Anda di halaman 1dari 8

ISBN 978- 979-8636-30-1

STUDI PENDAHULUAN PEMBUATAN PUPUK PADATAN SLOW RELEASE


MENGGUNAKAN AIR LINDI DAN MINERAL SILIKA LIMBAH GEOTERMAL

PRELIMINARY STUDY OF SLOW RELEASE FERTILIZER PREPARATION USING OF


LEACHATE AND GEOTHERMAL WASTE SILICA

B.D. Erlangga, Widodo, Eki N. Dida, N.Y. Andriani, H. Sembiring, Solihin


Pusat Penelitian Geoteknologi LIPI
Kompleks LIPI Gd. 70, Jl Sangkuriang Bandung 40135
Email: bderlangga@geotek.lipi.go.id

ABSTRAK
Selain menjadi polutan terhadap lingkungan, air lindi dari tempat pembuangan akhir (TPA) juga mengandung
beberapa unsur hara makro (N, P, K) dan mikro (Ca, Mg, Fe, Na) yang dibutuhkan oleh tanaman. Menyadari
adanya unsur-unsur tersebut maka air lindi dapat berpotensi menjadi pupuk cair organik. Penggunaan pupuk
cair sendiri masih dirasa kurang efektif dalam aplikasinya karena lebih mudah larut dan menguap. Disisi lain,
padatan mineral silika (amorf) yang dihasilkan oleh limbah geotermal juga masih belum dimanfaatkan secara
optimal. Penelitian ini dilakukan untuk memformulasikan bahan-bahan tersebut untuk dijadikan sebagai pupuk
lepas lambat (slow release). Percobaan dilakukan dengan membuat 5 contoh formula yang berbeda agar
menjadi bentuk pupuk padatan tablet. 5 contoh formula dibuat dengan perbedaan penggunaan hidrogel
sebesar 10-50% terhadap silika amorf. Uji pelarutan pupuk dilakukan menggunakan media air untuk melihat
sifat kelarutan unsur haranya. Hasil percobaan memperlihatkan bahwa mineral silika dapat menjadi penyangga
dalam bentuk padatan tablet serta kombinasinya dengan hidrogel dapat mengoptimalkan penyerapan dan
penyimpanan nutrisi unsur hara dari air lindi. Kelima sampel mempunyai pola pelarutan nutrisi yang dapat
dikatakan lambat (slow release). Pada contoh H-10 dengan penggunaan hidrogel sebanyak 10% dari total
komposit 200gram sudah dapat menyerap 400ml air lindi. Dapat disimpulkan bahwa penggunaan hidrogel
sebanyak 10% sudah cukup optimal dalam proses pembuatan dan pelarutan serta tentunya lebih ekonomis.

Kata kunci: air lindi, silika, pupuk, slow release

ABSTRACT
Besides being a pollutant for the environment, the landfill leachate also contains some macro nutrients (N, P, K)
and micro nutrients (Ca, Mg, Fe, Na) which needed by plants. Aware of these elements, the leachate can
potentially be an liquid organic fertilizer. The use of liquid fertilizers is still considered less effective in its
application because it is easier to dissolve and evaporate. On the other side, the mineral silica produced by
geothermal waste is still not used optimally. This study was conducted to formulate these materials to be used
as a slow release fertilizer. Experiments carried out by making five samples of different formulas in order to
form a solid fertilizer. 5 formulas made by difference using of hydrogel content ie 10-50% against amorphous
silica. Leaching test of fertilizer conducted using water (aquades) to view the properties of solubility of
Ketahanan Mineral dan Energi

nutrients. The results showed that the combination of amorphous silica and hydrogel can be a buffer in solid
form. This combination can optimize nutrient absorption and storage of nutrients from leachate. The fifth
sample has a pattern of nutrient release can be said to be slow (slow release). In an sample of H-10 with the
use of 10% hydrogels from total composite of 200gram, it can absorb leachate 400ml. It can be concluded that
the use of hydrogels as much as 10% is quite optimal in the manufacturing process and the leaching and also
more economic.
Keywords: leachate, silica, fertilizer, slow release

Pemaparan Hasil Penelitian Geoteknologi 2015 IV-33


“Meningkatkan Kualitas dan Diseminasi hasil Penelitian Melalui Pemberdayaan Kerjasama Ilmiah”
ISBN 978- 979-8636-30-1

