KESELAMATAN KERJA
Oleh: Dr.H. Atjo Wahyu, SKM.,M.Kes
1. PENDAHULUAN
a) Garis Besar Materi Pokok Bahasan 9 :
Pokok bahasan membahas Gizi Kerja
1
b) Sasaran Pembelajaran/Learning objective:
Mahasiswa mampu menjelaskan Pengertian dan Ruang Lingkup Gizi Kerja, Unsur-Unsur
Gizi, peranan gizi kerja dalam produktivitas kerja, kecukupan gizi tenaga kerja, upaya
penyelenggaraan gizi di perusahaan,faktor-faktor yang mempengaruhi gizi ditempat kerja
c. Perilaku Awal/Entry behavior:
Mahasiswa mampu menjelaskan Konsep dasar Gizi Kerja di Industri .
Mahasiwa mampu memahami Pengertian dan Ruang Lingkup Gizi Kerja, Unsur-Unsur
Gizi, peranan gizi kerja dalam produktivitas kerja, kecukupan gizi tenaga kerja, upaya
penyelenggaraan gizi di perusahaan,faktor-faktor yang mempengaruhi gizi ditempat kerja
e. Urutan Pembahasan:
2
kesehatan tubuh (Moehji, 2002; Sediaoetama, 2004). Sedangkan Hardinsyah dan
Victor dalam WKNPG VIII tahun 2004 definisi lengkap Ilmu Gizi yang merupakan
modifikasi dari National Academy of Sciences (1994) oleh organisasi profesi yang
berkaitan dengan gizi pada Seminar Pengembangan Ilmu Gizi pada tahun 2000, yaitu
ilmu yang mempelajari zat-zat dari pangan yang bermanfaat bagi kesehatan dan
proses yang terjadi pada pangan sejak dikonsumsi, dicerna, diserap, sampai
dimanfaatkan tubuh serta dampaknya terhadap pertumbuhan, perkembangan dan
kelangsungan hidup manusia serta faktor yang mempengaruhinya (Sudiarti dan
Indrawani, 2007).
Zat Gizi adalah bahan dasar yang menyusun bahan makanan. Zat gizi yang dikenal
ada lima, yaitu karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan mineral. Ada kelompok yang
memasukkan air sebagai zat gizi dengan alasan zat tersebut digunakan dalam proses
metabolisme dalam tubuh, namun pendapat tersebut belum diterima oleh semua ahli
gizi. Kelompok yang tidak setuju air dimasukkan sebagai kelompok zat gizi beralasan
karena zat tersebut mudah didapat dan merupakan zat tunggal. Sementara zat gizi lain
merupakan kelompok ikatan yang berbeda, namun dianggap mempunyai fungsi yang
sama dari pandangan sudut Ilmu Gizi (Sudiarti dan Indrawani, 2007).
Makanan adalah bahan-bahan makanan yang dapat digolongkan menurut makanan
pokok (nasi, roti), lauk-pauk, sayur-mayur, buah-buahan, dan susu. Bahan-bahan ini
mengandung zat yang diperlukan oleh tubuh, seperti protein, karbohidrat, lemak,
vitamin, mineral, dan air. Oleh karena itu makanan yang cocok adalah makanan
berimbang.
Gizi kerja adalah gizi yang diterapkan pada tenaga kerja atau nutrisi yang
diperlukan oleh tenaga kerja untuk memenuhi kebutuhannya sesuai dengan jenis dan
tempat kerja dengan tujuan dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja yang
setinggi-tingginya. Istilah gizi kerja berarti nutrisi yang diperlukan oleh tenaga kerja
untuk memenuhi kebutuhan sesuai dengan jenis pekerjaan. Sebagai suatu aspek dari
ilmu gizi pada umumnya, maka gizi kerja ditujukan kepada kesehatan dan daya kerja
tenaga kerja yang setinggi-tingginya. Kesehatan dan kerja mempunyai hubungan yang
erat dengan tingkat gizi seseorang.
3
- karbohidrat (hidart arang)
- lemak
- protein
2. Unsur gizi yang digunakan untuk membangun sel-sel jaringan tubuh (zat
pembangun :
- protein
- mineral
- air
3. Unsur gizi yang membantu mengatur fungsi faal alat tubuh (stimulasi)
- vitamin
- mineral
Kekurangan maupun kelebihan unsur-unsur gizi dalam waktu lama akan
menyebabkan terjadinya suatu penyakit.
1.3 Peranan Gizi Dalam Meningkatkan Produktivitas Kerja
Untuk memahami peranan gizi dalam meningkatkan produktivitas kerj aperlu
diketahui peranan masing-masing unsure gizi dalam tubuh, yakni:
1. Peranan Zat Tenaga
Tenaga kerja adalah setiap orang laki-laki atau wanita yang sedang dalam dan/atau
akan melakukan pekerjaan, baik di dalam maupun di luar hubungan kerja guna
menghasilkan barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.
