Anda di halaman 1dari 10

Assalmualaikum wr.

wb

Selamat malam bapak…, saya akan mencoba memperbaiki jawaban saya pada sesi 2 ini.

Kita ketahui bahwa kajian tentang konsep perencanaan pendidikan merupakan suatu kajian yang
sangat luas dan kompleks.  Diskusikan tentang ilmu apa saja yang terkait dengan perencanaan
pendidikan dan berikan penjelasan mengapa ilmu tersebut memiliki keterkaitan dengan
perencanaan pendidikan salah satunya pendekatan social demand . Berikan contoh.

Jawab
Sebelum saya menjawab pertanyaan tersebut saya akan menjelaskan terlebih dahulu tentang
perencanaan pendidikan.

Perencanan pendidikan merupakan bagian dari manajemen pendidikan. Bagi ahli dan pelaksana
kualitas pemahaman pada bidang pendidikan konsep dasar perencanan pendidikan, pendekatan
dalam perencanan pendidikan dan beragam model perencanaan pendidikan berpengaruh positif
terhadap pelaksanaan pelaksanaan manajemen pendidikan di setiap satuan pendidikan.
sedangkan bagi guru, kualitas pemahaman terhadap ketiga konsep tersebut akan mendukung
pelaksanaan empat komptensi professional guru dalam proses pelayanan kepada peserta didik.
(Johar Permana, dkk. 2016:2.3)

Ketika berbicara tentang perencanaan pendidikan, Ada tujuh konsep penting yang perlu
dipahami, dalam mengawali kajian atau pembahasan tentang konsep perencanan pendidikan,
antara lain: (1) pengertian perencanaan pendidikan; (2) tujuan perencanaan pendidikan; (3)
manfaat perencanaan pendidikan; (4) ruang lingkup perencanaan pendidikan; (5) karakteristik
perencanaan pendidikan; (6) prinsip-prinsip perencanaan pendidikan; dan (7) proses atau tahapan
penyusunan perencanaan pendidikan. Namun tidak akan saya bahas semua.

a. Pengertian perencanaan pendidikan menurut para ahli

Menurut Prof. Dr. Yusuf Enoch, Perencanaan Pendidikan, adalah suatu proses yang yang
mempersiapkan seperangkat alternative keputusan bagi kegiatan masa depan yang diarahkan
kepada pencapaian tujuan dengan usaha yang optimal dan mempertimbangkan kenyataan-
kenyataan yang ada di bidang ekonomi, sosial budaya serta menyeluruh suatu Negara.

Menurut Beeby, C.E, Perencanaan Pendidikan adalah suatu usaha melihat ke masa depan ke
masa depan dalam hal menentukan kebijaksanaan prioritas, dan biaya pendidikan yang
mempertimbangkan kenyataan kegiatan yang ada dalam bidang ekonomi, social, dan politik
untuk mengembangkan potensi system pendidikan nasioanal memenuhi kebutuhan bangsa dan
anak didik yang dilayani oleh system tersebut.

Menurut Guruge (1972), Perencanaan Pendidikan adalah proses mempersiapkan kegiatan di


masa depan dalam bidang pembangunan pendidikan.
Menurut Albert Waterson (Don Adam 1975), Perencanaan Pendidikan adala investasi
pendidikan yang dapat dijalankan oleh kegiatan-kegiatan pembangunan lain yang di dasarkan
atas pertimbangan ekonomi dan biaya serta keuntungan sosial.

Menurut Coombs (1982), Perencanaan pendidikan suatu penerapan yang rasional dianalisis
sistematis proses perkembangan pendidikan dengan tujuan agar pendidikan itu lebih efektif dan
efisien dan efisien serta sesuai dengan kebutuhan dan tujuan para peserta didik dan masyarakat.

Menurut Y. Dror (1975), Perencanaan Pendidikan adalah suatu proses mempersiapkan


seperangkat keputusan untuk kegiatan-kegiatan di masa depan yang di arahkan untuk mencapai
tujuan-tujuan dengan cara-cara optimal untuk pembangunan ekonomi dan social secara
menyeluruh dari suatu Negara.

