Anda di halaman 1dari 26

KESEIMBANGAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT

MAKALAH
Untuk memenuhi tugas matakuliah
Ilmu Biomedik Dasar
Yang dibina oleh Ibu Sri Mudayatiningsih, S.Kp., M.Kes.

Oleh Kelompok 5
Risma Candra Kusumaningdyah P17210191003
Alya Annisa Ilma P17210191022
Novita Sari P17210191027
Muhammad Sahadewo Pintarto P17210191028
Iftitania Asrotul Laili P17210193039
Niken Ismia Dewi P17210193048

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG


JURUSAN KEPERAWATAN
D3 KEPERAWATAN MALANG
Desember 2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadiran Allah SWT atas limpahan rahmat
dan karunia-Nya kami dapat menyusun makalah “Keseimbangan Cairan dan
Elektrolit”. Penulis juga mengucapkan terimakasih banyak kepada Ibu Sri
Mudayatiningsih, S.Kp., M.Kes selaku dosen pengampuh yang sudah
memberikan kepercayaan kepada penulis untuk menyelesaikan tugas ini.
Adapun maksud dan tujuan menyusun makalah ini untuk memenuhi tugas
matakuliah Ilmu Biomedik Dasar. Penulis mengucapkan terimakasih kepada Ibu
Sri Mudayatiningsih, S.Kp., M.Kes serta semua pihak yang mendukung dalam
penyusunan makalah ini yang tidak bisa kami sebutkan satu persatu.
Harapan penulis bahwa makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca
untuk menambah pengetahuan tentang keseimbangan cairan dan elektrolit dalam
tubuh. Penulis menyadari bahwa dalam makalah ini masih belum sempurna, maka
saran dan kritik sangat kami harapkan demi perbaikan makalah ini.

Malang, Desember 2019

Penulis

ii
DAFTAR ISI

COVER......................................................................................................................i
KATA PENGANTAR..............................................................................................ii
DAFTAR ISI............................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang...................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................1
1.3 Tujuan................................................................................................................2

BAB II TINJAUAN TEORI


2.1 Sistem yang Berperan dalam Kebutuhan Cairan dan Elektrolit.........................3
2.2 Cairan Tubuh......................................................................................................5
2.3 Elektrolit............................................................................................................13
2.4 Asam-Basa........................................................................................................18
2.5 Faktor-Faktor yang Memengaruhi Kebutuhan Cairan dan Elektrolit...............21

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan.......................................................................................................22
3.2 Saran..................................................................................................................22

DAFTAR RUJUKAN..............................................................................................23

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Cairan serta elektrolit memiliki peranan yang penting dalam
mempertahankan keseimbangan tubuh. Apabila terdapat gangguan dalam
keseimbangan cairan dan elektrolit, maka dapat memengaruhi fungsi
fisiologis tubuh. Hal ini disebabkan karena dalam caira tubuh terdiri dari air
yang mengandung partikel organik dan anorganik vital untuk hidup.
Sedangkan, elektrolit mengandung komponen kimiawi, serta ada yang
bermuatan positif (kation) dan muatan negatif (anion). Fungsi elektrolit dalam
tubuh, salah satunya adalah fungsi neurommuscular yaitu memegang peranan
penting terkait transmisi impuls saraf, dan juga keseimbangan asam basa.
Keseimbangan cairan dan elektrolit memengaruhi komposisi dan
perpindahan berbagi cairan dalam tubuh. Cairan dan elektrolit masuk ke
dalam tubuh melalui makanan, minuman, dan cairan intravena (IV) dan
didistribusi ke seluruuh tubuh. Adannya keseimbangan cairan dan elektrolit
menandakan distribusi normal dari air dalam tubuh total dan elektrolit ke
seluruh bagian tubuh. Keseimbangan cairan dan elektrolit salaing bergantung
satu sama lain, apabila salah satu terganggu maka akan memengaruhi yang
lain.
Oleh karena itu, pada makalah ini akan diuraikan lebih jelas mengenai
keseimbangan cairan dan elektrolit, meliputi sistem yang berperan dalam
kebutuhan cairan dan elektrolit, cara perpindahan, kebutuhan cairan dan
elektrolit dalam tubuh, pengaturan volume cairan dan elektrolit, jenis cairan
dan elektrolit, masalah dalam kebutuhan cairan dan elektrolit, keseimbangan
asam basa, jenis asam basa,, masalah keseimbangan asam basa, faktor yang
memengaruhi kebutuhan cairan dan elektrolit.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa saja sistem yang berperan dalam kebutuhan cairan dan elektrolit?
2. Bagaimana sistem cairan dalam tubuh manusia?
3. Bagaimana sistem elektrolit dalam tubuh manusia?

1
2

4. Bagaimana sistem asam-basa dalam tubuh manusia?


5. Apa saja faktor yang memengaruhi kebutuhan cairan dan elektrolit?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui sistem yang berperan dalam kebutuhan cairan dan
elektrolit.
2. Untuk mengetahui sistem cairan dalam tubuh manusia.
3. Untuk mengetahui sistem elektrolit dalam tubuh manusia.
4. Untuk mengetahui sistem asam-basa dalam tubuh manusia.
5. Untuk mengetahui faktor yang memengaruhi kebutuhan cairan dan
elektrolit.
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Sistem yang Berperan dalam Kebutuhan Cairan dan Elektrolit


2.1.1 Ginjal
Ginjal merupakan organ yang memiliki peran cukup besar dalam
mengatur kebutuhan cairan dan elektrolit. Hal ini terlihat pada fungsi ginjal,
yaitu sebagai pengatur air, pengatur konsentrasi garam dalam darah, pengatur
keseimbangan asam-basa darah, dan ekskresi barang buangan atau kelebihan
garam.

