Anda di halaman 1dari 33

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kesehatan reproduksi adalah keadaan sejahtera fisik, mental dan sosial

secara utuh, yang tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan dalam

semua hal yang berkaitan dengan sistem reproduksi, serta fungsi dan

prosesnya. Tujuan dari program kesehatan reproduksi remaja adalah untuk

membantu remaja agar memahami dan menyadari ilmu tersebut.1 Pengetahuan

tentang kesehatan reproduksi sangat penting bagi remaja. Pada masa ini,

remaja putri mengalami masa pubertas yang ditandai dengan menstruasi.

Sebelum atau sesudah menstruasi remaja putri dapat mengalami keputihan.

Remaja putri harus memahami tentang keputihan agar mereka tahu bagaimana

cara menjaga kebersihan oragn reproduksinya.2

Keputihan (leukorhea, white discharge atau flouralbus) merupakan gejala

yang berupa cairan yang dikeluarkan dari alat-alat genital yang tidak berupa

darah. Pengeluaran cairan ini sebagai keadaan faal dari saluran kelamin wanita.

Seluruh permukaan saluran kelamin wanita mempunyai kemampuan untuk

mengeluarkan cairan berupa lendir jenuh, tidak berwarna dan tidak berbau

busuk.3 Remaja merupakan fase perkembangan yang paling kompleks dengan

segala permasalahannya. Fase paling penting bagi remaja adalah masa

pubertas, dimana bagi remaja putri ditandai dengan matangnya organ

reproduksi. Kematangan organ reproduksi akan menjadi faktor pencetus flour

albus bagi remaja putri terutama masa sebelum dan sesudah haid.4
2

Sekresi keputihan fisiologis tersebut bisa cair seperti air atau kadang-

kadang agak berlendir, umumnya cairan yang keluar sedikit, jernih, tidak

berbau dan tidak gatal. Sedangkan keputihan yang tidak normal disebabkan

oleh infeksi biasanya disertai dengan rasa gatal di dalam vagina dan sekitar

bibir vagina bagian luar, kerap pula disertai bau busuk, dan menimbulkan rasa

nyeri sewaktu berkemih atau bersenggama. Keputihan yang normal memang

merupakan hal yang wajar. Namun keputihan yang tidak normal dapat menjadi

petunjuk adanya penyakit yang harus diobati.5

Faktor pencetus keputihan yaitu faktor infeksi diakibatkan karena kuman,

jamur, virus, parasit. Faktor noninfeksi diakibatkan karena masuknya benda

asing ke vagina seperti kebersihan daerah vagina yang kurang, jarang

mengganiti celana dalam dan pembalut saat menstruasi. Kebersihan area

genetalia memiliki peran penting dalam memicu terjadinya infeksi.

Pengetahuan remaja putri yang kurang mengenai perawatan genetalia akan

mempengaruhi rendahnya kesadaran tentang pentingnya merawat kebersihan

organ reproduksi dan hal ini berpengaruh pada kebiasaan remaja yang

berakibat terjadinya masalah pada daerah kewanitaan.6

Keputihan dapat disebabkan oleh gangguan hormon, stres, kelelahan

kronis, peradangan alat kelamin, serta ada penyakit dalam organ reproduksi

seperti kenaker leher rahim, menimbulkan rasa tidak nyaman serta

memperngaruhi rasa percaya diri pada wanita. 7 Upaya pencegahan keputihan

yang dapat diberikan seperti konseling, memberikan pengetahuan tentang

kesehatan reproduksi dan menyediakan pelayanan kesehatan peduli remaja


3

yang dapat memenuhi kebutuhan remaja termasuk pelayanan untuk kesehatan

reproduksi.8

Di Indonesia sekitar 90% wanita berpotensi mengalami keputihan karena

negara Indonesia adalah negara beriklim tropis, sehingga jamur mudah tumbuh

dan berkembang yang mengakibatkan banyaknya kasus keputihan pada

perempuan. Data Survei Kesehatan Reproduksi Remaja Indonesia (SKRRI)

tahun 2010 menunjukan bahwa wanita yang rentan mengalami keputihan yaitu

wanita yang berusia 15 – 24 tahun.9 Kejadian keputihan di Indonesia semakin

menigkat. Pada tahun 2002 sebanyak 50% wanita Indonesia pernah mengalami

keputihan, kemudian pada tahun 2003 meningkat menjadi 60%, pada tahun

2006 meningkat menjadi 70% wanita Indonesia pernah mengalami keputihan

setidaknya sekali dalam kehidupannya. World Health Organization (WHO)

memperkirakan satu dari 20 remaja putri di dunia menderita keputihan yag

berupa cairan berwarna putih susu, kekuningan dan kehijauan diserai rasa

gatal, panas dan rasa perih pada saat berkemih pada setiap tahunnya. Menurut

survey demografi kasus keputihan terdapat 200 kasus, sekitar 95% kasus yang

mengalami gejala keputihan dengan rasa gatal.10

Badan Pusat Statistik Indonesia menyatakan bahwa tahun 2012 dari 43,3

juta jiwa remaja berusia 15 – 24 tahun 83,3% pernah berhubungan seksual,

yang merupakan penyebab terjadinya keputihan. Wanita di dunia pada tahun

2013 pernah mengalami keputihan sekitar 75%, sedangan wanita Eropa pada

tahun 2013 mengalami keputihan sekitar 25%. Gejala keputihan juga dialami

oleh wanita yang belum menikah atau remaja putri yng berumur 15 – 24 tahun
4

yaitu sekitar 31,8%. Departemen Kesehatan Indonesia menyatakan kejadian

keputihan banyak dialami oleh para remaja putri usia produktif, angka kejadian

keputihan di Indonesia memiliki angka yang lebih tinggi dibandingkan dengan

Negara lain.11

Penelitian yang dilakukan oleh Somia Gul menyatakan salah satu

penyebab dari keputihan adalah kebersihan diri yang buruk. 12 Penelitian yang

dilakukan oleh Sahin Sevil juga menyatakan frekuensi infeksi genetalia lebih

besar (38,1%) pada mereka yang membersihkan area genetalia dengan salah

dan sekitar (35,1%) pada mereka yang membersihkan area genetalia dengan

benar.13

Dengan adanya masalah tersebut siswi bisa mendapatkan informasi dari

sekolahan, misalnya dari mata pelajaran biologi yang membahas kesehatan

reproduksi antara lain tentang keputihan fisioligis. Yang meliputi pengertian

tentang keputihan fisiologis dan penyebab dari keputihan tersebut, dengan

demikian para siswi dapat memeriksakannya ke petugas kesehatan seperti

bidan yang berada di desa jika terjadi keputihan yang abnormal.

