jawab pelaksanaproyek.
3. Kontraktor harus mempelajari dan mendalami semua isi gambar dan bestek yang ada,
sehingga tidak terjadi kesalahan konstruksi dalam pelaksanaan di lapangan.
4. Kontraktor kerja harus mengikuti segala tata cara pelaksanaan proyek yang ditentukan
oleh penanggung jawab pelaksana proyek termasuk prosedur administrasi proyek.
5. Kontraktor berkewajiban melaksanakan pekerjaan sesuai dengan ketentuan dalam
Dokumen Kontrak secara sungguh-sungguh dengan penuh pebhatian dan teliti.
6. Kontraktor harus menyediakan alat-alat yang diperlukaan sesuai dengan kebutuhannya,
serta dalam kondisi yang baik. Menyediakan tenaga kerja yang ahli dan cakap serta
menunjuk seorang wakil yang harus selalu berada di tempat untuk
mempertanggungjawabkan pekerjaannya.
3
7. Kontraktor harus menjaga kesejahteraan dan keselamatan pegawainya selama masa
pelaksanaan pekerjaan dilapangan.
8. Apabila dalam pelaksanaanada yang kurang jelas segera konsultasikan dengan
pengawas.

PASAL 5
STANDAR RUJUKAN

Standar rujukan yang diacu dalam spesifikasi ini adalah Spesifikasi Standar Bina Marga
2010, SNI (Standar Nasional Indonesia), Standar Industri Indonesia (SII),Persyaratan
Umum Bahan Bangunan di Indonesia, Pedoman atau Petunjuk Teknis. Standar dari Badan-
badan dan Organisasi lain dapat digunakan atas persetujuan Direksi Pekerjaan, seperti :
ASTM : American Society for Testing and Materials
ACI : American ConcreteInstitute
AS : Australian Standard
BS : British Standard
SSPC : Steel Structures Painting Council (SSPC)
SIS : Swedish Institutions Standard

PASAL 6
GAMBAR-GAMBAR DAN UKURAN

1. Kontraktor diwajibkan melaksanakan pekerjaan menurut bestek dan gambar serta risalah
pekerjaan.
2. Gambar-gambar yang diperlukan dalam pelaksanaan pekerjaan adalah :
 Gambar yang termasuk dalam dokumen lelang.
 Gambar perubahan yang disetujui pengawas.
 Gambar lain yang disediakan dan disetujui pengawas.
3. Gambar-gambar pelaksanaan (Shop Drawing) dan detailnya harus mendapat
persetujuan dan pengawas sebelum dipergunakan dalam pelaksanaan pekerjaan.
4. Kontraktor harus menyediakan 1 (satu) set gambar-gambar lengkap di tempat pekerjaan
untuk dipakai dalampelaksanaan.
5. Jika terdapat perbedaan dalam spesifikasi standar, maka yang benar dan berlaku adalah
yang ditetapkan dan olehdireksi/pengawas.
6. Dalam pelaksanaan pekerjaan kontraktor harus meneliti gambar dan bestek, apabila
dalam pelaksanaan terdapat kekeliruan, maka pengawas berhak menghentikan dan
membongkar pekerjaan tersebut.
7. Sebelum pekerjaan pemeriksaan lapangan dimulai, Penyedia Jasa harus mempelajari
gambar asli untuk dikonsultasikan dengan Direksi Pekerjaan, dan harus memastikan
dan memperbaiki setiap kesalahan atau perbedaan yang terjadi, terutama yang
berhubungan dengan lebar jalan lama, lokasi setiap pelebaran perkerasan, struktur
4
jembatan dan struktur drainase. Penyedia Jasa dan Direksi Pekerjaan harus mencapai
kesepakatan dalam menentukan ketepatan setiap perubahan yang dibuat dalamgambar.

PASAL 7
PERSYARATAN PELAKSANAAN PEKERJAAN

1. Kontraktor harus melaksanakan, menyelesaikan dan memelihara pekerjaan sesuai


dengan persyaratan yang tercantum dalam Dokumen Kontrak sehingga memuaskan /
disetujui Pengawas dan harus melaksanakan perintah-perintah tertulis dari Pengawas
tentang segala sesuatu yang langsung berhubungan denganpekerjaan.
2. Kontraktor harus menunjuk seorang pelaksana sebagai wakil kontraktor di lapangan
yang menjadi penanggung jawab lapangan selama pelaksanaan pekerjaan sampai
dengan selesainya masa pemeliharaan guna memenuhi kewajiban menurut kontrak.
3. Pelaksana harus mempunyai kekuasaan penuh untuk bertindak sebagai kontraktor dalam
memenuhi kewajiban menurut kontrak dan harus berada terus menerus di tempat
pekerjaan serta harus memberikan seluruh waktunya untuk melaksanakan pekerjaan.
Penetapan pelaksana tersebut harus mendapat persetujuan tertulis dari pengawas.
4. Persetujuan tertulis tersebut sewaktu-waktu dapat ditarik kembali oleh pengawas, jika
Surat Persetujuan dimaksud ayat 2 ditarik kembali oleh pengawas, maka kontraktor
harus mengganti dengan pelaksana lain yang disetujui oleh pengawas.
5. Pelaksana yang diberi kuasa harus bertindak untuk dan atas nama kontraktor untuk
menerima petunjuk-petunjuk dan perintah-perintah pengawas.
6. Kontraktor dalam rangka pelaksanaan dan pemeliharaan pekerjaan harus mengerjakan
tenaga-tenaga teknis, pelaksana, mandor, kepala tukang, yang terampil dan
berpengalaman dalam tugasnya masing- masing maupun untuk melakukan pelaksanaan
pekerjaan yang dipercayakan kepadanya.
7. Pengawas berwenang menolak tenaga calon tenaga lapangan atau memerintahkan untuk
mengganti tenaga lapangan yang dianggap tidak mampu melaksanakan tugas.
8. Tenaga lapangan yang ditolak harus segera diganti oleh kontraktor dengan tenaga
lapangan baru yang disetujui olehpengawas.
9. Untuk menjaga kemungkinan diperlukan hubungan diluar jam kerja, maka kontraktor
wajib memberikan alamat rumah yang tetap, dalam arti tidak berpindah-pindah.

PASAL 8
PENJAGAAN

1. Kontraktor harus melakukan penjagaan, untuk pengamanan barang-barang bangunan


serta halaman pekerjaan baik selamanya maupun pada waktu yang tertentu ataupun pada
waktu pelaksanaan pekerjaan, hal ini berlaku pula bagi barang-barang pihak ketiga
dan pihak Direksi.

5
2. Barang-barang dan bahan bangunan yang hilang, baik yang belum maupun yang sudah
disetujui oleh direksi tetap menjadi tanggung jawab pemborong dan tidak diperkenankan
untuk diperhitungkan sebagai biaya tambahan.

PASAL 9
LAPORAN HARIAN DAN MINGGUAN

1. Kontraktor diwajibkan membuat Laporan Harian / Mingguan dimana dituliskan Tenaga


kerja, alat- alat tukang, jumlah bahan yang didatangkan dan kemajuan pekerjaan, serta
keadaan cuaca dilokasi.
2. Laporan tersebut diperiksa oleh Pengawas Lapangan yang dibuat dalam rangkap 4
(empat) asli untuk Direksi dan lainnya untuk Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan
(PPTK), Pengawas dan Kontraktor sebagaiarsip.

PASAL 10
TUNTUTAN PIHAK KETIGA

Kontraktor harus membebaskan Pemilik, PPTK / Direksi dan Pengawas terhadap tuntutan
pihak ketiga karena kecelakaan, kerusakan, kerugian yang timbul sebagai akibat pelaksanaan
pekerjaan.

PASAL 11
KEPATUHAN TERHADAP PERUNDANG-
UNDANGAN

1. Kontraktor harus memperhatikan serta membayar biaya yang diwajibkan oleh Undang-
undang, Peraturan Pemerintah, Peraturan Daerah, atau peraturan dari Instansi lain yang
sehubungan dengan pelaksanaan pelerjaan atau pelaksanaan pekerjaan penunjangnya,
kontraktor juga harus memperhatikan peraturan hukum yang berkaitan dengan
gangguan atas hak atau harta lain selama pelaksanaan pekerjaan atau pekerjaan
penunjangnya.
2. Kontraktor dalam segala hal harus mentaati Undang-Undang, Peraturan Pemerintah,
Peraturan Daerah atau Peraturan Instansi lainnya yang berwenang dan berkaitan dengan
pekerjaan atau pekerjaan penunjangnya. Disamping itu Kontraktor wajib
membebaskan pemilik dari semua hukum dan denda akibat pelanggaran Undang-
Undang, Peraturan dan Keputusan atau Peraturan Daerah tersebut.
3. Suatu proses pengadilan yang mungkin timbul akibat pelanggaran hukum sebagaimana
ditentukan dalaam ayat 1 dan 2 harus diselesaikan di pengadilan.

6
PASAL 12
KESELAMATAN KERJA
1. Atas persetujuan pengawas:
 Kontraktor wajib mempersiapkan pengamanan yang diperlukan untuk melindungi
keselamatan para pekerja di tempatpekerjaan.
 Kontraktor wajib menyediakan tempat tinggal sementara bagi pekerja yang
menginap di tempat pekerjaan dan menyediakan sarana pengobatan serta
kelengkapan pertolongan pertama pada kecelakaan (P3K) sesuai ketentuan yang
disebut dalam Dokumen Kontrak.

 Jika sifat atau macam pekerjaan dapat mengakibatkan bahaya, kontraktor wajib
menyediakan pengamanan yang diperlukan untuk melindungi pekerja terhadap
bahaya tersebut dan mempersiapkan pertolongan pertama untuk penyelamatan.
2. Kontraktor harus mengadakan usaha-usaha untuk menjamin keselamatan, kesehatan
dan keamanan para pekerja sesuai ketentuan yang berlaku dan memenuhi peraturan
tentang Asuransi Sosial Tenaga Kerja(ASTEK).
3. Apabila kontraktor tidak memenuhi kewajiban seperti butir (2) tersebut diatas, maka
pemilik proyek / Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan (PPTK) akan melaksanakan sendiri
kewajiban Kontraktor tersebut dengan biaya ditanggung oleh kontraktor dan
pembayaran atas biaya tersebut dapat diperhitungkan pada tagihan / pembayaran yang
menjadi hak kontraktor.

PASAL 13
KECELAKAAN ATAU KERUGIAN YANG MENIMPA
PEKERJA

Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan (PPTK) / Direksi tidak bertanggung jawab atau
bertalian dengan setiap kerugian atau ganti rugi yang sah yang harus dibayar sebagai
konsekwensi dari setiap kecelakaan atau kerugian yang menimpa setiap pekerja atau orang
lain yang dipekerjakan oleh kontraktor. Kontraktor akan memberikan ganti rugi dan akan
membebaskan Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan (PPTK) / Direksi dari setiaptuntutan.

PASAL 14
TENAGA KERJA KONTRAKTOR

1. Kontraktor harus mengusahakan sendiri perlengkapan tenaga kerja sesuai dengan


peraturan perundang–undangan ketenagakerjaan yang berlaku, yang mengatur antara
lain transportasi, perumahan, pengupahan, jaminan kesejahteraan, kecuali apabila
didalam kontrak ditentukan lain. Kontraktor tidak boleh mempekerjakan Tenaga Proyek
maupun Direksi kecuali apabila dalam kontrak ditentukanlain.
2. Kontraktor harus menyediakan air bersih yang cukup dilapangan untuk keperluan
kontraktor sendiri.

7
3. Kontraktor didalam semua perjanjian dengan para pekerjanya harus menghormati semua
persyaratan resmi, hari libur, hari besar dan hari penting lainnya sesuai dengan adat
istiadat setempat.
4. Dalam hal terjadi pemberhentian pekerjaan, yang disebabkan oleh wabah penyakit atau
serangan penyakit menular, maka kontraktor harus mentaati dan melaksanakan
peraturan dan tindakan– tindakan lainya yang diperintahkan oleh pejabat kesehatan,
atau pejabat kebersihan guna mengatasi wabah atau serangan penyakit menular tersebut.
5. Setiap kontraktor harus mengambil tindakan penerbitan yang dapat dipertangung-
jawabkan secara hukum yang perlu untuk mencegah perbuatan yang melanggar hukum
yang diakibatkan oleh para pegawainya atau melindungi orang maupun harta benda
yang berada disekitar lokasi pekerjaan.
6. Dalam pengadaan tenaga kerja, Kontraktor harus mengutamakan tenaga kerja setempat,
untuk tujuan pemerataan Kesempatan Kerja, meskipun harus tetap memperhatikan
syarat-syarat keterampilan dan kemampuan sesuai dengan petujuk pengawas.

PASAL 15
MUTU BAHAN, HASIL KERJA DAN PENGUJIAN

1. Semua bahan dari hasil kerja harus mengikuti uraian dan ketentuan didalam dokumen
kontrak dan sesuai dengan perintah pengawas setiap saat dapat diuji ditempat
pembuatan atau pabrik / di lapangan maupun juga atas perintah pengawas.
2. Apabila diperlukan, kontraktor harus membantu menyediakan peralatan, mesin-mesin,
tenaga kerja dan bahan–bahan yang biasanya diperlukan untuk pemeriksaan,
pengukuran dan pengujian setiap pekerjaan beserta komposisinya, mutu, berat/kuantitas
dari bahan yang digunakan. Kontraktor harus menyediakan contoh bahan uji yang
dipilih dan diminta oleh pengawas, untuk diuji sebelum digunakan dalampekerjaan.

PASAL 16
PEMINDAHAN BARANG BONGKARAN DAN BAHAN YANG TIDAK MEMENUHI
SYARAT

1. Selama pekerjaan berlangsung, pengawas mempunyai wewenang untuk setiap waktu


memerintah kontraktor secaratertulis.
 Mengeluarkan dari lapangan semua bahan yang menurut pendapat pengawas
tidak sesuai dengan dokumen dalam jangka waktu yang ditentukan dalam perintah
tersebut.
 Menganti bahan yang tidak memenuhi persyaratan.
 Mengeluarkan dan melaksanakan kembali pekerjaan tersebut sebagaimana
seharusnya dilakukan, meskipun telah diuji sebelumnya atau dibayar yang menurut
pendapat pengawas, bahan, dan hasil pekerjaan tersebut yang tidak sesuai dengan
dokumen kontrak.

8
2. Dalam hal Kontraktor lalai melaksanakan perintah tersebut pada butir 1, Pejabat
Pelaksana Teknis Kegiatan (PPTK) berhak meminta pihak ketiga untuk melaksanakan
pekerjaan tersebut dan semua biaya yang diperlukan dapat dipotong dari tagihan
kontraktor.

PASAL 17
PENUNDAAN PEKERJAAN

Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) dibebaskan dari semua tuntutan ganti rugi oleh
kontraktor akibat penundaan pekerjaan yang diperintahkan oleh Pengawas / Direksi /
Pemimpin.

PASAL 18
PENGUTAMAAN JASA DAN PRODUKSI DALAM NEGERI

Kecuali ditentukan lain dalam kontrak, untuk pelaksanaan, penyelesaian dan pemeliharaan
pekerjaan, kontraktor harus mengutamakan jasa dan produksi dalam Negeri, meskipun tetap
harus memperhatikan mutu bahan dan jasa yang bersangkutan sesuai dengan petunjuk dan
persetujuan Pengawas/Direksi.

PASAL 19
PENYERAHAN LAPANGAN

1. Dalam jangka waktu paling lambat 7 (tujuh) hari setelah ditandatanganinya kontrak,
Pemimpin Proyek menerbitkan Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK). Setelah
diterbitakan SPMK, maka Pemimpin Proyek dalam jangka waktu paling lambat 3
(tiga) hari menyerahkan lapangan kepada kontraktor dengan penerbitan Surat
Penyerahan Lapangan (SPL). Kontraktor harus memulai pekerjaan di lapangan
setelah diterbitkan Surat Penyerahan Lapangan, dikhususkan bagi pembangunanbaru.
2. Setelah kontraktor menandatangani kontrak dan menerima SPMK, kontraktor tersebut
segera menghubungi Pengawas / Direksi untuk memulai pekerjaannya di lapangan.

PASAL 20
WAKTU PENYELESAIAN

Kontraktor harus menyelesaikan pekerjaan dalam jangka waktu sesuai yang ditetapkan
dalam kontrak dihitung dari tanggal dikeluarkannya SPMK / ditandatangani kontrak atau
harus diselesaikan dalam jangka waktu yang disetujui untuk diperpanjang.

9
PASAL 21
PERPANJANGAN WAKTU UNTUK PENYELESAIAN

1. Apabila jumlah pekerjaan bertambah atau keadaan-keadaan yang sifatnya khusus yang
mungkin terjadi, sehingga dipandang wajar oleh kontraktor harus mempertimbangkan
untuk selanjutnya menetapkan jumlah perpanjangan waktu tersebut.
2. Pengawas tidak terikat untuk mempertimbangkan suatu pekerjaan tambah atau
keadaan–keadaan yang sifatnya khusus, kecuali apabila kontraktor dalam kontrak
sesudah pekerjaan tambah tersebut dimulai atau keadaan yang khusus tersebut timbul,
telah mengirimkan kepada pengawas suatu permohonan tertulis disertai keterangan-
keterangan terinci dan lengkap agar permohonan tersebut dapat diselidiki dalam waktu
yang singkat.

