Anda di halaman 1dari 9

NAMA : CHATRINE MONALISA

KELAS : PENDIDIKAN KIMIA 2019 A

NIM : 4193131037

JUDUL : DETEKSI RADIASI MELALUI DETEKTOR NUKLIR

A. IONIZATION CHAMBER

Detektor paling tua dan tipe yang paling banyak digunakan adalah dengan
memanfaatkan efek yang dihasilkan ketika partikel radioaktif melewati
gas.Bentuk utama interaksi : ionisasi dan eksitasi molekul gas sepanjang
μE
jejak partikel. Ion-ion terbentuk karena interaksi langsung partikel v=
P
radioaktif dengan gas atau karena efek sekunder Parameter penting: μ=mobilitas
jumlah ion yang terbentuk sepanjang jejak partikel.Energi rata-rata yang
diperlukan untuk pembentukan pasangan ion lebih tinggi dari energi
ionisasi karena ada mekanisme yang memungkinkan partikel radioaktif
kehilangan energi tanpa menimbulkan ionisasi misalnya eksitasi ke bound
state yang energinya lebih tinggi.Untuk 1 Mev partikel kira-kira ia akan
berhenti setelah mengionisasi ~ 30000 pasangan ion.Muatan yang
terkumpul Q=4.8x10-15Coulomb.Faktor Fano: Faktor pengali yang harus
dilakukan pada varian yang diprediksi agar sesuai dengan harga
eksperimen.

Ion Chamber: Difusi, transfer muatan dan rekombinasi

Atom dan molekul netral berada dalam gerak termal yang tetap, ditandai
dengan jarak bebas rata-rata yang spesifik untuk jenis gas tertentu.Ion +
dan elektron juga mengalami gerak termal dengan elektron lebih besar
geraknya. Sebuah kumpulan titik elektron akan menyebar disekitar titik itu
dengan distribusi gaussian dengan standar deviasi:

σ = √(2Dt)

D =tetapan difusi, t = elasped time


Bila ion + bertumbukan dengan elektron akan terjadi rekombinasi.
Rekombinasi lanjutan Untuk elektron mobilitasnya jauh lebih tinggi,
mobilitasnya sekitar 1000 kali ion.

Collection time untuk ion dalam orde ~10ms, sedang untuk elektron dalam
orde miko sekon. Arus ionisasi ion chamber Dalam pengaruh medan listrik
ion+ dan elektron akan bergerak dan menimbulkan arus listrik. Bila fluks
partikel radioaktif cukup konstan dengan ukuran tabung cukup kecil, maka
laju pembentukan ion akan setimbang dengan laju hilangnya ion
(rekombinasi, keluar, dll.)Bila rekombinasi relatif kecil, maka arus tunak
yang mengalir menggambarkan laju pembentukan pasangan ion, yang
berarti fluks partikel radioaktif. Ini merupakan prinsip kerja detektor ion
chamber. Didaerah datar Ion Chamber, medan listrik telah cukup besar
untuk menekan rekombinasi ke level yang dapat diabaikan.

B. PROPOSIONAL COUNTER

Proposional counter Dikembangkan pertama kali akhir tahun 40an.


Proposional counter Bekerja dalam modus pulsa serta menggunakan
ionisasi sekunder untuk memperbesar muatan yang terbentuk akibat
masuknya partikel radioaktif. Tinggi pulsa sebanding dengan energi
partikel radioaktif yang masuk Aplikasi penting adalah pada radiasi sinar
X energi rendah . Dalam penggandaan gas proposional counter memiliki
Medan listrik yang lebih tinggi dari pada Ion chamber menyebabkan
terjadinya ionisasi sekunder Kuat medan listrik :  E = V / (r lnb/a)       ; di
sini a adalah radius kawat dan b adalah radius silinder. Jika a=0.01 cm dan
b=1.0 cm dan V=1000 volt maka kuat medan listriknya 10 4 Volt/cm.  
Ambang medan listrik untuk gas yang biasa pada tekanan 1 atm adalah 10 6
V/ n(x)=n(0)eax didalam rumus ini alfa adalah konstanta Townsend
pertama dari gas. Untuk daerah mendekati darah geiger counter maka
proporsionalitas detektor menjadi berkurang (ada deviasi) disebut daerah
proporsional terbatas.
Geiger Muller Counter

