Anda di halaman 1dari 6

Wawasan

GULA RAFINASI VS GULA RAKYAT


DI PASAR KONSUMEN

Avif Haryana Bagus Wicaksono


Ahli Peneliti Pertama, Ahli Peneliti Pertama dan
Pusat Kebijakan Perdagangan Kasubbid Sarana Perdagangan

Gula merupakan salah satu komoditi yang adalah pasar gula kristal rafinasi (GKR) yang
penting dan strategis bagi masyarakat yang ditujukan untuk konsumsi industri yang kedua
tidak hanya dibutuhkan oleh konsumen pasar gula kristal putih (GKP) yang ditujukan
sebagai pengguna akhir namun juga di untuk konsumsi langsung masyarakat.
kalangan industri atau produsen sebagai salah Meskipun segmentasi pasar gula telah diatur
satu bahan baku. Disamping itu industri gula
secara tegas dalam SK Menperindag diatas,
merupakan sumber pendapatan dan
namun merembesnya gula kristal rafinasi ke
kehidupan sekitar satu juta petani dan hampir
pasar gula putih akhir-akhir ini menjadi isu yang
dua juta tenaga kerja yang terlibat langsung
hangat seiring dengan dimulainya musim giling
dalam sistem industri tersebut. Dalam konteks
perdagangan internasional gula merupakan tebu oleh pabrik gula-pabrik gula di dalam
salah satu komoditas pertanian yang telah negeri. Hal ini diidentifikasi dengan masih
ditetapkan Indonesia sebagai komoditas tingginya stok gula kristal putih pada akhir
khusus (special products) dalam forum tahun 2014 sebesar 1,16 juta ton yang tidak
perundingan Organisasi Perdagangan Dunia terserap oleh pasar alias tidak laku terjual di
(WTO), bersama beras, jagung dan kedelai. pasar konsumen. Dugaan tersebut seolah-olah
Karena penting dan strategisnya komoditi gula, diperkuat dengan masih adanya stok GKR
maka dinamika produksi, konsumsi, dan harga sebesar 37,7 ribu ton di akhir tahun 2014.
akan berpengaruh baik langsung maupun tidak Dengan stok tersebut, para stakeholder industri
langsung parameter ekonomi seperti inflasi,
GKP baik petani maupun industri gula
kesempatan kerja, pendapatan dan bahkan
berpendapat bahwa telah terjadi rembesan
kesejahteraan petani dan masyarakat. Maka
GKR sehingga gula petani dan pedagang tidak
dari itu kebijakan pemerintah yang berkaitan
dengan komoditi tersebut merupakan aspek terserap pasar.
yang sangat penting baik bagi masyarakat
produsen, konsumen maupun perkembangan Gula Kristal Putih dan Gula Kristal Rafinasi
daya saing komoditi gula (Wibowo, 2012). Gula kristal putih (plantation white sugar)
Berdasarkan SK Memperindag RI No. adalah gula yang dapat dikonsumsi langsung
527/MPP/Kep/9/2004 Tentang Ketentuan oleh masyarakat yang dihasilkan dari
Impor Gula, pasar gula di Indonesia pengolahan tebu yang meliputi tahapan :
dikelompokkan menjadi dua, pertama ekstraksi, pemurnian, evaporasi,

