Pengelolaan Tanaman Dan Tumbuhan Inang U Bdfb821e PDF
Pengelolaan Tanaman Dan Tumbuhan Inang U Bdfb821e PDF
33
BULETIN PALAWIJA NO. 29, 2015
34
INDIATI DAN ERMAWAN: PENGELOLAAN TANAMAN DAN INANG UNTUK PENGENDALIAN THRIPS PADA KACANG HIJAU
35
BULETIN PALAWIJA NO. 29, 2015
Tabel 1. Hasil kacang hijau yang dapat diselamatkan dengan perlakuan beberapa bahan kimia dan nabati.
KP Muneng, MK 2010.
tahan, pengendalian dengan insektisida nabati M. usitatus juga menyerang tanaman aneka
dan pengendalian secara kimiawi. kacang lain di antaranya adalah kacang tung-
gak dan kedelai. M. usitatus juga menyerang
A. Sanitasi dan Eradikasi tanaman kacang adzuki, kacang tanah, koro
Sanitasi tanaman dan tumbuhan inang pedang, kacang asparagus, kacang panjang,
thrips di sekeliling pertanaman kacang hijau kacang lima, kacang buncis, Sesbania sesban,
dilakukan sebelum menanam kacang hijau pada Cassia bicapsularis, Bauhinia purpurea, Crota-
areal yang luas secara serempak, bertujuan un- laria juncea, Phaseolus atropurpureus, Centro-
tuk menekan populasi awal serendah mungkin. sema pubescens. Selain tanaman kacang-
Kegiatan sanitasi seperti menghilangkan gulma kacangan, spesies ini juga menyerang rambu-
dan sisa-sisa tanaman budidaya adalah langkah tan dan anggur (Bansiddhi dan Poonchaisri
pertama untuk meminimalkan serangan thrips. 1991), tomat dan kentang (Bernardo 1991), dan
Tanaman inang bagi serangga hama tidak cabai (Yulianti 2008). Aliakbarpour dan Che
hanya sebagai sumber pakan, tetapi juga sebagai (2012) melaporkan bahwa M. usitatus menye-
tempat tinggal dan tempat berlindung dari mu- rang tanaman mangga. Selain itu, Aliakbarpour
suh alaminya. Dalam interaksi antara serangga dan Che (2012) melaporkan bahwa Mimosa
hama dengan tanaman inang, senyawa kimia pudica, Cleome rutidosperma, Echinochloa colo-
primer dan sekunder yang terkandung dalam num, Asystasia coromandeliana merupakan
tanaman memegang peranan penting. Pada tumbuhan inang M. usitatus. Rao dan Shano-
umumnya, serangga akan memilih tanaman inang wer (1999) melaporkan bahwa serangga ini me-
atau bagian tanaman yang memiliki kandungan nyerang tanaman Cajanus cajan dan Cicer
nutrisi yang cukup sebagai tempat tinggal dan arietinum.
sekaligus untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Berdasarkan laporan tersebut dapat disimpul-
Katayama (2006) melaporkan bahwa tumbuhan kan bahwa inang M. usitatus ada dua jenis, yaitu
liar berperan sebagai inang alternatif, sehingga tanaman budidaya dan tumbuhan inang/gulma
dimungkinkan terjadinya perkembangan bebe- (Tabel 2 dan Tabel 3). Oleh karena itu dalam
rapa hama di lahan pertanian (Ghosheh & Al- membudidayakan kacang hijau hendaknya
Shannag 2000). Untuk itu pengetahuan mengenai tanaman dikelola dengan tepat dan tumbuhan
jenis tanaman dan tumbuhan inang thrips inang disanitasi.
sangat diperlukan agar sanitasi dapat dilakukan
secara tepat dan optimal. B. Tanaman Perangkap, Kombinasi
Insektisida Kimia, dan Tanam
Tillekaratne et al. (2011) melaporkan bahwa Serentak
Fabaceae (suku polong-polongan) merupakan
tanaman inang dari M. usitatus. Hal ini diper- Salah satu teknik pengendalian hama lain
kuat oleh Indiati (2003) yang melaporkan yang dapat dilakukan adalah dengan meman-
bahwa selain menyerang tanaman kacang hijau, faatkan tanaman inang dalam waktu dan ruang
36
INDIATI DAN ERMAWAN: PENGELOLAAN TANAMAN DAN INANG UNTUK PENGENDALIAN THRIPS PADA KACANG HIJAU
Tanaman
No. Nama Latin Nama Umum –––––––––––––––––––––– Pustaka
Pangan Hortikultura
37
BULETIN PALAWIJA NO. 29, 2015
tertentu dengan memanipulasi jenis, varietas/ Musuh alami yang terpelihara juga dapat
galur, dan tahap pertumbuhan tanaman inang. digunakan untuk mengendalikan thrips pada
Tujuannya adalah untuk menciptakan keadaan budidaya kacang hijau. Chang (1990) mela-
agar populasi hama yang akan dikendalikan porkan bahwa Ceranisus menes merupakan
terkumpul/terkonsentrasi pada areal terbatas predator dari Thrips pada tanaman kacang
sehingga tidak sampai pada pertanaman utama. Adzuki pada tahun 1988 di Taiwan. Di Filipina,
Dengan demikian pengendaliannya hanya predator yang paling penting adalah Campy-
difokuskan pada tanaman perangkap (Teng- lomma livida dan Argurodes sp. Di Jepang,
kano dan Suharsono 2005). predator nimfa Thrips adalah Ceranisus femo-
Varietas dan galur kacang hijau yang rentan ratus dan C. Vinctus.