Bila tegangan elektroda terus dinaikkan dari daerah proporsional (1000volt


atau lebih) maka akan terjadi kondisi ionisasi sekunder yang sangat tinggi
sehingga terjadi keadaan dadal (avalanche). Di sini pulsa yang terjadi
akibat masuknya partikel radioaktif ke bejana gas akan menghasilkan
pulsa tegangan yang cukup tinggi dibandingkan dengan pulsa pada
proportional counter.Sebaliknya, tinggi pulsa di sini tak lagi menyimpan
informasi energi partikel datang karena tegangan pulsa akan sama untuk
berbagai jenis energi pratikel radioaktif yang masuk.Jadi pencacah ini
fungsinya untuk mencacah jumlah partikel yang masuk saja, bukan
melihat spektrum energinya.Pencacah geiger counter memiliki daerah
operasi tegangan yang lebar(plateau) sehingga tak memerlukan sistem
regulasi tegangan yang sangat ketat. Ini merupakan keuntungan pencacah
Geiger Counter. Bentuk Pencacah geiger counter seperti pada pencacah
proporsional, diisi dengan gas bertekanan sekitar 10 cm Hg yang terdiri
atas campuran 90% argon, dan 10% nya adalah uap organik (seperti etil
alkohol) atau dari gas halogen seperti Cl2 atau Br2. Tekanan rendah
menyebabkan discharge terjadi pada tegangan yang relatif lebih rendah
dari pada di pencacah proporsional.Elektron hasil ionisasi partikel datang
akan ditarik dengan kuat ke kawat dan menghasilkan ionisasi sekunder
yang lebih besar dari pada pada pencacah proporsional, menghasilkan
pulsa listrik yang tak sensitif terhadap harga energi atau inisialisasi awal.
Masalah pada geiger counter adalah terjadinya breakdown baru mengikuti
terjadinya pulsa akibat adanya radiasi masuk. Avelanche terjadi tak
merata/uniform di seluruh panjang kawat. Ada elektron yang diserap dan
menghasilkan foton yang dapat memicu avelanche berikutnya. Ini dapat
diatasi dengan menaruh gas diatomik yang akan menyerap foton ini. Jadi
di sini gas poliatomik bertindak untuk "quenching".
Detektor sintilasi

Detektor sintilasi Mampu mencacah jumlah partikel radioaktif dan


energinya.Prinsip kerjanya dapat dilihat pada gambar di samping. Partikel
radioaktif yang menembus detektor menimbulkan cahaya tampak. Cahaya
tampak ini kemudian menimbulkan efek foto listrik yang menghasilkan
elektron.Elektron ini akan muncul dalam bentuk pulsa dan untuk
memudahkan proses deteksinya terlebih dahulu diperkuat dengan tabung
photo multiplier. Sifat-sifat detektor sintilasi yang ideal yaitu :

1. Mengubah energi kinetik partikel bermuatan ke cahaya yang dapat


dideteksi dengan efisiensi yang tinggi .

2. Konversi ini bersifat linier terhadap energi partikel datang .

3. Medium bersifat transparan terhadap panjang gelombang yang


dipancarkannya .

4. Waktu tunda ke terbentuknya pulsa sesingkat mungkin .

5. Material bersifat baik secara optik dan memungkinkan fabrikasi dengan


ukuran ideal.

6. Indeks refraksi mendekati gelas (~1,5) untuk memungkinkan kopling


secara efisien cahaya sintilasi ke tabung fotomultiplier .

