Anda di halaman 1dari 31

1

Luka Terbuka Pada Tungkai

Seorang pasien laki-laki berumur 29 tahun datang ke IGD diantar supir taxi
dengan keluhan luka pada tungkai kiri karena kecelakaan motor. Tungkai susah
digerakkan dan terasa ngeri. Setelah dilakukan pemeriksaan oleh dokter, tampak
luka terbuka mengenai pembuluh darah, otot, dan fraktur pada 1/3 distal os. Tibia,
tetapi fungsi saraf masih baik.

STEP I

1. Fraktur : Keadaan patah tulang atau terputusnya kontinuitas tulang


2. Pembuluh darah : Bagian sirkulasi yang berupa jaringan elastik yang
menyangkut darah ke seluruh tubuh
3. Otot : Jaringan tubuh dalam manusia yang berfungsi sebagai
alat gerak aktif
4. Tungkai : Bagian ekstremitas bawah yang memanjang dari pelvis
ke telapak kaki
5. Distal : Terletak jauh dari asalnya
6. Tibia : Tulang kering kerangka bagian bawah yang terletak di
medial dari fibula

STEP II

1. Apa saja regio yang ada di ekstremitas inferior?


2. Sistem otot, saraf dan peredaran darah yang ada di ekstremitas inferior?
3. Apa saja sendi yang terdapat pada tungkai bawah?
4. Mengapa tungkai terasa nyeri dan susah digerakkan?
5. Bagian otot, tulang dan peredaran darah apa saja yang terkena fraktur?
6. Mengapa saraf masih berfungsi dengan baik?
7. Bagaimana cara penanganan pada skenario?
2

STEP III

1. Regio yang ada di ekstremitas inferior:


a. Femoris
b. Trigonum femoris
c. Genus
d. Surae
e. Cruris
f. Dorsum pedis
g. Calx
h. Plantar
2. Otot yang ada di ekstremitas inferior:
Dibagian paha:
a. M. Tensor fascia latae (ventral paha)
b. M. Biceps femoris (medial)
c. M. Tibialis anterior (ventral betis)
d. M. Fibularis longus (lateral betis)
e. M. Extensor digitorum longus (kaki dorsal)

Saraf yang ada di ekstremitas inferior:

a. Cabang dari plexus lumbalis


b. Cabang dari plexus sacralis

Peredaran darah yang ada di ekstremitas inferior:

a. A. Femoris
b. A. Cruris
c. V. Saphena magna
d. V. Saphena parva
3. Sendi yang ada di ekstremitas inferior:
a. Articulatio genus
b. Articulatio femoris
c. Articulatio coxae
3

d. Articulatio tibiofibularis proximal


e. Articulatio sacroiliaca
f. Articulatio subtalaris
g. Articulatio talocruralis
h. Articulatio talotarsalis
4. Karena ada luka dibagian tungkai kiri yang mengenai pembuluh darah,
otot dan fraktur pada 1/3 distal os. Tibia.
5. Tulang yang diperkirakan terkena fraktur adalah 1/3 distal os. Tibia.
Otot yang diperkirakan terkena fraktur:
a. M. Tibialis anterior
b. M. Extensor digitorum longus
c. M. Fibularis longus
d. M. Flexor digitorum longus
e. M. Tibialis posterior
Peredaran darah yang diperkirakan terkena fraktur:
a. A. Fibularis
b. A. Tibialis posterior
c. A. Dorsalis pedis
d. V. Tibialis posterior
6. Kemungkinan yang terjadi saat fraktur :
a. Bagian benang saraf tidak terkena fraktur.
b. Saraf terletak didalam sehingga tidak terkena fraktur.
7. Penanganan yang mungkin dilakukan :
a. Pasang penyangga
b. Pasang gips
c. Luka terbuka di obati dan kulit dijahit.
4