MEDIA PUSDIKLAT 33
baku gula kristal rafinasi yang berupa gula
mentah diperoleh melalui impor dengan pos
tarif/HS. 1701.11.00.00 dan 1701.12.00.00.
Gula kristal mentah/gula kasar (raw sugar) ini
hanya dapat diimpor oleh perusahaan yang
telah mendapat izin (pengakuan) sebagai
Importir Produsen (IP) Gula dan hanya
dipergunakan sebagai bahan baku dalam
proses produksi untuk menghasilkan gula
kristal rafinasi dan dilarang diperdagangkan
dan dipindahtangankan. Tingkat konversi gula
kasar menjadi gula rafinasi pada pabrik gula
penyaringan dengan sentrifugasi, pengeringan rafinasi adalah sekitar 94%, artinya dalam 100
dan pengemasan. Proses tersebut pada gram gula kasar yang akan menjadi gula kristal
dasarnya adalah proses pemisahan/pemurnian
rafinasi adalah sekitar 94 gram. Gula kristal
sukrosa dari bahan-bahan non sukrosa pada
tebu, kemudian diikuti dengan proses rafinasi hasil industri yang dimiliki IP Gula yang
pengkristalan sukrosa. sumber bahan bakunya berupa gula kristal
Produsen GKP terdiri atas pabrik gula (PG) mentah/gula kasar (raw sugar) impor hanya
milik negara dan PG milik swasta. Seluruh PG dapat diperjualbelikan atau didistribusikan
milik negara hanya memproduksi GKP berbasis kepada industri dan dilarang diperdagangkan
tebu, sedangkan PG swasta selain ke pasar di dalam negeri.
menghasilkan GKP juga menghasilkan GKR. Produsen gula rafinasi tergabung kedalam
PG berbasis tebu milik negara berperan sebuah asosiasi yang bernama Asosiasi Gula
sebagai pengolah tebu petani dengan sistem Rafinasi Indonesia (AGRI) sebagaimana
bagi hasil karena kebun tebu yang dikelola ditunjukkan pada Tabel 1. Asosiasi ini
sendiri relatif sempit dibandingkan kapasitas beranggotakan perusahaan gula rafinasi yang
giling yang ada, sedangkan PG swasta sekaligus merupakan pemegang izin importir
mengolah tebu yang berasal dari kebun milik produsen (IP) gula mentah untuk diproses
sendiri yang terintegrasi dengan PG. Produsen menjadi gula rafinasi.
GKP di Indonesia tergabung ke dalam Asosiasi
Gula Indonesia (AGI) sebagaimana Kebijakan Tata Niaga Gula
ditunjukkan pada Tabel 1. Dalam rangka melindungi harga gula
kristal putih domestik, perdagangan gula
Tabel Produsen Gula di Indonesia mulai diatur dengan SK Menperindag
Produsen Gula Kristal Putih (Anggota AGI)
Produsen Gula Kristal Rafinasi No.643/MPP/Kep/9/2002 tanggal 23
(Anggota AGRI)
BUMN Swasta
September 2002 tentang Tata Niaga Impor
1. PTPN II, Medan 1. PT. PG Madu Baru, Yogyakarta 1. PT. Angels Product, Serang
2. PTPN IX, Semarang 2. PT. Kebon Agung , Malang 2. PT. Jawamanis Rafinasi, Cilegon Gula. Masa ini merupakan masa dimulainya
3. PTPN X, Surabaya 3. PT. Industri Gula Nusantara, 3. PT. Sentra Usahatama Jaya, Cilegon
4. PTPN XI, Surabaya Kendal 4. PT. Permata Dunia Sukses Utama, pengendalian impor gula. Peraturan tersebut
5. PTPN XIV, Makassar 4. PT. PG Candi Baru Serang
6. PT. RNI I, Surabaya 5. PT. Gunung Madu Plantations, 5. PT. Dharmapala Usaha Sukses, mengatur bahwa gula kristal mentah dan gula
7. PT. RNI II, Cirebon Lampung Cilacap
6. PT. Sugar Group, Lampung 6. PT. Sugar Labinta, Lampung kristal rafinasi hanya boleh diimpor oleh IP dan
7. PT. P G Gorontalo, Gorontalo
8. PT. Laju Perdana Indah,
7. PT. Makassar Tene, Makassar
8. PT. Duta Sugar International, Serang
hanya dimaksudkan untuk memenuhi
Palembang
kebutuhan industri dari IP tersebut, bukan
Sumber: AGI dan AGRI, 2015
untuk diperdagangkan. Di sisi lain, impor gula
Berbeda dengan gula kristal putih, gula rafinasi kristal putih hanya dapat dilaksanakan oleh
(refined sugar) dihasilkan dari pengolahan gula perusahaan yang telah mendapat penunjukan
mentah (raw sugar) yang umumnya belum sebagai Importir Terdaftar (IT) Gula. Untuk
layak dikonsumsi secara langsung. Bahan menjadi IT, bahan baku dari PG milik IT minimal