Berdasarkan fenomena di atas, maka penulis ingin membahas mengenai

keputihan/flour albus yang terjadi terhadap mahasiswa dan bagaimana

pengananannya.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah yang dapat diambil

adalah bagaimana cara mencegah dan mengatasi masalah keputihan pada

remaja?
5

C. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

Untuk memberikan pengetahuan cara mencegah dan mengatasi keputihan

pada remaja

2. Tujuan Khusus

Memberikan informasi mengenai keputihan yang terdiri dari:

a. Definisi Keputihan

b. Gejala Keputihan

c. Penyebab Keputihan

d. Jenis Keputihan

e. Pengobatan Keputihan

f. Cara Mengatasi Keputihan

D. Manfaat

1. Bagi Tenaga Kesehatan

Makalah ini dapat dijadikan sebagai bahan masukan dan pertimbangan

bagi tenaga kesehatan terutama bidan dalam melakukan asuhan

kebidana tentang mencegah dan mengatasi keputihan pada remaja.

2. Bagi Masyarakat

Makalah ini dapat menambah wawasan masyarakat khususnya para

remaja tentang pentingnya pengetahuan cara merawat alat kelaminnya

3. Bagi Penulis Selanjutnya


6

Makalah ini dapat menambah bahan bacaan dan wawasan mengenai

pencegahan dan mengatasi keputihan pada remaja.

BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Keputihan

1. Definisi Keputihan

Keputihan adalah cairan yang keluar dari vagina. Dalam keadaan

biasa, cairan ini tidak sampai keluar, namun belum tentu bersifat

patalogis. Pengertian yang lain dari keputihan adalah:

a. Setiap cairan yang keluar dari vagina selain darah. Dapat berupa

secret, transudasi atau eksudat dari organ lesi di saluran genital

b. Cairan normal vagina yang berlebih, jadi hanya meliputi sekresi dan

transudasi yang berlebih dan tidak termasuk eksudat

Keputihan (flour albus) adalah gejala keluarnya getah atau cairan

vagina yang berlebihan sehingga sering menyebabkan celana dalam

basah14

2. Gejala Keputihan15

a. Keluarnya cairan berwarna putih kekuningan atau putih kelabu dari

saluran vagina. Cairan ini berupa encer tau kental dan kadang-kadang

berbusa. Gejala ini merupakan proses normal sebelum atau sesudah

haid pada wanita tertentu.

b. Pada penderita tertentu terdapat rasa gatal


7

Biasanya keputihan yang normal tidak disertai rasa gatal, keputihan

juga dapat dialami oleh wanita yang lemah atau daya tahan tubuhnya

rendah. Sebagian besar cairan berasal berasal dari leher rahim,

walaupun ada yang berasal dari vagina yang terinfeksi atau alat

kelamin luar. Remaja putri biasanya mengalami keputihan sesaat

sebelum masa pubertas dan biasanya gejala ini akan hilang dengan

sendirinya.

3. Penyebab Keputihan16

a. Perilaku tidak higienis, air cebok tidak bersih, celana dalam tidak

menyerap keringat, penggunaan pembalut yang kurang baik.

b. Stres sehingga daya tahan tubuh rendah

c. Diabetes, wanita penderita diabetes sangat rentan terhadap keputihan

karena kadar gula dalam darah mereka tinggi atau tidak terkendali.

Bila kadar glukose menjadi terlalu tinggi, gula memilih ke dalam urin.

Ginjal harus menyediakan lebih banyak urin untuk membawa glukose

ini. Tubuh perlu menggantikan jumlah urin yang berlebihan yang

dhasilkan oleh penderita diabetes. Rasa haus dan keinginan untuk

buang air kecil yang meningkat merupakan gejala dini terjadinya

keputihan

d. Hamil

Hormon kehamilan mempersiapkan vagina supaya distensi selama

persalinan dengan memproduksi mukosa vagina yang tebal, jaringan

ikat longgar dan hipertropi otot polos. Deskuamasi (eksfoliasi) sel-sel


8

vagina yang kaya glikogen terjadi akibat stimulasi estrogen. Sel-sel

yang tanggal ini membentuk rabas vagina yang kental dan berwarna

keputihan yang disebut leukore.

e. Mengkonsumsi obat-obatan hormonal seperti pil KB

f. Alergi pada benda-benda yang dimasukan secara sengaja atau tidak ke

dalam vagina misalnya tampon, obat atau alat konstrasepsi, rambut

kemaluan, serta benang dari selimut, celana dan lainnya.

g. Luka misalnya tusukan, benturan, tekanan atau irisan yang

berlangsung lama pada vagina

h. Infeski, dipicu oleh bakteri, kuman atau parasit

Infeksi pada saluran reproduksi wanita dikelompokkan menjadi

tiga golongan besar, yaitu:

1) Non-penyakit hubungan seksual (non-PHS)

Bagian luar alat kelamin merupakan tempat yan rawan. Jika

dibanding dengan bagian tubuh lainnya. Perawatan bagian ini

sering terbaikan. Selain lembab, di daerah ini bermuara dua

saluran pembuangan, yaitu dubur/anus dan lubang kencing yang

berfungsi membuang sisa-sisa pencernaan makanan dalam bentuk

tinja dan air kencing. Jika tidak dibersihkan secara sempurna, pada

dubur/anus selalu ditemukan berbagai bakteri, jamur dan parasit,

seperti cacing kremi dan telurnya yang bisa menjalar ke sekitar

organ kelamin. Hal ini dapat menyebabkan terjadinya infeksi


9

gejala keputihan. Infeksi ini di golongkan sebagai non-PHS. Ada

beberapa infeksi PHS yang sering dialami wanita, yaitu:

a) Vaginitis

Penyebabnya adalah pertumbuhan bakteri normal yang

berlebihan pada vagina. Dengan gejala vagina encer, berwarna

kuning kehijauan, berbusa dan berbau busuk, vulva agak

bengkak, kemerahan, gatal dan terasa tidak nyaman, serta

nyeri saat berhubungan seksual atau saat kencing.

b) Candidiasis

Penyebabnya berasal dari candida albican. Gejalanya

adalah keputihan berwarna putih susu, bergumpal seperti susu

basi, disertai rasa gatal dan kemerahan pada kelamin dan

disekitarnya. Pada keadaan normal jamur ini terdapat di kulit

maupun dalam liang kemaluan wanita. Namun, pada keadaan

tertentu, jamur ini meluas sehingga menimbulkan keputihan.

c) Trichomoniasis

Penyebabnya adalah parasit Trichomonas vaginalis.

