Anda di halaman 1dari 6

BAB IV

PEMBAHASAN

Setelah melakukan asuhan keperawatan pada klien An. CF dengan, Diare, di Ruang
Pui Sudarto RS. Moh Ridwan Meuraksa Kesdam Jaya. Maka pada Bab ini penulis
akan membahas tentang kesenjangan antara teori dan kasus, faktor pendukung,
faktor penghambat serta mencari solusi pemecahan masalah. Adapun pembahasan ini
meliputi proses dari pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan keperawatan,
pelaksanaan keperawatan dan evaluasi.

A. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan yang dilakukan
dimana penulis berusaha melakukan pengkajian pada klien secara menyeluruh
melalui aspek bio-psiko-sosio dan spiritual. Hasil pengkajian berupa data dasar
(terlampir), resume, data fokus, data penunjang, membaca catatan medik dan
catatan keperawatan. Pada tahap pengkajian terdapat kesenjangan antara teori
dan kasus.

Diare pada dasarnya adalah frekuensi buang air besar yang lebih sering dari
biasanya dengan konsistensi yang lebih encer. Diare merupakan gangguan
buang air besar atau BAB ditandai dengan BAB lebih dari 3 kali sehari dengan
konsistensi tinja cair, dapat disertai dengan darah dan atau lendir
(Nursalam, 2008) dan pada kasus An CF sesuai dengan teori tentang diare.

Menurut Nursalam (2008) diare dapat diklasifikasikan menjadi: Diare akut,


yaitu diare yang terjadi mendadak dan berlangsung paling lama 3-5 hari.
Diare berkepanjangan bila diare berlangsung lebih dari 7 hari. Diare kornik bila
diare berlangsung lebih dari 14 hari. Diare kronik bukan suatu kesatuan
penyakit, melainkan suatu sindrom yang penyebab dan patogenesisnya
multikompleks. Mengingat banyaknya kemungkinan penyakit yang dapat
mengakibatkan diare kronik dan banyaknya pemeriksaan yang harus dikerjakan
maka dibuat tinjauan pustaka ini untuk dapat melakukan pemeriksaan lebih
56
57

terarah. Pada kasus An CF diare yang terjasi di klasifikasikan menjadi diare


akut.

Pada teori faktor penyebab terjadinya diare adalah faktor infeksi, faktor
malabsorbsi, faktor makanan dan faktor psikologis, pada kasus An CF
penyebab diare dikarenakan faktor infeksi dengan hasil laboratorium: Leukosit;
12.8 , Faeses: Lendir (+), konsistensi cair

Pada teori pemeriksaan penunjang adalah pemeriksaan laboratorium seperti


pemeriksaan darah (AGD, elektrolit, kalium dan kadar natrium serum),
pemeriksaan urin (Berat jenis urin, albuminuria, elektrolit urin seperti Na, K, Cl
dan Asetonuria), pemeriksaan tinja, Pemeriksaan pH, leukosit dan glukosa,
pemeriksaan biakan empedu, pemeriksaan osmolalitas dan pemeriksaan
laksatif. Pemeriksaan Diagnostik seperti endoskopi, radiologi (Ct kolonografi)
dan ultrasonografi abdomen atau Ct Scan. Pada kasus an CF pemeriksaan yang
dilakukan adalah pemeriksaan darah seperti Hb, Ht, leukosit trombosit dan
pemeriksaan faeses seperti lendir, adanya darah pada faeses dan konsistensi
faeses.

Faktor pendukung tersedianya buku referensi dan keluarga yang mau


mendukung dalam melakukan pengkajian keperawatan ini, faktor penghambat
dalam melakukan pengkajian ini klien masih bayi dan terkadang rewel sehingga
sulit untuk mengkaji data subyektif dan alternative yang digunakan penulis
adalah melakukan pendekatan lagi kepada klien dengan cara memberikan terapi
bermain dengan main boneka dan pendekatan terhadap keluarga klien.

