Anda di halaman 1dari 37

DIRGAHAYU

INDONESIA SEPULUH LANGKAH


TATA LAKSANA GIZI BURUK
DI LAYANAN RAWAT JALAN

DIREKTORAT GIZI MASYARAKAT

Disampaikan pada Acara Sosialisasi:


“Buku Saku Pencegahan dan Tata Laksana
Gizi Buruk pada Balita di Layanan Rawat Jalan”
Jakarta, 28 Agustus 2020
Bab 4. Sepuluh Langkah Tata Laksana
Gizi Buruk di Layanan Rawat Jalan

A. Tata Cara B. Empat Fase C. Sepuluh Langkah


Pemeriksaan Gizi Buruk pada Perawatan dan Tata Laksana Gizi
pada Balita Pengobatan Gizi Buruk Buruk pada Balita di
pada Balita Layanan Rawat Jalan 2
A. Tata Cara Pemeriksaan
Gizi Buruk pada Balita

3
Pemeriksaan untuk menentukan
status gizi buruk pada balita

1.1. Berat badan dan panjang/ tinggi badan

2. Lingkar Lengan Atas (LiLA)

3. Pitting edema bilateral

4
Setiap balita yang berobat ke tenaga kesehatan atau
berkunjung di fasyankes diperiksa dengan
pendekatan MTBS, agar balita dapat dilayani secara
komprehensif.

Penentuan diagnosis dengan menggunakan checklist


MTBS.

5
Penentuan diagnosis dengan menggunakan
checklist (MTBS)
Checklist Anamnesis
Identitas yang jelas
Nama orang tua
Nama anak
Jenis kelamin
Tanggal lahir
Umur
Anamnesis awal
Muntah/diare (tampilan bahan muntah/diare, lama dan frekuensi)
Mata cekung (yang baru terjadi)
Kencing (terakhir kapan, kencing berkurang/sedikit, frekuensi jarang, sakit)
Kapan tangan dan kaki teraba dingin
Kesadaran menurun (tampak mengantuk dan tidak aktif) 6
Penentuan diagnosis dengan menggunakan checklist (MTBS)
Checklist Anamnesis
Anamnesisi lanjutan
Riwayat ASI/MP-ASI Riwayat pemberian makan (sebelumnya dan beberapa hari
sebelum sakit).
Adanya edema atau tampak makin kurus.
Pernah kontak dengan penderita campak/TB.
Pernah sakit campak dalam 3 bulan terakhir.
Riwayat penyakit (diare, ISPA, campak, TB, dll).
Berat lahir.
Riwayat tumbuh kembang (termasuk perkembangan motorik).
Mempunyai Kartu Menuju Sehat (KMS) dan melakukan penimbangan rutin di
posyandu.
Riwayat imunisasi dan pemberian vitamin A.
Penyebab kematian pada saudara kandung.
Keadaan sosial ekonomi.
Pendidikan orang tua, dll. 7
B. Empat Fase pada Perawatan
dan Pengobatan Gizi Buruk
pada Balita

8
4 (EMPAT) FASE PADA PERAWATAN DAN
PENGOBATAN BALITA GIZI BURUK

1. FASE STABILISASI
2. FASE TRANSISI
3. FASE REHABILITASI
4. FASE TINDAK LANJUT

9
• Fase Stabilisasi dan Transisi untuk balita gizi buruk
yang perlu layanan rawat inap.
• Fase Rehabilitasi dapat dilakukan pada layanan jalan.
• Bila tidak ada layanan rawat jalan  fase rehabilitasi
hingga balita mencapai kriteria sembuh dapat dilakukan
di layanan rawat inap.

