Anda di halaman 1dari 116

MODERASI REPUTASI KANTOR AKUNTAN PUBLIK PADA

PENGARUH UKURAN PERUSAHAAN, PROFITABILITAS,

SOLVABILITAS DAN KOMITE AUDIT TERHADAP

AUDIT REPORT LAG

( Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar dalam

Bursa Efek Indonesia Periode 2015-2017 )

Oleh :
Nama : Kevin Ismael Manaf Putra
NIM : 33150221

Skripsi
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Akuntansi

Program Studi Akuntansi


Konsentrasi Pemeriksaan Akuntansi

INSTITUR BISNIS dan INFORMATIKA KWIK KIAN GIE


JAKARTA
MARET 2019

i
PENGESAHAN

MODERASI REPUTASI KANTOR AKUNTAN PUBLIK PADA


PENGARUH UKURAN PERUSAHAAN, PROFITABILITAS,
SOLVABILITAS DAN KOMITE AUDIT TERHADAP
AUDIT REPORT LAG
( Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar dalam
Bursa Efek Indonesia Periode 2015-2017 )

Diajukan oleh :
Nama : Kevin Ismael Manaf Putra
NIM : 33150221

Jakarta, 10 Januari 2019

Disetujui Oleh :

Pembimbing

( Rizka Indri Arfianti S.E., Ak., M.M., M.Ak., )

INSTITUT BISNIS dan INFORMATIKA KWIK KIAN GIE


JAKARTA 2019

ii
ABSTRAK

Kevin Ismael Manaf Putra / 33150221 / 2019 / Moderasi Reputasi Kantor Akuntan Publik
Pada Pengaruh Ukuran Perusahaan, Profitabilitas, Solvabilitas dan Komite Audit terhadap
Audit Report Lag ( Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar dalam
Bursa Efek Indonesia Periode 2015-2017 ) / Pembimbing : Rizka Indri Arfianti S.E., Ak.,
M.M., M.Ak.,
Sudah baik atau belumnya kinerja perusahaan dapat dinilai dengan melihat performa
dari laporan keuangan yang diterbitkan pada setiap tahunnya. Jika laporan keuangan
menghasilkan nilai positif, maka hal tersebut dapat menarik daya para investor agar
menanamkan modal mereka pada perusahaan tersebut. Setiap perusahaan publik wajib
menyampaikan laporan keuangannya secara berkala kepada bapepam selambat-lambatnya
120 hari setelah tanggal laporan keuangan tahunan, hal ini berdasarkan peraturan Badan
Pengawas Pasar Modal (Bapepam) No.X.K.6, KEP-431/BL/2012. Proses dalam
penyelesaian audit oleh auditor baik dalam KAP Big Four ataupun Non Big Four
mengindikasikan adanya suatu pengaruh dalam laporan keuangan tersebut. Tujuan
penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh ukuran perusahaan, profitabilitas,
solvabilitas dan komite audit terhadap audit report lag dengan reputasi KAP sebagai
variabel pemoderasi.
Audit Report Lag merupakan selisih jumlah hari dari tanggal tutup buku sampai
dengan tanggal tanda tangan dalam laporan auditor independen. Semakin tinggi audit
report lag dapat membahayakan kualitas pelaporan keuangan dengan tidak memberikan
informasi yang tepat waktu kepada investor serta dapat mengurangi tingkat kepercayaan
yang dimiliki investor kepada pasar.
Sampel untuk penelitian ini terdiri dari 47 perusahaan manufaktur yang terdaftar
dalam Bursa Efek Indonesia pada Periode 2015-2017. Pengambilan sampel diukur dengan
teknik non-probability sampling, menggunakan metode purposive sampling. Metode
analisis yang digunakan adalah uji statistik deskriptif, uji pooling, uji asumsi klasik, dan uji
hipotesis. Data diolah dengan menggunakan SPSS 20.
Hasil penelitian uji F menunjukan bahwa semua variabel independen secara
bersama-sama mempunyai pengaruh terhadap audit report lag. Hasil penelitan uji t
menunjukan bahwa hipotesis 2 (dua) serta 4 (empat) diterima karena mempunyai nilai sig
/ 2 dibawah α = 5% dan mempunyai arah pengaruh sesuai kerangka pemikiran. Sedangkan,
hipotesis 1 (satu), 3 (Tiga), 5 (Lima), 7 (Tujuh), 8 (Delapan) ditolak karena mempunyai
nilai sig / 2 diatas α = 5%. Dan hipotesis 6 (enam) tidak konsisten karena mempunyai nilai
sig / 2 dibawah α = 5% tetapi mempunyai arah pengaruh yang tidak sesuai dengan
kerangka pemikiran.
Berdasarkan hasil analisis data, profitabilitas dan komite audit cukup bukti
berpengaruh negatif terhadap audit report lag. Dan reputasi KAP mampu memperlemah
pengaruh profitabilitas terhadap audit report lag. Sedangkan ukuran perusahaan,
solvabilitas dan moderasi reputasi KAP pada ukuran perusahaan, solvabilitas dan komite
audit tidak cukup bukti berpengaruh terhadap audit report lag.

iii
ABSTRACT

Kevin Ismael Manaf Putra / 33150221/2019 / Moderation of Reputation of Public


Accountant Firms on the Effect of Company Size, Profitability, Solvability and Audit
Committee on Audit Report Lag ( Empirical Study on Manufacturing Companies Listed in
Indonesia Stock Exchange Period 2015-2017 ) / Advisor: Rizka Indri Arfianti SE, Ak.,
MM, M.Ak.,
The company's performance can be assessed it has been good or not by looking at
the performance of the financial statements issued each year. If the financial statements
produce a positive value, then it can attract investors to invest their capital in the company.
Every public company is obliged to submit its financial statements periodically to
Bapepam no later than 120 days after the date of the annual financial report, this is based
on the regulations of the Capital Market Supervisory Agency (Bapepam) No.X.K.6, KEP-
431 / BL / 2012. The process of completing an audit by an auditor either in a Big Four or
Non Big Four KAP indicates an influence in the financial statements. The purpose of this
study was to determine the effect of company size, profitability, solvability and audit
committee on audit report lag with the reputation of KAP as a moderating variable.
Audit Report Lag is the difference in the number of days from the closing date of the
book to the date of signature in the independent auditor's report. The higher audit report lag
can endanger the quality of financial reporting by not providing timely information to
investors and can reduce the level of trust investors have to the market.
The sample for this study consisted of 47 manufacturing companies listed on the
Indonesia Stock Exchange in the 2015-2017 Period. Sampling is measured by non-
probability sampling techniques, using purposive sampling method. The analytical method
used is descriptive statistical test, pooling test, classic assumption test, and hypothesis test.
Data is processed using SPSS 20.
The results of the research from the F test show that all independent variables
together have an influence on audit report lag. The results of the t test show that the
hypothesis 2 (two) and 4 (four) are accepted because they have a sig / 2 value below α =
5% and have a direction of influence according to the frame of mind. Whereas, hypothesis
1 (one), 3 (Three), 5 (Five), 7 (Seven), 8 (Eight) are rejected because they have a sig / 2
value above α = 5%. And hypothesis 6 (six) is inconsistent because it has a sig / 2 value
below α = 5% but has a direction of influence that is not in accordance with the frame of
mind.
Based on the results of data analysis, profitability and audit committees enough
evidence has a negative effect on audit report lag. And the reputation of KAP is able to
weaken the influence of profitability on audit report lag. While firm size, solvability and
moderation of KAP reputation on company size, solvability and audit committee there is
insufficient evidence to influence audit report lag.

iv
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat

rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan tepat pada waktunya.

Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada

pihak-pihak yang telah membantu penulis selama proses penyusunan skripsi, baik berupa

bimbingan, nasehat, petunjuk, maupun dorongan yang penulis perlukan sehingga dapat

menyelesaikan skripsi ini, Penulis khususnya ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Ibu Rizka Indri Arfianti S.E., Ak., MM., M.Ak., selaku dosen pembimbing yang

dengan penuh kesabaran serta perhatian yang telah bersedia dalam

menyumbangkan waktu, tenaga, pikiran dalam memberikan bimbingan, kritik,

dan saran-saran dalam penyelesaian skripsi ini.

2. Seluruh dosen Kwik Kian Gie School Of Business yang telah memberikan serta

mengajarkan ilmu pengetahuan kepada penulis selama menjalani proses

perkuliahan sampai penulis dapat menyelesaikan pendidikan sarjana ekonomi ini.

3. Para staf dalam perpustakaan Kwik Kian Gie School Of Business yang telah

membantu penulis dalam mencari sumber-sumber yang penulis perlukan dalam

penyelesaian skripsi ini.

4. Semua anggota keluarga baik kedua orang tua tercinta yang senantiasa

mendukung, dan mendoakan terselesaikannya skripsi secara tepat waktu.

5. Michael Tanubrata, selaku sahabat sejak perjuangan awal kampus sampai

sekarang. Dimana selalu membantu disaat penulis sedang kesusahan dalam

memahami materi perkuliahan sampai juga membantu memberikan pokok pikiran

dalam penyelesaian skripsi penulis.

v
6. Teman-teman selama penulis berada di kampus yang telah berjuang bersama

dalam menyelesaikan skripsi ini.

7. Seluruh pihak yang penulis tidak bisa sebutkan satu persatu yang telah membantu

penulis selama ini.

Penulis memahami serta menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih jauh

dari sempurna dengan keterbatasan pengalaman, pengetahuan, serta waktu yang dimiliki

oleh penulis. Oleh sebab itu, penulis mengharapkan saran serta kritik yang bersifat

membangun terhadap penulis untuk kemudian hari. Demikian penulisan skripsi ini dibuat,

semoga dapat memberikan manfaat yang baik bagi pihak yang membaca.

Jakarta, Januari 2019

Kevin Ismael Manaf Putra

vi
DAFTAR ISI

JUDUL.................................................................................................................................... i
PENGESAHAN..................................................................................................................... ii
ABSTRAK............................................................................................................................ iii
ABSTRACT ......................................................................................................................... iv
KATA PENGANTAR ........................................................................................................... v
DAFTAR ISI ....................................................................................................................... vii
DAFTAR TABEL ................................................................................................................ xi
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................................... xiii
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ............................................................................................. 1
B. Identifikasi Masalah ................................................................................................. 10
C. Batasan Penelitian..................................................................................................... 10
D. Rumusan Masalah..................................................................................................... 11
E. Tujuan Penelitian ...................................................................................................... 11
F. Manfaat Penelitian .................................................................................................... 12
BAB II KAJIAN PUSTAKA .............................................................................................. 13
A. Landasan Teoritis ..................................................................................................... 13
1. Teori yang Berkaitan (Grand Theory) ................................................................. 13
a. Teori Keagenan (Agency Theory) .............................................................. 13
b. Teori Kepatuhan (Compliance Theory) ..................................................... 15
c. Teori Signaling (Signalling Theory) ......................................................... 17
2. Laporan Keuangan ................................................................................................ 19
a. Definisi Laporan Keuangan ....................................................................... 19
b. Tujuan Laporan Keuangan ........................................................................ 20
c. Karakteristik Kualitatif dalam Laporan Keuangan .................................... 21
d. Peraturan Kewajiban Penyampaian Laporan Keuangan ............................ 22
3. Auditing ................................................................................................................. 25
4. Audit Report Lag .................................................................................................. 26
5. Ukuran Perusahaan .............................................................................................. 28
6. Profitabilitas ......................................................................................................... 30
7. Solvabilitas ........................................................................................................... 32

vii
8. Komite Audit ........................................................................................................ 34
9. Reputasi Kantor Akuntan Publik (KAP)............................................................... 35
B. Penelitian Terdahulu ................................................................................................. 37
C. Kerangka Pemikiran ................................................................................................. 47
1. Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Audit Report Lag.................................... 47
2. Pengaruh Profitabilitas terhadap Audit Report Lag .............................................. 48
3. Pengaruh Solvabilitas terhadap Audit Report Lag ................................................ 49
4. Pengaruh Komite Audit terhadap Audit Report Lag ............................................. 50
5. Pengaruh Reputasi Kantor Akuntan Publik (KAP) dalam memoderasi hubungan
antara Ukuran Perusahaan terhadap Audit Report Lag ........................................ 51
6. Pengaruh Reputasi Kantor Akuntan Publik (KAP) dalam memoderasi hubungan
antara Profitabilitas terhadap Audit Report Lag ................................................... 52
7. Pengaruh Reputasi Kantor Akuntan Publik (KAP) dalam memoderasi hubungan
antara Solvabilitas terhadap Audit Report Lag ..................................................... 53
8. Pengaruh Reputasi Kantor Akuntan Publik (KAP) dalam memoderasi hubungan
antara Komite Audit terhadap Audit Report Lag ................................................. 53
D. Hipotesis Penelitian .................................................................................................. 55
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ............................................................................ 56
A. Objek Penelitian ....................................................................................................... 56
B. Desain Penelitian ...................................................................................................... 57
C. Variabel Penelitian dan Pengukurannya ................................................................... 59
1. Variabel Dependen................................................................................................ 59
2. Variabel Independen ............................................................................................. 59
3. Variabel Pemoderasi ............................................................................................. 61
D. Teknik Pengumpulan Data ....................................................................................... 62
E. Teknik Pengambilan Sampel .................................................................................... 62
F. Teknik Analisis Data ................................................................................................ 63
1. Statistik Deskriptif ................................................................................................ 63
2. Uji Kesamaan Koefisien ....................................................................................... 64
3. Uji Asumsi Klasik ................................................................................................. 66
a. Uji Normalitas ........................................................................................... 66
b. Uji Multikolinearitas.................................................................................. 67
c. Uji Heteroskedastisitas .............................................................................. 68
d. Uji Autokorelasi......................................................................................... 68
4. Uji Hipotesis ......................................................................................................... 70

viii
a. Analisis Regresi Linear Berganda ............................................................. 70
b. Analisis Regresi dengan Moderated Regression Analysis......................... 71
c. Uji Ketepatan Perkiraan (Goodness of Test atau Koefisien Determinasi) . 72
d. Uji Signifikansi Keseluruhan dari Regresi Sampel (Uji Statistik F) ........ 73
e. Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t) .............................. 74
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN ...................................................................... 75
A. Gambaran Umum Objek Penelitian.......................................................................... 75
B. Analisis Deskriptif .................................................................................................... 75
C. Hasil Penelitian ......................................................................................................... 78
1. Uji Kesamaan Koefisien ....................................................................................... 78
2. Uji Asumsi Klasik ................................................................................................. 80
a. Uji Normalitas ........................................................................................... 80
b. Uji Multikolinearitas ................................................................................. 80
c. Uji Heteroskedastisitas ............................................................................. 80
d. Uji Autokorelasi ........................................................................................ 81
3. Uji Hipotesis ......................................................................................................... 81
a. Analisis Regresi Linear Berganda ............................................................. 81
b. Analisis Regresi dengan Moderated Regression Analysis ......................... 82
c. Uji Ketepatan Perkiraan (Goodness of Test atau Koefisien Determinasi). 83
d. Uji Signifikansi Keseluruhan dari Regresi Sampel (Uji Statistik F) ........ 84
e. Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t) .............................. 84
D. Pembahasan .............................................................................................................. 88
1. Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Audit Report Lag.................................... 88
2. Pengaruh Profitabilitas terhadap Audit Report Lag .............................................. 89
3. Pengaruh Solvabilitas terhadap Audit Report Lag ................................................ 90
4. Pengaruh Komite Audit terhadap Audit Report Lag ............................................. 91
5. Pengaruh Reputasi Kantor Akuntan Publik (KAP) dalam memoderasi hubungan
antara Ukuran Perusahaan terhadap Audit Report Lag ........................................ 92
6. Pengaruh Reputasi Kantor Akuntan Publik (KAP) dalam memoderasi hubungan
antara Profitabilitas terhadap Audit Report Lag ................................................... 94
7. Pengaruh Reputasi Kantor Akuntan Publik (KAP) dalam memoderasi hubungan
antara Solvabilitas terhadap Audit Report Lag ..................................................... 95
8. Pengaruh Reputasi Kantor Akuntan Publik (KAP) dalam memoderasi hubungan
antara Komite Audit terhadap Audit Report Lag ................................................. 96
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .............................................................................. 98

ix
A. Kesimpulan ............................................................................................................... 98
B. Saran ......................................................................................................................... 99
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ 100
LAMPIRAN ...................................................................................................................... 104

x
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu .......................................................................................... 37

Tabel 3.1 Tabel Ikhtisar Variabel Penelitian ..................................................................... 61

Tabel 3.2 Tabel Kriteria Pengambilan Sampel .................................................................. 63

Tabel 4.1 Tabel Ikhtisar Statistik Deskriptif ..................................................................... 76

Tabel 4.2 Tabel Statistik Deskriptif Komite Audit............................................................ 77

Tabel 4.3 Tabel Statistik Deskriptif Reputasi KAP ........................................................... 78

Tabel 4.4 Tabel Ikhtisar Hasil Uji Kesamaan Koefisien ................................................... 79

Tabel 4.5 Ikhtisar Hasil Uji Asumsi Klasik dengan Uji Statistik ...................................... 80

Tabel 4.6 Uji Analisis Regresi Linear Berganda ............................................................... 82

Tabel 4.7 Uji Analisis dengan Moderated Regression Analysis ....................................... 82

Tabel 4.8 Ikhtisar Hasil Uji Goodness of Test ................................................................... 83

Tabel 4.9 Ikhtisar Hasil Uji F dengan Model Moderasi .................................................... 84

Tabel 4.10 Ikhtisar Hasil Uji t dengan Model Moderasi ..................................................... 85

xi
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran ...................................................................................... 54

xii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Daftar Nama dan Kode Perusahaan yang Menjadi Sampel ........................ 104

Lampiran 2 : Data Variabel ............................................................................................... 105

a. Ukuran Perusahaan ................................................................................................. 105

b. Profitabilitas............................................................................................................ 107

c. Solvabilitas ............................................................................................................. 109

d. Audit Report Lag, Komite Audit, dan Reputasi KAP............................................. 111

Lampiran 3 : Analisis Hasil Data SPSS............................................................................. 113

a. Statistik Deskriptif .................................................................................................. 113

b. Uji Regresi Linear Berganda .................................................................................. 114

c. Uji Regresi dengan Moderated Regression Analysis ............................................. 114

d. Uji Pooling ............................................................................................................. 115

e. Uji Asumsi Klasik .................................................................................................. 116

f. Uji Koefisien Determinasi ...................................................................................... 118

g. Uji Signifikansi Keseluruhan dari Regresi Sampel ................................................ 118

h. Uji Signifikansi Parameter Individual .................................................................... 119

xiii
BAB I

PENDAHULUAN

Pada bab pendahuluan ini, penulis membahas mengenai alasan-alasan mengapa

penulis mengembalikan topik audit report lag sebagai latar belakang masalah beserta

dengan faktor-faktor yang dapat mempengaruhinya dengan ruang lingkup perusahaan

manufaktur, serta bagaimana dengan reputasi kantor akuntan publik sebagai variabel

moderasi mempunyai dampak terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi audit report lag

tersebut.