Proses pengaturan kebutuhan kesimbangan air ini diawali oleh


kemampuan bagian ginjal, seperti glomerulus, dalam menyaring cairan. Rata-
rata setiap satu liter darah mengandung 500cc plasma yang mengalir melalui
glomerulus, 10 persennya disaring keluar. Cairan yang tersaring (filtrat
glomerulus), kemudian mengalir melalui tubuh renalis yang sel-selnya
menyerap semua bahan yang dibutuhkan. Jumlah urin yang diproduksi ginjal
dapat dipengaruhi oleh ADH dan aldosteron dengan rata-rata 1ml/kg/BB/jam.

2.1.2 Kulit

Kulit merupakan bagian penting pengaturan cairan yang terkait dengan


proses pengaturan panas. Proses ini diatur oleh pursat pengatur panas yang
disarafi oleh vasomotorik dengan kemampuan mengendalikan arteriol kutan
dengan cara vasodilatasi dan vasokontriksi. Proses pelepasan panas dapat
dilakukan dengan cara penguapan. Jumlah keringat yang dikeluarkan
tergantung pada banyaknya darah yang mengalir melalui pembuluh darah
dalam kulit. Proses pelepasan panas lainnya dapat dilakukan melalui cara
pemancaran panas ke udara sekitar, konduksi (pengalihan panas ke benda
yang disentuh), dan konveksi (pengaliran udara panas ke permukaan yang
lebih dingin).

Keringat merupakan sekresi aktif dari kelenjar keringat di bawah


pengendalian saraf simpatis. Melalui kelenjar keringat ini suhu dapat

3
4

diturunkan dengan jumlah air yang dapat dilepaskan, kurang lebih setengah
liter sehari. Perangsangan kelenjar keringat yang dihasilkan dapat diperoleh
melalui aktivitas otot, suhu lingkungan, dan kondisi suhu tubuh yang panas.

2.1.3 Paru

Organ paru berperan mengeluarkan cairan dengan menghasilkan


insensible water loss kurang lebih 40ml/hari. Proses pengeluaran cairan
terkait dengan respons akibat perubahan upaya kemampuan bernapas.

2.1.4 Gastrointestinal

Gastrointestinal merupakan organ saluran pencernaan yang berperan


dalam mengeluarkan cairan melalui proses penyerapan dan pengeluaran air.
Dalam kondisi normal, cairan yang hilang dalam sistem ini sekitar 100 –
200ml/hari.

Pengaturan keseimbangan cairan dapat melalui sistem endokrin, seperti


sistem hormonal (antidiuretik hormon – ADH), aldosteron, prostagladin,
glukokortokoid, dan mekanisme rasa haus.

2.1.5 ADH

Hormon ini memiliki peran dalam meningkatkan reabsorpsi air


sehingga dapat mengendalikan keseimbangan air dalam tubuh. Hormon ini
dibentuk oleh hipotalamus di hipofisis posterior, yang mensekresi ADH
dengan meningkatkan osmolaritas dan menurunkan cairan ekstrasel.

2.1.6 Aldosteron

Hormon ini berfungsi sebagai absorpsi natrium yang disekresi oleh


kelenjar adrenal di tubulus ginjal. Proses pengeluaran aldosteron ini diatur
oleh adanya perubahan konsentrasi kalium, natrium, dan sistem angiotensin
renin.

2.1.7 Prostagladin
5

Prostagladin merupakan asam lemak yang terdapat pada jaringan yang


berfungsi merespons radang, mengendalikan tekanan darah dan kontraksi
uterus, serta mengatur pergerakan gastrointestul. Pada ginjal, asam lemak ini
berperan dalam mengatur sirkulasi ginjal.

2.1.8 Glukokortikoid

Hormon ini berfungsi mengatur peningkatan reabsorpsi natrium dan air


yang menyebabkan volume darah meningkat sehingga terjadi retensi natrium.

2.1.9 Mekanisme Rasa Haus

Mekanisme rasa haus diatur dalam rngka memenuhi kebutuhan cairan


dengan cara merangsang pelepasan renin yang dapat menimbulkan produksi
angiotensin II sehingga merangsang hipotalamus untuk rasa haus.

2.2 Cairan Tubuh


Cairan tubuh adalah cairan suspensi sel di dalam tubuh makhluk yang
memiliki fungsi fisiologis tertentu. Cairan tubuh adalah larutan yang terdiri
dari air (pelarut) dan zat tertentu (zat terlarut). Pengaturan keseimbangan
cairan perlu memperhatikan dua parameter penting, yaitu: volume cairan
ekstrasel dan osmolaritas cairan ekstrasel. Ginjal mengontrol volume cairan
ekstrasel dengan mempertahankan keseimbangan garam dan mengontrol
osmolaritas cairan ekstrasel dengan mempertahankan keseimbangan cairan.
Ginjal mempertahankan keseimbangan ini dengan mengatur keluaran garam
dan urin sesuai kebutuhan untuk mengompensasi asupan dan kehilangan
abnormal dari air dan garam tersebut. Tubuh manusia tersusun kira-kira 50%
– 60% cairan.
2.2.1 Cara perpindahan cairan tubuh
1) Difusi
Difusi merupakan bercampurnya molekul-molekul dalam cairan,
gas, atau zat yang padat secara bebas dan acak. Proses difusi dapat terjadi
bila dua zat bercampur dalam sel membran. Dalam tubuh, proses difusi
air, elektrolit, dan zat-zat lain terjadi melalui membran kapiler yang
6

