Anda di halaman 1dari 6

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDAPATAN KELUARGA DAN POLA ASUH

DENGAN STATUS GIZI ANAK BALITA DI DESA BONGKUDAI KECAMATAN


MODAYAG BARAT
Rolavensi Djola*

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

ABSTRAK
Data yang diperoleh dari Puskesmas Modayag Barat tahun 2011 didapatkan data mengenai pemantauan
status gizi pada anak balita khususnya di Desa Bongkudai yaitu ada yang berstatus gizi kurang berjumlah 3
anak, dan gizi lebih ada 19 anak. Hal ini masih perlu mendapat penanganan masalah yang sifatnya spesifik.
Suatu penelitian telah dilakukan untuk mengetahui hubungan antara tingkat pendapatan keluarga dan pola
asuh dengan status gizi anak balita di Desa Bongkudai Kecamatan Modayag Barat. Penelitian ini adalah jenis
penelitian observasional analitik dengan rancangan cross sectional / potong lintang. Seluruh anak balita yang
berumur 12-59 bulan di Desa Bongkudai Kecamatan Modayag Barat dan yang dijadikan sampel adalah 117
balita. Hipotesis diuji dengan menggunakan uji korelasi Spearman untuk mengetahui hubungan antara tingkat
pendapatan keluarga dan pola asuh dengan status gizi anak balita berdasarkan BB/U. Hasil penelitian dengan
menggunakkan pengukuran BB/U sebagian besar status gizi anak balita baik (61,5%).
Hasil analisis data menunjukkan tidak ada hubungan bermakna antara tingkat pendapatan keluarga dengan
status gizi, begitu juga pada pola asuh sikap memberi makan dan merawat anak dengan status gizi tidak ada
hubungan bermakna, sedangkan pada praktek memberi makan dan merawat anak dengan status gizi terdapat
hubungan bermakna.

Kata Kunci : Tingkat pendapatan keluarga, pola asuh, status gizi, anak balita

PENDAHULUAN satu penyebab timbulnya kurang gizi pada


Upaya peningkatan kualitas sumber daya anak balita adalah akibat pola asuh anak yang
manusia merupakan suatu proses yang panjang kurang memadai (Soekirman, 2005).
dan berkesinambungan, harus dimulai sejak Tingkat pendapatan keluarga sangat
dini, yaitu sejak manusia masih dalam mempengaruhi tercukupi atau tidaknya
kandungan. Dalam mempersiapkan kebutuhan primer, sekunder, serta perhatian
peningkatan kualitas sumber daya manusia dan kasih sayang yang akan diperoleh anak.
yang sehat, cerdas, terampil, produktif dan Hal tersebut tentu berkaitan erat dengan jumlah
kreatif yang akan meneruskan pembangunan saudara dan pendidikan orang tua. Pendapatan
bangsa harus lebih memperhatikan aspek Keluarga mencakup data sosial seperti keadaan
tumbuh kembang balita, sehingga dalam penduduk suatu masyarakat, keadaan keluarga,
jangka panjang tercipta kesehatan bangsa pendidikan, keadaan perumahan. Data
Indonesia secara nyata (DepKes RI, 2010). ekonomi meliputi pekerjaan, pendapatan,
Masalah gizi dipengaruhi oleh banyak kekayaan, pengetahuan dan harga makanan
faktor yang saling mempengaruhi secara yang tergantung pada pasar dan variasi musim
kompleks. Ditingkat rumah tangga, keadaan (Supariasa dkk, 2002).
gizi dipengaruhi oleh kemampuan rumah Pola asuh merupakan faktor yang erat
tangga menyediakan pangan dalam jumlah dan kaitannya dengan pertumbuhan dan
jenis yang cukup serta pola asuh yang perkembangan anak balita. Masa anak usia
dipengaruhi oleh faktor pendidikan, perilaku balita adalah masa di mana anak masih sangat
dan keadaan kesehatan rumah tangga. Salah membutuhkan suplai makanan dan gizi dalam
jumlah yang cukup memadai. Kekurangan gizi

