Anda di halaman 1dari 15

Kursus Online HAM

STHI Jentera
Definisi Anak
• Anak adalah seseorang yang belum berusia 18 (delapan
belas) tahun, termasuk anak yang masih dalam
kandungan

(Pasal 1 Ayat 1 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang


Perlindungan Anak sebagaimana terakhir kali diubah dengan Peraturan
Pemerintah Penganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2016)
Aturan Hukum tentang Hak Anak
• Pasal 4 – 18, Pasal 28B ayat 2 dan Pasal 34 ayat 2 UUD 1945;
• UU Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia (UU No. 39/1999);
• UU Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak sebagaimana terakhir kali diubah dengan
Peraturan Pemerintah Penganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2016 (UU No. 23/2002);
• UU Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak (UU No. 11/2012);
• Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia (DUHAM);
• International Covenant on Civil and Political Rights / ICCPR (Konvensi Internasional Hak Sipil dan
Politik), sudah diratifikasi dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2005 tentang Pengesahan
International Covenant on Civil and Political Rights (Konvensi Internasional Tentang Hak-hak Sipil
Dan Politik) (UU No. 12/2005);
• Convention on the Rights of the Child (Konvensi Hak Anak), sudah diratifikasi dengan Keputusan
Presiden Nomor 36 Tahun 1990;
• UU Nomor 10 Tahun 2012 tentang Pengesahan Protokol Tambahan dalam Konvensi Hak Anak
mengenai Penjualan Anak, Prostitusi Anak dan Pornografi Anak.
Hak Anak menurut UU Perlindungan
Anak
• Hak untuk hidup, tumbuh, berkembang dan berpartisipasi
secara wajar, sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan,
serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi
• Hak atas identitas diri dan status kewarganegaraan
• Hak untuk beribadah menurut agamanya, berpikir, dan
berekspresi sesuai tingkat kecerdasan dan usianya, dalam
bimbingan orangtua
• Hak untuk mengetahui orangtuanya, dibesarkan, dan diasuh
orangtuanya sendiri (Jika dalam keadaan terlantar maka anak
tersebut berhak diasuh atau diangkat sebagai anak asuh atau anak
angkat oleh orang lain sesuai dengan ketentuan perundang-
undangan yang berlaku)
• Hak memperoleh pelayanan kesehatan dan jaminan sosial
sesuai kebutuhan fisik, mental, spiritual dan sosial
• Hak atas pendidikan dan pengajaran
• Hak untuk menyatakan dan didengar pendapatnya
• Hak untuk beristirahat dan memanfaatkan waktu luang, bergaul
dengan anak yang sebaya, bermain, berekreasi sesuai dengan
minat, bakat dan tingkat kecerdasannya demi pengembangan diri.
• Hak atas perlindungan dari perlakuan diskriminasi, eskploitasi
baik ekonomi, maupun seksual, penelantaran, kekejaman,
kekerasan dan penganiayaan, ketidakadilan dan perlakuan salah
lainnya
• Hak untuk diasuh oleh orangtuanya sendiri, kecuali jika ada
alasan dan/atau aturan hukum yang sah menunjukkan bahwa
pemisahan itu adalah demi kepentingan terbaik bagi anak dan
merupakan pertimbangan terakhir
• Hak atas perlindungan dari penyalahgunaan dalam kegiatan
politik, pelibatan dalam sengketa bersenjata, kerusuhan sosial,
peperangan dan peristiwa yang mengandung unsur kekerasan
• Hak memperoleh perlindungan dari sasaran penganiayaan,
penyiksaan, atau penjatuhan hukuman yang tidak manusiawi,
memperoleh kebebasan sesuai dengan hukum, dan penangkapan,
penahanan, atau tindak pidana penjara anak hanya dilakukan
apabila sesuai dengan hukuman yang berlaku dan hanya dapat
dilakukan sebagai upaya terakhir
Hak atas Identitas Diri (Anak)
Pentingnya Hak atas Identitas Anak
• Setiap orang memiliki hak yang sama di mata hukum
• Bentuk pengakuan dan perlindungan dari Negara
• Memiliki identitas penting untuk mengurus pendidikan, menikah,
bekerja, meninggal dunia dan lain sebagainya
• Terhindar dari masalah hukum
• Tertib Administrasi