10
4 Fase Perawatan dan Pengobatan Balita Gizi Buruk
1 Fase Stabilisasi
Pemantauan:
Fase stabilisasi merupakan fase awal Catat tanda vital (denyut nadi,
perawatan yang umumnya berlangsung frekuensi pernafasan, suhu tubuh),
1-2 hari, tetapi dapat berlanjut sampai tanda bahaya, derajat edema, asupan
satu minggu sesuai kondisi klinis anak. formula, frekuensi defekasi, konsistensi
feces, volume urine, BB

Kegawatdaruratan (misalnya
hipoglikemi, hipotermi,
dehidrasi/syok) harus segera diatasi,
Tidak untuk
karena keterlambatan penanganan
dapat mengakibatkan kematian. menaikkan BB anak
11
4 Fase Perawatan dan Pengobatan Balita Gizi Buruk
2 Fase Transisi

Fase transisi adalah masa peralihan dari fase


stabilisasi ke fase rehabilitasi dengan tujuan Pemantauan pada fase
memberi kesempatan tubuh beradaptasi transisi sama seperti
terhadap asupan energi dan protein yang pada fase stabilisasi.
lebih tinggi

12
4 Fase Perawatan dan Pengobatan Balita Gizi Buruk

3 Fase Rehabilitasi
Fase ini dapat diberikan di layanan rawat jalan.
Fase pemberian makanan untuk tumbuh kejar. •Pemantauan pada
Pemberian energi: 150-220 Kkal/kgBB/hari dalam fase rehabilitasi
bentuk F100 atau RUTF, bertahap ditambah makanan dilakukan dengan
sesuai BB. mencatat asupan
Umumnya berlangsung selama 2 – 4 minggu formula dan kenaikan
Pemberian RUTF diprioritaskan untuk anak diatas 12 BB, kondisi klinis.
bulan

Kemajuan terapi dinilai dari kenaikan berat badan


setelah fase transisi dan mendapat F100 atau RUTF.
13
Pemantauan Kenaikan Berat Badan
Kurang, apabila kenaikan berat badan kurang dari 5 g/kg BB/hari, balita
membutuhkan penilaian ulang lengkap.
Cukup, apabila kenaikan berat badan 5-10 g/kg BB/hari, perlu diperiksa
apakah target asupan terpenuhi, atau mungkin ada infeksi yang tidak
terdeteksi.
Baik, apabila kenaikan berat badan lebih dari 10 g/kg BB/hari.

Kurang, yaitu bila kenaikan berat badan kurang dari 50 g/kg BB/ minggu,
maka balita membutuhkan penilaian ulang lengkap
Baik, yaitu bila kenaikan berat badan ≥ 50 g/kg BB/ minggu

14
4 Fase Perawatan dan Pengobatan Balita Gizi Buruk

4 Fase Tindak Lanjut

Fase tindak lanjut adalah fase setelah anak dipulangkan dari


tempat perawatan.

Pada fase ini merupakan lanjutan pemberian makanan untuk


tumbuh kejar dengan pemberian makanan keluarga dan
Pemberian Makanan Tambahan – Pemulihan (PMT-P).

15
Pemulihan anak gizi buruk memerlukan waktu kurang lebih 6 bulan

Perawatan di layanan rawat inap dapat dilakukan sampai anak mencapai


kondisi:
• Tidak ada komplikasi medis
• Edema berkurang
• Nafsu makan baik
Tanpa melihat status gizi berdasarkan indeks antropometri

Pemulihan gizi hingga BB/PB atau BB/TB > -2 SD dan/atau LiLA ≥ 12,5 cm
dan tanpa edema bilateral dapat tetap dilanjutkan di layanan rawat jalan.

Bila tidak tersedia layanan rawat jalan, maka pemulihan gizi hingga
sembuh dilakukan di layanan rawat inap.
16
• Fase stabilisasi dan transisi diberikan pada balita gizi
buruk yang perlu perawatan di layanan rawat inap,
sedangkan fase rehabilitasi dapat diberikan di layanan
rawat jalan bila memang tersedia.

• Bila tidak tersedia layanan rawat jalan, maka fase


rehabilitasi hingga balita mencapai kriteria sembuh
dilakukan di layanan rawat inap.

17
C. Sepuluh Langkah Tata Laksana
Gizi Buruk pada Balita
di Layanan Rawat Jalan

18
10 (SEPULUH) LANGKAH TATA LAKSANA GIZI BURUK

19
• Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita sesuai 10 Langkah
diatas, tetapi beberapa Langkah dapat dilakukan dalam
waktu yang bersamaan, tergantung dari kondisi klinis
yang ditemukan.

