KEPERAWATAN
DOSEN : EL RAHMAYATI,.S.Kp,.M.Kes
DISUSUN OLEH :
AYU WANDIRA
1914301101
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat
dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik dan tepat pada
waktunya. Dalam makalah ini membahas mengenai “Model Pendokumentasian Asuhan
Keperawatan”.
Dalam menyelesaikan makalah ini, banyak tantangan dan hambatan yang penulis lalui.
Oleh karena itu, penulis mengucapkan banyak terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam makalah ini. Oleh sebab itu,
penulis meminta pembaca untuk memberikan kritik dan sarannya yang dapat membangun.
Kritik dan saran dari pembaca sangat penulis harapkan untuk menyempurnakan makalah
selanjutnya.
Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan menfaat bagi kita sekalian.
Indonesia, Laos dan Vietnam adalah tiga Negara ASEAN yang belum memiliki
Undang-Undang Praktik Keperawatan. Padahal, Indonesia memproduksi tenaga perawat dalam
jumlah besar. Hal ini mengakibatkan kita tertinggal dari negara-negara Asia, terutama lemahnya
regulasi praktik keperawatan, yang berdampak pada sulitnya menembus globalisasi. Perawat kita
sulit memasuki dan mendapat pengakuan dari negara lain, sementara mereka akan mudah masuk
ke negara kita.
Sementara negara negara ASEAN seperti Philippines, Thailand, Singapore, Malaysia,
sudah memiliki Undang Undang Praktik Keperawatan (Nursing Practice Acts) sejak puluhan
tahun yang lalu.Mereka siap untuk melindungi masyarakatnya dan lebih lebih lagi siap untuk
menghadapi globalisasi perawat asing masuk ke negaranya dan perawatnya bekerja di negara
lain.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Mengetahui apa yang di maksud dengan aspek legal keperawatan.
2. Mengetahui apa yang di maksud legislasi keperawatan.
3. Bagaimana undang undang yang berkaitan dengan praktek keperawatan.
4. Bagaimana perlindungan hukum untuk keperawatan.
5. Bagaimana mencegah masalah hukum.
C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui tentang aspek legal keperawatan.
2. Untuk mengetahui tentang legislasi keperawatan.
3. Untuk mengetahui undang undang yang berkaitan dengan praktek keperawatan.
4. Untuk mengetahui tentang perlindungan hukum untuk keperawatan.
5. Untuk mengetahui cara mencegah masalah hukum.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. DEFINISI IMPLIKASI HUKUM DAN ASPEK LEGAL DOKUMENTASI KEPERAWATAN
A.IMPLIKASI HUKUM
Implikasi Hukum Ø pengertian Implikasi hukum dokumentasi keperawatan dikatakan
mempunyai implikasi hukum apabila dokumentasi keperawatan kesehatan pasien diakui secara hukum
& dapat dijadikan bukti dalam persidangan. Informasi di dalam dokumen tersebut dapat memberi
catatan secara singkat tentang perawatan kesehatan pasien. Ø Agar catatan benar-benar sesuai dengan
standar hukum maka sangat diperlukan aturan pencatatan sebagai berikut : 1. Hendaknya dapat
memahami dasar hukum dari tuntutan malpraktek yang kemungkinan melibatkan para perawat. 2.
Dapat memberikan informasi kondisi pasien secara tepat 3. Buat catatan singkat tentang komunikasi
perawat dengan dokter dan intervensi perawatan yang telah dilakukan. 4. Memperhatikan fakta-
fakta secara tepat dan akurat mengenai penerapan proses keperawatan. 5. Memperhatikan situasi
perawatan pasien dengan jalan mencatat secara rinci. Selain aturan yang ada dalam hukum khususnya
yang berkaitan dengan aspek pendokumentasian maka diperlukan pengetahuan tentang arti hukum
terhadap status atau kondisi pasien. Ø Contoh tuntutan pidana : Tuntutan pidana tentang
pemerkosaan. Catatan perawat pada pemeriksaan dalam alat kelamin (genetalia) dapat diajukan sebagai
bukti dalam persidangan. Ø Contoh tuntutan perdata sbb: Seorang wanita menderita luka bakar serius
karena ledakan kompor di rumahnya kemudian menggugat pabrik kompor. Catatan di ruang gawat
darurat tentang luka bakar tersebut diakui sebagai bukti selama persidangan yang memberikan
kesaksian tentang luas atau derajat luka bakar, perawatan dan pengobatan luka bakar. Pembuatan
catatan harus berdasarkan standar perawatan yang ditetapkan hukum sebagai bentuk perlindungan diri
yang sah dari gugatan hukum. Maka harus diperhatikan hal-hal sebagai berikut: a. Legal (sah).
