Anda di halaman 1dari 8

JURNAL

PERBEDAAN ANGKA KARIES GIGI PADA SD GMIH TENDENG DAN


SD INPRES1 AKEDIRI KECAMATAN JAILOLO

Oleh: Samuel Nyata


Diedit oleh: Vergio San Savador Markus
NIM: 18011104037

Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado


Alamat, : Kampus UNSRAT, Bahu, Manado. Kode Pos, : 95115
ABSTRAK
Penyakit gigi dan mulut yang banyak diderita masyarakat Indonesia dewasa ini adalah berkaitan
dengan kebersihan mulut yang erat hubunganya dengan penyakit penyangga gigi dan penyakit
karies gigi. Angka kejadian penyakit gigi dan mulut Indonesia juga masih tinggi, sekitar 90%
penduduk Indonesia. Penduduk Indonesia juga pernah dilaporkan menderita penyakit gigi dan
mulut. Tujuan umum untuk mengetahui perbedaan angka kejadian karies gigi pada murid SD
GMIH Tedeng kecamatan Jailolo yang melakukan UKGS dan SD Inpres 1 Akediri kecamatan
Jailolo yang tidak melakukan UKGS. Tujuan khusus untuk mengidentifikasi angka kejadian
karies gigi pada kedua SD tersebut. Cara pengambilan sampel dengan menggunakan kembar
observasi pemeriksaan gigi (DMF-T). Metode penelitian yang digunakan adalah Deskriptif
Analitik dengan rancangan cross sectional study. Sampel adalah seluruh murid kelas I-VI SD
GMIH Tedeng berjumlah 90 murid dan seluruh murid kelas I-VI SD Inpres 1 Akediri berjumlah
90 murid, yang diambil secara purposive sampling. Berdasarkan perolehan data dari kedua SD
tersebut, maka disimpulkan bahwa pada sekolah yang melakukan UKGS SD GMIH Tedeng
mengalami karies gigi (80%), dan SD Inpres 1 Akediri yang mengalami Karies gigi (82,2%).
Saran harus ada tenaga UKGS dari Puskesmas dan Pembentukan UKGS. Pada setiap Sekolah
Dasar, pentingnya pengawasan dan perhatian dari orangtua, serta pihak sekolah.
Kata Kunci : Karies gigi, UKGS, SD