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan perencanaan pendidikan adalah proses penyusunan
berbagai keputusan yang akan dilaksanakan pada masa yang akan datang untuk mencapai tujuan
yang telah ditentukan. Keputusan- keputusan itu disusun secara sistematis rasional dan dapat
dibenarkan secara ilmiah karena menerapkan berbagai ilmu pengetahuan yang diperlukan.

b. Jenis-jenis perencanaan pendidikan :

Jenis perancanaan menurut waktunya dapat dibedakan menjadi perancanaan pendidikan jangka
panjang, jangka menengah dan jangka pendek; menurut sifatnya mencakup perencanaan
kuantitatif dan perencanaan kualitatif, menurut luas dan besarnya jangkauan meliputi
perencanaan makro, meso, dan mikro; menurut kewenangan pembuatannya terdiri dari
perencanaan yang dibuat di tingkat pusat atau nasional, tingkat propinsi atau regional, dan
tingkat kabupaten/kota; menurut objeknya meliputi perencanaan rutin, dan perencanana
pembangunan; menurut tingkat telaahnya mencakup perencanaan strategis, perencanaan
koordinatif atau manajerial, dan perencanaan oprasional atau teknis; dan dari sudut munculnya
perencanaan, emliputi perenanaan dari bawah (bottom-up), perencanaan dari atas (top-down),
dan gabungan dari keduanya (bottom-up dan top-down).

c. Pendekatan perencanaan pendidikan

Menurut para ahli, ada beragam pendekatan perencanaan pendidikan, yaitu: pendekatan
kebutuhan sosial (social demand approach); pendekatan ketenagakerjaan (manpower approach);
pendekatan untung rugi (cost and benefit approach); dan pendekatan keefektifan biaya (cost
effectiveness approach). Berikut ini akan dijelaskan secara singkat keempat pendekatan
perencanan pendidikan tersebut

1. Pendekatan kebutuhan social (Sosial Demand Approach)

Perencanaan pendidikan yang menggunakan pendekatan kebutuhan sosial, oleh para ahli disebut
pendekatan yang bersifat tradisional, karena fokus atau tujuan yang hendak dicapai dalam
pendekatan kebutuhan sosial ini lebih menekankan pada: (1) tercapainya pemenuhan kebutuhan
atau tuntutan seluruh individu terhadap layanan pendidikan dasar; (2) pemberian layanan
pembelajaran untuk membebaskan populasi usia sekolah dari tuna aksara (buta huruf); dan (3)
pemberian layanan pendidikan untuk membebaskan rakyat dari rasa ketakutan dari penjajahan,
dari kebodohan dan dari kemiskinan. 

Ada beberapa kelebihan dan kekurangan penggunaan pendekatan kebutuhan sosial dalam
perencanaan pendidikan. Diantara sisi positif pendekatan ini antara lain: (1) pendekatan ini  lebih
cocok untuk diterapkan pada masyarakat atau negara yang baru merdeka dengan kondisi
kebutuhan sosial, khususnya layanan pendidikan masih sangat rendah atau masih banyak yang
buta huruf; dan (2) pendekatan ini akan lebih cepat dalam memberikan pemerataan layanan
pendidikan dasar yang dibutuhkan pada warga masyarakat, karena keterbelakangan di bidang
pendidikan akibat penjajahan, sehingga layanan pendidikan yang diberikan langsung bersentuhan
dengan kebutuhan sosial yang mendasar yang dirasakan oleh masyarakat. 