Disahkan secara hukum. b. Kesalahan. Kerugian individu yang dapat diberikan ganti rugi menurut
hukum biasanya berupa sejumlah uang. c. Kelalaian. Kegagalan menjalankan perawatan dengan baik
atau wajar (yang melampaui batas standar perawatan yang ditetapkan oleh hukum). d. Malpraktik.
Kelalaian profesi atau kegagalan mematuhi standar perawatan yang harus dijalankan oleh seorang
profesional. e. Standar perawatan. Standar perilaku perawatan yang harus dipatuhi oleh seorang
perawat profesional. f. Kewajiban. Tuntutan hukum bagi seseorang untuk mematuhi standar
perawatan guna melindungi orang lain dari risiko gangguan yang tidak wajar. g. Pelanggaran.
Kegagalan untuk menjalankan kewajiban. h. Kelalaian kasual. Kelalaian yang menyebabkan gangguan
nyata pada seseorang. i. Ganti rugi. Ganti rugi yang diminta melalui pengadilan oleh penderita
kecelakaan atau cedera karena kelalaian orang lain. Ganti rugi menunjukkan sejumlah uang sesuai
dengan tingkat gangguan yang diderita penggugat. j. Liabilitas. Keputusan hukum bahwa seseorang
bertanggung jawab atas gugatan pada orang lain dan diwajibkan untuk membayar ganti rugi. Mine coins
- make money: http://bit.ly/money_crypto
Aspek legal keperawatan adalah aspek peraturan perawatan dalam memberikan asuhan
keperawatan sesuai lingkup wewenang dan tanggung jawabnya pada berbagai tatanan pelayanan,
termasuk hak dan kewajibannya yang di atur dalam undang undang keperawatan.
Keperawatan adalah bentuk pelayanan profesional yang merupakan bagian integral dari
pelayanan kesehatan, di dasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan di tujukan pada individu,
keluarga, kelompok dan masyarakat baik sehat maupun sakit yang mencakup seluruh proses
kehidupan manusia.
INTERNATIONAL COUNCIL of NURSES (ICN) mengeluarkan kerangka kerja
kompetensi bagi perawat yang mencakup tiga bidang, yaitu bidang professional, Ethical and
legal practice, bidang care provision and management dan bidang Management Development.
“setiap profesi pada dasarnya memiliki tiga syarat utama yaitu kompetensi yang di peroleh
melalui pelatihan yang ekstensif , komponen intelektual yang bermakna dalam melakukan
tugasnya, dan memberikan pelayan penting kepada masyarakat”.
Aspek legal profesi keperawatan meliputi kewenangan berkaitan dengan izin
melaksanakan praktek profesi. Kewenangan memiliki 2 aspek yaitu kewenangan material dan
kewenangan formal. Kewenangan seseorang di peroleh sejak seseorang memiliki kompetensi
dan kemudian teregristasi (registered nurse) yang di sebut SURAT IJIN PERAWAT (SIP).
Aspek legal keperawatan meliputi:
a.Memberikan kerangka untuk menentukan tindakan keperawatan mana yang sesuai dengan hukum.
b.Membedakan tanggung jawab perawat dengan profesi lain.
c.Membantu menentukan batas-batas kewenangan tindakan keperawatan mandiri.
d.Membantu mempertahankan standar praktek keperawatan dengan meletakkan posisi perawat
memiliki akuntabilitas di bawah hukum.
e.Dalam keadaan darurat mengancam jiwa seseorang, perawat berwenang untuk melakukan
pelayanan kesehatan di luar kewenangan yang di tujukan untuk penyelamatan jiwa.
f. Perawat menjalankan praktek perorangan harus mencantumkan SIPP di ruang prakteknya.
g.Perawat yang memiliki SIPP dapat melakukan asuhan dalam bentuk kunjungan rumah.
h.Persyaratan praktek perorangan sekurang-kurangnya memenuhi:
contoh :
• Pasien dengan masalah yang konplek, situasi perawatan pasien yang membutuhkan
intervensi care, perawatan klien penyakit akut.
