Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH ASPEK LEGAL DAN ETIS DOKUMENTASI

KEPERAWATAN

DOSEN : EL RAHMAYATI,.S.Kp,.M.Kes

DISUSUN OLEH :

AYU WANDIRA

1914301101

POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNG KARANG


JURUSAN KEPERAWATAN TANJUNGKARANG
PRODI D.IV KEPERAWATAN TANJUNGKARANG
TAHUN AKADEMIK 2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat
dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik dan tepat pada
waktunya. Dalam makalah ini membahas mengenai “Model Pendokumentasian Asuhan
Keperawatan”.
Dalam menyelesaikan makalah ini, banyak tantangan dan hambatan yang penulis lalui.
Oleh karena itu, penulis mengucapkan banyak terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam makalah ini. Oleh sebab itu,
penulis meminta pembaca untuk memberikan kritik dan sarannya yang dapat membangun.
Kritik dan saran dari pembaca sangat penulis harapkan untuk menyempurnakan makalah
selanjutnya.
Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan menfaat bagi kita sekalian.

Bandar Lampung, 30 Januari 2020


BAB I
PENDAHULUAN
A.      LATAR BELAKANG
            Aspek legal dapat didefinisikan sebagai studi kelayakan yang mempermasalahkan
keabsahan suatu tindakan ditinjau dan hukum yang berlaku di Indonesia. Asuhan keperawatan
(askep) merupakan aspek legal bagi seorang perawat walaupun format model asuhan
keperawatan di berbagai rumah sakit berbeda-beda. Aspek legal dikaitkan dengan dokumentasi
keperawatan merupakan bukti tertulis terhadap tindakan yang sudah dilakukan sebagai bentuk
asuhan keperawatan pada pasien/keluarga/kelompok/komunitas. Pendokumentasian sangat
penting dalam perawatan kesehatan saat ini. Edelstein (1990) mendefinisikan dokumentasi
sebagai segala sesuatu yang ditulis atau dicetak yang dipercaya sebagai data untuk disahkan
orang. Rekam medis haruslah menggambarkan secara komprehensif dari status kesehatan dan
kebutuhan klien, boleh dikatakan seluruh tindakan yang diberikan untuk perawatan klien.
Pendokumentasian yang baik harus menggambarkan tidak hanya kualitas dari perawatan tetapi
juga data dari setiap pertanggung jawaban anggota tim kesehatan lain dalam pemberian
perawatan. Dokumentasi keperawatan adalah informasi tertulis tentang status dan perkembangan
kondisi kesehatan pasien serta semua kegiatan asuhan keperawatan yang dilakukan oleh perawat
(Fischbach, 1991).
            Aspek legal keperawatan pada kewenangan formalnya adalah izin yang memberikan
kewenangan kepada penerimanya untuk melakukan praktek profesi  perawat yaitu Surat Ijin
Kerja (SIK) bila bekerja di suatu institusi dan Surat Ijin Praktek Perawat (SIPP) bila bekerja
secara perseorangan atau berkelompok. Kewenangan itu, hanya di berikan kepada orang yang
memiliki kemampuan. Namun, memiliki kemampuan tidak berarti memiliki kewenangan.
            Dalam profesi  kesehatan hanya kewenangan yang bersifat umum saja yang di atur oleh
Departement Kesehatan sebagai penguasa segala keprofesian di bidang kesehatan dan
kedokteran. Sementara itu, kewenangan yang bersifat khusus dalam arti tindakan kedokteran
atau kesehatan tertentu di serahkan kepada profesi masing-masing. Hal ini juga menyebabkan
semua perawat dianggap sama pengetahuan dan ketrampilannya, tanpa memperhatikan latar
belakang ilmiah yang mereka miliki.
Tanggal 12 Mei adalah Hari Keperawatan Sedunia. Di Indonesia, momentum tersebut akan
digunakan untuk mendorong berbagai pihak mengesahkan Rancangan Undang-Undang Praktik
keperawatan. Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) menganggap bahwa keberadaan
Undang-Undang akan memberikan perlindungan hukum bagi masyarakat terhadap pelayanan
keperawatan dan profesi perawat.
          

  Indonesia, Laos dan Vietnam adalah tiga Negara ASEAN yang belum memiliki
Undang-Undang Praktik Keperawatan. Padahal, Indonesia memproduksi tenaga perawat dalam
jumlah besar. Hal ini mengakibatkan kita tertinggal dari negara-negara Asia, terutama lemahnya
regulasi praktik keperawatan, yang berdampak pada sulitnya menembus globalisasi. Perawat kita
sulit memasuki dan mendapat pengakuan dari negara lain, sementara mereka akan mudah masuk
ke negara kita.
Sementara negara negara ASEAN seperti Philippines, Thailand, Singapore, Malaysia,
sudah memiliki Undang Undang Praktik Keperawatan (Nursing Practice Acts) sejak puluhan
tahun yang lalu.Mereka siap untuk melindungi masyarakatnya dan lebih lebih lagi siap untuk
menghadapi globalisasi perawat asing masuk ke negaranya dan perawatnya bekerja di negara
lain.
B.      RUMUSAN MASALAH
1.      Mengetahui  apa yang di maksud dengan aspek legal keperawatan.
2.      Mengetahui apa yang di maksud legislasi keperawatan.
3.      Bagaimana undang undang yang berkaitan dengan praktek keperawatan.
4.      Bagaimana perlindungan hukum untuk keperawatan.
5.      Bagaimana mencegah masalah hukum.          
C.      TUJUAN
1.      Untuk mengetahui tentang aspek legal keperawatan.
2.      Untuk mengetahui tentang legislasi keperawatan.
3.      Untuk mengetahui undang undang yang berkaitan dengan praktek keperawatan.
4.      Untuk mengetahui tentang perlindungan hukum untuk keperawatan.
5.      Untuk mengetahui cara mencegah masalah hukum.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. DEFINISI IMPLIKASI HUKUM DAN ASPEK LEGAL DOKUMENTASI KEPERAWATAN
A.IMPLIKASI HUKUM

Implikasi Hukum Ø  pengertian                             Implikasi hukum dokumentasi keperawatan dikatakan
mempunyai implikasi hukum apabila dokumentasi keperawatan kesehatan pasien diakui secara hukum
& dapat dijadikan bukti dalam persidangan. Informasi di dalam dokumen tersebut dapat memberi
catatan secara singkat tentang perawatan kesehatan pasien. Ø  Agar catatan benar-benar sesuai dengan
standar hukum maka sangat diperlukan aturan pencatatan sebagai berikut : 1.        Hendaknya dapat
memahami dasar hukum dari tuntutan malpraktek yang kemungkinan melibatkan para perawat. 2.      
Dapat memberikan informasi kondisi pasien secara tepat 3.       Buat catatan singkat tentang komunikasi
perawat dengan dokter dan intervensi perawatan yang  telah dilakukan. 4.       Memperhatikan fakta-
fakta secara tepat dan akurat mengenai penerapan proses keperawatan. 5.        Memperhatikan situasi
perawatan pasien dengan jalan mencatat secara rinci. Selain aturan yang ada dalam hukum khususnya
yang berkaitan dengan aspek pendokumentasian maka diperlukan pengetahuan tentang arti hukum
terhadap status atau kondisi pasien. Ø  Contoh tuntutan pidana : Tuntutan pidana tentang
pemerkosaan. Catatan perawat pada pemeriksaan dalam alat kelamin (genetalia) dapat diajukan sebagai
bukti dalam persidangan. Ø  Contoh tuntutan perdata  sbb: Seorang wanita menderita luka bakar serius
karena ledakan kompor di rumahnya kemudian menggugat pabrik kompor. Catatan di ruang gawat
darurat tentang luka bakar tersebut diakui sebagai bukti selama persidangan yang memberikan
kesaksian tentang luas atau derajat luka bakar, perawatan dan pengobatan luka bakar. Pembuatan
catatan harus berdasarkan standar perawatan yang ditetapkan hukum sebagai bentuk perlindungan diri
yang sah dari gugatan hukum. Maka harus diperhatikan hal-hal sebagai berikut: a.       Legal (sah).
Disahkan secara hukum. b.       Kesalahan. Kerugian individu yang dapat diberikan ganti rugi menurut
hukum biasanya berupa sejumlah uang. c.        Kelalaian. Kegagalan menjalankan perawatan dengan baik
atau wajar (yang melampaui batas standar perawatan yang ditetapkan oleh hukum). d.      Malpraktik.
Kelalaian profesi atau kegagalan mematuhi standar perawatan yang harus dijalankan oleh seorang
profesional. e.       Standar perawatan. Standar perilaku perawatan yang harus dipatuhi oleh seorang
perawat profesional. f.       Kewajiban. Tuntutan hukum bagi seseorang untuk mematuhi standar
perawatan guna melindungi orang lain dari risiko gangguan yang tidak wajar. g.      Pelanggaran.
Kegagalan untuk menjalankan kewajiban. h.      Kelalaian kasual. Kelalaian yang menyebabkan gangguan
nyata pada seseorang. i.        Ganti rugi. Ganti rugi yang diminta melalui pengadilan oleh penderita
kecelakaan atau cedera karena kelalaian orang lain. Ganti rugi menunjukkan sejumlah uang sesuai
dengan tingkat gangguan yang diderita penggugat. j.        Liabilitas. Keputusan hukum bahwa seseorang
bertanggung jawab atas gugatan pada orang lain dan diwajibkan untuk membayar ganti rugi. Mine coins
- make money: http://bit.ly/money_crypto

