Anda di halaman 1dari 18

Sinusitis Maksilaris

SINUSITIS MAKSILARIS

PENDAHULUAN

Sinusitis maksilaris adalah radang mukosa sinus maksila. Sinus adalah lubang

yang berisikan udara yang terdapat pada tulang tengkorak. Sinus berhubungan dengan

hidung dan ditutupi oleh suatu membran yang disebut mucous membrane yang

menghasilkan sekret kental (mucus) yang mempertahankan saluran hidung tetap

lembab dan menahan partikel-partikel kotoran.(1,2)

Sinus merupakan lanjutan langsung dari bagian traktus respiratorius bagian

atas dan karenanya sering terlihat infeksi daerah tersebut. Semua keadaan anatomik

dan fisiologik yang dapat menimbulkan sumbatan drainase sinus, menyebabkan stasis

sekret, dapat menyebabkan infeksi.(3)

Sinusitis maksilaris paling sering terjadi diantara sinusitis paranasal yang lain,

oleh karena merupakan sinusitis paranasal terbesar, letak ostiumnya lebih tinggi dari

dasar sehingga aliran sekret (drainase) dari sinus maksila hanya tergantung dari

pergerakan silia, dasar sinus maksila adalah akar gigi sehingga infeksi gigi dapat

menyebabkan sinusitis dan ostium sinus maksila terletak di meatus medius disekitar

hiatus semilunaris yang sempit sehingga mudah tersumbat.(1)

Prinsip utama dalam menangani infeksi sinus maksilaris adalah menyadari

bahwa hidung dan sinus maksila hanyalah sebagian dari sistem pernafasan total.

Sinusitis jarang mengakibatkan kematian, tetapi didekat sinus paranasal terdapat

KKS THT RSU Dr. Pirngadi Medan 2005 1


Halaman
Sinusitis Maksilaris

sistem saraf pusat, kumpulan otot muka yang membentuk leher dan vena-vena yang

terkait dan sistem limfe yang akan dapat menyebabkan komplikasi yang serius.(4)

ANATOMI DAN FISIOLOGI

Sinus maksila merupakan sinus paranasal yang terbesar, saat lahir sinus

maksilaris bervolume 6-8 ml, kemudian berkembang dengan cepat dan akhirnya

mencapai ukuran maksimal yaitu 15 ml saat dewasa. Sinus maksilaris disebut juga

dengan Antrum Highmore dan berbentuk segitiga. Dinding anterior sinus adalah

permukaan fasial os maksila yang disebut fosa kanina. Dinding posteriornya adalah

permukaan infra temporal maksila, dinding medialnya adalah dinding lateral rongga

hidung, dinding superiornya adalah dasar orbita dan dinding inferiornya adalah

prosesus alveolaris dan palatum. Ostium sinus maksilaris berada di sebelah superior

dinding medial sinus dan bermuara ke hiatus semilunaris melalui infundibulum

etmoid.(1)

Seperti pada mukosa hidung, di dalam sinus terdapat mukosa bersilia dan

palut lendir diatasnya. Di dalam sinus silia bergerak secara teratur untuk mengalirkan

lendir menuju ostium alamiahnya mengikuti jalur-jalur yang sudah tertentu polanya.

Pada dinding lateral hidung terdapat dua aliran transpor mukosiliar dari sinus. Lendir

yang berasal dari kelompok sinus anterior yang bergabung di infundibulum etmoid

dialirkan ke nasofaring di depan muara tuba eustaehius. Lendir yang berasal dari

kelompok sinus posterior bergabung di resesus sfeno-etmoidalis, dialirkan ke

nasofaring di postero-superior muara tuba. Inilah sebabnya pada sinusitis didapati

sekret pasca nasal (post nasal drip) tetapi belum tentu ada sekret di rongga hidung.(1)

KKS THT RSU Dr. Pirngadi Medan 2005 2


Halaman
Sinusitis Maksilaris

Beberapa teori dikemukakan sebagai fungsi sinus paranasal antara lain;

sebagai pengatur kondisi udara, sebagai penahan suhu, membantu keseimbangan

kepala, membantu resonansi suara, peredam perubahan tekanan udara, dan membantu

produksi mucus untuk membersihkan rongga hidung.(1)

DEFINISI

Sinusitis maksilaris merupakan peradangan pada mukosa sinus maksilaris.

