Anda di halaman 1dari 14

PROPOSAL TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK

STIMULASI PERSEPSI SENSORI HALUSINASI SESI V


(MENGONTROL HALUSINASI DENGAN PATUH MINUM
OBAT) DI RUANG KENANGA
RUMAH SAKIT JIWA DR. SOEHARTO HEERDJAN
JAKARTA

DI SUSUN OLEH :

Saiful Rohman
(18. 14.9010.52)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH TANGERANG
Jl. Perintis Kemerdekaan I No.33 Kota Tangerang( 021-5537198
2019
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum. Wr. Wb.


Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT, Tuhan semesta alam, hanya
atas petunjuk, rahmat, nikmat, karunia, dan pertolongan Nya sehingga penulis
dapat menyelesaikan proposal Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) dengan judul
“Stimulasi Persepsi Sensori Halusinasi” Proposal ini disusun dalam rangka
memenuhi tugas Stase Keperawatan Jiwa
Dengan selesainya penyusunan proposal ini, kami mengucapkan terima
kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu memberikan bimbingan,
pengarahan, dan nasihat dalam proses penyelesaian proposal ini, yaitu:
1. Bapak Eriyono Budi Wijooyo, S.Kep., Ns. selaku dosen pembimbing
akademik Stase Keperawatan Jiwa Fikes UMT.
2. Ibu Ns. Dwi Putri Nisfurochmah, S.Kep selaku Pembimbing Lahan di
Rumah Sakit Jiwa Dr. Soeharto Heerdjan pada Stase Keperawatan Jiwa
3. Direktur beserta segenap Staf RSJ Dr. Soeharto heerdjan Jakarta yang
telah memberikan izin, fasilitas, sarana dan membantu kelancaran praktik
klinik.
4. Serta rekan-rekan dan semua pihak yang terkait dalam penyelesaian dan
penyusunan proposal Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) ini.
Kami menyadari atas kekurangan proposal ini, oleh karena itu kami
sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk kesempurnaan
proposal TAK ini. Semoga proposal ini bermanfaat bagi pembaca dan sebagai
bahan untuk menambah pengetahuan para mahasiswa dan pembaca.
Wassalamu’alaikum, Wr. Wb.