Pendahuluan sendiri (Depkes, 2004). Kesehatan


Angka kejadian penyakit gigi dan mulut di gigi di masyarakat seringkali
Indonesia masih tinggi. Hasil Survei dilalaikan oleh masyarakat, karena
Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) Tahun mereka menganggap bahwa sakit gigi
2001 menunjukan penyakit gigi dan mulut tidak menimbulkan kematian.
merupakan penyakit keenam paling banyak Data sekolah pada SD GMIH
dikeluhkan di Indonesia. Sekitar 90% Tedeng yang meletakan program
penduduk Indonesia juga dilaporkan pernah UKGS kelas I jumlah 26 siswa,
menderita penyakit gigi dan mulut yang jumlah karies 8 orang, kelas II jumlah
sifatnya agresif kumulatif serta 63% 28 siswa jumlah karies 14 orang,
penduduk memiliki karies gigi tidak diobati kelas III jumlah 27 siswa jumlah
dengan rata-rata 1,89% karies per orang karies 21 orang, kelas IV jumlah 26
(Astoeti, 2007). siswa jumlah karies 13 orang, kelas V
Upaya pelayanan kesehatan jumlah 26 siswa jumlah karies 11
gigi pada masyarakat/keluarga adalah orang, kelas VI jumlah 28 siswa
upaya kesehatan yang terutama jumlah karies 17 orang.
bersifat peningkatan, pencegahan dan Perbedaan angka kejadian
pengobatan darurat (emergency) karies gigi pada murid SD GMIH
dengan mengembangkan upaya Tedeng Kecamatan Jailolo yang
pelayanan yang bersumber pada melakukan UKGS dan SD Inpres 1
otoaktifitas masyarakat/keluarga itu Kecamatan Jailolo yang tidak
melakukan UKG.
yang dihadapi. Oleh karena itu karies
disebut karies ringan jika yang
terkena karies adalah daerah yang
memang sangat rentan terhadap
karies, misalnya permukaan oklusal
Teridentifikasi karies gigi pada murid SD gigi molar
GMIH Tedeng yang melakukan UKGS. permanen Table bagian
Teridentifikasi karies gigi pada murid SD (Tarigan, 1994). tingkatan karies
Inpres 1 Akediri yang tidak melakukan
UKGS.Dianalisis perbedaan angka kejadian
karies gigi pada murid SD GMIH Tedeng
yang melakukan UKGS dan SD Inpres 1
Akediri yang tidak melakukan UKGS,
sehingga dapat menjadi salah satu sumber Karies Superfisialis
informasi baru bagi para mahasiswa dalam
mengembangkan ilmu pengetahuan di Karies Media
bidang kesehatan gigi, dan diharapkan juga
dapat menjadi sumber penelitian
selanjutnya, dan diharapkan dapat secara Karies Profunda
praktis dapat memaparkan akan pentingnya
program usaha kesehatan gigi sekolah
Dikatakan moderat jika karies meliputi
sebagai salah satu upaya meningkatkan
permukaan oklusal dan proximal gigi
kesehatan gigi dan mulut murid sekolah,
posterior dan dikatakan parah jika telah
diantaranya karies gigi.
menyerang gigi anterior, daerah yang
Karies gigi merupakan
biasanya bebas karies. Dengan demikian
penyakit jaringan gigi yang
pentinglah kiranya menyesuaikan perawatan
disebabkan oleh aktifitas jasad renik
dengan kebutuhan masing-masing individu.
dalam karbohidrat yang dapat
Usaha kesehatan gigi di
diragikan. Akibatnya terjadi invasi
lingkungan sekolah dasar adalah
bakteri dan kematian pulpa serta
suatu paket pelayanan asuhan
penyebaran infeksi ke jaringan
sistematik yang ditunjukan bagi
perapeks yang dapat menyebapkan
semua anak sekolah tingkat dasar,
nyeri. Menurut (Lawer dkk, 1992),
dalam bentuk promotif paket
karies gigi adalah hilangnya jaringan
preventif, agar murid-murid sekolah
gigi sesudah serangan asam atau
dasar mempunyai pengetahuan
proteolitik bakteri ke dalam plak
tentang kesehatan gigi dan mulut,
gigi. Karies dapat diklasifikasikan
mempunyai sikap/kebiasaan pelihara
berdasarkan daerah anatomis tempat
diri terhadap kesehatan gigi dan
karies itu timbul. Dengan demikian
mulut, mendapat pengobatan medik
lesi dimulai pada pit dan fisur atau
dasar atas permintaan, dan
pada permukaan halus. Karies juga
memperoleh semua pengobatan
biasa digolongkan berdasarkan
medik dasar yang diperlukan.
keparahan atau kecepatan
Sasaran UKGS di lingkungan
berkembang. Gigi dan permukaan
Sekolah Dasar yang mempunyai
gigi yang terkena bias berbeda-beda
sasaran semua anak Sekolah pada
bergantung pada keparahan karies
tingkat pendidikan dasar 6-14 tahun.
Berdasarkan kerangka konsep rekomendasi dari institusinya atau
yang telah diuraikan diatas maka pihak lain dengan mengajukan
dapat ditentukan dalam kerangka permohonan izin kepada
konsep ini sebagai variable institusi/lembaga tempat penelitian.
independen adalah sekolah yang Setelah mendapat persetujuan
melakukan UKGS dan yang tidak barulah melakukan penelitian dengan
melakukan UKGS, sedang yang menekankan masalah etika yang
menjadi variable dependen adalah meliputi lembar persetujuan, rahasia
karies gigi. privasi responden, dan kerahasiaan
informasi.

