Anda di halaman 1dari 6

A.

Definisi APD

APD adalah suatu peralatan yang dipakai oleh petugas kesehatan untuk melindungi dirinya dari bahan–
bahan yang infeksius (Depkes RI, 2010). APD menjadi komponen utama Personal Precaution untuk
kewaspadaan standar (standard precaution) dalam melakukan tindakan keperawatan (Depkes RI, 2007).

Landasan Teori

APD yaitu pakaian khusus atau peralatan yang dipakai petugas untuk proteksi diri dari bahaya fisik,
kimia,biologi maupun bahan infeksius. Terdapat beberapa jenis APD yaitu masker/Respirator Partikulat,
pelindung mata (goggle), perisai/pelindung wajah, gaun, apron, sepatu tertutup, penutup kepala dan
sarung tangan (Permenkes RI No 27, 2017).

Prinsip-prinsip PPI yang perlu diperhatikan pada pemakaian APD adalah:

a. Sarung tangan, prosedur pemakaiannya yang benar menurut HIPPII (2015) & Permenkes RI (2017)
adalah :

1) Melakukan kebersihan tangan yang sesuai dengan prosedur

2) Memakai sarung tangan pada kedua tangan

3) Mengganti sarung tangan bila tampak rusak atau bocor

4) Segera melepas sarung tangan jika telah selesai tindakan

5) Membuang sarung tangan ke tempat pembuangan sampah sesuai dengan prosedur

6) Melakukan kebersihan tangan sesuai dengan prosedur

Tabel 2. 1 PemIlihan APD sesuai dengan Jenis Pajanan

Jenis Paparan Contoh Pilihan APD

Resiko ringan : kontak Injeksi, Perawatan Sarung tangan tidak

dengan kulit, tidak terpajan luka ringan essensial

langsung dengan darah

Risiko sedang : kemudian Pemeriksaan pelvis,

terpajan darah tidak terciprat insersi iud, melepas Sarung tangan,

iud, pemasangan mungkin perlu gaun

kateter IV, pelindung atau

penanganan spesimen celemek

lab, perawatan luka


berat, ceceran darah

Resiko tinggi : Tindakan bedah Sarung tangan,

kemungkinan terpajan darah mayor, bedah mulut, celemek, kacamata

dan kemungkinan terciprat, persalinan pervagina pelindung, masker

perdarahan massif

Sumber: Nursalam & Kurniawati, 2007

B. Fungsi dari APD adalah melindungi membran mukosa maupun kulit dari risiko paparan sekret,
ekskreta, darah, cairan tubuh, selaput lendir maupun kulit yang tidak utuh dari petugas ke pasien
ataupun sebaliknya. Indikasi pemakaian APD yaitu ketika akan melakukan tindakan yang memungkinkan
tubuh atau membran mukosa petugas terpercik bahan infeksius atau kemungkinan pasien
terkontaminasi dari petugas (Depkes RI, 2008 ; Permenkes RI, 2017).

C. Jenis-jenis APD :

a. Sarung tangan

Sarung tangan merupakan alat yang berguna untuk melindungi tangan dari bahan yang dapat
menularkan penyakit dan melindungi pasien dari mikroorganisme yang berada di tangan petugas
kesehatan. Sarung tangan harus diganti antara setiap kontak dengan satu pasien ke pasien lainnya, untuk
menghindari kontaminasi silang (Depkes RI, 2008). Sarung tangan tidak boleh digunakan untuk membuka
pintu ataupun mengumpulkan peralatan sebelum kontak dengan pasien namun digunakan saat
menangani pasien, benda tajam atau perangkat yang terkontaminasi, mikroorganisme dapat bertahan di
benda dan menjadi risiko untuk transmisi infeksi (Loveday et al., 2014).

Sarung tangan harus segera dilepas setelah tindakan

perawatan selesai dan segera melakukan hand hygiene, ganti sarung tangan ketika kotor, sarung tangan
tidak harus dicuci atau didekontaminasi dengan alkohol antara prosedur atau tindakan dan harus diganti
untuk setiap perawatan pasien yang berbeda (Pang V, 2014).