Mine coins - make money: http://bit.ly/money_crypto

            Aspek legal keperawatan adalah aspek peraturan perawatan dalam memberikan asuhan
keperawatan sesuai lingkup wewenang dan tanggung jawabnya pada berbagai tatanan pelayanan,
termasuk hak dan kewajibannya yang di atur dalam undang undang keperawatan.
Keperawatan adalah bentuk pelayanan profesional  yang merupakan bagian integral dari
pelayanan kesehatan, di dasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan di tujukan pada individu,
keluarga, kelompok dan masyarakat baik sehat maupun sakit yang mencakup seluruh proses
kehidupan manusia.
INTERNATIONAL COUNCIL of NURSES (ICN) mengeluarkan kerangka kerja
kompetensi bagi perawat yang mencakup tiga bidang, yaitu bidang professional,  Ethical and
legal practice, bidang care provision and management dan bidang Management Development.
“setiap profesi pada dasarnya memiliki tiga syarat utama yaitu kompetensi yang di peroleh
melalui pelatihan yang ekstensif , komponen intelektual yang bermakna dalam melakukan
tugasnya, dan memberikan pelayan penting kepada masyarakat”.
            Aspek legal profesi keperawatan meliputi kewenangan berkaitan dengan izin
melaksanakan praktek profesi. Kewenangan memiliki 2 aspek yaitu kewenangan material dan
kewenangan formal. Kewenangan seseorang di peroleh sejak seseorang memiliki kompetensi
dan kemudian teregristasi (registered nurse) yang di sebut SURAT IJIN PERAWAT (SIP).
Aspek legal keperawatan meliputi:
a.Memberikan kerangka untuk menentukan tindakan keperawatan mana yang sesuai dengan hukum.
b.Membedakan tanggung jawab perawat dengan profesi lain.
c.Membantu menentukan batas-batas kewenangan tindakan keperawatan mandiri.
d.Membantu mempertahankan standar praktek keperawatan dengan meletakkan posisi perawat
memiliki akuntabilitas di bawah hukum.
e.Dalam keadaan darurat mengancam jiwa seseorang, perawat berwenang untuk melakukan
pelayanan kesehatan di luar kewenangan yang di tujukan untuk penyelamatan jiwa.
f. Perawat menjalankan praktek perorangan harus mencantumkan SIPP di ruang prakteknya.
g.Perawat yang memiliki SIPP dapat melakukan asuhan dalam bentuk kunjungan rumah.
h.Persyaratan praktek perorangan sekurang-kurangnya memenuhi:

1.  Tempat praktek memenuhi syarat,


2.   Memiliki perlengkapan peralatan dan administrasi termasuk formulir atau buku kunjungan,
catatan tindakan, dan formulir rujukan.

contoh :
• Pasien dengan masalah yang konplek, situasi perawatan pasien yang membutuhkan
intervensi care, perawatan klien penyakit akut.