“Pemenuhan hak anak atas identitas diri merupakan kewajiban negara. Sehingga, dalam hal
tidak dicatatnya kelahiran anak pada pencatatan sipil merupakan pelanggaran hak asasi
manusia yang mengakibatkan anak tidak memiliki atau tidak diakui status kewarganegaraan dan
identitas diri yang sah (tertulis) sebagai bukti anak biologis seseorang”
Bagaimana dengan faktanya?
Permasalahan yang Terjadi dalam
Memperoleh Hak atas Identitas Anak
• Ketidakpahaman orang tua mengenai pentingnya memiliki
dokumen identitas diri anak;
• Sulitnya memenuhi persyaratan untuk mengajukan
pembuatan identitas diri anak (surat nikah, surat keterangan
bidan, KTP orang tua, dsb);
• Ketakutan orang tua bahwa pengurusan dokumen identitas
diri akan terkendala biaya dan lamanya waktu pengurusan;
dan
• Pembedaan perlakuan (diskriminasi) dalam kepengurusan
dokumen identitas diri anak.
Implikasi atas Perkawinan yang Tidak
Dicatatkan terhadap Hak Atas Identitas Diri
(Anak)
• Berdasarkan UU No. 23/2006, permohonan pencatatan kelahiran didasarkan atas prinsip stelsel
aktif penduduk dimana penduduk yang aktif untuk melakukan pencatatan. Adapun salah satu
syarat untuk pembuatan Akta Kelahiran adalah Buku Nikah
• Ketiadaan Buku Nikah menjadi salah satu hambatan yuridis untuk permohonan dokumen
formal identitas anak
• Menghambat pemenuhan atas hak jaminan sosial dan pendidikan anak yang lahir dalam
perkawinan yang sah
• Hal tersebut juga berdampak pada hubungan perdata, pengakuan garis keturunan (formal), hak
mewaris, pemeliharaan dan pengasuhan anak
• Dalam berbagai bentuk eksploitasi anak, salah satu penyebab terjadinya bentuk kejahatan
tersebut adalah karena tidak adanya Akte Kelahiran anak atau dokumen identitas yang sah
• Selain itu, perkawinan usia dini juga berkorelasi dengan praktik perkawinan tidak dicatatkan,
sehingga berdampak pula pada anak dan eksploitasi anak. Adapun pencegahan pernikahan pada
usia anak-anak atau perkawinan dini merupakan kewajiban orangtua yang ditegaskan dalam
Pasal 26 ayat (1) huruf c UU No. 23/2002
Solusi ?
Upaya Negara dalam Memastikan
Perlindungan Hak Identitas Anak
• Adanya peraturan penjaminan penyelenggaraan identitas anak dimana identitas diri
setiap anak harus diberikan sejak kelahirannya yang dituangkan dalam akta kelahiran
(Pasal 27 UU No. 23/2002)
• Negara memberikan kewenangan pada Kemendagri hingga Pemerintah
Kabupaten/Kota untuk melaksanakan penyelenggaraan pencatatan sipil (Undang-
Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan sebagaimana diubah
dengan Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2013/”UU No. 23/2006”)
• Negara mengatur pengakuan atas anak luar kawin sebagai anak yang sah
sebagaimana ditetapkan dalam Putusan Mahkamah Konstitusi No. 46/PUU-VIII/2010 yang
pada pokoknya menyatakan anak di luar kawin sebagai anak yang sah dan memiliki
hubungan perdata dengan bapak biologisnya. Sebelumnya, UU Perkawinan hanya
menyebutkan bahwa anak yang dilahirkan di luar perkawinan hanya mempunyai hubungan
perdata dengan ibunya dan keluarga ibunya.
• Adanya pengaturan terkait Kartu Identitas Anak dalam Permendagri No. 2/2016.
(Namun, pada praktiknya belum diterapkan sepenuhnya dan belum ada kewajiban untuk
memiliki KIA).
Upaya yang dapat dilakukan orang
tua / pendamping / masyarakat
• Mengetahui dan memahami alur pengurusan untuk mendapatkan
Akte Kelahiran Anak maupun identitas lainnya
• Adanya komunikasi dan kerjasama yang baik antara orang tua
dan/atau pendamping, dengan pihak-pihak yang terkait dengan
pengurusan identitas diri, mulai dari Ketua RT hingga Dukcapil
• Konsultasi dengan pihak – pihak yang memiliki pengalaman
mengurus Identitas Diri Anak (misal, Sahabat Anak dsb)

“Dengan kata lain, hak untuk memperoleh identitas anak tidak boleh dihambat oleh
urusan administrasi”
Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai