Fluktuasi nilai mata uang dan perubahan dalam harga uang atas barang dan jasa merupakan
karakteristik yang terpisahkan dalam bisnis internasional. Untuk memahami istilah perubahan harga
( changing princes ), kita harus membedakan antara pergerakan harga umum dan pergerakan harga
spesifik, yang keduanya termasuk dalam istilah perubahan harga itu. Tingkat harga umum biasanya
timbul ketika harga semua barang dan jasa dalam perekonomian berubah. Daya beli moneter pun
menguat atau melemah. Suatu perubahan harga umum terjadi apabila secra rata-rata harga seluruh
barang dan jasa dalam suatu perekonomian mengalami perubahan. Kenaikan harga secara keseluruhan
disebut inflasi ( inflation), sedangkan penurunan harga disebut deflasi ( deflation ). Apa saja penyebab
inflasi? Bukti-bukti menunjukan bahwa inflasi disebabkan oleh kebijakan moneter dan fiskal agresif yang
bertujuan untuk mencapai target pertumbuhan ekonomi yang tinggi, biaya pemilihan umum yang terlalu
besar, serta penyebaran inflasi internasional. Namun persoalan ini jauh lebih rumit.
Perubahan harga khusus dimulai ketika harga barang atau jasa tertentu berubah seiring naik turunnya
permintaan dan penawaran. Inilah yang menyebabkan tingkat rata-rata inflasi pertahun dari suatu
negara mencapai 5%, sementara disaat yang sama harga apartemen berkamar sama dinegara itu
meningkat sebesar 50%.
Inflasi telah menjadi fakta yang penting dan tetap di hampir semua Negara di dunia. Perubahan nilai
mata uang moneter bener-bener diakui para akuntan dewasa ini, tetapi tedapat pertentangan mengenai
cara teoritis dan praktis untuk menyelesaikannya. Di Amerika Serikat, FASB Statetment No. 33
mangharuskan pengungkapan khusus oleh perusahaan-perusahaan besar tertentu, tetapi tidak merinci
kaitan pengungkapan ini dengan laporan keuangan utama. Unit moneter yang tidak stabil adalah suatu
kendala penfukuran dalam pendekatan induktif-deduktif terhadap teori akuntansi.
Atribut. Karakteristik kuantitatif suatu pos yang diukur untuk keperluan akuntansi. Contoh biaya hostori
atau biaya penggantian merupakan atribut suatu aktiva.
Penyesuaian biaya kini. Nilai penyesuaian aktiva untuk perubahan dalam harga tertentu.
Perubahan dalam kekayaan. Jumlah aktiva bersih suatu perusahaan yang dapat ditarik tanpa
mengurangi besar awalnya aktiva bersih.
Mekanisme Penyesuaian. Menfaat berupa keuntungan daya beli pemegang saham yang berasal dari
pendanaan utang dan pertanda bahwa perusahaan tidak perlu mengakui tambahan biaya pengganti atas
aktiva operasi sehubungan dengan aktiva tersebut didanai melalui utang.
Ekuivalensi Daya Beli Umum. Jumlah uang yang telah disesuaikan terhadap perubahan dalam tingkat
harga umum.
Laba dan rugi pembelian umum. Lihat laba dan rugi moneter.
Mata uang tetap biaya historis. Lihat setara daya beli umum.
Keuntungan kepemilikan suatu investasi. Kenaikan biaya kini suatu aktiva nonmoneter.
Hiperinflasi. Laju inflasi yang sangat besar terjadi pada saaat tingkat harga umum dalam suatu
perkekonomian meningkat sebesar lebih dari 25 % pertahun.
Inflasi. Keniakan dalam tingkat harga umum seluruh barang dan jasa dalam suatu perkeonomian.
Aktiva Moneter. Klaim terhadap jumlah mata uang yang tetap dimasa depan seperti kas atau piutang
usaha.
Keuntungan Moneter. Kenaikan dalam daya beli secara umum yang terjadi karena terdapatnya
kewajiban moneter selama periode inflasi.
Kewajiban Moneter. Suati kewajiban untuk membayar jumlah mata uang tetap dimasa depan seperti
utang usaha atau uang dengan suku bunga tetap.
Kerugiaan Moneter. Penurunan dalam daya beli secara umum yang terjasi karena terdapatnya aktiva
moneter selama periode inflasi.
Penyesuaian Modal Kerja Moneter. Pengaruh perubahan harga khusus terhadap seluruh jumlah modal
kerja yang digunakan oleh suatu usaha dalam menjalankan operasinya.