Dalam Undang-Undang Kesehatan RI Nomor 36 tahun 2009 Tentang Kesehatan, pada BAB I
Ketentuan Umum pasal 1 tercantum: tenaga Kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan
diri dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan/atau keteranpilan melalui
pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk
melakukan upaya kesehatan. Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan dan/atau serangkaian
kegatan yang dilakukan secara terpadu, terintegrasi dan berkesinambungan untuk memelihara
dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dalam bentuk pencegahan penyakit,
peningkatan kesehatan, pengobatan penyakit dan pemulihan kesehatan oleh pemerintah dan/oleh
masyarakat. Tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang
kesehatan serta memiliki pengetahuan dan atau keterampilan melalui pendidikan di bidang
kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan.
Makna yang dapat diambil dan dipahami dari ketentuan umum yang tercantum dalam
undangundang tersebut diatas adalah bahwa dalam melakukan tugas dan kewenangannya
seorang perawat harus dapat membuat keputusan model asuhan keperawatan yang dilakukan,
prosestersebut dilakukan berdasarkan ilmu pengetahuan keperawata yang dimiliki oleh perawat,
kemampuan tatat kelola masalah yang dimiliki oleh perawat dan kewenangan yang melekat pada
profesi keperawatan. Rangkaian proses tatalaksana masalah keperawatan tersebut digambarkan
dalam suatu lingkaran yang tidak terputus yang terdiri dari mengumpulkan data, memproes data,
umpan balik tentunya untuk menunjang terlaksananya seluruh kegiatan diatas diperlukan upaya
pencatatan dan pendokumentasian yang baik.
BAB II

A.Aspek Etik Keperawatan


     prinsip etika keperawatan dalam memberikan layanan keperawatan kepada individu,
kelompok atau keluarga dan masyarakat, yaitu :
1.      Otonomi (Autonomi) prinsip otonomi didasarkan pada keyakinan bahwa individu mampu
berpikir logis dan mampu membuat keputusan sendiri. Penulis menggunakan prinsip ini untuk
memberikan hak kepada klien dalam meberikan keputusan sendiri untuk ikut serta sebagai
sasaran asuhan penulis.
2.      Beneficience (Berbuat Baik) prinsip ini menuntut penulis untuk melakukan hal yang baik
dengan begitu dapat mencegah kesalahan atau kejahatan. Penulis menggunakan prinsip ini
sebagai perawat untuk memberikan tindakan dalam asuhan keperawatan kepada klien dengan
baik.
3.      Justice (Keadilan) nilai ini direfleksikan dalam praktek professional ketika perawat bekerja
untuk terapi yang benar sesuai hukum, standar praktik dan keyakinan yang benar untuk
memperoleh kualitas pelayanan kesehatan. Penulis akan menuliskan hasil didalam dokumentasi
asuhan keperawatan sesuai dengan hukum dan standar praktik keperawatan.
4.      Nonmaleficince (tidak merugikan) prinsip ini berarti tidak menimbulkan bahaya/cedera fisik
dan psikologis pada klien. Penulis akan sangat memperhatikan kondisi klien agar tidak
menimbulkan bahaya atau cidera fisik pada saat dilakukan tindakan keperawatan.
5.      Veracity (Kejujuran) nilai ini bukan cuman dimiliki oleh perawat namun harus dimiliki oleh
seluruh pemberi layanan kesehatan untuk menyampaikan kebenaran pada setiap klien untuk
meyakinkan agar klien mengerti. Informasi yang diberikan harus akurat, komprehensif, dan
objektif. Penulis akan menggunakan Kebenaran yang merupakan dasar membina hubungan
saling percaya. Klien memiliki otonomi sehingga mereka berhak mendapatkan informasi yang ia
ingin tahu dari penulis.
6.      Fidelity (Menepati janji) tanggung jawab besar seorang perawat adalah meningkatkan
kesehatan, mencegah penyakit, memulihkan kesehatan, dan meminimalkan penderitaan. Untuk
mencapai itu penulis harus memiliki komitmen menepati janji dan menghargai komitmennya
kepada orang lain.
7.      Confidentiality (Kerahasiaan) penulis akan menjaga informasi Dokumentasi klien tentang
keadaan kesehatan klien hanya bisa dibaca guna keperluan pengobatan dan peningkatan
kesehatan klien. Diskusi tentang klien diluar area pelayanan harus dihindari.
8.      Accountability (Akuntabilitasi) akuntabilitas adalah standar yang pasti bahwa tindakan seorang
profesional dapat dinilai dalam situasi yang tidak jelas atau tanda tekecuali. Penulis
menggunakan prinsip ini untuk memberikan jawaban kepada otoritas yang lebih tinggi atas
tindakan yang telah diberikan oleh penulis kepada klien.
3.       Pengertian legislasi dalam keperawatan.
Legislasi Keperawatan adalah proses pembuatan undang-undang atau penyempurnaan perangkat
hokum yang sudah ada yang mempengaruhi ilmu dan kiat dalam praktik keperawatan.
Prinsip dasar legislasi untuk praktik keperawatan, yaitu:
a.       Harus jelas membedakan tiap katagori tenaga keperawatan.
b.      Badan yang mengurus legislasi bertanggung jawab aatas system keperawatan.
c.       Pemberian lisensi berdasarkan keberhasilan pendidikan dan ujian sesuai ketetapan.
d.      Memperinci kegiatan yang boleh dan tidak boleh dilakukan perawat.
         i.      Fungsi legislasi keperawatan, yaitu:
e.       Memberi perlindungan  kepada masyarakat terhadap pelayanan keperawatan yang diberikan.
f.       Memelihara  kualitas layanan keperawatan yang diberikan.
g.      Memberi kejelasan batas kewenangan setiap katagori tenaga keperawatan.
h.      Menjamin adanya perlindungan hukum bagi perawat.
i.        Memotivasi pengembangan profesi.
j.        Meningkatkan proffesionalisme tenaga keperawatan.