55
pada masa ini dapat menyebabkan gangguan banyak berumur 24-35 bulan. Dalam
tumbuh kembang secara fisik, mental, sosial menentukan status gizi faktor umur sangat
dan intelektual yang sifatnya menetap dan penting, baik untuk melihat kondisi status gizi
dibawa terus sampai dewasa. Masa anak usia seorang anak (Supariasa dkk, 2002). Anak
12-59 bulan (balita) adalah masa anak-anak anak biasanya menderita bermacam-macam
yang masih tergantung pada perawatan dan infeksi penyakit serta berada dalam status gizi
pengasuhan ibunya. Oleh karena itu pengasuh rendah (Suhardjo, 2003).
kesehatan dan makanan pada tahun pertama Berdasarkan hasil penelitian sebagian
kehidupan sangat penting untuk perkembangan besar ibu tidak bekerja atau ibu rumah tangga
anak (Santoso, 2005). (IRT) yaitu sebanyak 109 orang (94%).
Status gizi sangat berpengaruh pada Pekerjaan orang tua terutama ibu sangat
pertumbuhan dan perkembangan balita. Status penting, karena pola asuh dari seorang ibu
gizi balita merupakan hal penting yang harus sangat mempengaruhi status gizi seorang anak.
diketahui oleh setiap orang tua. Status gizi juga Ibu yang bekerja dirumah alokasi waktunya
berpengaruh pada kecerdasan balita, balita lebih baik dari pada ibu yang bekerja di luar
dengan gizi kurang atau buruk akan memiliki rumah, karena semakin pendek waktu asuh
tingkat kecerdasan yang lebih rendah, nantinya kepada anak, maka semakin sedikit waktu ibu
mereka tidak mampu bersaing (Anonim, 2007). mengasuh dan memberikan hal terbaik kepada
Data yang diperoleh dari Puskesmas anak. Tingkat pendidikan dari orang tua juga
Modayag Barat tahun 2011 didapatkan data sangat mempengaruhi status gizi, dimana
mengenai pemantauan status gizi pada anak makin tinggi tingkat pendidikan orang tua,
balita khususnya di Desa Bongkudai yaitu ada makin baik pula status gizi anaknya, karena
yang berstatus gizi kurang berjumlah 3 anak, orang tua terutama ibu berperan juga dalam
dan gizi lebih ada 19 anak. Berdasarkan uraian pola asuh (Soekirman, 2000) dan berdasarkan
masalah-masalah yang telah dikemukakan, hasil penelitian, tingkat pendidikan ibu lebih
maka penulis merasa tertarik untuk mengetahui banyak SLTA
tentang hubungan tingkat pendapatan keluarga 2. Tingkat Pendapatan Keluarga
dan pola asuh dengan status gizi balita. Tingkat pendapatan keluarga menunjukkan
sebanyak 88 keluarga (75,2%) dengan tingkat
pendapatan tinggi ≤ Rp.1.250.000, dan
METODOLOGI PENELITIAN sebanyak 29 keluarga (24,8%) dengan tingkat
Desain penelitian ini bersifat observasional pendapatan rendah. Rata-rata pekerjaan kepala
analitik, dengan menggunakan rancangan keluarga adalah wiraswasta. Menurut Suhardjo
cross-sectional (studi potong lintang). (1986) dalam Sarah (2006), keadaan ekonomi
Penelitian ini dilakukan di Desa Bongkudai keluarga yang kurang mampu merupakan
Kecamatan Modayag Barat pada bulan Mei – faktor yang kurang mendukung bagi
Agustus 2012. pertumbuhan dan perkembangan anak balita.
Populasi penelitian ini adalah seluruh anak Hal ini disebabkan karena tingkat pendapatan
balita yang berumur (12-59 bulan), subjek dari keluarga sangat berpengaruh terhadap
penelitian ini adalah anak balita dan yang konsumsi pangan kaluarga.
menjadi responden adalah ibu balita di Desa 3. Status Gizi
Bongkudai Kecamatan Modayag Barat yang Status gizi yang baik penting bagi kesehatan
berjumlah 165 balita. Dengan menggunakan dan kesejahteraan setiap orang. Seseorang
rumus (Yamane dalam Notoatmodjo, 1993) hanya akan cukup gizi jika makanan yang
telah didapat besar sampel adalah 117 anak dimakan mampu menyediakan zat penting
balita. Responden adalah ibu balita. yang diperlukan tubuh. Proses pertumbuhan
seorang anak terdiri atas dua proses yang tidak
PEMBAHASAN dapat dipisahkan karena saling mempengaruhi
1. Karateristik Subjek Penelitian salah satunya yaitu proses pertumbuhan yang
Jumlah sampel pada penelitian ini adalah 117 ditandai oleh semakin besarnya ukuran tubuh
anak balita. Berdasarkan hasil yang ada paling yaitu berat badan dan tinggi badan (Santoso