34 MEDIA PUSDIKLAT
Wawasan

75 persen berasal dari petani tebu atau 2. Agar produsen gula rafinasi, distributor di semua
merupakan hasil kerjasama dengan petani lini, perusahaan makanan dan minuman
setempat. (menengah, UKM dan industri rumah tangga),
Pengaturan penting lainnya dari kebijakan dan aparat pengawasan mempunyai
tersebut adalah bahwa impor gula akan pemahaman yang sama mengenai sistem
diijinkan bila harga gula di tingkat petani distribusi yang berlaku. Dalam surat Menperdag
mencapai minimal Rp 3.100/kg. Kebijakan ini No.111/2009 itu disebutkan bahwa dalam
diharapkan mampu meningkatkan harga di memenuhi kebutuhan gula rafinasi untuk industri
dalam negeri sehingga memperbaiki pengguna atau industri makanan dan minuman,
pendapatan produsen. Kebijakan tersebut setiap produsen gula rafinasi dapat menunjuk
kemudian direvisi dengan Keputusan Menteri
distributor secara resmi, selanjutnya distributor
Perindustrian dan Perdagangan
dapat menunjuk pula sub distributor secara
No.527/MPP/Kep/9/2004 tentang Ketentuan
resmi. Distributor yang tidak memiliki surat
Impor Gula dengan merubah harga gula
penunjukan atau pengangkatan dari produsen
ditingkat petani sebesar Rp 3.410/kg. Revisi
pada peraturan ini juga dengan menambahkan gula rafinasi dilarang mendistribusikan
persayaratan impor GKP lainnya yaitu bahwa atau memperdagangkan gula rafinasi. Hal yang
impor hanya bisa dilaksanakan apabila sama juga berlaku bagi sub distributor.
produksi dan atau persediaan GKP di dalam
negeri tidak mencukupi kebutuhan dan Melalui surat tersebut diharapkan tidak ada
pelaksanaanya di luar masa 1 bulan sebelum
lagi ketidakjelasan, khususnya tentang IKM
musim giling tebu rakyat; musim giling tebu
rakyat; dan dua bulan setelah musim giling tebu dan industri rumahan yang sebelumnya
rakyat. Selanjutnnya seiring berjalannya waktu menjadi bahan perselisihan antara Asosiasi
dan meningkatnya biaya sarana produksi Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI) yang
pertanian, penetapan harga gula di tingkat
petani terus direvisi dengan beberapa didukung kalangan produsen gula Kristal putih
peraturan. Revisi terakhir terdapat dalam (GKP) dengan kalangan pelaku usaha industri
Peraturan Permendag No. 45/M- GKR yang tergabung dalam Asosiasi Gula
DAG/PER/8/2014 tanggal 7 Agustus 2014
dimana harga patokan petani ditetapkan Rafinasi Indonesia AGRI). Melalui surat
sebesar Rp 8500,00. tersebut juga ditegaskan bahwa semua industri
Terkait dengan distribusi gula rafinasi, pengguna GKR, baik industri besar, menengah,
Kementerian Perdagangan mengeluarkan kecil maupun industri rumahan dapat
revisi tentang petunjuk pendistribusian gula memperoleh GKR secara langsung dari
rafinasi melalui surat Menteri Perdagangan produsen GKR ataupun melalui distributor atau
kepada produsen gula rafinasi No.111/M- subdistributor (Media Industri, 2009).
DAG/2/2009. Revisi tersebut dilakukan dalam
rangka (Wahyuni dkk, 2009): Rembesan Gula Kristal Rafinasi dan
1. Memberi kepastian dan kejelasan bagi semua
Solusinya
pihak yang terlibat perihal distribusi gula
rafinasi yang sesuai dengan kebijakan
Rembesan gula rafinasi selalu menjadi isu
pemerintah, sehingga tidak menganggu
utama terutama jika dikaitkan dengan fakta
penyaluran gula rafinasi sesuai peruntukan,
bahwa stok gula kristal putih yang tidak
yaitu untuk industri, dan juga tidak menganggu
terserap pasar cukup besar terutama pada saat
pasar gula kristal putih;