Penularan melalui hubungan seksual. Keputihan jenis ini

bersifat khas yaitu jumlah banyak, warna kuning kehijauan,

bau tak sedap, sakit saat melakukan hubungan seksual dan

gatal.14

2) Penyakit hubungan seksual


10

Fungsi vagina sebagai alat untuk melakukan senggama

terkadang mengalami pelecetan setiap kali melakukan senggama.

Vagina juga menampung air mani yang dikeluarkan oleh

pasangannya. Adanya pelecetan dan kontak mukosa (selaput

lendir) vagina dengan air mani merupakan pintu masuk (port

d’entre) mikroorganisme penyebab PHS.

3) Infeksi iatrogenik

Infeksi ini timbul jika penyebab infeksi (bakteri atau

mikroorganisme) lain masuk melalui medis, seperti haid, abortus

yang disengaja, insersi IUD, saat melahirkan, infeksi pada saluran

reproduksi bagian bawah yang terdorong sampai ke serviks atau

sampai pada saluran reproduksi bagian atas.

i. Penggunaan antibiotik yang berlebihan, ini meyebabkan populasi

bakteri di daerah vagina ikut mati. Bakteri doderlein lactobacillus di

daerah vagina bertugas menghasilkan asam laktat agar jamur tidak

bisa hidup. Bila bakteri mati, jamur akan tumbuh subur. Kebiasaan

menggunakan produk pencuci kewanitaan yang umumnya bersifat

alkalis juga dapat menurunkan keasaman daerah vagina. PH keasaman

normal antara 3,5 – 4,5.

4. Jenis Keputihan

Keputihan terdiri dari 2 jenis, yaitu:

a. Keputihan normal (keputihan fisiologis)


11

Keputihan normal merupakan respon tubuh normal yang biasa

keluar sebelum, saat dan sesudah masa siklus haid. Ciri yang lain

yaitu, lendir bening, tidak berwarna, tidak berbau, tidak gatal, dan

jumlahnya tidak berlebihan.

b. Keputihan abnormal (keputihan patologis)

Di dalam vagina juga hidup kuman pelindung, disebut flora

dodeleins. Dalam keadaan normal flora ini menjaga keseimbangan

ekosistem vagina. Namun keseimbangan itu dapat terganggu,

sehingga cairan yang keluar berlebihan. Keputihan yang patologis

mempunyai ciri-ciri: jumlahnya banyak, timbul terus menerus,

warnanya berubah (misalnya kuning, hijau, abu-abu, menyerupai

susu/yogurt) disertai adanya keluhan (gatal, panas, nyeri) serta

berbau.15

Efek yang timbul dapat berupa nyeri di perut, panggul, pinggang

atau alat kelamin luar merupakan gejala kelainan ginekologik.4

5. Pengobatan keputihan

Pengobatan keputihan terdiri dari, yaitu:15

a. Jika keputihan masih ringan, bisa menggunakan sabun atau larutan

antiseptik khusus pembilas vagina seperlunya. Penggunaan berlebihan

akan mematikan flora normal dan mengganggu keasaman vagina.

Konsultasi ke dokter sehingga akan diperoleh pengobatan paling tepat

untuk mengatasi gangguan keputihan patologis dan infeksi sesuai

dengan penyebabnya. Jenis obat dapat berupa sediaan oral berupa


12

tablet atau kapsul, topical seperti krem yang dioleskan dan uvula yang

langsung dimasukkan ke liang vagina.

b. Bagi yang sudah berkeluarga, lakukan pemeriksaan bersama pasangan

c. Jika masih belum sembuh, lakukan uji resistensi obat dan mengganti

dengan obat lain. Ada kemungkinan kuman ternyata resisten terhadap

obat yang diberikan

d. Penderita yang sudah menikah dan melakukan hubungan seksual

secara rutin

e. Jika positif terkena virus, bisa dilanjutkan dengan pemeriksaan mulut

rahim. Sebagai penunjang di lakukan pula tes urin dan tes darah

f. Melakukan pola hidup sehat agar daya tahan tubuh mendukung proses

pengobatan

6. Cara mencegah keputihan

Banyak wanita mengeluhkan keputihan sangat tidak nyaman, gatal,

berbau bahkan terkadang perih. Salah satu penyebabnya yaitu masalah

kebersihan pada organ intim. Bila ingin terhindar dari keputihan, wanita

harus selalu menjaga kebersihan daerah genetalia.

Cara mencegah keputihan di antaranya adalah:

a. Membersihkan organ intim dengan pembersih yang tidak

mengganggu kestabilan PH di sekitar vagina

b. Menghindari pemakaian bedak pada organ kewanitaan dengan tujuan

agar vagina harum dan kering sepanjang hari

c. Selalu mengeringkan bagian vagina sebelum memakai celana dalam


13

d. Menggunakan celana dalam yang kering, jika celana dalam basah

segera ganti celana dalam dengan yang kering dan bersih

e. Menggunakan celana dalam yang bahannya menyerap keringat seperti

bahan katun

f. Saat haid sering mengganti pembalut

g. Menggunakan panty liner saat diperlukan saja

h. Memakai celana jeans dapat membuat pori-pori rapat, lebih baik

memakai rok atau celana dari bahan non jeans agar sirkulasi udara di

sekitar organ intim bergerak leluasa.15

Cara untuk mencegah keputihan dengan vulva hygiene, sebagai berikut:17

a. Penggunaan pakaian dalam

Pakaian dalam yang digunakan sebaiknya terbuat dari bahan yang

menyerap keringat, misalnya dari bahan katun atau kaos. Kain yang

tidak menyerap keringat akan menimbulkan rasa panas dan lembab.