PASAL 22
VOLUME PEKERJAAN DAN HARGA SATUAN

Kontrak didasarkan atas Sistem Harga Satuan dan volume pekerjaan yang tercantum dalam
daftar rincian biaya pekerjaan harus dianggap sebagai pedoman dalam mengajukan harga
penawaran tetap dan juga menggunakan harga satuan yang tetap.

PASAL 23
PERBAIKAN-PERBAIKAN MENDESAK

1. Bila terjadi kerusakan terhadap pekerjaan atau bagian pekerjaan dan karena kegagalan
atau peristiwa lain, baik selama pelaksanaan maupun masa pemeliharaan, pengawas
segera memerintahkan hal tersebut secara tertulis kepada kontraktor danmemerintahkan
kontraktor untuk melaksanakan perbaikan.
2. Bila kontraktor tidak bersedia untuk segera melaksanakan perbaikan tersebut pada ayat
1 maka pengawas dapat menugaskan dan membayar pihak ketiga untuk melakukan
perbaikan tersebut atas beban dan tanggung jawab kontraktor.

PASAL 24
PEMBERSIHAN DAN PERAPIHAN LAPANGAN KERJA

1. Pada saat penyelesaian pekerjaan, Kontraktor harus membersihkan dan menyingkirkan


dari lapangan kerja semua peralatan konstruksi, sisa bahan dan sampah dan segala
macam pekerjaan penunjangnya dan kontraktor harus meninggalkan seluruh lapangan
kerja dan pekerjaan dalam keadaan bersih dan rapih sehingga dapat diterima oleh
pengawas.
2. Bangunan Kantor (Direksi Keet) untuk Direksi / Pengawas Lapangan, setelah proyek
selesai harus diserahkan kepada pemilik, kecuali ditetapkan lain dalam Kontrak.

PASAL 25
10
PENILAIAN KEMAJUAN PEKERJAAN

1. Penilaian kemajuan pekerjaan dilakukan setiap bulan oleh pengawas.


2. Pengawas memastikan dan menentukan prestasi proyek dengan jalan pemeriksaan yang
dilaksanakan sesuai dengankontrak.
3. Apabila pengawas akan melakukan pemeriksaan, maka pengawas memberitahukan
secara tertulis kepada kontraktor, dan kontraktor harus hadir dan membantu melakukan
pemeriksaan tersebut, serta wajib memberikan keterangan yang mungkin diperlukan.
4. Apabila kontraktor tidak hadir atau sengaja tidak hadir, maka pemeriksaan yang
dilakukan pengawas dan yang disetujui Direksi / Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan
(PPTK) wajib diambil sebagai pemeriksaan yang benar atas prestasi pekerjaan

5. Dalam waktu paling lambat 7 (tujuh ) hari setelah pemeriksaan tersebut, kontraktor
wajib di ambil sebagai pemeriksaan yang benar atas prosentase pekerjaan.
6. Untuk kepentingan pemeriksaan laporan, kontraktor diwajibkan mengambil gambar /
foto proyek untuk masing-masing tahapan kegiatan. Gambar dan foto tersebut
diletakkan dalam album masing- masing 3 (tiga) rangkap dengan latar belakang yang
sama sejak awal sampai akhir.

PASAL 26
PERATURAN PEMBAYARAN

1. Pembayaran angsuran dilakukan berdasarkan Berita Acara Kemajuan Bulanan (MC)


yang telah disahkan oleh Direksi Teknik sesuai dengan kemajuan pekerjaan yang telah
dicapai.
2. Penilaian Prosentase Pekerjaan:
- Penilaian Prosentase pekerjaan di hitung berdasarkan volume fisik yang dicapai
terhadap bobot pekerjaan.
- Pekerjaan yang telah selesai seluruhnya dinilai 100 %.
- Bahan-bahan yang telah tersedia dilapangan tidak dinilai
- Setiap permintaan pembayaran harus disertai dengan Berita Acara Kemajuan
Pekerjaan yang dibuat dan ditandatangani oleh kosultan Pengawas / Direksi Teknik
dan disetujui oleh Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan (PPTK) selaku pengguna jasa
berdasarkan permintaan Kontraktor.

PASAL 27
11
PENUNDAAN PEMBAYARAN

1. Apabila Kontraktor tidak bertindak sesuai dengan ketetapan / ketentuan Kontrak atau
perintah pengawas atau pengunduran waktu yang telah ditetapkan tidak dimulai
pelaksanaan pekerjaan, maka pengawas dapat menentukan waktu yang wajar sehingga
kontraktor diberi kesempatan untuk memenuhikewajibannya.
2. Apabila Kontraktor tidak mentaati peringatan yang dimaksud dalam ayat 1 atau kalau
dalam pelaksanaan selanjutnya Kontraktor masih melakukan hal atau kelalaian yang
sama, dan setelah diberi.peringatan tertulis tiga kali berturut-turut dengan tenggang
waktu yang wajar maka dengan sendirinya kontraktor dianggap dalam keadaan lalai,
dan Pemimpin Proyek berhak memutuskan kontrak secara sepihak.
3. Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan (PPTK) berwenang untuk memutuskan kontrak
segera tanpa pernyataan kelalaian sebelumnya, setelah denda-denda yang dikenakan
karena penyerahan yang terlambat mencapai angka maksimum seperti yang ditetapkan
dalam kontrak.
4. Dalam hal terjadinya pemutusan Kontrak berdasarkan pasal ini, tanpa mengurangi hak
kontraktor untuk memperoleh pembayaran bagi pekerjaan yang telah diserahkan
olehnya, maka kontraktor wajib selain membayar denda-denda yang pada saat
pemutusan berdasarkan kontrak terhutang, dan karenanya bunga yang sebagai akibat
pemutusan kontrak yang diderita pemilik, dan pemilik dapat memerintahkan agar
pekerjaan dilakasanakan sendiri oleh pihak ketiga atas beban Kontraktor. Akan tetapi
Kontraktor tidak mempunyai hak apapun atas pembayaran yang belum dilakukan
sebelum pekerjan selesai seluruhnya. Apabila pekerjaan diselesaikan dengan harga yang
lebih rendah dari pada yang disebut dalam Kontrak, Kontraktor tidak mempunyai hak
mendapat keuntungan yang diperoleh dari perbedaan antara nilai kontrak dan nilai
setelah pekerjaan selesai.

PASAL 28
PENYERAHAN PERTAMA PEKERJAAN
1. Setelah Pekerjaan selesai 100 %, kontraktor berhak mengajukan permintaan secara
tertulis kepada Pengawas untuk melakukan serah terima pekerjaan. Pengawas harus
meneliti hasil pekerjaan dan memberitahukan kepada Direksi dan Pejabat Pelaksana
Teknis Kegiatan (PPTK) tentang tanggal penyelesaian seluruh pekerjaan ( FHO).
2. Apabila dalam penelitian pengawas terdapat kekurangan atau cacat, maka pengawas
memberikan waktu kepada kontraktor untuk memperbaikannya dan biaya tersebut
menjadi tanggung jawab Kontraktor.
3. Setelah waktu perbaikan seperti tersebut di ayat 2, pengawas melakukan pemeriksaaan
ulang, dan bila menurut pertimbangannya tidak ada lagi kekurangan dan atau cacat,
maka pengawas membuat Berita Acara Pemeriksaan Tingkat Kecamatan yang
disampaikan kepada Direksi dan Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan (PPTK)
4. Setelah Pekerjaan 100% selesai, diadakan pemeriksaan (PHO) oleh Tim Direksi.
PASAL 29
12
DENDA KETERLAMBATAN PEKERJAAN

1. Jika Kontraktor tidak dapat menyelesaikan pekerjaan sesuai pada waktu yang ditentukan
dalam Kontraktor atau dalam waktu yang disetujui untuk diperpanjang, maka
Kontraktor dikenakan denda sebesar 1/1000 (satu permil) dari Nilai Kontrak untuk
setiap hari keterlambatan dan setinggi- tingginya sebesar nilai jaminan pelaksanaan.
2. Jika denda telah mencapai sebesar nilai jaminan pelaksanaan dan ternyata pihak
kontraktor tetap melakukan keterlambatan maka, pihak pertama berhak memutuskan
perjanjian ini secara sepihak, dengan pemberitahuan tertulis 7 (Tujuh) hari setelah
jangka waktu peringatan kegiatan berakhir.

PASAL 30
PENYERAHAN TERAKHIRPEKERJAAN

1. Pada masa pemeliharaan, pengawas bersama Direksi, Pemimpin Proyek dan Kontraktor
mengadakan pemeriksaan terakhir atas pekerjaan selama masa pemeliharaan.

2. Apabila Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan (PPTK) setelah mengadakan pemeriksaan


pekerjaan merasa puas bahwa tidak ditemukan lagi kekurangan atau cacat, maka Berita
Acara Penyerahan Terakhir Pekerjaan dapat disahkan oleh Pemimpin Proyek, Direksi
dan kontraktor berdasarkan hasil pemeriksaan secara tertulis olehpengawas.

PASAL 31
PENYELESAIAN PERSELISIHAN

1. Setiap perselisihan atau sengketa yang timbul dari atau yang berhubungan dengan
Kontrak diutamakan penyelesaiannya melalui musyawarah untuk memperoleh mufakat.
2. Atau apabila perselisihan sengketa masih belum dapat diselesaikan melalui
musyawarah, maka perselisihan diselesaikan melalui panitia Arbitrage.
3. Apabila digunakan panitia Arbitrage, maka panitia Arbitrage terdiri dari seorang arbiter
sebagai anggota yang ditunjuk oleh pemilik, seorang arbiter lain sebagai anggota
ditunjuk oleh kontraktor dan aribiter lain lagi sebagai ketua merangkap anggota yang
ditunjuk oleh kedua anggota arbiter tersebut.
4. Bila tercapai Kesepakatan mengenai anggota Panitia Arbitrage tersebut, maka kedua
belah pihak menyerahkan keanggotannya kepada Pengadilan Negeri yang berdomisili
yang tercantum dalam Kontrak.
5. Keputusan Panitia Arbitrage tersebut adalah mengikat dan merupakan keputusan akhir.
6. Semua penyelengara Arbitrage dilaksanakan berdasarkan peraturan Arbitrage yang
berlaku.

7. Apabila dengan cara Musyawarah dan Panitia Arbitrage belum juga mencapai
13
penyelesaian maka perselisihan diajukan ke Pengadilan Negeri.
8. Selama Proses penyelesaian perselisihan dengan cara musyawarah, Panitia Arbitrage
atau Pengadilan atau menurut perintah pengawas, dengan memperhitungkan biaya yang
akan ditetapkan menurut perintah pengawas, Arbitrage atau Pengadilan Negeri.

PASAL 32
SURAT – MENYURAT

Surat menyurat antara Pemilik, Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan (PPTK) atau
Pengawas dan Kontraktor harus dilakukan dengan pengiriman langsung disertai tanda
terima yang dibubuhi tanggal, nama jelas dan tanda tangan penerima. Untuk keperluan
tersebut Kontraktor wajib memberi alamat kantor lapangan yangjelas.
PASAL 33
BEA DAN PAJAK

1. Semua Bea, Pajak, cukai dan pungutan resmi lainnya menjadi beban dan tanggung
jawab kontraktor, untuk pembayaran itu Kontraktor tidak menerima pembayaran
tambahan.
2. Bea Materai kontrak ditanggung oleh Kontraktor yang besarnya sesuai peraturan yang
berlaku.

14
RENCANA KERJA DAN SYARAT SYARAT

BAB II
SYARAT-SYARAT KHUSUS

A. UMUM
Syarat-syarat khusus ini berisi perincian-perincian yang memperjelas hal-hal yang
tercantum dalam Syarat-syarat Kontrak.

B. PEMILIK PROYEK
Pemilik proyek disini adalah Dinas Perkebunan dan Peternakan Provinsi Sulawesi
Tengah

C. KONSULTAN PERENCANA
Konsultan Perencana pada proyek ini adalah CV. AMSCON CONSULTANT

D. KONSULTAN PENGAWAS/DIREKSI LAPANGAN


Konsultan Pengawas untuk proyek ini akan ditentukan kemudian.

E. GAMBAR-GAMBAR DAN SPESIFIKASI TEKNIS


Gambar-gambar dan Spesifikasi Teknis untuk proyek ini adalah dibuat dan
dipersiapkan oleh CV. AMSCON CONSULTANT

F. BIDANG LINGKUP PEKERJAAN


Pekerjaan harus termasuk pengadaan bahan, peralatan, penggunaan tenaga kerja,
peralatan bantu dan kerja, penyediaan sumber air dan daya listrik untuk bekerja selama
pembangunan dan pelayanan lainnya yang dibutuhkan untuk menyelesaikan pekerjaan
Pekerjaan Pekerjaan Perencanaan Jalan Akses Produksi Desa Lelang Matamaling
Kec. Buko Selatan dan Perencanaan Jalan Akses Produksi Desa Sapelang Panangin
Kec. Buko Selatan , meliputi :
 Pekerjaan-pekerjaan utama:
1. Galian tanah pembukaan badan jalan
2. Timbunan pilihan
3. Pekerjaan gorong- gorong
4. Pekerjaan penyiapan badan jalan dalam hal ini pemadatan badan jalan
 Kerjasama dengan Kontraktor-kontraktor lain yang ditunjuk oleh Pemberi Tugas
 Pekerjaan-pekerjaan lain yang tercantum dalam Gambar Kerja dan Spesifikasi
Teknis yang belum disebutkan di sini.

G. JANGKA WAKTU PELAKSANAAN DAN DENDA KETERLAMBATAN


15
1. Jangka waktu pelaksanaan pekerjaan fisik akan disebutkan dalam Surat Perjanjian
Pemborong.
2. Denda untuk setiap hari keterlambatan dalam jangka waktu penyelesaian (termasuk
tambahan waktu yang disetujui) adalah sebesar 2/1000 (dua perseribu) dari harga
borongan dan Surat Perjanjian Pemborong dengan denda maksimum 5% (lima persen)
dari harga borongan.
3. Seluruh biaya yang dikeluarkan oleh Direksi Lapangan dan Pengawas Harian untuk
menyelenggarakan Pengawasan Tambahan atas pekerjaan sampai dengan
terlaksananya serah terima kesatu menjadi tanggung jawab Kontraktor.

H. MASA PEMELIHARAAN
Masa pemeliharaan atas pekerjaan akan disebutkan dalam Surat Perjanjian Pemborong
terhitung mulai tanggal serah terima kesatu, dan kekurangan-kekurangan yang terjadi
sesudahnya akibat pekerjaan Kontraktor, sampai dengan sempurna.

I. CARA PEMBAYARAN
Pembayaran kontrak akan disebutkan dalam Surat Perjanjian Pemborong.

J. PRESTASI PEKERJAAN
Yang dapat dihitung sebagai prestasi pekerjaan adalah pekerjaan yang selesai
dilaksanakan sesuai dengan persyaratan-persyaratan.

K. PENYERAHAN PEKERJAAN
Penyerahan pekerjaan dilakukan dua kali yaitu :
1. Serah terima kesatu dilakukan setelah seluruh pekerjaan diselesaikan sesuai Dokumen
Kontrak dan telah mendapat persetujuan Direksi Lapangan bahwa pekerjaan telah
selesai seluruhnya dengan sempurna, termasuk hasil-hasil :
 Testing dan commisioning untuk tiap jenis pekerjaan seperti yang ditentukan pada
Syarat-syarat Teknis.
 Pembersihan Proyek.
2. Serah terima kedua dilakukan setelah Kontraktor menyelesaikan kewajiban-
kewajibannya dalam masa pemeliharaan dan telah mendapat persetujuan Direksi
Lapangan dan kewajiban-kewajiban tersebut dilaksanakan dengan sempurna, termasuk
pembuatan As Built Drawing semua sistem yang dilaksanakan terdiri dari :
 Perletakan/instalasi tiap jenis pekerjaan dalam skala 1:100
 Detail-detail pemasangan alat-alat tertentu yang diperlukan untuk perawatan
(maintenance). Gambar-gambar tersebut dibuat dengan ketelitian yang cukup agar
memudahkan pekerjaan pemeliharaan.
 Penyerahan manual operasi dan maintenance, seperti yang ditentukan pada
Syarat-syarat Teknis tiap jenis pekerjaan.
 Setiap pengajuan termin harus menyerahkan As Built Drawing rangkap 3 (tiga).

L. PENGGUNAAN DAERAH DALAM BATAS TAPAK PROYEK

16
Kontraktor akan bertanggung jawab atas ketertiban pegawai serta kendaraan-
kendaraannya, serta bersedia memelihara dan memperbaiki kembali segala kerusakan-
kerusakan dalam tapak proyek yang diakibatkan oleh pekerjaannya sehingga kembali seperti
semula.