Latar belakang tersebut menjadi landasan perumusan penelitian yang menjadi fokus

peneliti, dimana selanjutnya dibahas mengenai tujuan serta manfaat yang akan diberikan

dalam penelitian ini serta memuat kesenjangan (gap) riset dan fenomena ekonomi yang

relevan terhadap kesenjangan tersebut. Fenomena tersebut disampaikan secara tidak

langsung melalui temuan dalam fenomena peneliti lain maupun yang telah di sampaikan

secara langsung melalui media penyajian data yang terkait dengan topik penelitian.

A. Latar Belakang Masalah

Setiap perusahaan dalam menjalankan usahanya harus mempunyai laporan

keuangan yang dilaporkan secara periodik agar dapat melihat bagaimana tingkatan

hasil kinerja keuangan yang dimiliki dalam perusahaan tersebut. Laporan keuangan

menurut Standar Akuntansi Keuangan (2017) adalah catatan dari hasil dalam suatu

proses pada periode akuntansi yang bermanfaat sebagai alat dalam memberikan

informasi mengenai data keuangan suatu perusahaan dan digabungkan dengan

informasi yang lain untuk menggambarkan kinerja keuangan perusahaan tersebut,

1
contohnya seperti kondisi ekonomi serta industri yang dapat memberikan gambaran

lebih baik mengenai risiko serta dampak prospek yang ada didalam perusahaan.

Laporan keuangan dibuat untuk kepentingan manajemen perusahaan serta juga

digunakan oleh pemilik untuk mengevaluasi dan menilai pengelolaan dana yang akan

atau sedang dilakukan oleh para manajemen perusahaan. Selain itu para pemerintah,

investor, kreditor, serta masyarakat dan pihak-pihak lain juga membutuhkan laporan

keuangan ini sebagai dasar dalam pengambilan keputusan ekonomi. Oleh karena itu,

informasi yang terdapat dalam laporan keuangan harus relevan dan dapat diandalkan.

Suatu laporan keuangan dapat dikatakan relevan dan andal apabila dapat disajikan

secara akurat dan bersifat tepat waktu.

Ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan telah diatur dalam Peraturan

Undang-Undang No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal dan dipengaruhi oleh

BAPEPAM pada tahun 1996 disebutkan bahwa emiten yang pendaftarannya telah

menjadi efektif dan perusahaan publik wajib menyampaikan laporan secara berkala

kepada BAPEPAM serta mengumumkan hasil dari laporan keuangan tersebut kepada

masyarakat. Laporan yang disampaikan kepada BAPEPAM serta mempublikasikanya

kepada masyarakat terdiri dari laporan tentang peristiwa material yang dapat

mempengaruhi kinerja dari harga Efek. Apabila perusahaan-perusahaan tersebut

terlambat dalam menyampaikan laporan yang telah disesuaikan oleh ketentuan yang

telah ditetapkan oleh BAPEPAM maka perusahaan tersebut akan dikenakan sanksi

administrasi sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan dalam undang-undang.

Ketepatan waktu dalam penyusunan laporan audit terhadap laporan keuangan

dapat dipengaruhi pada nilai dari laporan keuangan tersebut. Keterlambatan

menyampaikan informasi dapat menimbulkan reaksi negatif dari pelaku pasar modal,

2
karena laporan keuangan yang telah diaudit memuat berbagai informasi penting.

Adanya keterlambatan penyampaian informasi dapat menyebabkan kepercayaan

investor menjadi menurun sehingga mempengaruhi harga jual saham. Pada umumnya,

investor menganggap bahwa keterlambatan dalam penyampaian laporan keuangan

merupakan pertanda buruk bagi kondisi kinerja perusahaan. Dalam Tingkat laba serta

keberlangsungan hidup perusahaan menjadi terganggu sehingga memerlukan tingkat

kecermatan serta ketelitian pada saat proses audit yang tentunya akan membuat proses

audit report lag semakin lama. Perbedaan waktu antara tanggal penyampaian laporan

keuangan dengan tanggal laporan auditor tersebut ditandatangani menunjukkan

tentang lamanya waktu penyelesaian audit, kondisi ini disebut sebagai Audit Report

Lag.

Pada tahun 2018, PT Bursa Efek Indonesia (BEI) kembali memberikan sebuah

denda serta melakukan penghentian sementara (suspensi) terhadap perdagangan saham

pada 9 perusahaan yang telah tercatat (emiten) karena masih belum menyampaikan

laporan keuangan (lapkeu) audit pada periode kuartal I – 2018. Rian Ardhi sebagai

Pelaksana Harian Kepala Divisi Penilaian Perusahaan dalam Group I BEI telah

menyatakan, hal tersebut dilakukan karena dengan mempunyai kewajiban sehubungan

terhadap penyampaian dalam laporan keuangan auditan periode 31 april 2018 dan

merujuk terhadap ketentuan II.6.3. Peraturan Nomor I-H tentang Sanksi. "Bursa telah

memberitahukan peringatan bersifat tertulis yang ketiga serta dengan denda senilai Rp

150.000.000 terhadap perusahaan yang tercatat telah terlambat menyampaikan laporan

keuangan auditan per periode dan belum membayar denda terhadap keterlambatan

penyampaian laporan keuangan yang dimaksud," ujarnya pada Kamis (30/7).

Mentinjau dari peraturan tersebut, bursa melakukan tindak suspensi apabila

pada hari kalender dalam akhir bulan ke-empat mulai dari terlampaunya batas waktu

3
penyampaian dalam laporan keuangan yang telah ditetapkan, perusahaan yang telah

tercatat apabila tidak memenuhi kewajiban penyampaian tersebut harus membayar

denda. Bursa Efek Indonesia telah mencatat adanya 9 emiten yang masih belum

menyampaikan laporan keuangan auditan interim pada peridoe 31 April 2018 serta

belum membayarkan denda antara lain adalah PT Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk

(AISA), PT Apexindo Pratama Duta Tbk (APEX), PT Bara Jaya Internasional Tbk

(ATPK), PT Capitalinc Investment Tbk (MTFN), PT Truba Manunggal Enginering

Tbk (TRUB), PT Zebra Nusantara Tbk (ZBRA), PT Evergreen Invesco Tbk (GREN),

PT Sunson Textille Manufacture Tbk (SSTM), PT Capitol Nusantara Indonesia Tbk

(CANI). Fenomena ini diambil dalam (https://investasi.kontan.co.id/news/belum-

lapor-kinerja-keuangan-9-saham-emiten-dibekukan.)

Menurut Indonesia Chartered Accountants (IAI) melalui ED Amandemen

dalam PSAK 1 (2015), penyajian laporan keuangan tentang prakarsa pengungkapan

disajikan dalam bentuk format yang telah dibandingkan dan disesuaikan dengan

format yang digunakan oleh IFRS. Dalam laporan keuangan yang lengkap menurut

IAI terdiri dari: (a) laporan posisi keuangan pada akhir periode ; (b) laporan laba rugi

dan penghasilan kompensasif lain selama periode ; (c) laporan perubahan ekuitas

selama periode; (d) laporan arus kas selama periode ; (e) catatan atas laporan

keuangan, berisikan tentang ringkasan kebijakan dalam akuntansi yang signifikan dan

informasi tambahan lainnya; (ea) informasi komparatif mengenai periode akuntansi

terdekat sebelumnya sebagaimana yang telah ditentukan didalam paragraf 38 serta

38A; dan yang terakhir (f) laporan posisi keuangan pada awal periode terdekat

sebelumnya pada saat entitas melaksanakan kebijakan akuntansi yang dilakukan

dengan retrospektif atau dapat membuat penyajian kembali pos-pos dalam laporan

4
keuangan, atau ketika entitas mereklasifikasi pos-pos yang ada didalam laporan

keuangannya sesuai dengan paragraf 40A sampai 40D.

Berdasarkan hasil keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal

(BAPEPAM) dan Lembaga Keuangan (LK) Nomor: KEP-346/BL/2011 Peraturan

X.K.2 tentang Bagaimana Penyajian Laporan Keuangan yang tepat menyatakan bahwa

perusahaan yang bersifat go public yang telah terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia

wajib untuk menyampaikan laporan keuangan secara tahunan kepada BAPEPAM dan

LK serta memberitahukan kepada masyarakat paling lambat pada setiap akhir untuk

bulan ketiga (90 hari) setelah tanggal dalam laporan keuangan tahunan berdasarkan

yang telah diatur didalam Standar Akuntansi Keuangan dan juga telah diperiksa dan

disetujui oleh Akuntan Publik sebagai pihak ketiga yang bersifat independen dan telah

terdaftar dalam BAPEPAM. Namun mulai tahun 2012 Hasil keputusan Ketua Badan

Pengawasan Pasar Modal dan Lembaga Keuangan Nomor: KEP-431/BL/2012 telah

merubah peraturan X.K.2 menjadi X.K.6 yang sekarang telah menyatakan bahwa

perusahaan yang bersifat go public yang telah terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia

wajib untuk menyampaikan laporan keuangan secara tahunan kepada BAPEPAM dan

LK serta memberitahukan untuk masyarakat paling lambat pada setiap akhir untuk

bulan keempat (120 hari) setelah tanggal dalam laporan keuangan tahunan berdasarkan

yang telah diatur didalam Standar Akuntansi Keuangan.

Hasil dalam pemeriksaan audit atas perusahaan go public tersebut mempunyai

risiko serta tanggung jawab yang besar, akibat dari adanya tanggung jawab yang besar

ini membuat para auditor untuk dapat bekerja lebih profesional, salah satu

karakteristik dari profesionalisme oleh seorang auditor adalah bagaimana ketepatan

dan kecepatan waktu dalam penyelesaian serta penyampaian laporan auditnya.

Ketepatan waktu dalam perusahaan dapat menyelesaikan laporan keuangan serta

5
mempublikasikanya terhadap Bapepam juga kepada masyarakat umum punya

ketergantungan dari ketepatan waktu auditor dalam menyelesaikan pekerjaan auditnya

terkait dengan bagaimana hasil serta manfaatnya dari laporan keuangan tersebut. Jika

terdapat adanya penundaan yang semestinya tidak ada dalam laporan keuangan, maka

informasi yang telah dihasilkan akan mengakibatkan kehilangan relevansinya.

Sudah banyak peneliti telah mencoba untuk dapat mengungkapkan apa saja

faktor-faktor yang dapat mempengaruhi ketepatan waktu dalam penyampaian

pelaporan keuangan. Adapun faktor-faktor yang diduga terbukti mempengaruhi

ketepatan waktu pelaporan keuangan perusahaan adalah faktor berita buruk

perusahaan seperti kesulitan keuangan, opini auditor, dan keterlambatan auditor. Dyer

dan Mc Hugh (1975) telah menggunakan tiga kriteria keterlambatan dalam

penyampaian pelaporan keuangan yaitu: (1) Auditor’s Report Lag : interval dari

jumlah hari antara tanggal penyampaian laporan keuangan sampai dengan tanggal

laporan auditor tersebut ditandatangani; (2) Preliminary Lag : interval dari jumlah hari

antara tanggal laporan keuangan sampai dengan penerimaan laporan akhir preliminary

oleh bursa; dan (3) Total Lag : interval dari jumlah hari antara tanggal dalam laporan

keuangan sampai dengan tanggal penerimaan laporan yang telah dipublikasikan oleh

bursa.

Besar kecilnya suatu perusahaan dapat diukur dari besarnya total asset sebagai

kekayaan yang telah dimiliki oleh suatu perusahaan. Penelitian yang dilakukan oleh

Illa Sasmi Herja (2012), Charviena (2016), Nurahman Apriyana (2017), Andi Kartika

(2011), Ni Made Dwi Ari Murti (2017), , dan Yurisa Ratnasari (2018) menyatakan

bahwa ukuran perusahaan mempunyai pengaruh terhadap audit report lag, yang

ditandakan semakin besar ukuran perusahaan maka semakin pendek audit report lag,

Apabila ukuran perusahaan semakin kecil maka semakin panjang audit report lag, Hal

6
ini karena sistem pengendalian intern dalam perusahan besar lebih baik, sehingga

auditor akan memakai waktu yang lebih singkat dalam melaksanakan proses

pemeriksaan audit. Tetapi hal tersebut tidak sesuai dengan penelitian yang telah

dilakukan oleh Siti Badriyah (2013), Indah Permata Sari (2014), Afina Survita

Prameswari (2015), Arry Eksandy (2017) dan Liwe Alther Gabriel (2017) yang

menyatakan bahwa ukuran perusahaan tidak mempunyai pengaruh terhadap audit

report lag.

Penelitian yang dilakukan oleh Liwe Alther Gabriel (2017), Arry Eksandy

(2017), Afina Survita Prameswari (2015), Ni Made Dwi Ari Murti (2017), Ni Putu

Winda Wulandari (2016), dan Illa Sasmi Herja (2012) telah menyatakan bahwa

profitabilitas perusahaan mempunyai pengaruh terhadap audit report lag. Perusahaan

yang mempunyai tingkat profitabilitas tinggi memerlukan waktu audit yang lebih

singkat, Hal ini karena profitabilitas merupakan sebuah kabar baik bagi perusahaan

sehingga perusahaan tidak perlu untuk menunda dalam segera mempublikasikan

laporan keuangannya agar dapat dilihat oleh pemerintah, kreditor, investor, para

masyarakat dan para pengguna informasi lainnya. Tetapi hal ini ternyata juga tidak

sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Andi Kartika (2011), Nurahman

Apriyana (2017), dan Wariyanti (2017) yang menyatakan bahwa profitabilitas tidak

mempunyai pengaruh terhadap audit report lag.

Solvabilitas merupakan kemampuan yang dimiliki didalam sebuah perusahaan

untuk dapat memenuhi seluruh kewajiban finansial yang bersifat jangka panjang pada

saat perusahaan tersebut dilikuidasi. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Andi

Kartika (2011), Nurahman Apriyana (2017), Ni Putu Winda Wulandari (2016),

Wariyanti (2017), Indah Permata Sari (2014), dan Siti Badriyah (2013) menyatakan

bahwa solvabilitas memiliki pengaruh terhadap audit report lag, solvabilitas adalah

7
kemampuan yang dimiliki oleh perusahaan dalam mentuntaskan berbagai macam

liability-nya. Jika perusahaan mempunyai tingkat solvabilitas yang rendah maka risiko

kerugian perusahaan itu akan berkurang, sebaliknya apabila perusahaan mempunyai

tingkat solvabilitas yang tinggi maka risiko kerugian perusahaan itu akan bertambah.