MEDIA PUSDIKLAT 35
Wawasan

dimulainya musim giling. Terkait dengan hal konsumen sebesar 199,5 ribu ton (11,16 %).
tersebut, pemerintah melalui Kementerian Sebagai langkah tindak lanjut, Kemendag telah
Perdagangan telah menyelesaikan proses mengambil kebijakan baik dari sisi importasi
verifikasi distribusi gula rafinasi 2014. Menurut dan dari sisi distribusi yang dituangkan dalam
Mendag, verifikasi dilakukan dalam rangka Surat Mendag kepada 11 Produsen Gula
melihat kepatuhan produsen gula rafinasi Rafinasi Nomor 1300/M-DAG/SD/12/2014.
terhadap ketentuan pendistribusian gula Dari sisi importasi, basis persetujuan impor raw
rafinasi. Dalam pelaksanaan verifikasi sugar didasarkan pada supply chain dan
distribusi gula rafinasi tahun 2014, Kemendag mekanisme kontrak antara industri rafinasi
bekerja sama dengan surveyor independen dengan industri mamin sesuai dengan
melakukan penelusuran terhadap penyaluran rekomendasi dari Kementerian Perindustrian
gula rafinasi oleh 11 produsen, 52 distributor, 88 ke Kementerian Perdagangan. Lebih lanjut,
subdistributor, 108 industri makanan minuman, persetujuan Impor kepada pabrik gula rafinasi
serta 3112 pengecer gula di 366 pasar di 34 diberikan per triwulan dan akan dilakukan
Provinsi pada periode Januari-September evaluasi untuk pemberian izin triwulan
2014. berikutnya.
Adapun dari sisi distribusi, telah dilakukan
pencabutan Surat Mendag Nomor 111 Tahun
2009 yang mengatur mengenai distribusi gula
rafinasi melalui distributor. Kemendag
mendorong produsen untuk menyalurkan
langsung gula rafinasi kepada industri
pengguna minimal 85% dan membatasi
penyaluran gula rafinasi dari produsen melalui
distributor maksimal 15% dari total penyaluran
produsen. Selain itu, akan dilakukan registrasi
terhadap distributor/penyalur gula rafinasi. Hal
ini untuk lebih memberikan kepastian usaha
Hasil verifikasi menunjukkan bahwa bagi petani bahwa pengawasan terhadap GKR
terdapat jumlah gula rafinasi yang disalurkan sudah dilakukan secara optimal dengan
oleh 11 produsen pada periode Januari - Juli perbaikan-perbaikan yang essential dan
2014 sebesar 1,7 juta ton. Dari jumlah tersebut, mendasar.
jumlah yang disalurkan kepada industri Namun perlu juga dipertimbangkan bahwa
makanan dan minuman sebesar 1,588 juta ton menumpuknya stok GKP tidak serta merta
(88,84%), sedangkan sisanya sebesar 199,5 disebabkan oleh rembesan. Tingginya stok
ribu ton (11,16 %) terindikasi tidak sesuai GKP di awal musim giling bisa juga disebabkan
peruntukan atau dengan kata lain terdapat oleh perubahan konsumsi GKP yang mulai
rembesan gula kristal rafinasi ke gula menurun seiring dengan perubahan pola