STEP IV

Regio Tulang Sendi Otot Pembuluh darah

Femoris Os. Femur Articulatio M. iliacus A. femoris


femoris
M. psoas mayor A. poplitea

M. iliospsoas A. tibialis

M. quadriceps A. fibularis
femoris
V. femoralis
M. tensor fasciae
V. profunda
latae

V. poplitea
M. gracilis

V. saphena magna
M. pectineus

V. saphena parva
M. adductor longus
brevis

M. abturatorius
externus

M. biceps femoris

M.
semimembranosus
5

MIND MAP

VENA ARTERI

CABANG BESAR PEMBULUH DARAH CABANG BESAR

SARAF EKSTREMITAS INFERIOR REGIO

OTOT
P. TULANG
LUMBALIS
SENDI PENYUSUN
MACAM-
MACAM
BAGIAN
P. SACRALIS
PENYUSUN ORIGO DAN
INSERSIO

MACAM-MACAM SERAT
JARINGAN JENIS DAN
KOLAGEN, ELASTIN DAN
IKAT GERAKAN
RETIKULER

STEP V

1. Macam-macam serat kolagen ?


2. Struktur jaringan otot, tulang, jaringan ikat, dan saraf ?
3. Hubungan antara tulang, otot, dan sendi serta gerakannya ?
4. Asal dan percabangan dari pembuluh darah dan saraf ?

STEP VI

Belajar Mandiri

STEP VII

1. Serat kolagen merupakan protein fibrosa yang kuat dan tebal serta tidak
bercabang, ini adalah serat yang paling banyak di temukan dihampir
6

semua jaringan ikat disemua organ. Serat kolagen yang paling sering
temukan yaitu:
a. Serat kolagen tipe I : serat tersering ditemukan di dermis kulit, tendo,
ligamen, fascia, fibrokartilago, kapsul organ, dan tulang. Serat ini
sangat kuat dan memberikan resistansi terhadap stres tegangan.
b. Serat kolagen tipe II : terdapat di tulang rawan hialin, tulang rawan
elastik dan di korpus vitreum mata. Serat ini menghasilkan resistansi
terhadap tekanan.
c. Serat kolagen tipe III : serat retikuler tipis bercabang yang membentuk
anyaman penunjang yang rumit dioragn-organ seperti kelenjar limfe,
limpa dan sumsum tulang tempat mereka membentuk matriks ekstrasel
utama yang menunjang sel di organ-organ tersebut.
d. Serat kolagen tipe IV : anyaman dilamina basal membran basal, tempat
regio basal sel melekat melalui hemidesmosom.

(Eroschenko, 2015)

2. Struktur Mikroskopis Jaringan ikat, otot, syaraf, dan tulang


Struktur mikroskopis otot
a. Lapisan jaringan ikat fibrosa
Membungkus setiap otot dan masuk bagian dalam untuk melapisi fasikel dan
serabut individual.
1) Epimisium
Jaringan ikat rapat yang melapisi keseluruhan otot dan terus berlanjut
sampai ke fasia dalam.
2) Perimisium
Mengacu pada ekstensi epimisium yang menembus ke dalam otot untuk
melapisi berkas fesikel.
3) Endomesium
Jaringan ikat halus yang melapisi setiap serabut otot individual.
b. Serat otot
1) Miofibril, adalah unit kontraktif yang mengalami spesialisasi, volumenya
mencapai 80% volume serabut.
7

2) Setiap miofibril silindris terdiri dari miofilamen tebal dan miofilamen


tipis.
 Miofilamen tebal terdiri dari protein miosin. Molekul miosin
disusun untuk membentuk ekor berbentuk cambuk dengan dua
kepala globular, mirip dengan tongkap golf berkepala dua.
 Miofilamen tipis tersusun dari protein aktin. Dua protein tambahan
pada filamen tipis adalah tropomiosin dan troponin, melekat pada
aktin.
c. Pemitaan ditentukan berdasarkan susunan miofilamen
1) Pita A yang lebih gelap (anisotropik, atau mampu mempolarisasi
cahaya) terdiri dari susunan vertikal miofilamen tebal yang berselang-
seling dengan miofilamen tipis.
2) Pita I yang lebih terang (isotropik, atau nonpolarisasi) terbentuk dari
miofilamen aktin tipis, yang memanjang ke dua arah dari garis Z ke
dalam susunan filamen tebal.
3) Garis Z terbentuk dari protein penunjang yang menahan miofilamen
tipis tetap menyatu di sepanjang miofilamen.
4) Zona H adalah area yang lebih terang pada pita A miofilamen miosin
yang tidak tertembus filamen tipis.
5) Garis M membagi dua pusat zona H. Pembagian ini merupakan kerja
protein penunjang lain yang menahan miofilamen tebal tetap bersatu
dalam susunan.
6) Sarkomer adalah jarak antara garis Z ke garis Z lainnya. (Sloane,
2015)
7) Titin adalah protein yang sangat elastik dan besar yang meluas dalam
dua arah dari garis M di sepanjang filamen tebal ke garis Z dan
bertanggung jawab untuk komponen elastik paralel serat otot.
(Sherwood, 2016)
8

