Anda di halaman 1dari 10

Makalah AIK III (Kemuhammadiyahan)

Faktor Penyebab Berdirinya Muhammadiyah


(Faktor subyektif dan Faktor Internal)

Disusun Oleh :
1. Sekar Kedaton 20151111006
2. Sisma Chendra M.T 20151111026

Prodi : Pendidikan Bahasa Inggris

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan


Universitas Muhammadiyah Surabaya
2016-2017
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pembaharuan pemikiran dalam dunia Islam secara metodologis merupakan usaha


para pemikir dan ulama untuk memahami ajaran Islam dengan mempergunakan segenap
kemampuan kemanusiaannya sebagaimana dianugerahkan Allah. Usaha pemikiran
tersebut kemudian dikaitkan dengan berbagai perkembangan sosial budaya yang sedang
berkembang dalam usaha untuk mencari penyelesaian dan mengatasi persoalan di dalam
kehidupan kemasyarakatan yang sedang dihadapi. Hasil pemikiran yang dilakukan secara
mendalam dan sungguh-sungguh tersebut, kemudian melahirkan berbagai gerakan
pembaharuan yang merupakan operasionalisasi dan pelaksanaan dari hasil pemahaman
dan pemikirannya terhadap ajaran Islam di Indonesia lahir beberapa organisasi atau
gerakan Islam, diantaranya adalalah Muhammadiyah yang lebih dari 30 tahun sebelum
merdeka, dan organisasi lainnya yang bergerak di bidang politik, sosial dan pendidikan.
Muhammadiyah adalah organisasi yang berdiri bersamaan dengan kebangkitan
masyarakat Islam Indonesia pada dekade pertama yang sampai hari ini bertahan dan
membesar yang sulit dicari persepadanannya. Jika dilihat dari amal usaha dan dan
gerakan Muhammadiyah di bidang sosial kemasyarakatan, khususnya di bidang
pendidikan dan dan kesehatan, maka Muhammadiyah merupakan organisasi sosial
keagamaan yang terbesar di Indonesia, bahkan banyak kalangan menye butkan
sebagai terbesar di seluruh dunia. Demikian pula dalam berbagai hal yang menyangkut
amal usaha dan konseptualisasi nilai-nilai Islam secara kontekstual. Dengan usaha
Muhammadiyah yang terakhir itu, nilai-nilai ajaran Islam dapat dirasakan oleh
masyarakat menjadi lebih dekat dan akrab dengan permasalahan kehidupan manusia
sehari-hari.

1.2 Rumusan Masalah


Dari latar belakang di atas yang menyebutkan bahwa Muhammadiyahsebagai
organisasi sosial keagamaan yang terbesar di Indonesia bahkan banyak yang mengatakan
yang terbesar di dunia, maka sangat menarik sekali jika kitalebih mendalami untuk
memahami tentang bagaimana sebenarnya latar belakang berdirinya Muhammadiyah dan
apa saja faktor - faktor yang melatarbelakangi pendiriannya, sehingga sampai saat ini
masih bisa tetap terjaga eksistensinyasebagai organisasi sosial kemasyarakatan yang
terbesar di Indonesia bahkan dunia.
1.3 Tujuan Penulisan Makalah
Tujuan pembuatan makalah ini ialah untuk memenuhi tugas perkuliahan yang
diberikan oleh dosen pembimbing kami, mata kuliah Al Islam dan Kemuhammadiyahan.
Disamping itu penulis juga ingin mengetahui lebih dalam tentang bagaimana
Muhammadiyah didirikan serta apa saja faktor-faktor yang melatarbelakangi
pendiriannya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Muhammadiyah
Perserikatan Muhammadiyah sudah dikenal luas sejak beberapa puluh tahun yang
lalu oleh masyarakat Internasioanal, khususnya oleh masyarakat alam Ialamy. Nama
Muhammadiyah sudah sangat akrab di telinga masayrakat pada umumnya. Adapun arti
nama Muhammadiyah dapat dilihat dari dua segi, yaitu arti bahasa atau etimologis dan
arti istilah atau terminologis.