20
Langkah 1: Mencegah dan mengatasi hipoglikemia
• Hipoglikemia: Kadar glukosa darah yang sangat rendah
(< 3 mmol/liter atau < 54 mg/dl).
• Bila terjadi bersamaan dengan hipotermia → tanda
adanya infeksi berat.
Jika tidak memungkinkan untuk memeriksa kadar gula, maka
 Semua balita gizi buruk dianggap mengalami hipoglikemia
 Berikan terapi sesuai protokol tata laksana hipoglikemia

Sesuai protap semua anak gizi buruk menderita hipoglikemia sehingga


harus segera diberi air gula.
21
Cara mengatasi hipoglikemia

Segera berikan 50 ml larutan glukosa 10%


(1 sendok teh munjung gula pasir dalam 50 ml air)
diberikan secara oral.

*) 5 gram gula (= 1 sendok teh munjung) + 3 sendok makan air

22
Langkah 2: Mencegah dan mengatasi hipotermia
• Hipotermia: suhu aksilar < 36⁰C.
• Biasanya terjadi bersama dengan hipoglikemia.
• Hipotermia + hipoglikemia merupakan tanda adanya
infeksi sistemik serius, sehingga harus dilakukan terapi
ketiganya (hipotermia + hipoglikemia + infeksi)
• Cadangan energi anak gizi buruk sangat terbatas, sehingga
tidak mampu memproduksi panas untuk mempertahankan
suhu tubuh

23
Cara mencegah dan mengatasi hipotermia

Menghangatkan tubuh balita dengan menutup


seluruh tubuh, termasuk kepala dengan pakaian dan
selimut.

WASPADAI HIPOTERMIA, BILA SUHU BALITA 36⁰C

24
Langkah 3: Mencegah dan mengatasi dehidrasi
Hati-hati dalam menegakkan diagnosis dan derajat dehidrasi
pada balita gizi buruk.
• Diagnosis dan derajat dehidrasi pada balita gizi buruk sulit
ditegakkan secara akurat dengan tanda/ gejala klinis saja.
• Semua balita gizi buruk dengan diare/ penurunan jumlah
urine dianggap mengalami dehidrasi.
• Terapi rehidrasi oral, bila tidak mungkin secara oral, diberikan
melalui NGT sampai anak bisa minum.
• Berikan larutan oralit standar yang telah dimodifikasi dengan
mengurangi Natrium dan menambah Kalium atau Rehydration
Solution for Malnutrition (ReSoMal).
25
Mencegah dan mengatasi dehidrasi
• ReSoMal terbuat dari oralit yang diencerkan, gula pasir, larutan
elektrolit/ mineral mix dan air.
- oralit diencerkan 2x agar kadar Natrium lebih rendah (hindari
retensi air, edema dan gagal jantung)
- gula (menambah energi dan cegah hipoglikemia)
- mineral mix (atasi gangguan keseimbangan elektrolit)

• Beri ReSoMal setiap kali anak diare:


- anak usia < 2 tahun : 50 - 100 ml setiap diare
- anak usia > 2 tahun : 100-200 ml setiap diare
26
27
Langkah 4:
Memperbaiki gangguan keseimbangan elektrolit
• Balita gizi buruk mengalami gangguan keseimbangan cairan, elektrolit dan
mineral. Untuk mengatasi hal tsb, diberikan mineral mix yang ditambahkan
ke dalam formula WHO (F75, F100) dan ReSoMal (untuk rehidrasi).
• Tubuh anak gizi buruk relatif mengandung Natrium lebih tinggi dan Kalium
lebih rendah dibandingkan anak normal  pemberian cairan tidak boleh
mengandung Natrium tinggi dan harus mendapat tambahan Kalium.

Jangan obati edema dengan diuretikum.


Pemberian Natrium berlebihan dapat menyebabkan kematian.

28
Langkah 5: Mengobati infeksi
• Balita gizi buruk seringkali menderita berbagai jenis infeksi,
namun sering tidak ditemukan tanda/ gejala infeksi bakteri,
seperti demam.
• Semua balita gizi buruk dianggap menderita infeksi dan
segera diberikan antibiotik.
• Hipotermia + hipoglikemia merupakan tanda infeksi berat
yang sering ditemukan pada balita gizi buruk.