PNDAHULUAN
Indonesia mempunyai kepadatan penduduk yang cukup tinggi, terutama di pulau Jawa. Semakin padat
penduduknya maka mobilitas didalam suatu daerah tersebut akan meningkat seperti yang terjadi di wilayah
perkotaan. Salah satu dampak yang timbul akibat keadaan tersebut adalah dihasilkannya limbah sampah dari
kegiatan manusia, baik dari rumah tangga maupun industri-industri. Biasanya penanganan sampah di berbagai
daerah hanya dikumpulkan (open dumping) di suatu tempat penampungan akhir (TPA). Permasalahan yang
ditimbulkan dari TPA adalah timbulnya pencemar berupa cairan sampah atau disebut juga air lindi. Semakin
banyak tumpukan sampah di TPA maka air lindi yang dihasilkan akan semakin banyak. Kuantitas lindi yang
dihasilkan tergantung pada jumlah masuknya air dari luar terutama air hujan, disamping dipengaruhi oleh
aspek operasional yang diterapkan seperti aplikasi tanah penutup, kemiringan permukaan, dan kondisi iklim
(Englehardt, 2006) Komponen yang terkandung didalam air lindi antara lain komponen organik terlarut,
komponen anorganik, logam berat dan komponen organik xenobiotic yang biasanya didapatkan dalam
konsentrasi rendah namun diduga menimbulkan efek toksik. Namun begitu, didalam air lindi juga terdapat
beberapa jenis bakteri aerob yang dapat bertugas sebagai dekomposter beberapa unsur yang susah diterima
oleh tanaman. Komposisi air lindi dari berbagai TPA memiliki nilai yang berbeda-beda. Pada TPA yang semakin
tua akan menghasilkan molekul organik recalcitrant yang ditunjukkan dengan rendahnya rasio BOD/COD dan
tingginya nilai NH3-N (Renoua et al, 2005).
Air lindi banyak mengandung unsur-unsur yang dibutuhkan tanaman, diantaranya adalah nitrogen, ammonium
nitrogen, nitrat, pospat, besi, serta unsur hara mikro yang lain sehingga dapat dimanfaatkan sebagai pupuk cair
(Riansyah & Wesen, 2011; Nurhasanah, 2012; Rahmi et al., 2014). Dari fenomena tersebut, diberbagai wilayah
telah melakukan rekayasa proses pengomposan dengan beberapa cara sehingga air lindi dapat dimanfaatkan
sebagai pupuk cair organik. Pupuk cair organik memliki keunggulan lebih ramah terhadap lingkungan, apalagi
bahan yang digunakan berasal dari limbah. Selain membuat pupuk baru, pemanfaatan limbah air lindi ini juga
dapat mengurangi pencemaran terhadap lingkungan. Seiring dengan perkembangan pupuk kimia yang ada
dipasaran yang lebih unggul dalam kemudahan penggunaannya dan penyimpanannya, maka pupuk cair
organik dirasa masih kurang efektif.
Dalam penelitian ini akan dilakukan proses rekayasa untuk membuat pupuk dari nutrisi unsur hara yang
berasal dari air lindi yang dikemas kedalam bentuk padatan. Bahan padatan yang digunakan adalah sludge
limbah geotermal yang berasal dari PLTP di wilayah Dieng. Penggunaan silika disisi lain sebagai bahan carrier
unsur hara, juga untuk meningkatkan nilai tambah dari limbah sludge yang hanya ditumupuk di tempat
penampungan akhir. Karakteristik sludge dari lokasi tersebut mengandung lebih dari 85% silika amorf
(Agustinus, 2014). Berbeda dengan silika kristalin pada umumnya, silika dalam bentuk amorf ini lebih ramah
terhadap lingkungan seperti tanah, sehingga dapat dimanfaatkan untuk bahan pendukung pupuk (Solihin,
2015). Bahan padatan silika amorf ini akan dimanfaatkan sebagai carrier untuk membawa, menyimpan dan
melepaskan nutrisi unsur hara. Selain bahan tersebut, bahan lain yang digunakan adalah hidrogel yang
berfungsi sebagai penyimpan air dan nutrisi pada saat aplikasi pupuk tersebut. Hidrogel adalah polimer yang
bersifat hidrophilik yang mampu menyerap dan menahan cairan dalam keadaan mengembang (Erizal, 2010).
Uji hidrogel untuk aplikasi pertanian telah menjunjukkan hasil yang gemilang seperti telah diamati dapat
membantu mengurangi konsumsi air, menurunkan kecepatan matinya tanaman, memperbaiki ketahanan
pupuk dalam tanah (Tomaszewska & Jarosiewicz, 2002). Hidrogel ini sangat berperan untuk menjaga
kelembaban tanah dan akan mengeluarkan air berserta unsur hara yang telah disimpannya untuk kebutuhan
tanaman. Setelah dilakukan rekayasa ini diharapkan pupuk padatan dapat memiliki sifat pelepasan unsur hara
yang perlahan-lahan (slow release) sesuai kebutuhan penyerapan akar tanaman.
Ketahanan Mineral dan Energi