permeabel. Kecepatan proses difusi bervariasi, bergantung pada faktor


ukuran molekul, konsentrasi cairan, dan temperatur cairan.
Zat dengan molekul yang lebih besar akan bergerak lambat
dibanding molekul kecil. Molekul akan lebih mudah berpindah dari
larutan dengan konsentrasi tinggi ke larutan dengan konsentrasi rendah.
Larutan dengan konsentrasi yang tinggi akan mempercepat pergerakan
molekul sehingga proses difusi berjalan lebih cepat.
2) Osmosis
Proses perpindahan zat ke larutan lain melalui membran
semipermeabel biasanya terjadi dari larutan dengan konsentrasi yang
kurang pekat ke larutan dengan konsentrasi lebih pekat. Solut adalah zat
pelarut, sedangkan solven adalah larutannya. Air merupakan solven,
sedangkan garam adalah solut. Proses osmosis penting dalam mengatur
keseimbangan cairan ekstra dan intrasel.
Osmolaritas adalah cara untuk mengukur kepekatan larutan dengan
menggunakan satuan mol. Natrium dalam NaCl berperan penting dalam
mengatur keseimbangan cairan dalam tubuh. Apabila terdapat tiga enis
larutan garam dengan kepekatan yang berbeda dan di dalamnya
dimasukkan sel darah merah, maka larutan yan mempunyai kepekatan
sama akan seimbang dan berdifusi. Larutan NaCl 0,9% merupakan
larutan yang isotonik karena larutan NaCl mempunyai kepekatan yang
sama dengan larutan dalam sistem vaskular. Larutan isotonik merupakan
larutan yang mempunyai kepekatan sama dengan larutan yang dicampur.
Larutan hipotonik mempunyai kepekatan lebih rendah dbanding larutan
intrasel.
Pada proses osmosis dapat terjadi perpindahan dari larutan dengan
kepekatan rendah ke larutan yang kepekatannya lebih tinggi melalui
membran semipermeabel sehingga larutan yang berkonsentrasi rendah
volumenya akan berkurang, sedangkan larutan yang berkonsentrasi lebih
tinggi akan bertambah volumenya.
3) Transpor aktif
7

Proses perpindahan cairan tubuh dapat menggunakan mekanisme


transpor aktif. Transpor aktif merupakan gerak zat yang akan berdifusi
dan berosmosis. Proses ini terutama penting untuk mempertahankan
natrium dalam cairan intra dan ekstrasel.

Proses pengaturan cairan dapat dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu tekanan
cairan dan membran.

1) Tekanan cairan.
Proses difusi dan osmosis melibatkan adanya tekanan cairan.
Proses osmotik juga menggunakan tekanan osmotik, yang merupakan
kemampuan partikel pelarut untuk menarik larutan melalui membran.
Bila dua larutan dengan perbedaan konsentrasi dan larutan
mempunyai konsentrasi lebih pekat molekulnya tidak dapat bergabung,
maka larutan tersebut disebut koloid. Sedangkan larutan yang
mempunyai kepekatan yang sama dan dapat bergabung disebut sebagai
kristaloid. Sebagai contoh, larutan kristaloid adalah larutan garam, tetapi
dapat menjadi koloid apabila protein bercampur dengan plasma. Secara
normal, perpindahan cairan menembus membran sel permeabel tidak
terjadi. Prinsip tekanan osmotik ini sangat penting dalam proses
pemberian cairan intravena. Biasanya, larutan yang sering digunakan
dalam pemberian infus intravena bersifat isotonik karena mempunyai
konsentrasi yang sama dengan plasma darah. Hal ini penting untuk
mencegah perpindahan cairan dan elektrolit ke dalam intrasel. Larutan
intravena bersiat hipotonik, yaitu larutan yang konsentrasinya kurang
pekat dibanding konsentrasi plasma darah. tekanan osmotik plasma akan
lebih besar dibandingkan tekanan osmotik cairan interstisial karena
konsentrasi protein dalam plasma dan molekul protein lebih besar
dibanding cairan interstisial sehingga membentuk larutan koloid dan sulit
menembus membran semipermeabel. Tekanan hidrostatik adalah
kemampuan tiap molekul larutan yang bergerak dalam ruang tertutup.
Hal ini penting guna mengatur keseimbangan cairan ekstra dan intrasel.
8

2) Membran semipermeabel.
Membran semipermeabel merupakan penyaring agar cairan yang
bermolekul besar tidak tergabung. Membran semipermeabel terdapat
pada dinding kapiler pembuluh darah, yang terdapat di seluruh tubuh
sehingga molekul atau zat lain tidak berpindah ke jaringan.
2.2.2 Kebutuhan cairan tubuh bagi manusia

Kebutuhan cairan merupakan bagian dari kebutuhan dasar manusia


secara fisiologis, yang memiliki proporsi besar dalam bagian tubuh, hampir
90% dari total berat badan tubuh. Sementara itu, sisanya merupakan bagian
padat dari tubuh. Secara keseluruhan, katagori presentase cairan tubuh
berdasarkan umur adalah: bayi baru lahir 75% dari total BB, pria dewasa 57%
dari total BB, wanita dewasa 55% dari total BB, dan dewasa tua 45% dari
total BB. Presentase cairan tubuh bervariasi, bergantung pada faktor usia,
lemak dalam tubuh, dan jenis kelamin. Jika lemak tubuh sedikit, maka cairan
dalam tubuh pun lebih besar. Wanita dewasa mempunyai jumlah cairan tubuh
lebih sedikit dibanding pria karena wanita dewasa jumlah lemak dalam tubuh
lebih banyak dibanding pada pria.

Kebutuhan Air Berdasarkan Umur dan Berat Badan:

Umur Kebutuhan Air


Jumlah air dalam 24 jam ml/kg berat badan
3 hari 250 – 300 80 – 100
1 tahun 1150 – 1300 120 – 135
2 tahun 1350 – 1500 115 – 125
4 tahun 1600 – 1800 100 – 110
10 tahun 2000 – 2500 70 – 85
14 tahun 2200 – 2700 50 – 60
18 tahun 2200 – 2700 40 – 50
Dewasa 2400 – 2600 20 – 30
Sumber: Behrman, RE, dkk, 1996.