Gambar Struktur Mikroskopis Otot (Marieb, 2013)


9

Struktur Mikroskopis Jaringan ikat.

Jaringan ikat longgar

Jaringan ikat

Jaringan ikat padat

A. Jaringan Ikat Longgar


Berikut merupakan struktur mikroskopis jaringan ikat longgar

Jaringan ikat lonnggar


a. Lepih banyak di tubuh dan memperlihatkan susunan sel dan serat yang
longgar dan reguler
b. Mengandung banyak substansia dasar
c. Serat kolagen, fibroblast, sel adiposa, sel mast, sel plasma, dan makrofag
mendominasi
10

B. Jaringan Ikat Padat

Jaringan ikat reguler padat


a. Terutama terdiri atas fibroblast dan serat kolagen yang tebal dan tersusun
rapat
b. Jenis sel lain dan substansia dasar lebih sedikit
c. Serat kolagen memperlihatkan orientasi acak dan membentuk jaringan
penunjang yang kuat
d. Terkonsentrasi di bagian-bagian tubuh yang memerlukan resistansi
terhadap gaya dari berbagai arah

Jaringan ikat reguler padat

a. Serat terkemas rapat dengan orientasi yang sejajar dan teratur


b. Terdapat di tendon dan ligamen yang melekat ke tulang
c. Resistansi besar terhadap gaya yang menarik searah dengan sumbu
d. Substansi dasar minimal; jenis sel utama adalah fibroblast

Sel pada jaringan ikat

Fibroblast

a. Merupakan sel permanen Active yang membentuk serat jaringan ikat


kolagen, retikuler, dan elastik
b. Mensintesis glikosaminoglikan, proteoglikan, dan glikoprotein adhesif
substansia dasar
11

Fibrosit

a. Lebih kecil daripada fibroblast


b. Sel jaringan ikat inaktif atau sedang beristirahat

Sel adiposa (Lemak) putih

a. Jenis jaringan lemak yang terbanyak dengan destruksi luas


b. Ditemukan sendiri atau secara berkelompok dan mengandung butir-butir
lemak tunggal atau unilokuler
c. Jika sel adiposa mendominasi, jaringan ikatnya disebut jaringan ikat
adiposa
d. Menyimpan Lemak sebagai butir tunggal besar, terutama dalam bentuk
trigliserida
e. Lemak berasal dari lipoprotein usus dan lipoprotein berdensitas rendah
dari hati
f. Tampak sebagai sel kosong karena lemak larut waktu pembuatan sediaan
g. Tersebar di seluruh tubuh, berfungsi sebagai insulator, dan membentuk
bantalan lemak untuk melindungi organ
h. Mengandung banyak pembuluh darah karena tingginya aktivitas metabolik
i. Memperlihatkan banyak reseptor untuk berbagi hormon berbeda yang
mempengaruhi penyimpanan dan pelepasan lemak
j. Satu-satunya sumber hormon leptin yang meningkatkan metabolisme
lemak dan mengatur nafsu makan

Sel adiposa coklat

a. Memperlihatkan persebaran yang lebih terbatas


b. Sel lebih kecil dari pada sel adiposa putih; menyimpan Lemak sebagai
butiran multiplel
c. Paling berkembang pada hewan yang melakukan hibernasi
d. Pada neonatus atau hewan yang bangkit dari hibernasi, sel ini
menghasilkan panas tubuh
e. Norepinefrin dari sistem saraf simpatis mendorong hidrolisis lemak
12

f. Sebagai adaptasi terhadap lingkungan dingin, jumlah sel dan jaringan


meningkat

Makrofag

a. Paling banyak di jaringan ikat longgar


b. Menelan bakteri ,sel mati, debris sel, dan benda asing
c. Merupakan sel penyaji antigen untuk limfosit dalam respons imunologi
d. Berasal dari monosit darah
e. Disebut selkupffer di hati, osteoklast di tulang, mikroglia disusun saraf
pusat, sel langerhans di kulit, dan monosit darah

Limfosit

a. Paling banyak di jaringan ikat longgar saluran napas dan cerna


b. Menghasilkan antibodi dan menghancurkan sel yang terinfeksi virus

Sel plasma

a. Ditandai oleh kromatin yang terdistribusi dalam pola Radial


b. Berasal dari limfosit yang terpanjan ke antigen
c. Menghasilkan antibodi untuk menghancurkan antigen spesifik

Sel Mast

a. Berkaitan erat dengan pembuluh darah


b. Ditemukan di jaringan ikat kulit, pernafasan, dan pencernaan
c. Sel bulat dengan granula basofilik halus reguler
d. Mengeluarkan histamin dan bahan-bahan kimia vasoaktif jika terpanjan ke
alergen, menyebabkan reaksi alergi
e. Heparin adalah antikoagulan lemah

Neutrofil

Fagosit aktif; menelan dan menghancurkan bakteri

Eosinofil

a. Meningkat setelah infeksi parasit


b. Memfagosit kompleks antigen-antibodi selama reaksi alergi
13

C. Struktur Mikroskopis Tulang

Struktur tulang terdiri dari:

1). Sel Tulang


Osteoblas : osteoblas berperan dalam sintesis komponen organik
matriks tulang, yang terdiri atas kolagen tipe I, proteoglikan, dan
glikoprotein termasuk osteonektin. Osteoblas hanya terdapat pada
permukaan matriks tulang, dan letaknya bersebelahan, yang mirip dengan
epitel selapis. Selama sintesis matriks, osteoblast memiliki struktur ultra
sel yang secara aktif menyintesis protein untuk dikeluarkan. Osteoblas
merupakan sel yang terpolarisasi: komponen matriks disekresi pada
14

permukaan sel, yang menempel pada matriks tulang yang lebih ‘tua’, dan
menghasilkan lapisan matriks baru (tetapi belum berkapur), yang disebut
osteoid, di antara lapisan osteoblas dan tulang yang baru dibentuk.
(Mescher, 2014)
Osteosit: setiap osteoblas secara bertahap dikelilingi oleh produk
sekresinya sendiri dan menjadi osteosit yang terselubung sendiri-sendiri
dalam ruang yang disebut lakuna. Pada transisi dari osteoblas menjadi
osteosit, sel menjulurkan banyak tonjolan sitoplasma panjang, yang juga
diselubungi oleh matriks berkapur. Suatu osteosit dan prosessusnya
menempati setiap lakuna dan kanalikuli yang menyebar darinya. (Mescher,
2014)
Osteoklas: osteoklas adalah sel motil bercabang yang sangat besar
dengan inti multipel. Ukuran yang besar dan inti yang multipel pada
osteoklas terjadi karena asalnya dari gabungan sel yang berasal dari
sumsum tulang. Di area terjadinya resorpsi tulang, osteoklas terdapat di
dalam lekukan atau kriptus yang terbentuk akibat kerja enzim pada
matriks, yang dikenal sebagai resorption bays atau lakuna Howship.
(Mescher, 2014)
2). Matriks Tulang
Material organik yang terbenam dalam matriks tulang adalah
kolagen tipe I dan substansi dasar, yang mengandung agrerat proteoglikan
dan beberapa glikoprotein multiadhesif spesifik, termasuk osteonektin.
(Mescher, 2014)
3). Peiosteum dan Endosteum
Permukaan luar dan dalam tulang ditutupi lapisan sel-sel
pembentuk tulang dan jaringan ikat yang disebut periosteum dan
endosteum. (Mescher, 2014)
Periosteum terdiri atas lapisan luar berkas kolagen dan fibroblas.
Berkas serat kolagen periosteum, yang disebut serat perforata (atau serat
Sharpey), tulang. Lapisan dalam periosteum mengandung sel punca
mesenkimal yang disebut sel osteoprogenitor, yang berpotensi membelah
melalui mitosis dan berkembang menjadi osteoblas. Sel osteoprogenitor
15