b. Memotong bulu pubis

Dengan mencukur bulu pubis, kebersihan bulu akan selalu terjaga

sehingga tidak menjadi kehidupan kutu da jasad renik serta aroma

yang tidak sedap. Bulu pubis yang terlalu panjang dan lebat

(khususnya bagi remaja putri) akan selalu terpapar oleh urine saat

buang air kecil.

c. Penggunaa pembalut wanita


14

Pada saat haid remaja putri harus memakai pembalut wanita yang

bersih. Pilih pembalut yang tidak berwarna dan wangi. Setelah buang

air kecil atau air besar, ganti dengan pembalut yang bersih (baru)

B. Vulva Hygiene

1. Definisi vulva hygiene

Vulva hygiene merupakan suatu tindakan untuk memelihara

kebersihan organ kewanitaan bagian luar (vulva) yang dilakukan untuk

mempertahankan kesehatan dan mencegah infeksi.16

2. Cara vulva hygiene

Cara membersihkan daerah kewanitaan yang terbaik ialah:15

a. Mencuci tangan sebelum menyentuh vagina

b. Membasuh dengan air bersih. Satu hal yang harus diperhatikan dalam

membasuh daerah kewanitaan, terutama setelah buang air besar

(BAB), yaitu dengan cara membasuh dari arah depan ke belakang

(dari vagina kearah anus), bukan sebaliknya. Karena jika terbalik arah

membasuhnya, maka kuman dari daerah anus akan terbawa ke depan

dan dapat masuk ke dalam vagina

c. Apabila membersihkan daerah kewanitaan menggunakan sabun,

sebaiknya dibagian luarnya saja. Setelah memakai sabun, sebaiknya

dibasuh dengan air sampai bersih (sampai tidak ada lagi sisa sabun

yang tertinggal) akan menimbulkan penyakit. Setelah dibasuh

dikeringkan dengan handuk atau tissue tetapi jangan digosok-gosok.


15

d. Jika ingin menggunakan bedak, cara yang terbaik adalah dengan

mengusapkan dulu ke telapak tangan, setelah itu usapkan ke daerah

lipatan paha yang biasanya lembab dan teriritasi. Hal ini untuk

menghindari supaya bedak tidak masuk dalam vagina.

e. Apabila menggunakan WC umum, sebaiknya sebelum duduk disiram

terlebih dahulu WC tersebut (di-flushing) baru kemudian digunakan.

f. Pemakaian celana dalam ketat sebaiknya dihindari, karena

menyebabkan daerah kewanitaan menjadi lembab dan iritasi.

Sebaiknya celana dalam yang digunakan dari bahan katun

g. Apabila dipermukaan pembalut ada gumpalan darah sebaiknya segera

mengganti pembalut, karena gumpalan darah tersebut merupakan

tempat perkembangan bakteri dan jamur.

h. Tidak menggunakan handuk atau waslap orang lain untuk

mengeringkan vagina

i. Mencukur rambut kemaluan untuk mencegah kelembaban yang

berlebihan di daerah vagina

C. Remaja

1. Definisi remaja

Masa remaja merupakan berlangsung antara umur 12 tahun sampai

dengan 21 tahun bagi wanita dan umur 13 tahun sampai 22 tahun bagi

pria. Remaja berasal dari bahsa latin yaitu adolescence yang berarti

tumbuh atau tumbuh untuk mencapai kematangan. Untuk perkembangan

lebih lanjut istilah adolescence sesungguhnya memiliki arti luas,


16

mencakup kematangan mental, emosional, sosial dan fisik. Remaja adalah

suatu usia dimana individu menjadi terintegrasi ke dalam masyarakat

dewasa, suatu usia dimana anak tidak merasa bahwa dirinya di bawah

tingkat orang yang lebih tua melainkan merasa sama atau sejajar.18

Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa anak-anak ke masa

dewasa. Masa ini sering disebut dengan masa pubertas. Namun menurut

beberapa ahli, selain istilah pubertas juga digunakan istilah adolesens

(dalam bahasa inggris, adolescence). Para ahli meurmuskan istilah

pubertas digunakan untuk menyatakan perubahan biologis baik bentuk

maupun fisiologis yang terjadi dengan cepat dari masa anak-anak ke masa

dewasa, terutama perubahan reproduksi. Sedangkan istilah adolesens

lebih ditekankan pada perubahan psikososial atau kematangan yang

menyertai masa pubertas.

2. Fase masa remaja

Masa remaja dibagi menjadi 3 fase:19

a. Pra – pubertas (10 – 12 tahun)

Banyak anak gadis yang kurang mampu menyesuaikan diri dengan

lingkungannya, karena sering dihinggapi macam-macam perasaan

tidak berdaya dan konflik-konflik batin. Perasaan-perasaan cemas

akan hal-hal yang samar, rasa ketakutan, takhayul-takhayul, rasa

ketidakpastian disebabkan oleh kesadaran akan kebodohan dan

kelemahan diri sendiri, serta kurangnya pengalaman. Sering pula


17

disertai konflik-konflik batin, dan bentuk krisis berupa kehilangan

jasmaniah dan rokhaniah.

Disamping itu, terdapat pula gejala melemahnya ikatan-ikatan

afektif dengan orang tua. Anak-anak gadis cenderung untuk

membebaskan diri dari kehidupan fantasinya yang infatil. Fantasi-

fantasi ini dijadikan ke bentuk riil, misalnya: keras kepala atau

penolakan untuk melakukan sesuatu hal. Pengalaman ini di tambah

dengan perasaan positif kuat dan kesadaran akan AKU-nya, sehingga

muncul menentang dan memberontak. Periode ini disebut dengan

Trotzalter Kedua yang bercirikan: pemogokan, tidak patuh, keras

kepala, suka memprotes, melancarkan banyak kritik, sombong rasa

sudah “dewasa” dan sudah “besar”, acuh tak acuh, sembrono. Selain

itu juga timbul dorongan kuat menuntut pengakuan dirinya yang di

sertai emosi yang meluap-luap, amarah atau agresi yang kuat,

sentimen-sentimen, kebingungan, duka hati, suka melanggar, dan

menentang peraturan baik di rumah maupun di sekolah.