MATERIAL DAN METODE


Material bahan-bahan yang digunakan adalah air lindi TPA, limbah geotermal (silika amorf) dan hydrogel serta
molase sebagai perekat. Bahan air lindi didapatkan dari TPA sampah Sarimukti yang terletak di Kecamatan
Cipatat Kabupaten Bandung Barat, yang memiliki luas 25,2Ha. Sampel lindi yang digunakan berasal dari inlet
unit pengolahan lindi TPA Sarimukti dan terlebih dahulu diencerkan dengan perbandingan 1:10. Setelah
dilakukan karakterisasi, sampel air lindi yang diambil tersebut menggandung kadar air 98%. Karakterisasi
unsur-unsur yang terkandung didalam air lindi tersebut ditunjukan pada Tabel 1.

IV-34 Pemaparan Hasil Penelitian Geoteknologi 2015


“Meningkatkan Kualitas dan Diseminasi Hasil Penelitian Melalui Pemberdayaan Kerjasama Ilmiah”
ISBN 978- 979-8636-30-1

Kemudian sludge limbah geotermal atau silika amorf yang berfungsi sebagai penyangga (carrier) didapat dari
PLTP Geodipa Energi Dieng, Wonosobo, Jawa Tengah. Karakterisasi dari sludge limbah geotermal dapat
ditunjukkan pada Tabel 2.

Tabel 1. Unsur-unsur yang terkandung dalam air lindi TPA Sarimukti

No Unsur yg diukur Konsentrasi Satuan

1. Ca 3,17 ppm

2. K 2959,55 ppm
3. Mg 11,9 ppm
4. Fe 9,58 ppm

5. Mn 0,45 ppm
6. Na 1475,6 ppm
7. N 9440 ppm

8. PO4 765,325 ppm

9. pH 8,4 -

Tabel 2. Karakterisasi sludge limbah geotermal PLTP Dieng

No Unsur yang dianalisis Satuan Konsentrasi Metode

1 Silicone dioxide (SiO2) % 85,60 Gravimetry


2 Titanium dioxide (TiO2) % Ttd Spectrophotometry
3 Alumunium trioxide (Al2O3) % 0,04 Titration
4 Iron trioxide (Fe2O3) % 0,21 AAS
5 Manganase oxide (MnO) % 0,05 AAS
6 Magnesium oxide (MgO) % 0,03 AAS
7 Calcium oxide (CaO) % 0,04 AAS
8 Potassium oxide (K2O) % 1,86 AAS
9 Sodium oxide (Na2O) % 0,05 AAS
10 Phosphoric (P2O5) % 0,32 Spectrophotometry
11 Moisture content (H2O-) % 2,25 Gravimetry
Ketahanan Mineral dan Energi

12 Volatile content (H2O+) % 6,49 Gravimetry


13 LOI (Ignition Loss) % 11,59 Gravimetry

Bahan hidrogel yang digunakan adalah hidrogel dengan merk dagang Aquakeeper (Lot No. UF 6376 KM).
hidrogel ini setelah terkena air mampu menyerap dan mengembang hingga beberapa kali lipat volumenya dari
bentuk saat kering. Sehingga bahan hidrogel dipilih untuk mendampingi bahan-bahan lainya. Selain bahan-