Tangerang, Mei 2019

Penulis
A. LATAR BELAKANG
Halusinasi adalah hilangnya kemampuan manusia dalam membedakan
rangsangan internal (pikiran) dan rangsangan eksternal (dunia luar).Klien
memberikan persepsi atau pendapat tentang lingkungan tanpa ada objek atau
rangsangan yang nyata. (Karida, 2010). Halusinasi adalah satu gejala gangguan
jiwa pada induvidu yang ditandai dengan perubahan sensori persepsi,
merasakan sensasi palsu berupa suara, penglihatan, pengecapan, perabaan atau
penciuman. Pasien merasakan stilmulus yang sebenarnya tidak ada (Keliat &
Akemat, 2010).
Terapi aktivitas kelompok adalah terapi modalitas yang dilakukan perawat
kepada sekelompok klien yang mempunyai masalah keperawatan yang sama.
Aktivitas yang digunakan sebagai terapi, dan kelompok digunakan sebagai
target asuhan.Di dalam kelompok terjadi dinamika interaksi yang saling
bergantung, saling membutuhkan dan menjadi tempat klien berlatih perilaku
baru yang adaptif untuk memperbaiki perilaku lama yang maladaptif.
Menurut Purwaningsih dan Karlina (2010), Tujuan umum TAK stimulasi
persepsi adalah klien mempunyai kemampuan untuk menyelesaikan masalah
yang diakibatkan oleh paparan stimulus kepadanya dan tujuan khususnya yaitu
klien dapat mempersepsikan stimulus yang dipaparkan kepadanya dengan
tepat, dan klien dapat menyelesaikan masalah yang timbul dari stimulus yang
dialami. Manfaat umum dari TAK yaitu: Meningkatkan kemampuan uji realitas
(reality testing) melalui komunikasi dan umpan balik dengan atau dari orang
lain, melakukan sosialisasi, dan membangkitkan motivasi untuk kemajuan
fungsi kognitif dan afektif. Manfaat khusus dari TAK yaitu: Meningkatkan
identitas diri, menyalurkan emosi secara konstruktif, dan meningkatkan
keterampilan hubungan interpersonal atau sosial. Manfaat rehabilitasi dari
TAK yaitu: Meningkatkan keterampilan ekspresi diri, meningkatkan
keterampilan social, meningkatkan kemampuan empati dan meningkatkan
kemampuan atau pengetahuan pemecahan masalah.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mendefinisikan kesehatan sebagai
keadaan sehat fisik, mental, sosial, bukan semata-mata keadaan tanpa penyakit
atau kelemahan. Orang yang memiliki kesejahteraan emosional, fisik, dan
sosial dapat memenuhi tanggung jawab kehidupan, berfungsi dengan efektif
dalam kehidupan sehari-hari, dan puas dengan hubungan interpersonal dan diri
mereka sendiri.
Kesehatan jiwa merupakan suatu kondisi sehat emosional, psikologis, dan
sosial yang terkihat dari hubungan interpersonal yang memuaskan, perilaku,
dan koping yang efektif, konsep diri positif, dan kestabilan
emosional.Kesehatan jiwa dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor tersebut
antara lain otonomi dan kemandirian, memaksimalkan potensi diri,
menoleransi ketidakpastian hidup, harga diri, menguasai lingkungan, orientasi
realitas dan manajemen stress.
American Psychiatric Association (2010) mendefinisikan gangguan jiwa
sebagai suatu sindrom atau pola psikologis atau perilaku yang penting secara
klinis yang terjadi pada seseorang dan dikaitkan dengan adanya distres atau
disabilitas disertai peningkatan resiko kematian, nyeri, disabilitas, atau sangat
kehilangan kebebasan. Gangguan jiwa menyebabkan penderitanya tidak
sanggup menilai dengan baik kenyataan, tidak dapat lagi menguasai dirinya
untuk mencegah mengganggu orang lain atau merusak/menyakiti dirinya
sendiri (Baihqi,dkk, 2015).
Sementara itu, menurut data WHO pada tahun 2016, secara global,
terdapat sekitar 35 juta orang yang mengalami depresi, 60 juta orang dengan
gangguan bipolar, 21 juta orang dengan Skizofrenia, dan 47,5 juta orang
dengan demensia.
Setiap tahun, jumlah penderita gangguan jiwa di Indonesia terus
meningkat, baik gangguan jiwa berat maupun ringan. Berdasarkan Data
Riskesdas 2013 memunjukkan prevalensi ganggunan mental emosional yang
ditunjukkan dengan gejala-gejala depresi dan kecemasan untuk usia 15 tahun
ke atas mencapai sekitar 14 juta orang atau 6% dari jumlah penduduk
Indonesia. Sedangkan prevalensi gangguan jiwa berat, seperti skizofrenia
mencapai sekitar 400.000 orang atau sebanyak 1,7 per 1.000 penduduk. Namun
masih sedikit yang memiliki perhatian terhadap kesehatan jiwa di Indonesia.
Program promosi kesehatan jiwa di masyarakat pun masih belum banyak,
sehingga diperlukan mental health nurses (perawat jiwa) di masyarakat yang
melakukan promosi kesehatan, terutama kesehatan jiwa.
Kepala Dinas Kesehatan DKI Jakarta Koesmedi Priharto mengoreksi data
tersebut. Menurut dia, prevalensi gangguan jiwa di DKI mencapai 1,1 per mil
dari total keseluruhan warga atau sekitar 14.000 jiwa. Jumlah ini mencakup
orang dengan gangguan jiwa berat dan gangguan jiwa ringan.
Berdsarkan data di Rumah Sakit Jiwa Dr. Soeharto Heerdjan tahun 2019
berdasarkan data tiga bulan terakhir yaitu di temukan sebanyak 163 orang
mengalami halusinasi, klien dengan defisit perawatan diri sebanyak 16 orang,
resiko perilaku kekerasan sebanyak 4 orang, klien dengan waham sebanyak 4
orang, resiko bunuh diri sebanyak 2 orang, dan klien dengan isolasi sosial
sebanyak 1 orang.
Peran perawat sebagai pemberi asuhan keperawatan yang komprehensif
meliputi kesehatan jiwa dan fisik sangat diperlukan untuk mencegah
meningkatnya angka gangguan jiwa. Perawatan klien gangguan jiwa di rumah
sakit membutuhkan dukungan dari banyak aspek sehingga kesejahteraan klien
dapat tercapai. Salah satu tujuan perawatan klien dengan gangguan jiwa di
rumah sakit adalah dengan melatih klien untuk mandiri dan mampu
berinteraksi dengan orang lain. Ketika klien mampu berinteraksi diharapkan
klien dapat kembali berfungsi di masyarakat dan mampu melakukan perannya
di masyarakat. Bentuk pelatihan berinteraksi dan bekerjasama dengan orang
lain adalah dengan melakukan terapi aktivitas kelompok.
Dari beberapa pengertian diatas, penulis menyimpulkan bahwa terapi
aktivitas kelompok yang akan dilakukan di ruang Kenanga adalah terapi
aktivitas kelompok Stimulasi Sensori Persepsi sesi I : Mengenal Halusinasi.
Diharapkan klien mampu menyebutkan atas kemampuan mengenal suara dan
halusinasi : isi, waktu, situasi dan perasaan klien serta dapat memberikan
stimulus kognitif, afektif, dan psikomotorik untuk klien.
B. TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK
a. Topik
Tujuan Sesi 5: Mengontrol halusinasi dengan patuh minum obat
b. Tujuan
1. Tujuan Umum
a. Klien mampu mengenali halusinasi yang dialaminya.
b. Klien mampu mengontrol halusinasinya.
c. Klien mengikuti program pengobatan secara optimal.