36 MEDIA PUSDIKLAT
Wawasan

konsumsi masyarakat. Sebagai contoh, tingkat Bongkar ratoon merupakan cara yang
konsumsi per kapita gula pasir menunjukkan cukup efektif dalam perbaikan rendemen dari
tren menurun sebesar 3,2% dari sebesar 8,8 sisi on farm karena bibit tanaman yang sudah
kg/kap/tahun pada tahun 1996 menjadi hanya tua diganti dengan bibit yang masih baru
sekitar 7 kg/kapita/tahun pada 2011. Bahkan dengan varietas unggul. Program ini juga
memiliki keunggulan karena tidak memerlukan
pada tahun 2030, perkiraan konsumsi gula
kapasitas giling dan biaya angkut sehingga
pasir hanya sekitar 1,2 juta ton, jauh lebih kecil
tidak berdampak pada peningkatan biaya
dari tingkat produksi (Puska dagri, 2013).
budidaya secara signifikan. Hanya saja,
pelaksanaan bongkar ratoon harus lebih
Kebijakan Pro Produktivitas dan Kualitas memperhatikan masa tanam tebu, jadwal
Berdasarkan hal tersebut, Pemerintah panen, dan lelang gula sehingga bisa lebih
memang tetap perlu memastikan optimal. Selain itu, peningkatan produksi juga
keberlangsungan industri gula nasional melalui perlu dilakukan dengan membuka lahan baru.
pemberian insentif bagi produsen lokal agar Secara ketentuan, pemerintah bisa berinisiatif
terus meningkatkan produksinya hingga untuk mengajak pelaku usaha ikut berinvestasi.
tercapai swasembada gula. Beberapa hal Kebijakan yang mendorong industri gula
seperti penetapan Harga Patokan Petani (HPP) rafinasi yang selama ini bergantung pada raw
yang menyesuaikan biaya produksi dan sugar impor untuk membuka lahan tebu perlu
menjadi “panglima” dalam meredam gejolak.
keuntungan bagi petani tetap dilakukan dengan
Hal ini akan berdampak baik dalam penciptaan
terus mendorong petani dan pabrik gula untuk
stabilitas pasar gula yang selama ini seolah-
memperbaiki kualitas tebu yang diolah dan
olah terdapat dua kubu (GKP dan GKR) yang
dihasilkan.
pada akhirnya akan memperbaiki iklim
Skema insentif yang dijalankan pemerintah
investasi. Dalam hal ini, skema public private
juga perlu didukung dengan kepastian pasar
partnership perlu dikedepankan dimana
bagi petani yang tentunya harus berbasis pada
pengendalian harga. Dalam hal ini, pemerintah pemerintah bertanggung jawab dalam
perlu mulai mempertimbangkan pengadaan pencarian lahan dan lokasi baru sementara
stok yang pada satu sisi berfungsi sebagai industri gula rafinasi bertanggung jawab dalam
pengendalian harga di tingkat eceran, namun di hal pengelolaan dan transfer teknologi.
sisi lain juga menjamin kepastian pasar bagi Lembaga penelitian dan pengembangan
produsen karena pengadaannya diutamakan seperti Pusat Penelitian Perkebunan Gula
dari dalam negeri. Indonesia (P3GI) bisa dioptimalkan dalam
Kebijakan insentif harga juga perlu membantu penyediaan bibit dengan varietas
didukung dengan kebijakan lain yang
unggul. Sehingga ke depan, segmentasi gula
mendukung efisiensi budidaya (on farm) dan
dari sisi hulu terjadi dengan sendirinya, dan
kinerja pabrik melalui peningkatan
yang lebih penting didasari oleh perbaikan
produktivitas (rendemen). Sebagai contoh,
program bongka ratoon harus terus diupayakan produksi dan produktivitas tebu.
melalui skema Bantuan Sosial (Bansos) yang Namun demikian, pemerintah juga perlu
diharapkan bisa mencapai 30 ribu hektar. memberikan perhatian yang lebih serius