Sedangkan sisi kelemahan pendekatan kebutuhan sosial ini antara lain: (1) pendekatan ini
cederung hanya untuk menjawab persoalan yang dibutuhkan masyarakat pada saat itu, yaitu
pemenuhan kebutuhan atau tuntutan layanan pendidikan dasar sebesar-besanya, sehingga
mengabaikan pertimbangan efisiensi pembiayaan pendidikan; (2) pendekatan ini lebih
menekankan pada aspek kuantitas (jumlah yang terlayani sebanyak-banyaknya), sehingga kurang
memperhatikan kualitas dan efektivitas pendidikan, oleh karena itu pendekatan ini terkesan lebih
boros; (3) pendekatan ini mengabaikan ciri-ciri dan pola kebutuhan man power yang diperlukan
di sektor kehidupan ekonomi, dengan demikian hasil atau output pendidikan cenderung kurang
bisa memenuhi tuntutan kebutuhan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi terkini; dan (4)
pendekatan ini lebih menekankan pada aspek pemerataan pendidikan (dimensi kuantitatif) dan
kurang mementingkan aspek kualitatif. Disamping itu pendekatan ini kurang memberikan
jawaban yang komprehensif dalam upaya pencapaian tujuan pendidikan, karena lebih
menekankan pada aspek pemenuhan kebutuhan sosial, sementara aspek atau bidang kehidupan
yang lain kurang diperhatikan.

2. Pendekatan ketenagakerjaan

Perencanaan pendidikan yang menggunakan pendekatan ini lebih mengutamakan keterkaitan


antara output (lulusan) layanan pendidikan di setiap satuan pendidikan dengan tuntutan atau
keterserapan akan kebutuhan tenaga kerja di masyarakat. Apabila pendekatan ini dipakai oleh
para penyusun perencanaan pendidikan, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, antara lain:
(1) melakukan kajian atau analisis tentang beragam kebutuhan yang diperlukan oleh dunia kerja
yang ada di masyarakat secermat mungkin; (2) melakukan kajian atau analisis tentang beragam
bekal pengetahuan dan ketrampilan apa yang perlu dimiliki oleh peserta didik agar mereka
mampu menyesuaikan diri secara cepat (adaptif) terhadap perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi yang terjadi di dunia kerja; dan (3) mengkaji atau menganalisis tentang sistem layanan
pendidikan yang terbaik dan mampu memberikan bekal yang cukup bagi siswa untuk terjun di
dunia kerja, oleh karena itu perlu dilakukan analisis peluang kerja dan menjalin kerjasama antara
lembaga pendidikan dengan dunia usaha dan industri (link and match).

 Pendekatan keefektifan biaya

Pendekatan ini berorientasi pada konsep Investment in human capital (investasi pada sumber


daya manusia).  Pendekatan ini sering disebut pendekatan untung rugi. Diantara ciri-ciri
pendekatan ini antara lain: (1) pendidikan memerlukan biaya investasi yang besar, oleh karena
itu perencanaan pendidikan yang disusun harus mempertimbangkan aspek keuntungan
ekonomis; (2) pendekatan ini didasarkan pada asumsi, bahwa: (a)  kualitas  layanan pendidikan
akan menghasilkan output yang baik dan secara langsung akan memberi kontribusi pada
pertumbuhan ekonomi masyarakat; (b) sumbangan seseorang terhadap pendapatan nasional
adalah sebanding dengan tingkat pendidikannya; (c) perbedaan pendapatan seseorang di
masyarakat, ditentukan oleh kualitas pendidikan bukan ditentukan oleh latar belakang sosialnya;
(3)  perencanaan pendidikan harus betul-betul diorientasikan pada upaya meningkatkan kualitas
SDM (penguasaan Iptek), dan dengan tersedianya kualitas SDM, maka
diharapkan income masyarakat akan meningkat; dan (4) program pendidikan yang mempunyai
nilai ekonomis tinggi akan menempati prioritas pembiayaan yang besar.