M. PENGUKURAN KEMBALI TAPAK PROYEK


1. Segera setelah Surat Perjanjian Pemborongan ditanda tangani, Kontraktor dengan
disaksikan oleh Konsultan Perencana akan melakukan pengukuran kembali tapak
proyek dengan teliti untuk mengetahui batas-batas tapak proyek, dengan menggunakan
alat ukur optik dan peralatan-peralatan lain yang diperlukan.
2. Dalam hal ada perbedaan antara gambar rencana pelaksanaan dengan keadaan
lapangan sebenarnya, maka Direksi Lapangan akan mengeluarkan keputusannya
tentang hal tersebut, sekaligus menentukan tanda patokan dasar untuk pengukuran
selanjutnya.

N. PEMBUATAN FOTO DOKUMENTASI PROYEK


1. Dimaksudkan di sini adalah foto-foto berwarna yang menjelaskan kemajuan tahapan
pekerjaan, detail-detail bagian pekerjaaan yang akan ditutupi serta bagian-bagian
lainnya sesuai permintaan Direksi Lapangan.
2. Foto-foto dibuat oleh Kontraktor dan diserahkan kepada Direksi Lapangan sebanyak 2
(dua) set setiap jangka waktu 4 (empat) minggu, setiap set minimal terdiri dari 6
(enam) gambar ukuran kartu pos.

O. JADWAL RENCANA KERJA KONTRAKTOR


1. Kontraktor harus membuat jadwal rencana kerja meliputi :
 Jadwal waktu pelaksanaan, dalam bentuk Bar Chart/Kurva S dan Net Work
Planning, yang memuat sekurang-kurangnya :
a. Uraian jenis pekerjaan selengkapnya.
b. Volume pekerjaan.
c. Nilai bobot (dalam %) pekerjaan terhadap seluruh pekerjaan, yang angkanya
diperoleh dengan membagi harga masing-masing jenis pekerjaan terhadap
harga biaya langsung.
 Jadwal pemasangan peralatan.
 Jadwal pemakaian bahan.
 Jadwal pemakaian tenaga kerja.
2. Jadwal harus diserahkan oleh Kontraktor kepada Direksi Lapangan selambat-
lambatnya sebelum pekerjaan fisik dimulai. Setelah jadwal disetujui oleh Direksi
Lapangan, Kontraktor diwajibkan menyerahkan 2 (dua) eksemplar kepada Direksi
Lapangan dan 2 (dua) eksemplar kepada Pemilik berupa lichtdruk.

17
3. a. Rencana kerja yang dibuat Kontraktor juga merinci :
1. Tanggal yang diusulkan untuk memulai dan menyelesaikan tiap jenis pekerjaan.
2. Tanggal yang diusulkan untuk memperoleh bahan.
3. Jam kerja yang diusulkan untuk bekerja.
b. Dalam pelaksanaan kemajuan pekerjaan yang belum sesuai dengan rencana kerja,
maka Direksi Lapangan akan memberi saran/petunjuk secara tertulis untuk
mempercepat pelaksanaannya.
c. Apabila terjadi penyimpangan (baik mengenai lokasi, jenis pekerjaan, kualitas dan
kuantitas maupun jadwal) terhadap rencana kerja, maka segera pada saat diketahui
adanya penyimpangan, Direksi Lapangan memberi teguran/peringatan.
d.
Teguran/peringatan tersebut pada butir c) di atas oleh Direksi Lapangan kepada
Kontraktor dilakukan dengan lisan dan tertulis secara bertahap tersebut adalah
sebagai berikut :
1. Teguran lisan : segera pada saat diketahui adanya penyimpangan.
2. Teguran 1 :
Dikeluarkan 1 (satu) hari setelah teguran lisan dan menyebutkan dengan jelas
lokasi, jenis pekerjaan, kualitas dan kuantitas maupun jadwal yang dianggap
tidak sesuai dengan Rencana Kerja, Syarat-syarat dan Gambar Kerja.
3. Teguran 2 :
Dikeluarkan bila Kontraktor ternyata tidak melaksanakan isi surat teguran 1.
4. Peringatan 1 :
Dikeluarkan selambat-lambatnya dalam waktu 3 (tiga) hari kerja setelah Surat
Teguran 2 disampaikan Kontraktor.
5. Peringatan 2 :
 Selambat-lambatnya setelah 3 (tiga) hari kerja Kontraktor masih belum
melaksanakan isi dari Surat Peringatan 1, maka dikeluarkan Surat
Peringatan 2 yang merupakan surat peringatan terakhir.
 Bila batas waktu yang ditetapkan dalam Surat Peringatan 2 diabaikan maka
Kontraktor akan dikenakan sangsi denda kelalaian oleh Pemilik Proyek.
e. Setelah Kontraktor menerima Surat Teguran 1, Teguran 2, Peringatan 1,
Peringatan 2, Kontraktor wajib melaksanakan isi surat-surat tersebut selambat-
lambatnya 3 (tiga) hari kerja.
f. Surat-surat teguran dan/atau peringatan yang telah dikeluarkan tidak dapat dicabut
kembali.
4. a. Sehubungan dengan poin-poin di atas dan RKS ini maka bila batas waktu yang
ditetapkan dalam Surat Peringatan 2 diabaikan, maka Kontaktor akan dikenakan
sangsi denda kelalaian sebesar Rp. ................... (...................... rupiah) per hari
dengan maksimum 5% (lima per seratus) dari harga kontrak.
b. Kontraktor diwajibkan memperbaiki pekerjaan yang dilalaikan sesuai dimaksud
dalam Surat Peringatan 2.
c. Denda kelalaian tersebut diperhitungkan dengan kewajiban pembayaran
Kontraktor kepada Pemilik Proyek.
P. LAPORAN KONTRAKTOR
18
1. Kontraktor diharuskan membuat Laporan Harian yang kemudian akan diperiksa dan
ditanda tangani oleh Pengawas Harian dan sekurang-kurangnya memuat :
 Jumlah tenaga menurut jenis dan jabatannya.
 Jumlah dan jenis bahan yang diterima.
 Pekerjaan yang diselenggarakan dengan keterangan terperinci.
 Kaitan dengan pekerjaan lain.
Laporan harian ini dibuat 4 (empat) rangkap, asli dan satu tembusan diserahkan
kepada Direksi Lapangan, satu tembusan untuk Kontraktor.
3. Kontraktor diharuskan pula membuat Laporan Mingguan yang memuat kemajuan
pekerjaan pada setiap minggunya.

RENCANA KERJA DAN SYARAT SYARAT

19
BAB III
SYARAT-SYARAT KONTRAK

A. DOKUMEN KONTRAK
1. Definisi dan Pokok Pengertian
 Dokumen Kontrak terdiri dari Undangan Lelang, Petunjuk bagi Penawar, Surat
Penawaran, Surat Perjanjian Pemborong, Syarat-syarat Umum, Syarat-syarat
Khusus, Gambar-gambar, Gambar-gambar Addenda, Spesifikasi Teknis, Berita
Acara Rapat Penjelasan Pekerjaan, Berita Acara Klarifikasi dan Addenda
yang diterbitkan setelah pelaksanaan Kontrak. Addenda Kontrak adalah
dokumen tertulis mengenai perubahan atas Kontrak yang telah ditandatangani
oleh kedua belah pihak.
 Kontrak : semua Dokumen Kontrak tersebut merupakan kesatuan
Kontrak. Kontrak adalah satu-satunya Pedoman Hubungan Kerja yang sah
untuk kedua belah pihak dan segala sesuatu perjanjian atau
kesepakatan yang lain, yang tidak tercantum dalam Dokumen Kontrak
hanya boleh dirubah melalui cara-cara yang tersebut dalam ayat 1.1.1.
 Pekerjaan : diartikan di sini meliputi pengadaan bahan-bahan dan tenaga,
pengadaan dan pengunaan alat-alat / perlengkapan serta pemasangan bahan
menjadi bangunan yang tersebut dalam Dokumen Kontrak serta pemberesan
segala bekas / sisa bahan dari seluruh Tapak Proyek.
 Proyek : diartikan di sini meliputi seluruh bangunan beserta seluruh
kelengkapannya seperti tercantum pada pasal 5 SYARAT-SYARAT KHUSUS.
 Pengertian-pengertian : “disetujui”, “dipilih”, “setara”, “beres”, dan sebagainya
apabila tidak diterangkan lain berarti adalah sepenuhnya merupakan wewenang
penuh dari Pemilik dan Direksi untuk mengartikan.
 Pemilik adalah orang atau badan yang menandatangani Surat Perjanjian
Pemborongan sebagai Pihak kesatu, atau wakilnya yang ditunjuk secara tertulis,
dan karena itu terikat untuk menunaikan kewajibannya seperti tersebut
dalam Dokumen Kontrak.
 Direksi Lapangan adalah Konsultan Perencana dan Pengawas yang
ditunjuk khusus oleh Pemilik untuk melaksanakan pengawasan atas
jalannya pelaksanaan isi Dokumen Kontrak, atau wakilnya yang ditunjuk secara
tertulis.
 Pemborong adalah perusahaan yang menandatangani Surat Perjanjian
Pemborong sebagai PIHAK KEDUA dan karenanya terikat untuk menunaikan
kewajibannya seperti tersebut dalam Dokumen Kontrak.

20
2. Pelaksanaan dan Interpretasi
 Dokumen Kontrak akan ditandatangani oleh Pemilik dan Pemborong dalam
jumlah rangkap yang ditentukan dalam Surat Perjanjian pemborongan.
 Dengan menandatangani Dokumen Kontrak dianggap Pemborong telah
meninjau tapak proyek serta keadaan lingkungannya sehingga telah paham
benar akan segala kemungkinan pelaksanaan Proyek.
 Interpretasi resmi yang perlu untuk pelaksanaan dalam bentuk gambar-
gambar atau tertulis akan disediakan oleh Direksi Lapangan secara hitam di
atas putih dengan segera atas permintaan Pemilik ataupun Pemborong.
Interpretasi ini harus konsisten dan tidak bertentangan dengan Dokumen
Kontrak.

B. PEMILIK
1. Definisi
 Pemilik adalah orang atau badan yang tersebut dalam Surat Perjanjian
Pemborongan dan dapat dikuasakan kepada orang lain secara tertulis dan
disampaikan kepada Direksi Lapangan dan Pemborong.
2. Informasi dan Kerjasama yang Diperlukan dari Pemilik
 Informasi dan bantuan kerjasama yang diperlukan Pemborong akan diberikan
segera oleh Pemilik sepanjang batas-batas wewenang dan kewajiban Pemilik.
 Pemilik akan memberikan semua instruksi-instruksinya kepada Pemborong
melalui Direksi Lapangan.
3. Hak Pemilik untuk Menghentikan Pekerjaan
Apabila Pemborong tidak sanggup atau tidak mampu memperbaiki pekerjaan yang
kurang sempurna atau Pemborong terus menerus gagal mengadakan bahan-bahan
dan alat-alat sesuai dengan Dokumen Kontrak, maka Pemilik berhak menghentikan
pekerjaan sebagian atau seluruhnya sampai hambatan yang bersangkutan teratasi.
4. Apabila Pemborong gagal atau mengabaikan perintah perbaikan pekerjaan
yang salah menurut Dokumen Kontrak, maka Pemilik berhak namun tidak wajib,
sesudah 7 (tujuh) hari sebelumnya memberikan pemberitahuan tertulis kepada
Pemborong, melakukan perbaikan pekerjaan itu sendiri tanpa memperhatikan
pengaruh-pengaruh yang diakibatkan oleh karenanya. Dalam hal ini akan dibuat
Berita Perubahan yang mencantumkan pembatalan pekerjaan tersebut oleh
Pemborong dan pengurangan biaya-biaya otomatis sebesar biaya perbaikan itu
ditambah biaya-biaya tambahan yang dikeluarkan oleh Pemilik sehubungan dengan
hal itu. Direksi Lapangan wajib dimintai persetujuan mengenai tindakan dan biaya
tersebut. Apabila jumlah biaya tersebut melebihi jumlah yang masih harus
dibayarkan kepada Pemborong di kemudian hari, maka Pemborong wajib membayar
selisih tersebut.

21
C. KONSULTAN PERENCANA
1. Definisi
 Konsultan Perencana adalah Konsultan yang ditunjuk oleh Pemilik untuk
melaksanakan pekerjaan perencanaan, penyusunan Dokumen Pelelangan dan
melaksanakan peninjauan berkala atas pelaksanaan isi Dokumen Kontrak.
 Konsultan Perencana adalah wakil Pemilik yang berhak menyatakan bahwa
pekerjaan, seperti yang tercantum pada Dokumen Kontrak, telah dilaksanakan
sesuai dengan ketentuan-ketentuan teknis untuk pekerjaan yang dimaksud.
2. Dimana disebutkan pada Syarat-syarat Teknis, Pemborong harus membuat
shop drawing, maka Perencana harus menerima 1 (satu) copy gambar-gambar
tersebut untuk diperiksa. Pemborong tidak diperkenankan melaksanakan pekerjaan
yang dimaksud sebelum shop drawing disetujui Perencana.
3. Dimana disebutkan pada Syarat-syarat Teknis, Pemborong harus
memperlihatkan contoh bahan yang memerlukan persetujuan Perencana, atau pada
pelaksanaan pekerjaan Perencana menganggap perlu memeriksa contoh bahan,
Pemborong harus menyerahkan contoh bahan yang dimaksud kepada Perencana.
4. Jika diperlukan penggantian dari bahan yang telah ditentukan pada Gambar
dan Syarat-syarat Teknis, maka bahan pengganti tersebut tidak diperkenankan
dipasang sebelum mendapat persetujuan tertulis dari Perencana.

5. Peninjauan Berkala
Sesuai dengan tugasnya, secara berkala Perencana akan melakukan peninjauan ke
lapangan untuk memeriksa kesesuaian pelaksanaan dengan Gambar Kerja, RKS dan
perubahan-perubahannya. Jika terjadi ketidaksesuaian pelaksanaan dengan
dokumen-dokumen di atas, Perencana memberitahukan hal ini, untuk kemudian
Direksi Lapangan akan memerintahkan kepada Pemborong untuk memperbaiki
ketidaksesuaian tersebut.
6. Jika terdapat keragu-raguan dalam menginterpretasikan Gambar Kerja dan RKS
atau jika terdapat ketidaksesuaian antar bagian dalam gambar dan RKS, maka
wakil Pemilik yang berhak menginterpretasikan atau menyelesaikan ketidaksesuaian
di atas adalah Perencana.

D. KONSULTAN PENGAWAS/DIREKSI LAPANGAN


1. Definisi
 Konsultan Pengawas / Direksi Lapangan adalah Konsultan yang ditunjuk
khusus oleh Pemilik untuk melaksanakan pengawasan atas jalannya pelaksanaan
Dokumen Kontrak ini, atau wakilnya yang ditunjuk secara tertulis.
 Antara Direksi Lapangan dan Pemborong tidak tejadi hubungan
Kontaktual sebagai akibat Dokumen Kontrak.