Jika upaya anak pra-pubertas untuk melepaskan diri dari ikatan-

ikatan dan ikatan identifikasi dengan ibunya itu mengalami kegagalan,

hal ini bisa menghambat pertumbuhan psikis dan selanjutnya

meninggalkan stempel neurotis serta infatil pada kepribadiannya pada

saat dewasa. Gejala neurotis tersebut antara lain:

1) Macam-macam gangguan fungsi pencernaan (dari nausea hingga

anorexia)
18

2) Gangguan pada saat menstruasi

3) Macam-macam phobia

4) Obsesi dan kompulsi

b. Masa pubertas (14 – 17 tahun)

Masa pubertas awal atau masa pubertas sebenarnya merupakan

suatu masa yang segera akan dilanjutkan oleh masa adolesensi yang

disebut pula sebagai masa puber lanjut. Masa pubertas tidak dapat

dipastikan kapan mulainya dan kapan berakhir. Proses organis yang

paling penting pada masa ini adalah kematangan seksual. Pada saat

pertumbuhan ini anak muda mengalami satu bentuk krisis yaitu

kehilangan keseimbangan jasmani dan rohkani. Kadang-kadang

harmoni dan fungsi motorik juga terganggu. Lalu terlihat gejala-gejala

seperti canggung, kaku kikuk, tegar, muka tampak kasar dan buruk.

Selanjutnya juga timbul minat dan emosi heterokseksual, yakni ada

hubungan antara:

1) Diri sendiri

2) Obyek cinta kasih dengan wanita (ibu dan teman gadis)

3) Obyek cinta dengan seorang pemuda

Gejala penting lainnya pada usia pubertas ini adalah proses

identifikasi yang bervariasi bentuknya. Identifikasi ini bisa bermanfaat

karena bisa memperkuat pertumbuhan AKU-nya. Akan tetapi jika

terlampau cepat, kaku dan melekat bisa mengakibatkan pengingkaran

terhadap kepribadian sendiri.


19

c. Adolesensi (17 – 19/21 tahun)

Pada masa adolesensi anak mulai menemukan nilai-nilai hidup

baru, sehingga semakin jelas pemahaman tentang diri sendiri. Ia mulai

bersikap kritis terhadap obyek-obyek diluar dirinya dan ia mampu

mengambil sintese anata dunia luar dan internal. Secara obyektif dan

aktif ia melibatkan diri dengan kegiatan diluar dengan mencoba

mendidik dirinya sendiri. Pada fase perkembangan ini dibangun dasar-

dasar yang definitive (esensial, menentukan) bagi pembentukan

kepribadiannya.

Pada usia ini yang sangat dibutuhkan oleh anak adanya pendidikan

dari orang tua yang berkepribadian yang sederhana serta jujur, yang

tidak terlampau banyak menuntut kepada anak didiknya dan

membiarkan anak tumbuh dan berkembang sesuai dengan irama

perkembangan dan modratnya sendiri. Yang penting saat ini adalah

membiarkan anak gadis menghayati pengalaman-pengalaman sendiri

sehingga mampu menemukan arti dan nilai-nilai tertentu untuk

menentukan sikap dan tujuan hidup sendiri.

3. Tugas – tugas perkembangan remaja

Tugas perkembangan adalah tugas yang muncul pada saat atau pada

periode tertentu dalam kehidupan seorang individu. Apabila berhasil akan

menimbulkan rasa bahagia dan membawa ke arah keberhasilan dalam

melaksanakan tugas-tugas berikutnya. Tetapi apabila gagal akan

menimbulkan rasa tidak bahagia dan kesulitan dalam menghadapi tugas-


20

tugas berikutnya. Beberapa tugas perkembangan remaja adalah sebagai

berikut:

a. Menjalin hubungan baru yang lebih matang dengan teman sebaya baik

pria mapun wanita

b. Mempelajari peran sosial sesuai dengan jenis kelaminnya sebagai pria

atau wanita

c. Menerima keadaan fisiknya dengan menjaga dan melindungi dirinya

sendiri serta mempu menggunakan secara efektif

d. Belajar tidak bersifat kekananan dan tidak menggantungkan diri pada

orang tua

e. Mengembangkan ketrampilan yang intelektual, seperti

mengembangkan konsep tentang hukum, politik, ekonomi dan

kemasyarakatan.18

4. Karakteristik umum perkembangan remaja18

Masa remaja sering dikenal dengan masa mencari jati diri, ini terjadi

karena masa remaja merupakan peralihan antara masa kehidupan anak-

anak dan masa kehidupan orang dewasa. Ditinjau dari segi fisiknya,

mereka sudah bukan anak-anak lagi melainkan sudah seperti orang

dewasa, tetapi jika mereka diperlakukan seperti orang dewasa dan

ternyata belum menunjukan sikap dewasa. Oleh karena itu, ada sejumlah

sikap yang ditunjukan oleh remaja yaitu:

a. Kegelisahan
21

Sesuai dengan fase perkembangannya, remaja mempunyai banyak

idealism, angan-angan atau keinginan yang hendak diwujudkan

dimasa depan. Namun sesungguhnya remaja belum banyak memiliki

kemampuan untuk mewujudkan semua itu. Seringkali angan-angan

dan keinginannya lebih besar dibandingkan dengan kemampuannya.

Selain itu, disatu pihak mereka ingin mendapatkan pengalaman

sebanyak-banyaknya untuk mendapatkan pengetahuan, tetapi dipihak

lain mereka merasa belum mampu melakukan berbagai hal dengan

baik sehingga tidak berani mengambil tindakan mencari pengalaman

langsung dari sumbernya. Tarik-menarik antara angan-angan yang

tinggi dengan kemampuannya yang masih belum memadai

mengakibatkan mereka diliputi perasaan gelisah.

b. Pertentangan

Sebagai individu yang mencari jati diri, remaja berada pada situasi

psikologis antara ingin melepaskan diri dari orang tua dan merasa

masih belum mampu untuk mandiri. Oleh karena itu, pada umumnya

remaja sering mengalami kebingungan karena sering terjadi

pertentangan pendapat antara mereka dengan orang tua. Pertentangan

yang sering terjadi ini menimbulkan keinginan remaja untuk

melepaskan diri dari orangtua kemudian ditentangnya sendiri karena

dalam diri remaja ada keinginan untuk memperoleh rasa aman.

Remaja sebenarnya belum berani mengambil resiko dari tindakan

untuk meninggalkan lingkungan keluarganya yang jelas aman bagi


22

dirinya. Tambahan pula keinginan melepaskan diri itu belum disertai

kesanggupan untuk berdiri sendiri tanpa bantuan orang tua dalam soal

keuangan.

c. Mengkhayal

Keinginan untuk menjelajah dan berpetualang tidak semuanya

tersalurkan. Biasanya ada hambatan dari segi keuangan atau biaya.