terhadap serangan thrips dapat dimanfaatkan Penggunaan tanaman perangkap dengan
sebagai tanaman perangkap untuk didatangi dan kombinasi insektisida kimia dapat dioptimalkan
diteluri. Indiati (2003) melaporkan pada Varietas hasilnya bila dipadukan dengan teknologi tanam
rentan No. 129, kehilangan hasil dapat men- serentak. Pengendalian hama dengan tanam
capai 74,6%, sedangkan pada galur yang tahan serentak akan sangat menunjang keberhasilan
(MLG 716) kehilangan hasilnya hanya 27,5%. cara-cara pengendalian yang lain. Dampak dari
Dengan demikian, Varietas No. 129 dapat digu- tanam serentak adalah terjadinya penurunan
nakan sebagai tanaman perangkap. populasi awal, sehingga populasi hama sasaran
Teknik memanfaatkan tanaman inang dapat tidak mencapai ambang kendali dan kehilangan
dilakukan dengan menanam varietas yang hasil per satuan luas dapat diperkecil. Penentuan
rentan terlebih dahulu sebagai tanaman perang- jangka waktu pelaksanaan tanam serentak harus
kap. Tanaman perangkap diletakkan pada tepi didasarkan pada bioekologi hama, preferensi
petakan yang berdasarkan analisis ekosistem di- hama terhadap berbagai tahap pertumbuhan
mungkinkan akan diserang thrips dari arah tana- tanaman kacang hijau, periode kritis tanaman
man tersebut. Selang 10 hari kemudian baru me- terhadap serangan Thrips, dan tanaman inang.
nanam kacang hijau yang akan dibudidayakan. Dengan tanam serentak pada satu hamparan,
Karena varietas rentan tersebut lebih disukai hama yang datang pada pertanaman yang dita-
thrips, maka populasi akan terkonsentarasi pada nam lebih awal tidak akan menjadi sumber hama
varietas/galur yang rentan. Namun demikian, untuk tanaman berikutnya. Selain itu, juga akan
perlu penelitian terhadap kemampuan maksimal terjadi pengenceran populasi hama yang berasal
No. 129 untuk memerangkap imago thrips dan dari alam di sekitar hamparan, sehingga keru-
proporsi tanaman perangkap terhadap tanaman sakan yang ditimbulkan akan berkurang. Tanam
kacang hijau. serentak sebaiknya dilakukan pada satu hampar-
an dalam satu wilayah kerja penyuluh pertanian
Penggunaan insektisida kimia juga masih (WKPP) (1 WKPP = 600–1000 ha) dengan selisih
mejadi pertimbangan. Indiati (2012) melaporkan waktu tanam tidak lebih dari 10 hari antara
insektisida dengan bahan aktif Fipronil, Imida- tanam awal dan akhir (Tengkano dan Suharsono
klorprit 200 SL, Imidaklorprit 100 EC, Emamek- 2005).
tin benzoate efektif menekan serangan thrips.
Aplikasi insektisida untuk mengendalikan hama Selain menggunakan tanaman perangkap,
thrips dilakukan dengan cara disemprot, karena perangkap warna juga dapat digunakan. Menurut
serangan hama thrips pada daun dan bunga Childers dan Brecht (1996) penggunaan perang-
kacang hijau dimulai pada umur dua minggu. kap berwarna untuk menarik thrips merupakan
Penyemprotan sebaiknya dilakukan pada pagi salah satu cara yang cukup efektif dan mudah
hari yang cerah (tidak hujan) dan tidak ber- dilakukan dalam memantau dan mengendalikan
angin, agar takaran insektisida yang diberikan thrips. Menurut Higgins (1992), satu perangkap
dapat tersedia bagi tanaman secara maksimal. mampu memerangkap 500–1000 ekor imago
Cara aplikasi sebaiknya juga didasarkan pada thrips. Berdasarkan penelitian tersebut dapat
fase tanaman yang diserang dan habitat hama disimpulkan bahwa perangkap berwarna tam-
yang akan dikendalikan. Teknik pengendalian paknya berpotensi menekan dan mengendali-
lain yang mendukung pengendalian Thrips kan populasi thrips. Perangkap berbentuk silin-
adalah dengan menggunakan pestisida nabati der yang terbuat dari PVC merupakan perang-
serbuk biji mimba, ekstrak bawang putih, rim- kap yang paling ekonomis serta telah direkomen-
pang jahe, daun pepaya, dan campuran ekstrak dasikan sebagai standar dalam monitoring
cabe hijau, jahe, dan bawang putih (Indiati populasi thrips di California dan Arizona (Parker
2012). dan Skinner 1993). Chu et al. (2000) menya-
38
INDIATI DAN ERMAWAN: PENGELOLAAN TANAMAN DAN INANG UNTUK PENGENDALIAN THRIPS PADA KACANG HIJAU
takan bahwa perangkap berperekat dengan jutnya (Gambar 2). Apabila kacang hijau
warna dasar biru, kuning, dan putih dapat ditanam pada awal musim kemarau, tanaman
menangkap imago thrips dalam jumlah yang akan terhindar dari serangan thrips, karena
paling tinggi. Selain itu, perangkap berperekat pada bulan Juni sampai Juli di mana populasi
dengan warna biru telah diketahui dapat thrips di alam cukup tinggi, tanaman kacang
menangkap Frankliniella occidentalis dan T. hijau yang ditanam awal musim kemarau telah
palmi (Chu et al. 2006), dan perangkap dipanen atau menjelang panen. Sehingga tidak
berperekat dengan warna kuning dapat menu- terjadi sinkronisasi antara fase peka tanaman
runkan gejala burik pada buah manggis untuk dengan populasi thrips yang tinggi. Perlu dike-
hama thrips spesies Scirtothrips dorsalis, tahui fase peka kacang hijau terhadap serangan
Selenothrips rubrocintus, dan tungau (Affandi thrips adalah saat munculnya daun trifoliat
& Emilda 2009). Secara nyata penggunaan pertama sampai tanaman berbunga.