56
dan Rianti, 2004). Klasifikasi status gizi keluarga-keluarga yang membeli pangan dalam
digunakan Z-skor BB/U sebagai batas ambang jumlah sedikit memilih jenis pangan yang
kategori. Standar Deviasi Unit (Z-score) dibeli berakibat kurangnya mutu dan
digunakan untuk meneliti dan memantau keragaman pangan yang diperoleh, sehingga
pertumbuhan serta klasifikasi status gizi. dapat mempengaruhi keadaan gizi anak.
Kecepatan pertumbuhan anak merupakan
kecepatan genetic masing-masing anak, yang 5. Hubungan Sikap Merawat Anak Dengan
juga dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Status Gizi
Berdasarkan hasil penelitian BB/U terdapat Berdasarkan hasil analisis statistik yang
sebesar 7,7% memiliki status gizi buruk, digunakan, sikap dalam merawat anak balita
23,1% memiliki status gizi kurang dan 66,2% diperoleh hasil sikap merawat yang baik
yang memiliki status gizi baik. sebanyak 91,5% dan 8,5% sikap yang cukup.
Dampak dari status gizi yang kurang baik Hasil Uji statistik menunjukkan bahwa tidak
akan mengganggu perkembangan dan terdapat hubungan yang signifikan antara sikap
pertumbuhan fisik balita, seperti balita yang merawat anak dengan status anak balita.
menderita KEP. Pada umumnya penderita KEP Penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian
terjadi marasmus dan kwashiorkor. Apabila yang dilakukan oleh Mardiana (2006), bahwa
keadaan ini tidak segera mendapat perhatian orang tua yang memiliki sikap merawat anak
maka menyebabkan kematian pada penderita yang baik akan mendapatkan status anak yang
KEP. baik pula.
4.Hubungan Antara Tingkat Didalam keluarga pengetahuan dan sikap
Pendapatan dengan Status Gizi ibu yang tanggap serta peduli terhadap
Berdasarkan hubungan tingkat pendapatan pertumbuhan dan perkembangan balitanya
keluarga dengan status gizi dengan indeks sangat diperlukan terutama dalam memilih dan
BB/U didapat bahwa pada keluarga dengan menetukan jenis serta jumlah makanan yang
pendapatan rendah ≤ Rp.1.250.000 berstatus akan dikonsumsi agar balita dini sudah
gizi baik sebanyak 53 orang. Sedangkan pada mengenal dan terbiasa untuk mengkonsumsi
keluarga dengan pendapatan tinggi makanan yang baik dan bergizi. Menurut
>Rp.1.250.000 yang berstatus gizi baik ada 19 walgito (2003) dalam Mardiana, sikap
orang. Jika dilihat dari hasil uji statistik merupakan faktor yang ada dalam diri manusia
dengan menggunakan Uji Spearman, ternyata yang dapat mendorong atau menimbulkan
tidak terdapat hubungan yang signifikan antara perilaku tertentu. Jadi, jika seorang ibu
tingkat pendapatan keluarga dengan status gizi mempunyai sikap yang baik terhadap gizi akan
anak balita. melahirkan perilaku yang baik pula dalam
Penelitian ini sesuai dengan hasil meningkatkan status gizinya, namun pada
penelitian yang dilakukan oleh Novalin (2007), kenyataannya seringkali sikap tidak sejalan
bahwa pendapatan keluarga bukan merupakan dengan tindakan. Seperti dalam hal
faktor yang berhubungan status gizi anak menyediakan kebutuhan pangan bagi keluarga,
balita, namun ada faktor lain yang sangat ibu yang mempunyai pengetahuan gizi yang
berpengaruh terhadap status gizi anak balita. baik, sikap yang baik belum tentu dapat
Penelitian ini bertentangan dengan hasil menyediakan kebutuhan gizi keluarga dengan
penelitian yang dilakukan oleh Sarah (2008), optimal, kadang-kadang faktor ekonomi,
menunjukkan bahwa ada pengaruh pendapatan kondisi sosial budaya di masyarakat menjadi
keluarga terhadap status gizi anak balita. penghambat dalam memenuhi kebutuhan gizi
Artinya, dengan pendapatan keluarga yang tubuh.
besar maka balita pasti akan mendapatkan gizi 6.Hubungan Sikap Memberi Makan
yang baik pula. Anak dengan Status Gizi
Menurut Sajogyo,dkk (1994) dalam Sarah Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak
(2006), hal ini dapat disebabkan pada keluarga- ada hubungan antara sikap memberi makan
keluarga dengan pendapatan tinggi kurang baik anak dengan status gizi. Sikap memberi makan
dalam mengatur belanja keluarga. Ada juga yang baik ada sebanyak 102 orang (87,2%) dan