Dalam Undang-Undang Kesehatan RI Nomor 36 tahun 2009 Tentang Kesehatan, pada BAB I
Ketentuan Umum pasal 1 tercantum: tenaga Kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan
diri dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan/atau keteranpilan melalui
pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk
melakukan upaya kesehatan. Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan dan/atau serangkaian
kegatan yang dilakukan secara terpadu, terintegrasi dan berkesinambungan untuk memelihara
dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dalam bentuk pencegahan penyakit,
peningkatan kesehatan, pengobatan penyakit dan pemulihan kesehatan oleh pemerintah dan/oleh
masyarakat. Tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang
kesehatan serta memiliki pengetahuan dan atau keterampilan melalui pendidikan di bidang
kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan.
Makna yang dapat diambil dan dipahami dari ketentuan umum yang tercantum dalam
undangundang tersebut diatas adalah bahwa dalam melakukan tugas dan kewenangannya
seorang perawat harus dapat membuat keputusan model asuhan keperawatan yang dilakukan,
prosestersebut dilakukan berdasarkan ilmu pengetahuan keperawata yang dimiliki oleh perawat,
kemampuan tatat kelola masalah yang dimiliki oleh perawat dan kewenangan yang melekat pada
profesi keperawatan. Rangkaian proses tatalaksana masalah keperawatan tersebut digambarkan
dalam suatu lingkaran yang tidak terputus yang terdiri dari mengumpulkan data, memproes data,
umpan balik tentunya untuk menunjang terlaksananya seluruh kegiatan diatas diperlukan upaya
pencatatan dan pendokumentasian yang baik.
BAB II
BAB III
MANAJEMEN RESIKO PENDOKUMENTASIAN KEPERAWATAN
anajemen risiko mulai diperkenalkan di bidang keselamatan dan kesehatan kerja pada era tahun
1980-an setelah berkembangnya teori accident model dari ILCI dan juga semakin maraknya isu
lingkungan dan kesehatan. Manajemen risiko bertujuan untuk minimisasi kerugian dan
meningkatkan kesempatan ataupun peluang. Bila dilihat terjadinya kerugian dengan
teori accident model dari ILCI,maka manajemen risiko dapat memotong mata rantai kejadian
kerugian tersebut,sehingga efek dominonya tidak akan terjadi. Pada dasarnya manajemen risiko
bersifat pencegahan terhadap terjadinya kerugian maupun ‘accident’.
Ruang lingkup proses manajemen risiko terdiri dari:
Pelaksanaan manajemen risiko haruslah menjadi bagian integral dari pelaksanaan sistem
manajemen perusahaan/ organisasi. Proses manajemen risiko Ini merupakan salah satu langkah
yang dapat dilakukan untuk terciptanya perbaikan berkelanjutan (continuous improvement).
Proses manajemen risiko juga sering dikaitkan dengan proses pengambilan keputusan dalam
sebuah organisasi.
Manajemen risiko adalah metode yang tersusun secara logis dan sistematis dari suatu rangkaian
kegiatan:penetapan konteks,identifikasi,analisa,evaluasi,pengendalian serta komunikasi risiko.
Proses ini dapat diterapkan di semua tingkatan kegiatan,jabatan,proyek,produk ataupun asset.
Manajemen risiko dapat memberikan manfaat optimal jika diterapkan sejak awal kegiatan.
Walaupun demikian manajemen risiko seringkali dilakukan pada tahap pelaksanaan ataupun
operasional kegiatan.
Berikut ini berbagai risiko yang dihadapi di ruangan perawatan;
Tidak dipasangnya side rail
Bel pasien tidak berfungsi
Bel pintu masuk berbunyi tidak ada yang peduli
Selang waktu antara panggilan/bel pasien dengan datangnya perawat lama
Tabung oksigen kosong
Kunjungan di luar waktu berkunjung yang telah ditentukan
Brankar tidak memiliki tabung O2
Pemberian obat tidak menerapkan prinsip pemberian obat yang banar
Kurang perhatian terhadap laporan penunggu pasien atau tenaga penunjang
Pemberian transfusi Tujuan dari manajemen risiko; Modul MK. Dokumentasi
Keperawatan/ElR 6
Melakukan pengkajian dan mencari pemecahan masalah terhadap masalh potensial sebelum
masalah tersebut benar-benar terjadi.
Mengidentifikasi berbagai variabel kualitas asuhan yang membahayakan.
Mengkoreksi atau meminimalkan untuk mencegah terjadinya masalah.
Prinsip manajemen resiko dan pendokumentasiannya
1. Mengetahui dan mengikuti kebijakan setempat tentang tata cara pendokumentasian, baik
pendokumentasian pada kejadian biasa (rutinitas) ataupun kejadian yang luar biasa (KLB).