Hasil Penelitian
SD Inpres I Akediri kecamatan Jailolo
Kabupaten Halmahera Barat, merupakan
salah satu sekolah yang ada di Desa Akediri
yang telah melakukan proses belajar
mengajar kurang lebih 35 Tahun sampai
Sekolah yang 2011. Terletak di pertengahan desa Akediri
punya program dengan batas-batas sebelah Utara berbatasan
UKGS dengan pemukiman penduduk, sebelah
↘ Karies gigi Selatan berbatasan dengan rumah penduduk,
↗ sebelah Timur berbatasan dengan
Sekolah yang tidak Pekuburan, dan sebelah Barat berbatasan
punya UKGS dengan jalan raya
Sekolah Dasar Inpres I
Gambar bagian kerangka konsep penelitian Akediri telah memenuhi aktifitas
pendidikanya dengan jumlah tenaga
Metode penelitian yang minim yaitu berjumlah 8
Jenis penelitian ini adalah observational orang, kedelapan tenaga pengajar ini
analitik dengan Cross Sectional Study (studi harus berpacu dengan jumlah murid
potong lintang). Cross Sectional Study, yang setiap tahunya bertambah,
rancangan ini mencakup semua jenis seiring pertambahan jumlah
penelitian yang pengukuran variable- penduduk desa kurang lebih 1.500
variabelnya dilakukan hanya satu kali pada jiwa, dengan demikian [ertambahan
suatu saat. jumlah jumlah murid itu dapat
Lokasi penelitian ditambahkan dengan 4 orang tenaga
dilaksanakan di SD GMIH Tedeng pengajar honorer yang turut
dan SD Inpres I Akediri Kecamatan membantu dalam pelaksanaan proses
Jailolo. Penelitian dilakukan pada belajar mengajar. Pada tahun-tahun
bulan Mei sampai Juni 2011. awal jumlah murid sekitar 70-an
Pengumpulan data yang digunakan dengan 4 ruang belajar, namun
dalam penelitian ini berupa lembar dalam perkembanganya sampai
observasi pemeriksaan karies gigi dengan tahun 2011 data terakhir
DMF-T. jumlah murid telah mencapai 151
Dalam melakukan penelitian, murid dari kelas I-VI dengan fasilitas
peneliti perlu mendapat adanya 6 ruangan, 2 ruang administrasi, 1
ruangan kepsek dengan jumlah 10 honorer dalam memperjuangkan
tenaga pengajar dalam menjalani proses pendidikan belajar mengajar
kurikulum pembelajaran setiap hari dengan jumlah murid sesuai data
SD Inpres I Akediri juga tidak terakhir 161 murid kelas I – kelas VI
terlepas dari pendidikan jasmani tahun 2011. Dalam pengamatan teliti
serta pemeriksaan kesehatan daerah bahwa sekolah ini dalam menjalani
umum, namun pada kurun waktu 2 proses pendidikanya, tidak hanya
tahun terakhir, sekolah ini tidak lagi murid yang berasal dari desa Tedeng
dilakukan pemeriksaan kesehatan saja, akan tetapi dari desa-desa lain
oleh karena terbentur dengan juga desa Acango, desa Akediri, dan
masalah teknis operasional, sehingga pindahan lain dari luar daerah
kegiatan pemeriksaan Usaha Kabupaten Halmahera Barat dari
Kesehatan Gigi Sekolah (UKGS) Ternate, demikian halnya sekolah
bahkan pemeriksaan kesehatan gigi yang lain. SD GMIH Tedeng juga
dan mulut tidak terdeteksi lagi. terlibat dalam pembelajaran sesuai
SD GMIH Tedeng kurikulum ini, maka pihak Sekolah
Kecamatan Jailolo Kabupaten berkoordinasi dengan puskesmas
Halmahera Barat merupakan salah setempat untuk di lakukan
satu sekolah di desa Tedeng dalam pemeriksaan kesehatan secara rutin,
wilayah Kecamatan Jailolo dan juga Sekolah ini dimasukan
Kabupaten Halmahera Barat yang dalam sekolah target UKGS mulai
cukup dikenal dalam wilayah tahun 2007 sampai sekarang.
kecamatan Jailolo, oleh karena
sering meraih prestasi dengan angka
kelulusan 100%. Secara geografis
letak sekolah ini berada di
pertengahan Desa Tedeng jalan
siswa, luas wilayah 2400 m2, jarak
dari Ibu Kota Kecamatan 6 KM,
jumlah penduduk data terakhir tahun
2011 yaitu 3268 jiwa, jumlah kepala
keluarga 656 KK, jumlah tingkat
pendidikan penduduk 74 SD, 815
SMP, 506 SLTA, 30 S1 dan 7 S2,
mengawali pembangunan gedung
sekolah ini, dengan proses
pembelajaran yang tetap berlangsung
dengan menggunakan gedung milik Tabel 1. Distribusi golongan umur
sendiri hingga Tahun 2003 telah Responden yang melakukan UKGS dan
dibangun 10 ruangan, dan pada tahun yang tidak melakukan UKGS.
2011 SD GMIH Tedeng ini telah
mempunyai ruang tambahan lagi 1 U K G S
ruang perpustakaan, 1 ruang Tid Melak
Pertemuan, 1 ruang Administrasi, NOM UM Melak ak ukan
dan ruang Laboratorium, dengan OR UR ukan
jumlah tenaga pengajar 13, 4 tenaga N % N %
1 6– 73 81 72 80,0 1 L 44 48, 38 42,2
9 ,1 8
Tah 2 P 46 51, 52 57,7
un 1
2 10 – 17 18 18 20,0 TOTA 90 90 10 90 100
12 ,9 L 0
Tah
un
TOT 90 10 90 100 Distribusi penelitian jenis kelamin
AL 0 responden pada SD GMIH Tedeng yang
Distribusi penelitian golongan umur melakukan UKGS untuk laki-laki berjumlah
responden pada SD Tedeng yang melakukan 44 orang, dan perempuan 46 orang SD
UKGS yang terbanyak adalah golongan Inpres I Akediri yang tidak melakukan
umur 6 – 9 tahun, yang terendah adalah UKGS dengan jumlah responden laki-laki
golongan umur 10 – 12 tahun yang 38 orang, perempuan 52 orang.
berjumlah 17 orang untuk SD Inpres I Tabel 3. Distribusi keadaan karies gigi
Akediri yang tidak melakukan UKGS yang
tertinggi adalah golongan umur 6 – 9 tahun Karie U K G S
sebanyak 72 orang yang terendah (20,0%). s
Gigi Mel kuka Tida mel Kuka
a n k a n

