PEMBAHASAN
Setelah melakukan asuhan keperawatan pada klien An. CF dengan, Diare, di Ruang
Pui Sudarto RS. Moh Ridwan Meuraksa Kesdam Jaya. Maka pada Bab ini penulis
akan membahas tentang kesenjangan antara teori dan kasus, faktor pendukung,
faktor penghambat serta mencari solusi pemecahan masalah. Adapun pembahasan ini
meliputi proses dari pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan keperawatan,
pelaksanaan keperawatan dan evaluasi.
A. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan yang dilakukan
dimana penulis berusaha melakukan pengkajian pada klien secara menyeluruh
melalui aspek bio-psiko-sosio dan spiritual. Hasil pengkajian berupa data dasar
(terlampir), resume, data fokus, data penunjang, membaca catatan medik dan
catatan keperawatan. Pada tahap pengkajian terdapat kesenjangan antara teori
dan kasus.
Diare pada dasarnya adalah frekuensi buang air besar yang lebih sering dari
biasanya dengan konsistensi yang lebih encer. Diare merupakan gangguan
buang air besar atau BAB ditandai dengan BAB lebih dari 3 kali sehari dengan
konsistensi tinja cair, dapat disertai dengan darah dan atau lendir
(Nursalam, 2008) dan pada kasus An CF sesuai dengan teori tentang diare.
Pada teori faktor penyebab terjadinya diare adalah faktor infeksi, faktor
malabsorbsi, faktor makanan dan faktor psikologis, pada kasus An CF
penyebab diare dikarenakan faktor infeksi dengan hasil laboratorium: Leukosit;
12.8 , Faeses: Lendir (+), konsistensi cair
B. Diagnosa Keperawatan
Pada teori terdapat enam diagnosa keperawatan menurut NANDA (2015)
yaitu:
1. Diare berhubungan dengan parasit, psikologis, proses infeksi, inflamasi,
iritasi, malabsorbsi,
58
Terdapat kesenjangan antara teori dan kasus, jika di teori terdapat enam
diagnosa keperawatan, sedangkan pada kasus terdapat empat diagnosa
keperawatan, hal ini dikarenakan data yang mendukung pada kasus An CF
hanya empat diagnosa keperawatan. Pada kasus ditegakkan diagnosa
keperawatan yaitu resiko defisit volume cairan berhubungan dengan output yang
berlebih ditandai dengan Muntah sebanyak 3 kali perhari, BB turun dari 6,5 Kg
59
C. Perencanaan keperawatan
Setelah diagnosa keperawatan dapat ditegakkan, maka perlu penetapan rencana
keperawatan untuk mengatasi masalah keperawatan tersebut. Kegiatan
perencanaan ini meliputi: memprioritaskan masalah, merumuskan tujuan,
kriteria hasil, serta rencana tindakan yang akan dilakukan.
Dalam perencanaan tidak terdapat kesenjangan antara teori dan kasus dalam
memprioritaskan masalah, merumuskan masalah, merumuskan tujuan, kriteria
hasil, serta menyusun rencana tindakan. Penulis berusaha memprioritaskan
masalah berdasarkan kebutuhan maslow yaitu mulai dari kebutuhan dasar.
Perumusan tujuan pada asuhan keperawatan berdasarkan pada metode SMART
60
D. Pelaksanaan keperawatan
Dalam tahap pelaksanaan keperawatan, penulis dapat melaksanakan semua
tindakan keperawatan sesuai dengan perencanaan yang telah dibuat.
Pelaksanaan keperawatan dilakukan secara independent yaitu melaksanakan
tindakan keperawatan secara mandiri kepada klien dan melibatkan keluarga
klien, tindakan dependent yaitu dengan memberikan terapi dan memasang infus
sesuai intruksi dokter pada An CF dan tindakan interdependent yaitu tindakan
keperawatan, yang menjelaskan suatu kegiatan yang memerlukan suatu kerja
sama dengan tenaga kesehatan lainnya, misalnya tenaga ahli gizi . Pelaksanaan
tindakan keperawatan pada keempat diagnosa keperawatan dapat dilaksanakan
sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan.
E. Evaluasi
Pada tahap evaluasi merupakan tahap akhir dan sebagai alat ukur untuk menilai
keberhasilan pemberian asuhan keperawatan, apakah tujuan keperawatan
berhasil atau tidak. Evaluasi dilakukan sesuai dengan konsep. Pada diagnosa
pertama resiko defisit volume cairan berhubungan dengan output yang berlebih,
tujuan sudah tercapai maka masalah resiko defisit volume cairan tidak terjadi,
pada diagnosa kedua resiko kekurangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan intake yang tidak adekuat dan tujuan teratasi maka masalah
resiko kekurangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh tidak terjadi, pada
diagnosa ketiga kerusakan integritas kulit berhubungan dengan
peningkatan frekuensi BAB dan tujuan teratasi maka masalah kerusakan
integritas kulit teratasi sedangkan untuk diagnosa ke empat yaitu cemas pada
orang tua berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang perawatan anak
dengan diare. dan tujuan teratasi maka masalah cemas pada orang tua teratasi.
Adapun faktor pendukung adalah adanya kerjasama yang baik antara penulis
dengan perawat ruangan serta keluarga, faktor penghambat adalah kurangnya
kooperatif klien karena masih bayi. Alternative pemecahan masalahnya adalah
melakukan pendekatan dengan terapi bermain pada klien dan pelibatan keluarga
klien.