2.2.3 Pengaturan volume cairan tubuh

Keseimbangan cairan dalam tubuh dihitung dari keseimbangan antara


jumlah cairan yang masuk dan jumlah cairan yang keluar.
9

1) Asupan cairan

Asupan cairan (intake) untuk kondisi normal pada orang dewasa


adalah kurang lebih 2500cc per hari. Asupan cairan dapat langsung
berupa cairan atau ditambah dari makanan lain. Pengaturan mekanisme
keseimbangan cairan ini menggunakan mekanisme haus. Pusat
pengaturan rasa haus dalam rangka mengatur keseimbangan cairan
adalah hipotalamus. Apabila terjadi ketidakseimbangan volume cairan
tubuh dimana asupan cairan kurang atau adanya perdarahan, maka curah
jantung menurun, menyebabkan terjadinya penurunan tekanan darah.

2) Pengeluaran cairan

Pengeluaran cairan (output) sebagai bagian dalam mengimbangi


asupan cairan pada orang dewasa, dalam kondisi normal adalah kurang
lebih 2300cc. Jumlah air yang paling banyak keluar berasal dari ekskresi
ginjal sebanyak kurang lebih 1500cc per hari pada orang dewasa.
Pengeluaran cairan dapat pula dikategorikan sebagai pengeluaran cairan
yang tidak dapat diukur karena khususnya pada pasien luka bakar atau
luka besar lainnya, jumlah pengeluaran cairan (melalui penguapan)
meningkat sehingga sulit untuk diukur. Pada kasus ini, bila volume urin
yang dikeluarkan kurang dari 500cc per hari, diperlukan adanya
perhatian khusus. Peningkatan jumlah dan kecepatan pernapasan,
demam, keringat, dan diare dapat menyebabkan kehilangan cairan secara
berlebihan. Kondisi lain yang dapat memicu hal tersebut adalah muntah
secara terus-menerus. Hasil dari pengeluaran cairan adalah:

a) Urin. Pembentukan urin terjadi di ginjal dan dikeluarkan melalui


vesika urinaria (kandung kemih). Proses ini merupakan proses
pengeluaran cairan tubuh yang utama. Jika terjadi penurunan colume
dalam sirkulasi darah, reseptor atrium jantung kiri dan kanan akan
mengirimkan impuls ke otak, kemudian otak akan mengirimkan
impuls kembali ke ginjal dan memproduksi ADH sehingga
memengaruhi pengeluaran urin.
10

b) Keringat. Keringat terbentuk bila tubuh menjadi panas akibat


pengaruh suhu yang panas. Keringat banyak mengandung garam,
urea, asam laktat, dan ion kalium. Banyaknya jumlah keringat yang
keluar akan memengaruhi kadar natrium dalam plasma.
c) Feses. Feses yang keluar mengandung air dan sisanya berbentuk
padat. Pengeluaran air melalui feses merupakan pengeluaran cairan
yang paling sedikit jumlahnya. Jika cairan yang keluar melalui feses
jumlahnya berlebihan, maka dapat mengakibatkan tubuh menjadi
lemas. Jumlah rata-rata pengeluaran cairan melalui feses adalah
100ml/hari.
2.2.4 Jenis Cairan
1) Cairan Nutrien
Cairan Nutrien (zat gizi) melalui intravena dapat memenuhi kalori
ini dalam bentuk karbohidrat, nitrogen, dan vitamin yang penting untuk
metabolism. Kalori yang terdapat dalam cairan nutrient dapat berkisar
antara 200-1500 kalori per liter. Cairan nutrient terdiri atas:
a) Karbohidrat dan air, contoh: dextrose (glukosa), levulosc (fruktosa),
invert sugar (1/2 dextrose dan 1/2 levulosc).
b) Asam amino, contoh: amigen, aminosol, dan travamin.
c) Asam lemak, contoh: lipomul dan liposyn.
2) Blood Volume Expanders

Blood volume expanders merupakan bagian dari jeniscairan yang


berfungsi meningkatkan volume pembuluhdarah setelah kehlangan darah
atau plasma. Apabila keadaan darah sudah tidak sesuai, misalnya pasien
dalam kondisi pendarahanberat, maka pemberian plasma akan
mempertahankan jumlah volume darah.pada pasiendengan luka bakar
berat, sejumlah besar cairan hilang dari pembuluh darah di daerah luka.
Plasma sangat perlu diberikan untuk menggantikan cairan ini. Jenis blood
volume expanders antara lain: human serum albumin dan dextran dengn
konsentrasi yang berbeda. Kedua cairan ini mempunyai tekanan osmotic,
sehingga secara langsung dapat meningkatkan jumlah volume darah.
11

2.2.5 Masalah Kebutuhan Cairan


1) Hipovolume atau Dehidrasi
Kekurangan cairan eksternal terjadi karena penurunan asupan
cairan dan keebihan pengeluaran cairan. Tubuh akan merespons
kekurangan cairan tubuh dengan mengosongkan cairan vaskuler. Sebagai
kompensasi akibat penurunan cairan interstisial, tubuh akan mengalirkan
cairan keluar sel. Pengosongan cairan ini terjadipada pasien diare dan
muntah. Ada tiga macam kekurangan volume cairan eksternal,yaitu:
a) Dehidrasi isotonic, terjadi jika tubuh kehilangan sejumlah cairan dan
elektrolit secara seimbang.
b) Dehidrasi hipertonik, terjadi jika tubuh kehilangan lebih banyak air
daripada elektrolit
c) Dehidrasi hipotonik, terjadi jika tubuh kehilangan lebih banyak
elektrolit daripada air.

Kehilangan cairan ekstrasel secara berlebihan menyebabkan


volume ekstrasel berkurang (hipovolume) dan perubahan hematocrit.
Pada keadaan dini, tidak terjadi perpindahan cairan daerah intrasel ke
permukaan, sebab osmolaritasnya sama. Jika terjadi kekurangan cairan
ekstrasel dalam waktu yang lama, kadar urea, nitrogen, dan kreatinin
meningkat dan menyebabkan perpindahan cairan intrasel ke pembuluh
darah. Kekuranagn cairan dalamtubuh dapat terjadi secara lambat atau
cepat dan tidak selalu cepat diketahui. Kelebihan asupan pelarut seperti
protein dan klorida/ natrium akan menyebabkan ekskresi pengeluaran
urine secara berlebihan serta berkeringat dalam waktu lama dan terus-
menerus. Halini dapat terjadi pada pasien yang mengalami gangguan
hipotalamus, kelenjar gondok, ginjal, diare, muntah secara terus-
menerus, pemasangan drainase, dan lain-lain.