4.       UNDANG UNDANG tentang keperawatan.


Undang-undang praktik keperawatan sudah lama menjadi bahan diskusi para perawat. PPNI pada
kongres Nasional ke duanya di Surabaya tahun 1980 mulai merekomendasikan perlunya bahan-
bahan perundang-undangan untuk perlindungan hukum bagi tenaga keperawatan. Tidak adanya
Undang-Undang perlindungan bagi perawat menyebabkan perawat secara penuh belum dapat
bertanggung jawab terhadap pelayanan yang mereka lakukan.
Hal ini juga menyebabkan semua perawat dianggap sama pengetahuan dan ketrampilannya,
tanpa memperhatikan latar belakang ilmiah yang mereka miliki. UU dan peraturan lainnya yang
ada di Indonesia yang berkaitan dengan praktek keperawatan :
a)        UU No. 9 tahun 1960, tentang pokok-pokok kesehatan.
 Bab II (tugas Pemerintah), pasal 10 antara lain menyebutkan bahwa pemerintah mengatur
kedudukan hukum, wewenang dan kesanggupan hukum.
b)      UU No. 6 tahun 1963 tentang tenaga kesehatan.
UU ini merupakan penjabaran dari UU No. 9 tahun 1960. UU ini membedakan tenaga kesehatan
sarjana dan bukan sarjana. Tenaga sarjana meliputi dokter, doter gigi dan apoteker. Tenaga
perawat termasuk dalam tenaga bukan sarjana atau tenaga kesehatan dengan pendidikan rendah,
termasuk bidan dan asisten farmasi dimana dalam menjalankan tugas dibawah pengawasan
dokter, dokter gigi dan apoteker. Pada keadaan tertentu kepada tenaga pendidik rendah dapat
diberikaqn kewenangan terbats untuk menjalankan pekerjaannya tanpa pengawasan langsung.
c)       UU kesehatan No. 14 tahun 1964, tentang wajib keja paramedis.
Pada pasal 2,ayat (3) dijelasakan bahwa tenaga kesehatan sarjana muda, menengah dan rendah
wqajib menjalankan wajib kerja pada pemerintah selama 3 tahun. Dalam pasal 3 dihelaskan
bahwa selama bekerja pada pemerintah, tenaga kesehatan yang dimaksut pada pasal 2 memiliki
kedudukan sebagain pegawai negeri sehingga peraturan-peraturan pegawai negeri juga
diberlakukan terhadapnya. UU ini untuk saat ini sudah tidak sesuai dengan kemampuan
pemerintah dalam mengangkat pegawai negeri.
Yang perlu diperhatikan dalam UU ini, lagi posisi perawat dinyatakan sebagai tenaga kerja
pembantu bagi tenaga kesehatan akademis termasuk dokter, sehingga dari aspek
profesionalisasian, perawat rasanya masih jauh dari kewenangan tanggung jawab terhadap
pelayanannya sendiri.
d)      SK Menkes No. 262/per/VII/1979 tahun 1979.
Membedakan para medis menjadi dua golongan yaitu paramedic keperawatan (termasuk bidan)
dan paramedic non keperawata. Dari aspek hukum, sartu hal yang perlu dicatat disini bahwa
tenaga bidan tidak lagi terpisah tetapi juga termasuk kategori tenaga keperawatan.
e)      UU kesehatan No. 23 tahun 1992
Merupakan UU yang banyak member kesempatan bagi perkembangan termasuk praktik
keperawatan professional karena dalam UU ini dinyatakan tentang standar praktik, hak-hak
pasien, kewenangan, maupun perlindungan hukum bagi profesi kesehatan termasuk keperawatan.
Beberapa pernyataan UU kes. No. 23 Th. 1992 yang dapat dipakai sebagai acuan pembuatan UU
praaktik keperawatan adalah :
1)      Pasal 32 ayat 4
Pelaksanaan pengobatan dan atau perawatan berdasarkan ilmu kedokteran dan ilmu keperawatan,
hanya dapat dilaksanakan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan
untuk itu.
2)      Pasal 53 ayat I
Tenaga kesehatan berhak memperoleh perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas sesui
dengan profesinya.
3)      Pasal 53 ayat 2
Tenaga kesehatan dalam melakukan tugasnya berkewajiban untuk mematuhi standar profesi dan
menghormati hak pasien.