22
2. Administrasi Pelaksanaan Kontrak
 Direksi Lapangan menyelenggarakan administrasi umum mengenai pelaksanaan
Kontrak dan menjalankan fungsi-fungsi tersebut di bawah ini.
 Direksi Lapangan adalah wakil dari Pemilik selama masa pelaksanaan
Kontrak sampai pembayaran terakhir dilaksanakan. Direksi Lapangan berhak
melakukan tindakan-tindakan atas nama Pemilik sejauh sesuai dengan
Dokumen Kontrak, kecuali Pemilik membuat ketentuan tertulis lain
yang disampaikan kepada Pemborong. Direksi Lapangan
memberikan saran-saran dan pertimbangan-pertimbangan kepada Pemilik dan
segala instruksi Pemilik kepada Pemborong hanya dilakukan melalui Direksi
Lapangan.
 Direksi Lapangan berhak setiap saat untuk memeriksa seluruh Proyek dan
tempat produksi di tempat lain selama masa pelaksanaan Kontrak, tanpa
mengganggu jalannya pekerjaan. Pemborong wajib menyediakan sarana-sarana
yang memungkinkan Direksi Lapangan menjalankan tugas-tugasnya di
Tapak Proyek sesuai bunyi Dokumen Kontrak.
 Direksi Lapangan akan melakukan pengawasan secara periodik untuk
melihat kemajuan-kemajuan dan kualitas pekerjaan di lapangan. Berdasarkan
pemeriksaan tersebut, Direksi Lapangan melaporkan jalannya pekerjaan
kepada Pemilik dan menjaga kepentingan- kepentingan Pemilik akan
kemungkinan-kemungkinan yang merugikan akibat kesalahan-kesalahan,
atau ketidaksempurnaan pelaksanaan. Direksi Lapangan walaupun tidak
terus menerus berada di Tapak Proyek, namun akan menugaskan wakilnya
untuk melakukan pengawasan secara kontinyu pada jam kerja. Direksi Lapangan
bertanggung jawab mengenai cara-cara, metode-metode, teknik-teknik, urutan-
urutan Proyek.
 Berdasarkan hasil pengawasan lapangan dan Surat Permintaan Pembayaran
dari Pemborong maka Direksi Lapangan menerbitkan Berita Acara Pembayaran
yang menyebutkan jumlah yang berhak diterima Pemborong.
 Dalam hal terdapat keragu-raguan mengenai kejelasan interpretasi
Dokumen Kontrak, baik bagi Pemilik maupun Pemborong, maka Direksi
Lapanganlah yang berhak memberikan interpretasi. Dalam hal ini Direksi
Lapangan wajib menyerahkan interpretasi tertulis secepatnya sehingga tidak
mengganggu kelancaran dan kesempurnaan pelaksanaan Kontrak.
 Segala klaim, perselisihan atau persoalan lain mengenai jalannya
pelaksanaan menurut Dokumen Kontrak, akan diselenggarakan penyelesaiannya
oleh dan melalui Direksi Lapangan.
 Segala interpretasi dan keputusan Direksi Lapangan harus konsisten dengan
isi dan maksud Dokumen Kontrak. Oleh karenanya, Direksi Lapangan wajib
berlaku adil dan jujur terhadap kepentingan semua pihak dan tidak boleh berat
sebelah.
 Segala keputusan Direksi Lapangan yang menyangkut keindahan adalah bersifat
mengikat dan sekaligus final sepanjang sesuai dengan Dokumen Kontrak.
 Atas segala penyelesaian perselisihan yang dibuat Direksi Lapangan kecuali
23
yang mengenai keindahan, salah satu pihak yang tidak menerima dapat
mengajukan permintaan arbitrase secara tertulis. Permintaan arbitrase
tidak dapat diajukan sebelum:
a) Saat Direksi Lapangan menyerahkan keputusan tertulisnya atau ;
b) Sepuluh hari setelah kedua pihak menyerahkan bukti-bukti
persoalannya kepada Direksi Lapangan kesempatan yang wajar untuk
mengumpulkan keterangan mengenai hal itu, namun Direksi
Lapangan belum memberikan keputusan tertulis sampai saat itu.
 Apabila keputusan tertulis Direksi Lapangan menyatakan bahwa
keputusan adalah final namun dapat dimintakan himbauan, maka permintaan
arbitrase tidak dapat diajukan setelah sepuluh hari sesudah kedua pihak
mengetahui keputusan tersebut.
 Direksi Lapangan berhak menolak pekerjaan yang dinilainya tidak sesuai
dengan Dokumen Kontrak. Bila perlu Direksi Lapangan berhak
melakukan pemeriksaan khusus atau test-test seperlunya dengan mengabaikan
bahwa pekerjaan sudah dibuat, dipasang atau belum. Apabila Direksi
Lapangan menggunakan haknya berdasarkan ayat ini maka walau
bagaimanapun tidak dapat menimbulkan kewajiban- kewajiban atau
tanggung jawab apapun dari Direksi Lapangan terhadap Kontraktor atau Sub
Kontraktornya.
 Direksi Lapangan memeriksa Gambar-gambar Pelaksanaan dan Contoh- contoh
dan akan memberikan Gambar-gambar Penjelasan yang dibutuhkan oleh
Kontraktor seperti tersebut dalam administrasi pelaksanaan kontrak.
 Direksi Lapangan berhak melakukan perubahan-perubahan yang perlu atas
pekerjaan dan menerbitkan Berita Acara Perubahan untuk itu.
 Direksi Lapangan berhak melakukan pemeriksaan dan menentukan saat Serah
Terima Ke satu Pekerjaan dapat dilakukan, menerima Surat-surat Jaminan
garansi dari Pemborong sesuai dengan yang ditentukan dalam Dokumen
Kontrak dan menerbitkan Berita Acara Pembayaran.
 Direksi Lapangan menempatkan seseorang atau lebih Pengawas Lapangan yang
bertugas tetap di lapangan dalam jam kerja resmi.
 Kewajiban, tanggung jawab dan batasan-batasan wewenang Direksi
Lapangan sebagai wakil Pemilik selama masa pelaksanaaan seperti
tersebut dalam Syarat-syarat Umum ini tidak dapat dirubah tanpa persetujuan
tertulis dari Pemilik.

E. KONTRAKTOR
1. Definisi
 Kontraktor adalah Perusahaan yang menandatangani Surat Perjanjian
Pemborongan sebagai Pihak Kedua dan karenanya terikat untuk menunaikan
kewajibannya seperti tercantum dalam Dokumen Kontrak.
2. Penelaahan Dokumen Kontrak
 Kontraktor melakukan penelaahan atas segala Dokumen Kontrak secara teliti dan
24
dengan segera memberitahukan Direksi Lapangan tentang kesalahan,
ketidaksamaan atau kekurangan-kekurangan yang ditemukan sebelum
dilaksanakan termasuk perbedaan ukuran antara gambar dengan keadaan
lapangan. Kontraktor bertanggung jawab kepada Pemilik melalui Direksi
Lapangan atas akibat-akibat yang mungkin terjadi karena kesalahan-kesalahan
yang timbul atas kekurangan-kekurangan tersebut tetap menjadi tanggung
jawab Kontraktor. Kontraktor hanya bekerja berdasarkan Gambar-gambar,
Spesifikasi Teknis dan Addendum yang sah.
3. Pengawasan dan Prosedur Pelaksanaan
 Kontraktor akan mengawasi dan memimpin jalannya pelaksanaan dengan segala
perhatian dan keahliannya. Pemborong bertanggung jawab sepenuhnya atas cara-
cara, metode, teknik, tahap dan prosedur-prosedur pekerjaan seperti tersebut
dalam Dokumen Kontrak.
4. Tenaga dan Bahan-bahan
 Kecuali disebutkan lain maka Kontraktor menyediakan segala bahan, tenaga,
alat-alat perlengkapan, air, listrik, saluran pembuangan, transportasi, keamanan
dan segala sesuatunya yang diperlukan untuk melakukan pekerjaan secara
sempurna.
 Bahan yang disediakan oleh Pemberi Tugas : semua bahan bangunan yang
disediakan Pemberi Tugas harus diterima oleh K o n t r a k t o r untuk
dilaksanakan sebagai bukti pembayaran yang akan diperhitungkan kemudian,
sesuai dengan Analisa Harga Bahan dan Satuan Bangunan.
 Kontraktor harus selalu menjaga disiplin dan ketertiban pegawainya dan tidak
mempekerjakan orang-orang yang tidak mampu atau kurang cakap untuk
tugasnya. Kontraktor tidak akan mempekerjakan Sub-Kontraktor yang pekerja
atau pekerjaannya tidak memuaskan menurut Dokumen Kontrak. Direksi
Lapangan tetap berhak tidak menyetujui dan menolak pemilihan Pelaksana,
mandor atau tukang-tukang penting yang dipandang tidak akan mampu
melaksanakan tugasnya dengan baik.
5. Jaminan Mutu
 Pemborong menjamin pada Pemilik dan Direksi Lapangan bahwa semua bahan
dan perlengkapan untuk pekerjaan adalah baru sama sekali kecuali ditentukan
lain dan bahwa semua pekerjaan dilaksanakan dengan baik, bebas dari cacat
teknis maupun estetis dan sesuai dengan Dokumen Kontrak. Sesuatu pekerjaan
yang tidak sesuai dengan standar ini adalah memenuhi syarat. Apabila diminta,
Pemborong sanggup memberikan bukti-bukti mengenai hal-hal tersebut dalam
ayat ini.
 Sebelum mendapat persetujuan dari Direksi Lapangan bahwa pekerjaan telah
diselesaikan dengan sempurna, semua pekerjaan tetap menjadi tanggung jawab
sepenuhnya Kontraktor.

25
6. Pajak-pajak
 Kontraktor akan membayar segala pajak, bea atau pungutan-pungutan
apapun yang dikenakan undang-undang padanya, sehubungan dengan pekerjaan
ini menurut undang-undang yang berlaku. Apabila diminta, bukti-bukti
pembayaran pelunasan pajak-pajak tersebut akan diserahkan kepada Pemilik.
7. Tanggung jawab atas Pekerjaan dan Keselamatan Pekerja
 Kontraktor bertanggung jawab sepenuhnya atas segala pekerjaan, perbuatan dan
kelalaian pegawai, pekerja ataupun orang-orang yang mempunyai hubungan
kerja dengannya. Para pekerja harus keluar dari lokasi di luar jam kerja
normal, kecuali bila ada pekerjaan di luar jam kerja normal dan disetujui oleh
Direksi Lapangan.
 Kontraktor akan menyediakan peralatan seperti diharuskan oleh hukum, yang
diperlukan untuk keselamatan pegawai dan masyarakat. Kontraktor bertanggung
jawab atas pembersihan kembali perlengkapan keselamatan tanpa harus diberi
perintah untuk itu.
8. Rencana Kerja dan Laporan Harian
 Segera setelah penandatanganan Surat Perjanjian Pemborong, Kontraktor akan
menyerahkan Rencana Kerja berikut jadwal waktunya kepada Direksi
Lapangan. Rencana dan jadwal tersebut akan meliputi seluruh pekerjaan
dalam Dokumen Kontrak dengan mencantumkan saat mulai dan selesainya
tiap-tiap tahap pekerjaan yang di kemudian hari hanya dapat dirubah sesuai
dengan keadaan dengan sepengetahuan Direksi Lapangan.
 Disamping yang telah disebutkan dalam sub-ayat 4.8.1. di atas,
Kontraktor secara periodik akan menyerahkan kepada Direksi Lapangan,
Rencana Kerja dan jadwal waktunya untuk jangka waktu dua mingguan.
 Kontraktor berkewajiban membuat Laporan atau Agenda Harian yang
kemudian akan diperiksa kebenarannya oleh Direksi Lapangan,
sekurang-kurangnya memuat jumlah tenaga menurut jenis keahliannya /
jabatannya, jumlah dan jenis bahan yang masuk ke proyek, jumlah dan jenis
bahan yang disetujui atau dengan keterangan terperinci, keadaan cuaca /
hujan serta kejadian lainnya yang dianggap penting.
 Laporan atau Agenda Harian ini dibuat dalam rangkap tiga, asli diserahkan
kepada Direksi Lapangan, salinan untuk Kontraktor.
9. Dokumen-dokumen di Tempat Pekerjaan
 Kontraktor selalu menyediakan dengan lengkap masing-masing dua salinan,
segala Gambar-gambar, Spesifikasi Teknis, Addenda Berita Acara
Perubahan dan Gambar-gambar Pelaksanaan yang telah disetujui di tempat
pekerjaan dalam keadaan terawat baik dan tersusun dan diberi tanda dimana
terjadinya perubahan rencana selama pelaksanaan. Dokumen-dokumen ini
harus dapat dilihat Direksi Lapangan setiap saat sampai dengan Serah Terima
Kesatu, untuk dijadikan dokumen Pemilik.

26
10.Gambar-gambar Pelaksanaan dan Contoh-contoh
 Gambar-gambar Pelaksanaan (shop drawing) adalah gambar-gambar, brosur
atau Sub Kontraktorr supplier atau produsen yang menjelaskan bahan-bahan
atau sebagian pekerjaan.
 Contoh-contoh adalah benda-benda yang disediakan Kontraktor untuk
menunjukkan bahan, kelengkapan dan kualitas kerja yang akan dipakai Direksi
Lapangan untuk menilai pekerjaan setelah disetujui terlebih dahulu.
 Kontraktor akan memeriksa, menandatangani setuju dan menyerahkan dengan
segera semua Gambar-gambar Pelaksanaan dari Contoh-contoh yang
diisyaratkan dalam Dokumen Kontrak atau oleh Direksi Lapangan. Gambar-
gambar Pelaksanaan dan Contoh-contoh harus diberi tanda- tanda
sebagaimana ditentukan Direksi Lapangan. Kontraktor harus melampirkan
keterangan tertulis mengenai setiap pembedaan dengan Dokumen Kontrak kalau
ada hal-hal demikian.
 Dengan menyetujui dan menyerahkan Gambar-gambar Pelaksanaan atau
Contoh-contoh dianggap Kontraktor telah meneliti dan menyesuaikan setiap
Gambar atau Contoh tersebut dengan Dokumen Kontrak.
 Direksi Lapangan akan memeriksa dan menolak atau menyetujui
Gambar-gambar Pelaksanaan atau Contoh-contoh dalam waktu sesingkat-
singkatnya sehingga tidak mengganggu jalannya pekerjaan dengan
mempertimbangkan syarat-syarat dalam Dokumen Kontrak dan syarat-syarat
keindahan.
 Kontraktor akan melakukan perbaikan-perbaikan yang diminta Direksi
Lapangan dan menyerahkan kembali segala Gambar-gambar Pelaksanaan dan
Contoh-contoh sampai disetujui.
 Persetujuan Direksi Lapangan terhadap Gambar-gambar Pelaksanaan dan
Contoh-contoh, tidak membebaskan Pemborong dari tanggung jawabnya atas
perbedaan dengan Dokumen Kontrak, apabila perbedaan tersebut tidak
diberitahukan secara tertulis kepada Direksi Lapangan.
 Semua pekerjaan yang memerlukan Gambar-gambar Pelaksanaan atau Contoh-
contoh yang harus disetujui Direksi Lapangan tidak boleh dilaksanakan
sebelumnya.
 Gambar-gambar Pelaksanaan atau Contoh-contoh harus diajukan oleh
Kontraktor kepada Direksi Lapangan dalam dua salinan, Direksi
Lapangan akan memeriksa dan mencantumkan tanda-tanda :”telah
diperiksa tanpa perubahan” atau “telah diperiksa dengan perubahan” atau
“ditolak” satu salinan ditahan oleh Direksi Lapangan untuk arsip,
sedangkan yang kedua dikembalikan pada Pemborong untuk dibagikan atau
diperlihatkan kepada Sub Pemborong atau yang bersangkutan lainnya.
 Sebutan katalog atau barang cetakan, hanya boleh disertakan apabila
menurut Direksi Lapangan hal-hal yang sudah ditentukan dalam katalog atau
barang cetakan tersebut sudah jelas dan tidak perlu diubah. Barang cetakan ini
juga harus diserahkan dalam dua rangkap untuk masing- masing jenis dan
diperlukan sama seperti ayat 5.10.9.
27
 Contoh-contoh yang disebut dalam Spesifikasi Teknis harus dikirimkan
kepada Direksi Lapangan.
 Ongkos-ongkos pengiriman Gambar-gambar Pelaksanaan, Contoh-
contoh, Katalog-katalog kepada Direksi Lapangan menjadi tanggung jawab
Kontraktor.
11.Penggunaan Tapak Proyek
 Kontraktor hanya boleh menggunakan daerah-daerah yang telah ditentukan
untuk bekerja. Untuk penggunaan di luar daerah itu harus dengan persetujuan
tertulis Pemilik dan menjadi tanggung jawab Pemborong.
12.Pembersihan
 Kontraktor selalu menjaga keadaan Tapak Proyek bebas dari timbunan sampah-
sampah, barang-barang bekas dan barang-barang tidak berguna yang dapat
mengganggu pekerjaan, lingkungan, keamanan atau kesehatan. Pada waktu
Serah Terima kesatu seluruh Tapak Proyek harus sudah bersih dari bahan-bahan
bekas atau sisa-sisa sampah-sampah, alat- alat perlengkapan atau mesin-mesin.
 Apabila Kontraktor melalaikan ini, maka Pemilik berhak melakukannya sendiri
dan biayanya dibebankan kepada Kontraktor.
13.Komunikasi
 Kontraktor akan selalu berkomunikasi dengan Pemilik baik langsung maupun
melalui Direksi Lapangan.

F. SUB KONTRAKTOR
1. Definisi
 Sub Kontraktor adalah orang atau badan yang mempunyai hubungan kerja
langsung dengan Pemborong untuk suatu bagian tertentu dari pekerjaan atau
orang yang dikuasakan secara tertulis olehnya.
 Adapun yang tercantum dalam Kontrak antara Kontraktor dan Sub Kontraktor
tidak dapat menimbulkan ikatan kontraktual antara Sub Kontraktor dengan
Pemilik atau Direksi Lapangan.
2. Pelimpahan Kontrak kepada Sub Kontraktor
 Setiap pelimpahan Kontrak kepada Sub Kontraktor harus sepengetahuan dan
mendapat ijin dari Pemilik melalui Direksi Lapangan berhak menolak
pelimpahan Kontrak kepada suatu Sub Kontraktor dengan alasan-alasan
tertentu.
 Kontraktor dilarang melimpahkan Kontrak kepada Sub Kontraktor yang telah
ditolak oleh Pemilik melalui Direksi Lapangan.

 Penggantian Sub Kontraktor hanya diijinkan dengan persetujuan Pemilik
melalui Direksi Lapangan.

28
3. Hubungan Sub Kontraktor
 Semua pekerjaan yang dilaksanakan oleh Sub Kontraktor untuk
Kontraktor harus dinyatakan dalam suatu perjanjian tertulis antara Kontraktor
dan Sub Kontraktor yang mana harus tertulis syarat-syarat : menjamin dan
melindungi hak Pemilik dan Direksi Lapangan sesuai dengan Kontrak
Pelaksanaan pekerjaan-pekerjaan yang di sub kontrakkan tidak
mengabaikan hal tersebut di atas. Tunduk untuk mengikuti ketentuan-
ketentuan yang tercantum dalam buku Rencana Kerja dan Syarat-syarat
(RKS), Gambar-gambar, Gambar-gambar Addendum, Berita Acara Penjelasan
Pekerjaan.

G. KONTRAK TERPISAH
1. Hak Pemilik Menetapkan Kontrak Terpisah
 Pemilik mempunyai hak menetapkan Kontrak terpisah dalam hubungannya
dengan bagian lain dari Proyek menurut kondisi Kontrak atau sesuai dengan
ini, yang akan dilaksanakan oleh Pemborong Khusus.
 Jika Kontrak terpisah ditetapkan untuk bagian lain yang berbeda dari
Proyek ini, Kontraktor yang disebutkan dalam Dokumen Kontrak untuk masing-
masing pekerjaan haruslah Kontraktor yang menandatangani masing-masing
Surat Perjanjian Pemborong.
 Bagian-bagian pekerjaan yang termasuk ke dalam Kontrak Terpisah, diberi
tanda T.M.K (Tidak Masuk Kontrak) yang diterakan pada Gambar-
gambar dan Spesifikasi Teknis.
2. Tanggung jawab Bersama Para Kontraktor
Jika tidak ditentukan lain dalam Dokumen Kontrak ini, maka :
 Kontraktor harus memberi kesempatan yang wajar kepada Kontraktor Khusus
untuk menggunakan dan menyimpan bahan-bahan, alat-alat perlengkapan dan
menyelenggarakan pekerjaan dan mengatur kerja sama antara pekerjaannya
sendiri dengan pekerjaan mereka.
 Apabila penyelenggaraan suatu bagian pekerjaan Kontraktor tergantung pada
hasil pekerjaan Kontraktor Khusus, maka Kontraktor harus segera melaporkan
kepada Direksi Lapangan setiap kekurangan dan ketidak sempurnaan hasil
pekerjaan.
 Apabila Kontraktor menyebabkan kerusakan pada pekerjaan Kontraktor Khusus,
berdasarkan pemberitahuan tertulis untuk itu, Kontraktor harus menyelesaikan
hal ini dengan bantuan Direksi Lapangan jika dikehendaki. Bila dalam hal
ini Kontraktor khusus menuntut Pemilik, Pemilik harus memberitahukan
Kontraktor yang akan menghadapi tuntutan ini dan apabila ternyata segala
tuntutan kepada Pemilik tersebut terbukti benar-benar disebabkan kesalahan
Kontraktor, maka Kontraktor harus membayar ganti rugi perbaikan kerusakan,
biaya pengacara, biaya sidang dan biaya arbitrase yang diderita Pemilik.

29
3. Pengurangan dan Penambahan dan Kontrak Terpisah
 Kontraktor Khusus terus bertanggung jawab atas setiap pengurangan, dan
penyesuaian yang diperlukan dalam melaksanakan pekerjaan kecuali ditentukan
lain dalam Dokumen Kontrak ini. Masing-maasing Kontraktor tidak boleh
merugikan pekerjaan Kontraktor lainya kecuali dengan persetujuan Direksi
Lapangan.
 Setiap biaya yang disebabkan kesalahan pelaksanaan atau ketidaktepatan waktu
pelaksanaan harus ditanggung oleh masing-masing Kontraktor yang
bersangkutan.
4. Hak Pemilik untuk Melakukan Pembersihan
 Apabila timbul sengketa antara Kontraktor tentang tanggung jawab
membersihkan bekas pekerjaan, Pemilik diperbolehkan melakukan pembersihan
dan semua biaya pembersihan dibebankan kepada para Kontraktor. Besarnya
biaya ini ditentukan oleh Direksi Lapangan.

H. KETENTUAN-KETENTUAN LAIN
1. Peraturan-peraturan yang Berlaku
Kontrak harus ditentukan atas dasar hukum dan peraturan yang berlaku sah di
tempat pekerjaan akan dilaksanakan, antar lain :
1. Algemene voorwarden (A.V.) 28 Mei 1941
2. NI-2, Peraturan Beton Berulang Indonesia(PBI) 1971
3. NI-3, Peraturan Umum untuk Badan Bangunan Indonesia (PUBI) tahun
1970
4. NI-6, Peraturan Umum Instalasi Listrik Indonesia (PULI) tahun 1987
5. Undang-Undang No. 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja
6. Larangan Penggunaan Tenaga Kerja di bawah umur
7. Peraturan-peraturan lain yang masih berlaku
2. Penggantian dan Penunjukan
Pemilik dan Pemborong saling mengikat dalam ketentuan, persetujuan dan
kewajiban yang disebut dalam Dokumen Kontrak. Demikian pula wakil-wakil
yang ditunjuk secara tertulis. Pemborong tidak boleh memindahkan arau
menyerahkan Kontrak kepada pihak lain tanpa persetujuan dari Pemilik. Demikian
pula halnya pemindahan tagihan kepada Pemilik atas namanya tanpa persetujuan
tertulis sebelumnya dari Pemilik.
3. Pemberitahuan Tertulis
Pemberitahuan tertulis dianggap benar dan sah apabila disampaikan sendiri
oleh yang berkepentingan kepada seorang atau anggota perusahaan atau
kepada pegawai perusahaan yang dimaksud, atau bila dikirim melalui pos surat
tercatat kepada alamat terakhir yang diketahui si pengirim.
4. Klaim Atas Kerusakan
Bila masing-masing pihak tersebut dalam Kontrak menderita kerugian dan
kerusakan disebabkan oleh kelalaian suatu pihak atau pegawainya, klaim harus
30
diajukan secara tertulis kepada pihak lainnya dalam jangka waktu yang cukup
setelah mengetahui adanya kerusakan.
5. Arbitrase
 Semua klaim, sengketa dan hal-hal lain yang timbul dalam hubungannya dengan
Kontrak, kecuali yang berhubungan dengan keputusan Direksi Lapangan
mengenai keindahan, harus ditentukan oleh Pengadilan sesuai dengan aturan-
aturan lain prosedur-prosedur Dewan Teknik Pembangunan Indonesia,
kecuali bila kedua belah pihak lainnya sama- sama setuju dengan cara lain.
Persetujuan untuk mendapatkan persesuaian ini dipakai hukum arbitrase yang
berlaku sah. Keputusan arbitrase adalah final dan mengikat.
 Pemberitahuan pemintaan arbitrase ini harus diajukan tertulis kepada pihak
lain dan Dewan Teknik Pembangunan Indonesia, dan tembusan kepada
Direksi Lapangan. Permintaan arbitrase ini harus dilakukan dalam jangka
waktu yang telah disebutkan dalam sub pasal 2.2.10 dan 2.2.11.
 Kontraktor harus meneruskan pelaksanaan pekerjaan dan selalu menjaga
kemajuan pekerjaan seperti ditentukan menurut Kontrak selama proses
arbitrase ini, kecuali ditentukan lain.

I. WAKTU
1. Definisi
 Waktu adalah jumlah hari kalender yang diperlukan untuk menyelesaikan seluruh
pekerjaan dengan sempurna dan diterima oleh Pemilik sudah termasuk hari besar
/ libur resmi.
 Tanggal permulaan pekerjaan, adalah tanggal yang dipastikan dalam
pemberitahuan untuk memulai pekerjaan. Bila tidak ada pemberitahuan untuk
memulai pekerjaan, maka berlaku tanggal yang disebut dalam Surat
Perjanjian Pemborongan.
 Tanggal penyelesaian pekerjaan, adalah tanggal yang dinyatakan tertulis oleh
Direksi Lapangan bila pekerjaan telah selesai sesuai dengan Dokumen
Kontrak.
 Hari: yang dimaksud dalam Dokumen Kontrak adalah hari menurut
kalender.
2. Pengunduran dan Penyelesaian
 Semasa batas waktu yang disebutkan dalam Dokumen Kontrak
merupakan inti dari Kontrak.
 Kontraktor harus memulai pekerjaan pada tanggal permulaan pekerjaan
sebagaimana ditetapkan dalam sub. pasal 9.1.2. Kontraktor harus
menyelenggarakan pekerjaan dengan tenaga-tenaga yang sesuai sehingga
pekerjaan dapat diselesaikan dalam waktu yang ditetapkan dalam Surat
Perjanjian Pemborong.

31
 Jika tanggal atau waktu penyelesaian dicantumkan dalam Surat
Perjanjian Pemborong maka berarti tanggal penyelesaian yang dimaksud dalam
sub. pasal 9.1.3., kecuali ditentukan lain, termasuk pengunduran- pengunduran
yang telah disetujui.
3. Keterlambatan dan Pengunduran Waktu
 Bila Kontraktor terlambat dalam menyelesaikan pekerjaan disebabkan
kelalaian Pemilik atau Direksi Lapangan atau pegawainya atau
Pemborong Khusus yang dipekerjakan oleh Pemilik, atau oleh
perubahan-perubahan yang diperintahkan dalam berita perubahan, atau oleh
sengketa perburuhan, kebakaran atau hambatan-hambatan lain yang biasa tidak
terjadi, kerugian atau sebab-sebab lain bukan kesalahan Pemborong, atau
keterlambatan yang diperkenankan oleh Pemilik menunggu arbitrase, atau oleh
sebab lain yang menurut Direksi Lapangan adalah wajar, maka waktu Kontrak
dapat diundurkan dengan Addenda Kontrak untuk waktu yang layak
sebagaimana ditentukan oleh Direksi Lapangan.
 Semua klaim pengunduran waktu harus diajukan tertulis kepada Pemilik melalui
Direksi Lapangan tidak lebih dari 20 (dua puluh) hari sesudah terjadinya hal
yang menyebabkan kelambatan. Apabila tidak demikian klaim tersebut tidak
diperhatikan dan dalam sebab keterlambatan hanya diperkenankan diajukan satu
klaim.
J. PEMBAYARAN
1. Harga Borongan
Harga borongan ditetapkan dalam persetujuan dan merupakan jumlah yang
dibayarkan kepada Kontraktor oleh Pemilik untuk pelaksanaan pekerjaan
berdasarkan Dokumen Kontrak.
2. Daftar Harga
Sebelum permintaan pembayaran yang pertama, Kontraktor harus menyerahkan
kepada Direksi Lapangan daftar harga dari bagian-bagian pekerjaan termasuk
kuantitasnya bila dikehendaki oleh Direksi Lapangan, dibagi-bagi sedemikian
rupa sehingga memudahkan pembayaran-pembayaran kepada Sub-Kontraktor
sesuai dengan sub. pasal 5.4. dipersiapkan secara khusus atau menurut cara yang
disetujui Direksi Lapangan dan Kontraktor, dan dilengkapi dengan data-data
untuk memperkuat ketelitiannya bila diminta. Tiap bagian dalam daftar harga telah
termasuk biaya umum dan keuntungan yang layak yang dibuat secara terpisah.
Apabila daftar ini disetujui oleh Direksi Lapangan, akan digunakan sebagai dasar
bagi Kontraktor untuk mengajukan permintaan pembayaran.
3. Waktu Pembayaran
Sekurang-kurangnya sepuluh hari sebelum waktu pembayaran tiba, Pemborong
harus menyerahkan kepada Direksi Lapangan permintaan pembayaran secara
terperinci beserta data yang memperkuat hak Kontraktor atas pembayaran
sebagaimana dikehendaki oleh Pemilik dan Direksi Lapangan disertai lampiran-
lampiran As Built Drawing yang sesuai dengan prestasi pekerjaan.

32
4. Berita Acara Pembayaran
 Apabila Kontraktor telah mengajukan permintaan pembayaran seperti tersebut
di atas, Direksi Lapangan dengan segera mengeluarkan Berita Acara
Pembayaran kepada Pemilik dengan sebuah salinan kepada Kontraktor, untuk
satu jumlah yang menurut pendapatnya benar, atau menyatakan tertulis
alasannya untuk tidak mengeluarkan Berita Acara Pembayaran sebagaimana
ditentukan dalam pasal 10.5.1.
 Dikeluarkan Berita Acara Pembayaran akan berarti bahwa Direksi
Lapangan mewakili Pemilik, berdasarkan pengamatan di tempat sesuai
dengan sub. pasal 4.2.4. serta data mengenai permintaan pembayaran, bahwa
pekerjaan sudah selesai sampai dengan tahap yang dimaksud, bahwa
menurut anggapannya kualitas dari pekerjaan sesuai dengan Dokumen Kontrak,
dan bahwa Kontraktor berhak menerima pembayaran menurut jumlah yang
ditetapkan dalam Berita Acara Pembayaran. Sebagai tambahan Berita Acara
Pembayaran menurut terakhir yang dikeluarkan oleh Direksi Lapangan
merupakan kelanjutan perwakilan bahwa kondisi yang merupakan dasar bahwa
kepada Pemborong berhak atas pembayaran terakhir sebagaimana
dimaksudkan dalam sub. Pasal 10.6.2. telah terpenuhi. Namun dengan
mengeluarkan Berita Acara Pembayaran, Direksi Lapangan tidak
dianggap telah melakukan penelitian di tempat terus menerus untuk
memeriksa kembali kualitas dan kuantitas pekerjaan atau bahwa Direksi
Lapangan telah mengadakan penelitian kembali atas alat-alat, metoda, teknik
dan prosedur konstruksi atau bahwa Direksi Lapangan telah memeriksa
untuk maksud apa Kontraktor menggunakan uang yang telah dibayarkan
sebelum atas dasar jumlah yang ditetapkan dalam Surat perjanjian Pemborong.
 Setelah Direksi Lapangan mengeluarkan Berita Acara Pembayaran,
Pemilik wajib membantu Pemborong untuk menerima pembayaran
seperti disebut dalam syarat-syarat khusus mengenai cara pembayaran.
 Baik Berita Acara Pembayaran maupun penggunaan sebagian atau
seluruh proyek oleh Pemilik tidak mengandung arti bahwa hal itu merupakan
permintaan pekerjaan yang tidak sesuai dengan Dokumen Kontrak.
5. Penahanan dan Penundaan Pembayaran
 Pemilik berhak menolak permintaan pembayaran dan dapat menunda
seperlunya Berita Acara Pembayaran, seluruhnya atau sebagian, apabila
menurut Direksi Lapangan atau didapatkan bukti dalam pemeriksaan
selanjutnya terdapat hal-hal yang tidak benar dan merugikan Pemilik yang
disebabkan oleh :
a. Pekerjaan yang rusak tidak diperbaiki.
b. Tuntutan-tuntutan dari pihak ketiga atau adanya kemungkinan
tuntutan yang demikian.
c. Kegagalan Kontraktor melakukan pembayaran yang seharusnya
kepada Sub Kontraktor atau kepada buruh, material dan perlengkapan.
d. Keragu-raguan bahwa pekerjaan bisa diselesaikan untuk bagian yang belum