Macam dehidrasi berdasarkan derajatnya:

a) Dehidrasi berat,dengan ciri-ciri:


12

 Pengeluaran/kehilangan cairan sebanyak 4-6 lt


 Serum natrium mencapai 159-166 mEq/lt.
 Hipotensi.
 Turgor kulit buruk.
 Oliguria.
 Nadi dan pernapasn meningkat.
 Kehilangan cairan mencapai > 10% BB.
b) Dehidrasi sedang, dengan ciri-ciri:
 Kehilangan cairan 2-4 lt atau antara 5-10% BB.
 Serum natrium mencapai 152-158 mEq/lt.
 Mata cekung
c) Dehidrasi ringan, dengan ciri-ciri kehilangan cairan mencapai 5% BB
atau 1,5-2 lt.
2) Hipervolume atau overhidrasi

Terdapat dua manifestasi yang ditimbulkan akibat kelebihan cairan,


yaitu hipervolume (peningkatan volume darah) dan ederma (kelebihan
cairan pada interstisial). Normalnya, cairan interstisial tidakterikat
dengan air, tetapi elastis dan hanya terdapat di antara jaringan. Pitting
ederma merupakan ederma yang berada pada darah perifer atau akan
berbentuk cekung setelah ditekan pada daerah yang bengkak, hal ini
disebabkan oleh perpindahan cairan ke jaringan melalui titik tekan. Ciran
dalam jaringan yang edema tidak digerakkan ke permukaan lain dengan
penekanan jari. Nonpitting ederma tidak menunjukkan tanda kelebihan
cairan ekstrasel, tetapi sering karena infeksi dan trauma yang
menyebabkan membekunya cairan pada permukaan jaringan kelebihan
cairan vascular meningkatkan hidrostatik cairan dan akan menekan
cairan kepermukaan interstsial.

Ederma anasarka adalah ederma yang terdapat di seluruh tubuh.


Peningkatan tekanan hidrostatik yang sangat besar menekan sejumlah
cairan hingga ke membrane kapiler paru sehingga menyebabkan
edemaparu,dan dapat mengakibatkan kematian. Manifestasi ederma paru
13

adalah peumpukan sputum,dyspnea, batuk, dan adanya suara napas


ronchibasah. Keadaan edema ini disebabkan oleh gagal jantung sengga
dapat mengakibatkan peningkatan penekanan pada kapiler darah parudan
perpindahan caian ke jaringan paru.

Perawat harus melakukan observasi secara cermat bila


memberikan cairan intravena pada pasien yang mempunyaimasalah
jantung, sebab kelebihan cairan pada kapiler paru terutama pada anak/
bayi dan orang tua dapat membahayakan. Pada ana, parudan kapasitas
vaskularnya kecil sehingga tidak mampu menampung cairan dalam
jumlah besar. Pada pasien usia tua, elastisitas pembuluh darah menurun
dan hanya mampu menampung sedikit cairan. Kelebihan cairan ekstrasel
dihubungka dengan gagal jantung, sirosis hati, dan kelainan ginjal.

Pada kelebihan ekstrasel, gejala yang sering ditimbulkan adalah


ederma perifer (piting ederma), asites, kelopak mata membengkak,suara
napas ronchi basah, penambahan berat badan secara tidak normal/sangat
cepat, dan nilai hematocrit pada umumnya norma,akan tetapi menurun
bila kelebihan cairan bersifat akut.

2.3 Elektrolit

Elektrolit adalah zat kimia yang menghasilkan partikel-partikel


bermuatan listrik yang disebut ion jika berada dalam larutan. Elektrolit
terdapat pada seluruh cairan tubuh. Cairan tubuh mengandung oksigen,
nutrien, dan sisa metabolisme (seperti karbondioksida), yang semuanya
disebut ion. Beberapa jenis garam akan dipecah menjadi elektrolit. Contohnya
NaCl akan dipecah menjadi Na+ dan Cl-. Pecahan elektrolit tersebut
merupakan ion yang dapat menghantarkan arus listrik. Elektrolit adalah
substansi ion-ion yang bermuatan listrik yang terdapat pada cairan. Satuan
pengukuran elektrolit menggunakan istilah milliequivalent (mEq). Satu
milliequivalent adalah aktivitas secara kimia dari 1mg hidrogen.

2.3.1 Kebutuhan Elektrolit


14

Elektrolit terdapat pada seluruh cairan tubuh. Cairan tubuh mengandung


oksigen, nutrient, dan sisa metabolisme, seperti karbondioksida, yang
semuanya disebut degan ion. Beberapa jenis garam dalam air akan dipecah
dalam bentuk ion elektrolit. Contohya, NaCl akan dipecah menjadi ion Na +
dan Cl+. Pecahan elektrolit tersebut merupakan ion yang dapat
menghantarkan arus listrik. Ion yag bermuatan negative disebut anion
sedangkan ion yang bermuatan positif disebut kation. Contoh kation antara
lain natrium, kalium, kalsium, dan magnesium; sedangkan contoh anion
antara lain klorida, bikarbonat, dan fosfat.

Komposisi elektrolit dalam plasma adalah sebagai berikut:


Natrium : 135-145mEq/lt
Kalium : 3,5-5,3 mEq/lt
Kalsium : 4-5 mEq/lt
Magnesium : 1,5-2,5 mEq/lt
Klorida : 100-106 mEq/lt
Bikarbonat : 22-26 mEq/lt
Fosfat : 2,5-4,5 mg/ 100ml
Pengukuran elektrolit dalam satuan miliequivalen per liter cairan tubuh
atau milligram per 100 ml (mg/100ml). equivalen tersebut meupakan
kombinasi kekuatan zat kimia atau kekuatan kation dan anion dalammolekul.