Untuk melakukan pekerjaan diperlukan tenaga dalam bentuk energi(kalor) yang
terdapat dari pembakaran zat gula dalam tubuh yang diperoleh dari makanan sehari-
hari. Gula yang berasal dari makanan tersebut disimpan sementara sebagai glikogen
dalam otot. Pada pekerjaan yang berat dan lama persediaan glikogen ini dapat habis
dimana kemudian asam lemak habis dipakai sebagai sumber energi.
Pada orang yang menderita kekurangan gizi kalori, akan mempengaruhi
kemampuannya bekerja, waktu untuk menyelesaikan pekerjaannyapun semakin
panjang, sehingga produktivitas menurun. Hal ini sangat mudah diamati pada mereka
yang tergolong gizi kurang tingkat berat. Pada gizi kurang tingkat ringan, kemampuan
kerja sedikit menurun, tidak kreatif, cepat letih dan sukar konsentrasi sehingga sering
terjadi kecelakaan kerja.
2. Peranan zat putih telur
4
Peranan protein dalam ketahanan fisik dapat dihubungkan dengan sistem kerja
otot. Untuk itu harus diperoleh dari lauk-pauk, baik dari nabati maupun hewani.
3. Peranan Vitamin
Vitamin diperlukan dalam proses metabolisme untuk menghasilkan energi,
pertumbuhan badan dan jaringan.
Contoh : vitamin A berperan dalam membina ketahanan tubuh terhadap infeksi.
Dengan adanya vitamin A, badan lebih efisien mempergunakan protein dari makanan.
Oleh karena itu vitamin harus dipenuhi sesuai kebutuhan.
4. Peranan Mineral
Diantara zat mineral yang terpenting dalam meningkatkan prestasi kerja
adalah zat besi. Zat besi merupakan unsur sangat penting dalam pembentukan
hemoglobin darah yang berguna untuk mengangkut oksigen ke jaringan. Pada
penderita anemia kadar hemoglobin rendah, sehingga kemampuan darah unruk
mengangkut oksigen untk proses pembakaran yang menghasilkan energi juga
berkurang akibatnya orang yang bersangkutan menjadi cepat lelah dan tidak mampu
bekerja keras.
Selain itu zat besi juga dipergunakan untuk membentuk myoglobin.
Myoglobin yang terdapat di dalam otot juga berfungsi menangkap oksigen dan
membawanya melewati sel-sel otot dan menyimpan dalam otot.
Cytokrom. Flafoprotein dan senyawa-senyawa pada mitokondria yang
memerlukan zat besi dalam proses pembentukannya, memegang peranan penting pula
pada proses oksidasi menghasilkan energi (ATP).
Kecukupan Energi dan Protein Seorang Pria dan Wanita (dalam Sehari)
5
Menurut Jenis Kegiatan
Jenis Kegiatan Pria Wanita
6
Pelayanan gizi tentang penyuluhan dan konsultasi gizi. Penyuluhan gizi
diberikan kepada tenaga kerja/keluarganya oleh tenaga gizi atau tenaga
perusahaan yang sudah terlatih, bisa perorangan maupun kelompok.
Penyuluhan gizi bertujuan agar tenaga kerja atau keluarganya mengetahu
cara memberikan makanan sehat bagi diri dan keluarganya serta
menerapkannya pada kehidupan sehari-hari. Disamping itu mengerti pula kaitan
antara gizi dan kesehatan serta dampaknya terhadap produktivitas kerja. Juag
diharapakan tenaga kerja beserta keluarganya dapat mengenal tanda-tanada
penyakit gizi kurang secara dini serta berusaha menanggulanginya.
Bentuk lain dari upaya perbaikan gizi dan kesehatan bagi tenaga kerja di
perusahaan adalah pemberian makanan di tempat kerja. Hal ini sudah sejak lama
dilaksanakan di negara industri yang sudah maju (Amerika, Jepang, Eropa).
Perut lapar dapat berpengaruh negatif terhadap daya kerja dan ketahanan fisik
serta daya konsentarasi.sesorang dapat bekerja dengan baik selama 6-8 jam
sehari, lebih dari itu terlihat kecenderungan timbulnya hal-hal negatif.
Produktivitas mulai menurun setelah 4 jam bekerja, sejalan dengan
menurunnya kadar gula dalam darah. Memberikan istirahat setiap 4 jam sekali
secara terus-meners dan disertai dengan pemberian makanan, merupakan salah
satu jalan keluar yang dapat ditempuh dalam usaha memulihkan kondisi fisik.