57
yang cukup ada sebanyak 15 orang (12,8%). bermakna antara sikap merawat anak dengan
Hal ini disebabkan oleh peran orang tua dalam status gizi walaupun tingkat keeratan
sikap memberi makan anak balita , ini juga hubungannya tergolong sangat rendah.
dipengaruhi oleh faktor ketersediaan pangan
dan faktor lingkungan seperti ketersediaan air
bersih didalam rumah. 8.Hubungan Praktek Memberi Makan
Secara teori menurut Husaini (2007) dengan Status Gizi
menjelaskan bahwa budaya juga Hasil Penelitian menunjukkan bahwa ada
mempengaruhi bagaimana cara memberi hubungan yang signifikan antara praktek
makan kepada anak. Ada budaya yang memberi makan dengan status gizi.
mengharuskan orangtua mengontrol makanan Berdasarkan tabel 4.12 yang memiliki praktek
anak sering memaksa anak makan. Cara ini memberi makan yang baik terdapat 45 orang
kurang baik, karena dapat membuat anak takut (38,5%), cukup terdapat 35 orang (29,9%) dan
makan atau sebaliknya makan banyak sehingga yang kurang terdapat 37 orang (31,6%).
kegemukan. Pengasuhan yang baik sangat Penelitian ini sesuai dengan penelitian Suryani
penting untuk dapat menjamin tumbuh (2007) yaitu ada hubungan antara praktek
kembang anak yang optimal. Agar orang tua memberi makan dengan status gizi anak balita,
mampu melakukan fungsinya dengan baik, dimana semakin baik praktek memberi makan
maka perlu memahami tingkatan anak semakin besar pula peluang anak
perkembangan anak, menilai pertumbuhan atau balitanya.
perkembangan anaknya dan mempunyai Situasi makan dapat berpengaruh terhadap
motivasi yang kuat untuk memajukan tumbuh kebiasaan makan, ada anak yang diberi makan
kembang anak, mempunyai pengetahuan cukup secara teratur setiap hari, makan pada tempat
mengenai tumbuh kembang anak. yang nyaman, dan anak makan dengan tertib.
Penelitian ini berbeda dengan hasil Sebaliknya ada pula anak yang diberi makan
penelitian yang dilakukan oleh Suryani (2007) semaunya, sambil jalan-jalan, sambil bermain-
yang menyimpulkan bahwa terdapat hubungan main, dan tergantung kepada pengawasan ibu
yang signifikan atau bermakna pada sikap atau pengasuh. Akibatnya anak akan terbiasa
memberi makan dengan status gizi. sulit untuk makan, berhamburan, atau akan
7.Hubungan Praktek Merawat Anak banyak makanan yang tidak dihabiskan.
dengan Status Gizi Program peningkatan pengasilan harus pula
Berdasarkan tabel 4.10 menunjukkan disertai dengan perubahan pola asuh di dalam
hubungan praktek merawat anak dengan status keluarga berencana membuat ibu-ibu lebih
gizi balita didapatkan yang memiliki praktek jarang melahirkan anak sehingga lebih banyak
merawat anak yang baik sebanyak 33 orang waktu tersedia untuk kegiatan-kegiatan lain.
(47%), cukup sebanyak 29 (24,8%) dan kurang Mendidik ibu-ibu terhadap perkembangan
sebanyak 55 orang (28,2%). Jika dilihat dari anaknya akan meningkatkan konsumsi
hasil uji statistik dengan menggunakan Uji sehingga dapat meningkatkan perkembangan
Spearman, ternyata terdapat hubungan yang anak dalam berbahasa (Anwar, 2009).
signifikan antara praktek merawat anak dengan
status gizi anak balita. KESIMPULAN DAN SARAN
Ada banyak faktor yang mempengaruhi KESIMPULAN
status gizi dan faktor yang secara langsung
mempengaruhi status gizi adalah asupan Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Desa
makanan dan penyakit seperti telah dijelaskan Bongkudai Kecamatan Modayag Barat
dalam faktor-faktor yang mempengaruhi status disimpulkan bahwa:
gizi, baik secara langsung maupun tidak 1. Anak balita di Desa Bongkudai Kecamatan
langsung. Modayag Barat yang berstatus gizi baik
Penelitian ini sesuai dengan hail sebanyak 69,2%, kurang sebanyak 23,1%
penelitian yang dilakukan oleh Wuisan (2005) dan buruk sebanyak 7,7%.
yaitu terdapat hubungan yang signifikan atau