2.3.2 Pengaturan elektrolit


1) Pengertian keseimbangan natrium

Natrium merupakan kation dalam tubuh yang berfungsi mengatur


osmolaritas dan volume cairan tubuh. Natrium paling banyak terdapat
pada cairan ekstrasel. Pengaturan konsentrasi cairan ekstrasel diatur oleh
ADH dan aldosteron dihasilkan oleh korteks suprarenal dan berfungsi
mempertahankan keseimbangan konsentrasi natrium dalam plasma dan
prosesnya dibantu oleh ADH. ADH mengatur sejumlah air yang diserap
kembali ke dalam ginjal dari tubulus renalis. Aldosteron juga mengatur
keseimbangan jumlah natrium yang diserap kembali oleh darah. Natrium
tidak hanya bergerak kedalam atau ke luar tubuh, tetapi juga mengatur
keseimbangan cairan tubuh. Ekskresi dari natrium dapat dilakukan
melalui ginjal atau sebagian kecil melalui feses, keringat, dan air mata.
15

2) Pengaturan keseimbangan kalium

Kalium merupakan kation utama yang terdapat dalam cairan intrasel dan
berfungsi mengatur keseimbangan elektrolit. Keseimbangan kalium
diatur oleh ginjal dengan mekanisme perubahan ion natrium dalam
tubulus ginjal dan sekresi aldosteron. Aldosterone juga berfungsi
mengatur keseimbangan kadar kalium dalam plasma (caira extra sel).
Sistem pengaturan keseimbangan kalium melalui 3 langkah, yaitu:

a) Peningkatan konsentrasi kalium dalam cairan extra sel yang


menyebabkan peningkatan produksi aldosterone.
b) Peningkatan jumlah aldosterone akan meempengaruhi jumlah kalium
yang dikeluarkan melalui ginjal.
c) Peningkatan pengeluaran kalium: konsentrasi dalam cairan extra sel
menurun.

Kalium berpengaruh terhadap fungsi sistem pernafasan. Partikel penting


dalam kalium berfungsi menghantarkan implus listrik ke jantung, otot
lain, jaringan paru, dan jaringan usus pencernaan.

3) Pengaturan keseimbangan kalsium

Kalsium dalam tubuh berfungsi untuk membentuk tulang,


menghantarkan implus kontraksi otot, koagolasi (pembekuan) darah, dan
membantu beberapa enzim pancreas. Kalsium diekskresi melalui urin dan
keringat. Konsentrasi kalsium dalam tubuh diatur langsung oleh hormone
para tiroid dalam reabsrobsi tulang. Jika kadar kalsium darah menurun,
klenjar paratiroid akan merangsang pembentukan hormone paratiroid
yang berlangsung meningkatkan jumlah kalsium dalam darah.

4) Pengaturan keseimbangan klorida

Klorida merupakan anion utama dalam cairan extrasel, tetapi tidak dapat
ditemukan pada cairan extrasel dan intrasel. Fungsi klorida biasanya
16

bersatu dengan natrium, yaitu mempetahankan keseimbangan tekanan


osmosik dalam darah. Hipokloremia meruapakn suatu keadaan
kekurangan kadar klorida dalam darah, sedangkan hiperklroremia
merupakan kelebihan klor dalam darah. Normal nya, kadar klorida dalam
darh pada orang dewasa adalah 95-108mEq/It.

2.3.3 Pengaturan keseimbang magnesium

Magnesium merupakan kation dalam tubuh, merupakan yang terpenting


ke2 dalam cairan intra sel. Keseimbangn nya diatur oleh kelenjar paratiroid.
Magnesium diabsorbsi dari saluran pencernaan. Magnesium dalam tubuh
dipengaruhi oleh konsentrasi kalsium. Hipomagnesium terjadi bila
konsentrasi serum turun menjadi > 1,5mEq/It dan hipermagnesium terjadi
bila kdar magnesium serta serum meningkat menjadi < 22,5 mEq/It.

1) Pengaturan keseimbangan karbonat


Karbonat merupakan elektrolit utama larutan bufter (penyangga) dalam
tubuh.
2) Pengaturan kesimbangan fosfat
Fosfat (PO) brsama-sama dengan kalsium berfungsi membnetuk gigi dan
tulang fosfat diserap dari saluran pencernaan dan dikeluarkan melalui
urin.
2.3.3 Jenis cairan elekrolit

Cairan elektrolit adalah cairan soline atau cairan yang memiliki sifat
bertegangan tetap dengan bermacam-macam elektrolit. Cairan silina terdiri
atas cairan isotonik, hipotonik, dan hipertonik. Konsentrasi isotonik disebut
juga normal saline yang banyak dipergunakan. Contoh cairan elektrolit
adalah:

1) Cairan ringer’s teridri atas: Na+, K+, CI, Ca2+.


2) Cairan ringer’s laktat, terdiri atas Na+, K+, Mg2+, CI, Ca2+, HCO3.
3) Cairan Boffer’s terdiri atas Na+,K+, Mg2+, CI, HCO3.
2.3.4 Masalah kebutuhan elektrolit
1) Hiponatremia
17

