Enuresis adalah kejadian mengompol saat tidur yang dapat terjadi sekali dalam seminggu, dua kali atau lebih per minggu, dan dua kali dalam sebulan (Kalo, 1996). Menurut IDAI, (2009: 72) Enuresis adalah anak yang mengompol minimal dua kali dalam seminggu dalam periode paling sedikit 3 bulan pada anak usia 5 tahun atau lebih yang tidak disebabkan oleh efek obat-obatan. Diperkuat oleh Austin, (2014: 1865) Enuresis Nokturnal adalah istilah yang digunakan oleh anak Internasional Kelanjutan Masyarakat untuk menggambarkan ngompol pada anak usia 5 tahun atau lebih setelah mengesampingkan penyebab organik. Hal yang sama di ungkapkan oleh Neveus, (2006: 319) bahwa enuresis Nokturnal didefinisikan sebagai berkemih yang tidak sadar saat tidur, frekuensi berkemih setidaknya sebulan sekali saat pasien pernah bergejala selama minimal tiga bulan. Enuresis adalah pengeluaran urin secara involunter dan berulang yang terjadi pada usia yang diharapkan dapat mengontrol proses buang air kecil, tanpa kelainan fisik yang mendasari (Soetjiningsih, 2017: 372). Diperkuat oleh (Newel & Meadow, 2003 dalam Permatasari 2018: 284) bahwa enuresis berlangsung melalui proses berkemih yang normal (normal voiding), tetapi pada tempat dan waktu yang tidak tepat yaitu berkemih di tempat tidur atau menyebabkan pakaian basah dan dapat terjadi saat tidur malam hari (enuresis nocturnal), siang hari (enuresis diurnal) ataupun pada siang dan malam hari. Menurut Wong, (2008: 121) Enuresis diurnal lebih umum ditemui pada anak perempuan dan biasanya disebabkan inkontinensia urgency (ketidaksetabilan kandung kemih). Istilah enuresis primer digunakan pada anak yang belum pernah berhenti mengompol sejak masa bayi, sedangkan enuresis sekunder adalah kejadian mengompol kembali setelah minimal 6 bulan tidak mengompol (Robson, 2009: 1429). Klasifikasi enuresis itu sederhana. Hanya dua aspek yang perlu diketahui: periode kering terpanjang dan terdapat gejala saluran kemih bagian bawah: 1. Enuresis primer berarti bahwa anak telah kering kurang dari 6 bulan (atau tidak semuanya) dan 2. Enuresis sekunder berarti kambuh/relaps setelah masa kering minimal 6 bulan telah terjadi. Masa kering bisa terjadi pada usia berapapun; tidak masalah jika itu terjadi secara spontan atau diraih dengan pengobatan.
2.2 Etiologi Enuresis
Beberapa faktor etiologi yang diketahui mempengaruhi enuresis adalah genetik, hambatan perkembangan dasar, hambatan yang mengatur pengosongan kandung kemih, lingkungan, dan pola tidur. Hallgren menemukan sekitar 70% keluarga dengan anak enuresis, salah satu atau lebih anggota keluarga lainnya juga menderita enuresis, dan sekitar 40% sekurang-kurangnya satu diantara orang tuanya mempunyai riwayat enuresis. Menurut Thiedke (2003: 1500), Penyebab enuresis sering digambarkan sebagai multifaktoral diantaranya :
a) Faktor Genetik dan Keluarga
Predisposisi genetik adalah variabel etiologi yang paling sering didukung. Satu ulasan menemukan bahwa ketika kedua orang tua memiliki riwayat enuretik ketika anak-anak, keturunan mereka memiliki risiko 77 persen memiliki enuresis nokturnal b) Faktor Vesika Urinaria Studi yang mencoba untuk menetapkan masalah kandung kemih sebagai penyebab enuresis nokturnal telah kontradiktif. Pengujian urodinamik ekstensif telah menunjukkan bahwa fungsi kandung kemih jatuh dalam kisaran normal pada anak-anak dengan enuresis nocturnal c) Hormon Vasopresin Telah dipostulasikan bahwa perkembangan normal mungkin termasuk pembentukan ritme sirkadian dalam sekresi vasopresin arginin, hormon antidiuretik. Kenaikan nokturnal pada hormon ini akan menurunkan jumlah urin yang diproduksi pada malam hari. Bisa jadi anak-anak dengan enuresis nokturnal mengalami keterlambatan dalam mencapai peningkatan sirkadian dalam hormon vasopresin dan dengan demikian, dapat mengembangkan poliuria nokturnal. Poliuria nokturnal ini dapat mempengaruhi kemampuan kandung kemih untuk menahan urin sampai pagi.
2.3 Komplikasi dan Prognosa Enuresis
Progosis enuresis dalam bentuk remisi spontan (tanpa pengobatan)
terjadi pada sekitar 15% anak-anak setiap tahun. Tingkat kambuhan setelah semua bentuk pengobatan (keseluruhan) adalah 10-20%.
Dampaknya enuresis pada anak: Kesulitan dan ketidaknyamanan
mengompol meningkat seiring bertambahnya usia anak. Akibatnya adalah penghinaan, kebingungan, kehilangan harga diri, penghindaran atau malu pada menginap atau kamp sekolah dan kamar tidur
2.4 Terapi Akupunktur dan Terapi Lain Pada Penderita Enuresis