58
2. Tidak terdapat hubungan antara tingkat Almatsier S. 2009. Prinsip Dasar Ilmu Gizi.
pendapatan dengan status gizi anak balita Gramedia Pustaka Utama: Jakarta
di Desa Bongkudai Kecamatan Modayag Anonim. 2010. Tingkat pendapatan keluarga.
Barat. Jakarta
3. Tidak terdapat hubungan antara sikap Arisman, MB. 2004. Gizi Dalam daur
merawat anak dengan status gizi anak Kehidupan. EGC: Jakarta
balita di Desa Bongkudai Kecamatan Azwar A. 2006. Kecenderungan Masalah gizi
Modayag Barat. dan tantangan di Masa Datang.
4. Tidak terdapat hubungan antara sikap (online),
memberi makan dengan status gizi anak (http:www.gizi.net/makalah/makalah
balita di Desa Bongkudai Kecamatan %202.pdf)
Modayag Barat Departemen Kesehatan RI. 2010. Program
5. Terdapat hubungan antara praktek merawat Kelangsungan hidup dan
anak dengan status gizi anak balita di Desa perkembangan Anak Ditinjau Dari
Bongkudai Kecamatan Modayag Barat, Peningkatan Penggunaan ASI dan
dimana semakin baik praktek merawat Pembinaan Tumbuh Kembang AnakI.
anak dengan status gizi semakin baik pula Jakarta: DepKes RI.
gizi anak balitanya. Husaini M. A. 2007. Peranan Gizi dan Pola
6. Terdapat hubungan antara praktek Asuh Dalam Meningkatkan Kualitas
memberi makan anak balita dengan status Tumbuh Kembanga Anak
gizi anak balita di Desa Bongkudai Iriyanto dan Waluyo. 2004. Gizi dan Pola
Kecamatan Modayag Barat, dimana Hidup sehat. Yrama Widya. bandung
semakin baik praktek memberi makan Khomsan A. 2003. Pangan dan Gizi untuk
pada anak semakin besar pula peluang Kesehatan. PT. Grafindo Persada.
anak balitanya untuk menjadi gizi baik. Jakarta
Mardiana. 2005. Hubungan Perilaku Gizi Ibu
Dengan Status Gizi Balita di
SARAN Puskesmas Tanjung Beringin
1. Bagaimanapun pendapatan keluarga, Kecamatan Hinai Kabupaten Langkat.
hendaknya orang tua khususnya ibu tetap FKM USU. Medan
berusaha memperhatikan asupan makanan Moehji, S. 2003. Ilmu Gizi Penanggulangan
bagi anaknya baik kualitas maupun Gizi Buruk 2. Jakarta: PT. Bhtara
kuantitas. Niaga Media.
2. Disarankan kepada ibu untuk tetap Nadesul H.. 1995. Cara Sehat Mengasuh Anak.
memperhatikan asupan gizi anak, baik Puspa Swara. Jakarta
asupan energi maupun protein, selain itu Notoatmodjo S. 1993. Metodologi Penelitian
perlu juga peningkatan kesadaran ibu Kesehatan. PT. Rineka Cipta. Jakarta
dengan diberikan penyuluhan oleh petugas Novalina S. Nadapdap. 2007. Hubungan Sosial
kesehatan agar dapat memperbaiki status Ekonomi dengan Status Gizi Anak
gizi anak yang buruk. Dalam hal ini Balita di Kelurahan Ketang Baru
menyangkut tentang sikap merawat anak Kecamatan Singkil. FK UNSRAT.
dan sikap memberi makan anak balita. Skripsi
3. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut lagi Profil Desa. 2012. Profil Desa Bongkudai.
terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi Bongkudai: Kantor Desa Bongkudai
status gizi anak balita. Purba R.B. 2005. Buku Ajar Program
Implementasi dan Evaluasi Program
Gizi Jilid I. Program Perbaikan Gizi
DAFTAR PUSTAKA Makro Departemen Kesehatan R.I.
Almatsier S. 2004 . Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Manado. Fakultas Kesehatan
Pengenalan Ilmu Gizi. Gramedia Masyarakat
Pustaka Utama: Jakarta

