Anda di halaman 1dari 4

Tugas Personal 01

(Minggu 2 / Sesi 3)

Hesty Dimastuty

2101800821
Pengantar:

Tugas personal pertama akan mengambil bahan dari materi-materi yang dibahas pada minggu pertama
dan minggu kedua, baik yang berasal dari Lecturer Notes, materi ppt, buku yang menjadi bahan
referensi, dan peraturan perundangan yang terkait dengan materi minggu pertama dan kedua.

Jawablah tugas ini dengan dalam bentuk Essay dan cantumkanlah sumber jawaban kalian di setiap akhir
jawaban (misalnya jika dari buku, tulislah nama penulisnya, judul buku, tahun terbit dan halaman yang
dikutip. Jika dari sumber internet tulislah link sumber tersebut dan tanggal berapa kalian mengakses
sumber tersebut)

! Pada setiap halaman pertama (cover) dari lembar jawaban yang di submit harus mencantumkan nama
dan NIM mahasiswa

Soal:
1. Pada tahun 2016 lalu, Pemerintah Indonesia menerapkan Tax Amnesty kepada masyarakat
Indonesia. Berkaitan dengan hal tersebut, berikan penjelasan dan analisis tentang “aturan hukum
yang mendasari dilakukannya tax amnesty” dan kaitkan penjelasan tersebut dilihat dari tujuan
hukum serta unsur-unsur hukum !

2. Salah satu materi yang dipelajari dalam mata kuliah ini adalah tentang objek hukum, dimana benda
merupakan objek hukum dalam perekonomian. Oleh karena itu perlu dipelajari tentang bagaimana
konsep hukum benda dalam hukum. Tugas kalian adalah: berikan contoh sebuah benda yang
menjadi objek transaksi dalam perdagangan dan analisis benda tersebut berdasarkan: bezit,
levering, verjaring, dan bezwaring ! (lihat materi ppt dan LN)

== Selamat Mengerjakan ==

LAWS6095 – Legal Aspect in Economic


Jawab:
1. Berkaitan dengan hal tersebut, berikan penjelasan dan analisis tentang “aturan hukum yang
mendasari dilakukannya tax amnesty” dan kaitkan penjelasan tersebut dilihat dari tujuan
hukum serta unsur-unsur hukum.
1) Peningkatan penerimaan negara dari sektor pajak sebagai salah satu sumber
pembiayaan yang sangat dimungkinkan dan terbuka luas, didasarkan pada jumlah
pembayar pajak dari tahun ke tahun yang diharapkan semakin banyak seiring dengan
semakin bertambahnya jumlah kesejahteraan masyarakat.
2) Pasal 37A UU No. 6 Tahun 1983 tentang Ke Perpajakan sebagaimana telah beberapa
kali diubah terakhir dengan UU No. 16 Tahun 2009 menjadi dasar hukum
diterapkannya kebijakan yang dikenal dengan sunset policy jilid I.
3) Sunsetpolicy yang mengatur tentang kewenangan Direktur Jenderal Pajak karena
jabatan atau atas permohonan Wajib Pajak dapat mengurangkan atau menghapuskan
sanksi administrasi berupa bunga, denda dan kenaikan yang terutang.
4) Direktur Jenderal Pajak menindak lanjuti dengan menerbitkan surat No. S 38/PJ./2008
tanggal 14 Maret 2008 yang berisi instruksi kepada Kep Wilayah Direktorat Jenderal
Pajak (DJP) dan Kepala Kantor Pelayanan Pajak untuk melaksanakan sejumlah
kegiatan sosialisasi dengan situasi dan kondisi setempat.
5) Sunset policy belum mampu memuaskan semua pihak tetapi kebijakan ini telah
menimbulkan kelegaan bagi banyak pihak. implementasi perpajakan di Indonesia
masih mempunyai beberapa permasalahan utama, yaitu:
A. Kepatuhan Wajib Pajak (WP) masih rendah
B. Kekuasaan direktorat pajak (DJP) terlalu besar karena mencakup fungsi
eksekutif, legsilatif dan yudikatif sehingga menimbulkan ketidakadilan dalam
melayani WP yang berefek pada turunnya tingkat kepatuhan
C. Rendahnya kepercayaan masyarakat terhadap aparatur perpajakan dan
kompleksnya aturan perpajakan itu sendiri
6) Sunset sendiri berarti matahari yang hampir tenggelam, dan kebijakan (policy) berakhir
pada 31 Desember 2008.
7) Kebijakan selanjutnya untuk memenuhi kebutuhan biaya APBN yang semakin
meningkat di tengah program nawacita pemerintah, pemerintah mengeluarkan
kebijakan tax amnesty melalui Undang-Undang No. 11 Tahun 2016 tentang
pengampunan pajak dengan target sebesar 165 T.