1. Arti Bahasa atau estimologis :

Muhammadiyah berasal dari kata bahasa arab "Muhammad" yaitu nama nabi atau
Rasul yang terakhir. Kemudian mendapatkan "ya nisbiyah" yang artinya menjeniskan.
Jadi Muhammadiyah berarti umatnya Muhammad atau pengikut Muhammad. Yaitu
semua orang yang meyakini bahwa Muhammad adalah hamba dan pesuruh Allah yang
terakhir. Dengan demikian siapapun yang beragama Islam maka dia adalah orang
Muhammadiyah, tanpa dilihat atau dibatasi oleh perbedaan organisasi, golongan bangsa,
geografis, etnis dan sebagainya.

2. Arti Istilah atau terminologis :

Muhammadiyah adalah gerakan Islam, Dakwah Amar Makruf Nahi Munkar,


berasas Islam dan bersumber dari Al Qur'an dan Sunah didirikan oleh KH. Ahmad
Dahlan pada tanggal 8 Dzulhijah 1330 H, bertepatan tanggal 18 November 1912 M di
kota Yogyakarta
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Muhammadiyah Sebelum Menjadi Organisasi
KH. Ahmad Dahlan mendirikan Muhammadiyah sebagai upaya penyempurnaan
pemikiran beliau dalam melaksanakan Islam dengan sebenar- benarnya dan sebaik-baiknya.
Sebelum resmi menjadi organisasi, Muhammadiyah merupakan gerakan atau bentuk kegiatan
dalam rangka melaksanakan agama Islam secara bersama-sama. Perkumpulan ini diprakarsai
oleh KH. Ahmad Dahlan dan bermula di kampung Kauman. Dengan didirikan di Kauman
memberikan kesan bahwa KH. Ahmad Dahlan sangat memperhatikan lingkungannya. Mungkin
dijiwai oleh ayat Alquran yang berbunyi : Quu anfusakum wa ahlikum naara, yang artinya
“Jagalah dirimu dan keluargamu dari api neraka.

” Gerakan yang digetarkan oleh motivasi seperti itulah yang nantinya barhak mempunyai
landasan dan akar yang kuat. Dalam gerakannya itu beliau dibantu oleh sahabat-sahabatnya. Ini
membuktikan bahwa untuk melaksanakan Islam tidak bisa sendirian, tetapi harus bersama-sama
dengan yang lain. Karenanya belakangan KH. Ahmad Dahlan memilih orang-orang yang
sepaham, yang juga mempunyai pikiran jangka jauh. Sebabnya karena gerakan ini tidak cukup
hanya untuk satu-dua tahun saja, melainkan untuk terus menerus. Untuk itulah diangkat beberapa
orang murid (santri). Kemudian pada tanggal 8 Dzulhijjah 1330 (bertepatan tanggal 18 november
1912) Muhammadiyah diresmikan menjadi organisasi persyarikatan dan berkedudukan di
Yogyakarta yang dipimpin langsung oleh KH. Ahmad Dahlan. Jadi organisasi yang didirikannya
merupakan penyempurnaan dari pelaksanaan gerakan yang telah dilakukan sebelumnya.

3.2 Faktor-faktor Muhammadiyah didirikan

Faktor subyektif
            Faktor Subyektif yang sangat kuat, bahkan dikatakan sebagai faktor utama dan faktor
penentu yang mendorong berdirinya Muhammadiyah adalah hasil pendalaman K.H.Ahmad
Dahlan terhadap Al Qur'an dan sunnah Nabi dalam menelaah, membahas dan meneliti dan
mengkaji kandungan isinya. Sikap K.H. Ahmad Dahlan seperti ini sesungguhnya dalam rangka
melaksanakan firman Allah sebagaimana yang tersimpul dalam dalam surat An-Nisa ayat 82 :
Artinya: Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al-Qur’an? kalau kiranya Al-Qur’an itu
bukan dari sisi Allah, tentulah mereka mendapat pertentangan yang banyak di dalamnya.

dan surat Muhammad ayat 24 :

Artinya: “Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al quran ataukah hati mereka terkunci?”.

Yaitu melakukan taddabur atau memperhatikan dan mencermati dengan penuh ketelitian
terhadap apa yang tersirat dalam ayat.

