OLEH :
NIM : 70100117020
ROMANGPOLONG-GOWA
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi
tugas pada mata kuliah fartoks 3 Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk
Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
ini.
Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan
Penulis
DAFTAR ISI
Sampul.................................................................................................................
Kata pengantar.....................................................................................................
BAB I. PENDAHULUAN
B. Rumusan masalah....................................................................................
C. Tujuan .....................................................................................................
a. Iskemik ............................................................................................
b. Infark .................................................................................................
A. Kesimpulan .............................................................................................
Daftar pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Disease (CAD) merupakan suatu penyakit yang terjadi ketika arteri yang
sehingga jantung tidak mampu untuk memompa sejumlah darah secara efektif
untuk memenuhi perfusi darah ke organ vital dan jaringan perifer secara adekuat.
Pada saat oksigenisasi dan perfusi mengalami gangguan, pasien akan terancam
kematian. Kedua jenis penyakit jantung koroner tersebut melibatkan arteri yang
bertugas mensuplai darah, oksigen dan nutrisi ke otot jantung. Saat aliran yang
melewati arteri koronaria tertutup sebagian atau keseluruhan oleh plak, bisa terjadi
sebanyak 13,1 %, di prediksi tahun 2020 menjadi 14,3 % dan 14,9% pada tahun
2030. Untuk wanita kematian akibat penyakit jantung koroner pada tahun 2010
mencapai 13,6%, dan diprediksi pada tahun 2020 mencapai jadi 13,9 % dan
tidak hanya masalah bagi pasien tapi juga pada keluarga. Jika pasien bertahan
terjadi serangan berulang dan terjadi komplikasi, proses penyembuhan bisa lebih
cepat lagi dan meningkatkan kualitas hidup, pencegahan dilakukan dalam bentuk
pencegahan sekunder
penderita PJK Agar standar dan strategi pengobatan serta penatalaksanaan pasien
PJK berlangsung secara optimal, efektif dan efisien sesuai dengan pedoman atau
standar terapi yang telah ditetapkan, maka perlu adanya suatu sistem dan/atau
mekanisme yang secara terus menerus memonitor dan memantau terapi obat yang
diterima pasien.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
TINJAUAN PUSTAKA
stabilisasi atau regresi penyakit. Penyakit ini dapat memiliki periode yang lama
dan stabil tetapi juga dapat menjadi tidak stabil kapan saja, biasanya karena
serius, bahkan secara klinis periode tampaknya diam. Sifat dinamis dari proses
dikategorikan sebagai sindrom koroner akut (ACS) atau sindrom kronis. sindrom
koroner (CCS).
1. Patofisiologi
Sebagian besar SKA adalah manifestasi akut dari plak ateroma
pembuluh darah koroner yang koyak atau pecah. Hal ini berkaitan dengan
perubahan komposisi plak dan penipisan tudung fibrus yang menutupi plak
tersebut. Kejadian ini akan diikuti oleh proses agregasi trombosit dan
menyumbat pembuluh koroner yang lebih distal. Selain itu terjadi pelepasan
(infark miokard).
ukuran dan fungsi ventrikel). Sebagian pasien SKA tidak mengalami koyak
2. Klasifikasi
3. Diagnosis
selanjutnya. Yang dimaksud dengan terapi awal adalah terapi yang diberikan
pada pasien dengan diagnosis kerja Kemungkinan SKA atau SKA atas dasar
keluhan angina di ruang gawat darurat, sebelum ada hasil pemeriksaan EKG
1c)
IIa-C)
nyeri dada yang masih berlangsung saat tiba di ruang gawat darurat
(Kelas I-C). jika nyeri dada tidak hilang dengan satu kali pemberian,
dengan terapi tiga dosis NTG sublingual (kelas I-C). dalam keadaan
tidak tersedia NTG, isosorbid dinitrat (ISDN) dapat dipakai sebagai
pengganti
bagi pasien yang tidak responsif dengan terapi tiga dosis NTG
a. Strategi invasif segera (140 atau dengan salah satu kriteria risiko
bila pasien memiliki skor GRACE >140 atau dengan salah satu
bila pasien memenuhi salah satu kriteria risiko tinggi (high risk)
Tidak ada kelainan pada EKG awal atau kedua (dilakukan pada
tiba atau antara jam ke-6 hingga 9) • Tidak ada iskemia yang dapat
a. Anti Iskemia
aterosklerosis.
B).
-
3) Calcium channel blockers (CCBs).
b. Antiplatelet
A).
A).
I-B
IIa-B).
III-C).
trombus yang terlihat) apabila risiko perdarahan rendah (Kelas I-B). Agen
ini tidak disarankan diberikan secara rutin sebelum angiografi (Kelas III-
d. Antikogulan.
mungkin.
meningkatkan risiko perdarahan dan oleh karena itu harus dipantau ketat
sesingkat mungkin dan dipilih targen INR terendah yang masih efektif.
f. Statin
indikasi kontra (Kelas I-A). Terapi statin dosis tinggi hendaknya dimulai
sebelum pasien keluar rumah sakit, dengan sasaran terapi untuk mencapai
Angina Pektoris Stabil (APS) terdiri atas seluruh situasi dalam spektrum
penyakit arteri koroner selain kejadian sindrom koroner akut. Diagnosis dan
stratifikasi risiko pada pasien dengan penyakit arteri koroner stabil penting untuk
1. Rehabilitasi Kardiovaskular
a. Rokok
Rokok, dalam hal ini termasuk merokok secara pasif dan aktif.
untuk pasien PJK. Bupropion dan varenicline juga terbukti aman pada
b. Diet
Konsumsi diet yang sehat akan mengurangi risiko PJK. Asupan energi
c. Aktivitas fisik
jantung. Pasien dengan riwayat IMA, BPAK, IKP, APS, gagal jantung
d. Aktivitas seksual
morbiditas kardiovaskular.
f. Tatalaksana lipid
50% jika konsentrasi target tidak tercapai. Pada sebagian besar pasien,
hal ini dapat dicapai dengan monoterapi statin. Intervensi lain (fibrat,
dipertimbangkan.
g. Hipertensi
gagal jantung, stroke, dan gagal ginjal. Terdapat bukti yang kuat untuk
2. Tatalaksana Farmakologis
PENUTUP
A. Kesimpulan
stabilisasi atau regresi penyakit. Penyakit ini dapat memiliki periode yang lama
dan stabil tetapi juga dapat menjadi tidak stabil kapan saja, biasanya karena
serius, bahkan secara klinis periode tampaknya diam. Sifat dinamis dari proses
dikategorikan sebagai sindrom koroner akut (ACS) atau sindrom kronis. sindrom
koroner (CCS).
Angina Pektoris Stabil (APS) terdiri atas seluruh situasi dalam spektrum
penyakit arteri koroner selain kejadian sindrom koroner akut. Diagnosis dan
stratifikasi risiko pada pasien dengan penyakit arteri koroner stabil penting untuk
ESC. 2019 ESC Guidelines for the diagnosis and management of chronic coronary
syndromes. European Heart Journal (2019) 00, 171
Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia. Panduan Tatalaksana Angina
Pektoris Stabil. Jakarta : Penerbit: Centra Communications. 2019.
Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia. Pedoman Tatalaksana Sindrom
Koroner Akut. Jakarta : Penerbit: Centra Communications. 2015