perangkap warna kuning dapat menurunkan Pengelolaan tanaman inang selanjutnya
populasi lalat Liriomyza sp. (Supriyadi et al. adalah dengan cara pergiliran tanaman.
2000). Pergiliran tanaman dan tanam serentak meru-
Sihombing (2004) menunjukkan bahwa pakan kunci keberhasilan penerapan berbagai
perangkap warna berperekat yang paling disu- teknologi pengendalian hama. Tujuan pergiliran
kai dan menarik perhatian bagi imago thrips tanaman tersebut adalah untuk menekan popu-
pada sedap malam adalah perangkap warna lasi hama pada umumnya dan thrips pada
kuning. Lebih lanjut Sihombing (2004) menyim- khususnya melalui kelangkaan tanaman inang
pulkan bahwa selain dapat digunakan untuk pada musim sebelumnya sehingga taraf perkem-
memantau populasi thrips, perangkap berwarna bangan populasi hama di alam menjadi terbatas.
kuning dapat digunakan untuk mengendalikan Pergiliran tanaman dilakukan dengan mena-
hama thrips. nam varietas tahan dan bukan tanaman inang
Penggunaan perangkap warna untuk lain. Penggunaan varietas tahan untuk me-
mengendalikan thrips pada tanaman kacang ngendalikan thrips dimaksudkan untuk mene-
hijau sampai saat ini belum dilakukan penelitian. kan populasi, keperidian, dan serangan thrips
Dengan melihat keefektifan perangkap warna serta untuk meningkatkan kematiannya tetapi
tersebut memungkinkan sekali perangkap varietas tersebut hanya mengalami kehilangan
warna tersebut diaplikasikan pada kacang hijau. hasil yang relatif kecil. Selain itu pengendalian
Namun penelitian lebih lanjut perlu dilakukan. dengan cara ini dianggap lebih praktis, tidak
mencemari lingkungan, ekonomis, serta cocok
C. Pemilihan Waktu Tanam dan apabila dipadukan dengan cara pengendalian
Pergiliran Tanaman lainnya (Tengkano dan Suharsono 2005).
Waktu tanam sangat berpengaruh terhadap Indiati (2003) mengungkapkan bahwa pada
populasi thrips serta kerusakan tanaman yang pengujian lapang MK. 2003 kehilangan hasil
diserang. Pada musim kemarau populasi thrips pada MLG-716 adalah 27,5% dibanding No. 129
akan meningkat dengan cepat, sedang pada sebesar 74,6%. Rendahnya tingkat serangan
musim hujan populasi dan serangannya menurun. thrips pada galur MLG-716 diduga karena
Hal ini sejalan dengan pendapat Wiyono (2009)
yang menyatakan bahwa thrips berkembang pada
musim kemarau dan bisa meledak populasinya
bila kemarau semakin kering dan suhu rata-
rata semakin panas.
Menurut Indiati (2003) waktu tanam yang
tepat agar terhindar dari serangan thrips adalah
pada awal musim kemarau (MK I). Hasil pene-
litian di Muneng Probolinggo menunjukkan
bahwa intensitas serangan thrips pada tanaman
kacang hijau umur 3 minggu setelah tanam (MST)
masih rendah sekitar 15% pada bulan April, Gambar 2. Fluktuasi intensitas serangan Thrips
kemudian sedikit meningkat pada pertengahan pada beberapa waktu tanam, Muneng, Probo-
linggo, 2003.
bulan Mei. Pada bulan Juni rata-rata intensitas
serangan thrips mencapai puncaknya dan me- Int= intensitas; MST = minggu setelah tanam.