Sikap seperti ini pula lah yang dilakukan K.H.Ahmad Dahlan ketika menatap surat Ali Imran
ayat 104 :

Artinya : "Dan hendaklah ada diantara kamu sekalian segolongan umat yang menyeru kepada
kebajikan, menyuruh kepada yang makruf dan mencegah yang munkar, merekalah orang-orang
yang beruntung ".
Memahami seruan diatas disinilah kelebihan K.H Ahmad Dahlan dengan ulama-ulama
lainnya. Beliau sangat sabar dengan apa yang dikajinya, memberi bekas yang mendalam pada
setiap pekerjaannya, dan yakin dengan apa yang dikerjakannya. Atas dasar pendalaman terhadap
ajaran islam yang murni yang berdasarkan Al-Quran dan Sunnah Nabi, beliau sampai pada
pendirian umat islam hanya bisa maju dengan kedua dasar tersebut. Disamping itu, umat islam
harus digerakkan untuk berjuang dan beramal dengan suatu kekuatan maka dari itu beliau
tergerak hatinya untuk membangun sebuah perkumpulan, organisasi atau persyarikatan yang
teratur dan rapi yang tugasnya berkhidmad pada melaksanakan misi dakwah Islam Amar Makruf
Nahi Munkar di tengah masyarakat kita.

Faktor Obyektif
Ada beberapa sebab yang bersifat objektif yang melatar belakangi berdirinya
Muhammadiyah, yang sebagian dapat dikelompokkan dalam faktor internal, yaitu faktor-faktor
penyebab yang muncul di tengah-tengah kehidupan masyarakat Islam Indonesia, dan
sebagiannya dapat dimasukkan ke dalam faktor eksternal, yaitu faktor-faktor penyebab yang ada
di luar tubuh masyarakat Islam Indonesia.

Faktor obyektif yang bersifat internal

1. Ketidakmurnian amalan Islam akibat pengaruh tradisi-tradisi yang


bukan islam :
Banyak sekali bid’ah dan khurufat yang merusak kemurnian aqidah dan ibadah dalam
islam dipraktekkan serta menjadi kebiasaan kaum muslimin, seolah-olah semua itu merupakan
perintah agama. Seperti pada waktu mengandung, melahirkan, mengkhitankan, mengawinkan
dan pada saat terjadi kematian, pada waktu mencari jodoh, bercocok tanam dan memotong padi.
Masa-masa tersebut penuh diliputi dengan kebiasaaan-kebiasaan yang bersifat bid’ah dan
khurafat.

Bid’ah adalah segala macam tambahan yang dimasukkan orang ke dalam agama
sedangkan khurufat dapat dikatakan semacam tahayul yang merusak kemurnian iman.

Maka untuk memurnikan ibadah dan meluruskan iman serta membersihkannya dari segala
macam tambahan-tambahan perlu dibentuk suatu organisasi yang mampu mengemban tugas
tersebut.

2. Lembaga-lembaga pendidikan yang ada perlu penyempurnaan bentuk


dan isi sehingga lebih sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai
Menjadi kenyataan, bahwa lembaga-lembaga pendidikan pada masa itu terbagi kedalam dua
kutub, yaitu :
a. Pendidikan yang bersistem pondok pesantren

Sistem pendidikan ini umumnya dijalankan oleh umat islam, dan merupakan
sistem pendidikan yang sudah tua umurnya dan merupakan pendidikan satu-satunya
yang ada pada waktu itu, dengan hanya mengajarkan ilmu-ilmu keagamaan saja.
Seperti itu Nahwu, ilmu fikih, ilmu Tauhid, ilmu tafsir dan tasawuf. Di dalamnya
tidak diajarkan ilmu pengetahuan umum dan cara pengajarannya banyak
menggunakan metode weton dan ceramah dan metode sorongan dimana murid
meyodorkan kitabnya untuk dikaji dan kyai membaca dan menerangkannya. Sudah
tentu sistem pendidikan ini mempunyai arti dan hasil tersendiri yang tak kurang
manfaatnya. Akan tetapi dilihat dari segi pendidikan secara keseluruhan, masih
memerlukan penyempurnaan terutama segi-segi yang bersifat umum dan kecakapan-
kecakapan praktis lainnya.