Pemaparan Hasil Penelitian Geoteknologi 2015 IV-35


“Meningkatkan Kualitas dan Diseminasi hasil Penelitian Melalui Pemberdayaan Kerjasama Ilmiah”
ISBN 978- 979-8636-30-1

bahan utama tersebut, juga diperlukan bahan perekat untuk keperluan pencetakan dalam bentuk tablet.
Bahan perekat yang digunakan adalah molase dengan pemakaian sebanyak ± 5%.
Metode penelitian dilakukan dengan percobaan untuk membuat 5 formulasi yang berbeda, namun variabel
tetap digunakan untuk jumlah air lindi, sedangkan sludge dan hidrogel komposisinya saling menyesuaikan
(Tabel 3). Proses pembuatannya yaitu dengan mencampurkan ketiga bahan tersebut kemudian dilakukan
pengadukan menggunakan mixer ±30 menit hingga semua bahan tercampur sempurna. Kemudian bahan
diletakkan pada suatu wadah dan dikeringkan dengan suhu kamar ±24jam. Secara murni hidrogel sendiri yang
telah menyerap air akan membutuhkan waktu yang cukup lama untuk berubah menjadi kering seperti semula,
namun dengan adanya sludge yang ikut menyerap air lindi dapat membantu mempercepat proses tersebut
sehingga air lindi beserta unsur haranya dapat terserap. seperti penelitian terdahulu oleh Haraguchi (2006)
menyatakan bahwa dengan penambahan lempung (clay) pada komposit hidrogel selain meningkatkan daya
serap air, juga akan menjadikan kekuatan mekanik dari hidrogel sehingga sangat cocok untuk digunakan dalam
pertanian. Setelah sampel percobaan tersebut dalam keadaan kering atau sedikit lembab, kemudian dilakukan
pencetakan. Pencetakan dalam penelitian ini dilakukan dengan bentuk tablet berdiameter 1cm dan tebal
±3mm.

Tabel 3. Percobaan formulasi sampel pupuk

Kode Silika (g) Hidrogel (g) Air Lindi (ml) Molase

H-10 190 10 400 Molase


-
H-20 180 20 400 5%
H-30 170 30 400 5%
H-40 160 40 400 5%
H-50 150 50 400 5%

Setelah sampel pupuk tersebut terbentuk menjadi tablet, kemudian masing-masing sampel dilakukan uji
pelarutan dengan media air aquades dengan kemurnian tinggi (tingkat 1). Uji pelarutan dirancang dengan
pengujian pada sampel yang telah dilarutkan dengan rentang waktu 20 menit, 50 menit, 1 jam 50 menit , 3 jam
50 menit dan 5 jam 50 menit untuk dilakukan pengambilan larutan airnya. Dalam penelitian ini larutan air dari
setiap rentang waktu tersebut dilakukan uji kandung unsur hara makro yaitu nitrogen (N) dengan metode
Nessler, pospat (P) dengan metode spektrofotometri UV dan kalium (K) dengan metode spektrofotometri
serapan atom (AAS).

HASIL DAN PEMBAHASAN


Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakterisasi dari masing-masing bahan saling mendukung untuk
diformulasikan menjadi bahan pupuk padatan. Masing-masing bahan mempunyai peranan yang berbeda
namun menjadi kesatuan yang cukup baik apabila dilihat dari hasil padatanya, dalam percobaan ini adalah
dalam bentuk tablet (Gambar 1). Walaupun tentunya kandungan nutrisi atau unsur hara dalam pupuk ini
masih dirasa sedikit jumlahnya jika dibandingkan dengan pupuk kimia, namun tentu mempunyai sisi
keunggulan diantanya adalah merupakan pupuk organik yang lebih ramah lingkungan, menggunakan hidrogel
Ketahanan Mineral dan Energi

yang mendukung untuk pertanian, dan dikemas dalam bentuk padatan.

IV-36 Pemaparan Hasil Penelitian Geoteknologi 2015


“Meningkatkan Kualitas dan Diseminasi Hasil Penelitian Melalui Pemberdayaan Kerjasama Ilmiah”
ISBN 978- 979-8636-30-1

Gambar 1. Hasil bentuk padatan dari sampel pupuk


Kemudian uji pelarutan yang dilakukan yaitu untuk mengacu pada pembuatan pupuk dengan sistem slow
release memperlihatkan hasil yang signifikan. Hasil pelarutan selama beberapa rentang waktu tersebut
menunjukan pelarutan unsur N, P, dan K secara perlahan-lahan (Gambar 3, 4, dan 5) sehingga dapat
dikategorikan sebagai pupuk slow release.