B. Diagnosa Keperawatan
Pada teori terdapat enam diagnosa keperawatan menurut NANDA (2015)
yaitu:
1. Diare berhubungan dengan parasit, psikologis, proses infeksi, inflamasi,
iritasi, malabsorbsi,
58

2. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif,


kegagalan mekanisme regulasi,
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan faktor biologis, faktor psikologis, ketidakmampuan mencerna
makanan, ketidakmampuan mengabsorpsi nutrient,
4. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan ekskresi atau sering
BAB, perubahan status cairan, perubahan pigmentasi, perubahan turgor,
penurunan imunologis,
5. Disfungsi motilitas gastrointestinal berhubungan dengan diare, intoleransi
makanan, malnutrisi,
6. Cemas/takut berhubungan dengan perpisahan dengan orang tua, lingkungan
tidak dikenal, prosedur yang menimbulkan stress.

Pada kasus ditemukan empat diagnosa keperawatan dikarenakan data yang


ditemukan dan mendukung pada kasus An. CF adalah empat diagnosa
keperawatan, adapun diagnosa keperawatan sesuai dengan prioritas yaitu :
resiko defisit volume cairan b.d output yang berlebih, resiko perubahan nutrisi:
kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak adekuat,
kerusakan integritas kulit b.d peningkatan frekuensi BAB, cemas pada orang tua
berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang perawatan anak dengan
diare. Pada 2 diagnosa keperawatan yang tidak ditemunkan di kasus adalah
Diare berhubungan dengan parasit, psikologis, proses infeksi, inflamasi, iritasi,
malabsorbsi dan disfungsi motilitas gastrointestinal berhubungan dengan diare,
intoleransi makanan, malnutrisi. Diagnosa ini tidak ditegakkan karena datanya
tidak mendukung terhadap kasus pada An. CF.

Terdapat kesenjangan antara teori dan kasus, jika di teori terdapat enam
diagnosa keperawatan, sedangkan pada kasus terdapat empat diagnosa
keperawatan, hal ini dikarenakan data yang mendukung pada kasus An CF
hanya empat diagnosa keperawatan. Pada kasus ditegakkan diagnosa
keperawatan yaitu resiko defisit volume cairan berhubungan dengan output yang
berlebih ditandai dengan Muntah sebanyak 3 kali perhari, BB turun dari 6,5 Kg
59

menjadi 6 Kg , KU sedang, An CF Hanya minum ASI sedikit, Ibu mengataka


bahwa An. CF minum ASI sedikit. Pada diagnosa kedua yaitu resiko
kekurangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake
yang tidak adekuat ditandai dengan Muntah sebanyak 3 kali perhari, BB turun
dari 6,5 kg menjadi 6 kg dalam 3 hari, KU sedang, An CF hanya minum ASI
sedikit, ibunya mengataka bahwa An. CF minum ASI sedikit, pada diagnosa
ketiga yaitu kerusakan integritas kulit berhubungan dengan peningkatan
frekuensi BAB, karena pada saat pengkajian keluarga mengatakan lesi dibagian
anus sudah 2 hari, klien ditemukan warna anus kemerahan, terdapat lesi
disekitar anus, frekuensi diare 4 x/ hari, daerah sekitar anus lembab, pada
diagnosa keempat yaitu cemas pada orang tua berhubungan dengan kurangnya
pengetahuan tentang perawtan anak dengan diare. ditandai dengan orang tua
mengatakan dan berharap anaknya cepat sembuh dan bersama di rumah, tampak
orang tua kawatir terhadap anaknya dengan ekspresi muka tampak sedih,
tampak bingung setelah dinyatakan harus di rawat inap dan harus dilakukan
tindakan infus.

Faktor pendukung tersedianya buku referensi yang mendukung dalam


pembuatan diagnosa keperawatan ini, faktor penghambat dalam pembuatan
diagnosa keperawatan ini tidak ada.

C. Perencanaan keperawatan
Setelah diagnosa keperawatan dapat ditegakkan, maka perlu penetapan rencana
keperawatan untuk mengatasi masalah keperawatan tersebut. Kegiatan
perencanaan ini meliputi: memprioritaskan masalah, merumuskan tujuan,
kriteria hasil, serta rencana tindakan yang akan dilakukan.