b. Pendidikan yang bersistem sekolah

Sistem pendidikan ini terutama sekali dijalankan oleh pemerintah colonial


Belanda, dengan hanya mengajarkan ilmu pengetahuan umum, tanpa memasukkan
kedalamnya pendidikan agama. Sekalipun metode dan alat-alat pendidikan dan
pengajarannya cukup lengkap akan tetapi masih terdapat kekurangan pokok, yaitu
lemahnya pendidikan moral dan agama.
Dengan kenyataan tersebut, K.H. ahmad dahlan mengkombinasikan unsure-unsur
yang baik dari kedua sistem yang ada. Maka didirikanlah sekolah muhammadiyah
pada tahun 1911, yang mengajarkan ilmu-ilmu umum dan ilmu-ilmu keagamaan dan
menggunakan metode serta cara-cara baru. Dengan berdirinya muhammadiyah
tersebut, sebenarnya muhammadiyah tidak lagi memisah-misahkan pelajaran agama
dan pelajaran umum, karena muhammadiyah meyakini bahwa semua pelajaran adalah
meruakan perintah agama yang mendaorong untuk menuntut segala macam ilmu yang
bermanfaat. Dengan keyakinana yang sama muhammmadiyah tidak lagi membagi-
bagi pelajaran dalam wujud sekian prosen pelajaran agama dan sekin prosen pelajaran
umum. Sebab pada dasarnya, pemisahan pelajaran dalam ilmu agama dan ilmu umum
adalah akibat dari penjajahan barat yang memisahkan urusan dunia dengan urusan
akhirat. Yang semua itu sama sekali bukan merupakan ajaran islam yang benar.
Untuk menjamin sistem dan isi pendidikan yang diharapkan dapat mengantarkan pada
tujuan, maka harus didirikan suatu organisasi yang mampu mengurus dan mengelola
sistem pendidikan seperti tersebut.
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Muhammad Darwis atau lebih dikenal dengan K.H. Ahmad Dahlan menuntut ilmu di
kota suci Makkah, dan hasil dari pendidikannya itu kemudian beliau membentuk
sebuah wadah perubahan untuk kembali kepada Al-Qur’an dan As -unnah Rasullullah
sesuai dengan arti Muhammadiyah yaitu pengikut NabiMuhammad SAW. Dari
terbentuknya Muhammadiyah di kampung KaumanYogyakarta pada tanggal 8
Dzulhijah 1330 H yang bertepatan pada 18 November1912 M dan tersebar luas
hampir seluruh Indonesia sehingga menjadi organisasi besar sampai dengan sekarang
tidak lepas dari buah pikiran K.H. Ahmad Dahlan.

4.2 Saran

Dari kesimpulan di atas, dapat disarankan hal-hal sebagai berikut :


1. Sebagai warga umat Islam Muhammadiyah, kita harusmempertahankan dan
meneruskan perjuangan KH. Ahmad Dahlan darisegala bentuk yang dapat
menghancurkan agama Islam.
2. Sebagai umat Islam yang beriman dan bertaqwa pada-Nya, kita
tidakseharusnya melakukan hal-hal yang dilarang Islam seperti tahayul,bid’ah,
khurofat. Kita harus menjalankan dan mengamalkan seperti apayang diajarkan dalam
Al-Qur ’an dan Al-Hadist.
3. Sebagai umat Islam yang berilmu, kita harus memperdalam ilmu dalamsegala
bidang seperti IPTEK dan ilmu yang lainnya tanpamembedakan, dengan syarat kita
tahu apa yang kita pelajari sesuaidengan ajaran Islam.
4. Untuk menjaga agama Islam dari pemusnahan orang-orang kafir, kitas sebagai
umat Islam harus bersatu melindungi agama Islam
DAFTAR PUSTAKA

http://violetaindriani.blogspot.com/2013_11_01_archive.html 18 November 2014 17:32

http://id.wikipedia.org/wiki/Ahmad_Dahlan 18 November 2014 17:32

Anda mungkin juga menyukai