531 1937 1 PB PDF
531 1937 1 PB PDF
ABSTRAK
Selain menjadi polutan terhadap lingkungan, air lindi dari tempat pembuangan akhir (TPA) juga mengandung
beberapa unsur hara makro (N, P, K) dan mikro (Ca, Mg, Fe, Na) yang dibutuhkan oleh tanaman. Menyadari
adanya unsur-unsur tersebut maka air lindi dapat berpotensi menjadi pupuk cair organik. Penggunaan pupuk
cair sendiri masih dirasa kurang efektif dalam aplikasinya karena lebih mudah larut dan menguap. Disisi lain,
padatan mineral silika (amorf) yang dihasilkan oleh limbah geotermal juga masih belum dimanfaatkan secara
optimal. Penelitian ini dilakukan untuk memformulasikan bahan-bahan tersebut untuk dijadikan sebagai pupuk
lepas lambat (slow release). Percobaan dilakukan dengan membuat 5 contoh formula yang berbeda agar
menjadi bentuk pupuk padatan tablet. 5 contoh formula dibuat dengan perbedaan penggunaan hidrogel
sebesar 10-50% terhadap silika amorf. Uji pelarutan pupuk dilakukan menggunakan media air untuk melihat
sifat kelarutan unsur haranya. Hasil percobaan memperlihatkan bahwa mineral silika dapat menjadi penyangga
dalam bentuk padatan tablet serta kombinasinya dengan hidrogel dapat mengoptimalkan penyerapan dan
penyimpanan nutrisi unsur hara dari air lindi. Kelima sampel mempunyai pola pelarutan nutrisi yang dapat
dikatakan lambat (slow release). Pada contoh H-10 dengan penggunaan hidrogel sebanyak 10% dari total
komposit 200gram sudah dapat menyerap 400ml air lindi. Dapat disimpulkan bahwa penggunaan hidrogel
sebanyak 10% sudah cukup optimal dalam proses pembuatan dan pelarutan serta tentunya lebih ekonomis.
ABSTRACT
Besides being a pollutant for the environment, the landfill leachate also contains some macro nutrients (N, P, K)
and micro nutrients (Ca, Mg, Fe, Na) which needed by plants. Aware of these elements, the leachate can
potentially be an liquid organic fertilizer. The use of liquid fertilizers is still considered less effective in its
application because it is easier to dissolve and evaporate. On the other side, the mineral silica produced by
geothermal waste is still not used optimally. This study was conducted to formulate these materials to be used
as a slow release fertilizer. Experiments carried out by making five samples of different formulas in order to
form a solid fertilizer. 5 formulas made by difference using of hydrogel content ie 10-50% against amorphous
silica. Leaching test of fertilizer conducted using water (aquades) to view the properties of solubility of
Ketahanan Mineral dan Energi
nutrients. The results showed that the combination of amorphous silica and hydrogel can be a buffer in solid
form. This combination can optimize nutrient absorption and storage of nutrients from leachate. The fifth
sample has a pattern of nutrient release can be said to be slow (slow release). In an sample of H-10 with the
use of 10% hydrogels from total composite of 200gram, it can absorb leachate 400ml. It can be concluded that
the use of hydrogels as much as 10% is quite optimal in the manufacturing process and the leaching and also
more economic.
Keywords: leachate, silica, fertilizer, slow release
PNDAHULUAN
Indonesia mempunyai kepadatan penduduk yang cukup tinggi, terutama di pulau Jawa. Semakin padat
penduduknya maka mobilitas didalam suatu daerah tersebut akan meningkat seperti yang terjadi di wilayah
perkotaan. Salah satu dampak yang timbul akibat keadaan tersebut adalah dihasilkannya limbah sampah dari
kegiatan manusia, baik dari rumah tangga maupun industri-industri. Biasanya penanganan sampah di berbagai
daerah hanya dikumpulkan (open dumping) di suatu tempat penampungan akhir (TPA). Permasalahan yang
ditimbulkan dari TPA adalah timbulnya pencemar berupa cairan sampah atau disebut juga air lindi. Semakin
banyak tumpukan sampah di TPA maka air lindi yang dihasilkan akan semakin banyak. Kuantitas lindi yang
dihasilkan tergantung pada jumlah masuknya air dari luar terutama air hujan, disamping dipengaruhi oleh
aspek operasional yang diterapkan seperti aplikasi tanah penutup, kemiringan permukaan, dan kondisi iklim
(Englehardt, 2006) Komponen yang terkandung didalam air lindi antara lain komponen organik terlarut,
komponen anorganik, logam berat dan komponen organik xenobiotic yang biasanya didapatkan dalam
konsentrasi rendah namun diduga menimbulkan efek toksik. Namun begitu, didalam air lindi juga terdapat
beberapa jenis bakteri aerob yang dapat bertugas sebagai dekomposter beberapa unsur yang susah diterima
oleh tanaman. Komposisi air lindi dari berbagai TPA memiliki nilai yang berbeda-beda. Pada TPA yang semakin
tua akan menghasilkan molekul organik recalcitrant yang ditunjukkan dengan rendahnya rasio BOD/COD dan
tingginya nilai NH3-N (Renoua et al, 2005).