Jumlah Nominal. Jumlah mata uang yang belum disesuaikan dengan perubahan harga.
Aktiva non Moneter. Aktiva yang tidak menunjukkan adanya klaim tetap terhadap kas seperti
persediaan, aktiva tetap, dan peralatan.
Penyesuaian Paratis. Suatu penyesuaian yang mencerminkan perbedaan antara inflasi di Negara induk
perusahaan dan perusahaan tuan rumah.
Kewajiban non moneter. Suatu utang yang tidak mengharuskan pembayaran jumlah kas tetap dimasa
depan seperti uang muka pelanggan.
Aktiva Permanent. Istilah di Brasil utnuk aktiva tetap, gedung, investasi, beban tangguhan dan depresiasi
terkait serta jumlah deplasi atau amortisasi.
Indeks Harga. Suatu rasio biaya dimana pembilang/numeratornya adalah biaya dari suatu keranjang
barang dan jasa yang representative dalam tahun berjalan, sedangkan penyebutnya adalah biaya dari
keranjang barang dan jasa yang sama pada tahun dasar.
Daya Beli. Kemampuan umum dari suatu unti moneter untuk memperoleh barang dan jasa.
Laba Riil. Laba bersih yang telah disesuaikan untuk perubahan harga.
Biaya Penggantian. Biaya kini untuk mengganti potensi jasa suatu aktiva dalam keadaan normal usaha.
Mata Uang Pelaporan. Mata uang yang digunakan suatu perusahaan dalam menyusun laporan
keuangan.
Fluktuatif. Dengan metode ini, akun anak perusahaan pertama-tama disajikan ulang dengan inflasi lokal,
kemudian ditranslasikan dalam mata uang induk.
Perubahan Harga Khusus. Perubahan dalam harga untuk komoditas khusus seperti persediaan atau
peralatan.
Metode tranlasikan saji-ulang. Suatu metode konsolidasi pertama-tama dengan mentranslasikan akun-
akun laporan keuangan anak prusahaan luar negeri ke dalam mata uang induk perusahaan kemudian
dinyatakan kembali jumlah yang ditraslasikan terhadap inflasi induk perusahaan.
Selama periode inflasi, nilai aktiva yang di catat sebesar biaya akuisisi awalnya jarang mencerminkan
nilai terkininya ( yang lebih tinggi ). Nilai aset yang dikecilkan mengakibatkan dikecilkannya pengeluaran
dan dibesarkannya laba. Ketidak akuratan pengukuran ini mendistorsi (1) proyeksi keuangan yang
didasarkan pada data seri waktu historis (2) anggaran yang menjadi dasar pengukuran kinerja dan (3)
data kinerja yang tidak dapat mengisolasi pengaruh inflasi yang tidak dapat dikendalikan. Laba yang
dinilai lebig pada gilirannya akan menyebabkan :
Tindakan yang merugikan dari Negara tuan rumah ( seperti pengenaan pajak keuntungan yang sangat
besar )
Jika harus mendistribusikan semua laba yang dibesarkan (Dalam bentuk paja, deviden, gaji dan
semacamnnya yang lebih besar) suatu perusahaan mungkin tidak akan memiliki cukup sumberdaya
untuk mengganti aset tertentu yang mengalami kenaikan harga, seperti persediaan, pabrik dan
peralatan.
Kegagalan untuk menyesuaikan data keuangan perusahaan terhadap perubahan dalam daya beli unit
moneter juga menimbulkan kesulitan bagi pembaca laporan keuangan untuk menginterpretasikan dan
membandingkan kinerja operasi perusahaan yang dilaporkan. Dalam periode inflasi, pendapatan
umumnya dinyatakan dalam mata uang dengan daya beli umum yang lebih rendah ( yaitu daya beli
perode ini ), yang kemudian diterapkan terhadap beban terkait. Biaya disajikan dalam mata uang
dengan daya beli umum lebih tinggi karena biasanya mencerminkan pemakaian sumberdaya yang
diperoleh dimasa lampau (misalnya penyusutan pabrik yang dibeli 10 tahun silam) ketika daya beli unit
moneter lebih tinggi. Mengurangi biaya berdasarkan daya beli historis dari pendapatan berdasarkan
daya beli kini menyebabkan laba tidak diukur secara akurat.
Prosedur akuntansi yang konvensional juga mengabaikan keuntungan dan kerugian daya beli yang
timbul dari kepemilikan kas ( ekuivalennya ) selama periode inflasi. Jika kita menahan kas selama
setahun dengan tingkat inflasi 100%, maka diakhir tahun kita akan memerlukan dua kali lipat kas untuk
menyamai daya beli saldo kas diawal tahun. Hal ini selanjutnya mempersulit pembaca laporan untuk
membandingkan kinerja bisnis.
