PENDAHULUAN
1
(1999) pembekuan berarti pemindahan panas dari bahan yang disertai dengan
perubahan fase daric air ke padat dan merupakan salahsatu proses yang umum di
lakukan untuk penanganan bahan pangan. Pada proses pembekuan, penurunan
suhu akan menurunkan aktifitas mikroorganisme dan system enzim, sehingga
mencegah kerusakan bahan pangan.selain itu , kristalisasi air akibat pembekuan
akan mengurangi kadar air bahan dalam fase cair di dalam bahan pangan tersebut
sehingga menghambat pertumbuhan mikroba atau aktivitas sekunder enzim.
Proses pembekuan terjadi secara bertahap dari permukaan smapai pusat
mahan. Pada pemukaan bahan.Pembekuan berlangsung cepat sedangkan pada
bagian lebih dalm, proses pembekuan berlangsung lambat (Brennan, 1981).
Paada awal proses pembekuan, terjadi fase precooling dimana suhu bahan
diturunkan dari suhu awal ke suhu titik beku. Pada tahap ini semua kandungan air
bahan berada pada keadaan cair (Holdworth, 1968). Setelah setahap precooling
terjadi tahap perubahan fase,pada tahap ini terjadi pembentukan Kristal es
(Heldman dan singh,1981).
2
b. Dapat menambah keterampilan dan wawasan dalam dunia usaha yang
professional dan handal.
c. Untuk mengasah keterampilan yang telah diberikan di sekolah dan juga
sesuai visi dan misi Sekolah Menengah Kejuruan (SMK).
2. Bagi Sekolah
a. Sekolah akan dikenal lebih luas tidak hanya mengetahui lokasi sekolah,
tetapi juga siswa yang melakukan prakerin diperusahaan tersebut dan
sebagai ajang unjuk bakat siswa agar diterima kemampuannya
diperusahaan.
b. Tercapainya tujuan Praktek Kerja Industri (PRAKERIN)
c. Terjadinya kesesuaian dan keselarasan antara program pendidikan dengan
kebutuhan dunia usaha
3
BAB II
PROFIL PERUSAHAAN
B. Profil Perusahaan
Ikan yang di bekukan adalah ikan layur, gurita, ayam-ayam, CV. Bahari
Express mampu bersaing dengan perusahaan yang lain. Saat ini CV. Bahari
Express mempunyai 3 kapal dan 10 ABK,di tahun 2009 CV.Bahari Express
berubah nama menjadi PT. Bahari Pratama Mandiri dan di sahkan pada tanggal 26
agustus 2011 oleh Rasid Wiyogo.
4
C. Struktur Organisasi
Komisaris
Manager
Ujay
Kepala Prosesing
Eem Pujaemah
Security Mekanik
Udin Toto
Prosesing
Dede
Simon
5
BAB III
LANDASAN TEORI
6
semua perairan pantai Indonesia. Terdapat enam jenis layur di Perairan
Indonesia.Jenis layur yang banyak terdapat di perairan pantai Pulau Jawa adalah
dari jenis Trichiurus haumela.Selain itu, di beberapa muara sungai di Sumatera
dijumpai jenis layur yang berukuran lebih kecil, yaitu Trichiurus savala dan
Trichiurus glossodon. Secara umum, bentuk ikan layur dari spesies Trichiurus
haumela, Trichiurus savala dan Trichiurus glossodon dapat dilihat pada Gambar
3.1, 3.2 dan 3.3.
7
Daerah penyebaran ikan layur meliputi hampir seluruh perairan pantai
Indonesia, sperti Tuban, Lawang, Jampang, Palabuhanratu, Cibanteng, Ujung
Genteng dan Sukawayana. Selain itu ikan layur juga terdapat di Perairan Jepang,
Filipina, Teluk Benggala, Teluk Siam, sepanjang Laut Cina Selatan hingga pantai
utara Australia, juga tersebar luas di perairan dangkal di Afrika Selatan
(Direktorat Jendral Perikanan, 1998).
Musim penangkapan ikan layur di Palabuhanratu terjadi satu kali setahun,
yaitu antara Bulan Oktober-Januari.Musim puncak terjadi pada Bulan November
dan musim terendah pada bulan Mei.Kelimpahan tertinggi terjadi pada Bulan
Oktober-Januari bertepatan dengan awal musim barat.Pada saat musim barat
kelimpahan ikan layur mengalami peningkatan, hal ini terkait dengan habitatnya
yang cenderung hidup di dasar perairan (Astuti, 2008).