Detektor zat padat/semi konduktor

• Dibuat dari bahan semikonduktor, ada beberapa jenis : high purity


germanium, high purity silicon, lithium drifted germanium dan lithium
drifted silicon.Ge dan Si memiliki elektron valensi 4, secara umum
semuanya terikat dalam ikatan kovalen, sehingga seluruh pita valensi terisi
penuh sedang pita konduksi kosong.Semikonduktor memiliki orde energi
gap yang kecil sekitar 1 ev atau kurang. Sedangkan insulator energi gap
nya dapat mencapai 5 ev. Pada suhu ruang sejumlah kecil elektron
tereksitasi ke pita konduksi dan ada lubang di pita valensi. Lubang ini
dapat diisi elektron dari atom sebelahnya maka seakan lubang ini dapat
bergerak(tentu mmuatan positif inti atom tak berpindah).Untuk
mengontrol konduksi di semikonduktor, sejumlah kecil bahan dari
golongan III atau V yang dikenal sebagai doping diberikan pada bahan
semikonduktor ini.Dengan adanya bahan doping gol. V maka ada atom
dari doping ini yang kelebihan elektron (tak berpasangan). Elektron ini
mudah terksitasi ke pita konduksi. Bahan ini menjadi semikonduktor tipe
n.Sebaliknya kalau doping dari golongan III maka atom doping hanya
bervalensi 3 maka ada sebuah lubang yang mudah diisi oleh elektron dari
pita valensi. Bahan ini menjadi semikonduktor tipe p). Jika semikonduktor
tipe n dan tipe p disambungkan maka elektron dari tipe n akan
menyeberang sambungan menuju tipe p menyebabkan terjadinya daerah
deplesi. Di sekitar sambungan ini pembawa muatan bebas ternetralisasi.
Akibatnya terjadi medan listrik di sekitar sambungan yang mencegah
penyeberangan selanjutnya. Bila partikel radioaktif memasuki daerah
deplesi dan menimbulkan ionisasi (pasangan elektron dan hole) maka
elektron dan hole akan bergerak dalam arah berlawanan di bawah medan
listrik yang ada sehingga tercipta pulsa elektronik yang sebanding dengan
energi partikel radioaktif tersebut. Pada prakteknya detektor
semikonduktor dioperasikan dengan tegangan balik sekitar
1000~3000V.Tegangan ini berfungsi untuk meningkatkan medan listrik
menyebabkan pengumpulan muatan menjadi lebih efisien.Fungsi lain
adalah untuk memperlebar daerah deplesi. Pembuatan detektor
semikonduktor High purity Ge atau Si : penyimpanan bisa suhu kamar
tetapi operasi pada suhu N2 cair untuk menekan noise.Pembuatan Lithium
drifted detector: Mulai dari sampel semikonduktor tipe p. Li didifusikan
ke salah satu ujungnya dengan reverse bias dan sedikit penaikan
temperatur maka Li masuk ke bahan itu. Ini menyebabkan tipe n. Ini
menyebabkan daerah deplesi yang luas. Detektor ini harus disimpan di
suhu N2 cair agar Li tak kembali keluar. Operasi juga harus dengan suhu
N2 cair.Tebal daerah tipe n sekitar 1 mm.