Air lindi banyak mengandung unsur-unsur yang dibutuhkan tanaman, diantaranya adalah nitrogen, ammonium
nitrogen, nitrat, pospat, besi, serta unsur hara mikro yang lain sehingga dapat dimanfaatkan sebagai pupuk cair
(Riansyah & Wesen, 2011; Nurhasanah, 2012; Rahmi et al., 2014). Dari fenomena tersebut, diberbagai wilayah
telah melakukan rekayasa proses pengomposan dengan beberapa cara sehingga air lindi dapat dimanfaatkan
sebagai pupuk cair organik. Pupuk cair organik memliki keunggulan lebih ramah terhadap lingkungan, apalagi
bahan yang digunakan berasal dari limbah. Selain membuat pupuk baru, pemanfaatan limbah air lindi ini juga
dapat mengurangi pencemaran terhadap lingkungan. Seiring dengan perkembangan pupuk kimia yang ada
dipasaran yang lebih unggul dalam kemudahan penggunaannya dan penyimpanannya, maka pupuk cair
organik dirasa masih kurang efektif.
Dalam penelitian ini akan dilakukan proses rekayasa untuk membuat pupuk dari nutrisi unsur hara yang
berasal dari air lindi yang dikemas kedalam bentuk padatan. Bahan padatan yang digunakan adalah sludge
limbah geotermal yang berasal dari PLTP di wilayah Dieng. Penggunaan silika disisi lain sebagai bahan carrier
unsur hara, juga untuk meningkatkan nilai tambah dari limbah sludge yang hanya ditumupuk di tempat
penampungan akhir. Karakteristik sludge dari lokasi tersebut mengandung lebih dari 85% silika amorf
(Agustinus, 2014). Berbeda dengan silika kristalin pada umumnya, silika dalam bentuk amorf ini lebih ramah
terhadap lingkungan seperti tanah, sehingga dapat dimanfaatkan untuk bahan pendukung pupuk (Solihin,
2015). Bahan padatan silika amorf ini akan dimanfaatkan sebagai carrier untuk membawa, menyimpan dan
melepaskan nutrisi unsur hara. Selain bahan tersebut, bahan lain yang digunakan adalah hidrogel yang
berfungsi sebagai penyimpan air dan nutrisi pada saat aplikasi pupuk tersebut. Hidrogel adalah polimer yang
bersifat hidrophilik yang mampu menyerap dan menahan cairan dalam keadaan mengembang (Erizal, 2010).
Uji hidrogel untuk aplikasi pertanian telah menjunjukkan hasil yang gemilang seperti telah diamati dapat
membantu mengurangi konsumsi air, menurunkan kecepatan matinya tanaman, memperbaiki ketahanan
pupuk dalam tanah (Tomaszewska & Jarosiewicz, 2002). Hidrogel ini sangat berperan untuk menjaga
kelembaban tanah dan akan mengeluarkan air berserta unsur hara yang telah disimpannya untuk kebutuhan
tanaman. Setelah dilakukan rekayasa ini diharapkan pupuk padatan dapat memiliki sifat pelepasan unsur hara
yang perlahan-lahan (slow release) sesuai kebutuhan penyerapan akar tanaman.
Ketahanan Mineral dan Energi
Kemudian sludge limbah geotermal atau silika amorf yang berfungsi sebagai penyangga (carrier) didapat dari
PLTP Geodipa Energi Dieng, Wonosobo, Jawa Tengah. Karakterisasi dari sludge limbah geotermal dapat
ditunjukkan pada Tabel 2.
1. Ca 3,17 ppm
2. K 2959,55 ppm
3. Mg 11,9 ppm
4. Fe 9,58 ppm
5. Mn 0,45 ppm
6. Na 1475,6 ppm
7. N 9440 ppm
9. pH 8,4 -
Bahan hidrogel yang digunakan adalah hidrogel dengan merk dagang Aquakeeper (Lot No. UF 6376 KM).
hidrogel ini setelah terkena air mampu menyerap dan mengembang hingga beberapa kali lipat volumenya dari
bentuk saat kering. Sehingga bahan hidrogel dipilih untuk mendampingi bahan-bahan lainya. Selain bahan-
bahan utama tersebut, juga diperlukan bahan perekat untuk keperluan pencetakan dalam bentuk tablet.
