wb
Selamat malam bapak…, saya akan mencoba memperbaiki jawaban saya pada sesi 2 ini.
Kita ketahui bahwa kajian tentang konsep perencanaan pendidikan merupakan suatu kajian yang
sangat luas dan kompleks. Diskusikan tentang ilmu apa saja yang terkait dengan perencanaan
pendidikan dan berikan penjelasan mengapa ilmu tersebut memiliki keterkaitan dengan
perencanaan pendidikan salah satunya pendekatan social demand . Berikan contoh.
Jawab
Sebelum saya menjawab pertanyaan tersebut saya akan menjelaskan terlebih dahulu tentang
perencanaan pendidikan.
Perencanan pendidikan merupakan bagian dari manajemen pendidikan. Bagi ahli dan pelaksana
kualitas pemahaman pada bidang pendidikan konsep dasar perencanan pendidikan, pendekatan
dalam perencanan pendidikan dan beragam model perencanaan pendidikan berpengaruh positif
terhadap pelaksanaan pelaksanaan manajemen pendidikan di setiap satuan pendidikan.
sedangkan bagi guru, kualitas pemahaman terhadap ketiga konsep tersebut akan mendukung
pelaksanaan empat komptensi professional guru dalam proses pelayanan kepada peserta didik.
(Johar Permana, dkk. 2016:2.3)
Ketika berbicara tentang perencanaan pendidikan, Ada tujuh konsep penting yang perlu
dipahami, dalam mengawali kajian atau pembahasan tentang konsep perencanan pendidikan,
antara lain: (1) pengertian perencanaan pendidikan; (2) tujuan perencanaan pendidikan; (3)
manfaat perencanaan pendidikan; (4) ruang lingkup perencanaan pendidikan; (5) karakteristik
perencanaan pendidikan; (6) prinsip-prinsip perencanaan pendidikan; dan (7) proses atau tahapan
penyusunan perencanaan pendidikan. Namun tidak akan saya bahas semua.
Menurut Prof. Dr. Yusuf Enoch, Perencanaan Pendidikan, adalah suatu proses yang yang
mempersiapkan seperangkat alternative keputusan bagi kegiatan masa depan yang diarahkan
kepada pencapaian tujuan dengan usaha yang optimal dan mempertimbangkan kenyataan-
kenyataan yang ada di bidang ekonomi, sosial budaya serta menyeluruh suatu Negara.
Menurut Beeby, C.E, Perencanaan Pendidikan adalah suatu usaha melihat ke masa depan ke
masa depan dalam hal menentukan kebijaksanaan prioritas, dan biaya pendidikan yang
mempertimbangkan kenyataan kegiatan yang ada dalam bidang ekonomi, social, dan politik
untuk mengembangkan potensi system pendidikan nasioanal memenuhi kebutuhan bangsa dan
anak didik yang dilayani oleh system tersebut.
Menurut Coombs (1982), Perencanaan pendidikan suatu penerapan yang rasional dianalisis
sistematis proses perkembangan pendidikan dengan tujuan agar pendidikan itu lebih efektif dan
efisien dan efisien serta sesuai dengan kebutuhan dan tujuan para peserta didik dan masyarakat.
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan perencanaan pendidikan adalah proses penyusunan
berbagai keputusan yang akan dilaksanakan pada masa yang akan datang untuk mencapai tujuan
yang telah ditentukan. Keputusan- keputusan itu disusun secara sistematis rasional dan dapat
dibenarkan secara ilmiah karena menerapkan berbagai ilmu pengetahuan yang diperlukan.
Jenis perancanaan menurut waktunya dapat dibedakan menjadi perancanaan pendidikan jangka
panjang, jangka menengah dan jangka pendek; menurut sifatnya mencakup perencanaan
kuantitatif dan perencanaan kualitatif, menurut luas dan besarnya jangkauan meliputi
perencanaan makro, meso, dan mikro; menurut kewenangan pembuatannya terdiri dari
perencanaan yang dibuat di tingkat pusat atau nasional, tingkat propinsi atau regional, dan
tingkat kabupaten/kota; menurut objeknya meliputi perencanaan rutin, dan perencanana
pembangunan; menurut tingkat telaahnya mencakup perencanaan strategis, perencanaan
koordinatif atau manajerial, dan perencanaan oprasional atau teknis; dan dari sudut munculnya
perencanaan, emliputi perenanaan dari bawah (bottom-up), perencanaan dari atas (top-down),
dan gabungan dari keduanya (bottom-up dan top-down).