E. Tujuan menggunakan sarung tangan pada petugas yaitu untuk menciptakan barier protektif dan cegah
kontaminasi yang berat karena menyentuh bahan infeksius, untuk menghindari transmisi mikroba dari
tangan petugas ke pada pasien, dan untuk mencegah tangan petugas terkontaminasi mikroba dari pasien
transmisi kepada pasien lain. Terdapat tiga jenis sarung tanganyaitu sarung tangan bedah (steril), sarung
tangan pemeriksaan (bersih) dan sarung tangan rumah tangga (Depkes RI, 2008 ; WHO, 2009; Permenkes
RI, 2017).

F. Indikasi sarung tangan steril adalah setiap prosedur pembedahan, persalinan pervaginam, prosedur
atau tindakan invasif radilogikal, akses pembuluh darah, total nutrisi parental, prosedur kemoterapi
(WHO, 2009; Permenkes RI, 2017). Indikasi sarung tangan pemeriksaan yaitu ketika menyentuh darah,
cairan tubuh, sekret, ekresi, dan daerah yag tampak kotor oleh cairan tubuh. Kontak langsung dengan
pasien: kontak dengan darah, selaput lendir, kulit tidak utuh, organisme yang menular atau berbahaya,
situasi darurat, pemasangan atau penyabutan saluran IV, pengambilan darah, pemeriksaan pelvik dan
vagina, penyedotan atau suction endotrakeal tube. Kontak tidak langsung dengan pasien seperti
penanganan atau pembersihan instrumen, penanganan limbah, membersihkan tumpahan cairan tubuh
(WHO, 2009). Apabila sumber daya terbatas dan jumlah sarung tangan periksa tidak memadai maka
sarung tangan pemeriksaan yang telah digunakan dapat diproses ulang dengan cara membersihan dan
disinfeksi dalam larutan klorin 0,5 % selama sepuluh menit, kemudian dicuci dan dibilas serta
dikeringkan. Sarung tangan yang telah diproses ulang hanya dapat digunaka pada tindakan-tindakan
yang tidak menembus jaringan tubuh (Depkes RI, 2008).

G. Tanpa sarung tangan ketika tidak ada potensi terpapar darah, cairan tubuh atau lingkungan yang
terkontaminasi (WHO, 2009). Sarung tangan rumah tangga dipakai sewaktu memproses peralatan,
menangani bahan–bahan terkontaminasi, sewaktu membersihkan permukaan yang terkontaminasi dan
memegang atau menangani sampah (Depkes RI, 2010).

Menurut Direktorat Bina Kesehatan Kerja dan Olahraga, Direktorat Jendral Bina Gizi dan Kesehatan Ibu
dan Anak Kementrian Kesehatan RI (2011), beberapa hal yang perlu diperhatikan saat memakai sarung
tangan antara lain dianjurkan untuk memakai sarung tangan sekali pakai kecuali sarung tangan untuk
membersihkan tempat kerja, tidak diperbolehkan menggunakan sarung tangan yang retak, mengelupas,
tipis dan berlubang, serta tidak dianjurkan memakai sarung tangan yang didisenfiksi tingkat tinggi atau
disterilisasi lebih dari tiga kali. Halhal yang harus diperhatikan pada pemakaian sarung tangan adalah
menggunakan sarung tangan dengan ukuran yang sesuai, kuku sebaiknya selalu pendek untuk
menurunkan risiko sarung tangan robek, menarik sarung tangan ke atas manset gaun (jika petugas
memakainya) untuk melindungi pergelangan tangan, dan menggunakan pelembab yang larut dalam air
(tidak mengandung lemak) untuk mencegah kulit tangan kering/berkerut (Depkes RI, 2008).