33
dibayar menurut harga borongan.
e. Merugikan Pemborong lain.
f. Ada tanda-tanda bahwa pekerjaan tidak dapat terselesaikan sesuai dengan
waktu yang ditetapkan.
g. Hasil-hasil pekerjaan kontraktor tidak memuaskan.
h. Belum menyerahkan As Built Drawing dari bagian-bagian pekerjaan yang
telah selesai dilaksanakan. Jenis As Built Drawing yang harus diserahkan
akan ditentukan kemudian oleh Direksi Lapangan. As Built Drawing
diserahkan dalam rangkap 2 (dua) sebagai informasi bila ada perubahan
untuk menunjang jalannya pekerjaan selanjutnya. As Built Drawing tersebut
di atas, bukan merupakan bagian dari As Built Drawing yang akan
diserahkan pada akhir pekerjaan.
 Bila hal-hal tersebut dalam sub. pasal 10.5.1. dapat diatasi maka
pembayaran yang tertahan dapat dilakukan kembali.
 Dalam keadaan dimana didapatkan bukti bahwa pekerjaan terhambat disebabkan
oleh kelalaian Kontraktor memenuhi kewajiban membayar kepada Sub
Kontraktor seperti disebut dalam pasal 6 maka apabila Pemilik memandang
perlu demi kelancaran pekerjaan, Pemilik akan membayarkan kepada Sub
Kontraktor bagian yang berhak diterimanya, dengan tanda terima dari
Kontraktor.
6. Penyelesaian Pekerjaan dan Pembayaran Terakhir
 Jika Kontraktor menganggap bahwa pekerjaan atau bagian pekerjaan yang
diterima oleh Pemilik pada dasarnya selesai, Pemborong dapat menyiapkan dan
mengajukan kepada Direksi Lapangan, daftar perinciannya untuk diperiksa.
Direksi Lapangan berdasarkan pemeriksaan atas pekerjaan akan
menetapkan tanggal penyerahan pekerjaan dan akan mengatur tanggung
jawab Pemilik dan Kontraktor untuk menerima tanggung jawab mereka seperti
dimaksud dalam Berita Acara tersebut. Penyelesaian dasar harus mencakup
penyerahan di tempat sebagaimana ditentukan Pemilik.
 Setiap menerima pemberitahuan tetulis bahwa pekerjaan sudah siap untuk
diadakan pemeriksaan untuk penyerahan, dan telah menerima permintaan
pembayaran, maka Direksi Lapangan segera melakukan pemeriksaan ini, jika
ia mendapat kesan bahwa pekerjaan bisa diterima atas dasar Dokumen
Kontrak, bahwa Kontrak telah terlaksana seluruhnya, ia segera
mengeluarkan Berita Acara Pembayaran terakhir dengan menyatakan bahwa
menurut keterangan dan pendapatnya atas dasar pengamatan dan penelitian
pekerjaan telah diselesaikan sesuai dengan Dokumen Kontrak dan kekurangan
pembayaran oleh karena itu dapat dibayarkan.
 Baik pembayaran terakhir maupun sisa yang ditahan akan menjadi hak
Kontraktor sesudah Kontraktor menyerahkan kepada Direksi Lapangan :
- Surat pernyataan bahwa semua upah buruh, tagihan-tagihan untuk bahan-
bahan dengan perlengkapannya dan lain-lain hutang yang ada hubungannya
dengan pekerjaan dalam hal mana Kontraktor harus bertanggung jawab, telah
34
dilunasi atau diselesaikan dengan pihak lain.
- As Built Drawing untuk semua pekerjaan yang belum terdapat
gambar-gambar karena adanya penyimpangan-penyimpangan, baik
penyimpangan itu atas perintah Pemberi Tugas (Pihak Kesatu) atau tidak
Pemborong harus membuat gambar-gambar yang sesuai dengan apa yang
telah dilaksanakan (As Built Drawing) dan gambar tersebut harus jelas
memperlihatkan perbedaan antara gambar-gambar kontrak dan pekerjaan
yang dilaksanakan. Gambar-gambar tersebut harus diserahkan dalam bentuk
asli kalkir film dan cetakan rangkap empat, dan semua biaya pencetakan
ditanggung oleh Kontraktor.
 Pembayaran terakhir mengandung arti peniadaan semua tuntutan dari
Pemilik, kecuali yang timbul dari :
a. Beban yang tidak terselesaikan dan tuntutan pihak ketiga.
b. Pekerjaan yang salah yang diketahui setelah penyeleaian pekerjaan.
c. Kegagalan pekerjaan untuk memenuhi persyaratan dari Dokumen
Kontrak, atau
d. Ketentuan-ketentuan jaminan khusus yang dikehendaki oleh Dokumen
Kontrak.
 Penerimaan pembayaran terakhir mengandung arti peniadaan semua
tuntutan oleh Pemborong kecuali hal-hal yang ditentukan secara tertulis
sebelumnya dan masih belum diselesaikan.

K. PERLIDUNGAN TERHADAP ORANG DAN HARTA BENDA


1. Langkah Pengamanan
 Kontraktor bertanggung jawab atas pelaksanaan, perlindungan terhadap pihak
ketiga dan pengawasan keamanan dalam hubungannya dengan pekerjaan.
2. Keamanan Manusia dan Harta Benda
 Kontraktor akan menyediakan perlindungan seperlunya untuk mencegah
terjadinya kerusakan atau kehilangan dari :
a. Semua pekerjaan dan orang yang mungkin berkepentingan dalam
pekerjaan.
b. Semua pekerjaan dan bahan-bahan serta alat perlengkapan yang harus
ditempatkan dengan aman di bawah pengawasan Kontraktor atau salah
satu Sub Kontraktor.
c. Harta benda di tapak pekerjaan atau yang berbatasan dengan
pekerjaan.
d. Semua harta benda milik orang lain atau pihak ketiga di sekitar lokasi
pekerjaan.
 Kontraktor harus mematuhi semua hukum, peraturan dan melindungi dari
kerusakan, cidera atau kehilangan.
 Kontraktor diharuskan memperbaiki dan mengganti kerugian, apabila ternyata
lalai terhadap kewajiban yang disebut di atas.

35
L. ASURANSI
1. Atas nama Pemilik, Kontraktor diwajibkan mengasuransikan pekerjaan terhadap
semua resiko (Contractor’s all risk) termasuk Third Party Liability / TPL yaitu
kehilangan dan kerusakan akibat kebakaran, petir, ledakan, taufan, banjir, pecahnya
tangki air atau pipa-pipa, gempa bumi, kejatuhan benda terbang, huru-hara serta
kecelakaan-kecelakaan rubuhnya bangunan akibat teknis. Besarnya nilai yang
ditanggung adalah sebesar nilai borongan pekerjaan meliputi semua pekerjaan
yang telah dilaksanakan, bahan-bahan bangunan dan perlengkapan bangunan
yang belum terpasang yang direncanakan untuk pekerjaan tersebut, tetapi tidak
termasuk peralatan-peralatan milik Pemborong atau Sub Pemborong. Besarnya nilai
pertanggungan Third Party Liability (TPL) senilai Rp.………………
(………………………..). Pengasuransian itu harus oleh Perusahaan Asuransi
yang disetujui Pemilik. Polis asuransi diserahkan kepada Pemilik dan
berlaku selama berlakunya Surat Perjanjian Pemborong termasuk perpanjangan
waktu yang mungkin diberikan.
2. Atas penggantian dari klaim yang tergantung asuransi, Kontraktor harus segera
memperbaiki pekerjaan yang rusak, mengganti, atau mempebaiki semua pekerjaan
yang rusak atau hilang, membersihkan segala puing yang ada dan menyelesaikan
pekerjaan sampai selesai menurut Surat Perjanjian Pemborong. Dalam hal demikian
Kontraktor hanya berhak menerima penggantian biaya sejumlah yang diganti oleh
asuransi 12.3. Kontraktor diwajibkan untuk mengasuransikan personil lapangan
termasuk personil Sub Kontraktor terhadap bahaya kecelakaan yang mungkin terjadi
selama waktu pelaksanaan. Asuransi untuk personil Kontraktor harus dapat
digabungkan dalam satu paket polis asuransi (Asuransi Tenaga Kerja / ASTEK).

3. Pemborong diwajibkan pula untuk mengasuransikan personil dari Pemilik


dan Direksi Lapangan sejumlah orang :
- Pemilik : ………. Orang
- Konsultan Pengawas / Direksi Lapangan : ……… orang terhadap
kecelakaan dari (personal accident) selama masa pelaksanan dengan jumlah
santunan maksimum masing-masing sebesar Rp. ...................................
(..............................). Asuransi mana termasuk juga untuk perawatan di rumah
sakit.

M. PERUBAHAN DALAM PEKERJAAN


1. Berita Perubahan
 Pemilik tanpa mengurangi arti dari Kontrak, dapat memerintahkan perubahan-
perubahan dalam pekerjaan, yang terdiri atas penambahan, pemindahan dan
perubahan lain Harga Kontrak dan waktu. Semua perubahan pekerjaan harus
dikuatkan dengan Berita Perubahan yang harus dilakukan menurut kondisi-
kondisi dalam Dokumen Kontrak.
 Berita perubahan adalah perintah tertulis kepada Kontraktor yang ditandatangani
oleh Pemilik dan Direksi Lapangan, mengenai perubahan pekerjaan atau
36
penyesuaian Harga Kontrak dan waktu. Berita Perubahan cukup ditandatangani
oleh Direksi Lapangan, apabila Direksi Lapangan memiliki perintah tertulis
dari Pemilik tentang perubahan pekerjaan. Harga Kontrak dan waktu
penyelesaian pekerjaan hanya dapat dirubah dengan Berita Perubahan.
 Biaya akibat Berita Perubahan harus ditetapkan menurut salah satu cara dan
cara berikut
a. Oleh biaya bahan dan upah yang telah disetujui bersama baik tetap
maupun menurut prosentasi atau ;
b. Saling menerima harga keseluruhan yang disertai dengan perincian
atau ;
c. Oleh harga satuan yang tertera dalam dokumen yang disetujui
bersama.
 Kalau ada cara yang disebutkan dalam sub. pasal 13.1.3. yang dapat
disetujui bersama, maka segera setelah menerima Berita Perubahan, Kontraktor
harus melaksanakan pekerjaan yang disebutkan dalam Berita Perubahan dan
Biaya Pekerjaan yang demikian akan ditentukan oleh Direksi Lapangan
berdasarkan pengeluaran yang layak oleh Kontraktor.
2. Klaim atas Biaya Tambahan
Apabila Kontraktor ingin mengajukan klaim karena adanya pekerjaan tambahan,
maka sebelum melaksanakan pekerjaan, Kontraktor harus menyiapkan
pemberitahuan tertulis kepada Direksi Lapangan dalam jangka waktu 10
(sepuluh) hari setelah terjadinya perubahan. Setiap perubahan dalam Harga Kontrak
sebagai akibat dari klaim yang demikian harus dikuatkan dengan Berita
perubahan dan dibuatkan Addendum Kontrak.

N. PERBAIKAN PEKERJAAN
1. Perbaikan Pekerjaan
 Kontraktor harus dengan segera memperbaiki semua pekerjaan yang ditolak
Direksi Lapangan karena tidak sesuai dengan Dokumen Kontrak. Apabila hal
ini diketahui sebelum atau sesudah Serah Terima Kesatu, disengaja atau
tidak, Kontraktor diharuskan menanggung semua biaya yang ditimbulkan oleh
perbaikan ini termasuk biaya tambahan pekerjaan Direksi Lapangan.
 Bila masih dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari kalender setelah tanggal Serah
Terima Kesatu atau dalam jangka waktu yang ditentukan lain dalam
Dokumen Kontrak, terdapat kerusakan dan ketidaksesuaian dengan
Dokumen Kontrak, maka Kontraktor harus segera melakukan perbaikan
pekerjaan dan harus diperbaiki agar sesuai dengan apa yang disebutkan dalam
Dokumen kontrak.
 Semua pekerjaan yang salah atau tidak sesuai dengan sub. pasal M.1.1. dan
M.1.2. harus dikeluarkan dari tempat pekerjaan dan harus diperbaiki agar sesuai
dengan apa yang disebutkan dalam Dokumen Kontrak. Apabila Kontraktor
tidak mengindahkan pekerjaan dan salah satu tidak sesuai dengan Dokumen
Kontrak dalam waktu yang ditetapkan dalam pemberitahuan tertulis, Pemilik

37
dapat memindahkan dan menyimpan bahan-bahan, perlengkapan atas biaya
Kontraktor. Bila Kontraktor tidak membayar pemindahan dan penyimpanan
dalam waktu 10 (sepuluh) hari sesudah itu, Pemilik setelah menyampaikan
secara tertulis perpanjangan waktu 10 (sepuluh) hari lagi, berhak untuk
menjual pekerjaan dalam lelang atau di bawah tangan dan mengadakan
perhitungan dari penjualan pekerjaan ini, setelah dipotong semua biaya yang
menjadi tanggungan Kontraktor termasuk biaya-biaya tambahan untuk
pekerjaan Direksi Lapangan. Bila hasil penjualan pekerjaan tidak dapat
menutup semua biaya yang diperlukan selisihnya harus dimintakan kepada
Kontraktor dan Berita perubahan harus dikeluarkan.
 Bila Kontraktor gagal dalam memperbaiki pekerjaan yang salah atau yang
tidak cocok dengan Dokumen Kontrak, Pemilik berhak mengadakan
perbaikan sesuai dengan sub. pasal 2.4.

O. PEMUTUSAN KONTRAK
1. Apabila Kontraktor bangkrut atau bila ia melimpahkan Kontrak untuk
kepentingan krediturnya, atau bila selalu menolak dan gagal menyelenggarakan
pekerjaan perbaikan, atau bila penyelesaian pekerjaan terlambat lebih dari 20 (dua
puluh) hari, kecuali dalam hal untuk mana perpanjangan waktu diberikan, atau
gagal menyediakan pekerja-pekerja yang terlatih baik atau gagal dalam melakukan
pembayaran kepada Sub Kontraktor atau untuk bahan-bahan atau untuk buruh, atau
selalu tidak mengindahkan hukum, peraturan atau perintah dari pengusaha yang
berwenang atau terbukti salah dan melanggar ketentuan-ketentuan yang disebutkan
dalam Dokumen Kontrak, maka Pemilik atas dasar Berita Acara dari Direksi
Lapangan yang menyatakan bahwa terdapat bukti- bukti yang cukup untuk
mengambil alih tempat serta semua bahan, perlengkapan konstruksi dan mesin-mesin
yang dimiliki Kontraktor dan menyelesaikan pekerjaan menurut cara yang
dianggap Pemilik paling tepat. Dalam hal demikian Kontraktor tidak mempunyai
hak untuk menerima pembayaran hingga pekerjaan selesai.

2. Jika sisa pembayaran menurut Harga Kontrak yang belum dibayarkan melebihi
biaya-biaya yang dikeluarkan untuk menyelesaikan pekerjaan termasuk ganti rugi
tambahan bagi jasa Direksi Lapangan, maka selisih kelebihan tersebut harus
diserahkan kepada Kontraktor. Bila ternyata sisa pembayaran lebih kecil
dari biaya yang diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan, selisih ini harus
dibayarkan oleh Kontraktor. Biaya-biaya yang terpaksa dikeluarkan oleh Pemilik
diperkuat dengan sertifikat dari Direksi Lapangan.

38
RENCANA KERJA DAN SYARAT SYARAT

BAB IV
SYARAT-SYARAT TEKNIS

DIVISI 1
PEKERJAAN MOBILISASI

Lingkup kegiatan mobilisasi yang diperlukan dalam kontrak ini akan tergantung pada jenis
dan volume pekerjaan yang harus dilaksanakan . Pekerjaan divisi mobilisasi terdiri atas :
1. Pengukuran Kembali
Pengukuran kembali dilakukan untuk mengukur lokasi pekerjaan termasuk panjang dan
lebarnya. Patok dibuat setiap jarak 25 m dan diletakkan pada lokasi yang dapat dilihat
dan tidak terkena pekerjaan jalan.
2. Pembuatan Papan Nama Proyek
Penyedia barang/jasa harus membuat dan memasang Papan Proyek pada lokasi
pekerjaan dengan ukuran 120 cm x 80 cm, sebagai papan pemberitahuan yang berisikan
informasi pekerjaan yang akan dilaksanakan, pembiayaan, jangka waktu pelaksanaan
dan nama penyedia barang/jasa pekerjaan.
3. Dokumentasi dan pelaporan.
Apabila jangka waktu masa pemeliharaan pekerjaan sudah berakhir, pekerjaan
akan diterima apabila sudah memenuhi persyaratan-persyaratan sebagai berikut :
3.1 Pihak Penyedia Jasa sudah melaksanakan perbaikan-perbaikan terhadap
kerusakan/cacat–cacat dari kategori bencana alam, dan hasil perbaikan oleh
pelaksana tersebut sudah dapat diterima oleh Pemberi Pekerjaan dalam
kualitas/kuantitas sesuai dengan syarat-syarat teknis.
3.2 PIHAK PENYEDIA JASA sudah mengajukan permohonan tertulis sebelum
tanggal ditetapkan penyerahan II (KEDUA) pekerjaan kepada Pemberi Tugas,
untuk diadakan pemeriksaan terhadap hasil perintah tertulis atau dan pada buku
harian sewaktu penyerahan (PERTAMA) pekerjaan.
3.3 Penyedia Jasa harus membuat dokumentasi pekerjaan mulai tahap 0 %, 50 % dan
100 % dengan pengambilan gambar pada sudut pandang yang sama, termasuk
tahapan pekerjaan yang penting. Dokumentasi ini dibuat 3 (tiga) set dan disusun
rapi pada album sesuai urutan dan jenis pekerjaan.
3.4 As Built Drawing (gambar bangunan terpasang/jadi) dan laporan kemajuan
pekerjaan (harian, mingguan dan bulanan), serta back up data harus dipersiapkan
pada saat penyerahan pertama pekerjaan untuk keperluan pemeriksaan dan harus
sudah diserahkan pada Direksi pada saat penyerahan kedua, sebanyak 3 rangkap (1
asli + 2 salinan), semuanya atas biaya Penyedia Jasa.
3.5 Penyedia Jasa wajib memiliki Kontrak (SPK) lengkap dengan gambar
bestek,perubahan Kontrak (Amandemen) lengkap dengan Gambar Perubahan (Bila
Ada).