Sumber: Indiati 2003.
nurun pada pertanaman bulan-bulan selan-
39
BULETIN PALAWIJA NO. 29, 2015
adanya faktor non preferens (antixenosis). di alam masih rendah (Gambar 2). Sanitasi
Selain itu, hasil identifikasi lebih lanjut diperoleh lahan terhadap sisa tanaman dan tumbuhan
data bahwa panjang trichoma daun galur inang dapat dilakukan dua minggu sebelum
rentan (No. 129) lebih pendek (0,35 mm) bila tanam yaitu sekitar akhir Maret, untuk me-
dibanding dengan galur yang tahan, MLG-716 nekan populasi thrips di alam. Penanaman
yang panjang trichomanya mencapai 0,40 mm. tanaman perangkap yang berupa tanaman
Trichoma MLG-716 lebih padat dan posisinya kacang hijau rentan (No 129) dapat dilakukan
miring dibandingkan dengan No. 129. Selain 10 hari sebelum tanaman kacang hijau budidaya
itu, penampang melintang jaringan epidermis ditanam untuk memerangkap sisa populasi
daun, terlihat bahwa No. 129 memiliki lapisan thrips setelah tumbuhan inang disanitasi. Pada
epidermis lebih tebal (0,32 mm) bila dibanding saat dilakukan penanaman tanaman kacang
MLG-716 (0,26 mm) (Indiati 2001). Hal ini hijau, tanaman perangkap yang telah berumur
sejalan dengan hasil penelitian Indiati (2004) 10 hari dilakukan penyemprotan dengan
yang menyatakan bahwa menurunnya insektisida fipronil 2 ml/l, agar hama thrips yang
intensitas serangan pada MLG-716 disebabkan muncul dari tanaman perangkap dapat terbu-
MLG-716 tidak disukai disebabkan karena tri- nuh. Perangkap kuning dapat dipasang dalam
koma (rambut daun) lebih rapat dan panjang tanaman kacang hijau budidaya untuk meman-
serta posisinya yang miring sehingga dapat tau populasi thrips di alam, dan apabila populasi
menghalangi thrips waktu mencucuk lapisan thrips pada perangkap kuning mengkhawatir-
epidermis daun dan mengisap cairan sel. Perbe- kan terhadap tanaman kacang hijau budidaya
daan populasi dan intensitas serangan yang dapat dilakukan penyemprotan insektisida
nyata tersebut membuktikan bahwa galur nabati (biji atau daun mimba 50 g/l atau rim-
MLG-716 kurang cocok untuk kehidupan dan pang jahe 20 g/l pada 10 hari dengan interval
perkembangbiakan thrips. Selain morfologi, satu minggu). Apabila penanaman kacang hijau
kadar serat diduga berperan dalam memperkuat budidaya harus dilakukan pada saat populasi
jaringan MLG-716 sehingga lebih tahan terha- thrips di alam cukup tinggi (misalnya pada
dap serangan thrips (Indiati dan Joko 2001). bulan Juni atau Juli), dianjurkan untuk me-
Dari hasil evaluasi ketahanan galur-galur nanam varietas tahan (MLG 716).
kacang hijau terhadap thrips, MLG-716 menun-
jukkan ketahanan yang stabil yang bersifat non D. Sistem Peraturan
preferens, karena pada berbagai pengujian, Thrips diketahui telah menjadi hama global
hasilnya selalu pada kategori tahan (Anwari dengan penyebaran melalui perdagangan hasil
et al. 2000; Indiati 2000; Anwari et al. 2001). pertanian. T. tabaci, adalah salah satu contoh
Di daerah Muneng Kabupaten Probolinggo spesies invasif, karena T. tabaci tersebar melalui
pengendalian hama thrips pada tanaman hijau bawang putih dan bawang merah yang diang-
dapat dilakukan seperti Tabel 4. Berdasarkan kut oleh tentara Romawi ke seluruh Kekaisaran
data dinamika populasi hama thrips, bertanam Romawi (Mound 2005). F. occidentalis, meru-
kacang hijau dianjurkan pada pertengahan pakan hama asli dari Amerika Utara bagian
bulan April karena pada saat itu populasi thrips barat, namun pada 1970-an telah menjadi
Bulan
Strategipengendalian –––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nov Des
40
INDIATI DAN ERMAWAN: PENGELOLAAN TANAMAN DAN INANG UNTUK PENGENDALIAN THRIPS PADA KACANG HIJAU
hama dan telah membentuk strain resisten Kepulauan Micronesia, dan Australia Utara
terhadap pestisida di California dan kemudian (California University 2009). Bahkan Mound
menyebar dengan cepat ke seluruh dunia (Kirk dan Azidah (2009) melaporkan bahwa spesies
dan Terry 2003; Reitz 2009). Sejak tahun 1980, ini menyebar sampai ke Malaysia. Berdasarkan
F. occidentalis telah menjadi objek penelitian berbagai laporan tersebut dapat disimpulkan
yang paling intensif dikaji (Reitz 2009). bahwa penyebaran thrips antar negara maupun
Di Amerika Serikat, F. occidentalis menyebar antar pulau dalam satu negara karena terbawa
luas ke seluruh Amerika Serikat bagian barat, melalui tanaman inangnya.