Oleh karena itu apabila pimpinan perusahaan menghendaki adanya tenaga
kerja yang produktif haruslah memberikan perhatian khusus terhadap upaya
pemeberian makanan bagi tenaga kerja. Pemeberian makanan di tempat kerja
bertujuan menyediakan makanan yang memenuhi syarat gizi yang cukup untuk
memenuhi kecukupan gizi yang dibutuhkan selama 7-8 kerja.
1.5 Faktor-Faktor Lingkungan Yang Mempengaruhi Keadaan Gizi
Faktor-faktor dalam lingkungan kerja menunjukkan pengaruh yang jelas
terhadap keadaan gizi tenaga kerja. Sebaliknya motivasi psikologi yang kuat dapat
meningkatkan nafsu makan dan menjadi penyebab bertambahnay berat badan dan
gemuk.
1. Tekanan Panas/Dingin
Untuk pekerjaan di tempat-tempat kerja yang bersuhu tinggi, harus diperhatikan
secara khusus kebutuhan air dan garam sebagai cairan pengganti untuk penguapan.
7
Dalam lingkungan kerja panas dan pada pekerjaan berat, diperlukan sekurang-
kurangnya 2,8 liter air minum bagi tenaga kerja, sedangkan untuk kerja ringan
dianjurkan 1,9 liter. Kadar garam tidak boleh terlalu tinggi, sekitar 0,2%. Tidak
dibenarkan minuman keras atau yang mengandung alkohol bagi pekerja di tempat
kerja. Untuk pekerja di tempat dingin, makanan dan minuman hangat akan sangat
membantu.
2. Pengaruh Kronis Bahan Kimia
Bahan-bahan kimia dapat menyebabkan keracunan-keracuna kronis dengan
penurunan berat badab sebagai salah satu gejalanya. Beberapa bahan kimia dapat
mengganggu proses metabolisme dalam tubuh sedangkan lainnya dapat
mengakibatkan berkurangnya selera makan, serta gangguan terhadap fungsi
pencernaan. Timah hitam menghambat pembentukan hemoglobin darah dan oleh
karena itu pekerja yang keracunan terlihat puca dan kurus.
Keracunan berilium selalu disertai dengan menurunnya berat badan. Zat-zat
asam merangsang dan merusak selaput-selaput lendir atau pencernaan.
Vitamin C dapat mengurangi zat-zat racun, misalnya keracunan logam berat,
larutan organik, turunan anilin, fenol, sianida dan lain-lain. Makanan ekstra
berfungsi memperbaiki keadaan tubuh dan meninggikan daya tahan tetapi tidak
untuk menghilangkan efek racun.
3. Parasit dan Mikroorganisme
Dari tempat kerja, tenaga kerja mungkin kejangkitan parasit atau bakteri.
Cacingan dan infeksi bakteri kronis pada saluran pencernaan menyebabkan
terjadinya gizi kurang yang disebabkan terganggunya penyerapan usus dan
diambilnya makanan oleh parasit. Penyakit cacing tambang ditemukan pada pekerja
tambang dan masih luas terdapat pada perkebunan dan para petani.
4. Faktor-Faktor Psikologis
Tegangan–tegangan sebagai akibat ketidakserasian emosi, hubungan antara
manusia dalam pekerjaan yang kurang baik, rangsangan atau hambatan psikologis
akan menurunkan berat badan, terjadinya penyakit serta tidak produktifnya tenaga
kerja.
Dalam melaksanakan upaya perbaikan gizi adanya faktor-faktor lingkungan
ini perlu dijadikan bahan pertimbangan agar usaha peningkatan gizi dan kesehatan
tenaga kerja dapat berhasil secara optimal.
8
b. Pembahasan:
Setelah penjelasan beberapa sub pokok bahasan tersebut di atas mahasiswa diberi
peluang untuk mengajukan pertanyaan atau atau menyusun kelompok diskusi atau kegiatan
brain storming dengan tetap berada dalam kendali atau pengawasan fasilitator. Pengawasan
ini di lakukan Agar koridor keilmuan tetap terjaga dari sudut sudut pandang kecakapan dan
filosofi keilmuan K3.
c. Penelitian:
Fasilitator menjelaskan berbagai contoh hasil research yang telah dan sedang serta di
kembangkan. Dan sebaliknya mahasiswa dapat memberikan umpan balik dari berbagai
permasalahaan K3 yang ada yang berkaitan dengan pokok bahasan yang telah diuraikan di
atas berdasarkan teori yang telah pernah mereka baca dan ketahui.
d. Penerapan:
Fasilitator menguraikan bagaimana menerapakan gizi kerja di tempat kerja. Demikian
pula mahasiwa dapat memberikan umpan balik dan ikut member penjelasan sesuai yang
pernah mereka baca,
e. Latihan:
Mahasiswa membentuk kelompok dan menjelaskan kembali materi pokok bahasan
sesuai dengan sub pokok bahasan yang diberikan oleh fasilitator
f. Tugas Mandiri:
Mahasiswa dapat diberikan tugas dengan cara merangkum materi yang telah ada dengan
cara tulisan tangan asli, dan mahasiswa diberikan peluang untuk mengembangkan materi dari
berbagai sumber yang dapat dipertanggungjawabkan.