Oleh karena itu, mengakui pengaruh inflasi secara eksplisit berguana dilakukan karena :
Pengaruh perubahan harga sebagian bergantung pada transaksi dan keadaan yang dihadapi suatu
perusahaan.
Mengelola masalah yang timbulkan oleh perubahan harga tergantung pada pemahaman yang akurat
atas masalah tersebut.
Laporan dari para menajer mengenai permasalahan yang disebabkan oleh perubahan hatga lebih mudah
dipercaya apabila kalangan usaha menerbitkan iformasi keuangan yang membahas masalah-masalah
tersebut.
Meskipun laju melambat, akuntansi perubahan harga tetap berguna karena efek kumulatif inflasi yang
rendah dalam beberapa waktu dapat signifikan. Pengaruh distorsi inflasi masa lalu dapat juga bertahan
selama bertahun-tahun, mengingat umur panjang kebanyakan harta. Disamping itu, sebagaimana
disebutkan sebelumnya, perubahan harga khusus bisa menjadi signifikan bahkan ketika tingkat harga
umum tidak banyak berubah.
Rangkaian statistic yang bertujuan mengukur perubahan harga umum maupun khusus biasanya tidak
berjalan secara bersamaan. Setiap jenis perubahan harga memiliki pengaruh yang berbada terhadap
ukuran-ukuran posisi keuangan dan kinerja operasi suatu perusahaan dan ditimbulkan oleh adanya
tujuan-tujuan berbeda yang tersembunyi. Akuntansi untuk laporan keuangan atas perubahan tingkatan
harga umum disebut sebagai model daya beli konstan biaya historis. Akuntansi untuk perubahan harga
khusus disebut sebagai model biaya kini.
Jumlah mata uang yang disesuaikan terhadap perubahan tingkat harga umum ( daya beli ) disebut
sebagai mata uang konstan biaya historis atau ekuivalen daya beli umum. Jumlah mata uang yang belum
disesuaikan sedemikian rupa disebut sebagai jumlah nominal. Sebagai contoh, selama periode kenaikan
harga, aktiva berumur panjang yang dilaporkan di dalam neraca sebesar biaya akuisisi awalnya
dinyatakan dalam mata uang nominal. Apabila biaya historisnya dialokasikan terhadap laba periode kini
( dalam bentuk beban depresiasi ), pendapatan, yang mencerminkan daya beli kini, ditandingkan dengan
biaya yang mencerminkan daya beli ( yang lebih tinggi ) dari periode terdahulu saat aktiva tersebut
dibeli. Oleh karena itu, jumlah nominal harus disesuaikan untuk perubahan-perubahan dalam daya beli
umum uang agar dapat ditandingkan dengan transaksi ditahun berjalan.
Indeks Harga
Perubahan tingkat harga umum diukur dengan indeks tingkat harga dalam bentuk Jumlah p1q1 / Jumlah
p0q0 dimana p = harga suatu barang tertentu dan q = kuantitas yang dikonsumsi. Suatu indeks harga
adalah rasio biaya. Contoh, jika sebuah keluarga yang terdiri dari empat orang menghabiskan uang
$20.000 untuk membeli sebuah keranjang barang dan jasa yang representive pada akhir tahun 1 ( tahun
dasar – awal tahun 2 ) dan $22.000 untuk membeli keranjang yang sama setahun kemudian ( awal tahun
3 ), indeks harga akhir tahun pada tahun 2 adalah $22.000/$20.000 atau 1,1. Angka ini menujukkan
adanya laju inflasi sebesar 10 % selama tahun 2. Demikian pula halnya, apabila keranjang dalam contoh
diatas $23.500 bagi suatu keluarga yang terdiri dari 4 orang pada tahun 2 kemudian ( akhir tahun 3 ),
maka indeks tingkat harga umum akan menjadi $23.500/$20.000 atau 1,175 yang menunjukkan laju
inflasi 17,5 % semenjak tahun dasar. Indeks untuk tahun dasar adalah $20.000/$20.000 atau 1.