8
Selatan hingga pantai utara Australia, dan tersebar luas di perairan dangkal di
Afrika Selatan (Widiyanto, 2008)
B. Pembekuan Ikan
1. Definisi Pembekuan Ikan
Pembekuan ikan berarti menyiapkan ikan untuk disimpan di dalam suhu
rendah (cold storage). Pembekuan bukanlah sebuah cara pengawetan (Adawyah,
2008). Pembekuan ikan menggunakan suhu yang lebih rendah, yaitu dibawah titik
beku ikan. Pembekuan mengubah hampir seluruh kandungan air pada ikan
menjadi edis, tetapi pada waktu ikan beku dilelehkan kembali untuk digunakan,
keadaan ikan harus kembali seperti semula. Keadaan beku menghambat aktivitas
bakteri dan enzim sehingga daya awet ikan beku lebih besar dibandingkan dengan
ikan yang hanya didinginkan. Pada suhu -12°C, keadaan bakteri telah dapat
dihentikan, tetapi proses kimia enzimatis masih terus berjalan.
9
Gambar 3.4 Diagram Alir Proses Ikan Beku
(Sumber: SNI 4110, 2014)
3. Bentuk-Bentuk Ikan Yang Dibekukan
Cara mempersiapkan ikan untuk dibekukan tegantung pada bentuk apa yang
dikehendaki. Ikan dapat dibekukan dalam bentuk blok di dalam kantongkantong
plastik atau secara individual, sedangkan ikan sendiri dapat disiapkan dalam
bentuk whole (utuh), gill dan gutted (dibuang insang danisi perutnya) dan bentuk
fillet steak, stick, loin, dan sebagainya. selain itu ikan juga bisa dibekukan dalam
bentuk individual (tunggal, satu ekor atau satu potong daging), dan blok, beberapa
ekor atau beberapa potong ikan menjadi satu blok (Adawyah, 2008).
4. Proses Pembekuan
Pembekuan berarti mengubah kandungan cairan itu menjadi es. Ikan mulai
C. FreeC, atau rata-rata pada -1C sampa -2membeku pada suhu antara -0,6
10
water adalah yang paling awal membeku, disusul oleh bound water. Pembekuan
dimulai dari bagian luar, bagian tengah membeku paling akhir.Pembekuan
merupakan pengeluaran panas dari bahan yang dibekukan.Prosesnya terbagi atas
tiga tahapan yaitu tahap pertama, suhu menurun hingga saat tercapainya titik
beku. Tahap kedua, suhu turun perlahan-lahan karena 2 hal, penarikan panas dari
ikan bukan penurunan suhu, melainkan karena pembekuan air di dalam tubuh
ikan, dan terbentuknya es pada bagian luar ikan adalah penghambat untuk proses
pendinginan dari bagian-bagian di dalam. Tahap ketiga, jika kira-kira tiga
perempat bagian dari kandungan air sudah beku, penurunan suhu kembali berjalan
cepat (Adawyah, 2008). Berdasarkan panjang pendeknya thermal arrest time,
pembekuan dibagi menjadi dua yaitu pembekuan cepat (quick freezing), yaitu
pembekuan dengan waktu tidak lebih dari dua jam dan pembekuan lambat
(slowfreezing atau sharp freezing), yaitu bila waktu pembekuan lebih dari dua jam
(Adawyah, 2008).
Kristal-kristal es yang terbentuk selama pembekuan berbeda ukurannya
tergantung kepada kecepatan pembekuan.Pembekuan cepat menghasilkan Kristal
yang kecil-kecil di dalam jaringan daging ikan. Jika ikan yang dibekukan
dicairkan kembali maka kristal-kristal yang keluar akan diserap kembali oleh
daging dan hanya sedikit yang lolos. Pembekuan lambat akan menghasilkan
kristal yang besar-besar sehingga merusak jaringan daging ikan, sehingga tekstur
daging ikan setelah dicairkan menjadi kurang baik karena akan berongga-rongga.
11
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Produk Ikan Layur
Menurut SNI 6940.1:2011 (BSN 2011), ikan layur beku merupakan produk
hasil perikanan dengan bahan baku layur segar utuh yang mengalami perlakuan
pembekuan. Ikan layur beku merupakan produk hasil perikanan yang diproduksi
di PT. Bahari Pratama Mandiri Plabuahan Ratu. Kondisi ikan layur dipertahankan
untuk selalu dalam keadaan segar dan terhindar dari kerusakan baik fisik, kimia
maupun biologi sehingga sesuai dengan kriteria yang dibutuhkan oleh konsumen
serta memenuhi standar yang ditetapkan oleh Badan Standarisasi Nasional (BSN)
mengenai produk ikan layur beku. PT. Bahari Pratama Mandiri Plabuhan Ratu
memiliki rata-rata produksi perhari ± 2 ton dengan deskripsi produk disajikan
pada tabel 4.1 berikut :
Tabel 4.1 Deskripsi Produk Ikan Layur Beku di PT. Bahari Pratama Mandiri
Plabuhan Ratu.