Gambar 3. Grafik hasil pelarutan unsur nitrogen dalam NH4

Nilai dari pelarutan 5 tablet tersebut terlihat hampir sama apabila dilihat pada tabel hasil pelarutannya.
Terlihat cukup stabil walaupun terjadi fluktuasi naik dan turun, namun pada nilai konsentrasi akhirnya masih
berada diatas dari semua pelarutan pada rentang waktu tersebut (Tabel 4). Hal yang sama juga terjadi pada
hasil pelarutan untuk unsur fosfat (PO4) dan kalium (K) yang ditunjukkan pada Gambar 4 dan 5.
Ketahanan Mineral dan Energi

Pemaparan Hasil Penelitian Geoteknologi 2015 IV-37


“Meningkatkan Kualitas dan Diseminasi hasil Penelitian Melalui Pemberdayaan Kerjasama Ilmiah”
ISBN 978- 979-8636-30-1

Gambar 4. Grafik hasil pelarutan unsur fosfat

Gambar 5. Hasil pelarutan unsur kalium

Seluruh formula sampel menunjukan hasil yang relatif sama baiknya apabila dilihat dari hasil produk pupuk
Ketahanan Mineral dan Energi

padatannya dan serta hasil pelarutan unsur N, P, dan K. Apabila dilihat dengan hasil pelarutan total dari
masing-masing tablet (Tabel 4), terlihat bahwa unsur hara NPK tersebut tidak seluruhnya larut dalam rentang
waktu hingga 350 menit. Hal ini menunjukan sifat slow release telah terbentuk dalam bahan komposit pupuk
ini.

IV-38 Pemaparan Hasil Penelitian Geoteknologi 2015


“Meningkatkan Kualitas dan Diseminasi Hasil Penelitian Melalui Pemberdayaan Kerjasama Ilmiah”
ISBN 978- 979-8636-30-1

Tabel 4. Hasil pelarutan total tablet pupuk (dalam ppm)

Total nitrogen Total fosfat Total Kalium


No Sampel
(dalam NH4) (PO4) (K)

1 H10 325,34 21.645 17.000


2 H20 994,01 30.554 29.100
3 H30 1.013,80 20.451 34.900
4 H40 1.375,20 24.882 42.600
5 H50 817,80 26.812 44.800

Dari pemakain hidrogel tersebut maka sampel dengan pemakaian hidrogel yang lebih sedikit tentu akan
menjadi lebih ekonomis yaitu pada sampel H10, berikut dengan sampel seterusnya. Apabila di tinjau dari
kondisi kelembaban tanah yang akan diaplikasikan, maka untuk tanah dengan kondisi kering lebih cocok
dengan kandung hidrogel yang cukup banyak. Intinya pemakaian hidrogel dapat disesuaikan saja dengan
kondisi tanah yang akan diaplikasikan.
Sistem pelarutan pupuk seperti ini sangat membantu dalam efisiensi penggunaan pupuk dalam pertanian,
serta mengurangi terjadinya pencemaran unsur hara didalam badan air akibat pemakaian pupuk yang berlebih
dan tidak terserap oleh tanaman, apalagi jika dibandingkan dengan menggunakan pupuk berbahan kimia.

KESIMPULAN
Berdasarkan hasil karakterisasi, air lindi sampah TPA mempunyai kandungan unsur hara makro (N, P, K) dan
mikro (Ca, Mg, Fe, Na) yang dibutuhkan oleh tanaman. Dari formula yang terdiri dari air lindi, sludge atau silika
amorf, dan hidrogel mempunyai fungsi yang saling mendukung untuk pembuatan pupuk padatan. Air lindi
berfungsi sebagai bahan utama sebagai penyedia nutrisi organik, sludge atau silika amorf dapat berfungsi
sebagai penyangga seperti halnya mineral clay yang dapat meningkatkan kekuatan mekanik pada tablet dan
pembawa (carrier) dari unsur hara (nutrient), dan hidrogel dapat berfungsi untuk menyerap, menyimpan dan
menggeluarkan air sehingga dapat menjaga kelembaban tanah (mengurangi intensitas penyiraman).
Berdasarkan hasil uji pelarutan unsur hara nitrogen (N), pospat (P), dan Kalium (K) yang terjadi secara
perlahan-lahan, maka dapat diartikan bahwa penggunaan kombinasi antara sludge atau silika amorf dan
hidrogel akan dapat menghasilkan komposit yang mempunyai sifat slow release. Sehingga pupuk padatan ini
dapat dijadikan sebagai kandidat slow release fertilizer yang mempunyai keunggulan lebih efisien dalam
pemakaiannya karena pelepasan unsur hara yang nantinya dapat disesuaikan dengan kebutuhan oleh
penyerapan melalui akar tanaman. Penelitian ini masih dalam tahap awal dan perlu dilakukan pengembangan
lebih lanjut untuk dilakukan uji terhadap media tanah beserta tanaman diatasnya.
Ketahanan Mineral dan Energi