Menurut para ahli, ada beragam pendekatan perencanaan pendidikan, yaitu: pendekatan
kebutuhan sosial (social demand approach); pendekatan ketenagakerjaan (manpower approach);
pendekatan untung rugi (cost and benefit approach); dan pendekatan keefektifan biaya (cost
effectiveness approach). Berikut ini akan dijelaskan secara singkat keempat pendekatan
perencanan pendidikan tersebut
Perencanaan pendidikan yang menggunakan pendekatan kebutuhan sosial, oleh para ahli disebut
pendekatan yang bersifat tradisional, karena fokus atau tujuan yang hendak dicapai dalam
pendekatan kebutuhan sosial ini lebih menekankan pada: (1) tercapainya pemenuhan kebutuhan
atau tuntutan seluruh individu terhadap layanan pendidikan dasar; (2) pemberian layanan
pembelajaran untuk membebaskan populasi usia sekolah dari tuna aksara (buta huruf); dan (3)
pemberian layanan pendidikan untuk membebaskan rakyat dari rasa ketakutan dari penjajahan,
dari kebodohan dan dari kemiskinan.
Ada beberapa kelebihan dan kekurangan penggunaan pendekatan kebutuhan sosial dalam
perencanaan pendidikan. Diantara sisi positif pendekatan ini antara lain: (1) pendekatan ini lebih
cocok untuk diterapkan pada masyarakat atau negara yang baru merdeka dengan kondisi
kebutuhan sosial, khususnya layanan pendidikan masih sangat rendah atau masih banyak yang
buta huruf; dan (2) pendekatan ini akan lebih cepat dalam memberikan pemerataan layanan
pendidikan dasar yang dibutuhkan pada warga masyarakat, karena keterbelakangan di bidang
pendidikan akibat penjajahan, sehingga layanan pendidikan yang diberikan langsung bersentuhan
dengan kebutuhan sosial yang mendasar yang dirasakan oleh masyarakat.
Sedangkan sisi kelemahan pendekatan kebutuhan sosial ini antara lain: (1) pendekatan ini
cederung hanya untuk menjawab persoalan yang dibutuhkan masyarakat pada saat itu, yaitu
pemenuhan kebutuhan atau tuntutan layanan pendidikan dasar sebesar-besanya, sehingga
mengabaikan pertimbangan efisiensi pembiayaan pendidikan; (2) pendekatan ini lebih
menekankan pada aspek kuantitas (jumlah yang terlayani sebanyak-banyaknya), sehingga kurang
memperhatikan kualitas dan efektivitas pendidikan, oleh karena itu pendekatan ini terkesan lebih
boros; (3) pendekatan ini mengabaikan ciri-ciri dan pola kebutuhan man power yang diperlukan
di sektor kehidupan ekonomi, dengan demikian hasil atau output pendidikan cenderung kurang
bisa memenuhi tuntutan kebutuhan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi terkini; dan (4)
pendekatan ini lebih menekankan pada aspek pemerataan pendidikan (dimensi kuantitatif) dan
kurang mementingkan aspek kualitatif. Disamping itu pendekatan ini kurang memberikan
jawaban yang komprehensif dalam upaya pencapaian tujuan pendidikan, karena lebih
menekankan pada aspek pemenuhan kebutuhan sosial, sementara aspek atau bidang kehidupan
yang lain kurang diperhatikan.
2. Pendekatan ketenagakerjaan
4. Pendekatan integratif
Ada beberapa prinsip yang harus diperhatikan dalam penyusunan perencanaan pendidikan,
antara lain:
Prinsip interdisipliner, yaitu menyangkut berbagai bidang keilmuan atau beragam kehidupan. Hal
ini penting karena hakikat layanan pendidikan kepada peserta didik harus menyangkut berbagai
jenis pengetahuan, beragam ketrampilan dan nilai-norma kehidupan yang berlaku di masyarakat.
Prinsip fleksibel, yaitu bersifat lentur, dinamik dan responsif terhadap perkembangan atau
perubahan kehidupan di masyarakat. Hal ini penting, karena hakikat layanan pendidikan kepada
peserta didik adalah menyiapkan siswa untuk mampu menghadapi perkembangan Ilmu
pengetahuan dan teknologi (Iptek) dan beragam tantangan kehidupan terkini.
Prinsip progress of change, yaitu terus mendorong dan memberi peluang kepada semua warga
sekolah untuk berkarya dan bergerak maju ke depan dengan beragam pembaharuan layanan
pendidikan yang lebih berkualitas, sesuai dengan peranan masing-masing.
Prinsip objektif, rasional dan sistematis, artinya perencanaan pendidikan harus disusun
berdasarkan data yang ada, berdasarkan analisa kebutuhan dan kemanfaatan layanan pendidikan
secara rasional (memungkinkan untuk diwujudkan secara nyata), dan mempunyai sistematika
dan tahapan pencapaian program secara jelas dan berkesinambungan.
Apabila kita mengunakan pendekatan social deman, maka ada beberapa hal yang perlu
dipertimbangkan atau diperhatikan oleh penyusun perencanaan dalam merancang perencanaan
pendidikan, antara lain:
(2) melakukan analisis tentang tingkat partisipasi warga masyarakatnya dalam pelaksanaan
pendidikan, misalnya melakukan analisis persentase penduduk yang berpendidikan dan yang
tidak berpendidikan, yang dapat memberikan kontribusi dalam peningkatan layanan pendidikan
di setiap satuan pendidikan;
(3) melakukan analisis tentang dinamika atau gerak (mobilitas) peserta didik dari sekolah tingkat
dasar sampai perguruan tinggi, misalnya kenaikan kelas, kelulusan, dan dropout;
(4) melakukan analisis tentang minat atau keinginan warga masyarakat tentang jenis layanan
pendidikan di sekolah;
(5) melakukan analisis tentang tenaga pendidik dan kependidikan yang dibutuhkan, dan dapat
difungsikan secara maksimal dalam proses layanan pendidikan; dan
Berdasarakan analisis tersebut maka, maka disiplin ilmu yang terkait dengan dengan
perencanaan pendidikan salah satunya pendekatan social demand yaitu :
Demografi merupakan studi tentang struktur dan komposisi kependudukan. Pendidikan sangat
banyak ditentukan atau dipengaruhi oleh kondidi penduduk, sehingga dalam melakukan suatu
perencanaan pendidikan aspek kependudukan tidak dapat diabaikan, demikian juga dalam hal
pelayanan pendidikan yang pada dasarnya diarahkan untuk kepentingan penduduk (dalam suatu
bangsa/daerah). Beberapa aspek demografi yang penting adalah :
-Pemerataaan pendidikan
-Keadilan pendidikan
-Prasarana pendidikan
-Anggaran pendidikan
-Kualitas pendidikan
Selain itu Keterkaitan ilmu demografi dengan pendidikan sangatlah penting. Ketersediaan
data demografi (berupa data sensus, survey, atau data kejadian penting) dapat menjadi acuan dan
membantu dalam merumuskan kebijakan pendidikan, misalnya besarnya anggaran untuk
pendidikan. Akhirnya mengerucut pada kesimpulan bahwa Semakin besar jumlah penduduk,
maka semakin besar jumlah sekolah, guru, sarana prasarana yang harus disediakan oleh
pemerintah untuk memenuhi kebutuhan pendidikan tersebut.
Hubungan psikologi dalam dunia pendidikan sangat erat sebab dalam lingkungan pendidikan
yang menjadi tempat terlibatnya individu yang saling berinteraksi yang akan menimbulkan
gejala-gejala psikologi serta tingkah laku yang berbeda antara yang satu dengan yang lainya.
Salah satu aspek psikologis yang dikaitkan dengan penggunaan perencanaan pendekatan social
demand yaitu melakukan analisis tentang minat atau keinginan warga masyarakat tentang jenis
layanan pendidikan di sekolah.
Analisis tentang minat atau keinginan warga masyarakat tentang jenis layanan pendidikan di
sekolah telah mengarahkan kita kepada definisi minat.
Walgito dalam Ridho (2017) mengatakan bahwa minat adalah suatu kondisi dimana seseorang
mempunyai perhatian terhadap sesuatu dan disertai dengan keinginan untuk mengetahui dan
memperhatikan maupun membuktikan langkah selanjutnya. Minat dan sikap ini menjadi
dasar dari munculnya prasangka, sehingga dalam pengambilan keputusan dibutuhkan minat.