Bahan perekat yang digunakan adalah molase dengan pemakaian sebanyak ± 5%.
Metode penelitian dilakukan dengan percobaan untuk membuat 5 formulasi yang berbeda, namun variabel
tetap digunakan untuk jumlah air lindi, sedangkan sludge dan hidrogel komposisinya saling menyesuaikan
(Tabel 3). Proses pembuatannya yaitu dengan mencampurkan ketiga bahan tersebut kemudian dilakukan
pengadukan menggunakan mixer ±30 menit hingga semua bahan tercampur sempurna. Kemudian bahan
diletakkan pada suatu wadah dan dikeringkan dengan suhu kamar ±24jam. Secara murni hidrogel sendiri yang
telah menyerap air akan membutuhkan waktu yang cukup lama untuk berubah menjadi kering seperti semula,
namun dengan adanya sludge yang ikut menyerap air lindi dapat membantu mempercepat proses tersebut
sehingga air lindi beserta unsur haranya dapat terserap. seperti penelitian terdahulu oleh Haraguchi (2006)
menyatakan bahwa dengan penambahan lempung (clay) pada komposit hidrogel selain meningkatkan daya
serap air, juga akan menjadikan kekuatan mekanik dari hidrogel sehingga sangat cocok untuk digunakan dalam
pertanian. Setelah sampel percobaan tersebut dalam keadaan kering atau sedikit lembab, kemudian dilakukan
pencetakan. Pencetakan dalam penelitian ini dilakukan dengan bentuk tablet berdiameter 1cm dan tebal
±3mm.
Setelah sampel pupuk tersebut terbentuk menjadi tablet, kemudian masing-masing sampel dilakukan uji
pelarutan dengan media air aquades dengan kemurnian tinggi (tingkat 1). Uji pelarutan dirancang dengan
pengujian pada sampel yang telah dilarutkan dengan rentang waktu 20 menit, 50 menit, 1 jam 50 menit , 3 jam
50 menit dan 5 jam 50 menit untuk dilakukan pengambilan larutan airnya. Dalam penelitian ini larutan air dari
setiap rentang waktu tersebut dilakukan uji kandung unsur hara makro yaitu nitrogen (N) dengan metode
Nessler, pospat (P) dengan metode spektrofotometri UV dan kalium (K) dengan metode spektrofotometri
serapan atom (AAS).
Nilai dari pelarutan 5 tablet tersebut terlihat hampir sama apabila dilihat pada tabel hasil pelarutannya.
Terlihat cukup stabil walaupun terjadi fluktuasi naik dan turun, namun pada nilai konsentrasi akhirnya masih
berada diatas dari semua pelarutan pada rentang waktu tersebut (Tabel 4). Hal yang sama juga terjadi pada
hasil pelarutan untuk unsur fosfat (PO4) dan kalium (K) yang ditunjukkan pada Gambar 4 dan 5.
Ketahanan Mineral dan Energi
Seluruh formula sampel menunjukan hasil yang relatif sama baiknya apabila dilihat dari hasil produk pupuk
Ketahanan Mineral dan Energi
padatannya dan serta hasil pelarutan unsur N, P, dan K. Apabila dilihat dengan hasil pelarutan total dari
masing-masing tablet (Tabel 4), terlihat bahwa unsur hara NPK tersebut tidak seluruhnya larut dalam rentang
waktu hingga 350 menit. Hal ini menunjukan sifat slow release telah terbentuk dalam bahan komposit pupuk
ini.
Dari pemakain hidrogel tersebut maka sampel dengan pemakaian hidrogel yang lebih sedikit tentu akan
menjadi lebih ekonomis yaitu pada sampel H10, berikut dengan sampel seterusnya. Apabila di tinjau dari
kondisi kelembaban tanah yang akan diaplikasikan, maka untuk tanah dengan kondisi kering lebih cocok
dengan kandung hidrogel yang cukup banyak. Intinya pemakaian hidrogel dapat disesuaikan saja dengan
kondisi tanah yang akan diaplikasikan.