Sebab, menjelajah lingkungan sekitar yang luas akan membutuhkan

biaya yang banyak, padahal kebanyakan remaja hanya memperoleh

uang dari pemberian orang tuanya. Akibatnya, mereka lalu

mengkhayal, mencari kepuasan, bahkan menyalurkan dunia

khayalannya melalu dunia fantasi. Khayalan remaja putra biasanya

berkisar pada orestasi dan jenjang karir sedangkan pada remaja putri

lebih mengkhayalkan romatika hidup. Khayalan ini tidak selamanya

bersifat negatif, sebab khayalan ini kadang-kadang menghasilkan

sesuatu yang bersifat konstruktif, misalnya timbul ide-ide tertentu

yang dapat direalisasikan.

d. Aktivitas kelompok

Berbagai keinginan para remaja seringkali tidak terpenuhi karena

bermacam-macam kendala dan yang sering terjadi adalah tidak

tersedianya biaya. Adanya larangan dari orang tua sering melemahkan

atau bahkan mematahkan semangat para remaja. Kebanyakan remaja

menemukan kesulitannya setelah mereka berkumpul dengan teman

sebaya untuk melakukan kegiatan bersama. Mereka melakukan suatu


23

kegiatan secara berkelompok sehingga berbagai kendala dapat diatasi

bersama-sama.

e. Keinginan mencoba segala sesuatu

Pada umumnya, remaja mempunyai rasa ingin tahu yang tinggi

(High Curiosity). Karena didorong oleh rasa ingin tahu yang tinggi,

remaja cenderung ingin bertualang, menjelajah segala sesuatu yang

belum pernah dialaminya. Selain itu didorong oleh keinginan seperti

orang dewasa sehingga menyebabkan remaja ingin melakukan seperti

yang dilakukan oleh orang dewasa. Akibatnya dilakukan secara

sembunyi-sembunyi, misalnya remaja pria mencoba merokok karena

sering melihat orang dewasa melakukannyadan remaja putri mencoba

memakai kosmetik meskipun sekolah melarang.

5. Pengetahuan remaja

Pengetahuan (knowlodge) adalah hasil tahu dari manusia yang

menjawab pertanyaan saja. Sedangkan pengetahuan remaja merupakan

hasil dari proses belajar baik dari pengalaman maupun pendidikan formal

yang dapat merubah perilaku remaja tersebut.

Semakin tinggi pengetahuan seseorang semakin tinggi pula keinginan

untuk mengetahui segala sesuatu. Dimana pengetahuan merupakan hasil

tahu dan ini terjadi setelah remaja belajar, baik dari pengalaman maupun

dari proses belajar. Selain itu, pengetahuan sendiri dipengaruhi oleh faktor

pendidikan formal dimana semakin tinggi pendidikan maka semakin luas

pengetahuannya.18
24

BAB III
ASUHAN KEBIDANAN

ASUHAN KEBIDANAN PADA REMAJA DENGAN


KEPUTIHAN NORMAL NN.N UMUR 18 TAHUN
DI PUSKESMAS BUARAN

Dilaksanakan pada :

Hari/tanggal : Senin, 14 Oktober 2019

Jam : 10.00 WIB

Tempat : Di Puskemas Buaran

Identitas Pasien

1. Biodata Pasien

Nama : Nn.N

Umur : 18 tahun

Agama : Islam
25

Suku / Bangsa : Jawa / Indonesia

Pendidikan : SMA

Pekerjaan : Pelajar

Alamat : Jl Raya Pekajangan

2. Biodata Penanggungjawab

Nama : Tn.M

Umur : 54 tahun

Agama : Islam

Suku / Bangsa : Jawa / Indonesia

Pendidikan : SD

Pekerjaan : Swasta

Alamat : Jl Raya Pekajangan

A. Subjektif (S)

1. Nn. N mengatakan berusia 18 tahun

2. Nn. N mengatakan belum pernah menikah

3. Nn. N mengatakan keluar cairan kental, berwarna putih keruh, gatal

berbau sejak 1 minggu ini

4. Nn. N mengatakan merasa anyang-anyangan dan terasa panas

5. Nn. N mengatakan merasa tidak nyaman dengan keadaan ini

B. Objektif (O)

a. Keadaan umum : baik

b. Tingkat kesadaran : composmentis

c. Tanda-tanda vital
26

Tekanan darah : 100/70 mmHg

Suhu : 36,7 0C

Nadi : 80 kali / menit

RR : 20 kali / menit

d. TB : 155 cm

BB : 45 kg

e. Pengeluaran pervaginam : ada cairan lendir kental, putih keruh, dan

berbau

C. Assesment (A)

Nn. N umur 18 tahun dengan gangguan sistem reproduksi Flour Albus

D. Planning (P)

Hari / tanggal : Senin, 14 Oktober 2019

Pukul : 10.05 WIB

1. Berikan penjelasan pada Nn. N tentang hasil pemeriksaan

2. Beri KIE tentang cara menjaga kebersihan daerah kewanitaannya agar

tetap bersih dan kering

3. Beri dukungan moril pada Nn. N sehubungan dengan kondisinya

4. Beri penjelasan pada Nn. N agar tidak menggaruk daerah

kewanitaannya bila merasa gatal

5. Kolaborasi dengan dokter untuk memberikan terapi untuk keputihan

yang dialami

6. Anjurkan kontrol ulang 3 hari lagi


27

E. Implementasi

Hari/tanggal : Senin, 14 Oktober 2019

Pukul : 10.10 WIB

1. Menjelaskan kepada Nn. N tentang hasil pemeriksaan bahwa Nn. N

mengalami keputihan yang tidak normal. Keputihan yang tidak normal

seperti vagina berwarna kemerahan, keluar cairan lendir kental, putih

keruh dan berbau.

2. Memberikan KIE tentang cara menjaga kebersihan daerah kewanitaannya

yaitu dengan cara menjaga kebersihan daerah kewanitaannyayaitu

dengan cara cebok dengan benar dari depan ke belakang agar kuman

yang ada di anus tidak berpindah ke vagina, menggunakan celana yang

pas, selalu mengganti celana dalam minimal 2 kali sehari, dan

menghindari handuk yang berganti-ganti dengan orang lain.