Ketika perusahaan tersebut dapat mengelola hutangnya secara efektif dan tepat sasaran

maka negosiasi dalam proses audit tidak diperlukan lagi sehingga rentang audit report

lag semakin pendek. Hasil penelitian tersebut ternyata masih memiliki perbedaan

dengan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Liwe Alther Gabriel (2017), Arry

Eksandy (2017), Devri Prananda (2017), Afina Survita Prameswari (2015), dan

Charviena (2016) dimana dalam penelitian tersebut dikatakan bahwa solvabilitas itu

tidak memiliki pengaruh terhadap audit report lag.

Penelitian yang dilakukan oleh Chandra Lestari (2017), I Gede Aditya Cahya

Gunarsa (2017), dan Arry Eksandy (2017) telah menyatakan bahwa komite audit

mempunyai pengaruh terhadap audit report lag. Komite audit bertugas untuk

mengawasi perencanaan dan pelaksanaan kemudian mengevaluasi hasil audit guna

menilai kelayakan dan kemampuan pengendalian interen termasuk memantau proses

penyusunan laporan keuangan. Temuan dalam penelitian mereka telah memberikan

bukti empiris bahwa dengan semakin banyaknya jumlah komite audit maka akan

semakin memperpendek audit report lag. Hubungan ini dapat dipahami dengan

semakin banyaknya anggota komite audit maka pengendalian internal perusahaan akan

menjadi lebih baik. Tetapi hal ini ternyata tidak sejalan dengan penelitian yang telah

dilakukan oleh Ni Made Andhika Verawati (2016) dan Yurisa Ratnasari (2018)

menyatakan bahwa komite audit tidak mempunyai pengaruh terhadap audit report lag.

Reputasi yang dimiliki oleh Kantor Akuntan Publik (KAP) dapat dilihat dari

sebagaimana besar tingkat ukuran besar ataupun kecilnya sumber daya manusia dalam

8
KAP tersebut. Menurut penelitian Afina Survita Prameswari (2015), Indah Permata

Sari (2014), Illa Sasmi Herja (2012), dan Ni Made Adhika Verawati (2016)

menyatakan bahwa Reputasi KAP mempunyai pengaruh terhadap audit report lag.

Menurut penelitian Ni Made Dwi Ari Murti (2017) reputasi KAP mampu memoderasi

pengaruh variabel yang mempengaruhi audit report lag. Sedangkan menurut Ni Putu

Winda Wulandari (2016) mempunyai pendapat berbeda bahwa reputasi KAP tidak

mampu memoderasi pengaruh variabel yang mempengaruhi audit report lag.

Reputasi KAP dianggap sebagai salah satu faktor penting yang mempengaruhi

risiko terjadinya audit report lag karena tingkat sumber daya manusia yang dimiliki

oleh masing-masing KAP dapat menentukan bagaimana tingkat kecepatan para auditor

dalam melakukan proses mengaudit laporan keuangan dari klien masing-masing

perusahaan, hal ini dapat terjadi karena adanya sebuah perbedaan antara standar serta

juga tingkat prosedur yang digunakan dalam auditor independen. Salah satu yang

menilai tingkat reputasi KAP dapat diukur dengan melihat frekuensi dalam

penggunaan jasa KAP yang dimana terbagi menjadi dua yaitu The Big Four dan Non

Big Four. Karena hasil penelitian dari peneliti terdahulu sangat beragam maka peneliti

bermaksud untuk meneliti kembali beberapa faktor yang mempengaruhi audit report

lag pada perusahaan manufaktur. Peneliti bermaksud memilih perusahaan manufaktur

karena merupakan salah satu bagian dari berbagai subsektor industri yang memberikan

kontribusi terbilang cukup tinggi dalam membangun perkembangan perekonomian

Indonesia. Variabel independen yang digunakan adalah ukuran perusahaan,

profitabilitas, solvabilitas, dan komite audit, dengan menggunakan reputasi KAP

sebagai variabel pemoderasi terhadap audit report lag.

9
B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka masalah yang dapat

diidentifikasi adalah sebagai berikut:

1. Apakah ukuran perusahaan mempengaruhi audit report lag ?

2. Apakah profitabilitas perusahaan mempengaruhi audit report lag ?

3. Apakah solvabilitas mempengaruhi audit report lag ?

4. Apakah komite audit mempengaruhi audit report lag ?

5. Apakah reputasi KAP dapat memoderasi pengaruh antara ukuran perusahaan

terhadap audit report lag ?

6. Apakah reputasi KAP dapat memoderasi pengaruh antara profitabilitas terhadap

audit report lag ?

7. Apakah reputasi KAP dapat memoderasi pengaruh antara solvabilitas terhadap

audit report lag ?

8. Apakah reputasi KAP dapat memoderasi pengaruh antara komite audit terhadap

audit report lag ?

C. Batasan Penelitian

Dalam penelitian ini, penulis membatasi penelitian sebagai berikut :

1. Perusahaan yang diteliti adalah perusahaan manufaktur yang telah terdaftar

dalam Bursa Efek Indonesia (BEI).

2. Perusahaan yang menyajikan laporan keuangan secara lengkap selama periode

2015 – 2017.

3. Menggunakan data sekunder dari laporan keuangan yang telah diaudit dan

laporan keuangan tahunan.

10
D. Rumusan Masalah

Berdasarkan dari identifikasi masalah tersebut, maka peneliti dapat merumuskan

masalah yang akan dibahas, yaitu: “Apakah ukuran perusahaan, profitabilitas,

solvabilitas, dan komite audit dapat mempengaruhi audit report lag dengan reputasi

KAP sebagai pemoderasi pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia (BEI) periode 2015-2017 ?”

E. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk menguji dan mengetahui bukti empiris apakah ukuran perusahaan dapat

mempengaruhi audit report lag.

2. Untuk menguji dan mengetahui bukti empiris apakah profitabilitas perusahaan

dapat mempengaruhi audit report lag.

3. Untuk menguji dan mengetahui bukti empiris apakah solvabilitas dapat

mempengaruhi audit report lag.

4. Untuk menguji dan mengetahui bukti empiris apakah komite audit dapat

mempengaruhi audit report lag.

5. Untuk menguji dan mengetahui bukti empiris apakah reputasi KAP dapat

memoderasi pengaruh ukuran perusahaan terhadap audit report lag.

6. Untuk menguji dan mengetahui bukti empiris apakah reputasi KAP dapat

memoderasi pengaruh profitabilitas perusahaan terhadap audit report lag.

7. Untuk menguji dan mengetahui bukti empiris apakah reputasi KAP dapat

memoderasi pengaruh solvabilitas terhadap audit report lag.

8. Untuk menguji dan mengetahui bukti empiris apakah reputasi KAP dapat

memoderasi pengaruh komite audit terhadap audit report lag.

11
F. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah :

1. Bagi Perusahaan

Sebagai sebuah informasi bagi para perusahaan manufaktur yang terdaftar dalam

Bursa Efek Indonesia pada tahun 2015 – 2017 serta dapat mengidentifikasi

mengenai apa saja faktor-faktor yang dapat mempengaruhi audit report lag

dengan menggunakan reputasi KAP sebagai variabel pemoderasi, sehingga

dapat lebih mengoptimalkan kinerja yang berimbas pada cepatnya saat

melakukan proses pengauditan laporan keuangan.

2. Bagi Penulis

Sebagai salah satu syarat agar mendapatkan gelar S1 di bidang Akuntansi juga

dapat menambah pengetahuan serta wawasan bagi para peneliti masa depan

mengenai faktor-faktor yang dapat mempengaruhi audit report lag dengan

menggunakan reputasi KAP sebagai variabel pemoderasi serta juga mengetahui

relevansi dan reliabilitas dari para penelitian-penelitian yang telah dilakukan

terdahulu.

3. Bagi Pembaca

Sebagai sebuah acuan dalam melaksanakan penelitian untuk jenjang berikutnya

agar dapat lebih memperdalam lagi mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi

audit report lag dengan menggunakan reputasi KAP sebagai variabel

pemoderasi.

12
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

Pada bab kajian pustaka ini, penulis membahas mengenai teori-teori yang menjadi

sebuah landasan dalam penelitian yang penulis lakukan (Grand Theory). Dimana teori-

teori yang penulis gunakan tersebut diperoleh dari berbagai sumber dalam penelitian-

penelitian sebelumnya yang dianggap relevan dengan penelitian yang penulis lakukan

pada saat ini.

Dalam bab ini juga membahas bagaimana hasil penelitian-penelitian yang

dilakukan sebelumnya yang memiliki sebuah keterkaitan dengan penelitian yang

dilakukan saat ini, sehingga dapat dikaitkan dengan kerangka pemikiran dan menjadi pola

pikir yang menunjukan hubungan variabel yang akan diteliti, serta dari kerangka

pemikiran tersebut akan diperoleh suatu hipotesis yang menjadi anggapan sementara

dalam pembuktian yang akan dilakukan dalam penelitian ini.

A. Landasan Teoritis

1. Teori yang Berkaitan (Grand Theory)

a. Teori Keagenan (Agency Theory)

Teori Keagenan (Agency Theory) menjelaskan bagaimana sifat hubungan

yang dimiliki antara principals (pemilik) dan juga agents (pihak manajemen

suatu perusahaan). Prinsipal merupakan pihak yang akan memberikan suatu

nasihat kepada pihak agen dalam melakukan suatu jasa atas nama prinsipal,

sementara agen adalah pihak yang akan diberikan suatu mandat. Dengan

demikian agen telah bertindak sebagai pihak yang mempunyai wewenang dalam

melakukan pengambilan sebuah keputusan, sedangkan prinsipal adalah pihak

13
yang akan mengevaluasi informasi yang diberikan tersebut. Jensen dan

Meckling (1976) menjelaskan bagaimana hubungan keagenan sebagai suatu

kontrak dimana satu atau lebih orang (the principals) memperkerjakan orang

lain (agents) dalam melakukan suatu jasa serta kemudian mendelegasikan

wewenang dalam pengambilan keputusan kepada agent tersebut.

Dalam teori ini lebih membahas pada bagaimana terjadinya pemenuhan

dalam tujuan dari manajemen keuangan yaitu dengan cara agar memaksimalkan

kekayaan dalam pemegang saham (stakeholders). Ketidakmampuan manajemen

dalam meningkatkan kekayaan pemegang saham tersebut dapat mengakibatkan

apa yang disebut dengan masalah keagenan. Menurut Eisenhardt, K. M. (1989)

teori keagenan dilandasi oleh 3 buah asumsi dasar yaitu:

1) Asumsi mengenai sifat manusia

Asumsi mengenai manusia mempunyai kecenderungan sifat lebih

mementingkan diri sendiri (self interest), tidak menyukai risiko (risk

aversion), serta mempunyai keterbatasan rasionalitas (bounded rationality).

2) Asumsi mengenai keorganisasian

Asumsi keorganisasian adalah sebuah konflik yang dimiliki antar anggota

organisasi, efisiensi sebagai kriteria produktivitas, serta adanya asimetri

informasi (Asymmetric Information) yang terjadi antara principal dan agent.

3) Asumsi mengenai informasi

Asumsi tentang informasi adalah informasi dipandang sebagai barang

komoditi yang dapat diperjualbelikan.

Dari penjelasan yang telah disebutkan diatas, dapat disimpulkan bahwa teori

keagenan merupakan teori yang dapat menjelaskan bahwa hubungan yang

dimiliki antara principal serta agent tidak dapat terhindar dari terjadinya konflik

14
keagenan. Hal ini disebabkan karena adanya salah satu sifat manusia yang lebih

kecenderungan mementingkan tentang dirinya sendiri daripada orang lain (self

interest), adanya sebuah konflik dalam anggota organisasi, serta adanya

informasi yang ternyata kurang sesuai karena adanya sebuah distribusi yang

tidak sesuai antara principal dan agent. Konflik keagenan yang terjadi antara

agen dan prinsipal dapat diminimalkan dengan berbagai macam cara, salah

satunya dengan pengungkapan corporate governance. Menurut Forum for

Corporate Governance In Indonesia (2000) pengertian corporate governance

adalah seperangkat peraturan dalam mengatur hubungan yang dimiliki

pemegeng saham, pengurus perusahaan, pemerintah, pihak kreditur, karyawan

serta para pemegang kepentingan intern dan eksteren lainnya berkaitan dengan

hak-hak serta kewajiban mereka.

Principal seharusnya dapat memperoleh informasi yang dibutuhkan dalam

mengukur tingkat hasil yang nanti akan diperoleh dari usaha agent, namun

ternyata informasi tentang ukuran keberhasilan yang diperoleh principal ini

tidak semuanya ternyata disajikan oleh agent. Oleh karena itu, maka

dibutuhkanlah para auditor sebagai pihak ketiga yang ditugaskan agar dapat

memeriksa laporan keuangan perusahaan yang nanti akan dapat menghasilkan

laporan keuangan yang relevan. Laporan keuangan ini yang dapat menjadi bahan

pertimbangan dalam pengambilan keputusan bagi para investor.

b. Teori Kepatuhan (Compliance Theory)

Menurut Lunenburg (2012) teori kepatuhan (compliance theory) adalah

sebuah pendekatan terhadap struktur organisasi yang mengintegrasikan ide-ide

dari model klasik dan partisipasi manajemen, dimana teori kepatuhan telah

diteliti pada ilmu-limu sosial khususnya dalam bidang psikologis serta sosiologi

15
yang menekankan pada pentingnya proses sosialisasi mempengaruhi perilaku

kepatuhan oleh seorang individu. Compliance diartikan sebagai kepatuhan yang

didasarkan atas harapan terhadap suatu imbalan serta usaha untuk

menghindarkan diri terhadap hukuman yang dapat dijatuhkan.

Menurut Tyler (2004) dalam Karina Mutiara Dewi, Sugeng Pamudji (2013)

terdapat dua persepektif dasar dalam literatur sosiologi mengenai kepatuhan

pada hukum, yang disebut instrumental dan normatif. Perspektif instrumental

mengindikasikan suatu individu didorong oleh sebuah tanggapan serta

kepentingan pribadi dalam perubahan-perubahan insentif, tangible, dan penalti

yang mempunyai suatu hubungan terhadap perilaku. Perspektif normatif

berhubungan terhadap apa yang orang anggap sebagai moral serta berlawanan

terhadap kepentingan pribadi yang mereka miliki masing-masing.

Dalam hal penyampaian laporan keuangan ke publik, perspektif

instrumental menggambarkan bahwa insentif yang diperoleh perusahaan bila

menyampaikan laporan keuangannya dengan tepat waktu yaitu respon baik

publik terhadap perusaaan itu sendiri, dan sebaliknya. Sedangkan untuk

perspektif yang kedua, seorang individu cenderung untuk mematuhi ketentuan

dalam hal ini ketepatan waktu pelaporan keuangan karena dianggap sebagai

suatu keharusan (normative commitment through morality) dan karena otoritas

penyusun terhadap ketentuan tersebut digunakan menjelaskan perilaku

melaporkan keuangannya tepat pada waktunya yang sudah ditentukan

(normative commitment through legitimacy).

Tuntutan akan kepatuhan terhadap ketepatan waktu dalam penyampaian

laporan keuangan tahunan perusahaan publik di Indonesia diatur dalam Undang-

16
Undang No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal, dan selanjutnya diatur

Peraturan Bapepam Nomor X.K.2, Lampiran Keputusan Ketua Bapepam Nomor

KEP-346/BL/2011 yang merupakan penyempurnaan dari KEP-36/PM/2003

yang ditetapkan tanggal 30 September 2003 tentang Kewajiban Penyampaian

Laporan Keuangan Berkala. Peraturan - peraturan tersebut secara hukum

memberikan isyarat bahwa adanya kepatuhan pada setiap perilaku individu

maupun perusahaan publik yang terlibat di pasar modal Indonesia. Hal ini sesuai

dengan teori kepatuhan (compliance theory).

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), patuh adalah suka

menurut perintah, taat perintah atau taat aturan dan sebagainya, sedangkan

kepatuhan adalah perilaku yang menunjukan aturan serta cara berdisiplin. Dari

berbagai penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa teori kepatuhan

(compliance theory) mendorong perusahaan untuk menyampaikan laporan

keuangan secara tepat waktu karena selain merupakan kewajiban perusahaan

untuk menyampaikanya secara tepat waktu, hal tersebut juga akan bermanfaat

bagi pengguna laporan.

c. Teori Signaling (Signalling Theory)

Teori Signaling menurut Ross, S. A. (1977) menyatakan bahwa

perusahaan yang telah memiliki kualitas yang baik dengan sengaja akan

memberikan sinyal pada pasar, dengan demikian pasar yang diharapkan dapat

membedakan perusahaan mana yang telah berkualitas baik ataupun buruk.