4. Pendekatan integratif

Perencanaan pendidikan yang menggunakan pendekatan integrasi (terpadu) dianggap sebagai


pendekatan yang lebih lengkap dan relatif lebih baik daripada ketiga pendekatan di atas.
Pendekatan ini sering disebut dengan ‘pendekatan sistemik atau pendekatan sinergik’. Diantara
ciri atau karakteristik pendekatan integratif adalah, bahwa perencanaan  pendidikan yang disusun
berdasarkan pada: (1)  keterpaduan orientasi dan kepentingan terhadap pengembangan individu
dan pengembangan sosial (kelompok); (2) keterpaduan antara pemenuhan kebutuhan
ketenagakerjaan (bersifat pragmatis) dan juga mempersiapkan pengembangan kualitas akademik
(bersifat idealis) untuk mempersiapkan studi lanjut; (3) keterpaduan antara pertimbangan
ekonomis (untung rugi), dan pertimbangan  layanan sosial-budaya dalam rangka memberikan
kontribusi terhadap terwujudnya integrasi sosial-budaya; (4) keterpaduan pemberdayaan
terhadap sumber daya lembaga, baik sumber daya internal maupun sumber daya eksternal; (5)
konsep bahwa seluruh unsur yang terlibat dalam proses layanan pendidikan (pelaksanaan
program) di setiap satuan pendidikan merupakan ‘suatu sistem’; dan (6)  konsep bahwa kontrol
dan evaluasi pelaksanaan program (perencanaan pendidikan) melibatkan semua pihak yang
berkaitan dengan proses layanan kualitas pendidikan, dengan tetap berada dalam komando
pimpinan atau kepala satuan pendidikan. Sedangkan pihak-pihak yang dapat terlibat dalam
proses evaluasi pelaksanaan perencanaan pendidikan di setiap satuan pendidikan adalah: (a)
Kepala sekolah; (b) Guru; (c) Siswa; (d) Komite Sekolah, (e) Pengawas sekolah; dan (f) Dinas
pendidikan (Vebriarto. 1982; Soenarya, E. 2000; Depdiknas, 2001, 2006).

d. Perinsip-prinsip perencanaan Pendidikan

Ada beberapa prinsip yang harus diperhatikan dalam penyusunan perencanaan pendidikan,
antara lain:

Prinsip interdisipliner, yaitu menyangkut berbagai bidang keilmuan atau beragam kehidupan. Hal
ini penting karena hakikat layanan pendidikan kepada peserta didik harus menyangkut berbagai
jenis pengetahuan, beragam ketrampilan dan nilai-norma kehidupan yang berlaku di masyarakat.

Prinsip fleksibel, yaitu bersifat lentur, dinamik dan responsif terhadap perkembangan atau
perubahan kehidupan di masyarakat. Hal ini penting, karena hakikat layanan pendidikan kepada
peserta didik adalah menyiapkan siswa untuk mampu menghadapi perkembangan Ilmu
pengetahuan dan teknologi (Iptek) dan beragam tantangan kehidupan terkini.

Prinsip efektifitas-efisiensi, artinya dalam penyusunan perencanaan pendidikan didasarkan pada


perhitungan sumber daya yang ada secara cermat dan matang, sehingga perencanaan itu ‘berhasil
guna’ dan ‘bernilai guna’ dalam pencapaian tujuan pendidikan.

Prinsip progress of change, yaitu terus mendorong dan memberi peluang kepada semua warga
sekolah untuk berkarya dan bergerak maju ke depan dengan beragam pembaharuan layanan
pendidikan yang lebih berkualitas, sesuai dengan peranan masing-masing.

Prinsip objektif, rasional dan sistematis, artinya perencanaan pendidikan harus disusun
berdasarkan data yang ada, berdasarkan analisa kebutuhan dan kemanfaatan layanan pendidikan
secara rasional (memungkinkan untuk diwujudkan secara nyata), dan mempunyai sistematika
dan tahapan pencapaian program secara jelas dan berkesinambungan.

Prinsip kooperatif–komprehensif, artinya  perencanaan yang disusun mampu memotivasi dan


membangun mentalitas semua warga sekolah dalam bekerja sebagai suatu tim (team work) yang
baik. Disamping itu perencanaan yang disusun harus  mencakup seluruh aspek esensial
(mendasar) tentang layanan pendidikan akademik dan non akademik setiap peserta didik.