N % N %
Ada 72 80 74 82,2
Tida 18 20 16 17,7
Total 90 100 90 100

Distribusi penelitian waktu sikat gigi


responden menurut UKGS menunjukan
keadaan karies gigi yang paling banyak
untuk responden yang melakukan UKGS
adalah sebanyak 72 orang dan yang tidak
mengalami karies gigi berjumlah 18 orang.
Sedangkan jumlah karies gigi untuk
responden yang tidak melakukan UKGS
Tabel 2. Distribusi jenis kelamin responden adalah sebanyak 74 orang, dan yang tidak
yang melakukan UKGS dan yang tidak mengalami karies 18 orang. Jadi, dapat
melakukan UKGS dibandingkan bahwa antara sekolah yang
melakukan UKGS maupun yang tidak
U K G S melakukan UKGS pada SD GMIH Tedeng
NOM Jenis Melaku Tidak Melak dan SD Inpres I Akediri tidak terdapat
OR Kela kan ukan perbedaan angka yang sangat signifikan
min
sebagaimana hasil yang telah disebutkan
N % N %
diatas.
Untuk mengetahui perbedaan
angka kejadian karies gigi antara Pembahasan
murid sekolah dasar yang melakukan Dengan perolehan perbedaan angka kejadian
UKGS dan yang tidak melakukan karies gigi pada kedua sekolah yaitu SD
UKGS pada SD GMIH Tedeng dan GMIH Tedeng yang melakukan UKGS dan
SD Inpres I Akediri Kecamatan SD Inpres I Akediri yang tidak melakukan
Jailolo, maka berdasarkan data yang UKGS maka, menurut asumsi peneliti ini
diperoleh penulis dari hasil menunjukan bahwa keadaan karies yang
penelitian dilakukan analisis terjadi pada SD GMIH Tedeng bukan di
menggunakan uji Independent sebabkan oleh adanya pelaksanaan program
Samples T Test. UKGS sekolah, tetapi lebih disebabkan oleh
peran berbagai pihak termasuk didalamnya
Variabel Mea SD SE P N adalah peran Dinas pendidikan dalam
n Valu menata Kurikulum dengan tidak
e mengabaikan unsur pendidikan jasmani dan
UKGS kesehatan seluruh sekolah, factor lain yang
dan turut berperan dalam kesehatan gigi dan
Tidak
mulut untuk mencegah terjadinya angka
UKGS
kejadian karies gigi yang lebih banyak lagi
Tidak 0,5 0,5 0,1 0,15 90
mengala 7 14 37 2 yaitu factor pengawasan orangtua di rumah.
mi Oleh karena itu dengan melihat
Karies permasalahan di atas, maka dapat dikatakan
gigi bahwa karies gigi yang terjadi di sekolah
Yang 0,7 0,4 0,9 lebih dominasi oleh factor lain yang dalam
mengala 9 10 47 hal ini peneliti tidak melakukan penelitian.
mi karies Disamping faktor -faktor yang dominan
gigi tersebut, peran petugas kesehatan juga
dalam mengambil bagian pemeliharaan
Distribusi berdasarkan table di atas kesehatan masyarakat khususnya anak
menunjukan nilai rata-rata yang tidak sekolah masih sangat kurang. Murid SD
mengalami karies gigi 0,57 baik yang GMIH Tedeng yang melaksanakan UKGS
UKGS maupun yang tidak UKGS, dengan sampel sebanyak 90 siswa jika
sedangkan yang mengalami karies gigi rata- dilihat berdasarkan hasil penelitian. Hasil
rata 0,79. penelitian diperoleh bahwa golongan umur
Berdasarkan hasil analisis uji responden pada SD GMIH Tendeng yang
Independent Samples T Test diperoleh nilai melakukan UKGS yang terbanyak adalah
P = 0,152, maka dapat disimpulkan bahwa golongan umur 6 – 9 tahun berjumlah 73
tidak ada perbedaan yang bermakna tentang orang. Sedangkan yang terndah adalah
angka kejadian karies gigi antara murid golongan umur 10 – 12 tahun berjumlah 17
sekolah dasar yang melakukan UKGS dan orang, sementara untuk SD Inpres I Akediri
yang tidak melakukan UKGS pada SD yang tidak melakukan UKGS tertinggi
GMIH Tedeng dan SD Inpres I Akediri adalah golongan umur 6 – 9 tahun sebanyak
Kecamatan Jailolo. 72 orang, yang terendah berjumlah 18 orang.
Hasil penelitian tentang Daftar Pustaka
distribusi jenis kelamin responden Almatsier S. 2004. Prinsip
pada SD GMIH Tedeng yang Dasar Ilmi Gizi. P.T Gramedia
melakukan UKGS, untuk laki-laki Pustaka Utama. Jakarta
berjumlah 44 orang, dan yang Astoeti T. E. 2007.
perempuan 46 orang, sementara SD Kesadaran memelihara Kesehatan
Inpres I Akediri yang tidak Gigi masih rendah. Sumber :
melakukan UKGS dengan jumlah http://www.republika.co.id/koran_de
talil.asp?id=302346&kat_id=13
responden laki-lai 38 orang (42,2%),
Taringan, R. 1994.
dan perempuan 52 orang, hasil
Perawatan Pulpa Gigi (endodonti).
penelitian tersebut diperoleh Penerbit Widya Medika Jakarta.
distribusi tingkat pendidikan orang
tua responden yang melakukan
UKGS untuk ayah yang tertinggi
adalah SD yaitu 32 orang, sedangkan
yang terendah adalah sarjana dan
pasca sarjana 7 orang (7,8%).

Kesimpulan
Sesuai hasil penelitian yang dilakukan pada
kedua sekolah tersebut, maka dapat
disimpulkan bahwa angka kejadian karies
gigi pada murid SD GMIH Tedeng yang
melakukan UKGS terdapat 80% mengalami
karies gigi, dengan jumlah sampel 90 orang
dari jumlah siswa 61 orang.
Angka kejadian karies gigi
pada murid SD Inpresi I Akediri
yang tidak melakukan UKGS
terdapat 82,2% juga mengalami
karies gigi, dengan jumlah sampel 90
orang dari jumlah siswa 151 orang.
Berdasarkan hasil uji
Independent Samples T Test yang
menggunakan program SPSS pada
tingkat kemaknaan 95% (α ≤ 0,05)
dapat diperoleh Nilai P=0,152, maka
tidak ada perbedaan yang bermakna,
angka kejadian karies gigi antara
murid sekolah dasar yang melakukan
UKGS dan yang tidak melakukan
UKGS.

Anda mungkin juga menyukai