Sistem pelarutan pupuk seperti ini sangat membantu dalam efisiensi penggunaan pupuk dalam pertanian,
serta mengurangi terjadinya pencemaran unsur hara didalam badan air akibat pemakaian pupuk yang berlebih
dan tidak terserap oleh tanaman, apalagi jika dibandingkan dengan menggunakan pupuk berbahan kimia.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil karakterisasi, air lindi sampah TPA mempunyai kandungan unsur hara makro (N, P, K) dan
mikro (Ca, Mg, Fe, Na) yang dibutuhkan oleh tanaman. Dari formula yang terdiri dari air lindi, sludge atau silika
amorf, dan hidrogel mempunyai fungsi yang saling mendukung untuk pembuatan pupuk padatan. Air lindi
berfungsi sebagai bahan utama sebagai penyedia nutrisi organik, sludge atau silika amorf dapat berfungsi
sebagai penyangga seperti halnya mineral clay yang dapat meningkatkan kekuatan mekanik pada tablet dan
pembawa (carrier) dari unsur hara (nutrient), dan hidrogel dapat berfungsi untuk menyerap, menyimpan dan
menggeluarkan air sehingga dapat menjaga kelembaban tanah (mengurangi intensitas penyiraman).
Berdasarkan hasil uji pelarutan unsur hara nitrogen (N), pospat (P), dan Kalium (K) yang terjadi secara
perlahan-lahan, maka dapat diartikan bahwa penggunaan kombinasi antara sludge atau silika amorf dan
hidrogel akan dapat menghasilkan komposit yang mempunyai sifat slow release. Sehingga pupuk padatan ini
dapat dijadikan sebagai kandidat slow release fertilizer yang mempunyai keunggulan lebih efisien dalam
pemakaiannya karena pelepasan unsur hara yang nantinya dapat disesuaikan dengan kebutuhan oleh
penyerapan melalui akar tanaman. Penelitian ini masih dalam tahap awal dan perlu dilakukan pengembangan
lebih lanjut untuk dilakukan uji terhadap media tanah beserta tanaman diatasnya.
Ketahanan Mineral dan Energi
DAFTAR PUSTAKA
Agustinus, E.T.S., Sembiring, H., Effendi., 2014. Teknologi Rekayasa untuk Peningkatan Nilai Tambah Limbah
Sludge (SiO2) Lapangan Panas Bumi. Prosiding Pemaparan Hasil Penelitian, Pusat Penelitian
Geoteknologi LIPI.
Englehardt, J.D., 2006. Options for Managing Municipal Landfill Leachate: Year 1 Development of Iron-
mediated Treatment Processes, vols. Report 0432024-06, University of Florida
Erizal., 2010. Sintesis Hidrogel Superabsorbent Poli (Akrilamida-kalium Akrilat) dengan Teknik Radiasi dan
Karakterisasinya. Jurnal Ilmiah Aplikasi Isotop dan Radiasi, Vol 6 No.2
Haraguchi, K., & Huan-Jun Li., 2006. Mechanical Properties and Structure of Polymer-Clay Nanocomposites gels
with High Clay Content. Macromolecules, 39, 1898-1905
Nurhasanah., 2012, Pengolahan Lindi dan Potensi Pemanfaatanya sebagai Pupuk Cair untuk Mendukung
Pengembangan TPA Sampah Lestari, Tesis Pascasarjana IPB, Bogor.
Renoua, S., Givaudan, J.G., Poulain, S., Dirassouyan, F., Moulin, P., 2005. Lanfill leachate treatment: Review and
Opportunities. Commissariat a I’Energie Atomique de Cadarache
Rahmi, F., Sitorus, B., Ihsan, R., 2014. Pemekatan Unsur Hara Mikro yang Terdapat Dalam Air Lindi Tempat
Pemrosesan Akhir (TPA) Sampah. Jurnal Teknik Lingkungan Untan, Vol 1 No.1
Riansyah, E., Wesen, P., 2011. Pemanfaatan Lindi Sampah sebagai Pupuk Cair. Jurnal Ilmiah Teknik Lingkungan,
UPNV Jatim Vol 4 No.1
Solihin., Erlangga, B.D., Andriani, N.Y., Saepulloh, A., Santoso, E.B., Widodo., 2015. Pemanfaatan Limbah
Pembangkit Listrik Tenaga Panasbumi Sebagai Pupuk Slow release. Prosiding Seminar Nasional
Forum Iptekin, PAPIPTEK-LIPI
Tomaszewska, M., & Jarosiewicz, A., 2002. Use of Polysulfone in Controlled release NPK fertilizer formulations.
Jurnal of Agricultural and Food Chemistry, 50, 4636-4639
Ketahanan Mineral dan Energi