Hawai selatan, dan timur Amerika Serikat (Kirk Di Indonesia sampai saat ini belum pernah
dan Terry 2003). Di Cina, F. occidentalis pertama dilakukan survei mengenai daerah sebaran
kali ditemukan pada pemeriksaan karantina Thrips, sehingga belum diketahui secara pasti
Kunming, Cina pada tahun 2000 (Jiang et al. daerah penyebarannya. Marwoto dan Indiati
2001), dan kemudian menyebar ke Beijing yang (2000) melaporkan bahwa serangan hama thrips
ditemukan di daerah perkebunan lada (Zhang et pada kacang hijau telah ditemukan di Provinsi
al. 2003; Lei et al. 2004; Ren et al. 2006). Di Cina Jawa Timur, Jambi, Bali, NTB, NTT, dan Sula-
penyebarannya telah berkembang pesat. Sebagai wesi. Berdasarkan data tersebut dapat dimung-
contoh keberadaannya telah dilaporkan di Lin- kinkan bahwa daerah sebaran Thrips juga ter-
cang, Provinsi Yunnan (Xu and Wei 2005), di dapat di daerah sentra tanaman kacang hijau di
Qingdao, Provinsi Shangdong (Zheng et al. 2007), Indonesia. Menurut data BPS (2013), daerah
di Hangzhou, Provinsi Zhejiang (Wu et al. 2009), penghasil kacang hijau di Indonesia ada di 30
di Nanjing, Provinsi Jiangsu (Yan et al. 2010), Provinsi yaitu: Jawa Tengah, Jawa Timur, Nusa
di Guiyang, Provinsi Guizhou (Yu et al. 2009), Tenggara Barat, Sulawesi Selatan, Nusa Teng-
dan di Yingchuan, Ningxia Provinsi (Li et al. gara Timur, Jawa Barat, Lampung, Sumatera
2009). Utara, Bengkulu, Sulawesi Tenggara, Sumatera
Hal yang sama terjadi dengan T. palmi, sebe- Selatan, Sulawesi Utara, Bali, Sulawesi Tengah,
lum tahun 1980 sebagian besar penyebarannya Aceh, Maluku, Banten, Kalimantan Barat, Kali-
terbatas hanya di Asia Selatan, namun saat ini mantan Selatan, Sumatera barat, Riau, DI Yogya-
diketahui telah menyebar ke seluruh daerah karta, Sulawesi Barat, Kalimantan Timur,
tropis dan subtropis (Murai 2002; Cannon et al. Maluku Utara, Jambi, Papua Barat, Gorontalo,
2007). Hal ini terjadi pula pada dua negara bagian Kalimantan Tengah dan Kalimantan Utara.
Amerika Serikat, yaitu Hawaii dan Florida Daerah penghasil kacang hijau tersebut di atas
(Johnson 1986; Tsai et al. 1995), dan menyebar yang belum pernah terserang hama thrips perlu
setidaknya pada 15 provinsi di China , termasuk dijaga dan dipantau agar tetap steril, sehingga
Zhejiang, Hunan, Guangdong, Guangxi, Hainan, kapasitas hasil kacang hijau dapat dipertahankan
Sichuan, Yunnan, dan Tibet (Han 1997). Scir- dan bahkan ditingkatkan.
tothrips dorsalis merupakan spesies thrips lain Berkaitan dengan tugas pokok dan fungsi Ba-
yang memiliki kisaran penyebaran di Asia bagian dan Karantina Pertanian, peran Badan Karan-
selatan (Vierbergen dan Reynaud 2005). Di tina Pertanian sangat diperlukan untuk mem-
Amerika Serikat, S. dorsalis pertama kali dite- batasi penyebaran OPT, khususnya thrips.
mukan di Hawaii pada tahun 1987, kemudian Berdasarkan Peraturan Presiden RI Nomor 15
ditemukan di Florida pada tahun 2005 dan terus Tahun 2005 dan Peraturan Menteri Pertanian
menyebar melalui Amerika Serikat bagian No. 61/Permentan/OT.140/10/2010, Badan
selatan (Ludwig 2009; Edwards et al. 2010). Karantina Pertanian mempunyai tugas untuk
Thrips parvispinus Karni (Thysanoptera: mencegah penyebaran hama dan penyakit
Thripidae) diyakini berasal dari Asia Tenggara supaya tidak semakin meluas.
(Mound & Collins 2000; Anagnou-Veroniki 2008; Agar serangan thrips tidak menyebar ke
California University 2009) tetapi serangga ini daerah sentra produksi yang lain, maka siapa
diketahui menyebar ke belahan bumi lainnya. yang keluar masuk dari dan ke suatu daerah
Mound & Collins (2000) melaporkan bahwa T. baru dengan membawa tanaman yang meru-
parvispinus masuk ke negara Yunani pada pakan inang thrips harus melalui pemeriksaan
tahun 1997 terbawa bunga potong Gardenia karantina mengenai ada tidaknya hama thrips
yang diimpor negara tersebut dari Indonesia. yang terbawa oleh tanaman tersebut. Penulis
Lebih lanjut dikatakan bahwa serangga ini menyarankan agar karantina memiliki alat pen-
menyebar dari Asia Tenggara ke Papua Nugini, deteksi thrips seperti “cool box” untuk memas-
41
BULETIN PALAWIJA NO. 29, 2015
tikan, mengamati adanya jumlah populasi thrips itu memahami jenis tanaman dan tumbuhan
pada tanaman yang terduga tersebut. Pemerik- inang hama thrips sangat penting agar dapat
saan tersebut dilakukan secara cepat dengan melakukan tindakan sanitasi dan eradikasi
cara memasukkan tanaman ke dalam “cool box” secara optimal.