Sinyal yang diberikan dapat dilakukan melalui pengungkapan informasi

akuntansi seperti mempublikasikan laporan keuangan. Manajer melakukan

publikasi laporan keuangan dengan tujuan agar dapat memberikan informasi

kepada pasar. Umumnya pasar akan merespon informasi tersebut dengan suatu
17
sinyal yang biasa disebut good news atau bad news, Sehingga sinyal yang

diberikan oleh perusahaan dapat diterima dan diharapkan pasar dapat

membedakan perusahaan yang berkualitas baik dan buruk. Teori sinyal

bermanfaat untuk dapat mengukur tingkat akurasi dan ketepatan waktu

perusahaan dalam melakukan pelaporan keuangan ke publik. Semakin panjang

rentang audit report akan memberikan bad news untuk pasar karena

menyebabkan laporan keuangan perusahaan kehilangan relevansi serta

manfatnya dalam pengambilan keputusan.

Salah satu bentuk informasi yang dikeluarkan oleh perusahaan yang dapat

menjadi signal bagi pihak di luar perusahaan, terutama bagi pihak investor

adalah dengan adanya laporan tahunan. Informasi yang diungkapkan dalam

laporan tahunan dapat berupa informasi bersifat akuntansi yaitu informasi yang

memiliki hubungan dengan laporan keuangan serta informasi bersifat non-

akuntansi yaitu informasi yang tidak berkaitan dengan laporan keuangan.

Laporan tahunan harus mempunyai informasi yang bersifat relevan dan dapat

mengungkapkan informasi yang dianggap penting supaya dapat diberitahukan

oleh para pengguna laporan baik itu pihak dalam maupun pihak luar. Semua

investor memerlukan sebuah informasi untuk dapat mengevaluasi berbagai

risiko relatif dalam setiap perusahaan sehingga dapat melaksanakan diversifikasi

portofolio serta kombinasi investasi dengan preferensi risiko yang diinginkan,

Jika suatu perusahaan menginginkan sahamnya dibeli oleh investor maka

perusahaan harus melakukan pengungkapan laporan keuangan dengan sifat

secara terbuka dan transparan.

18
2. Laporan Keuangan

a. Definisi Laporan Keuangan

Menurut Kieso et al. (2011) menyatakan laporan keuangan merupakan

laporan yang diharapkan dapat menjadi sarana pengkomunikasian informasi

mengenai keuangan utama kepada pihak-pihak di luar korporasi, contohnya

seperti kondisi ekonomi, industri, serta dapat memberikan sebuah gambaran

yang lebih baik mengenai bagaimana prospek dan risiko perusahaan. Laporan

keuangan terdiri dari neraca (balance sheet), laporan laba/rugi (income

statement), laporan arus kas (statement of cash flow), dan laporan perubahan

modal (the statement of owners or stockholder equity).

Laporan keuangan menurut Standar Akuntansi Keuangan (SAK)

Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan (2017) Unsur

– Unsur Laporan Keuangan dalam poin 4.02 dan 4.03 adalah :

(1). Laporan keuangan memberitahukan bagaimana dampak keuangan dalam

transaksi yang dikelompokan kedalam beberapa kelompok besar menurut

bagaimana karakteristik ekonominya. Kelompok besar ini merupakan

unsur – unsur penting dalam laporan keuangan. Unsur – unsur yang

berkaitan langsung terhadap pengukuran posisi keuangan dalam laporan

posisi keuangan adalah aset, liabilitas, dan ekuitas. Sedangkan unsur –

unsur yang berkaitan dengan pengukuran kinerja dalam laporan laba rugi

adalah penghasilan dan beban. Laporan perubahan posisi keuangan

biasanya mencerminkan unsur – unsur laporan laba rugi dan perubahan

dalam unsur – unsur laporan posisi keuangan; dengan demikian,

Kerangka Konseptual ini tidak mengidentifikasikan unsur – unsur dalam

laporan perubahan posisi keuangan secara khusus.

19
(2). Penyajian unsur – unsur ini dalam laporan posisi keuangan dan laporan

laba rugi memerlukan proses subklasifikasi. Sebagai contoh, aset dan

liabilitas dapat diklasifikasikan menurut sifat atau fungsi dalam bisnis

entitas untuk menyajikan informasi dengan cara paling berguna bagi

pengguna untuk tujan pengambilan keputusan ekonomik.

b. Tujuan Laporan Keuangan

Menurut Standar Akuntansi Keuangan (SAK) Penyajian Laporan

Keuangan (2017) Bagian Tujuan Laporan Keuangan adalah :

(1). Laporan keuangan adalah suatu penyajian yang terstruktur dari posisi

keuangan dan kinerja keuangan suatu entitas.

(2). Menyediakan informasi tentang bagaimana posisi keuangan, kinerja, serta

arus kas entitas yang dapat bermanfaat bagi sebagian besar pengguna

laporan keuangan dalam pembuatan keputusan ekonomik.

(3). Laporan keuangan juga menunjukan hasil pertanggungjawaban dari

manajemen atas penggunaan sumber daya yang dipercayakan kepada

mereka. Dalam rangka mencapai tujuan tersebut, laporan keuangan

menyajikan informasi mengenai entitas yang meliputi :

(a) Aset;

(b) Liabilitas;

(c) Ekuitas;

(d) Penghasilan dan beban, termasuk keuntungan dan kerugian;

(e) Distribusi serta Kontribusi terhadap pemilik untuk kapasitasnya

sebagai pemilik; dan

(f) Arus kas.

20
Informasi yang telah dipaparkan tersebut, beserta informasi lain yang telah

ada dalam catatan atas laporan keuangan, membantu para pengguna laporan

keuangan dalam memprediksi arus kas masa depan entitas serta dalam hal

waktu dan kepastian diperolehnya arus kas masa depan.

c. Karakteristik Kualitatif dalam Laporan Keuangan

Karakteristik kualitatif merupakan ciri khas yang membuat informasi

dalam laporan keuangan berguna bagi pengguna, Dalam Standar Akuntansi

Keuangan (SAK) Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan

Keuangan (2017) :

1) Relevansi

Informasi keuangan yang relevan mampu membuat perbedaan dalam

jenis keputusan yang diambil oleh pengguna. Informasi mungkin mampu

membuat perbedaan dalam keputusan bahkan jika sebagian pengguna

memilih untuk tidak mengambil keuntungan atas informasi tersebut atau

telah menyadari informasi tersebut dari sumber lainnya. Informasi

keuangan mampu merubah keputusan jika memiliki antara nilai prediktif,

atau nilai konfirmatori :

(a) Informasi keuangan yang memiliki nilai prediktif jika informasi

tersebut dapat digunakan sebagai input yang digunakan oleh

pengguna untuk memprediksi hasil (outcome) masa depan.

Informasi keuangan tidak harus merupakan suatu prediksian atau

prakiraan untuk memiliki nilai prediktif. Informasi keuangan

dengan nilai prediktif digunakan oleh pengguna untuk membuat

prediksi.

21
(b) Informasi keuangan memiliki nilai konfirmatori jika menyediakan

umpan balik (mengkonfirmasi atau merubah) tentang evaluasi

sebelumnya.

2) Materialitas

Informasi adalah material jika penghilangan atau salah saji informasi

tersbeut dapat mempengaruhi keputusan yang dibuat pengguna

berdasarkan atas informasi keuangan tentang entitas pelapor tertentu.

Dengan kata lain, materialitas adalah aspek relevansi yang spesifik untuk

entitas tertentu berdasarkan sifat atau besarannya, atau keduanya, dari pos-

pos dimana informasi tersebut berhubungan dalam konteks laporan

keuangan masing-masing entitas. Oleh karena itu, DSAK IAI tidak dapat

menetapkan suatu batas kuantitatif yang sama untuk materialitas atau

menentukan apa yang dapat menjadi material dalam situasi tertentu.

3) Representasi Tepat

Laporan keuangan menggambarkan fenomena bersifat ekonomik dalam

angka dan kata. Agar dapat menjadi informasi yang berguna, selain dengan

merepresentasikan fenomena yang relevan, informasi keuangan juga harus

merepresentasikan secara tepat fenomena yang akan direpresentasikan.

Agar dapat menunjukan representasi tepat dengan sempurna, tiga

karakteristik yang harus dimiliki yaitu lengkap, netral, dan bebas dari

kesalahan. Tentu saja, kesempurnaan adalah hal yang sulit dicapai. Tujuan

DSAK IAI adalah untuk memaksimalkan kualitas sebaik mungkin.

d. Peraturan Kewajiban Penyampaian Laporan Keuangan

Peraturan Kewajiban penyampaian laporan keuangan sudah tercantum di

dalam Peraturan Nomor X.K.2 tentang Kewajiban Penyampaian Laporan

22
Keuangan Berkala KEP-36/PM/2003 pada tanggal 30 September 2003 yang

isinya adalah sebagai berikut :

1) Umum

a) Laporan keuangan berkala yang dimaksud dalam peraturan ini

adalah laporan keuangan tahunan dan laporan keuangan tengah

tahunan;

b) Setiap perusahaan publik serta emiten yang mempunyai

pendaftaran wajib dalam menyampaikan laporan keuangan

secara berkala untuk Bapepam sebanyak empat eksemplar,

sekurang-kurangnya satu harus diberikan dalam bentuk asli.

c) Laporan keuangan harus disajikan dalam Bahasa Indonesia.

d) Laporan keuangan harus disajikan secara perbandingan dengan

periode yang sama tahun sebelumnya.

2) Laporan Keuangan Tahunan

a) Laporan keuangan tahunan juga harus mempunyai laporan dari

akuntan yang mempunyai pendapat lazim serta harus

disampaikan untuk Bapepam pada akhir bulan ketiga setelah

tanggal pada laporan keuangan tahunan.

b) Perusahaan wajib dalam mengumumkan laporan laba rugi,

neraca, dan laporan lain yang telah disyaratkan oleh instansi

dalam mempunyai wewenang sesuai dari jenis industrinya

sekurang-kurangnya mempunyai sebesar dua surat kabar harian.

c) Pengumuman tersebut harus memuat opini dari Akuntan

23
d) Laporan keuangan tahunan menjadi salah satu bagian dari

laporan tahunan untuk keperluan Rapat Umum Pemegang

Saham (RUPS).

3) Laporan Keuangan Tengah Tahunan

a) Laporan keuangan tengah tahunan disampaikan kepada

Bapepam selambat-lambatnya pada akhir bulan pertama setelah

tanggal laporan keuangan tengah tahunan, jika tidak disertai

laporan Akuntan.

b) Laporan keuangan tengah tahunan disampaikan kepada

Bapepam selambat-lambatnya pada akhir bulan kedua setelah

tanggal laporan keuangan tengah tahunan, jika disertai laporan

Akuntan dalam rangka penelaahan terbatas.

c) Laporan keuangan tengah tahunan disusun berdasarkan prinsip

yang sama dengan laporan keuangan tahunan.

Ketepatan waktuan dalam penyampaian laporan keuangan telah diatur

dalam pasar modal. Undang-undang no 8 tahun 1995 tentang peraturan pasar

modal telah menyatakan bahwa semua perusahaan yang terdaftar dalam pasar

modal bahwa semua perusahaan yang terdaftar dalam pasar modal wajib

menyampaikan laporan keuangan secara berkala kepada Bapepam dan

mengumumkan laporan tersebut kepada masyarakat.

Apabila perusahaan tersebut ternyata terlambat dalam menyampaikan

laporan keuangan sesuai terhadap ketentuan yang telah ditetapkan oleh Bapepam

maka akan dikenakan sanksi administrasi sesuai ketentuan dalam undang-

undang. Bapepam akan semakin memperketat peraturan dengan dikeluarkannya

peraturan Bapepam Nomor X.K.2 menyatakan bahwa keuangan tahunan harus

24
disertai juga laporan akuntan yang memiliki pendapat yang lazim serta telah

disampaikan kepada Bapepam selambat-lambatnya pada akhir bulan ke tiga (90

hari) setelah tanggal dalam laporan keuangan tahunan. Namun pada tahun 2012

terjadi perubahan yang sekarang menjadi peraturan Bapepam Nomor X.K.6

menyatakan keuangan tahunan harus disertai dengan laporan akuntan dengan

memiliki pendapat yang lazim serta telah disampaikan kepada Bapepam

selambat-lambatnya pada akhir bulan ke empat (120 hari) setelah tanggal dalam

laporan keuangan tahunan.

3. Auditing

Menurut Arens et al (2015:24) auditing merupakan suatu akumulasi serta

evaluasi sebuah bukti dalam melaporkan dan menentukan tingkat korespondensi

antara kriteria yang ditetapkan dan informasinya. Audit harus dilaksanakan oleh

orang independen dan kompeten. Untuk melakukan proses audit, harus ada

informasi yang telah diverifikasi dan beberapa standar yang telah dipakai auditor

dalam mengevaluasi relevan informasinya karena dapat mengambil banyak

jenis. Auditor secara rutin melakukan audit informasi kuantitatif, termasuk

laporan keuangan perusahaan serta pengembalian pajak penghasilan perorangan,

seperti efisiensi operasi manufaktur dan keefektifan sistem komputer.

Dalam SPAP, SA seksi 110 PSA No.2 poin 110.1 (2001) Tujuan audit

dalam laporan keuangan auditor independen pada umumnya untuk menyatakan

pendapat mengenai kewajaran, dalam semua hal yang bersifat material, posisi

keuangan, hasil usaha, perubahan ekuitas, serta arus kas sesuai prinsip akuntansi

yang berlaku secara umum di Indonesia. Laporan auditor adalah sebuah sarana

bagi auditor dalam mengungkapkan pendapatnya, atau dalam keadaan

mengharuskan, untuk menyatakan agar tidak memberikan pendapat. Auditor

25
baik dalam mengungkapkan pendapat maupun tidak mengungkapkan pendapat,

tetap menyatakan apakah proses auditnya dilaksanakan berdasarkan standar

proses audit yang telah ditetapkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia.

Dari pengertian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa auditing atas

laporan keuangan memberikan suatu pernyataan pendapat apakah laporan

keuangan klien telah disajikan secara wajar, dalam segala material, sesuai

prinsip akuntansi yang berlaku secara umum. Auditing yang dilaksanakan

auditor menentukan apakah laporan keuangan yang disusun manajemen telah

memenuhi kriteria standar pelaporan keuangan yang telah disepakati bersama

digariskan dalam prinsip standar akuntansi yang berlaku.

4. Audit Report Lag

Audit report lag dapat didefinisikan sebagai lamanya waktu dalam

penyelesaian audit yang telah diukur dari tanggal penutupan tahun buku sampai

tanggal diselesaikanya laporan audit independen, dan mempunyai pernyataan

yang sama dengan pernyataan Dyer & McHugh (1975) menyebutkan bahwa

audit report lag sebagai rentang waktu dalam penyelesaian laporan audit, diukur

berdasarkan lamanya hari yang akan dibutuhkan untuk memperoleh laporan

keuangan auditor independen atas audit laporan keuangan perusahaan sejak

tanggal tutup buku perusahaan, yaitu per tanggal 31 Desember sampai tanggal

yang tertera sebagai tanggal tanda tangan dalam laporan auditor.

Perbedaan waktu antara tanggal opini audit dengan tanggal laporan

keuangan dalam laporan keuangan telah mengindikasikan tentang berapa

lamanya waktu penyelesaian yang telah dilakukan oleh auditor, kondisi ini

26
sering disebut audit delay. Menurut Dyer and McHugh (1975) audit delay dibagi

menjadi tiga yaitu :

a) Auditor’s Report Lag :

Interval dari jumlah hari antara tanggal penyampaian laporan keuangan

sampai dengan tanggal laporan auditor tersebut ditandatangani;

b) Preliminary Lag :

Interval dari jumlah hari antara tanggal laporan keuangan sampai dengan

penerimaan laporan akhir preliminary oleh bursa.

c) Total Lag :

Interval dari jumlah hari antara tanggal dalam laporan keuangan sampai

dengan tanggal penerimaan laporan yang telah dipublikasikan oleh bursa.

Kriteria yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah auditor’s report lag

karena yang terhitung sebagai audit delay hanya fokus terhadap proses kegiatan

selama auditor melakukan audit. Jumlah lama hari yang dihitung adalah dari

laporan keuangan akhir tahun yaitu tanggal 31 Desember sampai penandatangan

auditor yang berarti bahwa laporan audit telah selesai diproses dan lamanya

auditor’s report lag secara tidak langsung mempengaruhi publikasi laporan

keuangan oleh BAPEPAM. Terdapat beberapa langkah dalam proses auditor’s

report lag yang cenderung lama untuk melakukan audit atas laporan keuangan

klien. Menurut Knechel dan Payne dalam Christian dan Yulius (2014) proses

auditor’s report lag tersebut dibagi menjadi tiga tahap, yaitu :

a) Scheduling lag :

Selisih waktu tahun penutupan buku perusahaan terhadap dimulainya

pekerjaan lapangan auditor

27
b) Fieldwork Lag :

Selisih waktu antara dimulainya pekerjaan lapangan serta pada saat

penyelesaianya

c) Reporting Lag :

Selisih waktu antara terjadinya penyelesaian pekerjaan lapangan sampai

tanggal laporan audit diterbitkan auditor.