Sinusitis maksilaris merupakan sinusitis yang paling sering terjadi dibanding sinus

paranasal lainnya. Hal ini disebabkan karena sinus maksilaris merupakan sinus

paranasal yang terbesar, letak ostiumnya lebih tinggi dari dasar, sehingga aliran sekret

(drainase) dari sinus maksilaris hanya tergantung dari gerakan silia, dasar sinus

maksilaris adalah dasar akar gigi (prosesus alveolaris), sehingga infeksi dapat berasal

dari infeksi gigi, dan ostium sinus maksilaris terletak di meatus medius, di sekitar

hiatus semilunaris yang sempit sehingga mudah tersumbat.(1,2)

ETIOLOGI DAN PREDISPOSISI

Sinusitis maksilaris disebabkan oleh tertutupnya pintu keluar sinus akibat

berbagai hal antara lain : oleh virus, bakteri atau jamur. Kuman penyebab tersering

adalah kuman Streptococcus pneumonie dan Haemophilus influenza yang ditemukan

pada hampir 70% kasus.(3,4)

Dapat disebabkan rinitis akut; infeksi faring seperti faringitis, tonsillitis akut;

infeksi gigi molar M1, M2, M3 atas serta premolar P1, P2 ; berenang dan menyelam ;

KKS THT RSU Dr. Pirngadi Medan 2005 3


Halaman
Sinusitis Maksilaris

trauma ; tekanan udara (biasanya pada awak pesawat) ; barotrauma ; merokok dan

influenza.(1,2,3)

Faktor predisposisi terjadinya sinusitis maksilaris adalah obstruksi mekanik

seperti deviasi septum, hipertrofi konka media, benda asing dihidung, tumor atau

polip. Selain itu rinitis kronis serta menghasilkan lendir yang banyak, yang

merupakan media untuk tumbuhnya bakteri.

Faktor predisposisi lain ialah polusi lingkungan, udara dingin dan kering yang

dapat mengakibatkan perubahan pada mukosa serta kerusakan silia.(1,2,3,4)

PATOFISIOLOGI

Bila terjadi edema di kompleks ostiomeatal, mukosa yang letaknya

berhadapan akan bertemu sehingga silia tidak dapat bergerak dan lendir tidak dapat

dialirkan. Akibatnya terjadi gangguan drainase dan ventilasi di dalam sinus, sehingga

silia menjadi kurang aktif dan lendir yang diproduksi mukosa sinus menjadi lebih

kental dan merupakan media yang baik untuk tumbuhnya bakteri patogen. Bila

sumbatan berlangsung terus, akan terjadi hipoksia dan retensi lendir, sehingga timbul

infeksi oleh bakteri anaerob, selanjutnya terjadi perubahan jaringan menjadi

hipertrofi, polipoid atau pembentukan polip dan kista.(1)

KLASIFIKASI

Menurut perjalanan penyakitnya Adams (1978) membagi sinusitis menjadi :

1. Sinusitis akut, bila berlangsung beberapa hari – minggu.

2. Sinusitis subakut, bila berlangsung beberapa minggu – bulan.

KKS THT RSU Dr. Pirngadi Medan 2005 4


Halaman
Sinusitis Maksilaris

3. Sinus kronik, bila berlangsung beberapa bulan - tahun.

Menurut Cawne Berge (1983), sinusitis kronik adalah sinusitis yang terjadi

lebih dari tiga bulan.(3)

Tetapi apabila dilihat dari gejalanya, sinusitis akut adalah bila terdapat tanda-

tanda radang akut; sinusitis sub akut ialah bila tanda akut sudah reda tetapi masih

dapat diobati dengan terapi konservatif; sedangkan sinusitis kronis ialah bila tidak

dapat disembuhkan dengan pengobatan konservatif lagi.(3,10)

MANIFESTASI KLINIS

Gambaran klinis yang didapat berupa gejala sistemik dan gejala lokal. Gejala

sistemik adalah demam dan lesu. Gejala lokal pada hidung yaitu hidung tersumbat,

terdapat ingus kental berwarna kuning atau hijau yang kadang-kadang berbau dan

dirasakan mengalir ke nasofaring (post nasal drip). Dirasakan hidung tersumbat, rasa

nyeri di daerah sinus yang terkena serta kadang-kadang dirasakan juga di tempat lain

karena nyeri alih (referred pain). Pada sinusitis maksilaris, nyeri terasa di bawah

kelopak mata dan kadang-kadang menyebar ke alveolus, sehingga terasa nyeri di gigi.