39
4. Mobilisasi peralatan
Mobilisasi dan pemasangan peralatan sesuai dengan daftar perlatan yang tercantum
dalam penawaran. Adapun hal- hal yang berkaitan dengan mobilisasi adalah sebagai
berikut :
1. Perhitungan biaya mobilisasi peralatan yang termuat dalam biaya penawaran
ditentukan oleh jauhnya lokasi awal peralatan berada.
2. Mobilisasi peralatan dapat dilakukan secara bertahap disesuaikan dengan pekerjaan
yang dilaksanakan dilapangan.
3. Segala kerusakan yang ditimbulkan oleh mobilisasi peralatan menjadi tanggung
jawab kontraktor pelaksana.
5. Demobilisasi peralatan
Demobilisasi peralatan dilakukan apabila pekerjaan dilapangan telah memenuhi
persyaratan yang telah ditentukan dan disetujui oleh direksi pekerjaan.
Adapun hal- hal yang berkaitan dengan demobilisasi peralatan adalah sebagai berikut :
1. Perhitungan biaya demobilisasi peralatan dihitung 30 % total biaya mobilisasi
peralatan.
2. Demobilisasi peralatan dapat dilakukan secara bertahap disesuaikan dengan
pekerjaan yang telah dilaksanakan dilapangan.

40
DIVISI 3
PEKERJAAN TANAH

SEKSI 3.1
GALIAN

3.1.1 UMUM
1) Uraian
a) Pekerjaan ini harus mencakup penggalian, penanganan, pembuangan atau
penumpukan tanah atau batu atau bahan lain dari jalan atau sekitarnya yang
diperlukan untuk penyelesaian dari pekerjaan dalam Kontrak ini.

b) Pekerjaan ini umumnya diperlukan untuk pembuatan saluran air , bangunan


pelintas. untuk formasi galian atau pondasi pipa, gorong-gorong, pembuangan
atau struktur lainnya, untuk pekerjaan stabilisasi lereng dan pembuangan bahan
longsoran, untuk galian bahan konstruksi dan pembuangan sisa bahan galian,
untuk pengupasan dan pembuangan bahan perkerasan beraspal dan /atau perkerasan
beton pada perkerasan Jama, dan umumnya untuk pembentukan profil dan
penampang yang sesuai dengan Spesifikasi ini dan memenuhi garis, ketinggian
dan penampang melintang yang ditunjukkan dalam Gambar atau sebagaimana
yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan.

c) Pekerjaan yang diperlukan untuk pembuangan bahan yang tak terpakai dan tanah
humus akan dicakup oleh Seksi 3.4 dari Spesifikasi ini.

d) Kecuali untuk keperluan pembayaran, ketentuan dari Seksi ini berlaku untuk
semua jenis galian yang dilakukan sehubungan dengan Kontrak, dan pekerjaan
galian dapat berupa:
i) Galian Biasa
ii) Galian Batu Lunak
iii) GalianBatu
iv) Galian Struktur
v) Galian Perkerasan Beraspal
vi) Galian Perkerasan Berbutir
vii) Galian Perkerasan Beton

e) Galian Biasa harus mencakup seluruh galian yang tidak diklasifikasi


sebagai galian batu lunak, galian batu, galian struktur, galian sumber bahan (borrow
excavation), galian perkerasan beraspal, galian perkerasan berbutir, dan galian
perkerasan beton, serta pembuangan bahan galian biasa yang tidak terpakai
seperti yang ditunjukkan dalam Gambar atau sebagaimana yang diperintahkan
oleh Direksi Pekerjaan.

f) Galian Struktur mencakup galian pada segala jenis tanah dalam batas pekerjaan
yang disebut atau ditunjukkan dalam Gambar untuk Struktur. Setiap galian yang
didefinisikan sebagai Galian Biasa atau Galian Batu atau Galian Perkerasan Beton
tidak dapat dimasukkan dalam Galian Struktur.
41
g) Galian Struktur terbatas untuk galian lantai beton pondasi jembatan, tembok
penahan tanah beton, dan struktur beton pemikul beban lainnya selain yang disebut
dalam Spesifikasi ini. Pekerjaan galian struktur juga meliputi: penimbunan kembali
dengan bahan yang disetujui oleh Direksi Pekerjaan; pembuangan bahan galian
yang tidak terpakai; semua keperluan drainase, pemompaan, penimbaan,
penurapan, penyokong; pembuatan tempat kerja atau cofferdam beserta
pembongkarannya.

h) Galian Perkerasan Beraspal mencakup galian pada perkerasan beraspal Jama dan
pembuangan bahan perkerasan beraspal dengan maupun tanpa Cold Milling
Machine (mesin pengupas perkerasan beraspal tanpa pemanasan) seperti yang
ditunjukkan dalam Gambar atau sebagaimana yang diperintahkan oleh Direksi
Pekerjaan.

i). Galian Perkerasan Berbutir mencakup galian pada perkerasan berbutir Jama dan
pembuangan bahan perkerasan berbutir yang tidak terpakai seperti yang ditunjukkan
dalam Gambar atau sebagaimana yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan.

j) Galian Perkerasan Beton mencakup galian pada perkerasan beton lama dan
pembuangan bahan perkerasan beton yang tidak terpakai seperti yang ditunjukkan
dalam Gambar atau sebagaimana yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan.

k) Pemanfaatan kembali bahan galian ini harus mendapat persetujuan terlebih


dahulu oleh Direksi Pekerjaan sebelum bahan ini dipandang cocok untuk proses
daur ulang. Material lama bekas galian harus diatur penggunaan/penempatannya
oleh Direksi Pekerjaan.

3). Toleransi Dimensi

a) Kelandaian akhir, garis dan formasi sesudah galian selain galian perkerasan
beraspal dan/atau perkerasan beton tidak boleh berbeda lebih tinggi dari 2 cm
atau lebih rendah 3 cm pada setiap titik, dan 1 cm pada setiap titik untuk galian
bahan perkerasan lama.

b) Pemotongan permukaan lereng yang telah selesai tidak boleh berbeda dari garis
profil yang disyaratkan melampaui 10 cm untuk tanah dan 20 cm untuk batu
di mana pemecahan batu yang berlebihan tak dapat terhindarkan.

c) Permukaan galian tanah maupun batu yang telah selesai dan terbuka terhadap
aliran air permukaan harus cukup rata dan harus memiliki cukup kemiringan untuk
menjamin pengaliran air yang bebas dari permukaan itu tanpa terjadi genangan.

4) Pengajuan Kesiapan Kerja dan Pencatatan

a) Untuk setiap pekerjaan galian yang dibayar menurut Seksi ini, sebelum memulai
pekerjaan, Penyedia Jasa harus menyerahkan kepada Direksi Pekerjaan, gambar detil
penampang melintang yang menunjukkan elevasi tanah asli sebelum operasi
pembersihan, memasang patok - patok batas galian, dan penggalian yang akan
dilaksanakan.
42
b) Penyedia Jasa harus menyerahkan kepada Direksi Pekerjaan metode kerja dan
gambar detil seluruh struktur sementara yang diusulkan atau yang diperintahkan untuk
digunakan, seperti penyokong (shoring), pengaku (bracing), cofferdam, dan dinding
penahan rembesan (cutoff wall), dan gambar-gambar tersebut harus
memperoleh persetujuan dari Direksi Pekerjaan sebelum melaksanakan
pekerjaan galian yang akan dilindungi oleh struktur sementara yang diusulkan.

c) Penyedia Jasa harus memberitahu Direksi Pekerjaan untuk setiap galian untuk
tanah dasar, formasi atau pondasi yang telah selesai dikerjakan, dan bahan
landasan atau bahan lainnya tidak boleh dihampar sebelum kedalaman
galian, sifat dan kekerasan bahan pondasi disetujui terlebih dahulu oleh Direksi
Pekerjaan.

d) Arsip tentang rencana peledakan dan semua bahan peledak yang digunakan, yang
menunjukkan lokasi serta jumlahnya, harus disimpan oleh Penyedia Jasa untuk
diperiksa Direksi Pekerjaan.

e) Penyedia Jasa harus menyerahkan kepada Direksi Pekerjaan suatu catatan tertulis
tentang lokasi, kondisi dan kuantitas perkerasan beraspal yang akan dikupas atau digali.
Pencatatan pengukuran harus dilakukan setelah seluruh bahan perkerasan beraspal telah
dikupas atau digali.
5) Pengamanan Pekerjaan Galian
a) Penyedia Jasa harus memikul semua tanggung jawab dalam menjamin keselamatan
pekerja, yang melaksanakan pekerjaan galian, penduduk dan bangunan yang ada di
sekitar lokasi galian.

b) Selama pelaksanaan pekerjaan galian, lereng galian harus dijaga tetap stabil sehingga
mampu menahan pekerjaan, struktur atau mesin di sekitarnya, harus dipertahankan
sepanjang waktu, penyokong (shoring) dan pengaku (bracing) yang memadai harus
dipasang bilamana permukaan lereng galian mungkin tidak stabil. Bilamana
diperlukan, Penyedia Jasa harus menyokong atau mendukung struktur di sekitarnya,
yang jika tidak dilaksanakan dapat menjadi tidak stabil atau rusak oleh pekerjaan
galian tersebut.

c) Untuk menjaga stabilitas lereng galian dan keselamatan pekerja maka galian tanah
yang lebih dari 5 meter harus dibuat bertangga dengan teras selebar 1 meter atau
sebagaimana yang diperintahkan Direksi Pekerjaan.

d) Peralatan berat untuk pemindahan tanah, pemadatan atau keperluan lainnya tidak
diijinkan berada atau beroperasi lebih dekat 1,5 m dari tepi galian parit untuk
gorong-gorong pipa atau galian pondasi untuk struktur, terkecuali bilamana
pipa atau struktur lainnya yang telah terpasang dalam galian dan galian tersebut telah
ditimbun kembali dengan bahan yang disetujui Direksi Pekerjaan dan telah
dipadatkan.

43
e) Dalam setiap saat, bilamana pekerja atau orang lain berada dalam lokasi galian dan
harus bekerja di bawah permukaan tanah, maka Penyedia Jasa harus menempatkan
seorang pengawas keamanan di lokasi kerja yang tugasnya hanya memantau keamanan
dan kemajuan. Sepanjang waktu penggalian, peralatan galian cadangan (yang belum
dipakai) serta perlengkapan P3K harus tersedia pada tempat kerja galian.

f) Semua galian terbuka harus diberi rambu peringatan dan penghalang (barikade)
yang cukup untuk mencegah pekerja atau orang lain terjatuh ke dalamnya, dan setiap
galian terbuka pada lokasi jalur lalu lintas maupun lokasi bahu jalan harus diberi
rambu tambahan pada malam hari berupa drum yang dicat putih (atau yang sejenis)
beserta lampu merah atau kuning guna menjamin keselamatan para pengguna jalan,
sesuai dengan yang diperintahkan Direksi Pekerjaan.

g).Ketentuan yang disyaratkan dalam, Manajemen dan Keselamatan


Lalu Lintas diterapkan pada seluruh galian di Ruang Milik Jalan.

6) Jadwal Kerja

a) Perluasan setiap galian terbuka pada setiap operasi harus dibatasi sepadan dengan
pemeliharaan permukaan galian agar tetap dalam kondisi yang mulus (sound),
dengan mempertimbangkan akibat dari pengeringan, perendaman akibat hujan dan
gangguan dari operasi pekerjaan berikutnya.

b) Galian saluran atau galian lainnya yang memotong jalan yang terbuka untuk lalu
lintas harus dilakukan dengan pelaksanaan setengah badan jalan sehinggajalan tetap
terbuka untuk lalu lintas pada setiap saat.

7) Perbaikan Terhadap Pekerjaan Galian yang Tidak Memenuhi Ketentuan

Pekerjaan galian yang tidak memenuhi toleransi yang diberikan dalam di atas
sepenuhnya menjadi tanggung jawab Penyedia Jasa dan harus diperbaiki oleh Penyedia
Jasa sebagai berikut :
i) Lokasi galian dengan garis dan ketinggian akhir yang melebihi garis dan
ketinggian yang ditunjukkan dalam Gambar atau sebagaimana yang diperintahkan
Direksi Pekerjaan harus digali lebih lanjut sampai memenuhi toleransi yang
disyaratkan.
ii) Lokasi dengan penggalian yang melebihi garis dan ketinggian yang
ditunjukkan dalam Gambar atau sebagaimana yang diperintahkan oleh Direksi
Pekerjaan, atau lokasi yang mengalami kerusakan atau menjadi lembek, harus
ditimbun kembali dengan bahan timbunan pilihan atau lapis pondasi agregat
sebagaimana yang diperintahkan Direksi Pekerjaan.
iii) Galian pada perkerasan lama dengan dimensi dan kedalaman melebihi yang
telah ditetapkan, harus diisi kembali dengan menggunakan bahan yang sama
dengan perkerasan lama sampai dimensi dan kedalaman yang ditetapkan.

8) Penggunaan dan Pembuangan Bahan Galian

a) Semua bahan galian tanah dan galian batu yang dapat dipakai dalam batas• batas dan
lingkup kegiatan bilamana memungkinkan harus digunakan secara efektif untuk
44
formasi timbunan atau penimbunan kembali.
b) Bahan galian yang mengandung tanah yang sangat organik, tanah gambut (peat),
sejumlah besar akar atau bahan tetumbuhan lainnya dan tanah kompresif yang
menurut pendapat Direksi Pekerjaan akan menyulitkan pemadatan bahan di
atasnya atau yang mengakibatkan setiap kegagalan atau penurunan (settlement) yang
tidak dikehendaki, harus diklasifikasikan sebagai bahan yang tidak memenuhi
syarat untuk digunakan sebagai timbunan dalam pekerjaan pennanen.

c) Setiap bahan galian yang melebihi kebutuhan timbunan, atau tiap bahan galian yang
tidak disetujui oleh Direksi Pekerjaan untuk digunakan sebagai bahan timbunan,
hams dibuang dan diratakan oleh Penyedia Jasa di luar Ruang Milik Jalan
(Rumija) seperti yang diperintahkan Direksi Pekerjaan.

d) Penyedia Jasa hams bertanggungjawab terhadap seluruh pengaturan dan biaya


yang diperlukan untuk pembuangan bahan galian yang tidak terpakai atau yang
tidak memenuhi syarat untuk bahan timbunan, termasuk pembuangan bahan
galian yang diuraikan dalam Pasal 3.1.1 8) a) ii) dan iii), juga termasuk
pengangkutan basil galian ke tempat pembuangan akhir dan perolehan ijin dari
pemilik atau penyewa tanah dimana pembuangan akhir tersebut akan dilakukan.

e) Bahan hasil galian struktur yang surplus, tidak boleh diletakkan di daerah aliran
agar tidak mengganggu aliran dan tidak merusak efisiensi atau kinerja dari
struktur. Tidak ada bahan hasil galian yang boleh ditumpuk sedemikian hingga
membahayakan seluruh maupun sebagian dari pekerjaan struktur yang telah
selesai.

3.1.2 PROSEDUR PENGGALIAN


1) Prosedur Umum

a) Penggalian harus dilaksanakan menurut kelandaian, garis, dan elevasi yang


ditentukan dalam Gambar atau ditunjukkan oleh Direksi Pekerjaan dan harus
mencakup pembuangan semua material/bahan dalam bentuk apapun yang dijumpai,
termasuk tanah, batu, batu bata, beton, pasangan batu, bahan organik dan bahan
perkerasan lama.

b) Pekerjaan galian harus dilaksanakan dengan gangguan yang seminimal mungkin


terhadap bahan di bawah dan di luar batas galian.Bilamana material/bahan yang
terekspos pada garis formasi atau tanah dasar atau pondasi dalam keadaan lepas
atau lunak atau kotor atau menurut pendapat Direksi Pekerjaan tidak memenuhi syarat,
maka bahan tersebut harus seluruhnya dipadatkan atau dibuang dan diganti dengan
timbunan yang memenuhi syarat, sebagaimana yang diperintahkan Direksi Pekerjaan.

c) Bilamana batu, lapisan keras atau bahan yang sukar dibongkar dijumpai pada garis
formasi untuk selokan yang diperkeras, pada tanah dasar untuk perkerasan
maupun bahu jalan, atau pada dasar galian pipa atau pondasi struktur, maka bahan
tersebut harus digali 15 cm lebih dalam sampai permukaan yang mantap dan
merata. Tonjolan-tonjolan batu yang runcing pada permukaan yang terekspos
tidak boleh tertinggal dan semua pecahan batu yang diameternya lebih besar dari
15 cm harus dibuang. Profil galian yang disyaratkan harus diperoleh dengan cara
menimbun kembali dengan bahan yang dipadatkan sesuai persetujuan Direksi.
45
d) Dalam hal apapun perlu dipahami bahwa, selama pelaksanaan penggalian,
Penyedia Jasa harus melakukan langkah-langkah berdasarkan inisiatifnya
sendiri untuk memastikan drainase alami dari air yang mengalir pada permukaan
tanah, agar dapat mencegah aliran tersebut mengalir masuk ke dalam galian yang
telah terbuka.

2) Galian Berupa Pemotongan

a) Perhatian harus diberikan agar tidak terjadi penggalian yang berlebihan.