Menurut Andi Kartika (2011), Audit delay merupakan rentang waktu dalam

penyelesaian audit diukur dari tanggal penutupan tahun buku sampai tanggal

diterbitkannya laporan audit. Semakin panjang waktu yang dibutuhkan dalam

mempublikasikan laporan keuangan tahunan sejak akhir tahun buku suatu

perusahaan milik klien, maka semakin besar pula kemungkinan informasi

tersebut bocor kepada investor tertentu. Apabila hal ini sering terjadi maka dapat

mengaikibatkan pasar tidak dapat bekerja lagi dengan maksimal. Ketepatan

waktu penyusunan atau pelaporan suatu laporan keuangan perusahaan bisa

berpengaruh pada nilai laporan keuangan tersebut. Keterlambatan informasi

akan menimbulkan reaksi negatif dari perilaku pasar modal.

5. Ukuran Perusahaan

Ukuran perusahaan menurut Suwito dan Herawaty (2005) pada dasarnya

adalah pengelompokan perusahaan kedalam beberapa kelompok, di antaranya

perusahaan besar (large firm), perusahaan menengah (medium firm), dan

perusahaan kecil (small firm). Menurut Arry Eksandy (2017) Skala perusahaan

merupakan ukuran yang dipakai untuk mencerminkan besar kecilnya perusahaan

yang didasarkan kepada total aset perusahaan, serta menunjukan tingkat

kapasitas dalam perusahaan tersebut, total asset menggambarkan berapa banyak

kekayaan yang dimiliki oleh perusahaan tersebut. Beberapa penelitian

28
berargumen bahwa ukuran perusahaan merupakan salah satu faktor yang

mempengaruhi audit report lag, karena mereka menyatakan bahwa perusahaan

yang memiliki sumber daya (aset) yang besar mempunyai sumber informasi,

sistem pengendalian yang kuat, adanya pengawasan dari investor, regulator dan

sorotan masyarakat. Sehingga memungkinkan perusahaan untuk cepat

melaporkan laporan keuangan auditnya.

Salah satu faktor yang dapat dipengaruhi ukuran perusahaan adalah

bagaimana ketepatan waktu dalam penyelesaian laporan keuangan. Oleh karena

itu, menurut Bandar Standarisasi Nasional UU No. 20 Tahun 2008 yang terdiri

dari perusahaan besar, sedang, dan kecil lebih memfokuskan dalam menjaga

image perusahaan mereka sehingga mendapat kepercayaan dari perusahaan

dengan menyampaikan laporan keuangan secara tepat waktu. Penentuan

perusahaan ini didasarkan pada tingkat total asset perusahaan, yaitu:

a) Perusahaan Besar (Large Firm)

Perusahaan besar adalah perusahaan yang memiliki kekayaan bersih

lebih besar dari Rp 10.000.000.000,- tidak termasuk juga penjualan tanah

dan bangunan atau memiliki hasil penjualan lebih besar dari Rp

50.000.000.000;- pertahun.

b) Perusahaan Menengah (Medium Firm)

Perusahaan menengah adalah perusahaan yang memiliki kekayaan

bersih lebih dari Rp 500.000.000,- dengan paling banyak Rp

10.000.000.000,- tidak termasuk juga penjualan tanah dan bangunan atau

memiliki hasil penjualan tahunan lebih besar dari Rp 2.500.000.000,-

sampai paling banyak Rp 50.000.000.000,- pertahun.

29
c) Perusahaan Kecil (Small Firm)

Perusahaan kecil adalah perusahaan yang memiliki kekayaan bersih

lebih dari Rp 50.000.000,- dengan paling banyak Rp 500.000.000.- tidak

termasuk juga penjualan tanah dan bangunan atau memiliki hasil penjualan

tahunan lebih dari Rp 300.000.000,- sampai paling banyak Rp

2.500.000.000,- pertahun.

6. Profitabilitas

Menurut Gibson (2010:285), Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan

untuk menghasilkan laba. Analisis laba merupakan perhatian penting bagi

pemegang saham karena mereka memperoleh pendapatan dalam bentuk dividen.

Selain itu, peningkatan laba juga penting bagi kreditor karena laba merupakan

salah satu sumber dana untuk menutup utang. Manajemen menggunakan laba

sebagai ukuran kinerja. Dapat dikatakan bahwa laba itu merupakan berita baik

(good news), perusahaan tidak akan menunda penyampaian informasi yang

memiliki sifat good news. Oleh karena itu, perusahaan yang mempunyai laba

akan cenderung lebih tepat waktu dalam penyampaian laporan keuangannya

sehingga hal tersebut dapat disampaikan kepada para investor dan juga para

pengguna laporan keuangan lainnya.

Menurut Ashton, et al (1987) perusahaan yang ternyata mengumumkan rugi

atau bad news untuk periode tersebut akan mengalami audit report lag yang

lebih panjang. Alasan yang mendorong untuk terjadinya kemunduran dalam

mempublikasikan laporan keuangan karena pelaporan laba atau rugi sebagai

sebuah indikator good news atau bad news atas hasil kinerja manajerial

perusahaan dalam periode setahun.

30
Menurut Brigham & Houston (2013:109-110), Rasio membantu dalam

mengevaluasi laporan keuangan. Dalam hal ini, Rasio Profitabilitas dibagi

menjadi beberapa hal sebagai berikut :

a) Marjin Laba Kotor (Gross Profit Margin)

Rasio profitabilitas dalam menilai persentase laba kotor terhadap

pendapatan yang dihasilkan oleh penjualan. Semakin besar gross

profit margin semakin baik dalam kegiatan operasional perusahaan

yang ditunjukan harga pokok penjualan menjadi lebih rendah

daripada penjualan dimana berguna untuk audit operasional.

b) Marjin Laba Bersih (Net Profit Margin)

Rasio profitabilitas dalam menilai persentase laba bersih yang

didapat setelah dikurangi pajak terhadap pendapatan yang telah

diperoleh dari penjualan. Semakin tinggi net profit margin semakin

baik operasi suatu perusahaan.

c) Rasio Pengembalian Aset (Return on Assets Ratio)

Rasio profitabilitas menilai persentase keuntungan (laba) yang

diperoleh perusahaan terkait dengan sumber daya sehingga efisiensi

dalam suatu perusahaan dapat mengelola asetnya bisa terlihat dari

persentase rasio ini. Semakin tinggi hasilnya maka semakin baik

kinerja yang akan ditunjukkan.

d) Rasio Pengembalian Ekuitas (Return on Equity Ratio)

Rasio profitabilitas menilai kemampuan perusahaan dalam

menghasilkan laba dari investasi pemegang saham perusahaan

tersebut yang dinyatakan dalam persentase. Semakin tinggi hasilnya

maka semakin baik kinerja yang akan ditunjukkan.

31
e) Pengembalian modal yang digunakan (Return on Invested Capital)

Rasio profitabilitas yang mengukur keuntungan perusahaan dari

modal yang dipakai dalam mencerminkan investasi perusahaan.

7. Solvabilitas

Menurut Gibson (2010:335) Solvabilitas adalah penggunaan aktiva dan

sumber dana oleh perusahaan yang memiliki biaya tetap (beban tetap) dengan

maksud agar meningkatkan keuntungan potensial pemegang saham. Penggunaan

solvabilitas tersebut dapat menimbulkan beban dan risiko bagi perusahaan,

apalagi jika keadaan perusahaan sedang memburuk. Di samping perusahaan

membayar beban bunga yang semakin meningkat, kemungkinan perusahaan

mendapatkan penalti pihak ketiga pun dapat terjadi. Berikut ini adalah jenis –

jenis solvabilitas menurut Menurut Brigham & Houston (2013:451-459) :

a). Leverage Operasi (Operating Leverage)

Leverage operasi menunjukan bagaimana perusahaan dalam

mengatasi beban tetap operasional, leverage operasi adalah kemampuan

perusahaan dalam memakai biaya operasi tetap agar dapat memperbesar

pengaruh terhadap perubahan volume penjualan dari laba sebelum bunga

dan pajak (EBIT).

b). Leverage Keuangan (Financial Leverage)

Financial leverage adalah penggunaan sumber dana yang memiliki

beban tetap dengan beranggapan bahwa akan memberikan tambahan

keuntungan yang lebih besar dari pada beban tetapnya sehingga akan

meningkatkan keuntungan yang tersedia bagi pemegang saham.

32
Menurut Brigham dan Houston (2013:107-110), Perhitungan solvabilitas

pada setiap perusahaan lebih mudah dilakukan jika sistem akuntansi memakai

rasio yang tepat. Dalam hal ini berikut cara untuk menghitung rasio solvabilitas :

(1) Rasio Hutang terhadap Modal ( Debt to Equity Ratio)

Rasio yang mengukur seberapa besar perusahaan memakai

ekuitas saham biasa dalam membayar aset perusahaan. Semakin tinggi

tingkat DER maka semakin besar risiko yang dihadapi perusahaan,

yang membuat semakin lama audit report lag.

(2) Rasio Hutang terhadap Aset ( Debt to Asset Ratio )

Rasio yang mengukur proporsi seberapa besar total aset

perusahaan yang dibiayai hutang. Sama halnya dengan DER, semakin

tinggi tingkat DAR, maka semakin besar penggunaan uang entitas lain

yang digunakan agar mendapat laba. Dalam hal ini membuat semakin

lama audit report lag.

(3) Times Interest Earned Ratio

Rasio yang melihat kemampuan perusahaan dalam membayar

bunga dan utang. Artinya, rasio ini mengukur sejauh mana pendapatan

operasional dapat menurun sebelum perusahaan tidak dapat memenuhi

biaya bunga tahunannya.

(4) Fixed-Payment Coverage Ratio

Rasio yang melihat kemampuan perusahaan dalam membayar

seluruh pinjaman seperti bunga pinjaman, obligasi, saham preferen,

sewa. Semakin tinggi rasio ini maka kinerja perusahaan dapat

dikatakan baik.

33
Dalam arti luas dapat dinyatakan bahwa rasio ini dapat digunakan dalam

mengukur kemampuan perusahaan untuk dapat membayar seluruh

kewajibannya, baik itu jangka panjang maupun jangka pendek apabila

perusahaan dibubarkan (dilikuidasi).

8. Komite Audit

Komite audit adalah sebuah komite yang dibentuk dari dewan komisaris

menurut I Gede Aditya Cahya Gunarsa (2017). Menurut Arens et al (2012:88)

Komite audit diharapkan agar dapat membangun kembali tingkat kepercayaan

publik dalam pelaporan keuangan serta meningkatkan kualitas audit dan dapat

menjadi salah satu faktor penguat dalam sistem pelaporan keuangan. Selain

komite audit, juga diselidiki apakah proporsi independensi komite audit memiliki

pengaruh terhadap audit report lag. Keanggotaan Komite Audit diatur dalam surat

keputusan Direksi PT Bursa Efek Jakarta Nomor Kep-315/BEJ/06/2000 dan

Peraturan BAPEPAM No. IX.I.5: Pembentukan serta Pedoman dalam

Pelaksanaan Kerja Komite Audit, Lampiran dari Keputusan Ketua Bapepam No:

Kep-29/PM/2004 diterbitkan pada tanggal 24 Desember 2004 bagian C yang

menyatakan bahwa anggota Komite Audit sekurang-kurangnya memiliki 3 (tiga)

orang anggota.

Keefektifan dalam komite audit akan semakin meningkat seiring dengan

bertambahnya ukuran komite audit, karena komite audit memiliki sumber daya

yang memadai dalam mengatasi potensi masalah pelaporan keuangan, Menurut I

Gede Aditya Cahya Gunarsa (2017) bahwa semakin besar ukuran komite audit

maka akan semakin meningkatkan kualitas pengawasan. Anggota komite audit

yang independen akan memastikan pelaporan keuangan mana yang lebih

berkualitas, dimana salah satu tujuan dari komite audit adalah dapat memberikan

34
ulasan objektif tentang bagaimana informasi keuangan dan komite audit

independen dapat berkontribusi terhadap kualitas dalam pelaporan keuangan.

9. Reputasi Kantor Akuntan Publik (KAP)

Kantor Akuntan Publik (KAP) merupakan bentuk suatu organisasi tentang

akuntan publik yang telah mempunyai sebuah izin sesuai dalam peraturan

perundang-undangan usaha dalam dibidang praktek akuntan publik serta

pemberian jasa profesional menurut Sistya Rachmawati (2008). Dalam

menyampaikan adanya suatu laporan atau informasi akan kinerja perusahaan

kepada publik yang akurat dan juga terpercaya, perusahaan diminta untuk

menggunakan jasa yang disediakan oleh KAP.

Menurut Murphy & Stausholm (2017), untuk meningkatkan kredibilitas dari

laporan atau informasi tersebut, perusahaan menggunakan jasa yang disediakan

oleh KAP yang mempunyai reputasi atau nama baik, biasanya hal tersebut

ditunjukkan dengan KAP yang berafiliasi dengan KAP besar berlaku secara

universal yang dikenal dengan Big Four Worldwide Accounting Firm atau Big

Four. Kategori KAP yang bermitra dengan KAP Big Four di Indonesia yaitu :

a) KAP Purwantono, Suherman & Surja afiliasi dengan KAP Ernst &

Young (E&Y)

b) KAP Osman Bing Satrio & Eny afiliasi dengan KAP Deloitte Touche

Tohmatsu (Deloitte).

c) KAP Siddharta & Widjaja afiliasi dengan KAP Klunveld Peat Marwick

(KPMG).

d) KAP Tanudiredja, Wibisana & rekan afiliasi dengan KAP Price

Waterhouse Coopers (PWC).

35
Menurut Arens et al (2012:26-27) ada empat kategori ukuran dalam

menjelaskan gambaran kantor akuntan publik (KAP) antara lain:

a) Kantor Internasional Empat besar.

Keempat KAP terbesar di Amerika Serikat disebut sebagai kantor

akuntan publik internasional “Big Four”. Keempat kantor ini sudah

memiliki berbagai cabang di seluruh Amerika Serikat dan seluruh dunia.

Kantor “Big Four” telah mengaudit hampir semua perusahaan besar baik

di Amerika Serikat maupun dunia serta banyak juga perusahaan yang

lebih kecil juga.

b) Kantor Nasional.

Tiga KAP di Amerika Serikat disebut kantor nasional, karena memiliki

cabang di sebagian kota besar. Kantor nasional memberikan jasa yang

sama seperti kantor “Big Four” dan mereka bersaing secara sehat dan

langsung dengannya untuk mendapat klien sebanyak-banyaknya. Setiap

kantor nasional mempunyai afiliasi terhadap kantor-kantor dalam

Negara lain karenanya memiliki kemampuan yang berstandar

internasional.

c) Kantor regional dan kantor lokal yang besar.

Terdapat kurang dari 200 KAP yang mempunyai staff professional

dengan lebih dari 50 orang. Sebagian hanya mempunyai satu kantor dan

terutama hanya melayani klien-klien jangka yang tidak begitu jauh. KAP

yang lainnya juga memiliki berbagai cabang di satu Negara bagian atau

wilayah dan juga melayani klien dalam radius yang lebih jauh.

36
d) Kantor lokal kecil.

Hampir semua KAP kantor lokal kecil mempunyai kurang dari 25

anggota tenaga professional terhadap kantor yang hanya mempunyai

satu entitas nirlaba saja serta hanya satu cabang, meskipun beberapa

mempunyai satu ataupun dua klien dengan kepemilikan publik. Banyak

pula kantor lokal kecil tidak melaksanakan audit serta terutama

memberikan jasa akuntansi dan perpajakan bagi klien-kliennya.

Kantor Akuntan Publik Internasional atau yang dikenal dengan The Big

Four dianggap dapat melaksanakan auditnya secara efisien dan memiliki jadwal

waktu yang lebih tinggi untuk menyelesaikan audit tepat waktu. KAP yang besar

memperoleh insentif yang tinggi untuk menyelesaikan pekerjaan auditnya lebih

cepat dibandingkan dengan KAP lainnya.