Hiponatremia merupakan suatu keadaan kekurangan kadar natrium dalam


plasma darah yang ditandai dengan adanya kadar natrium dalam plasma
sebanyak <135 mEq/It, rasa haus berelebihan, denyut nadi yang cepat,
hipotensi, konvulsi, dan membrane mukosa kering. Hiponatremia
disebabkan oleh hilangnya cairan tubuh secara berlebihan, misalnya
tubuh mengalami diari yang bekepanjangan.
2) Hipernatremia
Hipernatremia merupakan suatu keadaan dimana kadar natrium dalam
plasma tinggi. Ditandai dengan adanya mukosa kering,oligari/anusia,
turger kulit buruk, dan permukaan kulit membengka, kulit kemerahan,
lidah kering, dan kemerahan, konvulsi, suhubdan naik, serta kadar
natrium dalam plasma lebih dari 145 mEq/It. Kondisi demikian dapat
disebabkan karena dehidrasi, diare, pemasukan air yang berlebihan
sementara asupan garam sedikit.
3) Hipokalemia
Hipokalemia merupakan suatu keadaan kekurangan kadar kalium dalam
darah. Hipokalemia dapat terjadi dengan sangat cepat. Kondisi ini sering
terjadi pada pasien yang mengalami diare berkepanjangan, juga ditandai
dengan lemahnyadenyut nadi, turunya tekanan darah, tidak nafsu makan
dan muntah-muntah, perut kembung, lemah, dan lunaknya otot tubuh,
tidak beraturanya denyut jantung (aritmia), penurunan bising usus, dan
turunya kadar kalium plasma hingga kurang dari 3,5 Meq/It.
4) Hiperkalemia
Hiperkalemia merupakan suatu keadaan dimana kadar kalium dalam
darah tinggi, sering terjadi pada pasien luka bakar, penyakit ginjal,
asidosis metabolik, pemeberian kalium yang berlebihan memalui
intravena yang dintandai dengan adanya mual, hiperaktivitas sitem
pencernaan, aritmia, kelemahan, sedikitnya jumlah urine, dan diare,
adanya kecemasan dan iritabilitas, serta kadar kalim dalam plasma
mencapai lebih dai 5 Meq/It.
5) Hipokalsemia
18

Hipokalsemia merupakan kondisi kekurangan kadar kalsium dalam


plasma darah yang ditandai dengan adanya kram otot dan kram perut,
kejang, bingung, kadar kalsium dalam plasma kurang dari 4,3 mEg/It,
dan kesemutan pada jari dan sekitar mulut yang dapat disebabkan oleh
pengaruh pengangkatan kelenjar gondok, serta kehilangan sejumlah
kalsium karena sekresi intestinal.
6) Hiperkalsemia
Hiperkalsemia merupakan suatu keadaan kelebihan kadar kalsium dalam
darah yang dapat terjadi pada pasien yang mengalami pengangkatan
kelenjar gondok dan makan vitamin D secara berlebihan, ditandai dengan
adanya nyeri pada tulang relaksasi otot, batu ginjal, koma, dan kadar
kalsium dalam plasma mencapai lebih dari 4,3 mEq/It.
7) Hipomagnesia
Hipomagnesia merupakan kondisi kekurangan kadar magnesium dalam
darah, ditandai dengan adanya iritabilitas, tremor, kram pada kaki dan
tangan, takikardi, hipertensi, disorientasi, dan konvulasi. Kadar
magnesium dalam darah mencapai kurang dari 1,3 mEq/It.
8) Hipermagnesia
Hipermagnesia merupakan kondisi kekurangan kadar magnesium dalam
darah, ditandai dengan adanya koma, gangguan pernapasan, dan kadar
magnesium mencapai lebih dari 2,5 mEq/It.
2.4 Asam-Basa
2.4.1 Keseimbangan asam-basa

Dalam aktivitasnya, sel tubuh memerlukan keseimbangan asam-basa.


Keseimbangan asam-basa dapat diukur dengan pH (derajat keasaman). Dalam
keadaan normal, pH cairan tubuh adalah 7,35-7,45.

Keseimbangan asam-basa dapat dipertahankan melalui proses


metabolisme dengan sistem buffer pada seluruh cairan tubuh dan oleh
pernapasan dengan sistem regulasi (pengaturan diginjal). Tiga macam sistem
larutan buffer cairan tubuh adalah larutan bikarbonat, larutan bufferfosfat, dan
19

larutan buffer protein. Sistem buffer itu sendiri terdiri atas natrium bikarbonat
(NaHCO3), kalium bikarbonat (KHCO3), dan asam karbonat (H2Co3).

Pengaturan keseimbangan asam-basa dilakukan oleh paru melalui


pengangkutan kelebihan CO2 dan H2CO2 dari darah yang dapat meningkatkan
ph hingga kondisi standar (normal). Ventilasi dianggap memadai apabila
suplai O2 seimbang dengan kebutuhan O2. Pembangunan melaluiparu harus
seimbang dengan pembentukan CO2 agar ventilasi memadai. Ventilasi yang
memadai dapat mempertahankan kadar pCO2 sebesar 40mmHg.

Jika pembentukan CO2 metabolik meningkat, konsentrasinya


dalamcairan ekstrasel juga meningkat. Sebaliknya, penurunan metabolisme
memperkecil konsentrasi CO2. Jika kecepatan ventilasi paru meningkat,
kecepatan pengeluaran CO2 juga meningkat, dan hal ini menurunkan jumlah
CO2 yang berkumpul dalam cairan ekstrasel. Peningkatan dan penurunan
ventilasi alveolus efeknya akan memengaruhi pH cairan ekstrasel.
Peningkatan pCO2 menurunkan pH, sebaliknya pCO2 meningkatkan pH
darah. Perubahan ventilasi alveolus juga akan mengubah konsentrasi ion H +.
sebaliknya, konsentrasi ion H+ dapat memengaruhi kecepatan ventilasi
alveolus (umpan balik). Kadar pH yang rendah dan konsentrasi ion H + yang
tinggi disebut asidosis, sebaliknya, pH yang tinggi dan konsentrasi ion H +
yang rendah disebut alkalosis.