Prinsip human resources development, artinya perencanaan pendidikan harus disusun sebaik


mungkin dan mampu menjadi acuan dalam pengembangan sumber daya manusia secara
maksimal dalam mensukseskan program pembangunan pendidikan. Layanan pendidikan pada
peserta didik harus betul-betul mampu membangun individu yang unggul baik dari
aspek intelektual (penguasaan science and technology), aspek emosional (kepribadian atau
akhlak), dan aspek spiritual (keimanan dan ketakwaan) , atau disebut IESQ yang unggul
(Dahana,  and Bhatnagar, 1980; Banghart, F.W and Trull, A. 1990; Langgulung, H., 1992).

Apabila kita mengunakan pendekatan social deman, maka ada beberapa hal yang perlu
dipertimbangkan atau diperhatikan oleh penyusun perencanaan dalam merancang perencanaan
pendidikan, antara lain:

(1) melakukan analisis tentang pertumbuhan penduduknya;

(2)  melakukan analisis tentang tingkat partisipasi warga masyarakatnya dalam pelaksanaan
pendidikan, misalnya melakukan analisis persentase penduduk yang berpendidikan dan yang
tidak berpendidikan, yang dapat memberikan kontribusi dalam peningkatan layanan pendidikan
di setiap satuan pendidikan;

(3) melakukan analisis tentang dinamika atau gerak (mobilitas) peserta didik dari sekolah tingkat
dasar sampai perguruan tinggi, misalnya kenaikan kelas, kelulusan, dan dropout;

(4) melakukan analisis tentang minat atau keinginan warga masyarakat tentang jenis layanan
pendidikan di sekolah;

(5) melakukan analisis tentang tenaga pendidik dan kependidikan yang dibutuhkan, dan dapat
difungsikan secara maksimal dalam proses layanan pendidikan; dan

(6) melakukan analisis tentang keterkaitan antara output satuan pendidikan dengan tuntutan


masyarakat atau kebutuhan sosial di masyarakat (Sa’ud, S. dan Makmun A,S. 2007; Usman, H.
2008).

Berdasarakan analisis tersebut maka, maka disiplin ilmu yang terkait dengan dengan
perencanaan pendidikan salah satunya pendekatan social demand yaitu :

1. Disiplin Ilmu Demografi

Demografi merupakan studi tentang struktur dan komposisi kependudukan. Pendidikan sangat
banyak ditentukan atau dipengaruhi oleh kondidi penduduk, sehingga dalam melakukan suatu
perencanaan pendidikan aspek kependudukan tidak dapat diabaikan, demikian juga dalam hal
pelayanan pendidikan yang pada dasarnya diarahkan untuk kepentingan penduduk (dalam suatu
bangsa/daerah). Beberapa aspek demografi yang penting adalah :

 Laju pertumbuhan penduduk


 Tingkat kelahiran
 Tingkat kematian
 Migrasi
 Struktur penduduk menurut sosial ekonomi
 Penyebaran penduduk secara geografis
 Komposisi penduduk menurut usia
 Komposisi penduduk menurut jenis kelamin
 Komposisi penduduk desa kota

Faktor-faktor di atas jelas akan mempengaruhi pada perencanaan dan penyelenggaraan


pendidikan dalam hal-hal sebagai berikut :

-Pemerataaan pendidikan

-Keadilan pendidikan

-Prasarana pendidikan

-Anggaran pendidikan

-Kualitas pendidikan

-Komposisi pendidikan umum dan kejuruan

Selain itu Keterkaitan ilmu demografi dengan pendidikan sangatlah penting. Ketersediaan
data demografi (berupa data sensus, survey, atau data kejadian penting) dapat menjadi acuan dan
membantu dalam merumuskan kebijakan pendidikan, misalnya besarnya anggaran untuk
pendidikan. Akhirnya mengerucut pada kesimpulan bahwa Semakin besar jumlah penduduk,
maka semakin besar jumlah sekolah, guru, sarana prasarana yang harus disediakan oleh
pemerintah untuk memenuhi kebutuhan pendidikan tersebut.