59
Santoso, S. dan Ranti L.A. 2004. Kesehatan Soetjiningsih, Ranuh, 1995. Tumbuh Kembang
dan Gizi. PT.Rineka Cipta: Jakarta Anak. Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Santoso, S. dan Ranti L.A. 2005. Kesehatan Jakarta
dan Gizi. PT.Rineka Cipta: Jakarta Suhardjo. 2003. Perencanaan Pangan dan
Sarah. M. 2008. Skripsi. Hubungan Tingkat Gizi. Bumi Aksara: Jakarta
Sosial Ekonomi dan Pola Asuh Suhardjo. 2006. Perencanaan Pangan dan
Dengan Status Gizi Anak Balita di Gizi. Bumi Aksara: Jakarta
Wilayah Kerja Puskesmas Pantai Suhardjo. 2008. Perencanaan Pangan dan
Cermin Kecamatan Tanjung Pura Gizi. Bumi Aksara: Jakarta
Kabupaten Langkat. FKM USU. Supariasa, Bakri dan Fajar. 2002. Penilaian
Medan Status Gizi. EGC: Jakarta
Sediaoetama. 2004. Ilmu Gizi Jilid I. PT.Dian Sulistijani A.D. 2001. Menjaga Kesehatan
Rakyat: Jakarta Bayi dan Balita. Puspa Swara. Jakarta
Soekirman. 2000. Ilmu Gizi dan Aplikasinya Suryani. 2007. Hubungan Pola Asuh Dengan
Untuk Keluarga dan Masyarakat. Status Gizi Balita. FK UNSRAT.
Yogyakarta: Direktorat Jenderal Skripsi
Pendidikan tinggi Departemen Soetjaningsih dan Ranuh Gde. 1995. Tumbuh
Pendidikan Nasional. Kembang Anak. EGC: Jakarta
Soekirman. 2005. Ilmu Gizi dan Aplikasinya Wuisan F.E. 2005. Hubungan Pola asuh
untuk Keluarga dan Masyarakat. Dengan Status Gizi Pada Anak Balita
Yogyakarta: Direktorat Jenderal Di Wilayah Kerja Puskesmas Tatelu.
Pendidikan Tinggi Departemen FK UNSRAT. Skripsi
Pendidikan Nasional

60

Anda mungkin juga menyukai