selama satu jam untuk mematikan sementara Pengelolaan tanaman dan tumbuhan inang
hama thrips yang diduga terbawa oleh tana- untuk mengendalikan thrips diantaranya dapat
man. Apabila dalam pengamatan cepat tersebut dilakukan dengan sanitasi dan eradikasi, mena-
ditengarai/dicurigai ada thrips, dilakukan nam tanaman perangkap dikombinasi dengan
pengamatan di bawah mikroskop binokuler penggunaan insektisida kimia dan tanam seren-
untuk memastikan kebenarannya. Selain peme- tak, waktu tanam yang tepat dan pergiliran ta-
riksaan dan pengamatan, petugas Karantina naman menggunakan varietas tahan, dan
juga melakukan tindakan Pengasingan, Per- menerapkan sistem peraturan.
lakuan, Penahanan, Penolakan, Pemusnahan,
dan pembebasan (atau disebut dengan tinda-
PUSTAKA
kan 8P) terhadap media bawa hama dan
penyakit hewan karantina dan organisme Affandi and D Emilda. 2009. Mangosteen thrips:
pengganggu tumbuhan yang dimasukkan, collection, identification and control. J. Fruit
dibawa atau dikirim dari suatu area ke area lain and Ornamental Plant Res. 17(2):219–233.
di dalam, dan atau keluar dari wilayah Negara Aliakbarpour, Hamaseh and Che Salmah Md.
Republik Indonesia. Rawi. 2012. The Species Composition of Thrips
(Insecta: Thysanoptera) Inhabiting Mango Or-
Mc Maugh (2005) melaporkan bahwa pada
chards in Pulau Pinang, Malaysia. Trop. Life
saat ini perdagangan komoditas pertanian di Sci. Res. 23(1), 45–61.
dunia telah diatur oleh suatu kesepakatan
peraturan melalui Sanitary and Phytosanitary Anagnou-Veroniki, Souliotis P, Karanasti, Gian-
nopolitis. 2008. New Records of plant pests
Agreement (SPSA). Penerapan SPSA itu diatur and weeds in Greece, 190–207.
dalam berbagai pedoman International Sani-
tary and Phytosanitary Measures (ISPM) yang Anwari, M., R. Soehendi, R. Iswanto, S.W. Indiati,
dan H. Purnomo. 2000. Pembentukan varietas
hingga bulan April 2008 ini berjumlah 32 ISPM.
unggul kacang hijau tahan hama Thrips.
Dalam implementasi SPSA ini, kesehatan Dalam Hasil Penelitian Komponen Teknologi
tanaman terhadap produk pertanian menjadi Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian
isu kebijakan utama. Suatu negara pengekspor Tahun 1999–2000. Buku 1, hlm. C-23-C-38.
yang tidak dapat menyediakan deskripsi sta-
Anwari, M., Trustinah, R. Suhendi, S.W. Indiati,
tus kesehatan tanaman bagi industri Sumartini, R. Iswanto, Moedjiono, A. Kasno,
pertaniannya akan memiliki posisi yang lemah dan H. Purnomo. 2001. Perbaikan mutu gene-
saat bernegosiasi dengan negara pengimpor. tik kacang hijau, kacang panjang, dan buncis,
Persyaratan dokumen Pest Risk Analysis (PRA) untuk ketahanan hama penyakit. Dalam Hasil
yang berisikan daftar hama (pest list) dan Penelitian Komponen Teknologi Tanaman
kesehatan tanaman dari negara pengekspor Kacang-kacangan dan Umbi-umbian tahun
2000. Buku I, nomor 4: 1–21. Balai Penelitian
akan diminta dalam rangka mengurangi risiko Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian.
masuknya hama-hama karantina ke negara Malang.
yang dituju.
Arifin, M. 1992. Bioekologi, serangan, dan hama
pemakan daun kedelai. Hlm. 81–103. Dalam
KESIMPULAN Marwoto et al. (Peny.). Risalah Lokakarya Pe-
ngendalian Hama Terpadu Tanaman Kedelai,
Gejala serangan hama thrips pada kacang 8–10 Agustus 1991. Balittan Malang.
hijau muncul sejak tanaman muda sejak
tanaman berumur 10 hari, dengan ciri daun- Bansiddhi, K. And S. Poonchaisri. 1991. Thrips of
vegetables and other commercially important
daun mengkerut, tanaman tumbuh kerdil,
crops in Thailand. In N.S. Talekar (Ed.) Thrips
pembentukan bunga terlambat dan atau bunga in Southeast Asia. Proc. of a Regional Consulta-
menjadi rontok, sehingga polong gagal terbentuk tion Workshop, Bangkok, Thailand, 13 March
dan hasil kacang hijau menjadi rendah. 1991. AVRDC Publ. No. 91-342: 34–39.