2. Tujuan Khusus
a.    Klien memahami pentingnya patuh minum obat.
b.      Klien memahami akibat tidak patuh minum obat.
c.   Klien dapat menyebutkan lima benar cara minum obat.

C. KRITERIA ANGGOTA
1. Karakteristik / kriteria
a. Klien yang mengalami halusinasi
b. Klien halusinasi yang sudah terkontrol
c. Klien yang dapat diajak kerjasama
d. Klien dapat mengidentifikasi halusinasinya
e. Klien dengan riwayat schizoprenia dengan disertai gangguan persepsi
sensori; halusinasi.
f. Klien yang mengikuti TAK ini tidak mengalami perilaku agresif atau
mengamuk, dalam keadaan tenang.
g. Klien dapat diajak kerjasama (cooperative).
2. Jenis Masalah Keperawatan Sesuai Indikasi Terapi Modalitas
a. Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi
3. Jumlah Peserta :
Adapun klien yang diikut sertakan berjumlah 8 orang.
4. Proses seleksi
a. Berdasarkan observasi dan wawancara
b. Menindak lanjuti asuhan keperawatan
c. Informasi dan keterangan dari klien sendiri dan perawatan
d. Penyelesian masalah berdasarkan masalah keperawatan
e. Klien cukup kooperatif dan dapat memahami pertanyaan yang diberikan
f. Mengadakan kontrak dengan klien
D. WAKTU DAN TEMPAT PELAKSANAAN
a. Hari /tanggal : Rabu, 24 Mei 2019
b. Waktu : Pukul 14.00 s/d 10.30 WIB (fase orientasi 5 menit,
Fase kerja 10 menit, fase terminasi 5 menit)
c. Tempat : Ruang Kenanga

E. METODE DAN MEDIA


1. Metode
1) Dinamika kelompok
2) Diskusi dan tanya jawab
2. Media
a.       Spidol dan whiteboard / papan tulis.
b.      Jadwal kegiatan harian (jika ada yang dibuat saat TAK sebelumnya).
c.       Beberapa contoh obat.
d.      Tape recorder untuk game jika ada.