1. Nama Produk Ikan Layur Beku
2. Nama Spesies Trichiurus savala
Trichiurus haumela
Trichiurus lepturus
3. Produk Akhir Ikan Layur Beku
4. Tahapan Pengemasan Kemasan dalam : dimasukan dalam kantong
plastik.
Kemasan luar : karton
5. Persyaratan Disimpan dalam cold storage dengan suhu
maksimum -20 0C
6. Umur Simpan 18 bulan disimpan dalam cold storage dengan
suhu maksimum -20 0C
7. Label/spesifikasi Nama perusahaan, Negara asal, ukuran, nama
produk, berat bersih dank ode produksi
8. Penggunaan produk Dimasukan sebelum dikonsumsi
9. Pelanggan Masyarakat umum
Asia : Korea, China, Thailand
12
Sumber : PT. Bahari Pratama Mandiri Plabuhan Ratu (2017)
a) Pembongkaran
Ikan layur yang didaratkan di PPN Plabuhan Ratu dalam keadaan segar dan
utuh. Ikan layur hasil tangkapan nelayan menggunakan kapal berkapasitas 5-15
PK (Gambar 4.1). Alat tangkap yang digunakan adalah gill net dan pancing
rawai. Ikan hasil tangkapan ditangani dengan hati-hati, bersih, cepat dan diberikan
perlakuan dingin selama di kapal untuk menjaga kesegaran ikan sebelum diproses
lebih lanjut di perusahaan.
13
b) Pemindahan Ikan Layur ke dalam Wadah Pengangkutan
Ikan layur dibongkar dari palka kapal kemudian dipindahkan ke dalam
wadah pengangkutan (boks plastik atau striofoam) dengan hati-hati supaya tidak
terjadi kerusakan fisik pada ikan. Penanganan dengan rantai dingin dilakukan
pada tahap ini dengan menambahkan es curai pada boks/striofoam yang telah
berisi ikan.Ikan disortir berdasarkan kualitas yang memenuhi standar ekspor untuk
dikirim ke perusahaan.
14
Menurut Hadieyoto (1993), hal yang perlu diperhatikan dalam pemilihan
bahan baku adalah mutu mutu bahan baku atau kesegarannya, mutu bahan baku
mempengaruhi mutu produk akhir yang dihasilkan. Proses penanganan tidak dapat
meningkatkan mutu tetapi hanya dapat mempertahankan mutu dan menghambat
tumbuhnya bakteri patogen. Penerimaan bahan baku dilakukan dalam beberapa
tahapan proses diantaranya :
a) Pembongkaran
Proses pembongkaran dilakukan di ruangan bahan baku. Bahan baku yang
ditunkan dari kendaraan berada dalam boks plastik/striofoam. Ikan dalam boks
diberi es curai untuk mempertahankan kesegaran ikan dengan perlakuan suhu
rendah dan tidak melebihi 3 0C (Purwaningsih 1995). Kapasitas boks plastik
maksimum 60 kg sementara kapasitas boks striofoam maksimum 30 kg. proses
pembongkaran dilakukan dengan sangat hati-hati untuk menghindari kerusakan
secara fisik pada bahan baku. Kondisi ikan dalam boks plastik disajikan pada
gambar 4.2 berikut.
15
Bahan baku yang sesuai dengan standar langsung diproses oleh bagian
pengolahan dan bahan baku yang tidak sesuai dikembalikan kenelayan.
Bahan baku yang diterima adalah bahan baku yang memiliki suhu dibawah
4 0C dan tidak mengalami kerusakan fisik. Kerusakan secara fisikmerupakan hal
utama yang diperhatikan dalam pemilihan bahan baku karena akan mempengaruhi
pada kualitas ikan yang diekspor. Proses penerimaan bahan baku juga mencatat
mengenai nama pemasok, tanggal penerimaan, jumlah, alat tangkap yang
digunakan dan daerah penangkapannya.