berperan penting dalam pertumbuhan dan perbaikan tulang. (Mescher,


2014)
Endosteum melapisi rongga-dalam di dalam tulang. Endosteum
merupakan selapis sel jaringan ikat yang sangat tipis, yang berisi osteoblas
dan osteoprogenitor gepeng, yang melapisi trabekula atau spikula kecil
tulang yang berprojeksi ke dalam rongga tersebut. Jadi, endosteum secara
bermakna lebih tipis daripada periosteum. (Mescher, 2014)
Fungsi utama periosteum dan endosteum adalah memberi nutrisi
pada jaringan tulang dan menyediakan osteoblas baru secara kontinu untuk
perbaikan/pertumbuhan tulang. (Mescher, 2014)

Gambar Komponen Tulang (Mescher, 2014)


16

D. Jaringan Saraf

Otak (cerebrum, cerebellum


dan batang otak)

saraf pusat

Medula Spinalis.

Jaringan
Syaraf
Nerve fibers (serabut saraf :
kranial dan spinal)
Susunan
saraf tepi

Nerve ganglia (ganglion²


saraf dan akhiran saraf)
Struktur Mikroskopis Syaraf
17

3. Hubungan antara tulang, otot dan sendi beserta gerakannya.

Regio Tulang Otot Sendi Gerakan

Femoris Os. 1. M. iliacus (P. Articulatio Fleksi,


(ventral Femur lumbalis). coxae (sendi ekstensi
pangkal O- fossa iliaca dan spina peluru) abduksi,
paha) iliaca anterior inferior pembentuknya adduksi,
(os.coxae), kapsul depan antara os. Coxae endo rotasi
sendi pangkal paha. dan os. Femur dan ekso
I-trochanter minor dan rotasi.
daerah yang membatasi
labium mediale lineaene
asperae.
2. M. psoas major (P.
lumbalis)
O- lapisan permukaan :
corpus vertebrae
thoracicae XII-corpus v.
lumbalis IV, disci
invertebrales. Lapisan
dalam : proc. Costalis
pada vertebrae lumbalis
I.
I- trochanter minor
3. M. psoas minor (P.
lumbalis)
O- corpus vertebrae
thoracicae XII dan
corpus vertebrae
lumbalis I.
I-Fascia M. iliopsoas
18

arcus iliopectineus.

Femoris Os. 1. M. quadriceps a. Articulatio Fleksi.


(ventral Femur femoris (P. lumbalis) coxae (hanya
paha) O- M. rectus femoris M. rectus
caput rectum : spina femoris).
iliaca anterior b. Articulatio
inferior. genus. Ekstensi,
O- M. rectus femoris endo rotasi
caput reflexum : tepi dan ekso
kranial acetabulum. rotasi.
O- M. vastus medialis :
labium mediale lineae
asperae (2/3 bagian
bawah)
O- M. vastus lateralis :
trochanter major
(distal) labium
laterale lineae
asperae.
O- M. vastus a. Articulatio
intermedius : facies coxae
anterior femoris (2/3
bagian atas) b. Articulatio
O- M. articulation genus
genus :facies anterior
femoris (1/4 distal)
I- patella, tuberositas a. Articulatio Fleksi, ekso
tibiae, proximal dari coxae rotasi dan
ujung tibia. abduksi.
2. M. Sartorius (P. b. Articulatio
lumbalis) genus Ekstensi,
O- spina iliaca anterior endo rotasi
19