BAB III
MANAJEMEN RESIKO PENDOKUMENTASIAN KEPERAWATAN

anajemen risiko mulai diperkenalkan di bidang keselamatan dan kesehatan kerja pada era tahun
1980-an setelah berkembangnya teori accident model dari ILCI dan juga semakin maraknya isu
lingkungan dan kesehatan. Manajemen risiko bertujuan untuk minimisasi kerugian dan
meningkatkan kesempatan ataupun peluang. Bila dilihat terjadinya kerugian dengan
teori accident model dari ILCI,maka manajemen risiko dapat memotong mata rantai kejadian
kerugian tersebut,sehingga efek dominonya tidak akan terjadi. Pada dasarnya manajemen risiko
bersifat pencegahan terhadap terjadinya kerugian maupun ‘accident’.
Ruang lingkup proses manajemen risiko terdiri dari:

 Penentuan konteks kegiatan yang akan dikelola risikonya


 Identifikasi risiko,
 Analisis risiko,
 Evaluasi risiko,
 Pengendalian risiko,
 Pemantauan dan telaah ulang,
 Koordinasi dan komunikasi.

Pelaksanaan manajemen risiko haruslah menjadi bagian integral dari pelaksanaan sistem
manajemen perusahaan/ organisasi. Proses manajemen risiko Ini merupakan salah satu langkah
yang dapat dilakukan untuk terciptanya perbaikan berkelanjutan (continuous improvement).
Proses manajemen risiko juga sering dikaitkan dengan proses pengambilan keputusan dalam
sebuah organisasi.
Manajemen risiko adalah metode yang tersusun secara logis dan sistematis dari suatu rangkaian
kegiatan:penetapan konteks,identifikasi,analisa,evaluasi,pengendalian serta komunikasi risiko.
Proses ini dapat diterapkan di semua tingkatan kegiatan,jabatan,proyek,produk ataupun asset.
Manajemen risiko dapat memberikan manfaat optimal jika diterapkan sejak awal kegiatan.
Walaupun demikian manajemen risiko seringkali dilakukan pada tahap pelaksanaan ataupun
operasional kegiatan.
Berikut ini berbagai risiko yang dihadapi di ruangan perawatan;
 Tidak dipasangnya side rail
 Bel pasien tidak berfungsi
 Bel pintu masuk berbunyi tidak ada yang peduli
 Selang waktu antara panggilan/bel pasien dengan datangnya perawat lama
 Tabung oksigen kosong
 Kunjungan di luar waktu berkunjung yang telah ditentukan
 Brankar tidak memiliki tabung O2
 Pemberian obat tidak menerapkan prinsip pemberian obat yang banar
 Kurang perhatian terhadap laporan penunggu pasien atau tenaga penunjang
 Pemberian transfusi Tujuan dari manajemen risiko; Modul MK. Dokumentasi
Keperawatan/ElR 6
 Melakukan pengkajian dan mencari pemecahan masalah terhadap masalh potensial sebelum
masalah tersebut benar-benar terjadi.
 Mengidentifikasi berbagai variabel kualitas asuhan yang membahayakan.
 Mengkoreksi atau meminimalkan untuk mencegah terjadinya masalah.
Prinsip manajemen resiko dan pendokumentasiannya
1. Mengetahui dan mengikuti kebijakan setempat tentang tata cara pendokumentasian, baik
pendokumentasian pada kejadian biasa (rutinitas) ataupun kejadian yang luar biasa (KLB).
Perawat sebaiknya menggunaan format yang baku untuk pengisiannya. Tiap rumah sakit
mempunyai format baku dan cara pengisian yang berbeda, walaupun item dalam tiap format
relatif sama.
2. Dokumentasikan seluruh data dasar secara lengkap dan komprehensif. Dokumentasi ini
merupakan dasar untuk memberikan pelayanan keperawatan yang tepat dan sesuai dengan
kebutuhan pasien. Data dasar ini meliputi pengkajian, pemeriksaan fisik, psikologis dan spiritual
serta data lain yang terkait.
3. Dokumentasikan semua faktor resiko dan data lain yang dapat mengakibatkan keterbatasan