Nyeri alih dirasakan di dahi dan di depan telinga. Gigi terasa nyeri pada saat gerakan

kepala yang mendadak, misalnya waktu naik atau turun tangga. Batuk iritatif yang

non produktif sering kali ada.(1,3)

Nyeri fasial dental menyerupai neuralgia. Tetapi nyeri fasial

otorinolaringologik biasanya jelas bersifat non-neurologik dan lebih menyerupai sakit

kepala daripada neuralgia trigeminus. Pada sinusitis maksilaris dapat menimbulkan

nyeri yang dirasakan disekitar daerah orbita dan pipi. Nyeri berdenyut-denyut, terus-

KKS THT RSU Dr. Pirngadi Medan 2005 5


Halaman
Sinusitis Maksilaris

menerus dengan puncak-puncak nyeri secara intermiten. Pada pagi hari nyeri terasa

lebih hebat daripada siang hari. Hal ini mungkin disebabkan oleh banyak penimbunan

sekresi di dalam sinus pada malam hari. Dan evakuasi sekresi itu terjadi secara

berangsur-angsur pada masa menjelang siang hari kerena sikap badan tegak. Nyeri

terasa lebih berat dan berdenyut-denyut pada waktu membungkuk atau menundukkan

kepala. Penekanan pada foramen infra-orbitalis menimbulkan nyeri setempat.(6)

Pada pemeriksaan akan didapatkan pembengkakan di daerah pipi dan kelopak

mata bawah (pada sinusitis maksilaris akut). Pada rinoskopi anterior akan tampak

mukosa konkha hiperemis dan edema, dan tampak mukopus di meatus medius. Pada

rinoskopi posterior tampak mukopus di nasofaring (post nasal drip).(1,2,3,4)

PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Pemeriksaan Transluminasi

Pemeriksaan ini merupakan pemeriksaan termudah, meskipun kebenarannya

diragukan. Pemeriksaan dilakukan di kamar gelap, memakai sumber cahaya pen

light. Untuk memeriksa sinus maksilaris lampu dimasukkan ke dalam mulut dan

bibir dikatupkan. Pada sinus normal tampak gambaran bulan sabit yang terang

dibawah mata, tetapi bila ada sinusitis maka akan tampak suram atau gelap.(1,2,3,4)

2. Pemeriksaan Radiologik

Pemeriksaan foto rontgen yang dibuat yaitu posisi waters, postero anterior dan

lateral, pemeriksaan tomogram dan CT-Scan.(1,7,11)

Gambaran radiologik sinusitis maksilaris akut mula-mula berupa perselubungan

atau penebalan mukosa. Selanjutnya diikuti opasifikasi sinus lengkap akibat

KKS THT RSU Dr. Pirngadi Medan 2005 6


Halaman
Sinusitis Maksilaris

mukosa yang membengkak hebat atau akibat akumulasi cairan yang memenuhi

sinus. Akhirnya terbentuk gambaran air fluid level yang khas atau tampak batasan

cairan-udara pada sinus yang sakit.(1,2,3,4,7)

3. Pemeriksaan Mikrobiologik ; Kultur Kuman dan Uji Resistensi

Sebaiknya untuk pemeriksaan mikrobiologik diambil sekret dari meatus medius

atau meatus superior. Mungkin ditemukan bermacam-macam bakteri yang

merupakan flora normal di hidung atau kuman patogen, seperti; Pneumococcus,

Streptococcus, Staphylococcus dan Haemo-philus influenzae. Selain itu mungkin

ditemukan juga virus atau jamur.(1)

4. Pemeriksaan Tomografi

Indikasi tomografi adalah jika perluasan proses patologi tidak dapat dipastikan

dengan teknik konvensional atau jika daerah sinus kurang jelas karena tumpang

tindih dengan struktur lain.(7)