Metode penggalian dan pemangkasan harus disetujui oleh Direksi Pekerjaan.
Papan pengarah profil harus dipasang pada setiap penampang dengan interval
50 meter pada puncak dari semua pengarah untuk pemotongan yang
menunjukkan posisi dan lereng pengarah rancangan. Papan pengarah profil harus
terpasang pada tempatnya sampai pekerjaan galian selesai dan sampai Direksi
Pekerjaan telah memeriksa dan menyetujui pekerjaan tersebut.

b).Galian pada tanah lebih baik dipangkas dengangrader yang dilengkapi dengan
pisau yang dapat dimiringkan atau dengan excavator. Pekerjaan ini harus sesuai
dengan garis yang ditunjukkan oleh papan pengarah profit. Semua tindakan
harus dilakukan segera setelah penggalian selesai tanpa menunggu selesainya seluruh
pekerjaan galian, untuk mencegah kerusakan pada permukaan hasil pemotongan.
Tindakan yang demikian dapat termasuk penyediaan saluran penangkap, saluran
lereng untuk galian, penanaman rumput atau tindakan-tindakan lainnya.

c) Singkapan batu haruslah dipisahkan terlebih dahulu dengan pengeboran sampai


dalam atau peledakan jika disetujui atau diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan.

d) Semua permukaan pemotongan harus dibersihkan dari setiap bahan yang lepas yang
akan menjadi berbahaya setelah pekerjaan selesai. Permukaan batu atau singkapan
batu harus dibersihkan dengan cara manual bilamana dipandang perlu oleh Direksi
Pekerjaan.

e) Bilamana kondisi permukaan tanah yang tak terduga dihadapi pada lokasi
manapun yang mungkin menyebabkan ketidak-stabilan permukaan lereng hasil
pemotongan, tindakan-tindakan yang diperlukan harus dilakukan untuk
menjamin kestabilannya. Perubahan-perubahan yang perlu harus disetujui sebelum
penggalian berikutnya. Semua perubahan akan tunduk pada perintah atau
persetujuan terlebihdahulu dari Direksi Pekerjaan.

3.1.3 PENGUKURANDANPEMBAYARAN

1) Galian yang Tidak Diukur untuk Pembayaran


Beberapa kategori pekerjaan galian dalam Kontrak tidak akan diukur dan dibayar menurut
Seksi ini, pekerjaan tersebut dipandang telah dimasukkan ke dalam harga penawaran
untuk berbagai macam bahan konstruksi yang dihampar di atas galian akhir, seperti
pasangan batu (stone masonry) dan gorong-gorong pipa. Jenis galian yang secara spesifik
tidak dirnasukkan untuk pengukuran dalam Seksi ini adalah:

46
a) Galian di luar garis yang ditunjukkan dalam profit dan penampang melintang
yang disetujui tidak akan dimasukkan dalam volume yang diukur untuk pembayaran
kecuali bilamana:

i) Galian yang diperlukan untuk membuang bahan yang lunak atau tidak memenuhi
syarat seperti yang disyaratkan dalam Pasal di atas, atau untuk membuang batu atau
bahan keras lainnya
ii) Pekerjaan tambah sebagai akibat dari longsoran lereng yang sebelumnya
telah diterima oleh Direksi Pekerjaan secara tertulis asalkan tindakan atau metode
kerja Penyedia Jasa yang tidak sesuai dengan spesifikasi ini tidak memberikan
kontribusi yang penting terhadap kelongsoran tersebut.

b) Pekerjaan galian untuk selokan drainase dan saluran air, kecuali untuk galian
batu, tidak akan diukur untuk pembayaran menurut Seksi ini.

c) Pekerjaan galian yang dilaksanakan untuk pemasangan gorong-gorong pipa, tidak


akan diukur untuk pembayaran, kompensasi dari pekerjaan ini dipandang telah
dimasukkan ke dalam berbagai harga satuan penawaran untuk masing-masing
bahan tersebut, sesuai dengan Seksi 2.3 dari Spesifikasi ini.

2) Pengukuran Galian untuk Pembayaran


a) Pekerjaan galian di luar ketentuan seperti di atas harus diukur untuk pembayaran
sebagai pembayaran dalam meter kubik bahan yang dipindahkan. Faktor penyesuaian
berikut ini harus digunakan untuk menghitung kuantitas setara untuk timbunan:
Dasar perhitungan kuantitas galian ini haruslah gambar penampang melintang
profil tanah asli sebelum digali yang telah disetujui dan gambar pekerjaan galian
akhir dengan garis, kelandaian dan elevasi yang disyaratkan atau diterima.
Metode perhitungan haruslah metode luas ujung rata-rata, menggunakan penampang
melintang pekerjaan secara umum dengan jarak tidak lebih dari 25 meter atau
dengan jarak 50 meter untuk medan yang datar.
b) Pekerjaan galian struktur yang diukur adalah volume dari prisma yang dibatasi
oleh bidang-bidang sebagai berikut:
• Bidang atas adalah bidang horisontal seluas bidang dasar pondasi yang melalui titik
terendah dari terain tanah asli. Di atas bidang horisontal ini galian tanah
diperhitungkan sebagai galian biasa atau galian batu sesuai dengan sifatnya.
• Bidang bawah adalah bidang dasar pondasi.
• Bidang tegak adalah bidang vertikal keliling pondasi.
Pengukuran volume tidak diperhitungkan di luar bidang-bidang yang diuraikan di atas
atau sebagai pengembangan tanah selama pemancangan, tambahan galian karena
kelongsoran, bergeser, runtuh atau karena sebab• sebab lain.

4) Dasar Pembayaran
Kuantitas galian yang diukur menurut ketentuan di atas, akan dibayar menurut
satuan pengukuran dengan harga yang dimasukkan dalam Daftar Kuantitas dan
Harga untuk masing-masing Mata Pembayaran yang terdaftar di bawah ini, dimana harga
dan pembayaran tersebut merupakan kompensasi penuh untuk seluruh pekerjaan
termasuk cofferdam, penyokong, pengaku dan pekerjaan yang berkaitan, dan biaya yang
diperlukan dalam melaksanakan pekerjaan galian dan pembuangan bahan galian
sebagaimana diuraikan dalam Seksi ini.

47
SEKSI 3.2
TIMBUNAN
3.2.1 UMUM

1). Uraian

a) Pekerjaan ini mencakup pengadaan, pengangkutan, penghamparan dan pemadatan tanah


atau bahan berbutir yang disetujui untuk pembuatan timbunan, untuk penimbunan kembali
galian pipa atau struktur dan untuk timbunan umum yang diperlukan untuk membentuk
dimensi timbunan sesuai dengan garis, kelandaian, dan elevasi penampang melintang
yang disyaratkan atau disetujui oleh Direksi Pekerjaan.

b) Timbunan yang dicakup oleh ketentuan dalam Seksi ini adalah timbunan pilihan

c) Timbunan pilihan harus digunakan untuk meningkatkan kapasitas daya dukung tanah
dasar pada lapisan penopang (capping layer) dan jika diperlukan di daerah galian.
Timbunan pilihan dapat juga digunakan untuk stabilisasi lereng atau pekerjaan
pelebaran timbunan jika diperlukan lereng yang lebih curam karena keterbatasan
ruangan, dan untuk pekerjaan timbunan lainnya dimana kekuatan timbunan adalah
faktor yang kritis.

2) Toleransi Dimensi

a) Elevasi dan kelandaian akhir setelah pemadatan harus tidak lebih tinggi dari2 cm atau
lebih rendah 3 cm dari yang ditentukan atau disetujui.

b) Seluruh permukaan akhir timbunan yang terekspos harus cukup rata dan harus
memiliki kelandaian yang cukup untuk menjamin aliran air permukaan yang
bebas.

c) Permukaan akhir lereng timbunan tidak boleh bervariasi lebih dari 10 cm dari
garis profil yang ditentukan.

e) Timbunan selain dari Lapisan Penopang diatas tanah lunak tidak boleh
dihampar dalam lapisan dengan tebal padat lebih dari 20 cm atau dalam
lapisan dengan tebal padat kurang dari 10 cm.

4) Pengajuan Kesiapan Kerja

Untuk setiap timbunan yang akan dibayar menurut ketentuan Seksi dari Spesifikasi
ini, Penyedia Jasa harus menyerahkan pengajuan kesiapan di bawah ini kepada Direksi
Pekerjaan sebelum setiap persetujuan untuk memulai pekerjaan disetujui oleh Direksi
Pekerjaan:

48
3.2.2 BAHAN

1) Sumber Bahan

Bahan tirnbunan hams dipilih dari sumber bahan yang disetujui oleh direksi

2). Timbunan Pilihan

a) Timbunan hanya boleh diklasifikasikan sebagai Timbunan Pilihan atau Timbunan


Pilihan Berbutir bila digunakan pada lokasi atau untuk maksud dimana bahan-bahan ini
telah ditentukan atau disetujui secara tertulis oleh Direksi Pekerjaan.

b) Timbunan yang diklasifikasikan sebagai timbunan pilihan harus terdiri dari bahan sirtu
atau batu yang memenuhi semua ketentuan di atas untuk timbunan pilihan.

c) Bahan timbunan pilihan yang digunakan pada lereng atau pekerjaan stabilisasi
timbunan atau pada situasi Jainnya yang memerlukan kuat geser yang cukup,
bilamana dilaksanakan dengan pemadatan kering normal, maka timbunan pilihan
dapat berupa timbunan batu atau kerikil lempungan bergradasi baik atau lempung
pasiran atau lempung berplastisitas rendah. Jenis bahan yang dipilih, dan disetujui oleh
Direksi Pekerjaan akan tergantung pada kecuraman dari Iereng yang akan dibangun
atau ditimbun, atau pada tekanan yang akan dipikul.
3.2.2 PENGHAMPARAN DAN PEMADATAN TIMBUNAN

1) Penyiapan Tempat Kerja


a) Sebelum penghamparan timbunan pada setiap tempat, semua bahan yang tidak
diperlukan harus dibuang sebagaimana diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan
b) Kecuali untuk daerah tanah lunak atau tanah yang tidak dapat dipadatkan atau
tanah rawa, dasar pondasi timbunan harus dipadatkan seluruhnya (termasuk
penggemburan dan pengeringan atau pembasahan bila diperlukan) sampai
15 cm bagian pennukaan atas dasar pondasi memenuhi kepadatan yang disyaratkan
untuk Timbunan yang ditempatkan diatasnya.
c) Bilamana timbunan akan dibangun diatas permukaan tanah dengan
kelandaian lereng lebih dari 10%, ditempatkan diatas permukaan Jama atau
pembangunan timbunan baru, maka Jereng lama akan dipotong sampai tanah
yang keras dan bertangga dengan lebar yang cukup sehingga memungkinkan
peralatan pemadat dapat beroperasi. Tangga-tangga tersebut tidak boleh
mempunyai kelandaian lebih dari 4% dan harus dibuatkan sedemikian dengan
jarak vertikal tidak Jebih dari 30 cm untuk kelandaian yang kurang dari 15%
dan tidak Jebih dari 60 cm untuk kelandaian yang sama atau lebih besar dari
15%.

2) Penghamparan Timbunan
a) Timbunan harus ditempatkan ke permukaan yang telah disiapkan dan disebar
dalam Lapisan yang merata yang bila dipadatkan akan memenuhi toleransi tebal
lapisan yang disyaratkan .Bilamana timbunan dihampar lebih dari satu lapis,
lapisan-lapisan tersebut sedapat mungkin dibagi rata sehingga sama tebalnya.

49
b) Tanah timbunan umumnya diangkut langsung dari lokasi sumber bahan ke
permukaan yang telah disiapkan pada saat cuaca cerah dan disebarkan. Penumpukan
tanah timbunan untuk persediaan biasanya tidak diperkenankan, terutama selama
musim hujan.

3) Pemadatan Timbunan

a) Segera setelah penempatan dan penghamparan timbunan, setiap lapis harus


dipadatkan dengan peralatan pemadat yang memadai dan disetujui Direksi
Pekerjaan sampai mencapai kepadatan yang disyaratkan..

b) Timbunan harus dipadatkan mulai dari tepi luar dan bergerak menuju ke arah
sumbu jalan sedemikian rupa sehingga setiap ruas akan menerima jumlah usaha
pemadatan yang sama. Bilamana memungkinkan, lalu lintas alat-alat konstruksi dapat
dilewatkan di atas pekerjaan timbunan dan lajur yang dilewati harus terus menerus
divariasi agar dapat menyebarkan pengaruh usaha pemadatan dari lalu lintas tersebut.

c) Dalam membuat timbunan sampai pada atau diatas gorong-gorong dan bilamana
disyaratkan dalam Kontrak sampai pada jembatan, Penyedia Jasa harus membuat
timbunan tersebut sama tinggi pada kedua sisinya. Jika kondisi-kondisi memerlukan
penempatan timbunan kembali atau timbunan pada satu sisi jauh lebih tinggi dari sisi
lainnya, penambahan bahan pada sisi yang lebih tinggi tidak boleh dilakukan
sampai persetujuan diberikan oleh Direksi Pekerjaan dan tidak melakukan penimbunan
sampai struktur tersebut telah berada di tempat dalam waktu 14 hari, dan pengujian-
pengujian yang dilakukan.
d) Untuk menghindari gangguan terhadap pelaksanaan abutmen jembatan, tembok
sayap dan gorong-gorong persegi, Penyedia Jasa harus, untuktempat-tempattertentu
yang ditetapkan oleh Direksi Pekerjaan, menunda pekerjaan timbunan yang
membentuk oprit dari setiap struktur semacam ini sampai saat ketika pelaksanaan
selanjutnya boleh didahulukan untuk penyelesaian oprit tanpa resiko mengganggu
atau merusak pekerjaan jembatan. Biaya untuk penundaan pekerjaan harus
termasuk dalam harga satuan Kontrak untuk "Galian Biasa", dan "Timbunan
Pilihan".

e) Bahan untuk timbunan pada tempat-tempat yang sulit dimasuki oleh alat pemadat
normal harus dihampar dalam lapisan mendatar dengan tebal gem bur tidak
lebih dari 10 cm dan seluruhnya dipadatkan dengan menggunakan pemadat
mekanis.

f) Timbunan pada lokasi yang tidak dapat dicapai dengan peralatan pemadat mesin gilas,
harus dihampar dalam lapisan horizontal dengan tebal gembur tidak lebih dari 10 cm
dan dipadatkan dengan penumbuk loncat mekanis atau timbris (tamper) manual
dengan berat statis minimum 10 kg. Pemadatan di bawah maupun di tepi pipa
harus mendapat perhatian khusus untuk mencegah timbulnya rongga-rongga dan untuk
menjamin bahwa pipa terdukung sepenuhnya.

50
3.2.3 PENGUKURAN DAN PEMBAYARN

1) Pengukuran Timbunan
a) Timbunan harus diukur sebagai jumlah kubik meter bahan terpadatkan yang
diperlukan, diselesaikan di tempat dan diterima. Volume yang diukur harus
berdasarkan gambar penampang melintang profil tanah asli yang disetujui
atau profil galian sebelum setiap timbunan ditempatkan dan gambar dengan
garis, kelandaian dan elevasi pekerjaan timbunan akhir yang disyaratkan dan
diterima. Metode perhitungan volume bahan haruslah metode luas bidang ujung,
dengan menggunakan penampang melintang pekerjaan yang berselang jarak tidak
lebih dari 25 m, dan berselang tidak lebih dari 50 meter untuk daearah yang datar.
b) Timbunan yang ditempatkan di luar garis dan penampang melintang yang
disetujui, termasuk setiap timbunan tambahan yang diperlukan sebagai akibat
penggalian bertangga pada atau penguncian ke dalam lereng lama, atau sebagai
akibat dari penurunan pondasi, tidak akan dimasukkan ke dalam volume yang
diukur untuk pembayaran kecuali bila :
i) Timbunan yang diperlukan untuk mengganti bahan tidak memenuhi
ketentuan atau bahan yang lunak sesuai Spesifikasi ini.
ii) Timbunan tambahan yang diperlukan untuk memperbaiki pekerjaan
yang tidak stabil atau gagal bilamana Penyedia Jasa tidak dianggap
bertanggung-jawab
ii) Bila timbunan akan ditempatkan di atas tanah rawa yang dapat diperkirakan
terjadinya konsolidasi tanah asli,maka pembayaran akan dilakukan tergantung
apakah timbunan biasa atau pilihan yang digunakan.

2) Dasar Pembayaran
Kuantitas timbunan yang diukur seperti diuraikan di atas, dalam jarak angkut
berapapun yang diperlukan, harus dibayar untuk per satuan pengukuran dari
masing-masing harga yang dimasukkan dalam Daftar Kuantitas dan Harga untuk
Mata Pembayaran terdaftar di bawah, dimana harga tersebut harus sudah merupakan
kompensasi penuh untuk pengadaan, pemasokan, penghamparan, pemadatan,
penyelesaian akhir dan pengujian bahan, seluruh biaya lain yang perlu atau biaya
untuk penyelesaian yang sebagaimana mestinya dari pekerjaan yang diuraikan
dalam Seksi ini.

51

Anda mungkin juga menyukai