16
3. Penimbangan (Weighing)
Proses penimbangan dilakukan menggunakan timbangan digital dan
menggunakan keranjang dengan patokan 10 kg/keranjang. Hal ini dilakukan untuk
mempermudah dalam proses penyusunan. Ikan yang ditimbang di keranjang
adalah ikan untuk disusun dalam satu long pan yang memiliki ukuran 90 x 40 x
15. Ikan telah dikelompokan berdasarkan ukuran yang sama sehingga
mempermudah pada saat penyusunan. Kalibrasi alat timbangan dilakukan setiap
dua jam sekali. Berikut ini adalah gambar pada saat penimbangan disajikan pada
gambar 4.3.
4. Pencucian (Washing)
Menurut Hadiwiyoto (1994), perlakuan pencucian ditujukan untuk
menghilangkan kotoran, disamping itu pencucian menggunakan air bersih dapat
mengurangi jumlah bakteri yang ada. Teknik pencucian ikan yang dilakukan di
PT. Bahari Pratama Mandiri adalah dengan memasukan kranjang yang berisi air
ke bak air mengalir. Air yang digunakan adalah air dari PDAM dan telah
distandarisasi sesuai dengan kualitas baku mutu air untuk produksi. Selam proses
pencucian diawasi oleh QC. Berikut ini adalah gambar bak pencucian dalam
proses pencucian disajiakn pada gambar 4.4.
17
Gambar 4.4 Bak Pencucian Ikan
5. Penyusunan (Layering)
Ikan disusun dalam sebuah pan almunium. Penyusunan ikan layur dilakukan
setelah melalui proses sortir dan pencucian. Ikan yang akan disusun telah
dikelompokan berdasarkan ukuran dan grade nya, hal ini dilakukan untuk
mempermudah penyusunan. Susunan ikan bervariasi antara 5-8 ekor/layer dan
bisa mencapai 5 layer atau sekitar 40-45 ekor/longpan. Sementara untuk ikan
yang ukurannya 5-7 ons hanya sekitar 5 ekor/layer dan hanya 3-4 layer atau
sekitar 20-25 ekor/longpan. Proses penyusunan setiap layer dibedakan arah
ikannya untuk membuat susunan ikan rapi. Saat penyusunan ikan gelembung
renang yang masih berisi udara dikeluarkan udaranya untuk menghindari pecah
gelembung pada saat pembekuan yang akan menurunkan kualitas ikan karena
mengalami pecah perut. Setiap layer ikan dilapisi dengan plastik untuk melapisi
dan memisahkan setiap layernya. Proses penyusunan diawasi oleh QC dan pada
proses ini dilakukan pencatatan suhu proses. Pemberian kode dilakukan pada saat
penyusunan untuk mempermudah pada saat packing, kertas warna hijau
digunakan untuk label negara tujan ekspor Korea, kuning untuk negara tujuan
Cina sementara putih untuk negara tujuan Thailand dan warna merah untuk
kualitas ikan yang mengalami pecah perut (brustbelly).
18
Gambar 4.5 Ikan Setelah di Susun dalam Long pan
6. Pembekuan (Freezing)
Proses pembekuan produk dimulai setelah penyusunan selesai dan langsung
dimasukan kedalam Air Blast Freezer (ABF). Proses pembekuan biasanya
berlangsung sekitar 12-14 jam untuk mendapatkan suhu pusat produk -18 0C. Air
Blast Freezer beroprasi pada suhu -25 0C sampai -35 0C dan dipantau setaip 2 jam
sekali kemudian hasilnya dicatat dalam lembar catatan suhu Air Blast Freezer.
Produk yang telah disusun pada long pan selanjutnya disusun untuk
dipindahkan ke dalam ABF dan di susun di rak dalam ruang ABF yang memiliki
kapasitas 3 ton. Proses pembekuan yang dilakukan di PT. Bahari Pratama Mandiri
disajikan pada gambar 4.6.
19
b
Gambar 4.6 Pembekuan Air Blast Freezer.(a) Susunan Long pan Sebelum di
Susun dalam ABF (b) Susunan Long pan dirak ABF
20
8. Penyimpanan
Ikan layur yang telah dikemas dimasukan ke dalam cold storage.
Penyusunan produk berdasarkan spesifikasi produk kemasan ukuran dan negara
tujuan. Produk disusun dengan baik untuk mendapatkan suhu yang merata selama
penyimpanan dalam cold storage. Suhu maksimum dalam cold storage adalah -20
0
C. Kapasitas penyimpanan yang dimiliki oleh PT. Bahari Pratama Mandiri adalah
cold storage berkapasitas 100 ton.