Perawat sebaiknya menggunaan format yang baku untuk pengisiannya. Tiap rumah sakit
mempunyai format baku dan cara pengisian yang berbeda, walaupun item dalam tiap format
relatif sama.
2. Dokumentasikan seluruh data dasar secara lengkap dan komprehensif. Dokumentasi ini
merupakan dasar untuk memberikan pelayanan keperawatan yang tepat dan sesuai dengan
kebutuhan pasien. Data dasar ini meliputi pengkajian, pemeriksaan fisik, psikologis dan spiritual
serta data lain yang terkait.
3. Dokumentasikan semua faktor resiko dan data lain yang dapat mengakibatkan keterbatasan
fisik tertentu, seperti; alat bantu berjalan, protesa, kruk dll.
4. Dokumentasikan semua tindak lanjut secara akurat, lengkap, dalam waktu yang pasti dan cara
yang setepat mungkin. Ini merupakan cara yang baik untuk menunjukkan bahwa masalah telah
diidentifikasi dan pemecahan masalah telah dilakukan.
5. Deskripsi perilaku pasien secar objektif, terutama jika perilakunya menyimpang, obstrutif dan
destruktif. Sebagai contoh; pasien meolak untuk menebus setiapresp dokter yang diberikan atau
perilaku mengunci diri di kamar mandi selama waktu pemberian obat.
6. Jangan gunakan isi dokumen sebagai bahan pergunjingan atau bahan pertikaian. Ingatlah
bahwa dokumentasi tersebut adalah catatan perawatan dan perkembangan status kesehatan
pasien dan bukan bahan komentar staf.
7. Tulislah catatan tersebut dengan rapi, jelas dan gunakanlah tatabahasa yang benar. Biasanya
pernyataan yang panjang atau luas akan sulit dibaca atau dimengerti oleh orang lain, bahkan
tidak berguna. Tulislah yang tidak dapat dapat dibaca karena ejaan tidak jelas disebut sebagai
data yang tidak realibel dan validitasnya akan dapat dipertanyakan karena besarnya
kemungkinan terjadinya kesalahan. Langkah-langkah proses manajemen risiko;
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Aspek legal keperawatan adalah aspek peraturan perawatan dalam memberikan asuhan
keperawatan sesuai lingkup wewenang dan tanggung jawabnya pada berbagai tatanan pelayanan,
termasuk hak dan kewajibannya yang di atur dalam undang undang keperawatan.
Keperawatan adalah bentuk pelayanan profesional yang merupakan bagian integral dari
pelayanan kesehatan, di dasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan di tujukan pada individu,
keluarga, kelompok dan masyarakat baik sehat maupun sakit yang mencakup seluruh proses
kehidupan manusia.
Aspek legal profesi keperawatan meliputi kewenangan berkaitan dengan izin
melaksanakan praktek profesi.
Legislasi Keperawatan adalah proses pembuatan undang-undang atau penyempurnaan
perangkat hukumyang sudah ada yang mempengaruhi ilmu dan kiat dalam praktik keperawatan
B. SARAN
Dalam prakteknya perawat dituntut untuk tanggap dalam memberikan asuhan
keperawatan pada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat dalam menyelesaikan masalah
kesehatan dan kompleks, memberikan tindakan keperawatan langsung, pendidikan, nasehat,
konseling, dalam rangka penyelesaian masalah keperawatan melalui pemenuhan kebutuhan dasar
manusia dalam upaya memandirikan sistem klien, memberikan pelayanan keperawatan disarana
kesehatan dan tatanan lainnya, memberikan pengobatan dan tindakan medik terbatas, pelayanan
KB, imunisasi, pertolongan persalinan normal dan menulis permintaan obat, melaksanakan
program pengobatan secara tertulis dari dokter. Untuk menunjang kegiatan tersebut seorang
perawat diharapkan terdaftar pada badan resmi baik milik pemerintah maupun non pemerintah.
DAFTAR PUSTAKA
1. Dikutip dari ” Hand Out Aspek Legal & Manajemen Resiko dalam pendokumentasian
Keperawatan” Sulastri.
2. www.jaringankomputer.org/aspek-legal-asuhan-keperawatan-pada-asuhan-profesikeperawatan/
3. makalah-aspek-legal-keperawatan.html
4. Budi sampurna, pakar hukum kesehatan UI 2006
5. Menurut Sand,Robbles1981