C. DETEKSI RADIASI NUKLIR


Sinar radioaktif tidak dapat dilihat dengan mata biasa, sehingga untuk
mendeteksinya harus digunakan alat. Alat deteksi sinar radioaktif
dinamakan detektor radiasi. Salah satu jenis detektor radiasi yang pertama
kali diperkenalkan dan sampai saat ini masih digunakan adalah detektor
ionisasi gas. Detektor ini memanfaatkan hasil interaksi antara radiasi
pengion dengan gas yang dipakai sebagai detektor. Lintasan radiasi
pengion di dalam bahan detektor dapat mengakibatkan terlepasnya
elektron-elektron dari atom bahan itu sehingga terbentuk pasangan ion
positif dan ion negatif. Karena bahan detektornya berupa gas maka
detektor radiasi ini disebut detektor ionisasi gas. penurunan tegangan
sebanding dengan pasangan ion yang terbentuk. Sedang jumlah pasangan
ion itu sendiri bergantung pada jenis dan energi radiasi yang ditangkap
detektor. Perubahan tegangan itu akan mengakibatkan terjadinya aliran
listrik (denyut out put) yang dapt diubah menjadi angkaangka hasil
cacahan radiasi. Dengan memanfaatkan tingkah laku ion-ion gas dalam
medan listrik, telah berhasil dikembangkan tiga jenis alat pantau radiasi
yang menggunakan gas sebagai detektornya, yaitu: alat pantau kamar
ionisasi, alat pantau proporsional, dan alat pantau Geiger-Muller (GM).
Ketiganya mempunyai bentuk dasar dan prinsip kerja yang sama.
Perbedaanya terletak pada tegangan operasi masing-masing. Detektor
kamar ionisasi beroperasi pada tegangan paling rendah. Jumlah elektron
yang terkumpul di anoda sama dengan jumlah yang dihasilkan oleh
ionisasi primer. Dalam kamar ionisasi ini tidak terjadi pelipat-gandaan
(multiplikasi) jumlah ion oleh ionisasi sekunder. Dalam daerah ini
dimungkinkan untuk membedakan antara radiasi yang berbeda ionisasi
spesifikasinya, misalnya antara partikel alfa, beta dan gamma. Namun,
arus yang timbul sangat kecil, kira-kira 10-12 A sehingga memerlukan
penguat arus sangat besar dan sensitivitas alat baca yang tinggi. Salah satu
kelemahan dalam mengoperasikan detektor pada daerah kamar ionisasi
adalah out put yang dihasilkan sangat lemah sehingga memerlukan
penguat arus sangat besar dan sensitivitas alat baca yang tinggi. Untuk
mengatasi kelemahan tersebut, tetapi masih tetap dapat memanfaatkan
kemampuan detektor dalam membedakan berbagai jenis radiasi, maka
detektor dapat dioperasikan pada daerah proporsional. Alat pantau
proporsional beroperasi pada tegangan yang lebih tinggi daripada kamar
ionisasi. Daerah ini ditandai dengan mulai terjadinya multiplikasi gas yang
besarnya bergantung pada jumlah elektron mula-mula dan tegangan yang
digunakan. Karena terjadi multiplikasi maka ukuran pulsa yang dihasilkan
sangat besar. Multiplikasi terjadi karena elektron-elektron yang dihasilkan
oleh ionisasi primer dipercepat oleh tegangan yang digunakan sehingga
elektron tersebut memiliki energi yang cukup untuk melakukan ionisasi
berikutnya (ionisasi sekunder). Meskipun terjadi multiplikasi, namun
jumlah elektron yang dihasilkan tetap sebanding (proporsional) dengan
ionisasi mula-mula. Karena itu dinamakan alat pantau proporsional.
Keuntungan dari alat pantau proporsional adalah bahwa alat ini mampu
mendeteksi radiasi dengan intensitas cukup rendah. Namun, memerlukan
sumber tegangan yang super stabil, karena pengaruh tegangan pada daerah
ini sangat besar terhadap tingkat multiplikasi gas dan juga terhadap tinggi
pulsa out put. Detektor Geiger-Muller (GM) beroperasi pada tegangan di
atas detektor proporsional. Dengan mempertinggi tegangan akan
mengakibatkan proses ionisasi yang terjadi dalam detektor menjadi jenuh.
Pulsa yang dihasilkan tidak lagi bergantung pada ionisasi mulamula
