Pencegahan Ebola
Pencegahan Ebola
Pertama, harus dilakukan kontrol Reston Ebolavirus pada binatang ternak. Saat ini
belum tersedia vaksin RESTV pada hewan. Pembersihan rutin dan disinfeksi pada
peternakan babi atau monyet (dengan sodium hypochlorite atau deterjen lainnya) harus
efektif dalam menonaktifkan virus.
Jika diduga telah terjadi wabah, tempat harus dikarantina dengan segera.
Kemudian diikuti dengan tindakan pemusnahan hewan yang terinfeksi, dengan
pengawasan yang ketat dari penguburan atau pembakaran bangkai, sehingga dapat
meminimalisasi risiko penularan dari hewan ke manusia. Juga dengan membatasi atau
melarang pergerakan hewan dari peternakan yang terinfeksi ke daerah lain sehingga
dapat mengurangi penyebaran penyakit.
Sebagaimana wabah RESTV pada babi dan monyetyang telah mendahului infeksi
pada manusia, maka harus ditegakkan sistem surveilans kesehatan aktif pada hewan
untuk mendeteksi kasus baru, Hal ini sangat penting dilakukan untuk emberikan
peringatan dini bagi otoritas kesehatan, veteriner dan masyarakat.
Dengan tidak adanya vaksin dan pengobatan yang efektif pada manusia, maka
usaha perlindungan individu serta usaha untuk meningkatkan kesadaran akan faktor
risiko infeksi Ebola merupakan satu-satunya cara yang dapat diambil untuk mengurangi
infeksi dan kematian pada manusia.
Penularan virus ebola dari manusia ke manusia, terutama terkait dengan kontak
langsung atau tidak langsung dengan darah dan cairan tubuh. Penularan ke petugas
kesehatan telah dilaporkan ketika langkah pengendalian infeksi yang tepat belum
diterapkan. Hal ini tidak selalu terjadi untuk mengidentifikasi awal pasien dengan EBV,
karena gejala awal mungkin tidak spesifik. Untuk alasan ini, penting bahwa petugas
kesehatan selalu menerapkan secara konsisten standar kewaspadaan pada semua pasien –
terlepas dari diagnosis mereka – pada seluruh praktek kerja pada setiap saat. Hal ini
mencakup pula kebersihan tangan dasar, kebersihan pernapasan, penggunaan alat
pelindung diri (sesuai risiko percikan atau kontak lainnya dengan bahan yang terinfeksi),
jaga praktik aman untuk injeksi dan pemulasaraan jenazah.
Petugas kesehatan yang merawat pasien yang diduga atau dikonfirmasi terkena
virus Ebola harus selalu menerapkan standar tindakan pencegahan dan langkah
pengendalian infeksi lain untuk menghindari paparan darah dan cairan tubuh pasien dan
menghindari kontak tanpa pelindung langsung dengan lingkungan yang mungkin
tercemar. Ketika kontak dekat (1 meter) antara petugas dengan pasien EBV, petugas
kesehatan harus memakai pelindung wajah (masker bedah dan kacamata), gaun lengan
panjang dan sarung tangan steril.
Demikian juga dengan risiko pada petugas laboratorium. Sampel yang diambil
untuk keperluan diagnosis, dari suspek penderita virus ebola baik pada manusia maupun
hewan harus ditangani oleh petugas terlatih dan diproses di laboratorium sesuai standar
WHO. Dalam hal ini WHO memberikan pelatihan untuk mendukung investigasi dan
pengendalian penyakit.