3. Memberikan dukungan moril pada Nn. N supaya tidak cemas bahwa

keputihannya akan sembuh.

4. Memberikan penjelasan pada Nn. N agar tidak menggaruk apabila alat

kelaminnya terasa gatal, hal ini dimaksudkan untuk menghindari

terjadinya luka agar terhindar dari infeksi.

5. Memberikan terapi obat yaitu:

CTM 100 mg 2x1 Sehari , 10 tablet

Metronidazol 500 mg 3x1 Sehari, 10 tablet

Amoxcilin 500 mg 3x1 Sehari , 10 tablet


28

6. Menjelaskan pada Nn. N untuk kontrol ualng 3 hari lagi, yaitu tanggal 17

Oktober 2019

F. EVALUASI

Hari/tanggal : Senin, 14 Oktober 2019

Pukul : 10. 30 WIB

1. Nn. N sudah mengerti tentang keadaannya

2. Nn. N mengerti dan mampu mengulang kembali penjelasan bidan serta

bersedia untuk melaksanakan anjuran cara menjaga alat kelaminnya

tetap bersih dan kering dan Nn. N bersedia memakai celana dalam yang

pas untuk menjaga daerah kewanitaannya agar tidak lembab dan

bersedia untuk tidak memakai handuk yang tidak berganti-ganti dengan

orang lain.

3. Nn. N sudah diberikan dukungan moril dan Nn. N merasa lebih tenang

4. Nn. N bersedia untuk tidak menggaruk daerah kewanitaannya saat

terasa gatal

5. Terapi obat sudah diberikan dan Nn. N bersedia minum obat secara

teratur

6. Nn. N bersedia untuk kontrol ualng 3 hari lagi pada tanggal 17 Oktober

2019
29

BAB IV
PEMBAHASAN

Pada pembahasan ini penulis akan menjelaskan kesenjangan yang ada dengan

cara membandingkan teori yang ada dengan praktik yang dilakukan dilahan.

Dalam menjelaskan kesenjangan tersebut penulis menggunakan SOAP yang

terdiri dari Data Subyektif, Data Obyektif, Assesment, Planning dan Evaluasi.

A. Data Subyektif

Pada kasus Nn. N umur 18 tahun, penulis melakukan pengkajian subyektif

yaitu keluhan berupa data subyektif. Data subyektif yaitu keluhan utama. Dari

anamnesa diketahui bahwa Nn.N dengan keluhan mengalami keputihan sejak 1

bulan yang lalu dan 1 minggu ini sering keluar lendir kental yang berlebihan,

berwarna putih keruh, berbau dan merasa gatal pada alat kelaminnya.

Pada tahap ini tidak terdapat kesenjangan antara teori dan lahan praktik,

karena pemeriksaan dilahan Nn. N datang dengan keluhan ingin mengetahui


30

tentang keputihan pada remaja sedangkan pada teori dijelaskan bahwa salah

satu penyebab terjadinya keputihan karena kurangnya pengetahuan Nn. N

tentang kebersihan dalam merawat alat kelaminnya.

B. Data Obyektif

Pada kasus Nn. N umur 18 tahun, penulis melakukan pengkajian data

obyektif yaitu hasil pemeriksaan dari Nn. N. Hasil pemeriksaan pada Nn. N

diperoleh keadaan umum baik, kesadaran composmentis, pemeriksaan tanda-

tanda vital TD 100/70 mmHg, Suhu 36,7 0C, Nadi 80x/mnt, Pernafasan

20x/mnt. Pada saat pemeriksaan vagina ada lendir kental menggumpal dan

berwarna putih keruh.

Pada Nn. n tidak dilakukan pemeriksaan penunjang apapun karena tidak

ada tanda-tanda yang mengarah ke infeksi vagina serta penanganan yang tepat.

Dalam pengkajian penulis menemukan kesenjangan antara tepri dan kasus pada

pemeriksaan penunjang. Menurut teori pemeriksaan penunjang harus

dilakukan, tetapi dalam kasus Nn. N tidak dilakukan pemeriksaan penunjang

pH vagina karena tidak ada tanda-tanda yang mengarah ke infeksi vagina

seperti panas, nyeri, bengkak, merah dan adanya kerusakan jaringan luka,

sehingga tidak perlu dilakukan pemeriksaan pH vagina.

C. Asesment

Pada kasus ini dari pengkajian telah ditegakan diagnosa kebidanan yaitu

Nn. N umur 18 tahun dengan gangguan sistem reproduksi Flour Albus.

Masalah yang timbul pada Nn. N adalah kecemasan pada pasien terhadap

keadaannya. Dari masalah yang timbul maka kebutuhan yang diberikan yaitu
31

dorongan moral dan informasi tentang Flour Albus. Dalam kasus ini penulis

tidak menemukan kesenjangan karena teori dan hasil studi kasus sudah sesuai.

D. Planning

Rencana asuhan yang dibeikan kepada gangguan reproduksi denga Flour

Albus menurut Shadine (2012), adalah jelaskan pola hidup sehat dengan diet

seimbang, hindari sex pranikah, jelaskan bagaimana membersihkan daerah alat

genital, jelaskan cara membasuh vagina dengan benar, jelaskan untuk tidak

sering menggunakan pencuci vagina, jelaskan untuk tidak menggunakan bedak,

jelaskan untuk tidak menggunakan barang-barang yang memudahkan

penularan, berikan terapi obat pada keputihan yaitu (Amoxcilin 500mg 3x1,

Metronnidazol 500mg 3x1)

Pada kasus Nn. N dengan gangguan sistem reproduksi Flour Albus ini

rencana dan tindakan yang diberikan adalah memberikan KIE tentang cara

menjaga kebersihan daerah kewanitaannya yaitu dengan cara cebok dengan

benar dari depan ke belakang agar kuman yang ada di anus tidak berpindah ke

vagina, menggunakan celana yang pas, selalu mengganti celana dalam minimal

2 kali sehari, dan menghindari handuk yang berganti-ganti dengan orang lain,

memberikan dukungan moril pada Nn. N supaya tidak cemas bahwa

keputihannya akan sembuh, memberikan penjelasan pada Nn. N agar tidak

menggaruk apabila alat kelaminnya terasa gatal, hal ini dimaksudkan untuk

menghindari terjadinya luka agar terhindar dari infeksi, memberikan terapi obat

yaitu CTM 2x1 100mg, Metronidazol 3x1 500mg, Amoxcilin 3x1 500mg,

menganjurkan kontrol ulang 3 hari lagi. Dalam kasus ini terdapat kesenjangan
32

antara pemberian terapi obat di lapangan dan studi kasus. Akan tetapi tidak

menghambat untuk melaksanakan asuhan berikutnya.