2. Disiplin Ilmu Psikologi

Hubungan psikologi dalam dunia pendidikan sangat erat sebab dalam lingkungan pendidikan
yang menjadi tempat terlibatnya individu yang saling berinteraksi yang akan menimbulkan
gejala-gejala psikologi serta tingkah laku yang berbeda antara yang satu dengan yang lainya.
Salah satu aspek psikologis yang dikaitkan dengan penggunaan perencanaan pendekatan social
demand yaitu melakukan analisis tentang minat atau keinginan warga masyarakat tentang jenis
layanan pendidikan di sekolah.

Analisis tentang minat atau keinginan warga masyarakat tentang jenis layanan pendidikan di
sekolah telah mengarahkan kita kepada definisi minat.
Walgito dalam Ridho (2017) mengatakan bahwa minat adalah suatu kondisi dimana seseorang
mempunyai perhatian terhadap sesuatu dan disertai dengan keinginan untuk mengetahui dan
memperhatikan maupun membuktikan langkah selanjutnya. Minat dan sikap ini menjadi
dasar dari munculnya prasangka, sehingga dalam pengambilan keputusan dibutuhkan minat.
Dan minatlah yang dapat menyebabkan seseorang semangat dalam berusaha mewujudkan
apa yang menarik minatnya. Kemudian faktor motif dalam lingkungan social, artinya minat
timbul karena pengaruh kebutuhan dalam masyarakat sekitar di lingkungan hidupnya bersama-
sama orang lain. memenuhi segala upaya yang menjadi keinginan masyarakat menjadi kunci
timbulnya minat tersebut. Sehingga merencanakan pendidikan dengan terus menjaga kualitas
pendidikan dengan kontinu dengan model pengelolaan yang tepat, adalah hal yang penting
agar secara objektif masyaraat akan menilai dan merawat eksistensi pendidikan.

3. . Disiplin Ilmu Sosiologi

Pendidikan berperan penting dalam menentukan posisi sebuah bangsa di tengah era globalisasi
saat ini. Pendidikan yang berkualitas menjadi kunci peningkatan kualitas sumber daya manusia
yang akan menghantarkan suatu bangsa pada kemajuan.

Perencanaan pendidikan penting juga untuk dilandasi dengan ilmu sosial mengingat pendidikan
nantinya harus menyiapkan generasi yang siap memasuki masyarakat yang berubah menuju
masyarakat berbasis pengetahuan. Ilmu sosial dapat membantu melihat nilai-nilai, budaya, dan
kecenderungan yang ada di masyarakat. Ilmu sosial membantu meningkatkan kepekaan budaya
sehingga rencana pendidikan dengan pembelajaran berbasis multicultural, serta dapat menahan
dampak budaya global yang tanpa batas.

Perencanaan pendidikan perlu mempertimbangkan aspek sosiologis seperti yang dijelaskan


diatas yaitu kebiasaan, adat istiadat dan kebudayaan serta nilai-nilai budaya masyarakat
setempat. Setiap kebijakan yang dituangkan dalam rencana pendidikan yang dilaksanakan akan
mempengaruhi kehidupan sosial dan tingkah laku kelompok masyarakat.

4. . Disiplin Ilmu Ekonomi

Pendidikan dan ekonomi merupakan suatu hal yang berbeda, pendidikan merupakan usaha
memberikan bimbingan dan latihan guna meningkatkan kompetensi-kompetensi yang dimiliki
manusia, sedangkan ekonomi merupakan bidang kehidupan yang berkaitan dengan upaya
manusia memenuhi kebutuhan hidupnya, namun demikian keduanya punya keterkaitan dan
hubungan timbal balik. Pendidikan memerlukan kondisi ekonomi yang menopangnya dan
ekonomi memerlukan pendidikan guna meningkatkan dan membangunnya.