Angka indeks harga digunakan untuk mentraslasikan jumlah yang dibayarkan selama periode terdahulu
menjadi ekuivalen daya beli pada akhir periode. Metode yang digunakan adalah sebagai berikut :
Dimana :
c = periode kini
td = tanggal transaksi
Angka tingkat harga yang disesuaikan bukan merupakan biaya kini dari pos yang dipersoalkan,
melainkan masih merupakan angka biaya historis. Angka biaya historis hanya sekedar disajikan ulang
dalam unit ukuran baru, yaitu daya beli umum diakhirperiode. Jika semua transaksi semua dilakukan
secara seragam selama periode tertentu (seperti pendapatan dari penjualan barang atau jasa), maka
penyesuaian tingkat harga jalan pintas dapat digunakan. Ketika menyajikan pendapatan sebagai setara
daya beli akhir periode, ketimbang menyesuaikan tingkat harga pendapatan harian (berarti ada 365
perhitungan) kita dapat menggunakan rumus berikut :
Secara tradisional, laba merupakan bagian dari kekayaan perusahaan ( yaitu aktiva bersih ) yang dapat
ditarik oleh perusahaan selama suatu periode akuntansi tanpa mengurangi kekayaannya hingga dibawah
posisi awal. Dengan asumsi tidak ada investasi atau penarikan tambahan oleh pemilik selama periode
tersebut. Oleh karena itu, akuntansi konvensional menghitung laba sebagai jumlah maksimal yang dapat
ditarik oleh perusahaan tanpa mengurangi modal uang awalnya. Jika kita tidak bisa memperoleh harga
yang stabil maka perhitungan laba konvensional cenderung menghitung kekayaan bersih perusahaan
setelah pajak secara tidak akurat.
Dari mana datangnya kerugian moneter? Selama inflasi perusahaan akan mengalami perubahan
kekayaan yang tidak berkaitaan dengan kegiatan operasinya. Perubahan muncul dari aktiva atau
kewajiban moneter, kewajiban untuk membayarkan mata uang dengan jumlah yang tetap dimasa
depan. Aktiva moneter mencakup kas dan piutang usaha yang umumnya akan menghilangkan daya beli
selama periode inflasi. Kewajiban moneter mencakup kebanyakan utang yang umumnya akan
menimbulkan keuntungan daya beli selama periode inflasi.
Model biaya kini berbeda dengan akuntansi konvensional dalam dua aspek utama yaitu (1) Aktiva tetap
dinilai berdasarkan biaya kini bukan biaya historis. Oleh karena aset pada dasarnya sama dengan nilai
diskonto kini dari arus kas dimasa depan, pendukung model biaya kini berpendapat bahwa nilai kini
memperlihatkan secara lebih baik pengukuran pendapatan dan potensi arus kas perusahaan dimasa
depan kepada pembaca laporan keuangan. (2) Kedua, laba didefinisikan sebagai kekayaan bersih setelah
pajak dari perusahaan, yaitu jumlah sumber daya yang dapat didistribusikan oleh perusahaan dalam
suatu periode ( tanpa pertimbangan komponen pajak ), namun tetap dapat mempertahankan kapasitas
produktif atau model fisik perusahaan. Satu cara untuk mempertahankan modal adalah dengan
menyesuaikan posisi aktiva bersih awal perusahaan (lewat indeks harga khusus atau penentuan harga
langsung yang sesuai, seperti harga tagihan lancer, daftar harga dari penyedia, dan lain-lain) untuk
mencerminkan perubahan dalam ekuivalen biaya kini aktiva selama periode berjalan.
Ciri khas dari model biaya kini yang disesuaikan dengan tingkat harga adalah pengungkapan perubahan
biaya kini dari aset moneter perusahaan setelah dikurangi inflasi. Tujuannya adalah untuk
memperlihatkan bagian perubahan nilai aset moneter yang melebihi atau kurang dari perubahan daya
beli umum. Dua pengungkapan yang lazim dimuat dalam ekuitas pemegang saham biasanya ditafsirkan
sebagai berikut : Kenaikan aset non moneter akibat inflasi umum merupakan jumlah saldo yang harus
dimiliki perusahaan agar mampu menghadapi inflasi umum tersebut. Komponen kedua (misalnya
kenaikan harga kini yang melampaui inflasi umum) dianggap sejumlah pihak sebagai laba modal atas
aset non moneter yang belum direalisasikan. Kita berpendapat bahwa komponen terakhir ini bukan
merupakan laba, melainkan kenaikan biaya usaha yang harus dimiliki perusahaan untuk
mempertahankan kapasitas produksinya.
Group Modelo diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan, disajikan ulang sebagai berikut :
· Persediaan
Pos-pos ini dinilai berdasarkan metode masuk terakhir, keluar pertama dan disajikan ulang dengan
menggunakan metode biaya penggantian atau manufaktur.
Penyajian ulang akun ini dinilai berdasarkan nilai persediaan yang dinyataan ulang.
· Aktiva Tetap
Pos-pos ini dicatat berdasarkan biaya akuisisi, dan disajikan ulang dengan menggunakan faktor inflasi
yang diperoleh dari Nasional Consumer Indeks/Indeks Harga Konsumen Umum, sehingga menjadi nilai
penggantian bersih yang sesuai ditentukan oleh penilai ahli independent pada tanggal 31 Des 20XX, dan
sesuai denga tanggal akuisisi apabila pembelian dilakukan setelah tanggal tersebut.
· Depresiasi
Pos ini dihitung berdasrkan nilai penyajian ulang aktiva tetap, yang dipertimbangkan ebagai dasar,
perkiraan masa manfaat ditentukan oleh penilai independent.
Akun ini disajikan ulang dengan menggunakan faktor inflasi yang diperoleh dari NCPI, menurut umur
atau tanggal kontribusinya.
Saldo akun ini disajikan dengan penjumlahan aljabar dari hasil kepemilikan aktiva nonmoneter dan
akumulasi hasil moneter ekuitas.
Pos ini menunjukka perubahan dalam nilai aktiva nonmoneter yang disebabkan oleh hal selain inflasi.
Pos ini merupakan hasil yang berawal dari penyajian awal angka-angka laporan keuangan.
Amerika Serikat
Pada tahun 1979, FASB mengeluarkan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (Statement of Financial
Accounting Standards-SAFS ) No. 33 Berjudul “Pelaporan Keuangan dan Perubahan Harga”, pernyataan
ini mengharuskan perusahaan-perusahaan AS yang memiliki persediaan dan aktiva tetap ( sebelum
dikurangi dengan depresiasi ) yang bernilai lebih dari $125 juta atau total aktiva lebih dari $1 Miliar
( setelah dikurangi dengan akumulasi depresiasi ) untuk selama lima tahun mencoba melakukan
pengungkapan daya beli konstan dan biaya beli konstan biaya kini. Sebagai kerangka pengukuran dasar
untuk pengukuran dasar pelaporan keuangan utama, pengungkapan ini lebih ditujukan untuk
melengkapi informasi beban historis daripada menggantinya.
Banyak pengguna dan penyusun informasi keuangan yang telah sesuai dengan SFAS No. 33 menemukan
bahwa :
Pengungkapan daya beli konstan biaya historis tidak terlalu bermanfaat bila dibandingkan data biaya kini
Oleh karena itu, FASB memutuskan untuk menyarankan, dan tidak mewajibkan, perusahaan pelaporan
di AS untuk mengungkapkan baik informasi daya beli tetap biaya historis maupun daya beli tetap biaya
kini. Pedoman yang diterbitkan oleh FASB (SFAS 89) bertujuan untuk membantu perusahaan yang
melaporkan pengaruh perubahan harga terhadap laporan keuangan, disamping sebagai cikal bakal
standar akuntansi inflasi dimasa mendatang.
Perusahaan pelapor didorong untuk mengungkapan informasi berikut untuk masing-masing dari 5 tahun
terkini :
Penjualan bersih dan pendapatan operasi lainnya
Keuntungan atau kerugiaan daya beli ( moneter ) atas pos-poss moneter bersih
Kenaikan atau penurunan dalam biaya kini atau jumlah yang dapat dipulihkan yang lebih rendah dari
persediaan atau aktiva tetap, bersih dari inlasi ( perubahan tingkat harga umum )
Setiap agregat penyesuaian translasi mata uang asing, berdasarkan biaya kini, yang timbul dari proses
konsolidasi
Laba per saham ( dari operasi berjalan ) menurut dasar biaya kini
Tingkat Indeks Harga Konsumen ( Consumer Price Index-CPI ) yang digunakan untuk mengukur laba dari
operasi berjalan
Untuk meningkatkan komparabilitas data diatas, informasi yang diberikan dapat disajikan baik dalam (1)
rata-rata setara daya beli (atau diakhir tahun), (2) Dollar pada periode pokok (1967) yang digunakan
untuk menghitung CPI. Jika laba berdasarkan daya beli tetap biaya kini berbeda secara signifikan dari
laba biaya historis, maka perusahaan diminta untuk menyajikan lebih banyak data.
Pedoman SFAS No 89 juga mencakup operasi luar negeri yang disertakan dalam laporan keuangan
konsolidasian perusahaan induk di Amerika Serikat. Perusahaan yang menggunakan dollar sebagai mata
uang fungsional untuk mengukur operasi luar negeri menggunakan prespektif mata uang induk.
Perusahaan multi nasional yang menggunakan mata uang local sebagai mata uang fungsional untuk
sebagian besar operasi luar negerinya menggunakan prespektif mata uang local. FASB membolehkan
perusahaan untuk menggunakan metode translasi saji ulang untuk menyesuaikan dengan inflasi asing
kemudian mentranslasikannya kedalam dollar AS. Bertujuan untuk menunjukan inflasi dapat
menggunakan baik dollar AS maupun indeks tingkat harga umum asing.
INGGRIS
Standar AS mengharuskan akuntansi dollar konstan dan biaya kini, SSAP 16 mengadopsi hanya metode
biaya kini untuk pelaporan eksternal
Penyesuaian inflasi AS berpusat pada laporan laba rugi, laporan biaya kini di Inggris mewajibkan baik
laporan laba rugi dan neraca biaya kini, beserta catatan penjelasan
Menyajikan akun-akun biaya kini sebagai pelapor keuangan dasar dengan akun-akun pelengkap biaya
historis
Menyajikan akun-akun biaya historis sebagai laporan keuangan dasar dengan akun-akun pelengkap
biaya kini
Menyajikan akun-akun biaya kini sebagai satu-satunya akun yang dilengkapi dengan informasi biaya
historis yang memadai
Terkait pos-pos moneter, SFAS No 33 mewajibkan pengungkapan angka-angka laba dan rugi secara
terpisah, sedangkan SSAP No 16 mewajibkan dua jenis angka yang mencerminkan pengaruh perubahan
harga khusus. Jenis pertama yang disebut sebagai penyesuaian modal kerja moneter (MWCA), mengakui
pengaruh perubahan harga khusus terhadap jumlah total modal kerja yang digunakan dalam operasi
bisnis. Jenis dua yang disebut penyesuaian utang modal, memperhatikan dampak perubahan harga
khsus terhadap aset nonmoneter perusahaan (misalnya penyusutan, beban penjualan, dan modal kerja
moneter).
Penyesuaian utang modal menyatakan bahwa pengeluaran seperti beban penjualan barang dan
penyusutan tidak harus dikurangi untuk mengakui biaya pengganti dari aset tersebut, selama tidak
diperoleh lewat utang. Jika diperoleh lewat utang, maka laba moneter yang dihitung oleh indeks harga
khsus (bukan umum) mestinya mengalami kenaikan.
BRASIL
Inflasi sering dianggap sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari dunia bisnis di Amerika Latin, Eropa
Timur dan Asia Tenggara. Mengingat pengalamannya dengan inflasi dimasa lalu, pendekatan yang
dilakukan oleh brasil terhadap akuntansi inflasi sangat informatif.
Akuntansi inflasi yang direkomendasikan di Brasil hari ini mencerminkan 2 kelompok pilihan pelaporan,
Undang-Undang perusahaan Brasil dan Komisi Sekuritas dan Bursa Brasil. Penyesuaian inflasi yang sesuai
dengan undang-undang perusahaan menyajikan ulang akun-akun aktiva permanen dan ekuitas
pemegang saham dengan menggunakan indeks harga yang diakui oleh Pemerintah Federal untuk
mengukur devaluasi mata uang lokal. Aktiva permanen meliputi aktiva tetap, gedung, investasi, beban
tangguhan dan depresiasi terkait, serta akun-akun amortisasi atau deplesi ( termasuk setiap provisi
kerugiaan yang terkait ). Akun-akun ekuitas pemegang saham terdiri dari modal, cadangan pendapatan,
cadangan revaluasi, laba ditahan, dan akun cadangan modal yang digunakan untuk mencatat
penyesuaian tingkat harga terhadap modal. Akun yang disebut terakhir berasal dari revaluasi aset tetap
kedalam biaya pengganti kininya, setelah dikurangi provisi penyusutan teknis dan fisik.
Penyesuaian inflasi terhadap aset permanen dan ekuitas pemegang saham diterima bersih, dan
kelebihannya diungkapkan secara terpisah dalam laba kini sebagai laba atau rugi koreksi moneter.
Penyesuaian tingkat harga terhadap ekuitas pemegang saham (BRL275) merupakan jumlah yang mesti
ditumbuhkan lewat investasi pemegang saham diawal tahun, guna mengatasi inflasi. Penyesuaian aset
permanen yang lebih sedikit dari penyesuaian ekuitas menimbulkan rugi daya beli, yang tercermin
dalam aset moneter bersih yang diungkapkan oleh perusahaan yaitu modal kerja.