LAWS6095 – Legal Aspect in Economic


8) Program pengampunan pajak (tax amnesty) yang digulirkan pemerintah sejak Juli
2016, berakhir pada Jumat 31 Maret 2017.
Hasilnya, berdasarkan Surat Pernyataan Harta SPH total harta yang dilaporkan para Wajib
Pajak mencapai Rp 4.855 triliun. Berdasarkan data dashboard tax amnesty, total harta yang
dilaporkan terdiri dari deklarasi harta dalam negeri Rp 3.676 triliun dan harta luar negeri
mencapai Rp 1.031 triliun.
Karena itu, penelitian ini diharapkan dapat merekonstruksikan model pengampunan pajak yang
tepat untuk mendukung pelaksanaan program pengampunan pajak (tax amnesty) agar efektif
dalam meningkatkan penerimaan negara
Program Tax Amnesty yang diterbitkan melalui Undang-undang nomor 11 tahun 2016 tentang
Pengampuanan Pajak merupakan kebijakan besar yang menerobos konsep hukum yaitu
“setiap kesalahan harus mendapat hukuman” namun tax amnesty memberikan pengampunan
bagi para pengemplang pajak dengan syarat membayar sejumlah denda. Dalam politik hukum
Undang kemanfaatan menjadi faktor yang paling diutamakan untuk mengumpan instan dalam
rangka membiayai negara

Sumber: Ricky R.Hasibuan, Politik Hukum Tax Amnesty Dalam Mendukung Pembangunan
Nasional, 2019

2. berikan contoh sebuah benda yang menjadi objek transaksi dalam perdagangan dan analisis
benda tersebut berdasarkan: bezit, levering, verjaring, dan bezwaring
Menurut KUH Perdata, benda tidak hanya dapat dibedakan sebagai barang yang berwujud dan
barang tidak berwujud. Benda juga termasuk barang-barang bergerak dan barang-barang tidak
bergerak, barang-barang yang dapat dipakai habis. (vebruikbaar) dan barang-barang yang tak
dapat dipakai habis (onverbruikbaar), barang-barang yang sudah ada (tegenwooedigezaken)
dan barang-barang yang masih ada (toekomstigezaken), barang-barang yang ada dalam
perdagangan (zaken in de handel) dan barang-barang di luar perdagangan (zaken buiten de
handel), barang-barang yang dapat dibagi dan barang-barang yang tak dapat dibagi. Namun
perbedaan yang penting adalah antara benda bergerak dan benda tidak bergerak.
Pembedaan antara benda bergerak dengan benda tidak bergerak ini penting artinya. Pentingnya
itu berhubungan dengan 4 (empat) hal yaitu:
a. Bezit, misalnya terhadap benda bergerak berlaku asas yang tercantum dalam Pasal
1977 ayat 1 KUH Perdata, yaitu bezitter dari benda bergerak adalah sebagai eigenaar
dari benda tersebut. Sedangkan kalau mengenai benda tidak bergerak tidak demikian

LAWS6095 – Legal Aspect in Economic


halnya. Disini berlaku sebagai title yangs sempurna, artinya siapa yang menguasai
bezitter suatu benda yang bergerak dianggap sebagai pemilik dari benda tersebut.
Sedangkan penguasaan benda tidak bergerak tidak demikian halnya pasal 1977 ayaut
1 KUH perdata menyatakan bahwa terhadap benda bergerak yang tidak berupa Bungan
maupun piutang yang tidak atas tunjuk,maka bezit berlaku seagai alas hak yang
sempurna
b. Levering (penyerahan), terhadap benda bergerak dapat dilakukan penyerahan secara
nyata, sedangkan benda tidak bergerak dilakukan dengan balik nama. Di Indonesia,
mengenai levering terhadap benda-benda tidak bergerak, sementara itu untuk
penyerahan benda tidak bergerak maka sesuai ketentuan dalam pasal 616 KUH perdata
harus dilakukan dengan balik nama dengan membukukan register umum
c. Verjaring (kadaluarsa), terhadap benda-benda bergerak tidak dikenal verjaring sebab
bezit di sini sama dengan eigendom atas benda bergerak tersebut, sedang untuk benda
tidak bergerak mengenal adanya verjaring.
d. Bezwaring (pembebanan), terhadap benda bergerak harus dilakukan dengan pand
(gadai) sedang terhadap benda tidak bergerak harus dilakukan dengan hipotik.

Jadi dapat disimpulkan benda adalah tiap-tiap barang dan tiap-tiap hak yang dapat dikuasai oleh
hak milik, jadi segala ketentuan peraturan perundang-undangan yang mengatur statusnya
benda-benda tersebut. Sedangkan agunan adalah sesuatu yang dapat dijadikan jaminan. Benda
agunan ialah benda yang dapat menjadi jaminan utang yang dapat diagunkan berdasarkan
ketentuan perundang-undangan yang berlaku.
Pembagian benda dalam dua kelompok, yaitu benda bergerak dan tidak bergerak, oleh KUH
Perdata diberikan lembaga jaminannya masing-masing.Untuk benda bergerak disediakan
lembaga jaminan gadai (Pasal 1150 KUH Perdata dan selanjutnya), sedangkan untuk benda
tidak bergerak disediakan lembaga hipotik (Pasal 1162 KUH Perdata dan selanjutnya).

Sumber: Freddy Simanjutak ,Penangguhan Eksekusi (Stay) Benda Agunan Dalam


Kepailitan,2008

LAWS6095 – Legal Aspect in Economic

Anda mungkin juga menyukai