fisik tertentu, seperti; alat bantu berjalan, protesa, kruk dll.
4. Dokumentasikan semua tindak lanjut secara akurat, lengkap, dalam waktu yang pasti dan cara
yang setepat mungkin. Ini merupakan cara yang baik untuk menunjukkan bahwa masalah telah
diidentifikasi dan pemecahan masalah telah dilakukan.
5. Deskripsi perilaku pasien secar objektif, terutama jika perilakunya menyimpang, obstrutif dan
destruktif. Sebagai contoh; pasien meolak untuk menebus setiapresp dokter yang diberikan atau
perilaku mengunci diri di kamar mandi selama waktu pemberian obat.
6. Jangan gunakan isi dokumen sebagai bahan pergunjingan atau bahan pertikaian. Ingatlah
bahwa dokumentasi tersebut adalah catatan perawatan dan perkembangan status kesehatan
pasien dan bukan bahan komentar staf.
7. Tulislah catatan tersebut dengan rapi, jelas dan gunakanlah tatabahasa yang benar. Biasanya
pernyataan yang panjang atau luas akan sulit dibaca atau dimengerti oleh orang lain, bahkan
tidak berguna. Tulislah yang tidak dapat dapat dibaca karena ejaan tidak jelas disebut sebagai
data yang tidak realibel dan validitasnya akan dapat dipertanyakan karena besarnya
kemungkinan terjadinya kesalahan. Langkah-langkah proses manajemen risiko;
BAB III
PENUTUP
A.      KESIMPULAN
            Aspek legal keperawatan adalah aspek peraturan perawatan dalam memberikan asuhan
keperawatan sesuai lingkup wewenang dan tanggung jawabnya pada berbagai tatanan pelayanan,
termasuk hak dan kewajibannya yang di atur dalam undang undang keperawatan.
            Keperawatan adalah bentuk pelayanan profesional  yang merupakan bagian integral dari
pelayanan kesehatan, di dasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan di tujukan pada individu,
keluarga, kelompok dan masyarakat baik sehat maupun sakit yang mencakup seluruh proses
kehidupan manusia.
            Aspek legal profesi keperawatan meliputi kewenangan berkaitan dengan izin
melaksanakan praktek profesi.
            Legislasi Keperawatan adalah proses pembuatan undang-undang atau penyempurnaan
perangkat hukumyang sudah ada yang mempengaruhi ilmu dan kiat dalam praktik keperawatan
B.      SARAN
            Dalam prakteknya perawat dituntut untuk tanggap dalam memberikan asuhan
keperawatan pada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat dalam menyelesaikan masalah
kesehatan dan kompleks, memberikan tindakan keperawatan langsung, pendidikan, nasehat,
konseling, dalam rangka penyelesaian masalah keperawatan melalui pemenuhan kebutuhan dasar
manusia dalam upaya memandirikan sistem klien, memberikan pelayanan keperawatan disarana
kesehatan dan tatanan lainnya, memberikan pengobatan dan tindakan medik terbatas, pelayanan
KB, imunisasi, pertolongan persalinan normal dan menulis permintaan obat, melaksanakan
program pengobatan secara tertulis dari dokter. Untuk menunjang kegiatan tersebut seorang
perawat diharapkan terdaftar pada badan resmi baik milik pemerintah maupun non pemerintah. 
DAFTAR PUSTAKA
1.      Dikutip dari ” Hand Out Aspek Legal & Manajemen Resiko dalam pendokumentasian
Keperawatan” Sulastri.
2.      www.jaringankomputer.org/aspek-legal-asuhan-keperawatan-pada-asuhan-profesikeperawatan/
3.      makalah-aspek-legal-keperawatan.html
4.      Budi sampurna, pakar hukum kesehatan UI 2006
5.      Menurut  Sand,Robbles1981

Anda mungkin juga menyukai