h. PENUTUP
a. Rangkuman
9
Fasilitator memberi ringkasan dan rangkuman materi kuliah ini dengan memberikan
penjelasan kembanli mengenai inti dari materi bahasan dan keterhubungannya dengan pokok
bahasan sebelumnya dan berikutnya.
b. Tes Formatif:
c. UmpanBalik:
Mahasiswa bisa mengusulkan sesuatu hal yang pernah dirasakan dan dialami
dan diharapkan dapat memberi masukan untuk kesempurnaan bahan dan metode
pembelajaran.
d. DAFTAR PUSTAKA
Ashok laddha, 2013, Occupational Health Overview, Diploma in Workplace Health and
safety. MBA-HA(In –Progress), 2013
http://www.slideshare.net/laddha1962/occupational-health-overview, Citation 10 Oktober
2015
Arisman, MB, 2007. Gizi Dalam Daur Kehidupan, Penerbit Buku Kedokteran, cetakan
Direktorat Bina Kesehatan Kerja Departemen Kesehatan RI. 2008. Strategi Nasional
Kesehatan Kerja di Indonesia. Jakarta: departemen kesehatan RI
Cecep Dani Sucipt0, 2014, Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Gosyen Publisihing
10
Departemen Tenaga Kerja, 1988, Training Material Bidang Kesehatan Kerja, Direktorat
Jenderal Tenaga Kerja Indonesia, Jakarta
Erna Tresnaningsih, 2004 Modul Pelatihan Bagi Fasilitator Kesehatan Kerja, (dasar),
Sekretariat Jenderal DEPKES RI Pusat Kesehatan Kerja
Harjono. 2007. Visi, Misi, Kebijakan, Strategi dan Program Kerja Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (K3) Nasional Tahun 2007-2010. Jakarta: Dewan K3 Nasional
Hudoyo, K.S., & BPS 2009. 2010. Kesehatan kerja. Konvensi nasional K3. Jakarta:
Direktorat Kesehatan Kerja Kementrian Kesehatan RI
Joedoatmodjo, S., Sahab, S., Marbun., & Djupriaji. 2000. Satu Abad K3, Keselamatan dan
Kesehatan Kerja di Indonesia. Jakarta: Dewan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Indonesia
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)
KEP-463/MEN/1993 tentang Pola Gerakan Nasional Membudayakan Keselamatan dan
Kesehatan Kerja.
L.Meily Kurniawidjaja,2010 Teori dan Aplikasi Kesehatan Kerja, UI-Press
Lientje Setiawati, 1999, Bahan Ajar Mata Kuliah Higiene Perusahaan, Program S2 Ilmu
Kesehatan Kerja, Universitas Gadjah Mada Yogyakarta
Mangkunegara, DR. A.A. Anwar Prabu. 2005. Evaluasi Kinerja SDM. Bandung: Penerbit
Refika Aditama. 163
Mathis, Robert L. & Jackson. John H. 2002. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta:
Penerbit Salemba Empat. Hal 245
Mondy, R. Wayne. & Noe, Robert M. 2005. Human Resources Management, Edisi ke-9.
New Jersey: Penerbit Prentice Hall. Hal 360
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 50 Tahun 2012 Tentang Penerapan Sistem
Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja
Phil Hughes and Ed Ferrett. 2007, Introduction to Health and Safety at Work : The handbook
for students on NEBOSH and other introductory H&S courses Third edition Published
by Elsevier Limited
Rival, A., Anindiarti, A., & Tarupolo, B. 2009. Profil Kesehatan Kerja Nasional. Jakarta:
Departemen Kesehatan RI
Robiana Modjo, 2011, Konsep Dasar Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Bahan Ajar,
Departemen K3 – FKMUI.
Silalahi N.B Bennett., Silalahi B.Rumondang, 1991; “Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja”, cetakan kedua, Institut Pendidikan dan Pembinaan Manajemen:
PT. Pustaka Binaman Pressindo.hal.22 dan 139
11
Soehatman Ramli, Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja OHSAS 18801,
Dian Rakyat, 2010
Suma’mur. 2009. Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja (HIPERKES). Jakarta: Seagung
Seto
Suma’mur.P.K, 2001, Keselamatan dan Pencegahan Kecelakaan. Gunung Agung, Jakarta
Soegeng Santoso,dkk, 2004. Kesehatan Dan Gizi, Rineka Cipta, Cetakan 2.
Sunita Almatsier, 2009. Prinsip Dasar Ilmu Gizi, PT. Gramedia Pustaka Utama Jakarta,
Cetakan 8,
12