Agar ekonomi masyarakat meningkat diperlukan kualitas sumberdaya manusia yang mampu
mendorong peningkatan kehidupan ekonomi. Kualitas sumberdaya manusia atau human capital
dapat meningkat bila pendidikan berkembang dan berkualitas, dan perkembangan serta kualitas
pendidikan bisa tercapai bila adanya perencanaan pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan
masyakat

 Contoh dari penerapan pendekatan Social Demand adalah


 Wajib Belajar Sekolah Dasar .

Tujuan pendekatan ini adalah untuk memenuhi tuntutan atau permintaan seluruh individu
terhadap pendidikan pada tempat dan waktu tertentu dalam situasi perekonomian politik dan
kebudayan yang ada pada waktu itu. Di mana pada Program Wajib Belajar 9 tahun ini,
pemerintah pusat dalam hal ini Departeman Pendidikan Nasional, untuk menuntaskan progam
wajar 9 tahun ini, pemerintah pusat memberikan bantuan pendidikan kepada siswa yang dikenal
dengan BOS (Bantuan Operasional Sekolah), harapan dari Pemerintah Pusat dengan adannya
program ini, maka seluruh anak bangsa yang ada diseluruh pelosok negeri ini dapat
menikmati/mengenyam pendidikan minimal pendidikan dasar 9 tahun.

 Pembangunan SD Inpres

Di Indonesia pada fase awal Pembanguan LimaTahun (1967/1968) dan pada tahun 1974/1975
Pemerintah dengan wakil-wakil rakyat mulai fokus sadar akan bunyi pasal 31 Bab XIII tentang
pendidikan dalam UUD 1945 yang menyatakan bahwa setiap warga negara berhak mendapatkan
pengajaran. Pesan UUD 1945 dijabarkan lagi oleh MPR dengan merumuskan bahwa
pembangunan pendidikan diletakan pada peningkatan mutu dan perluasan pendidikan dasar
dalam rangka mewujudkan dan memantapkan pelaksanaan wajib belajar,serta meningkatkan
perluasan kesempatan belajar pada tingkat pendidikan menengah,dam gagasan perluasan
pendidikan dasar tersebut berlangsung terus melalui Ketetapan MPR 1978 dan 1983 yang
masing-masing dijabarkan lagi dalam program Repelita ke – III dan ke –IV

Berdasarkan (GBHN) yang ditetapkan oleh MPR dan yang dilandasi oleh UUD 1945, maka
lahirlah Instruksi Presiden mengenai pembangunan SD Inpres. Disamping SD Inpres, pemerintah
menyalurkan anak-anak usia sekolah (wajib belajar ke SD biasa,SD kecil, dan madrasah.

Referensi :

Permana, Johan. 2016. Perencanaan dan Pembiyaan Pendidikan. Tanggerang Selatan:Universitas


Terbuka
winamartiana.wordpress.com. Definisi Perencanaan Pendidikan Text Menurut Prof Dr,
Yusuf Enoch, Bidang Ekonomi Sosial Budaya Serta. Tersedia dari
https://winamartiana.wordpress.com/2011/09/25/definisi-perencanaan-
pendidikan/#:~:text=Menurut%20Prof.%20Dr.%20Yusuf%20Enoch,bidang%20ekonomi
%2C%20sosial%20budaya%20serta (diakses 12 September 2020)
Tersedia dari uharsputra.files.wordpress.com (diakses 12 September 20020)

drarifin.wordpress.com. Konsep PErencanaan Pendekatan dan Model Perencanaan Pendidikan. Tersedia


dari https://drarifin.wordpress.com/2010/07/15/konsep-perencanaan-pendekatan-dan-model-
perencanaan-pendidikan/ (diakses 12 September 20020)

kompilasidata.blogspot.com. Pendekatan Social Demand dalam. Tersedia dari


https://kompilasidata.blogspot.com/2018/04/pendekatan-social-demand-dalam.html (diakses 12
September 20020)

Anda mungkin juga menyukai