2.4.2 Jenis asam-basa

Cairan basa (alkali) digunakan untuk mengoreksi asidosis. Keadaan


asidosis dapat disebabkan oleh henti jantung dan koma diabetika. Contoh
cairan alkali adalah natrium (sodium) laktat dan natrium bikarbonat. Laktat
merupakan garam dari asam lemah yang dapat mengambil ion H+ dari cairan,
sehingga mengurangi keasaman (asidosis). Ion H+ diperoleh dari asam
karbonat (H2CO3), yang mana terurai menjadi HCO3- (bikarbonat) dan H+.
selain sistem pernapasan, ginjal juga berperan untuk mempertahankan asam-
basa yang sangat kompleks. Ginjal mengeluarkan ion hydrogen dan
membentuk ion bikarbonat sehingga pH darah normal. Jika pH plasma turun
20

dan menjadi lebih asam, ion hidrogen dikeluarkan dan bikarbonat dibentuk
kembali.

2.4.3 Masalah keseimbangan asam-basa


1) Asidosis respiratorik
Asidosis respiratorik merupakan suatu keadaan yang disebabkan oleh
kegagalan sistem pernapasan dalam membuang karbondioksida dari
cairan tubuh srhingga terjadi kerusakan pada pernapasan, peningkatan
pCO2 arteri diatas 45mmHg, dan penurunan pH hingga < 7,35 yang dapat
disebabkan oleh adanya penyakit obstruksi, trauma kepala, perdarahan,
dan lain-lain.
2) Asidosis metabolik
Asidosis metabolik merupakan suatu keadaan kehilangan basa atau
terjadinya penumpukan asam yang ditandai dengan adanya penurunan
pH hingga kuran dari 7,35 dan HCO3 kurang 22 mEq/lt.
3) Alkalosis respiratorik
Alkalosis respiratorikmerupakan suatu keadaan khilangan CO2 dari paru
yang dapat menimbulkan terjadinya pCO2 arteri <35 mmHg dan pH
>7,45 akibat adanya hiperventilasi, emboli paru, dan lain-lain.
4) Alkalosis metabolik
Alkalosis metabolik merupakan suatu keadaan kehilangan ion hidrogen
atau penambahan basa pada cairan tubuh dengan adanya peningkatan
bikarbonat plasma >26 mEq/lt dan pH arteri >7,45, atau secara umum
keadaan asam-basa dapat dilihat sebagaimana tabel berikut:

HCO3 Plasma pH Plasma pCO2 Plasma Gangguan Asam-Basa


Meningkat Menurun Meningkat Asidosis respiratorik
Menurun Menurun Menurun Asidosis metabolik
Menurun Meningkat Menurun Alkalosis respiratorik
Meningkat Meningkat Meningkat Alkalosis metabolic

2.5 Faktor-Faktor yang Memengaruhi Kebutuhan Cairan dan Elektrolit

Kebutuhan cairan elektrolit dalam tubuh dipengaruhi oleh faktor-faktor:

2.5.1 Usia
21

Perbedaan usia menentukan luas permukaan tubuh serta aktivitas organ,


sehingga dapat memengaruhi jumlah kebutuhan cairan dan elektrolit.
2.5.2 Temperatur
Termperatur yang tinggi menyebabkan proses pengeluaran cairan
melalui keringat cukup banyak, sehingga tubuh akan banyak kehilangan
cairan.
2.5.3 Diet
Apabila kekurangan nutrient, tubuh akan memecah cadangan makanan
yang tersimpan di dalamnya sehingga dalam tubuh terjadi pergerakan cairan
dari interstisial ke interseluler, yang dapat berpengaruh pada jumlah
pemenuhan kebutuhan cairan.
2.5.4 Stress
Stress dapat memengaruhi pemenuhan kebutuhan cairan dan elektrolit
melalui proses peningkatan melalui ADH, karena proses ini dapat
meningkatkan metabolisme sehingga mengakibatkan terjadinya glikolisis otot
yang dapat menimbulkan retensi sodium air.
2.5.5 Sakit
Pada keadaan sakit terdapat banyak sel yang rusak, sehingga untuk
memperbaiki sel yang rusak tersebut dibutuhkan adanya proses pemenuhan
kebutuhan cairan yang cukup. Keadaan sakit menimbulkan ketidak
seimbangan sistemdalam tubuh, seperti ketidakseimbangan hormonal, yang
dapat mengganggu keseimbangan kebutuhan cairan.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Pengaturan kebutuhan cairan dalam tubuh diatur oleh organ ginjal,
kulit, paru-paru, dan gastrointestinal. Sedangkan hormon yang berperan
adalah hormon ADH, hormon aldosteron, hormon prostaglandin, dan hormon
glukokortikoid. Perpindahan cairan dalam tubuh dilakukan dengan cara
difusi, osmosis, dan transpor aktif. Kebutuhan cairan dalam tubuh manusia
dipengaruhi oleh usia, lemak dalam tubuh, dan juga jenis kelamin. Pengaturan
cairan dalam tubuh dihitung dari keseimbangan antara jumlah cairan yang
asuk dan jumlah cairan yang keluar.
Elektrolit terdapat pada seluruh cairan tubuh. Beberapa jenis garam
dalam air akan dipecah dalam bentuk ion elektrolit. Cairan elektrolit
merupakan cairan saline atau cairan ynag memiliki sifat bertegangan tetap
dengan macam-macam elektrolit. Cairan saline terdiri atas cairan isotonik,
hipotonik, dan hipertonik. Keseimbangan asam basa dapat diukur dengan pH
(derajat keasaman). Dalam keadaan normal, pH cairan tubuh yaitu 7,35-7,45.
Faktor yang memengaruhi kebutuhan cairan dan elektrolit yaitu usia,
temperatur, diet, stres, dan sakit.
3.2 Saran
Semoga makalah ini dapat berguna bagi para pembaca, khusunya
mahasiswa. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang
membangun untuk perbaikan makalah kami selanjutnya.

22
DAFTAR RUJUKAN

A.Azis Alimul Hidayat, 2007.Pengantar Konsep Dasar Manusia. Edisi 2. Jakarta:


Salemba medika
https://harmokoblog.wordpress.com/2013/06/18/keseimbangan-cairan-dan-
elektrolit-serta-keseimbangan-asam-basa/amp/

23

Anda mungkin juga menyukai