INDIKASI PENGGUNAAN SARUNG TANGAN

1. Indikasi Memakai Sarung Tangan

a. Sebelum kondisi steril.

b. Antisipasi kontak dengan darah atau cairan tubuh lain, baik dalam kondisi steril maupun tidak,
mencakup kontak pada membran mukosa dan kulit terbuka.

c. Kontak dengan pasien (dan área sekelilingnya) selama tindakan pencegahan kontak

2. Indikasi Melepas Sarung Tangan

a. Segera setelah sarung tangan rusak (dicurigai adanya sobekan sekecil apapun)

b. Setelah selesai kontak dengan darah, cairan tubuh, kulit terbuka dan membran mukosa.

c. Setelah selesai kontak dengan pasien dan/atau sekelilingnya, atau bagian tubuh yang terkontaminasi
pada pasien.

d. Jika ada indikasi untuk sanitasi tangan.

3. Indikasi Penggunaan Sarung Tangan Steril


a. Semua prosedur bedah dan yang membutuhkan kondisi steril

b. Persalinan vaginal

c. Tindakan radiologi invasif

d. Melakukan pemasangan akses dan prosedur vaskular (jalur central)

e. Menyiapkan nutrisi parenteral total dan obat-obatan kemoterapi

4. Indikasi Penggunaan Sarung Tangan Non-steril

Adanya potensi sentuhan dengan darah, cairan tubuh, sekret dan ekskret dan benda-benda yang terlihat
terkontaminasi oleh cairan tubuh.Paparan Pasien Langsung: kontak dengan darah, cairan tubuh,
membran mukosa dan kulit terbuka; potensi organisme infeksius dan berbahaya; situasi epidemi atau
gawat darurat; memasang dan melepas saluran intravena; menarik darah; pemeriksaan pelvis dan
vaginal; penyedotan sistem terbuka saluran endotrakeal.Paparan Pasien Tidak Langsung: mengosongkan
bak muntah; menangani atau mencuci alat-alat medis, menangani sampah medis; membersihkan
tumpahan cairan tubuh.

5. Kondisi-kondisi dibawah ini tidak diindikasikan penggunaan sarung tangan medis, kecuali adanya
tindakan pencegahan kontak :Tidak ada potensi paparan dengan darah, cairan tubuh atau lingkungan
terkontaminasiPaparan Pasien Langsung: mengukur tanda-tanda vital; melakukan penyuntikan subkutan
dan intramuskular; memandikan dan memakaikan pakaian pasien; memindahkan pasien; perawatan
mata dan telinga (tanpa sekret); semua tindakan memperbaiki jalur vaskular tanpa adanya kebocoran
darah.Paparan Pasien Tidak Langsung: menggunakan telepon; menulis di status pasien memberikan obat
oral; menyentuh nampan makan pasien; mengganti linen pasien; memasang peralatan ventilasi non-
invasif dan kanula oksigen; memindahkan perabotan pasien.Sarung tangan harus dipakai sesuai dengan
STANDAR dan KONTAK PENCEGAHAN. Sanitasi tangan harus dilakukan pada saat yang tepat terlepas
adanya indikasi untuk penggunaan sarung tangan.

A. Cara memakai sarung tangan non-steril

1. Jika indikasi sanitasi tangan ada sebelum kontak yang membutuhkan penggunaan sarung tangan,
lakukanlah sanitasi tangan dengan sabun atau cairan pembersih

2. Keluarkan sarung tangan dari kotaknya

3. Sentuh sedikit saja area sarung tangan pada daerah pergelangan (pada ujung atas manset)

4. Pasanglah sarung tangan pertama

5. Ambil sarung tangan kedua dengan tangan yang belum memakai sarung tangan, sentuh sedikit saja
area sarung tangan pada daerah pergelangan (pada ujung atas manset)

6. Untuk menghindari tersentuhnya kulit lengan bawah oleh tangan yang telah terpasang sarung tangan,
lipatlah permukaan luar sarung tangan yang akan dipakai, menggunakan lipatan jari tangan yang telah
menggunakan sarung tangan, lalu kenakan sarung tangan pada tangan kedua