Inang thrips dapat dikategorikan dalam dua Berger, D., R. Walters, K. Gotthard. 2008. What
kelompok, yaitu tanaman budidaya, di antara- limits insect fecunddity? Body size-and tempera-
nya suku polong-polongan maupun aneka ture-dependent egg maturation and oviposition
kacang dan gulma (tumbuhan inang). Untuk in a butterfly. Funct Ecol. 22:523–529.
42
INDIATI DAN ERMAWAN: PENGELOLAAN TANAMAN DAN INANG UNTUK PENGENDALIAN THRIPS PADA KACANG HIJAU
43
BULETIN PALAWIJA NO. 29, 2015
Penelitian dan Pengembangan Tanaman Mound, L.A., dan A.A. Azidah. 2009. Species of the
Pangan. 2001. Hlm. 118–125. genus Thrips (Thysanoptera) from Peninsular
Malaysia with a checklist of recorded Thripidae.
Jiang, X.L., S. Bai, Q. Xiao, B. Yang. 2001. Serving
Zootaxa 2023:55–68.
for Kunming international flower feast. Plant
Quarantine, 15, 115–117. (in Chinese). Murai, T. 2002. The pest and vector from the east:
Thrips palmi. In Marullo R. Mound L.A., (eds).
Johnson, M.C. 1986. Population trends of a newly
Thrips and Tospoviruses:Proceedings of the 7th
introduced species, Thrips palmi (Thysanoptera:
Internat Symp on Thysanoptera. July 2–7, 2002,
Thripidae), on commercial watermelon plantings
Reggio Calabria, Italy. Australian Nat Insect
in Hawaii. J. of Econ. Entomol. 79, 718–720.
Collection, Canberra. pp. 19–32.
Kalshoven, L.G.E. 1981. Pest of Crops in Indonesia.
Parker, B.L. and M. Skinner. 1993. Field evalua-
PT. Inchtiar Baru-van Hoeve, Jakarta. 701pp.
tion of traps for monitoring emergence of pear
Katayama, H. (2006). Seasonal prevalence of the thrips (Thysanoptera:Thripidae). J. Econ.
occurrence of western flower thrips Frankli- Entomol. 86(1): 46–52.
niella occidentalis (Pergande) (Thysanoptera:
Prabaningrum L, dan Moekasan TK. 2007. Iden-
Thripidae) on weed hosts growing around or-
tifikasi status hama pada budidaya paprika
namental fields. Appl. Entomol. and Zoology
(Capsicum annuum var. grossum) di Kabu-
41: 93–98.
paten Bandung Jawa Barat. J. Hort. 17(2):
Kirk, W.D.J., and L.I. Terry. 2003. The spread of 161–167.
the western flower thrips Frankliniella occi-
Prasetyawati., N dan B.S. Radjit. 2012. Prospek
dentalis (Pergande). Agric. and Forest
Kacang Hijau pada Musim Kemarau di Jawa
Entomol. 5, 301–310.
Tengah. Oktober. Buletin Palawija. No. 24.
Lei, Z.R., J.Z. Wen, Y. Wang. 2004. The diagno- 2012. hlm: 57–68
sis characteristics and control techniques of
Rao, R., G.V., and T.G. Shanower. 1999. Identifi-
an invasive pest-western flower thrips, Fran-
cation and Management of Pigeonpea and
kliniella occidentalis. Plant Protection, 30, 63–
Chickpea Insect Pests in Asia. Information
66.
Bulletin no. 57. (In En. Summaries in En, Fr.)
Lewis, T. 1973. Thrips, Their Biology, Ecology, Patancheru, 502 324, A.P., India: ICRISAT.
and Economic Importance. Acad. London. ISBN 92–9066–412–6
349p.
Reitz, S.R. 2008. Comparative bionomics of
Li, K., P. Zhao, D. Cash. 2009. Biology and man- Frankliniella occidentalis and Frankliniella
agement of major alfalfa diseases and pests. tritici. Florida Entomol. 91: 474–476.
In Hu Y, Cash D, eds., Alfalfa Management
Reitz, S.R. 2009. Biology and ecology of the west-
Guide for Ningxia. Food and Agricultural Or-
ern flower thrips (Thysanoptera: Thripidae):
ganization, Beijing. pp. 37–58. (in Chinese).
The making of a pest. Florida Entomol. 92, 7–
Ludwig, S. 2009. Chilli thrips: a new pest in Texas. 13.
[2011-5-9]. http://chillithrips.tamu.edu/
Ren, J., Z.R. Lei, L.J. Zhang, H.L. Li, L. Hua.
Marwoto dan S.W. Indiati. 2000. Pengendalian hama 2006. The occurrences and damages of Fran-
thrips (Frankliniella spp.) secara terpadu pada kliniella occidentalis in Beijing. Chinese Plant
tanaman kacang hijau (Vigna radiate L.) J. Prot. 26, 5–7. (in Chinese).