IASB menyimpulkan bahwa laporan posisi keuangan dan kinerja operasional yang dinyatakan dalam
mata uang lokal dilingkungan hyperiflasi tidak bermanfaat. IAS 29 pelaporan keuangan dalam
Perekonomian Hiperinflasi mewajibkan ( dan bukan hanya merekomendasikan ) penyajian ualang
informasi laporan keuangan utama. Secara khusus, laporan keuangan suatu perusahaan yang melakukan
pelaporan dalam mata uang perkekonomian hiperinflasi, apakah didasarkan pada kerangka penilaian
biaya historis atau biaya kini, harus disajikan ulang sesuai dengan daya beli konstan pada tanggal neraca.
Peraturan ini juga berlaku untuk angka-angka serupa ditahun sebelumnya. Laba atau rugi daya beli
terkait posisis kewajiban atau aset moneter bersih harus dimasukkan kedalam laba bersih. Perusahaan
pelapor juga harus mengungkapkan :
Fakta bahwa penyajian ulang atas perubahan daya beli umum unit pengukuran telah dilakukan
Model penilaian aset yang digunakan dalam laporan utama (yaitu penilaian historis atau biaya kini)
Identitas dan tingkat indeks harga pertanggal neraca, berikut pergerakkannya selama tahun pelaporan
Para analis harus memperhatikan hal-hal berikut saat membaca laporan yang disesuaikan dengan
inflasi :
Apakah pengaruh inflasi dapat diukur secara lebih baik oleh dollar tetap atau biaya kini
Perlakuan terhadap laba dan rugi atas pos-pos moneter (seperti kas, utang, dan piutang) merupakan isu
controversial. Survei yang dilakukan terhadap praktik-praktik diberbagai negara menunjukkan
keragaman yang penting dalam hal ini.
Laba dan rugi pos-pos moneter di Amerika Serikat ditentukan dengan menyajikan ulang dalam dolar
konstan, saldo awal dan akhir serta transaksi dalam seluruh aktiva dan kewajiban moneter ( termasuk
utang jangka panjang ). Angka yang dihasilkan diungkapkan sebagai pos terpisah. Perlakuan ini
memandang keuntungan dan kerugiaan pos-pos moneter sebagai hal yang berbeda dari jenis
pendapatan yang lain.
Di Inggris, keuntungan dan kerugian pos-pos moneter dipisahkan menjadi modal kerja moneter dan
mekanisme penyesuaian. Kedua angka tersebut ditentukan melalui perubahan harga khusus ( dan bukan
umum ). Mekanisme penyesuaian mengindikasikan manfaat ( atau biaya ) kepada pemegang saham
berasal dari pembiayaan utama selama suatu periode perubahan harga. Angka-angka ini ditambahkan
atas ( dikurangi dari ) laba operasi biaya kini untuk menghasilkan ukuran kemakmuran yang dapat
dihapuskan yang disebut sebagai “ Laba Biaya Kini Tertribusi Kepada Pemegang Saham “.
Pendekatan Brasil yang tidak lagi diwajibkan, tidak menyesuaikan aktiva dan kewajiban kini secara
eksplisit, karena jumlah-jumlah ini dinyatakan dalam hal nilai yang dapat direalisasi. Namun demikian,
peyesuaian dan penyajian bersih aktiva pemanen atau kerugian daya beli umum atas pendanaan modal
kerja yang berasal dari utang atau kewajiban. Penyesuaian aktiva permanen yang melebihi penyesuaian
ekuitas menunjukkan keuntungan daya beli. Sebaliknya, penyesuaian ekuitas yang lebih besar dari
penyesuaian aktiva permanen menunjukkan adanya sebagai modal kerja yang didanai oleh ekuitas.
Kerugiaan daya beli diakui untuk bagian ini selama periode inflasi.
SSAP No 16 memiliki cara yang lebih baik untuk menangani pengaruh inflasi. Perusahaan juga
diuntungkan jika menggunakan utang selama inflasi berlangsung. Fenomena ini seharusnya tidak diukur
dengan daya beli umum karena perusahaan hampir tidak pernah berinvestasi di keranjang belanja
ekonomi. Tujuan akuntansi inflasi ialah untuk mengukur kinerja perusahaan dan memungkinkan pihak
yang terkait untuk menilai jumlah, waktu, dan potensi arus kas dimasa depan.