Dalam perencanaan tidak terdapat kesenjangan antara teori dan kasus dalam
memprioritaskan masalah, merumuskan masalah, merumuskan tujuan, kriteria
hasil, serta menyusun rencana tindakan. Penulis berusaha memprioritaskan
masalah berdasarkan kebutuhan maslow yaitu mulai dari kebutuhan dasar.
Perumusan tujuan pada asuhan keperawatan berdasarkan pada metode SMART
60

(specific, measurable, achievable, realistic and timely) yaitu secara spesifik


dapat diukur, realistik dan tepat waktu dalam menyusun rencana tindakan
keperawatan.

Faktor pendukung terdapat kerjasama yang baik dalam melaksanakan


perencanaan yang telah dibuat antara penulis dan perawat ruangan serta keluarga
klien. Faktor penghambat dalam menetapkan rencana asuhan keperawatan
karena kurangnya pemahaman penulis dalam membuat rencana tindakan dalam
kasus ini, pemecahan masalah penulis akan lebih giat lagi agar dapat
menetapkan masalah sesuai dengan rencana tindakan yang akan di susun.

D. Pelaksanaan keperawatan
Dalam tahap pelaksanaan keperawatan, penulis dapat melaksanakan semua
tindakan keperawatan sesuai dengan perencanaan yang telah dibuat.
Pelaksanaan keperawatan dilakukan secara independent yaitu melaksanakan
tindakan keperawatan secara mandiri kepada klien dan melibatkan keluarga
klien, tindakan dependent yaitu dengan memberikan terapi dan memasang infus
sesuai intruksi dokter pada An CF dan tindakan interdependent yaitu tindakan
keperawatan, yang menjelaskan suatu kegiatan yang memerlukan suatu kerja
sama dengan tenaga kesehatan lainnya, misalnya tenaga ahli gizi . Pelaksanaan
tindakan keperawatan pada keempat diagnosa keperawatan dapat dilaksanakan
sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan.

Faktor pendukung dari tindakan keperawatan adalah adanya kerjasama yang


baik antara penulis dan perawat ruangan serta keluarga dalam melakukan
tindakan keperawatan. Sedangkan faktor penghambat dalam melakukan
tindakan keperawatan kurang kooperatifnya klien dikarenakan klien masih bayi
dan selalu rewel jika melihat petugas. Solusi untuk mengatasi hal tersebut,
penulis lebih melakukan pendekatan kepada klien dengan cara terapi bermain
dan melibatkan dukungan keluarga dan bekerjasama dengan perawat ruangan
untuk melanjutkan tindakan keperawatan sesuai dengan rencana yang telah
61

dibuat dan melakukan pencatatan tindakan yang telah dilakukan kemudian


mendokumentasikannya.

E. Evaluasi
Pada tahap evaluasi merupakan tahap akhir dan sebagai alat ukur untuk menilai
keberhasilan pemberian asuhan keperawatan, apakah tujuan keperawatan
berhasil atau tidak. Evaluasi dilakukan sesuai dengan konsep. Pada diagnosa
pertama resiko defisit volume cairan berhubungan dengan output yang berlebih,
tujuan sudah tercapai maka masalah resiko defisit volume cairan tidak terjadi,
pada diagnosa kedua resiko kekurangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan intake yang tidak adekuat dan tujuan teratasi maka masalah
resiko kekurangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh tidak terjadi, pada
diagnosa ketiga kerusakan integritas kulit berhubungan dengan
peningkatan frekuensi BAB dan tujuan teratasi maka masalah kerusakan
integritas kulit teratasi sedangkan untuk diagnosa ke empat yaitu cemas pada
orang tua berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang perawatan anak
dengan diare. dan tujuan teratasi maka masalah cemas pada orang tua teratasi.

Adapun faktor pendukung adalah adanya kerjasama yang baik antara penulis
dengan perawat ruangan serta keluarga, faktor penghambat adalah kurangnya
kooperatif klien karena masih bayi. Alternative pemecahan masalahnya adalah
melakukan pendekatan dengan terapi bermain pada klien dan pelibatan keluarga
klien.

Anda mungkin juga menyukai