5. Pemeriksaan Sinoskopi

Pada pemeriksaan sinoskopi dapat dilihat antrum (sinus maksila) secara langsung

sehingga dapat diketahui adanya perubahan mukosa.(1)

DIAGNOSA BANDING

 Rinitis atropi

 Karsinoma hidung

 Benda asing di rongga hidung.(3)

KKS THT RSU Dr. Pirngadi Medan 2005 7


Halaman
Sinusitis Maksilaris

DIAGNOSA

Diagnosis sinusitis maksilaris dibuat berdasarkan anamnesis, pemeriksaan

rinoskopi anterior dan posterior serta pemeriksaan penunjang berupa transluminasi,

pemeriksaan radiologik, pungsi sinus maksila, pemeriksaan histopatologik dan

jaringan yang diambil pada waktu dilakukan sinoskopi, pemeriksaan meatus medius

dan meatus superior dengan menggunakan nasoendoskopi dan pemeriksaan CT-Scan.


(1,2,4,7,8,9,10)

Pada pemeriksaan fisik akan didapati pus didalam hidung, yang biasanya dari

meatus nasi media pus atau secret mukopurulen dalam nasofaring (post nasal drips),

sinus maksilaris terasa nyeri pada palpasi dan perkusi.(1,4)

Pada pemeriksaan transluminasi, sinus yang sakit menjadi suram atau gelap.

Pemeriksaan transluminasi bermakna bila salah satu sisi sinus yang sakit tampak

lebih suram dibandingkan sisi yang normal.(1,4)

Pemeriksaan radiologik dibuat dengan posisi Waters, PA dan Lateral, akan

tampak perselubungan atau penebalan mukosa atau batas cairan-udara (air fluid level)

pada sinus yang sakit.(1,4)

PENATALAKSANAAN

Terapi Konservatif

Terapi konservatif dilakukan pada pasien sinusitis maksilaris akut :

a. Antibiotik berspektrum luas.

KKS THT RSU Dr. Pirngadi Medan 2005 8


Halaman
Sinusitis Maksilaris

Antibiotik ini diberikan sesuai dengan hasil kultur dan uji sensitivitas test, selama

10 sampai 14 hari, walaupun gejala klinik sudah reda.misalnya : Amoksisilin,

Ampisilin, Eritromisin plus Sulfonamid dan Trimetroprim plus Sulfonamid.(1,2)

b. Drainase dengan dekongestan (seperti pseudoefedrin) dan tetes hidung poten

seperti fenilefrin (neo-synephrine) atau oksimetazolin untuk memperlancar

drainase dapat digunakan selama beberapa hari pertama infeksi namun kemudian

harus dihentikan.(1,2)

c. Kompres hangat pada wajah dan Analgetik seperti Aspirin dan Asetaminofen

yang gunanya untuk meringankan gejala. Juga dapat diberikan anti histamin dan

mukolitik.(1,2,3)

Bila gagal dengan antibiotik, ostium sinus dapat menjadi eodem sehingga

drainase sinus terhambat dan terbentuk abses, untuk itu bila demikian, maka

terdapat suatu tindakan berupa diatermi, dengan gelombang pendek sebanyak 5

sampai 6 kali pada daerah yang sakit untuk memperbaiki vaskularisasi sinus.

Kalau belum membaik, maka dilakukan pencucian sinus. Dapat dilakukan pungsi

irigasi sinus.(1,2,3)

Terapi Non Bedah

Irigasi sinus maksilaris dapat berupa :

 Irigasi sinus maksilaris dari ostium

Pada hampir semua kasus, hal ini dilaksanakan melalui ostium antrum yang

normal, dengan menggunakan kanula antrum dari pierce.(5)

 Irigasi sinus maksilaris dengan pungsi melalui meatus inferior

KKS THT RSU Dr. Pirngadi Medan 2005 9


Halaman
Sinusitis Maksilaris

Jika terdapat iritasi jaringan ostium asli yang berlebihan atau jika di dapat

irigasi yang sulit. Digunakan trokar lurus atau bengkok. Komplikasi yang

jarang terjadi adalah emboli udara.(1,2,4,5)