Dan minatlah yang dapat menyebabkan seseorang semangat dalam berusaha mewujudkan
apa yang menarik minatnya. Kemudian faktor motif dalam lingkungan social, artinya minat
timbul karena pengaruh kebutuhan dalam masyarakat sekitar di lingkungan hidupnya bersama-
sama orang lain. memenuhi segala upaya yang menjadi keinginan masyarakat menjadi kunci
timbulnya minat tersebut. Sehingga merencanakan pendidikan dengan terus menjaga kualitas
pendidikan dengan kontinu dengan model pengelolaan yang tepat, adalah hal yang penting
agar secara objektif masyaraat akan menilai dan merawat eksistensi pendidikan.
Pendidikan berperan penting dalam menentukan posisi sebuah bangsa di tengah era globalisasi
saat ini. Pendidikan yang berkualitas menjadi kunci peningkatan kualitas sumber daya manusia
yang akan menghantarkan suatu bangsa pada kemajuan.
Perencanaan pendidikan penting juga untuk dilandasi dengan ilmu sosial mengingat pendidikan
nantinya harus menyiapkan generasi yang siap memasuki masyarakat yang berubah menuju
masyarakat berbasis pengetahuan. Ilmu sosial dapat membantu melihat nilai-nilai, budaya, dan
kecenderungan yang ada di masyarakat. Ilmu sosial membantu meningkatkan kepekaan budaya
sehingga rencana pendidikan dengan pembelajaran berbasis multicultural, serta dapat menahan
dampak budaya global yang tanpa batas.
Pendidikan dan ekonomi merupakan suatu hal yang berbeda, pendidikan merupakan usaha
memberikan bimbingan dan latihan guna meningkatkan kompetensi-kompetensi yang dimiliki
manusia, sedangkan ekonomi merupakan bidang kehidupan yang berkaitan dengan upaya
manusia memenuhi kebutuhan hidupnya, namun demikian keduanya punya keterkaitan dan
hubungan timbal balik. Pendidikan memerlukan kondisi ekonomi yang menopangnya dan
ekonomi memerlukan pendidikan guna meningkatkan dan membangunnya.
Agar ekonomi masyarakat meningkat diperlukan kualitas sumberdaya manusia yang mampu
mendorong peningkatan kehidupan ekonomi. Kualitas sumberdaya manusia atau human capital
dapat meningkat bila pendidikan berkembang dan berkualitas, dan perkembangan serta kualitas
pendidikan bisa tercapai bila adanya perencanaan pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan
masyakat
Tujuan pendekatan ini adalah untuk memenuhi tuntutan atau permintaan seluruh individu
terhadap pendidikan pada tempat dan waktu tertentu dalam situasi perekonomian politik dan
kebudayan yang ada pada waktu itu. Di mana pada Program Wajib Belajar 9 tahun ini,
pemerintah pusat dalam hal ini Departeman Pendidikan Nasional, untuk menuntaskan progam
wajar 9 tahun ini, pemerintah pusat memberikan bantuan pendidikan kepada siswa yang dikenal
dengan BOS (Bantuan Operasional Sekolah), harapan dari Pemerintah Pusat dengan adannya
program ini, maka seluruh anak bangsa yang ada diseluruh pelosok negeri ini dapat
menikmati/mengenyam pendidikan minimal pendidikan dasar 9 tahun.
Pembangunan SD Inpres
Di Indonesia pada fase awal Pembanguan LimaTahun (1967/1968) dan pada tahun 1974/1975
Pemerintah dengan wakil-wakil rakyat mulai fokus sadar akan bunyi pasal 31 Bab XIII tentang
pendidikan dalam UUD 1945 yang menyatakan bahwa setiap warga negara berhak mendapatkan
pengajaran. Pesan UUD 1945 dijabarkan lagi oleh MPR dengan merumuskan bahwa
pembangunan pendidikan diletakan pada peningkatan mutu dan perluasan pendidikan dasar
dalam rangka mewujudkan dan memantapkan pelaksanaan wajib belajar,serta meningkatkan
perluasan kesempatan belajar pada tingkat pendidikan menengah,dam gagasan perluasan
pendidikan dasar tersebut berlangsung terus melalui Ketetapan MPR 1978 dan 1983 yang
masing-masing dijabarkan lagi dalam program Repelita ke – III dan ke –IV
Berdasarkan (GBHN) yang ditetapkan oleh MPR dan yang dilandasi oleh UUD 1945, maka
lahirlah Instruksi Presiden mengenai pembangunan SD Inpres. Disamping SD Inpres, pemerintah
menyalurkan anak-anak usia sekolah (wajib belajar ke SD biasa,SD kecil, dan madrasah.
Referensi :