MEDIA PUSDIKLAT 37
terhadap peningkatan kualitas GKP, guna dalam hal kebijakan pengawasan pasar gula.
menjawab selera masyarakat yang mulai Oleh karena itu, kebijakan yang mengarah
menunjukkan perubahan. Dapat dimaklumi jika pada pasar gula yang tunggal merupakan
masyarakat lebih memilih GKR yang
keniscayaan. Beberapa kebijakan yang
“merembes” ke pasar konsumsi karena tekstur
disebutkan sebelumnya seperti peningkatan
GKR yang lebih halus dan putih. Tingginya
produktivitas melalui insentif harga, bongkar
kualitas GKR dibandingkan GKP tidak terlepas
dari komitmen pabrik rafinasi untuk ratoon, public private partnership yang
menghasilkan GKR yang bermutu sesuai melibatkan industri rafinasi untuk mengolah
dengan Standard Nasional Indonesia (SNI). lahan tebu, serta mendorong perbaikan mutu
Oleh karena itu, keberpihakan pemerintah GKP merupakan langkah kebijakan yang efektif
seharusnya bersifat imparsial dimana dalam mencapai swasembada gula. Peran
ketentuan mutu produk gula harus setara pemerintah dalam hal pengelolaan stok juga
antara GKP dan GKR. Pemberlakuan SNI GKP
diperlukan untuk menjamin kelangsungan
secara wajib mutlak diperlukan sebagai
usaha tani dan keberdayaan konsumen.
pemenuhan hak - hak konsumen dalam
mengkonsumsi gula yang lebih bersih dan Pada akhirnya, masyarakat (society) akan
sehat. Kebijakan yang berorientasi pada memperoleh manfaat yang optimal dari
peningkatan produktvitas dan pengelolaan stok ekonomi pergulaan sehingga gejolak antara
pemerintah juga perlu menjadi bagian dalam GKR dan Gula Rakyat (GKP) akan berakhir
perlindungan konsumen dalam hal dengan sendirinya.
keterjangkauan harga. Skema pembelian gula
dari petani GKP dalam rangka pengelolaan stok
pemerintah harus didasarkan pada mutu yang
Sumber :
terstandar. Dengan cara ini, pemerintah tidak
1. Media Industri, No. 01-2009
hanya fokus pada kepastian pasar bagi petani,
namun juga perbaikan mutu dan pengendalian 2. Wahyuni dkk (2009), Industri dan Perdagangan
harga yang menguntungkan konsumen, Gula di Indonesia: Pembelajaran dari Zaman
sehingga seluruh stakeholder pergulaan dapat Penjajahan-Sekarang, Forum Penelitian Agro
menerima manfaat terbaik. Ekonomi. Volume 27 No. 2, Desember 2009 : 151
- 167
Pasar Gula Tunggal
3. Wibowo, Rudi (2012), Ekonomi Gula Indonesia:
Dalam teori ekonomi, dualisme pasar akan
Prospek Industri Berbasis Tebu, dalam bunga
menimbulkan distorsi yang berujung pada
rampai Ekonomi Gula, Perhimpunan Ekonomi
inefisensi pasar. Kebijakan yang hanya
Gula Indonesia (PERHEPI), PT Gramedia
berpihak pada insentif harga gula akan
Pustaka Utama: 2012
semakin meningkatkan inefisiensi dan
4. http://asosiasigulaindonesia.org/
menyebabkan distorsi pasar terjadi dengan
5. http://www.agrirafinasi.org/
sendirinya. Implikasinya, pemerintah akan 6. http://www.kemendag.go.id
memerlukan usaha dan biaya yang lebih besar

38 MEDIA PUSDIKLAT

Anda mungkin juga menyukai