superior. dan ekso


I- tuberositas tibiae. rotasi.
3. M. tensor fascia latae Fleksi,
abduksi dan
O- spinailiaca anterior
endo rotasi.
superior. Stabilisasi
dalam posisi
I- lateral dari ujung tibia.
lurus.
Femoris Os. 1. M. gracilis (P. a. Articulatio Adduksi,
(medial Femur lumbalis ) coxae fleksi, ekso
paha O- ramus inferior ossis rotasi.
atas) pubis. b. Articulatio Fleksi, endo
I- proximal ujung tibia. genus rotasi.
2. M. pectineus (P.
lumbalis) a. Articulatio
O- pecten ossis pubis coxae Fleksi,
I-linea pectinea femoris adduksi,
3. M. adductor brevis ekso rotasi.
(P. lumbalis)
O- ramus inferior ossis a. Articulatio
pubis coxae Fleksi,
I- labium mediale lineae adduksi,
asperae. ekso rotasi.
4. M. adductor longus
(P. lumbalis)
O- os. Pubis
I- labium mediale lineae
asperae
5. M. adductor magnus
(P. lumbalis) a. Articulatio
O- ramus inferior ossis coxae
pubis, ramus, dan tuber
ossis ischii
I- labium mediale lineae
20

asperae, tuberositas, Fleksi,


tuberculum adductorium ekstensi,
6. M. obtoratorius adduksi,
externus ekso rotasi.
O- seluas foramen
obturatorum, membrane a. Articulatio
obrturatoria. coxae
I- bertendo didalam
fossa trochanterica

Fleksi,
adduksi,
ekso rotasi.

Femoris Os. 1. M. biceps femoris a. Articulatio Ekstensi,


(dorsal Femur O- caput longum : coxae adduksi,
paha) tuberischiadicum, caput ekso rotasi.
brevis : labium laterale b. Articulatio Fleksi, ekso
dari lineae asperae. genus rotasi.
I- caput fibulae,
menyebar kedalam
fascia cruris.
2. M. semitendinosus
O- tuberischiadicum a. Articulatio Ekstensi,
I- tuberositas tibiae coxae adduksi,
endorotasi
b. Articulatio Fleksi, endo
3. M. semimembranosus genus rotasi
O- tuberischiadicum
I- proximal ujung tibia, a. Articulatio
21

kapsul belakang sendi coxae Ekstensi,


lutut, Lig. Popliteum adduksi,
obiquum, fascia M. b. Articulatio endorotasi.
popliteus, insersio genus Fleksi,
bercabang 3 dari M. endorotasi.
semimembranosus
dahulu di kenal sebagai
pesanserinus profundus.

Genus Articulatio
dan genus :
surae a. Articulatio
femorotibialis
b. Articulatio
femoropatellar
is
Cruris Os. Tibia, 1. M. tibialis anterior a. Articulatio Fleksi
(ventral Os. O- sebelah proximal talocruralis dorsalis,
betis) Fibula, ujung tibia, facies b. Articulatio supinasi.
Patella. lateralis tibiae, talotarsalis
membrana interossea, c. Articulatio
fascia cruris. subtalaris
I- basis metatarsalis I,
os. Cuneiforme mediale. a. Articulatio
2. M. ekstensor halluces talocruralis Fleksi dorsal
longus b. Articulatio
O- facies medialis talotarsalis Pronasi
fibula, membrane c. Articulatio
interossea. interphalange Ekstensi
I- basis phalangis ae pedis
distalis hallucis phalang
22

dasar.
a. Articulatio
3. M. ekstensor talocruralis Fleksi dorsal
digitorum longus
O- sebelah proximal
ujung tibia, margo
anterior fibula,
membrane interossea
cruris, septum
intermusculare cruris,
septum intermusculare
cruris anterius, fascia
cruris.
I- aponeurosis dorsalis 4 a. Articulatio
jari kaki lateral. talotarsalis Pronasi
4. M. fibularis b. Articulatio
(peroneus) tertius subtalaris Ekstensi
O- belahan dari M. c. Articulatio
ekstensor digitorum interphalange Abduksi,
longus. ae pedis fleksi
I- basis metatarsalis
Plantar Os. Tarsi, 1. M. abductor hallucis Articulatio Abduksi,
(medial Os. O- proc. Medialis tuberi interphalangeae fleksi.
telapak Metatarsi, calcanei, aponeurosis pedis
kaki) Os. plantaris, retinaculum
Digitorum musculorum flexorum.
I- os. Sesamoideum
mediale pada kapsul
sendi dasar ibu jari kaki,
pangkal phalang
proximal ibu jari kaki.
2. M. flexor hallucis
brevis Articulatio Fleksi
23