maupun jenis radiasi. Jadi, radiasi jenis apapun akan menghasilkan
keluaran sama. Karena tidak mampu lagi membedakan berbagai jenis
radiasi yang ditangkap detektor, maka detektor GM hanya dipakai untuk
mengetahui ada tidaknya radiasi. Keuntungan dalam pengoprasian GM ini
adalah denyut out put sangat tinggi, sehingga tidak diperlukan penguat
(amplifier) atau cukup digunakan penguat yang biasa saja. Detektor
generasi lebih baru dibanding dengan detektor isian gas adalah detektor
sintilasi. Detektor jenis ini menggunakan dasar efek sintilasi (kelipan)
apabila bahan sintilator dikenai suatu radiasi nuklir. Proses ini terutama
disebabkan oleh proses eksitasi yang diikuti oleh deeksitasi. Banyak bahan
yang bersifat sintilator ini tetapi mempunyai kebolehjadian efek sintilasi
yang berbeda-beda untuk ketiga jenis radiasi α, β dan γ. Untuk radiasi α
biasa dipakai bahan ZnS(Ag), CsI(Tr). Untuk radiasi β adalah jenis plastik,
organik (antrasin). Sedang untuk γ sering dipakai NaI(Tl) juga plastik.
Mengenai proses sintilasinya dapat dijelaskan sebagai berikut. Ditinjau
tingkattingkat energi atom sintilatornya. Sebagai contoh adalah ZnS(Ag).
Sintilator dilekatkan pada dinding PMT (Photomultiplier Tube) dengan
minyak silicon untuk menghilangkan pantulan oleh dinding PMT. Cahaya
yang terjadi karena proses sintilasi tadi mengenai katoda yang terbuat dari
foto sel (disebut fotokatoda) yang menghasilkan fotoelektron yang
banyaknya sebanding dengan intensitas cahaya. Selanjutnya fotoelektron
tersebut melalui deretan anoda yang terbuat dari bahan fotosel juga, yang
tegangannya bertingkat dari rendah dekat katoda, makin tinggi sampai di
anoda terakhir. Anoda-anoda ini disebut dinoda. Oleh tegangan tinggi
yang terpasang pada dinoda-dinoda, fotoelektron tadi dipercepat ke dinoda
pertama menghasilkan elektron lebih banyak, lalu dipercepat ke dinoda
kedua menghasilkan elektron lebih banyak lagi. Demikian seterusnya
sampai semua elektron dikumpulkan di anoda dan menghasilkan pulsa
listrik. Tinggi pulsa yang dihasilkan sebanding dengan banyaknya elektron
yang terkumpul di anoda, sedang banyaknya elektron terkumpul ini
sebanding dengan banyaknya fotoelektron, banyaknya fotoelektron
sebanding dengan intensitas cahaya hasil proses sintilasi dan intensitas
cahaya ini sebanding dengan tenaga radiasi. Maka, detektor sintilasi dapat
dipakai untuk spektroskopi. Karena pulsa ini masih cukup tinggi, perlu
diperkuat dengan penguat awal (pre amp) dan penguat utama (main amp)
baru dimasukkan ke penganalisa tinggi pulsa, bisa berupa SCA (single
channel analyzer) atau MCA (multi channel analyzer). SCA dan MCA ini
tidak lain adalah penganalisa tinggi pulsa (pulse high analyzer/PHA) yang
dapat digunakan untuk mentransformasikan distribusi tinggi pulsa pada
keluaran penguat utama menjadi spektrum energi. Jika udara didinginkan
sehingga uap mencapai keadaan jenuh, maka udara itu masih dapat
didinginkan tanpa terjadi pengembunan. Pada keadaan ini, uap dinamakan
superjenuh. Keadaan superjenuh ini akan terjadi hanya jika udara bebas
dari debu atau partikel-partikel garam yang dapat bertindak sebagai inti
pengembunan sehingga membentuk tetes-tetes kabut. 63 Pada tahun 1911,
Wilson menemukan bahwa ion-ion gas dapat juga bertindak sebagai inti
pengembunan. Kemudian gejala ini digunakan untuk menunjukkan
lintasanlintasan radiasi ionisasi melalui udara. Sebuah sumber radioaktif
memancarkan partikel-partikel dalam sebuah kamar udara yang jenuh
dengan uap air dan alkohol. Ketika partikel-partikel ini melalui udara,
mereka bertumbukan dengan molekul-molekul udara. Tumbukan ini
mengakibatkan terjadinya ionisasi, sehingga meninggalkan jejak ion
positif dan negatif.

Anda mungkin juga menyukai