Anda di halaman 1dari 1

Saya memiliki kakek dari Bapak (Ompung doli) yang meninggal dunia pada tahun 1974 dan nenek

(ompung boru) meninggal pada tahun 2000, meninggalkan warisan tanah yang belum disertifikatkan
dan belum dibagi ke anak-anaknya hingga sekarang. Tanah tersebut adalah tanah pusaka, yang
diwariskan secara turun-temurun, kakek sayapun mendapatkan tanah tersebut dari warisan kakeknya
artinya sudah ada 5 generasi dihitung sampai dengan generasi saya, kakek saya adalah anak tunggal,
bapak kakek saya anak tunggal, dan kakeknya kakek saya juga anak tunggal, jadi luas tanah yg
diwariskan lumayan lah luasnya. Selama hidup alm. Kakek dan nenek saya tidak meninggalkan surat
wasiat masalah pembagian tanah tersebut.

Almarhum Kakek saya memiliki lima (5) orang anak laki-laki dan dua (2) anak perempuan. Kelima orang
anak laki-laki dari ompung (kakek) saya itu sudah meninggal dunia, termasuk bapak saya sudah
meninggal dunia juga, tinggal 2 anak perempuan yang masih hidup, saya memanggil mereka namboru
(bibi).

Beberapa hari yang lalu saya mendengar kabar dari tetangga kalau istri dari bapatua (abangnya bapak
saya) paling sulung dan kedua bibi saya (namboru) telah mengukur tanah warisan dari kakek saya
tersebut dan rencananya tanah tersebut hendak disertifikatnya atas nama salah satu namboru saya
tanpa meminta persetujuan dan memberi pemberitahuan kepada kami selaku anak –anak dari salah
satu ahli waris (alm. bapak saya) maupun kepada ibu saya sebagai istri dari ahli waris.

Saya merasa tindakan kedua namboru dan istri bapatua saya itu meremehkan posisi kami, mereka mau
bertindak tanpa melibatkan kami, padahal setahu saya aturan dalam adat batak toba tentang hal
pembagian harta warisan yang berhak adalah hanya anak laki-laki sedangkan anak perempuan
mendapat bagian dari orangtua suaminya, kalaupun perempuan mendapatkan itu karena hibah.

Yang mau saya tanyakan kepada agan2, apakah tindakan saya seandainya mereka (namboru dan istri
bapatua saya) membuat sertifikat tanah tersebut atas nama salah satu namboru saya tanpa meminta
persetujuan dari kami (anak dan istri dari salah satu ahli waris) ? dan bagaimana pendapat agan2x
tentang kasus ini dari segi hukum, tolong di komen ya gan, terimakasih banyak

*****

kala ada ahli waris yg udah ada yg meninggal, kedudukan yg udah meninggal digantikan oleh ahli waris
pengganti yg sedarah (anak/cucu/cicitnya yg meninggal).

Anda mungkin juga menyukai