B. Penelitian Terdahulu

Berbagai penelitian mengenai yang telah dilakukan dan peneliti jadikan

sebagai referensi dijabarkan sebagai berikut :

Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu
Penelitian Metode Hasil Penelitian
Judul Penelitian Variabel Penelitian
(Tahun) Penelitian (Kesimpulan)
1. Pengaruh Ukuran Independen : Analisis 1. Ukuran
Yurisa Perusahaan, Komite Regresi Perusahaan
Ratnasari Audit dan Audit X1 : Ukuran Berganda berpengaruh
(2018) Tenure Terhadap Perusahaan (Log N dan terhadap
Audit Delay Dengan Total Aktiva) Analisis audit delay
Reputasi Kantor Regresi 2. Komite audit
Akuntan Publik X2 : Komite Audit Moderasi tidak
Sebagai Variabel (Jumlah komite audit berpengaruh
Pemoderasi yang ada dalam terhadap
sampel perusahaan) audit delay
3. Audit Tenure
X3 : Audit Tenure berpengaruh
(Dummy Variable) terhadap
audit delay

37
Dependen : 4. Reputasi
KAP mampu
Y : Audit Delay memoderasi
(Tanggal Laporan hubungan
Audit – Tanggal antara
Laporan Keuangan) ukuran
perusahaan
Moderasi : dengan audit
delay
Z : Reputasi KAP 5. Reputasi
(Dummy Variable) KAP tidak
mampu
memoderasi
hubungan
antara
komite audit
dan audit
delay
2. Pengaruh Ukuran Independen : Analisis 1. Ukuran
Arry Perushaan, Regresi Perusahaan
Eksandy Solvabilitas, X1 : Ukuran Berganda tidak
(2017) Profitabilitas Dan Perusahaan (Log N berpengaruh
Komite Audit Total Aktiva) terhadap
Terhadap Audit audit delay.
Delay (Pada X2 : Solvabilitas 2. Solvabilitas
Perusahaan Properti (Leverage) tidak
dan Real Estate yang (Total utang/Total berpengaruh
Terdaftar di Bursa Ekuitas * 100%) terhadap
Efek Indonesia Pada audit delay.
Tahun 2012-2015) X3 :Profitabilitas 3. Profitabilitas
(Return On Equity / berpengaruh
ROE) negatif
terhadap
X4 : Komite Audit audit delay.
(Proporsi) 4. Komite
(Total Komite Audit / Audit
Total Dewan berpengaruh
Komisaris) negatif
terhadap
Dependen : audit delay.

Y : Audit Delay
(Tanggal Laporan
Audit – Tanggal
Laporan Keuangan)
3. Pengaruh Reputasi Independen : Analisis 1. Reputasi
Chandra KAP, Opini Audit Regresi KAP tidak
Lestari dan Komite Audit X1 : Reputasi KAP Berganda mempunyai
(2017) Terhadap Audit (Dummy Variable) pengaruh
Delay pada signifikan

38
Perusahaan X2 : Opini Audit terhadap
Perbankan yang (Dummy Variable) audit delay
Terdaftar di Bursa pada
Efek Indonesia X3 : Komite Audit perusahaan
Periode 2013-2015 (Jumlah komite audit perbankan
yang ada dalam yang
sampel perusahaan) terdaftar di
BEI
Dependen : 2. Opini
Auditor
Y : Audit Delay mempunyai
(Tanggal Laporan pengaruh
Audit – Tanggal secara
Laporan Keuangan) signifikan
terhadap
audit delay
pada
perusahaan
perbankan
yang
terdaftar di
BEI.
3. Komite audit
mempunyai
pengaruh
secara
signifikan
terhadap
audit delay
pada
perusahaan
perbankan
yang
terdaftar di
BEI.
4. Pengaruh Komite Independen : Analisis 1. Komite
I Gede Audit, Independensi Regresi Audit
Aditya Komite Audit, dan X1 : Komite Audit Berganda memiliki
Cahya Profitabilitas (Dummy Variable) pengaruh
Gunarsa Terhadap Audit negatif
(2017) Report Lag di X2 : Independensi terhadap
Perusahaan Komite Audit audit report
Manufaktur (Komite Audit lag.
Independen / Jumlah 2. Independen
Anggota Komite si Komite
Audit x 100%) Audit
memiliki
X3 : Profitabilitas pengaruh
(Return On Asset / negatif
ROA) terhadap

39
audit report
lag.
Dependen : 3. Profitabilita
s memiliki
Y : Audit Report lag pengaruh
(Tanggal Laporan negatif
Audit – Tanggal terhadap
Penyelesaian Audit) audit report
lag.
5. Analisis Faktor- Independen : Analisis 1. Ukuran
Liwe Alther Faktor Yang Regresi Perusahaan
Gabriel Mempengaruhi Audit X1 : Ukuran Berganda tidak
(2017) Delay ( Studi Perusahaan (Log N berpengaruh
Empiris Pada Total Aktiva) terhadap
Perusahaan Property audit delay
dan Real Estate X2 :Profitabilitas 2. Profitabilitas
Terdaftar Di Bursa (Return On Asset/ berpengaruh
Efek Indonesia) ROA) terhadap
audit delay
X3 : Solvabilitas 3. Solvabilitas
(Leverage) tidak
(Total utang/Total berpengaruh
Aset* 100%) signifikan
terhadap
Dependen : audit delay
4. Ketiga
Y = Audit Delay variabel
(Tanggal Laporan diatas
Audit – Tanggal berpengaruh
Laporan Keuangan) signifikan
terhadap
audit delay

6. Pengaruh Ukuran Independen : Analisis 1. Ukuran


Ni Made Perusahaan dan Regresi Perusahaan
Dwi Ari Profitabilitas Pada X1 : Ukuran Berganda berpengaruh
Murti Audit Delay Dengan Perusahaan dan negatif
(2017) Reputasi KAP (log N total aset) Analisis terhadap
Sebagai Variabel Regresi audit delay
Pemoderasi X2 :Profitabilitas Moderasi 2. Profitabilitas
(laba bersih/Total berpengaruh
Aset) negatif
terhadap
Dependen : audit delay
3. Reputasi
Y : Audit Delay KAP mampu
(Tanggal Laporan memoderasi
Audit – Tanggal (memperlem
Laporan Keuangan) ah) pengaruh
ukuran

40
Moderasi : perusahaan
terhadap
Z : Reputasi KAP audit delay
(Dummy Variable) 4. Reputasi
KAP mampu
memoderasi
(memperlem
ah) pengaruh
profitabilitas
terhadap
audit delay
7. Pengaruh Independen : Analisis 1. Profitabilitas
Nurahman Profitabilitas, Regresi tidak
Apriyana Solvabilitas, Ukuran X1 :Profitabilitas Berganda berpengaruh
(2017) Perusahaan, dan (laba bersih/Total terhadap
Ukuran KAP Aset) audit delay
terhadap Audit Delay 2. Solvabilitas
Pada Perusahaan X2 : Solvabilitas berpengaruh
Properti dan Real (Total Utang/Total positif
Estate yang Aset* 100%) terhadap
Terdaftar di Bursa audit delay
Efek Indonesia X3 : Ukuran 3. Ukuran
Periode 2013-2015 Perusahaan (log N perusahaan
total aset) berpengaruh
negatif
X4 : Ukuran KAP terhadap
(Dummy Variable) audit delay
4. Ukuran KAP
Dependen : tidak
berpengaruh
Y : Audit Delay terhadap
(Tanggal Laporan audit delay
Audit – Tanggal 5. Keempat
Laporan Keuangan) variabel
tersebut
secara
simultan
berpengaruh
signifikan
terhadap
audit delay.
8. Pengaruh Leverage, Independen : Analisis 1. Leverage
Devri Kompleksitas Regresi tidak
Prananda S Operasi Perusahaan, X1 : Leverage (Total Berganda berpengaruh
(2017) Reputasi Auditor utang/Total Aset* terhadap
Dan Laba/Rugi 100%) audit delay
Operasi Perusahaan 2. Kompleksita
Terhadap Audit X2 : Kompleksitas s Operasi
Delay (Studi pada Operasi Perusahaan Perusahaan
Perusahaan (menghitung jumlah berpengaruh

41
Perdagangan, Jasa, anak dalam terhadap
Dan Investasi Yang perusahaan) audit delay
Terdaftar Di Bursa 3. Reputasi
Efek Indonesia X3 : Reputasi Auditor
Tahun 2013-2015) Auditor berpengaruh
(Dummy Variable) terhadap
audit delay
X4: Laba/Rugi 4. Laba/Rugi
Operasi Perusahaan Operasi
(Dummy Variable) Perusahaan
berpengaruh
Dependen : terhadap
audit delay
Y : Audit Delay
(Tanggal Laporan
Audit – Tanggal
Laporan Keuangan)

9. Pengaruh Independen : Analisis 1. Profitabilitas


Wariyanti Profitabilitas, Regresi tidak
(2017) Leverage, Dan Opini X1 :Profitabilitas Berganda berpengaruh
Audit Terhadap (laba bersih/Total signifikan
Audit Delay Aset) terhadap
audit delay
X2 : Solvabilitas 2. Solvabilitas
(Leverage) (Leverage)
(Total utang/Total berpengaruh
Aset* 100%) signifikan
terhadap
X3 : Opini Audit audit delay
(Dummy Variable) 3. Opini audit
berpengaruh
Dependen : signifikan
terhadap
Y : Audit Delay audit delay
(Tanggal Laporan
Audit – Tanggal
Laporan Keuangan)

10. Pengaruh Ukuran Independen : Analisis 1. Ukuran


Charviena Perusahaan, Laba Regresi Perusahaan
(2016) Rugi Operasi, X1 : Ukuran Berganda berpengaruh
Solvabilitas, Umur Perusahaan terhadap
Perusahaan, (log N total aset) audit delay
Klasifikasi Industri, 2. Laba rugi
Dan Ukuran KAP X2 : Laba Rugi Operasi
Terhadap Audit Operasi (Dummy tidak
Delay ( Studi pada Variable) berpengaruh
Perusahaan Indeks terhadap
Kompas 100 Periode X3 : Solvabilitas audit delay

42
2012-2014 ) (Total utang/Total 3. Solvabilitas
Aset* 100%) tidak
berpengaruh
X4 : Umur terhadap
Perusahaan (Tahun audit delay
laporan keuangan – 4. Umur
Tahun akta perusahaan
pendirian) tidak
berpengaruh
X5 : Klasifikaisi terhadap
Industri (Dummy audit delay
Variable) 5. Klasifikasi
industri
X6 : Ukuran KAP tidak
(Dummy Variable) berpengaruh
terdahap
Dependen : audit delay
6. Ukuran KAP
Y : Audit Delay tidak
(Tanggal Laporan berpengaruh
Audit – Tanggal terhadap
Laporan Keuangan) audit delay
7. Keenam
variabel
tersebut
secara
simultan
berpengaruh
terhadap
audit delay.
11. Pengaruh Pergantian Independen : Analisis 1. Pergantian
Ni Made Auditor, Reputasi Regresi Auditor
Adhika KAP, Opini Audit X1 : Pergantian Berganda berpengaruh
Verawati Dan Komite Audit Auditor (Dummy positif
(2016) Terhadap Audit Variable) terhadap
Delay audit delay.
X2 : Reputasi KAP 2. Reputasi
(Dummy Variable) KAP
X3 : Opini Audit berpengaruh
(Dummy Variable) negatif
terhadap
X4 : Komite Audit audit delay.
(Proporsi) 3. Opini Audit
(Total Komite Audit tidak
yang punya latar berpengaruh
belakang Akuntansi / terhadap
Total Komite Audit x audit delay.
100%) 4. Komite
Audit tidak
berpengaruh

43
Dependen : terhadap
audit delay.
Y : Audit Delay
(Tanggal Laporan
Audit – Tanggal
Laporan Keuangan)
12. Reputasi Kantor Independen : Analisis 1. Profitabilitas
Ni Putu Akuntan Publik Regresi berpengaruh
Winda Sebagai Pemoderasi X1 :Profitabilitas Berganda pada audit
Wulandari Pengaruh (laba bersih/Total dan delay
(2016) Profitabilitas dan Aset) Analisis 2. Solvabilitas
Solvabilitas Pada Regresi berpengaruh
Audit Delay X2 : Solvabilitas Moderasi terhadap
(Total utang/Total audit delay
Aset* 100%) 3. Reputasi
KAP tidak
Dependen : mampu
memoderasi
Y : Audit Delay pengaruh
(Tanggal Laporan profitabilitas
Audit – Tanggal terhadap
Laporan Keuangan) audit delay
4. Reputasi
Moderasi : KAP tidak
mampu
Z : Reputasi KAP memoderasi
(Dummy Variable) pengaruh
solvabilitas
terhadap
audit delay

13. Analisis Faktor- Independen : Analisis 1. Ukuran


Afina Faktor Yang Regresi perusahaan
Survita Mempengaruhi Audit X1 : Ukuran Berganda tidak
Prameswari Delay (Studi Empiris Perusahaan berpengaruh
(2015) Perusahaan (log N total aset) terhadap
Manufaktur audit delay.
Terdaftar di Bursa X2 :Solvabilitas 2. Solvabilitas
Efek Indonesia) (Total utang/Total tidak
Aset* 100%) berpengaruh
terhadap
audit delay.
X3 :Profitabilitas 3. Opini
(laba bersih/Total auditor tidak
Aset) berpengaruh
terhadap
X4 : Reputasi KAP audit delay.
(Dummy Variable) 4. Profitabilitas
berpengaruh
X5 : Opini Audit terhadap

44
(Dummy Variable) audit delay.
5. Reputasi
Dependen : KAP
berpengaruh
Y : Audit Delay terhadap
(Tanggal Laporan audit delay.
Audit – Tanggal 6. Kelima
Laporan Keuangan) variabel
tersebut
secara
simultan
berpengaruh
terhadap
audit delay.
14. Pengaruh Independen : Analisis 1. Ukuran
Indah Ukuran perusahaan, Regresi perusahaan
Permata Sari Solvabilitas dan X1 : Ukuran Berganda tidak
(2014) Reputasi KAP Perusahaan (Log N memiliki
terhadap audit delay Total Aktiva) pengaruh
pada Perusahaan signifikan
Property & Real X2 : Solvabilitas terhadap
EState di Bursa Efek (Leverage) audit delay
Indonesia periode (Total utang/Total 2. Solvabilitas
2009-2012 Modal *100%) berpengaruh
signifikan
X3 : Reputasi KAP terhadap
(Dummy Variable) audit delay
3. Reputasi
Dependen : Kantor
Akuntan
Y : Audit Delay Publik
(Tanggal Laporan memiliki
Audit – Tanggal pengaruh
Laporan Keuangan) signifikan
terhadap
audit delay.
15. Pengaruh Size, Independen : Analisis 1. Ukuran
Siti Solvabilitas, Regresi Perusahaan
Badriyah Kualitas Audit, Laba X1 : Ukuran Berganda tidak
(2013) Rugi, Opini Audit, Perusahaan (Log N berpengaruh
Dan Kepemilikan Total Aktiva) terhadap
Publik Terhadap audit delay
Audit Delay Pada X2 : Solvabilitas 2. Solvabilitas
Perusahaan (Leverage) berpengaruh
Automotif Di Bursa (Total utang/Total positif
Efek Jakarta Tahun Aset*100%) terhadap
2008-2013 audit delay
X3 : Kualitas Audit 3. Kualitas
(Dummy Variable) Audit tidak
terpengaruh

45
X4 : Laba Rugi terhadap
(Dummy Variable) audit delay
4. Laba Rugi
X5 : Opini Audit berpengaruh
(Dummy Variable) negatif
terhadap
X6 :Kepemilikan audit delay
Publik 5. Opini Audit
berpengaruh
Dependen : negatif
terhadap
Y : Audit Delay audit delay
(Tanggal Laporan 6. Kepemilikan
Audit – Tanggal Publik
Laporan Keuangan) berpengaruh
positif
terhadap
audit delay
16. Pengaruh Ukuran Independen : Analisis 1. Ukuran
Illa Sasmi Perusahaan, Regresi Perusahaan
Herja Profitabilitas X1 : Ukuran Berganda berpengaruh
(2012) Perusahaan, Laba Perusahaan signifikan
Rugi Perusahaan, (log N total aset) terhadap
Reputasi KAP, dan audit delay
Opini Audit X2 : Profitabilitas 2. Profitabilitas
Terhadap Audit (laba bersih/Total berpengaruh
Delay Pada Aset) signifikan
Perusahaan Yang terhadap
Terdaftar Di BEI X3 : Laba Rugi audit delay
Tahun 2011-2012 Perusahaan 3. Laba rugi
(Dummy Variable) perusahaan
berpengaruh
X4 : Reputasi KAP signifikan
(Dummy Variable) terhadap
audit delay
X5 : Opini Audit 4. Reputasi
(Dummy Variable) KAP
berpengaruh
Dependen : signifikan
terhadap
Y : Audit Delay audit delay
(Tanggal Laporan 5. Opini
Audit – Tanggal Auditor
Laporan Keuangan) berpengaruh
signifikan
terhadap
audit delay
17. Faktor-Faktor yang Independen : Analisis 1. Ukuran
Andi Mempengaruhi Audit Regresi perusahaan
Kartika Delay pada X1 : Ukuran Berganda berpengaruh

46
(2011 ) Perusahaan Perusahaan (Log N negatif
Manufaktur yang Total Aktiva) signifikan
terdaftar di BEI terhadap
Periode 2006-2009 X2 : Laba/Rugi audit delay
(Dummy Variable) 2. Laba/Rugi
perusahaan
X3 :Profitabilitas tidak
(Return On Asset/ berpengaruh
ROA) terhadap
audit delay
X4 : Tingkat 3. Profitabilitas
Solvabilitas (Debt to tidak
Asset Ratio) berpengaruh
terhadap
X5 : Opini Audit audit delay
(Variable Dummy) 4. Tingkat
solvabilitas
Dependen : berpengaruh
positif
Y : Audit Delay terhadap
(Tanggal Laporan audit delay
Audit – Tanggal 5. Opini audit
Laporan Keuangan) tidak
berpengaruh
terhadap
audit delay
Sumber : Mendeley versi 1.19 peneliti
C. Kerangka Pemikiran

1. Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Audit Report Lag

Menurut Dyer dan Mc Hugh (1975), menemukan bahwa manajemen

perusahaan besar memiliki dorongan untuk dapat mengurangi audit report lag

dan penundaan laporan keuangan. Hal ini karena perusahaan besar senantiasa

diawasi secara ketat oleh para investor, asosiasi perdagangan, dan regulator.