F. SUSUNAN DAN URAIAN TUGAS PELAKSANAAN


Tim terapis dan uraian tugas :
 Leader : Saiful Rohman
Uraian Tugas :
1) Menjelaskan tujuan pelaksanaan TAK
2) Memperkenalkan diri dan memperkenalkan anggotanya untuk
saling mengenal
3) Menjelaskan peraturan kegiatan TAK sebelum kegiatan dimulai
4) Menjelaskan permainan
5) Mampu memotivasi anggota untuk aktif dalam kelompok
6) Mampu memimpin TAK dengan baik

 Co.Leader : Audia Nuryunisa


Uraian Tugas :
1) Menyampaikan informasi dari fasilitator ke pemimpin tentang
aktivitas klien
2) Mengambil alih posisi leader jika kegiatan menyimpang
3) Mengingatkan leader tentang waktu
4) Bersama leader menjadi contoh bentuk kerjasama yang baik
5) Membantu leader mengorganisir klien
6) Mengatur alur permainan (menghidupkan dan mematikan tape
recorder)

 Fasilitator : Anjani
Uraian Tugas :
1) Memfasilitasi klien yang kurang aktif
2) Berperan sebagai role model bagi klien selama kegiatan
berlangsung
3) Mempertahankan kehadiran peserta

 Observer : Anggraini retno Pangesti


Uraian Tugas :
1) Mengobservasi jalannya atau proses kegiatan
2) Mencatat perilaku verbal dan non verbal klien selama kegiatan
berlangsung

G. SETTING TAK
Tim terapis
a. Setting tempat : Peserta dan terapis duduk bersama dalam lingkaran

L Co L

J J
J J
J J
F OB
S
Keterangan :
F
Leader : L

Co Leader : Co L

Fasilitator :
F

Observer : O

Klien : J

H. ANTISIPASI MASALAH
1. Penanganan klien yang tidak aktif saat aktifitas kelompok
a. Memanggil klien
b. Memberi kesempatan kepada klien tersebut untuk menjawab sapaan
perawat atau klien yang lain
2. Bila klien meninggalkan permainan tanpa pamit :
a. Panggil nama klien
b. Tanya alasan klien meninggalkan permainan
c. Berikan penjelasan tentang tujuan permainan dan berikan penjelasan
pada klien bahwa klien dapat melaksanakan keperluannya setelah itu
klien boleh kembali lagi
3. Bila ada klien lain ingin ikut
a. Berikan penjelasan bahwa permainan ini ditujukan pada klien yang
telah dipilih
b. Katakan pada klien lain bahwa ada permainan lain yang mungkin dapat
diikuti oleh klien tersebut
c. Jika klien memaksa, beri kesempatan untuk masuk dengan tidak
memberi peran pada permainan tersebut
I. LANGKAH KEGIATAN TERAPI
Proses Pelaksanaan
1. Orientasi
a. Salam trapeutik
1) Terapis mengucapkan salam
2) Terapis dan klien pakai papan nama
b. Evaluasi / validasi
1) Menanyakan perasaan klien saat ini
2) Terapis menanyakan pengalaman klien mengontrol halusinasi
setelah menggunakan empat cara yang telah dipelajari (menghardik,
menyibukkan diri dengan aktivitas terjadwal, bercakap-cakap dengan
orang lain dan patuh dalam minum obat)
c. Kontrak
1) Menjelaskan tujuan kegiatan yang akan dilaksanakan yaitu,
mengenal suara-suara yang didengar tentang isi, waktu terjadinya,
situasi terjadinya dan perasaan klien saat terjadi halusinasi.
2) Menjelaskan aturan main :
- Jika ada klien yang meninggalkan kelompok, harus meminta izin
kepada trapis.
- Lama kegiatan 30 menit
- Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai.
2. Tahap Kerja
a.       Terapis menjelaskan untungnya patuh minum obat, yaitu
mencegah kambuh karena obat member perasaan tenang, dan
memperlambat kambuh.
b.      Terapis menjelaskan kerugian tidak patuh minum obat, yaitu
penyebab kambuh.
c.       Terapis meminta klien menyampaikan obat yang dimakan dan
waktu memakannya. Buat daftar diwhiteboard.
d.      Menjelaskan lima benar minum obat, yaitu benar obat, benar
waktu minum obat, benar orang yang minum obat, benar
dosis obat.
e.       Minta klien menyebutkan lima benar cara minum obat, secara
bergiliran.
f.       Berikan pujian pada klien yang benar.
g.      Mendiskusikan perasaan klien sebelum minum obat (catat
di whiteboard).
h.      Mendiskusikan perasaan klien setelah teratur minum obat (catat
di whiteboard).
i.        Menjelaskan keuntungan patuh minum obat, yaitu salah satu cara
mencegah halusinasi / kambuh.
j.        Menjelaskan akibat / kerugian tidak patuh minum obat, yaitu
kejadian halusinasi / kambuh.
k.      Minta klien menyebutkan kembali keuntungan patuh minum obat
dan kerugian tidak patuh minum obat.
l.        Member pujian tiap kali klien benar.