O- ossa cuneiformia, interphalangeae


Lig. Calcaneo pedis
cuboideum plantare, Lig.
Plantare longum, tendo
M. tibialis posterior.
I- bagian medial : os.
Sesamoideum mediale
pada kapsul sendi dasar
ibu jari kaki, dasar
phalang proximal ibu
jari kaki.
Bagian lateral : os.
Sesamoideum laterale
pada sendi dasar ibu jari
kaki, dasar phalang
proximal ibu jari kaki.
3. M. adductor hallucis
O- caput obliqum : os.
Cuboideum, os.
Cuneiforme laterale, Lig. Articulatio Adduksi ke
Plantare longum, Lig. interphalangeae jari kaki ke-
Calcaneocuboideum pedis 2, dan fleksi.
plantare.
Caput transversum :
kapsul-kapsul
persendian pangkal jari
kaki ke-3 dan ke-5, Lig.
Metatarsale transversum
profundum.
I- os. Sesamoideum
laterale pada kapsul
sendi dasar ibu jari kaki,
24

dasar phalang proximal


ibu jari kaki.
Plantar Os. Tarsi, 1. M. flexor digitorum a. Articulatio Fleksi
(bagian Os. brevis tarsometatarsal
tengah Metatarsi, O- tubercalcanei, es
telapak Os. aponeurosis plantaris b. Articulatio Fleksi
kaki) digitorum I- phalang media jari ke- interphalangea
2 sampai ke-4 e pedis
2. M. quadratus plantae
O- calcaneus, Lig. Perubahan arah
Plantare longum. M. flexor
I- Tendo M. flexor digitorum longus
digitorum longus
3. Mm. lumbricales
pedis I-IV Articulatio
O- M. lumbricalis pedis tarsometatarsales
I : tendo M. flexor Fleksi
digitorum longus kearah
jari kaki ke-2, Mm.
lumbricales pedis II-IV :
tendo M. flexor
digitorum longus kearah
jari kaki ke-3 dan ke-5.
I- phalang proximal jari
kaki ke-2 dan ke-5,
kadang-kadang
menyebar ke dalam Articulatio
aponeurosis. tarsometatarsales
4. Mm. interossei
plantares I-III
O- metatarsi III-V, Lig.
Plantare longum
I- basis phalang a. Articulatio
25

proximal jari kaki ke-3 tarsometatarsal Fleksi,


sampai ke-5. es adduksi
5. Mm. interossei b. Articulatio kearah jari
dorsales pedis I-IV interphalangea kaki ke-2
O- sisi berhadapan ossa e
metatarsi I-V, Lig.
Plantare longum.
I- M. interosseus
dorsalis I : basis phalang Fleksi,
proximal jari kaki ke-2. abduksi,
N. interossei dorsales II- adduksi
IV : basis phalang
proximal jari kaki ke-3 Ekstensi
sampai ke-4, menyebar
ke dalam aponeurosis
peregang.

(Paulsen, F dan J Waschke, 2012)


26

4. Asal dan percabangan pembuluh darah dan saraf

Arteri Vena
Cabang dari A. iliaca externa : 1. V. saphena magna
1. A. epigastrica inferior 2. V. saphena parva
a. A. cremasterica / A. 3. V. poplitea
ligamenti teretis uteri Penyuplai V. saphena magna di
b. R. pubicus trigonum femorale:
(beranastomosis a. V. epigastricasuperficialis
dengan A. b. V. circumflexa ilium
obturatoria) superficialis
2. A. circumflexa ilium c. V. saphena acessoria
profunda d. Vv. Pudendae externae
Cabang A. femoralis : 4. V. iliaca externa
1. A. epigastrica superficialis
2. A. circumflexa ilium
superficialis
3. Aa. Pudendae externae
a. A. circumflexa
femoris medialis
b. A. circumflexa
femoris lateralis
c. Aa. Perforantes
(kebanyakan ada 3)
4. A. descendens genus
Cabang A. poplitea
1. A. superior medialis genus
2. A. superior lateralis genus
3. A. media genus
4. Aa. Surales
5. A. inferior medialis genus
6. A. inferior lateralis genus
Cabang A. tibialis anterior :
27