Sehingga perusahaan yang memiliki asset lebih besar cenderung akan

menerbitkan laporan keuangannya secara tepat waktu, agar para pemegang

kepentingan lebih cepat dan tepat dalam pengambilan keputusan. Selain itu,

perusahaan besar juga memiliki alokasi dana yang lebih besar untuk membayar

audit fees, memiliki pengendalian internal yang baik serta memiliki banyak

47
sumber informasi, sistem informasi yang lebih canggih dan lebih banyak staf

akuntansi, sehingga perusahaan besar cenderung memiliki audit report lag yang

lebih pendek dibandingkan perusahaan kecil. Dalam hal ini membuat ukuran

perusahaan berpengaruh negatif terhadap audit report lag.

Penelitian yang dilakukan oleh Illa Sasmi Herja (2012), Charviena (2016),

Nurahman (2017), Andi Kartika (2011), Indah Permata Sari (2014), Ni Made

Dwi Ari Murti (2017), dan Yurisa Ratnasari (2018) menyatakan bahwa ukuran

perusahaan mempunyai pengaruh terhadap audit report lag. Hal ini karena

sistem pengendalian intern dalam perusahan besar lebih baik, sehingga auditor

akan memakai waktu yang lebih singkat dalam melaksanakan proses

pemeriksaan audit. Tetapi hal tersebut tidak sesuai dengan penelitian yang telah

dilakukan oleh Siti Badriyah (2013), Afina Survita Prameswari (2015), Arry

Eksandy (2017) dan Liwe Alther Gabriel (2017) yang menyatakan bahwa

ukuran perusahaan tidak mempunyai pengaruh terhadap audit report lag.

2. Pengaruh Profitabilitas terhadap Audit Report Lag

Penelitian Dyer dan McHugh (1975) menunjukkan bahwa perusahaan yang

memperoleh laba cenderung tepat waktu menyampaikan laporan keuangannya

dan sebaliknya jika mengalami rugi. Dengan kata lain perusahaan yang memiliki

profitabilitas tinggi akan cenderung menyelesaikan proses audit secepat

mungkin, dengan demikian audit report lag akan cenderung menjadi pendek.

Dalam hal ini berarti profitabilitas berpengaruh negatif terhadap audit report lag.

Sebaliknya, apabila menunjukkan bahwa perusahaan mengalami kerugian

maka pihak manajemen perusahaan cenderung meminta auditornya untuk

menunda menyelesaikan laporan keuangan yang sedang diaudit untuk

48
menghindari ketidaknyamanan akibat mengkomunikasikan hal buruk yang

menyebabkan memperpanjang audit report lag, akibatnya penyampaian laporan

keuangannya terlambat. Dengan kata lain, perusahaan yang memiliki

profitabilitas rendah akan cenderung tidak tepat waktu dalam menyelesaikan

laporan keuangannya karena laporan keuangannya mengandung bad news.

Penelitian yang dilakukan oleh Liwe Alther Gabriel (2017), Afina Survita

Prameswari (2015), Ni Made Dwi Ari Murti (2017), Ni Putu Winda Wulandari

(2016), dan Illa Sasmi Herja (2012) telah menyatakan bahwa profitabilitas

perusahaan mempunyai pengaruh terhadap audit report lag. Perusahaan yang

mempunyai tingkat profitabilitas tinggi memerlukan waktu audit yang lebih

singkat. Hal ini karena profitabilitas merupakan sebuah kabar baik bagi

perusahaan sehingga perusahaan tidak perlu untuk menunda dan segera

mempublikasikan laporan keuangannya agar dapat dilihat oleh pemerintah,

kreditor, investor, para masyarakat dan para pengguna informasi lainnya. Tetapi

hal ini ternyata tidak sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Andi

Kartika (2011), Nurahman (2017), Arry Eksandy (2017) dan Wariyanti (2017)

yang menyatakan bahwa profitabilitas tidak mempunyai pengaruh terhadap audit

report lag.

3. Pengaruh Solvabilitas terhadap Audit Report Lag

Solvabilitas adalah sarana mengukur perbandingan dana yang telah

disediakan pemiliknya terhadap dana dipinjam kreditur perusahaan tersebut.

Teori sinyal menyatakan manajemen perusahaan berkewajiban untuk memberi

sinyal kepada investor tentang kondisi perusahaan tersebut, Dimana aktiva

perusahaan di danai dengan hutang. Apabila perusahaan memilki rasio

solvabilitas yang tinggi maka resiko kerugian perusahaan tersebut akan

49
bertambah. Solvabilitas yang tinggi menyebabkan audit report lag semakin

panjang, Hal ini berarti solvabilitas berpengaruh positif terhadap audit report

lag.

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Andi Kartika (2011), Nurahman

(2017), Ni Putu Winda Wulandari (2016), Wariyanti (2017), Indah Permata Sari

(2014), dan Siti Badriyah (2013) menyatakan bahwa solvabilitas memiliki

pengaruh terhadap audit report lag. ketika perusahaan dapat mengelola

hutangnya secara efektif dan tepat sasaran maka negosiasi dalam proses audit

tidak diperlukan lagi sehingga audit report lag semakin pendek. Hasil penelitian

tersebut ternyata masih memiliki perbedaan dengan hasil penelitian yang telah

dilakukan Liwe Alther Gabriel (2017), Devri Prananda (2017), Afina Survita

Prameswari (2015), dan Charviena (2016) dimana dalam penelitian tersebut

dikatakan solvabilitas itu tidak memiliki pengaruh terhadap audit report lag.

4. Pengaruh Komite Audit terhadap Audit Report Lag

Teori agensi menjelaskan bahwa masing masing individu termotivasi oleh

kepentingannya sendiri sehingga menimbulkan konflik kepentingan antara

principal dengan agent. Untuk menghindari terjadinya agency problem, salah

satu cara yang diterapkan perusahaan adalah penerapan mekanisme corporate

governance. Salah satu elemen corporate governance adalah pengawasan dari

komite audit. Keanggotaan Komite Audit diatur dalam surat keputusan Direksi

PT Bursa Efek Jakarta Nomor Kep-315/BEJ/06/2000 dan Peraturan BAPEPAM

No. IX.I.5: Pembentukan dan Pedoman Pelaksanaan Kerja Komite Audit,

Lampiran Keputusan Ketua Bapepam No: Kep-29/PM/2004 yang diterbitkan

pada 24 Desember 2004 bagian C yaitu anggota Komite Audit sekurang-

kurangnya 3 (tiga) orang anggota.

50
Keefektifan dalam komite audit akan semakin meningkat seiring dengan

bertambahnya ukuran komite audit, karena komite audit memiliki sumber daya

yang memadai dalam mengatasi potensi masalah pelaporan keuangan, Menurut

Chandra Lestari (2017), I Gede Aditya Cahya Gunarsa (2017), dan Arry

Eksandy (2017) bahwa semakin besar ukuran komite audit maka akan semakin

meningkatkan kualitas pengawasan. Dengan pengawasan yang berkualitas maka

adanya penyimpangan untuk laporan keuangan semakin kecil sehingga audit

report lag akan semakin pendek. Bisa disimpulkan bahwa komite audit

berpengaruh negatif terhadap audit report lag. Tetapi hal ini ternyata tidak

sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Ni Made Andhika Verawati

(2016) dan Yurisa Ratnasari (2018) menyatakan komite audit tidak mempunyai

pengaruh terhadap audit report lag.

5. Pengaruh Reputasi Kantor Akuntan Publik (KAP) dalam memoderasi

hubungan antara Ukuran Perusahaan terhadap Audit Report Lag

Menurut Dyer dan Mc Hugh (1975), menemukan manajemen perusahaan

besar memiliki kecenderungan untuk mengurangi audit report lag serta

penundaan laporan keuangan disebabkan karena perusahaan besar selalu diawasi

secara ketat oleh para investor, asosiasi perdagangan, dan regulator sehingga

perusahaan yang memiliki aset lebih besar cenderung akan menerbitkan laporan

keuangannya secara tepat waktu, agar para pemegang kepentingan lebih cepat

dan tepat dalam pengambilan keputusan.

Kantor Akuntan Publik dengan reputasi yang baik cenderung memiliki

sumber daya yang berkompeten untuk melaksanakan prosedur audit lebih efektif

dan efisien sehingga laporan auditan dapat selesai tepat waktu. Rentang waktu

penyelesaian audit yang lebih cepat adalah cara KAP dalam mempertahankan

51
reputasinya agar tidak kehilangan kepercayaan klien. Semakin besar ukuran

perusahaan maka proses dalam penyusunan laporan keuangan juga semakin

cepat karena sumber daya yang semakin baik. Pengaruh ukuran perusahaan pada

audit report lag akan semakin diperkuat jika dilakukan pemeriksaan audit oleh

KAP yang memiliki reputasi baik, sehingga rentang audit report lag akan

semakin pendek. Bisa disimpulkan bahwa Reputasi KAP memperkuat pengaruh

ukuran perusahaan terhadap audit report lag.

6. Pengaruh Reputasi Kantor Akuntan Publik (KAP) dalam memoderasi

hubungan antara Profitabilitas terhadap Audit Report Lag

Menurut Gibson (2010) Peningkatan laba juga penting bagi kreditor karena

laba merupakan salah satu sumber dana untuk menutup utang. Manajemen

menggunakan laba sebagai ukuran kinerja. Profitabilitas adalah salah satu

tingkat pengukuran untuk kinerja dalam suatu perusahaan. Profitabilitas suatu

perusahaan menunjukan bagaimana kemampuan perusahaan untuk

menghasilkan tingkat laba dalam periode tertentu.

DeAngelo (1981) telah menyatakan bahwa KAP yang besar akan mempunyai

tingkat kualitas audit yang lebih efisien, efektif dan juga baik. Kualitas audit

yang baik tentunya tidak mengalami audit report lag yang panjang. Perusahaan

yang menggunakan kantor akuntan publik besar seperti The Big Four cenderung

lebih dipilih oleh investor karena investor menganggap perusahaan dengan KAP

besar dapat menghasilkan kualitas audit yang baik daripada KAP kecil.

Perusahaan dengan profitabilitas yang baik juga memiliki insentif lebih tinggi

dalam menyelesaikan pekerjaan auditnya menjadi lebih cepat. Pengaruh

profitabilitas pada audit report lag dapat diperkuat dengan menggunakan jasa

KAP yang mempunyai reputasi baik, sehingga menyelesaikan waktu audit lebih

52
cepat dan memperpendek rentang audit report lag. Bisa disimpulkan bahwa

Reputasi KAP memperkuat pengaruh profitabilitas terhadap audit report lag.

7. Pengaruh Reputasi Kantor Akuntan Publik (KAP) dalam memoderasi

hubungan antara Solvabilitas terhadap Audit Report Lag

Menurut Carslaw dan Kaplan (1991) apabila suatu perusahaan mempunyai

tingkat solvabilitas keuangan yang tinggi berarti juga mempunyai risiko

keuangan yang tinggi karena akan mengalami kesulitan keuangan. Auditor akan

memerlukan waktu yang lebih panjang lagi dalam melakukan penyelesaian audit

karena memerlukan lebih banyak bahan bukti untuk mengevaluasi tingkat

hutang, sehingga terjadi keterlambatan dalam proses audit. karena waktu yang

digunakan untuk menekan tingkat debt to equity ratio serendah-rendahnya.

Reputasi KAP yang baik memiliki lebih banyak sumber daya dalam

mengaudit sehingga mengurangi keterlambatan untuk menyelesaikan laporan

audit. Pengaruh solvabilitas pada audit report lag dapat diperlemah dengan

menggunakan jasa KAP yang mempunyai reputasi baik, sehingga menyelesaikan

waktu audit lebih cepat dan memperpendek rentang audit report lag. Bisa

disimpulkan bahwa Reputasi KAP memperlemah pengaruh solvabilitas terhadap

audit report lag.

8. Pengaruh Reputasi Kantor Akuntan Publik (KAP) dalam memoderasi

hubungan antara Komite Audit terhadap Audit Report Lag

Ettredge et al. (2011) menyebutkan bahwa dengan semakin banyak jumlah

komite audit dalam suatu perusahaan maka pengendalian internal perusahaan

akan menjadi semakin baik. Perusahaan dengan pengendalian internal yang baik,

akan mempermudah proses audit sehingga rentang audit report lag semakin

53
pendek. Menurut Murphy & Stausholm (2017) besarnya reputasi kantor akuntan

publik (KAP) diperlihatkan oleh tingkat kualitas yang dihasilkan dari jasanya.

Kantor Akuntan Publik yang berkualitas baik, memiliki kecenderungan

untuk lebih dipilih oleh para investor karena dianggap akan memberikan kualitas

audit yang baik daripada KAP kecil. Jadi Semakin besar komite audit,

pengendalian internal di perusahaan akan semakin meningkat. Jika perusahaan

tersebut diaudit oleh auditor yang berkualitas, maka akan semakin pendek

rentang audit report lag. Bisa disimpulkan bahwa Reputasi KAP memperkuat

pengaruh komite audit terhadap audit report lag.

Gambar 2.1

Kerangka Pemikiran

Ukuran Perusahaan

Profitabilitas

Solvabilitas Audit Report Lag

Komite Audit

Reputasi
Kantor Akuntan Publik

54
D. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan teori-teori dan kerangka pemikiran yang sudah dijabarkan di

atas, peneliti mengambil hipotesis sebagai berikut :

Ha1 : Ukuran perusahaan berpengaruh negatif terhadap audit report lag.

Ha2 : Profitabilitas berpengaruh negatif terhadap audit report lag.

Ha3 : Solvabilitas berpengaruh positif terhadap audit report lag.

Ha4 : Komite audit berpengaruh negatif terhadap audit report lag.

Ha5 : Reputasi KAP memperkuat pengaruh ukuran perusahaan terhadap

audit report lag.

Ha6 : Reputasi KAP memperkuat pengaruh profitabilitas terhadap audit

report lag.

Ha7 : Reputasi KAP memperlemah pengaruh solvabilitas terhadap audit

report lag.

Ha8 : Reputasi KAP memperkuat pengaruh komite audit terhadap audit

report lag.

55
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Pada bab ini, penulis membahas gambaran singkat mengenai pendekatan yang akan

digunakan dalam penelitan. Penjabaran dalam masing-masing variabel dilakukan secara

operasional, ringkas, dan data-data yang digunakan sebagai indikator dalam variabel-

variabel yang diteliti.

Selain itu di bab ini juga akan dijelaskan bagaimana peneliti dalam mengumpulkan

data, teknik yang peneliti lakukan, kriteria memilih anggota populasi menjadi anggota

sampel, teknik analisis data, serta metode analisis dengan rumus-rumus statistik yang

digunakan dalam program komputer yang ada untuk mengolah data.

A. Objek Penelitian

Objek penelitian yang digunakan adalah perusahaan manufaktur yang telah

terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia (BEI). Periode laporan keuangan auditan

perusahaan yang digunakan adalah 3 tahun yakni tahun 2015, 2016, dan 2017. Periode

ini digunakan agar dapat melihat waktu audit laporan keuangan yang terjadi dari tahun

ke tahun pada perusahaan manufaktur di Indonesia. Peneliti akan meneliti perusahaan

manufaktur tersebut dari laporan keuangan yang dimiliki oleh setiap perusahaan.

Laporan keuangan tersebut digunakan untuk mengambil data yang dibutuhkan oleh

peneliti.

Data tersebut digunakan sebagai sumber dalam mengukur serta menguji variabel

dependen dan variabel-variabel independen dari penelitian ini. Variabel dependen dari

penelitian ini adalah audit report lag. Sedangkan variabel independen dari penelitian

ini adalah ukuran perusahaan, profitabilitas, solvabilitas, dan komite audit.