BAB V
PENUTUP

A. SIMPULAN

Setelah penulis melaksanakan asuhan kebidanan pada Nn. N umur 18 tahun

dengan gangguan reproduksi Flour Albus di Puskesmas Buaran di Pekalongan ,

maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Data subyektif diperoleh hasil wawancara pasien, dimana keluhan utama

adalah Nn. N datang ke Puskesmas Buaran dengan keluhan mengalami

keputihan sejak 1 bulan yang lalu dan 1 minggu ini sering keluar lendir

kental berlebihan, beerwarna putih keruh, berbau dan merasa gatal pada alat

kelaminnya.

2. Data obyektif didapatkan dari hasil pemeriksaan fisik yaitu keadaan umum

baik, kesdaran composmentis, tekanan darah 100/70 mmHg, Nadi 80x/mnt,

Pernafasan 20x/mnt, Suhu 36,7 0C, pada pemeriksaan genetalia terdapat

lendir kental, menggumpal, dan berwarna putih keruh.


33

3. Dalam interprestasi data didapatkan diagnosa pada Nn. N umur 18 tahun

dengan gangguan sistem reproduksi Flour Albus. Masalah yang timbul

adalah Nn. N merasa cemas dan tidak nyaman sehubungan dengan cairan

yang keluar dari vaginanya, sehingga kebutuhan yang diberikan yaitu

memberikan dukungan moril pada Nn. N dan konseling tentang keputihan.

4. Perencanaan dan pelaksanaan pada kasus Nn. N dengan Flour Albus adalah

memberitahu Nn. N tentang kondisinya, memberikan KIE tentang cara

menjaga kebersihan daerah genetalia agar tetap bersih dan kering.

Memberikan dukungan moril kepada Nn. N, memberikan penjelasan untuk

tidak menggaruk vagina bila terasa gatal, memberikan terapi untuk

keputihan yang dialaminya yaitu CTM 2x1 100mg, Metronidazol 3x1

500mg, Amoxcilin 3x1 500mg serta anjurkan untuk kontrol ulang 3 hari

setelah pemeriksaan.

B. SARAN

1. Bagi tenaga kesehatan khususnya bidan diharapkan bisa memberikan

asuhan kebidanan tentang mencegah keputihan pada remaja lebih baik lagi

sehingga tidak terjadi keputihan yang tidak normal di kemudian hari.

2. Bagi masyarakat khususnya para remaja diharapkan bisa lebih memahami

pengetahuan mengenai pencegahan keputihan pada remaja

3. Bagi penulis selanjutnya diharapkan dapat mengembangkan makalah

tentang mencegah dan mengatasi keputihan pada remaja menjadi lebih

edukatif.

Anda mungkin juga menyukai

  • Makalah Kespro
    Makalah Kespro
    Dokumen33 halaman
    Makalah Kespro
    mariyaammar
    Belum ada peringkat
  • Penyakit Asma
    Penyakit Asma
    Dokumen2 halaman
    Penyakit Asma
    mariyaammar
    Belum ada peringkat
  • GASTRITIS
    GASTRITIS
    Dokumen2 halaman
    GASTRITIS
    mariyaammar
    Belum ada peringkat
  • Sap DHF
    Sap DHF
    Dokumen4 halaman
    Sap DHF
    Pandega Ferdinata
    Belum ada peringkat
  • Kanker Payudara
    Kanker Payudara
    Dokumen2 halaman
    Kanker Payudara
    mariyaammar
    Belum ada peringkat
  • Malaria
    Malaria
    Dokumen2 halaman
    Malaria
    mariyaammar
    Belum ada peringkat
  • Malaria
    Malaria
    Dokumen2 halaman
    Malaria
    mariyaammar
    Belum ada peringkat
  • Malaria
    Malaria
    Dokumen2 halaman
    Malaria
    mariyaammar
    Belum ada peringkat
  • Malaria
    Malaria
    Dokumen2 halaman
    Malaria
    mariyaammar
    Belum ada peringkat
  • Herpes
    Herpes
    Dokumen5 halaman
    Herpes
    mariyaammar
    Belum ada peringkat
  • Herpes
    Herpes
    Dokumen5 halaman
    Herpes
    mariyaammar
    Belum ada peringkat
  • Definisi: Apa Itu Hipertensi (Tekanan Darah Tinggi) ?
    Definisi: Apa Itu Hipertensi (Tekanan Darah Tinggi) ?
    Dokumen2 halaman
    Definisi: Apa Itu Hipertensi (Tekanan Darah Tinggi) ?
    Gilang Muhammad
    Belum ada peringkat
  • Asma
    Asma
    Dokumen3 halaman
    Asma
    Yenny Maharani
    Belum ada peringkat
  • Anemia
    Anemia
    Dokumen4 halaman
    Anemia
    mariyaammar
    Belum ada peringkat
  • Hipertensi
    Hipertensi
    Dokumen1 halaman
    Hipertensi
    mariyaammar
    Belum ada peringkat
  • Asma
    Asma
    Dokumen3 halaman
    Asma
    Yenny Maharani
    Belum ada peringkat
  • DIARE
    DIARE
    Dokumen2 halaman
    DIARE
    Putri Jannah
    Belum ada peringkat
  • TBC
    TBC
    Dokumen2 halaman
    TBC
    mariyaammar
    Belum ada peringkat
  • Ispa
    Ispa
    Dokumen2 halaman
    Ispa
    mariyaammar
    Belum ada peringkat
  • Kusta
    Kusta
    Dokumen2 halaman
    Kusta
    mariyaammar
    Belum ada peringkat
  • Kata Pengantar
    Kata Pengantar
    Dokumen8 halaman
    Kata Pengantar
    mariyaammar
    Belum ada peringkat
  • Diabetes Alodokter
    Diabetes Alodokter
    Dokumen2 halaman
    Diabetes Alodokter
    Wirahadi Saputra
    Belum ada peringkat