Disusun Oleh :
1. Sekar Kedaton 20151111006
2. Sisma Chendra M.T 20151111026
Muhammadiyah berasal dari kata bahasa arab "Muhammad" yaitu nama nabi atau
Rasul yang terakhir. Kemudian mendapatkan "ya nisbiyah" yang artinya menjeniskan.
Jadi Muhammadiyah berarti umatnya Muhammad atau pengikut Muhammad. Yaitu
semua orang yang meyakini bahwa Muhammad adalah hamba dan pesuruh Allah yang
terakhir. Dengan demikian siapapun yang beragama Islam maka dia adalah orang
Muhammadiyah, tanpa dilihat atau dibatasi oleh perbedaan organisasi, golongan bangsa,
geografis, etnis dan sebagainya.
” Gerakan yang digetarkan oleh motivasi seperti itulah yang nantinya barhak mempunyai
landasan dan akar yang kuat. Dalam gerakannya itu beliau dibantu oleh sahabat-sahabatnya. Ini
membuktikan bahwa untuk melaksanakan Islam tidak bisa sendirian, tetapi harus bersama-sama
dengan yang lain. Karenanya belakangan KH. Ahmad Dahlan memilih orang-orang yang
sepaham, yang juga mempunyai pikiran jangka jauh. Sebabnya karena gerakan ini tidak cukup
hanya untuk satu-dua tahun saja, melainkan untuk terus menerus. Untuk itulah diangkat beberapa
orang murid (santri). Kemudian pada tanggal 8 Dzulhijjah 1330 (bertepatan tanggal 18 november
1912) Muhammadiyah diresmikan menjadi organisasi persyarikatan dan berkedudukan di
Yogyakarta yang dipimpin langsung oleh KH. Ahmad Dahlan. Jadi organisasi yang didirikannya
merupakan penyempurnaan dari pelaksanaan gerakan yang telah dilakukan sebelumnya.
Faktor subyektif
Faktor Subyektif yang sangat kuat, bahkan dikatakan sebagai faktor utama dan faktor
penentu yang mendorong berdirinya Muhammadiyah adalah hasil pendalaman K.H.Ahmad
Dahlan terhadap Al Qur'an dan sunnah Nabi dalam menelaah, membahas dan meneliti dan
mengkaji kandungan isinya. Sikap K.H. Ahmad Dahlan seperti ini sesungguhnya dalam rangka
melaksanakan firman Allah sebagaimana yang tersimpul dalam dalam surat An-Nisa ayat 82 :
Artinya: Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al-Qur’an? kalau kiranya Al-Qur’an itu
bukan dari sisi Allah, tentulah mereka mendapat pertentangan yang banyak di dalamnya.
Artinya: “Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al quran ataukah hati mereka terkunci?”.
Yaitu melakukan taddabur atau memperhatikan dan mencermati dengan penuh ketelitian
terhadap apa yang tersirat dalam ayat.
Sikap seperti ini pula lah yang dilakukan K.H.Ahmad Dahlan ketika menatap surat Ali Imran
ayat 104 :
Artinya : "Dan hendaklah ada diantara kamu sekalian segolongan umat yang menyeru kepada
kebajikan, menyuruh kepada yang makruf dan mencegah yang munkar, merekalah orang-orang
yang beruntung ".
Memahami seruan diatas disinilah kelebihan K.H Ahmad Dahlan dengan ulama-ulama
lainnya. Beliau sangat sabar dengan apa yang dikajinya, memberi bekas yang mendalam pada
setiap pekerjaannya, dan yakin dengan apa yang dikerjakannya. Atas dasar pendalaman terhadap
ajaran islam yang murni yang berdasarkan Al-Quran dan Sunnah Nabi, beliau sampai pada
pendirian umat islam hanya bisa maju dengan kedua dasar tersebut. Disamping itu, umat islam
harus digerakkan untuk berjuang dan beramal dengan suatu kekuatan maka dari itu beliau
tergerak hatinya untuk membangun sebuah perkumpulan, organisasi atau persyarikatan yang
teratur dan rapi yang tugasnya berkhidmad pada melaksanakan misi dakwah Islam Amar Makruf
Nahi Munkar di tengah masyarakat kita.
Faktor Obyektif
Ada beberapa sebab yang bersifat objektif yang melatar belakangi berdirinya
Muhammadiyah, yang sebagian dapat dikelompokkan dalam faktor internal, yaitu faktor-faktor
penyebab yang muncul di tengah-tengah kehidupan masyarakat Islam Indonesia, dan
sebagiannya dapat dimasukkan ke dalam faktor eksternal, yaitu faktor-faktor penyebab yang ada
di luar tubuh masyarakat Islam Indonesia.
Bid’ah adalah segala macam tambahan yang dimasukkan orang ke dalam agama
sedangkan khurufat dapat dikatakan semacam tahayul yang merusak kemurnian iman.
Maka untuk memurnikan ibadah dan meluruskan iman serta membersihkannya dari segala
macam tambahan-tambahan perlu dibentuk suatu organisasi yang mampu mengemban tugas
tersebut.
Sistem pendidikan ini umumnya dijalankan oleh umat islam, dan merupakan
sistem pendidikan yang sudah tua umurnya dan merupakan pendidikan satu-satunya
yang ada pada waktu itu, dengan hanya mengajarkan ilmu-ilmu keagamaan saja.
Seperti itu Nahwu, ilmu fikih, ilmu Tauhid, ilmu tafsir dan tasawuf. Di dalamnya
tidak diajarkan ilmu pengetahuan umum dan cara pengajarannya banyak
menggunakan metode weton dan ceramah dan metode sorongan dimana murid
meyodorkan kitabnya untuk dikaji dan kyai membaca dan menerangkannya. Sudah
tentu sistem pendidikan ini mempunyai arti dan hasil tersendiri yang tak kurang
manfaatnya. Akan tetapi dilihat dari segi pendidikan secara keseluruhan, masih
memerlukan penyempurnaan terutama segi-segi yang bersifat umum dan kecakapan-
kecakapan praktis lainnya.
4.1 Kesimpulan
Muhammad Darwis atau lebih dikenal dengan K.H. Ahmad Dahlan menuntut ilmu di
kota suci Makkah, dan hasil dari pendidikannya itu kemudian beliau membentuk
sebuah wadah perubahan untuk kembali kepada Al-Qur’an dan As -unnah Rasullullah
sesuai dengan arti Muhammadiyah yaitu pengikut NabiMuhammad SAW. Dari
terbentuknya Muhammadiyah di kampung KaumanYogyakarta pada tanggal 8
Dzulhijah 1330 H yang bertepatan pada 18 November1912 M dan tersebar luas
hampir seluruh Indonesia sehingga menjadi organisasi besar sampai dengan sekarang
tidak lepas dari buah pikiran K.H. Ahmad Dahlan.
4.2 Saran