7. Setelah sarung tangan terpasang, hindari bersentuhan dengan selain apa yang diindikasikan atau
kondisi yang membutuhkan penggunaan sarung tangan
B. Cara Melepaskan Sarung Tangan Non-Steril

8. Cubitlah sarung tangan pada daerah pergelangan tanpa menyentuh lengan atas, lalu bukalah sarung
tangan hingga membalik bagian luar dan dalam sarung tangan

9. Pegang sarung tangan yang telah dilepas dengan tangan yang masih memakai sarung tangan. Selipkan
tangan yang sudah tidak memakai sarung tangan diantara lengan bawah dan sarung tangan, lalu
lepaskan sarung tangan kedua sampai posisi melipat menutupi sarung tangan pertama.

10. Buanglah sarung tangan ke tempat sampah medis.

11. Lakukan sanitasi tangan dengan sabun atau cairan pembersih

A. Cara memakai sarung tangan steril

1. Lakukanlah sanitasi tangan dengan sabun atau cairan pembersih

2. Pastikan integritas kemasan. Buka kemasan luar non-steril tanpa menyentuh kemasan steril di
dalamnya

3. Letakkan kemasan dalam yang steril pada permukaan rata yang bersih dan kering, tanpa menyentuh
permukaan kemasan steril. Bukalah kemasan dengan menyentuh ujung kemasan lalu lipat hingga
menghadap ke bawah, dan biarkan kemasan terbuka.

4. Dengan menggunakan ibu jari dan jari telunjuk salah satu tangan, pegang sarung tangan pada bagian
ujung yang terlipat

5. Masukkan tangan lain ke dalam sarung tangan dengan satu gerakan tunggal, biarkan lipatan sarung
tangan pada daerah pergelangan tangan

6.Ambil sarung tangan kedua dengan cara menyelipkan jari-jari tangan yang telah menggunakan sarung
tangan ke dalam lipatan manset sarung tangan kedua.

7. Dengan satu gerakan tunggal, masukkan tangan yang belum memakai sarung tangan ke sarung tangan
kedua dengan menghindari kontak / sentuhan antara tangan yang telah memakai sarung tangan dengan
area selain sarung tangan yang akan dipakai (adanya kontak menyebabkan kurangnya asepsis dan
membutuhkan penggantian sarung tangan).

9. Jika dibutuhkan, setelah kedua sarung tangan terpasang, perbaiki letak sarung tangan pada jari-jari
hingga sarung tangan terpasang dengan nyaman

10.Bukalah lipatan pada manset dengan menyelipkan jari-jari tangan lain di bawah lipatan, hindari
kontak atau sentuhan dengan permukaan selain permukaan luar sarung tangan (adanya kontak
menyebabkan kurangnya asepsis dan membutuhkan penggantian sarung tangan). Lakukan pada kedua
sarung tangan.

11 Tangan yang telah memakai sarung tangan hanya boleh menyentuh area dan alat-alat yang
telah disterilkan serta area tubuh pasien yang telah didisinfeksi

B. Cara Melepaskan Sarung Tangan Steril 1 2 3

1. Lepaslah sarung tangan pertama dengan menggunakan tangan lainnya. Buka dengan cara melipat
bagian dalam ke luar sampai daerah sendi jari kedua (jangan melepas seluruh sarung tangan)

2.Lepaskan sarung tangan kedua dengan melipat bagian terluarnya menggunakan tangan yang telah
terlepas sebagian sarung tangannya

3. Lepaslah sarung tangan dengan melipat bagian dalam keluar hingga sarung tangan terbuka
seluruhnya. Pastikan tangan hanya bersentuhan dengan bagian dalam sarung tangan

4.Buang sarung tangan pada tempat sampah medis

5.Lakukan sanitasi tangan dengan sabun atau cairan pembersih

Sumber: WHO Guidelines on Hand Hygiene in Health Care, 2009

Anda mungkin juga menyukai