Gejala yang mencemaskan adalah berupa kekakuan mendadak, tidak sadar

dengan sianosis dan kejang. Pada beberapa kasus terdapat serangan kejang

dengan trismus yang menyerupai tipe epilepsi. Pupil dilatasi atau terfiksasi

dengan atau tanpa nistagmus, konjugasi deviasi, atau bola mata yang berputar

kebelakang. Kematian dapat terjadi segera, beberapa jam atau beberapa hari

kemudian. Jika pasien hidup dapat mengalami gangguan penglihatan

temporer, paresis dan paralisis, atau lupa ingatan, atau gejala mental lain.(1,2,4,5)

 Irigasi sinus maksilaris melalui procesus alveolar

Metoda ini dapat digunakan pada kasus infeksi antrum yang terjadi akibat

infeksi akar gigi dan mengakibatkan abses yang menyebabkan fistulasi

melalui dasar antrum.(5)

Terapi Bedah

Terapi pembedahan diperlukan apabila telah terjadi komplikasi ke orbita atau

intra kranial atau bila ada nyeri hebat karena ada sekret tertahan oleh sumbatan, dan

dengan terapi konservatif tidak membaik.(2,4)

Jenis pembedahannya yaitu :

1. Bedah intranasal sinus maksila.

 Irigasi nasoantral

Irigasi nasoantral kadang-kadang penting dalam terapi sinusitis maksilaris

yaitu jika ingin mengetahui apakah drainase sinus adekuat atau untuk

KKS THT RSU Dr. Pirngadi Medan 2005 10


Halaman
Sinusitis Maksilaris

mengambil sekret purulen untuk kultur dan uji sensitivitas. Harus dilakukan

aspirasi dahulu sebelum irigasi. Irigasi sinus ini dilakukan dengan larutan

NaCl hangat. Tidak perlu memasukkan udara setelah irigasi, karena dapat

terjadi emboli udara. Emboli udara ini merupakan komplikasi dari irigasi

sinus maksilaris yang menggunakan insuflasi udara, tapi jarang terjadi.(5)

 Fenestrasi intranasal dinding nasoantral

Teknik pembedahannya adalah dinding nasoantral dan concha inferior

dilubangi dengan alat pembuat lubang atau hemostat bengkok yang tajam.

Lubang diperlebar ke semua arah dengan Busi atau cunam. Diameter

sekurang-kurangnya 1,5 – 2 cm. Dinding meatus inferior dibuka kearah

bawah sampai setinggi dasar hidung untuk mempermudah evakuasi isi rongga

sinus. Rongga sinus kemudian diinspeksi secara langsung. Jika tampak

penyakit yang irreversible, dibuat insisi Caldwell-Luc dan dilanjutkan dengan

pembedahan antrum radikal.(5)

2. Bedah ekstranasal sinus maksila.

 Teknik pembedahan radikal antrum (Cadwell-luc)

 Teknik pembedahan non radikal bedah sinus endoskopik fungsional.(1,2,3,4)

Pembedahan radikal yaitu dengan mengangkat mukosa yang patologik dan

membuat drainase dari sinus yang terkena. Operasi pada sinus maksilaris adalah

operasi Caldwell-luc.(1,2,3)

Pembedahan non radikal yaitu metode operasi sinus paranasal dengan

menggunakan endoskop yang disebut bedah sinus endoskopik fungsional (BSEF).

Pinsipnya adalah membuka dan membersihkan daerah kompleks ostiomeatal yang

KKS THT RSU Dr. Pirngadi Medan 2005 11


Halaman
Sinusitis Maksilaris

menjadi sumber penyumbatan dan infeksi, sehingga ventilasi dan drainase sinus dapat

lancar kembali melalui ostium alami. Dengan demikian mukosa sinus akan kembali

normal.(1,2)

Indikasi penatalaksanaan bedah eksternal adalah kegagalan antrostomi

intranasal, adanya jaringan polip yang mengisi antrum, penyakit-penyakit kistik

antrum, osteonekrosis, diduga adanya neoplasma sinus maksila, adanya fistel

oroantral, serta adanya fraktur maksila dengan komplikasi.(5)

KOMPLIKASI

Komplikasi biasanya terjadi pada sinusitis akut atau pada sinusitis kronis

eksaserbasi akut.(1,2,3,4)

Komplikasi yang dapat terjadi adalah :

 Osteomielitis dan abses subperiosteal.