9. Pengangkutan (Transporting)
Produk ikan layur beku yang telah siap diekspor selanjutnya diangkut dalam
truk Thermoking berkapasitas 4 ton menuju plabuhan Tanjung Priuk untuk
selanjutnya di distribusikan ke Surabaya atau diekspor langsung ke Korea, China
dan Thailand. Proses pengangkutan produk dilakukan sangat hati-hati dan dijaga
agar tidak terjadi kenaikan suhu secara drastis yang akan menurunkan mutu
produk. Suhu dalam kendaraan diperthankan pada suhu -18 0C.
21
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Tahapan proses pengolahan bahan baku yaitu mulai dari penerimaan bahan
baku, sortasi, penimbangan, pencucian, penyusunan dalam long pan,
pembekuan, pengemasan dan pelabelan, pendektesian logam, penyimpanan
dan pengangkutan.
2. Proses pengadaan bahan baku telah dilakukan dengan baik dan benar. Hal ini
dapat diketahui mulai dari proses pengangkutan, pembongkaran, dan
pengiriman yang selalu dilakukan pengawasan, baik dalam hal kebersihan
maupun penerapan rantai dingin. Rata-rata penerimaan bahan baku setiap
harinya mencapai 2 – 6 ton per hari.
3. Bahan tambahan yang digunakan seperti air dan es sudah memenuhi
persyaratan pada uji labolatorium
4. Produk di distribusikan ke surabaya dan di kespor ke negara tujuan Kore,
China dan Thailand
B. Saran
1. Sekolah
Agar meningkatkan kreatifitas, pengalaman kerja siswa dengan baik serta
mencari peluang-peluang dunia usaha yang bisa diambil para siswa.
2. Industri
a. Selalu menerima dan mengajari peserta prakerin untuk mengembangkan
kemampuan dan pengalaman dalam dunia industri sehingga siap bekerja
selepas sekolah nantinya.
b. Perlunya penambahan suplayer untuk memaksimalkan bahan baku yang
akan diproduksi sehingga tidak terjadinya penaikan dan penurunan bahan
baku.
3. Siswa
a. Agar selalu semangat dalam menjalankan prakerin
b. Menjadikan prakerin sebagai modal pengalaman dalam melakukan usaha
secara mandiri maupun kelompok dikemudian hari.
22
DAFTAR PUSTAKA
Adawyah, R. 2007. Pengolahan dan Pengawetan Ikan. Bumi Aksara : Jakarta.
Afrianto, E dan Liviawati E. 2003. Pengawetan dan Pengolahan Ikan. Kanisius :
Yogyakarta.
Apriyanto. 1989. Analisis Pangan. Dapertemen Pendidikan dan Kebudayaan
Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Pusat Antar Universitas Pangan dan
Gizi IPB : Bogor.
Badarudin dan Wudianto. 2005. Biologi, Habitat Serta Penyebaran Ikan Layur.
Yayasan Pustaka Nusantara : Yogyakarta.
Bahar, Burhan. 2006. Memilih dan Menangani produk Perikanan. PT. Garamedia
Pustaka: Jakarta.
Fredrick W, Thomas L, Lawson. 2005. Processing Aquatic Food Product. Wiley-
intersecience Publication : Maryland.
Heruwati ES. 2002. Pengolahan Ikan Secara Tradisional:Prospek dan Peluang
Pengembangan. Jurnal Litbang Pertanian 21 (3): 92-99.
Kementrian Kelautan dan Perikanan. 2011. Statistik Perikanan Tangkap
Indonesia 2010. Direktorat Jendral Perikanan Tangkap : Jakarta.
Mulyono D. 2000. Peranan penanganan Pasca Panen dalam Industri Pengolahan
Hasil Perikanan di Sulawesi Tenggata. [Jurnal]. 7 (3).
Nontji. 2005. Laut Nusantara. Djambatan: Jakarta.
Nurhayati. 2006. Pengaruh Kedalaman Terhadap Komposisi Hasil Tangkapan
Pancing Ulur pada Perikanan Layur Laut Plabuhanratu, Kabupaten
Sukabumi Jawa Barat. [Skripsi]. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan,
Institut Pertanian Bogor : Bogor.
Nurjanah, Abdullah A, Kustariyah. 2011. Pengetahuan dan Karakteristik Bahan
Baku Hasil Perairan. IPB Press : Bogor.
Saanin H. 1984. Taksonomi dan Kunci Identifikasi Ikan Jilid I dan II. Bina Cipta:
Bandung.
Winarno F G.1993. Pangan Gizi, Teknologi dan Konsumen. Gramedia : Jakarta.
23