3. Terminasi
a.       Evalusi
                                                            1.      Terapis menanyakan perasan klien setelah mengikuti
TAK.
                                                            2.      Terapis menanyakan jumlah cara mengontrol halusinasi
yang sudah dipelajari.
                                                            3.      Terapis memberikan pujian atas keberhasilan kelompok.
b.      Tindak lanjut
Menganjurkan klien menggunakan empat cara mengontol
halusinasi, yaitu menghardik, melakukan kegiatan harian,
bercakap-cakap, dan patuh minum obat.
c.       Kontrak yang akan datang
                                                            1.      Terapis mengakhiri sesi TAK stimulasi persepsi untuk
mengontrol halusinasi.
                                                            2.      Buat kesepakatan baru untuk TAK yang lain sesuai
dengan indikasi klien.
 

J. EVALUASI DAN DOKUMENTASI


a. Evaluasi
Evalusi dilakukan saat proses TAK berlangsung, khususnya pada tahap kerja.
Aspek yang dievaluasi adalah kemampuan halusinasi Sesi 5, kemampuan klien yang
diharapkan adalah menyebutkan lima benar cara minum obat, keuntungan minum
obat, dan akibat tidak patuh minum obat. Gunakan formulir evaluasi yang ada.
b. Dokumentasi
Dokumentasi kemampuan yang dimiliki klien pada catatan proses
keperawatan tiap klien. Contoh: klien mengikuti Sesi 5 benar cara minum
obat, manfaat minum obat, dan akibat tidak patuh minum obat (kambuh).
Anjurkan klien minum obat dengan cara yang benar.

b. Format Evaluasi
Sesi 5: TAK
Stimulasi persepsi: halusinasi
Kemampuan patuh minum obat untuk mencegah halusinasi
 
Menyebutkan Menyebutkan Menyebutkan
No Nama klien lima benar cara keuntungan akibat tidak patuh
minum obat minum obat minum obat
1      
2      
3      
4      
5      
6      
7      
8        
Petunjuk:
        1.  Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama klien.
        2.  Untuk tiap klien, beri penilaian tentang kemampuan menyebutkan lima
benar cara minum obat, keuntungan minum obat, dan akibat tidak patuh
minum obat. Beri tanda (V) jika klien mampu dan beri tanda (X) jika
klien tidak mampu.

c. Dokumentasi
Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien pada catatan
proses keperawatan tiap klien.Contoh klien mengikuti sesi 1, TAK
stimulasi persepsi halusinasi. Klien mampu menyebutkan atas
kemampuan mengenal suara dan halusinasi : isi, waktu, situasi dan
perasaan klien. Anjurkan klien untuk menggunakan cara cara untuk
menghardik halusinasinya.
DAFTAR PUSTAKA

Budi, Anna Keliat. 2014. Keperawatan jiwa terapi aktivitas kelompok.


Jakarta: EGC
Herawaty, Netty. 1999. Materi Kuliah Terapi Aktivitas Kelompok. Jakarta:
EGC.
Stuart, Gail Wiscart & Sandra J. Sundeen. 1995. Buku Saku Keperawatan
Jiwa. Edisi 3.Jakarta : EGC
Riskesdas DKI Jakarta tahun 2013
Kemampuan Mengenal Halusinasi

Menyebutkan Halusinasi

No Nama Klien

Isi Waktu Situasi Perasaan

1.

2.

3.

4.

5.

6.

Anda mungkin juga menyukai