Suatu perusahaan dapat mengukur daya beli yang dimilikinya untuk memperoleh barang dan jasa
tertentu lewat indeks pengukur laba dan rugi moneter. Karena tidak semua perusahaan memperoleh
indeks daya beli kasnnya sendiri, pendekatan yang dilakukan di Inggris menjadi alternative yang terbaik.
Laba operasi ( perbedaan antara pendapatan kini dan biaya kini sumber daya yang dikonsumsi )
Keuntungan yang belum direalisasi yang timbul dari kepemilikan aktiva nonmoneter dengan nilai
pengganti yang meningkat bersamaan dengan inflasi
Di Amerika Serikat, FASB berupaya untuk membahas masalah inflasi dengan mewajibkan perusahaan
pelapor yang besar untuk melakukan ekspresimen dengan pengungkapan daya beli konstan biaya
histories dan pengungkapannya biaya kini. Oleh karena itu, investor memerlukan laporan keuangan yang
disesuaikan dengan tingkat harga spesifik ( model biaya kini yang digunakan ) menentukan jumlah
maksimum yang dapat dibayarkan oleh perusahaan sebagai deviden ( kekayaan yang dapat dibagikan )
tanpa mengurangi kapasitas produktifnya. Model biaya histories tetap saja adalah model biaya historis.
Sajikan ulang laopran keuangan seluruh anak perusahaan, baik domestic secara spesifik maupun asing,
dan laopran induk perusahaan untuk mencerminkan perubahan dalam harga spesifik ( sebagai contoh
biaya kini )
Translasikan akun-akun seluruh anak perusahaan diluar negeri kedalam nilai ekuivalen mata uang
domestic dengan menggunakan suatu nilai konstan ( yaitu kurs valuta asing pada tahun dasar atau tahun
sekarang )
Gunakanlah indeks harga spesifik yang relavan dengan apa yang dikonsumsi oleh perusahaan dalam
menghitung keuntungan atau kerugiaan moneter
Pada saat menyajikan ulang akun-akun luar negeri terhadap inflasi di luar negeri. Seseorang harus
berhati-hati untuk menghindari apa yang disebut sebagai kejatuhan ganda. Masalah ini muncul karena
inflasi local langsung berpengaruh kurs yang digunakan dalam translasi. Apabila teori ekonomi
mengasumsikan bahwa terdapat hubungan terbalik antara laju inflasi internal suatu Negara dan nilai
eksternal mata uangnya, bukti-bukti menunjukkan bahwa hubungan seperti ini jarang sekali bertahan
( paling tidak dalam jangka pendek ). Dengan demikian ukuran penyesuaian yang terjadi untuk
menghapuskan kejatuhan ganda akan berbeda-beda tergantung pada sejauh mana kurs dan perbedaan
inflasi berhubungan secara negatif.
Contoh akuntansi persediaan berikut ini menunjukkan hubungan antara inflasi dan translasi mata uang
luar negeri. Perusahaan dalam contoh ini menggunakan metode penilaian persediaan FIFO dan
melakukan translasi persediaan ke dalam dolar dengan kurs ini. Kita mengasumsikan beberapa hal
berikut ini :
Inflasi Negara local adalah 20 % selama tahun yang beru saja berakhir. Inflasi di AS adalah sebesar 6 %
selama tahun teersebut
Devaluasi mata uang selama tahun untuk mempertahankan paritas daya beli adalah 12 %
Persediaan dalam mata uang local adalah sebesar LC200 pada tanggal 1 Januari dan LC240 pada tanggal
31 Desember
Tidak ada perubahan yang terjadi menyangkut jumlah fisik persediaan selama tahun tersebut.
Dari paparan tentang pelaporan keuangan dan perubahan harga menurut saya setiap perusahaan yang
sudah bonafit wajib melakukan pelaporan keuangannya bahkan ke public atau masyarakat juga. Dan jika
kita ingin melakukan bisnis internsioanal kita tidak bisa dipisahkan dengan nilai mata auang dan
perubahan harga uang atas barang dan jasa. Dalam suatu perekonomian bisa mengalami yang namanya
perubahan harga. Perubahan harga tersebut ada yang namanya inflasi ( kenaikan harga secara
keseluruhan ) dan deflasi ( penurunan harga ). Disetiap Negara memiliki perbedaan dalam hal penilaian
biaya kini yang dikaitkan terhadap inflasi di pemaparan diatas di jelaskan tentang sudut pandang
internasional terhadap akuntansi inflasi antara Negara Amerika Serikat, Inggris dan Berasil. Dari itu
semua ada keuntungan dan kerugiaan inflasi pada Negara Amerika Serikat, Inggris dan Brasil dan juga
Kepemilikan.