29
Mengobati infeksi
Tatalaksana
• Berikan kepada semua balita gizi buruk antibiotika dengan
spektrum luas.
• Imunisasi campak jika balita berusia ≥ 6 bulan dan belum
pernah diimunisasi atau mendapatkan imunisasi campak
sebelum usia 9 bulan.
• Imunisasi ditunda bila balita dalam keadaan syok

Imunisasi termasuk imunisasi campak pada gizi buruk


diberikan sebelum anak pulang dari perawatan
(pada fase rehabilitasi)
30
Pemberian antibiotika
Pilihan antibiotika berspektrum luas
• Amoksisilin: 15 ml/kgBB per oral setiap 8 jam selama 5 hari.
• Bayi dengan BB < 3 kg, dosis Amoksisilin 15 mg/kgBB per oral
setiap 12 jam

Pemilihan jenis antibiotika juga disesuaikan


dengan pola resistensi kuman setempat.
Penyakit infeksi (seperti malaria, meningitis, TB dan HIV)
diberikan terapi sesuai dengan standar terapi yang berlaku.

31
Langkah 6: Memperbaiki kekurangan
zat gizi mikro
• Semua anak Balita gizi buruk mengalami defisiensi vitamin dan
mineral. Meskipun sering ditemukan anemia, zat besi tidak
boleh diberikan pada fase awal (fase stabilisasi dan
transisi). Zat besi diberikan setelah anak mempunyai nafsu
makan baik dan mulai bertambah BB (biasanya pada minggu
kedua, mulai fase rehabilitasi). Zat besi dapat memperberat
infeksi bila diberikan terlalu dini.
• Jika Balita gizi buruk mendapat RUTF (dengan komposisi
sesuai dengan rekomendasi WHO), tidak perlu diberikan
suplementasi zat gizi mikro. Suplementasi Vit. A tetap diberikan
bila ada tanda defisiensi Vit. A atau menderita campak dalam 3
bulan terakhir. Dosis vit. A sesuai umur.
32
Langkah 7: Memberikan Makanan untuk
Fase Stabilisasi dan Transisi

Diberikan untuk anak gizi buruk di layanan rawat inap.

33
Langkah 8: Memberikan makanan
untuk tumbuh kejar
Fase Rehabilitasi
Pada fase rehabilitasi terjadi replesi (pemulihan) jaringan tubuh
sehingga diperlukan energi dan protein yang cukup:
 Energi : 150 – 220 Kkal/kgBB/hari
 Protein : 4 – 6 g/kgBB/hari
 Cairan : 150 – 200 ml/kgBB/hari
Fase rehabilitasi dapat dilakukan di rawat jalan atau rawat inap.
Bila masih menyusui, ASI tetap diberikan sebagai tambahan.

34
Langkah 9: Memberikan stimulasi
untuk tumbuh kembang
• Balita gizi buruk mengalami keterlambatan perkembangan mental dan
perilaku.
• Keterlibatan keluarga terutama ibu sangat diperlukan dalam memberikan
stimulasi untuk tumbuh kembang anak.
• Stimulasi diberikan secara bertahap dan berkelanjutan sesuai umur anak
terhadap empat aspek kemampuan dasar anak:
• gerak kasar
• gerak halus
• bicara dan bahasa
• sosialisasi dan kemandirian
• Stimulasi terstruktur selama 15 – 30 menit/hari

35
Langkah 10: Mempersiapkan
untuk tindak lanjut di rumah
 Persiapan dilakukan sejak anak dalam perawatan baik di
layanan rawat inap atau di layanan rawat jalan.
 Bila di layanan rawat inap, maka libatkan ibu/pengasuh dalam
kegiatan merawat anaknya, seperti dalam pemberian formula.
 Berikan konseling mengenai pola pemberian makan balita gizi
buruk dan stimulasi tumbuh kembang.
 Anjurkan untuk kontrol teratur setelah pulang sesuai dengan
protokol layanan rawat jalan.
 Melengkapi imunisasi dasar ataupun ulangan sesuai program
PPI (Program Pengembangan Imunisasi).
36
STAY AT HOME , STAY SAFE , STAY HEALTHY

Anda mungkin juga menyukai