 Kelainan orbita berupa : edema palpebra, selulitis dan abses subperiosteal,

abses orbita dan selanjutnya dapat terjadi trombosis sinus kavernosus.

 Mukokel yaitu : suatu kista yang mengandung mukus yang timbul dalam

sinus.(2)

 Kelainan intrakranial berupa meningitis, abses ekstradural atau subdural,

abses otak, dan trombosis sinus kavernosus.

 Kelainan paru seperti bronkhitis kronik, bronkhiektasi dan asma bronkhial.


(1,2,3,4)

KKS THT RSU Dr. Pirngadi Medan 2005 12


Halaman
Sinusitis Maksilaris

PENCEGAHAN

Walaupun tidak dapat mencegah semua penyakit sinusitis maksilaris, namun

dapat melakukan sesuatu dalam rangka mengurangi parahnya serangan tersebut,

misalnya :

 Dengan zat humidifier terutama jika ruang udara dalam rumah dipanaskan dengan

sistem udara kering.

 Elektrostatis filter yang dilengketkan pada perlengkapan AC berguna dalam

memindahkan semua allergen dari udara.

 Menghindari rokok, polutan udara, minuman beralkohol, berenang dan

menyelam.(11)

PROGNOSIS

Dengan pengobatan yang adekuat maka prognosis sinusitis maksilaris adalah

baik, dan prognosis buruk bila telah terjadi komplikasi.(2)

KESIMPULAN

1. Sinus maksila merupakan sinus paranasal yang terbesar. Sinusitis maksilaris

merupakan peradangan pada mukosa sinus maksilaris, paling sering terjadi

dibanding sinus paranasal lainnya.

2. Etiologi yang tersering adalah kuman Streptococcus pneumoniae dan Haemopilus

influenza. Dengan faktor predisposisi ; obstruksi mekanik, rinitis kronis serta

rinitis alergika. Faktor lain yang berpengaruh adalah lingkungan.

KKS THT RSU Dr. Pirngadi Medan 2005 13


Halaman
Sinusitis Maksilaris

3. Patofisiologi sinusitis maksilaris yaitu gangguan drainase dan ventilasi di dalam

sinus di daerah kompleks ostiomeatal.

4. Gambaran klinis yang didapat berupa gejala sistemik dan gejala lokal. Gejala

yang sering timbul adalah hidung tersumbat dan nyeri di daerah sinus yang

terkena. Terdapat ingus kental berwarna kuning atau hijau yang kadang-kadang

berbau dan dirasakan mengalir ke nasofaring (post nasal drip).

5. Gambaran radiologi foto sinus paranasal berupa perselubungan atau penebalan

mukosa serta air fluid level yang sangat khas merupakan salah satu diagnosa pasti

dari sinusitis maksilaris.

6. Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis yang cermat, pemeriksaan rinoskopi

anterior dan posterior serta pemeriksaan penunjang lainnya.

7. Mukokel merupakan komplikasi sinus maksilaris yang paling sering ditemukan.

8. Pencegahan dengan zat humidifier, Ac yang dilengketkan dengan elektrostatis

filter, menghindari rokok, minuman beralkohol, berenang dan menyelam.

9. Prognosa dari penyakit ini baik.

DAFTAR PUSTAKA

1. Soepardi, Ae. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorokan, FK UI,

Jakarta, Edisi ke-3, Cetakan ke-2, 2002 : 116 – 25

2. Adams, LG. Boies, RL. Higler, Ap . Buku Ajar Penyakit THT, EGC, Jakarta,

Edisi ke-6, Cetakan ke-3, 1997 : 240 – 57

KKS THT RSU Dr. Pirngadi Medan 2005 14


Halaman
Sinusitis Maksilaris

3. Mansjoer, A. Kapita Selekta Kedokteran, FK UI, Jakarta, Edisi ke-3, Jilid I,

Cetakan I, 1999 : 102 – 6

4. Cody DTR, Kern EB, Pearson BW. Penyakit Telinga Hidung Tenggorokan,

Cetakan V, EGC, Jakarta, 1993 : 229 – 44

5. Ballenger JJ. Penyakit Telinga, Hidung, Tenggorokan, Kepala dan Leher. Edisi

Ke-13, Jilid I, Binarupa Aksara, Jakarta, 1994: 250–63

6. Shidhata P. Neurologi Klinis Dalam Praktek Umum, Dian Rakyat, Jakarta, 1999 :

85

7. Rasad S. Kartoleksono S. Radiologi Diagnostik, Cetakan VII, Gaya Baru, Jakarta,

2001 : 409 – 16.