Penelitian dan Pengembangan Pertanian. 19(4):
Schoonhoven, L.M., J.J.A. Van Loon, and M.
130–135.
Dicke. 2005. Insect-Plant Biology. 2nd ed. New
Masumoto, M. 2000. Insect Classification Labora- York: Oxford Univ. Press.
tory National Institute of Agroenviromental Sci-
Sihombing, D. 2004. Efektifitas Perangkap ber-
ences. Komondai 3-1-1. Tsukaba-shi 305–860.
warna dalam pemantauan dan pengendalian
Japan
hama tyrips sedap malam. Prosiding seminar
Mc, Maugh T. 2005. Guidelines for Surveillance for Nasional Florikultura. Bogor, 4–5 Agustus 2004.
Plant Pest in Asia and the Pasific. AClAR Mono- Hlm: 427–431.
graph No. 119, 192 p.
Supriyadi, MK., Himawati, Agustina W. 2000. Efi-
Mound, L.A. 2005. Thysanoptera: diversity and in- siensi penangkapan sticky trap kuning pada
teractions. Ann. Rev. of Entomol. 50, 247–269. lalat pengorok daun Liriomyza (Diptera: Agro-
myzidae) di pertanaman bawang putih. Agro-
Mound, L.A. and D.W. Collins. 2000. A Southeast
sains 2(1):15–18.
Asian pest species newly recorded from Europe:
Thrips parvispinus (Thysanoptera: Thripidae), its Tengkano, W. dan Suharsono. 2005. Ulat grayak
confused identity and potential quarantine sig- Spodoptera litura Fabricius (Lepidoptera:
nificance. J Entomol. 97: 197–200. Noctuidae) pada tanaman kedelai dan pengen-
daliannya. Bul. Palawija. No. 10. hlm: 43–52.
44
INDIATI DAN ERMAWAN: PENGELOLAAN TANAMAN DAN INANG UNTUK PENGENDALIAN THRIPS PADA KACANG HIJAU
Tillekaratne, Kalpana, J.P. Edirisinghe, C.V.S. Yan, D.K., Y.X. Tang, Z.Y. He, L. Sun, M.H. Wang,
Gunatilleke, and W. A. I. P. Karunaratne. X.F. Xue, J.Q. Fan. 2010. Survey in Nanjing and
2011. Survey of thrips in Sri Lanka: A check- the PCR diagnosis of Frankliniella occidentalis.
list of thrips species, their distribution and J. of Nanjing Agric. Univ. 33, 59–63. (in Chi-
host plants. Ceylon J. of Sci. (Bio. Sci.) 40 (2): nese).
89–108.
Yu, H., J.S. Chen, Z.J. Rui, C.M. Yuan, Q.Z. Song.
Tsai, J.H., B .Yue, S.E. Webb, J.E. Funderburk, 2009. Investigation on thrips species on flowers
H.T. Hsu. 1995. Effect of host plant and tem- in Guiyang, Guizhou Province. J. of Henan Agric.
perature on growth and reproduction of Thrips Sci, 6, 93–96. (in Chinese)
palmi (Thysanoptera: Thripidae). Environmen-
Yulianti, P. 2008. Spesies trips (Ordo: Thysanoptera)
tal Entomol. 24, 1598–1603.
pada tanaman cabai dan tanaman sekitarnya di
Waiganjo, M.M., L.M. Gitonga, J.M. Mueke. 2008. Jawa barat [skripsi]. Bogor (ID): Fakultas
Effects of Wheather on Thrips Population Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Dynamics and its Implications on the Thrips
Zera, A.J. 2004. The endoctrine regulation of wing
Pest Management. Afr. J. Hort. Sci. 1: 82–90.
polymorphism in insect: state of the art, re-
Wiyono, S,. 2009. Perubahan Iklim, Pemicu cent surprises, and future direction. Integr
Ledakan Hama dan Penyakit Tanaman. focus Comp Biol 43:607–616.
group discussion dan verifikasi lapangan. Bogor.
Zhang, Y.J., Q.J. Wu, B.Y. Xu, G.R. Zhu. 2003.
2007.
The occurrence and damage of Frankliniella
Wu, X.Y., R. Zhang, Y. Li. 2009. Occurrence and occidentalis (Thysanoptera:Thripidae): a dan-
seasonal pattern of western flower thrips, gerous alien invasive pest in Beijing. Plant Pro-
Frankliniella occidentalis (Pergande) (Thy- tection, 4, 58–59. (in Chinese).
sanoptera: Thripidae) in Yunnan Province. Acta
Zheng, C.Y., Y.H. Liu, Z.N. Q., X.L. Zhao. 2007.
Phytopath. et Entomol. Hungarica, 44, 135–146.
Invasive insect pest-Frankliniella occidentalis
(in Chinese).
first reported in Shandong Province. Journal
Xu, J.J., L.L. Wei. 2005. First report of invasive of Qindao Agric. Univ. (Natural Science), 24,
insect Frankliniella occidentalis in Lincang. 172–174. (in Chinese).
Plant Quarantine, 19, 294–295. (in Chinese).
45