Ucapan Terima Kasih


Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada Kepala Puslit Geoteknologi LIPI beserta staf yang telah
membantu melaksanakan penelitian ini. Ucapan terima kasih juga kami sampaikan kepada PLTP Geodipa
Energi Dieng atas perkenaannya untuk dapat melakukan pengambilan sampel dan penelitian ini.

Pemaparan Hasil Penelitian Geoteknologi 2015 IV-39


“Meningkatkan Kualitas dan Diseminasi hasil Penelitian Melalui Pemberdayaan Kerjasama Ilmiah”
ISBN 978- 979-8636-30-1

DAFTAR PUSTAKA
Agustinus, E.T.S., Sembiring, H., Effendi., 2014. Teknologi Rekayasa untuk Peningkatan Nilai Tambah Limbah
Sludge (SiO2) Lapangan Panas Bumi. Prosiding Pemaparan Hasil Penelitian, Pusat Penelitian
Geoteknologi LIPI.
Englehardt, J.D., 2006. Options for Managing Municipal Landfill Leachate: Year 1 Development of Iron-
mediated Treatment Processes, vols. Report 0432024-06, University of Florida
Erizal., 2010. Sintesis Hidrogel Superabsorbent Poli (Akrilamida-kalium Akrilat) dengan Teknik Radiasi dan
Karakterisasinya. Jurnal Ilmiah Aplikasi Isotop dan Radiasi, Vol 6 No.2
Haraguchi, K., & Huan-Jun Li., 2006. Mechanical Properties and Structure of Polymer-Clay Nanocomposites gels
with High Clay Content. Macromolecules, 39, 1898-1905
Nurhasanah., 2012, Pengolahan Lindi dan Potensi Pemanfaatanya sebagai Pupuk Cair untuk Mendukung
Pengembangan TPA Sampah Lestari, Tesis Pascasarjana IPB, Bogor.
Renoua, S., Givaudan, J.G., Poulain, S., Dirassouyan, F., Moulin, P., 2005. Lanfill leachate treatment: Review and
Opportunities. Commissariat a I’Energie Atomique de Cadarache
Rahmi, F., Sitorus, B., Ihsan, R., 2014. Pemekatan Unsur Hara Mikro yang Terdapat Dalam Air Lindi Tempat
Pemrosesan Akhir (TPA) Sampah. Jurnal Teknik Lingkungan Untan, Vol 1 No.1
Riansyah, E., Wesen, P., 2011. Pemanfaatan Lindi Sampah sebagai Pupuk Cair. Jurnal Ilmiah Teknik Lingkungan,
UPNV Jatim Vol 4 No.1
Solihin., Erlangga, B.D., Andriani, N.Y., Saepulloh, A., Santoso, E.B., Widodo., 2015. Pemanfaatan Limbah
Pembangkit Listrik Tenaga Panasbumi Sebagai Pupuk Slow release. Prosiding Seminar Nasional
Forum Iptekin, PAPIPTEK-LIPI
Tomaszewska, M., & Jarosiewicz, A., 2002. Use of Polysulfone in Controlled release NPK fertilizer formulations.
Jurnal of Agricultural and Food Chemistry, 50, 4636-4639
Ketahanan Mineral dan Energi

IV-40 Pemaparan Hasil Penelitian Geoteknologi 2015


“Meningkatkan Kualitas dan Diseminasi Hasil Penelitian Melalui Pemberdayaan Kerjasama Ilmiah”

Anda mungkin juga menyukai