8. Author : Osama A Abdel Razek, MBBCh, MSc. Research Fellow, Department of

Otolaryngology, Massachusetts Eye and Ear Infirmary, Harvard University

Medical School

http://www.emedicine.com/sinusitismaxillaris/Sinusitis,Chronic,Medical

Treatment excerpt/html.

9. Auther : Steven E Sobol, MD Staff physician, Department of Otolaryngology,

McGill University.

http://www.emedicine.com/Nasal And Sinus Diseases/Sinusitis, Acute, Medical

Treatment excerpt/html.

10. Auther : Steven E Sobol, MD Staff physician, Department of Otolaryngology,

McGill University.

http://www.emedicine.com/Sinusitis,Maxillary,Acute,Surgical Treatment

excerpt/htm.

KKS THT RSU Dr. Pirngadi Medan 2005 15


Halaman
Sinusitis Maksilaris

11. The National Institute of Allergy and Infectious Diseases

http://www.google.com(NIAID Fac Sheet)

KKS THT RSU Dr. Pirngadi Medan 2005 16


Halaman
Sinusitis Maksilaris

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas karunia-Nyalah

penulis dapat menyelesaikan laporan kasus ini.

Dengan penulisan laporan kasus ini penulis bermaksud membahas mengenai

“Sinusitis Maksilaris” sebgai salah satu persyaratan Kepaniteraan Klinik Senior

dibagian Ilmu Penyakit Telinga Hidung dan Tenggorok di RSU. Dr. Pirngadi Medan.

Dalam kesempatan ini penulis bermaksud menyampaikan terima kasih kepada

Dr. Olina Hulu, Sp.THT sebagai pembimbing dalam Kepaniteraan dibagian Ilmu

Penyakit THT serta dokter-dokter lainnya yang telah banyak memberikan bimbingan

selama Kepaniteraan Klinik dipoliklinik THT.

 Dr. Zulkifli, SpTHT.


 Dr. Netty Harnita, Sp.THT
 Dr. Dewi Fauziah Syahnan, SpTHT.
 Dr. Rehulina Surbakti, SpTHT.
 Dr. Beresman Sianipar, SpTHT.
 Dr. Linda Samosir, SpTHT.
 Dr. Hj. T. Yohanita, SpTHT.
 Dr. Ita L. Roderthani, SpTHT.
 Dr. Magdalena Hutagalung, SpTHT.
 Dr. Zalfina Cora, Sp.THT.
 Dr. M. Taufiq Ishaq, Sp.THT
Semoga laporan kasus ini bermanfaat bagi kita semua.
Medan, April 2005
Pembimbing

Dr. Olina Hulu, Sp.THT Penulis

KKS THT RSU Dr. Pirngadi Medan 2005 17


Halaman
Sinusitis Maksilaris

DAFTAR ISI

Kata Pengantar ................................................................................................. i

Daftar Isi........................................................................................................... ii

Pendahuluan...................................................................................................... 1

Anatomi dan fisiologi....................................................................................... 2

Definisi............................................................................................................. 3

Etiologi dan predisposisi................................................................................... 3

Patofisiologi...................................................................................................... 4

Klasifikasi......................................................................................................... 4

Manifestasi klinik............................................................................................. 5

Pemeriksaan penunjang.................................................................................... 6

Diagnosa banding............................................................................................. 7

Diagnosa........................................................................................................... 8

Penatalaksanaan................................................................................................ 8

Komplikasi........................................................................................................ 12

Pencegahan....................................................................................................... 13

Prognosis........................................................................................................... 13

Kesimpulan....................................................................................................... 14

Daftar pustaka................................................................................................... 15

KKS THT RSU Dr. Pirngadi Medan 2005 18


Halaman

Anda mungkin juga menyukai