1. A. recurrens tibialis posterior


2. A. recurrens tibialis anterior
3. A. malleolaris anterior
medialis
4. A. malleolaris anterior
lateralis
5. A. dorsalis pedis
a. A. tarsalis lateralis
b. Aa. Tarsals mediales
c. A. arcuata (Aa.
Metatarsals dorsales ;
A. plantaris profunda
-> arcus plantaris
profundus
Cabang A. tibialis posterior
1. A. fibularis
a. R. perforans
b. R. communicans
c. Rr. Malleolares
laterals
d. Rr. Calcanei
e. A. nutricia fibulae
dan A. nutricia tibiae
2. Rr. Malleolares mediales
3. Rr. Calcanei
4. A. plantaris medialis
a. R. superficialis
b. R. profundus (arcus
plantaris profundus)
5. A. plantaris lateralis (arcus
plantaris profundus dengan
Aa. Metatarsales plantares ->
28

Aa. Digitales plantares)

(Paulsen, F dan J Waschke, 2012)

Plexus lumbalis (T12) L1-L4 Plexus sacralis (L4- S4)


1. N. iliohypogastricus T12, L1 1. N. m. obturatorii interni
R. cutaneus lateralis dan (L5-S2)
anterior 2. N. m. piriformis (S1-S2)
2. N. ilionguinalis T12 (L1-L2) 3. N. m. quadrati femoris (L5-
Nn. Sacrotales anteriores / S2)
Nn. Labiales anteriores 4. N. gluteus superior L4-S1
3. N. genifofemoralis (L1,L2) 5. N. gluteus inferior L5-S2
R. genitalis 6. N. cutaneous femoris
R. femoralis posterior S1-S3
4. N. cutaneous femoris Nn. Clunium inferiores
lateralis (L2, L3) Nn. Perineales
5. N. obturatorius (L2-L4) 7. N. ischiadicus L4-S3
R. anterior 8. N. fibularis communis L4-
R. cutaneous S2
R. posterior N. cutaneus surae lateralis
Rr. Musculares R. communicans fibularis
6. N. obturatorius accessories 9. N. fibularis profundus
(L3,L4) Rr. Musculares
7. N. femoralis (L2-L4) Nn. Digitales dorsales pedis
Rr. Musculares 10. N. fibularis superficialis
Rr. Cutanei anteriores Rr. Musculares
N. saphenous N. cutaneus dorsalis
R. infrapatellaris medialis
Rr. Cutanei cruris mediales N. cutaneus dorsalis
intermedius
Nn. Digitales dorsalis
29

pedis
11. N. tibialis (L4-S3)
Rr. Musculares
N. interosseus cruris
N. cutaneus surae medialis
N. suralis
N. cutaneus dorsalis
lateralis
Rr. Calcanei lateralis
Rr. Calcanei medialis
N. plantaris medialis
Nn. Digitales plantares
communes
Nn. Digitales plantares
propii
N. plantaris lateralis
R. superficialis
Nn. Digitales plantares
communes
Nn. Digitales plantares
propii
R. profundus
12. N. pudendus (S1-S4)
Nn. Rectales (anales)
inferiores (S3-S4)
Nn. Perineales
Nn. Scrotales posterior/
Nn. Labiales posteriors
Rr. Musculares
N. dorsalis pedis / N.
dorsalis clitoridis

(Paulsen, F dan J Waschke, 2012)


30
31

DAFTAR PUSTAKA

Erochenko, Victor P. 2015. Atlas Histologi Difiore. Edisi 12. EGC. Jakarta

Marieb, Elaine Nicpon. 2013. Human Anatomy and Physiology Ninth Edition.
USA: Pearson.
Mescher, A. L. 2014. Histologi Dasar Junqueera. Edisi 12. Penerbit Buku
Kedokteran EGC. Jakarta.

Paulsen, F dan J. Waschke. 2012. Sobotta Atlas Anatomi Manusia. Edisi 21.
EGC. Jakarta

Anda mungkin juga menyukai