56
B. Desain Penelitian

Dengan mengacu pada tinjauan desain penelitian dalam metodologi penelitian

bidang bisnis secara umum, maka dalam penelitian ini menggunakan pendekatan

penelitian menurut teori dari Donald R. Cooper dan Pamela S. Schindler (2017:148-

152) yang meliputi :

1. Tingkat Penyelesaian Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan dari perumusan masalah, penelitian ini termasuk dalam bidang

studi formal (formal study) karena penelitian ini dimulai dengan adanya

pertanyaan-pertanyaan serta berbagai macam hipotesis yang pada intinya

bertujuan untuk dapat menguji hipotesis tersebut serta menjawab berbagai

macam pertanyaan penelitian.

2. Metode Pengumpulan Data

Dari metode pengumpulan data yang ada, Penelitian ini menggunakan

metode pengamatan dengan data sekunder, karena data yang akan digunakan

dalam penelitian ini dapat diperoleh melalui pengamatan terhadap laporan

keuangan tahunan perusahaan yang bersifat manufaktur periode 2015 – 2017.

3. Kontrol Peneliti terhadap Variabel

Dalam Penelitian ini, peneliti menggunakan penelitian dengan ex post facto

design, karena dalam penelitian ini peneliti hanya dapat melaporkan data yang

ada dan tidak mempunyai kemampuan untuk mencoba mempengaruhi faktor

variabel yang akan digunakan. Peneliti tetap berperilaku jujur serta konsisten

terhadap bentuk pemilihan subjek yang didasarkan pada prosedur serta hanya

dapat melaporkan apa yang sudah terjadi.

57
4. Tujuan Studi

Telah dijelaskan pada bab sebelumnya, penelitian ini termasuk kedalam

jenis studi deskriptif, karena peneliti ingin memfokuskan dalam menjawab

pertanyaan apa (what), siapa (who), dimana (where), dan kapan (when).

Penelitian ini tidak bertujuan agar dapat menjawab pertanyaan mengapa (why),

dikarenakan menjelaskan bagaimana hubungan sebab akibat yang saling

berinteraksi langsung, hal tersebut menjadi kategori studi kausal. Peneliti ingin

mengetahui apakah dengan tambahan variabel pemoderasi dapat mengubah

pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen.

5. Dimensi Waktu

Penelitian ini merupakan gabungan antara cross-sectional studies serta

longitudinal studies / time series. Termasuk dalam cross-sectional karena data

tersebut diambil dari dalam beberapa perusahaan dalam suatu kurun satu waktu

tertentu serta termasuk longitudinal karena waktu yang akan diamati adalah

selama 3 tahun, yaitu periode 2015 sampai dengan periode 2017.

6. Cakupan Topik Penelitian

Penelitian ini merupakan bagian dari studi statistik, karena penelitian ini

menggunakan perhitungan statistik untuk mengetahui karakteristik populasi

melalui karakteristik sampel.

7. Lingkungan Penelitian

Dari ruang lingkup topik penelitian pada bab sebelumnya, Penelitian ini

merupakan gabungan penelitian studi statistik/statistical studies dan

lapangan/field setting, karena data yang digunakan dalam penelitian ini

merupakan data yang diperoleh berdasarkan fakta dan benar-benar terdaftar di

Bursa Efek Indonesia serta hipotesis penelitian diuji secara kuantitatif.

58
8. Kesadaran Persepsi Partisipan

Penelitian ini merupakan prinsip yang bersifat actual routine, karena dalam

penelitian ini peneliti menggunakan data-data yang sudah sesuai dengan

kenyataan/actual berdasarkan fakta yang telah terdaftar di Bursa Efek

Indonesia.

C. Variabel Penelitian dan Pengukurannya

Penelitian ini menggunakan tiga jenis variable penelitian, yaitu variabel

dependen, variabel independen, dan variabel pemoderasi yang dijelaskan sebagai

berikut :

1. Variabel Dependen

Variabel dependen dalam penelitian ini adalah audit report lag. Dimana

Audit report lag merupakan lamanya atau rentang waktu dalam penyelesaian

laporan audit yang dapat diukur dari tanggal penutupan tahun buku sampai

dengan tanggal diterbitkannya laporan audit.

Audit Report Lag = Jumlah hari dari tanggal tutup buku sampai dengan
tanggal tanda tangan dalam laporan auditor independen.

Sumber : Dyer & McHugh (1975)

2. Variabel Independen

Ada empat variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu :

a. Ukuran Perusahaan

Ukuran perusahaan merupakan gambaran besar ataupun kecilnya

suatu perusahaan yang bisa diukur dari berbagai macam faktor tertentu,

seperti total penjualan, total kapitalisasi pasar, atau total aset. Dalam

penelitian ini, ukuran perusahaan diukur dengan menggunakan logaritma

natural total asset. Hal ini dikarenakan total nilai asset dapat dianggap

59
lebih stabil posisinya jika dibandingkan dengan total kapitalisasi pasar

atau total penjualan.

Sumber : AndiUkuran
KartikaPerusahaan
(2011) = Log N (Total Asset)

Sumber : Yurisa Ratnasari (2018)

b. Profitabilitas

Indikator yang dapat digunakan untuk dapat mengetahui bagaimana

tingkat profitabilitas dalam suatu perusahaan untuk penelitian ini adalah

dengan menggunakan return on asset (ROA). Analisis ROA dapat

mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan tingkat laba

yang diinginkan dengan menggunakan total aset yang ada setelah

disesuaikan terlebih dahulu dengan biaya-biaya untuk mendanai aset

tersebut. ROA dapat dihitung dengan memakai rumus berikut:

Return On Assets Net Income


= x 100%
(ROA) Total Assets

Sumber : Arry Eksandy (2017)

c. Solvabilitas (leverage)

Solvabilitas merupakan kemampuan perusahaan dalam memenuhi

seluruh kewajibannya yang bersifat finansial pada saat perusahaan

tersebut akan dilikuidasi. Penelitian ini menggunakan DTA (Debt to

Total Asset), sebagai proksi dalam solvabilitas perusahaan. Skala yang

akan digunakan dalam variabel sovabilitas adalah dengan skala rasio.

Solvabilitas dapat dihitung dengan memakai rumus ;

Total Debt
Debt to Total Asset = X 100%
Total Assets
Sumber : Nurahman Apriyana (2017)

60
d. Komite Audit

Menurut peraturan Bapepam, jumlah anggota komite audit sekurang

kurangnya terdiri dari tiga orang, yang diketuai oleh satu orang yang

berasal dari Komisaris Independen, dan dua orang anggota lainnya

merupakan pihak dari luar perusahaan. Variabel ini diukur dari jumlah

anggota Komite Audit yang ada dalam satu perusahaan. Data untuk

variabel ini diperoleh dari laporan tahunan.

Komite Audit = Jumlah anggota komite audit dalam satu perusahaan.

Sumber : Chandra Lestari (2017)

3. Variabel Pemoderasi

Variabel moderating dalam penelitian ini adalah reputasi kantor akuntan

publik. Variabel ini digunakan dengan menggunakan dummy dari kantor

akuntan publik yang termasuk the big four dengan angka “ 1“ dan yang bukan

termasuk the big four dengan angka “ 0 “ .

Tabel 3.1

Tabel Ikhtisar Variabel Penelitian

No Nama Variabel Jenis Variabel Skala Indikator

1 Audit Report Lag Dependen Interval Jumlah hari dari tanggal

tutup buku sampai

dengan tanggal tanda

tangan dalam laporan

auditor independen.

2 Ukuran Perusahaan Independen Nominal Log N (Total Aset)

3 Profitabilitas Independen Rasio Return On Asset

61
4 Solvabilitas Independen Rasio Debt to Total Asset

5 Komite Audit Independen Nominal Jumlah anggota komite

audit dalam satu

perusahaan

6 Reputasi KAP Moderasi Dummy Nilai 0 = Non Big Four

Nilai 1 = Big Four

Sumber : Data yang diolah peneliti

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

teknik bersifat observasi atau pengamatan, dimana peneliti melakukan

pengamatan terhadap kumpulan data sekunder yang dapat diambil dari laporan

tahunan perusahaan manufaktur terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia (BEI)

periode 2015-2017. Laporan tahunan perusahaan ini diambil dalam website

Bursa Efek Indonesia (BEI) yaitu web.idx.id dan http://www.idx.co.id

E. Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel yang akan digunakan adalah non probabilistic

sampling yaitu metode purposive sampling dengan tipe judgement sampling

dengan kriteria-kriteria yang dimiliki :

1) Perusahaan yang diteliti adalah perusahaan yang bersifat manufaktur dan

telah terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia selama periode 2015-2017.

2) Perusahaan tidak termasuk IPO baru (relisting) selama periode penelitian.

3) Perusahaan tidak ganti sektor selama periode penelitian.

4) Perusahaan manufaktur yang menerbitkan semua laporan keuangan

konsolidasian dalam periode 2015-2017.

62
5) Laporan keuangan yang menggunakan mata uang Rupiah.

6) Ketersediaan data dari variabel pada perusahaan manufaktur dalam laporan

keuangan konsolidasian periode 2015 - 2017.

7) Perusahaan yang tidak mengalami kerugian dalam periode 2015 – 2017

Tabel 3.2

Tabel Kriteria Pengambilan Sampel


NO. Kriteria Jumlah Akumulasi

1 Total perusahaan manufaktur dan telah terdaftar dalam 144


BEI selama 2015-2017.
2 Perusahaan manufaktur yang termasuk IPO baru (3) 141
(relisting) selama periode penelitian.
3 Perusahaan manufaktur yang ganti sektor selama (2) 139
periode penelitian.
Perusahaan manufaktur yang tidak menerbitkan salah
4 ( 33 ) 106
satu laporan keuangan konsolidasian dalam periode
2015-2017.
5 Perusahaan manufaktur yang laporan keuangan tidak ( 28 ) 78
menggunakan mata uang Rupiah.
6 Ketidaktersediaan data dari salah satu variabel peneliti ( 11 ) 67
dalam laporan keuangan periode 2015-2017.
7 Perusahaan yang mengalami kerugian dalam periode ( 20 ) 47
2015 - 2017
Perusahaan manufaktur yang terpilih sebagai sampel ( 3 Tahun ) 141

Sumber : Data yang diolah peneliti


F. Teknik Analisis Data

Setelah data – data yang digunakan untuk penelitian telah dikumpulkan, maka

data tersebut akan diolah menggunakan program SPSS 20 dan akan dilakukan

pengujian menggunakan analisis sebagai berikut :

1. Statistik Deskriptif

Menurut Ghozali (2016:19) Statistik deskriptif mempunyai tujuan untuk

mengetahui suatu deskripsi gambaran data yang dapat dilihat bagaimana

interpretasi nilai rata-rata (mean), maksimum, minimum. Jadi, statistik deskriptif

63
adalah suatu statistik yang dipakai agar dapat menganalisis dengan

menggunakan data yang telah dikumpul oleh peneliti sebagaimana adanya

dimana digunakan dalam menarik suatu kesimpulan. Statistik deskriptif yang

dipakai dalam penelitian ini adalah :

a. Mean

Rata-rata hitung (mean) digunakan agar mengetahui rata-rata dari

rasio keuangan dalam penelitian ini. Dalam penelitian ini untuk

mengetahui rata-rata ukuran perusahaan, profitabilitas, solvabilitas.

b. Minimum

Minimum berfungsi agar mengetahui berapa nilai tingkat serta rasio

keuangan yang paling kecil pada setiap variabel penelitian yang diuji.

Dalam penelitian ini untuk mengetahui nilai terendah dari ukuran

perusahaan, profitabilitas, solvabilitas, komite audit, dan audit report lag.

c. Maksimum

Maksimum berfungsi agar mengetahui berapa nilai tingkat serta

rasio keuangan yang paling besar pada setiap variabel penelitian yang

diuji. Dalam penelitian ini untuk mengetahui nilai terbesar dari ukuran

perusahaan, profitabilitas, solvabilitas, komite audit, dan audit report lag.

2. Uji Kesamaan Koefisien

Pengujian ini disebut dengan comparing two regression : the dummy

variable approach. Hal ini dikarenakan, data penelitian yang digunakan dalam

penelitian ini adalah data dalam jangka waktu 3 tahun yang digabungkan (cross

sectional) dengan time series (pooling). Menurut Ghozali (2016:172) Pengujian

ini dilakukan untuk mengetahui dapat atau tidaknya dilakukan penggabungan

64
data penelitian (cross sectional dengan time series). kriteria pengambilan

keputusan adalah :

a. Bila p-value ≤ 0.05 maka terdapat perbedaan koefisien (terdapat

perbedaan intercept, slope, atau keduanya diantara persamaan regresi)

dan tidak dapat dilakukan pooling sehingga pengujian data penelitian

harus dilakukan per tahun.

b. Bila p-value > 0.05 maka tidak terdapat perbedaan koefisien (tidak

terdapat perbedaan intercept, slope, atau keduanya diantara persamaan

regresi) dan dapat dilakukan pooling sehingga pengujian data penelitian

dapat dilakukan selama periode penelitian dalam 1 kali uji.

Berikut ini adalah model yang dipakai oleh peneliti :

ARL = α + β1 SIZE + β2 PROFIT + β3 SOLV + β4 KA + β5 SIZE_KAP

+ β6 PROFIT_KAP + β7 SOLV_KAP + β8 KA_KAP + β9 DT1 +

β10 DT2 + β11 SIZE_DT1 + β12 PROFIT_DT1 + β13 SOLV_DT1

+ β14 KA_DT1 + β15 SIZE_KAP_DT1 + β16 PROFIT_KAP_DT1

+ β17 SOLV_KAP_DT1 + β18 KA_KAP_DT1 + β19 SIZE_DT2 + β20

PROFIT_DT2 + β21 SOLV_DT2 + β22 KA_DT2 + β23

SIZE_KAP_DT2 + β24 PROFIT_KAP_DT2 + β25 SOLV_KAP_DT2

+ β26 KA_KAP_DT2 + Ɛ

Keterangan :

DT1 = Variabel Dummy Tahun 2015 ( 1 untuk tahun 2015, 0 untuk selain

tahun 2015).

DT2 = Variabel Dummy Tahun 2016 ( 1 untuk tahun 2016, 0 untuk selain

tahun 2016).

65
ARL = Audit Report Lag

SIZE = Ukuran Perusahaan ( Log Total Asset )

PROFIT = Profitabilitas ( ROA )

SOLV = Solvabilitas ( DTA )

KA = Komite Audit ( Jumlah Anggota )

KAP = Reputasi KAP ( 1 untuk Big Four dan 0 untuk Non Big Four )

α = Konstanta

β1 - β26 = Koefisien Regresi

Ɛ = Komponen error dalam model regresi

3. Uji Asumsi Klasik

Menurut Ghozali (2016:101) Untuk menguji model regresi dilakukan

duluan pengujian asumsi klasik. Ada empat pengujian yang dilakukan, yaitu :

a. Uji Normalitas

Menurut Ghozali (2016:154), uji normalitas mempunyai tujuan untuk

menguji apakah variabel residual mempunyai distribusi yang normal. Model

regresi yang baik mempunyai distribusi normal. Alat uji normalitas yang

digunakan ada dua yaitu One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test dan analisis

grafik. Dengan menggunakan program Statistical Package for Social Science

(SPSS) 20 pada One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test, didapat hasil Asymp

Sig. Berikut kriteria pengambilan keputusannya :

(1) Jika Asymp Sig < 0.05 maka data tidak berdistribusi normal

(2) Jika Asymp Sig ≥ 0.05 maka data berdistribusi normal

66
Metode yang kedua dengan menggunakan analisis grafik dengan melihat

normal probability plot yang membandingkan distribusi kumulatif dari

distribusi normal. Data bersifat normalitas dapat diketahui dengan melihat

penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal dalam grafik. Pengambilan

keputusan adalah :

(1) Apabila data berada disekitar garis diagonal atau/dan mengikuti arah

garis tersebut, maka model regresi tersebut memenuhi asumsi

normalitas.

(2) Apabila data tersebut menyebar jauh dari garis diagonal atau/dan tidak

mengikuti arah garis, maka model regresi tidak memenuhi asumsi

normalitas.

b. Uji Multikolinearitas

Menurut Ghozali (2016:103), uji multikolinearitas mempunyai tujuan

agar dapat mengetahui apakah model regresi ditemukan terjadinya korelasi

antara variabel bebas (independen). Model regresi seharusnya tidak terjadi

korelasi antara variabel independen. Jika variabel independen saling

berkorelasi, maka variabel tersebut tidak ortogonal. Untuk mendeteksi apakah

ada atau tidaknya multikolinearitas dalam model regresi dilihat dari berapa

nilai Tolerance Value atau Variance Inflation Factor (VIF) yang dimiliki.

Nilai kriteria tersebut adalah :

(1) Nilai Tolerance ≥ 0.1 dan nilai VIF < 10, maka tidak ada

multikolinearitas antara variabel independen dalam model regresi.

(2) Nilai Tolerance < 0.1 dan nilai VIF ≥ 10, maka ada multikolinearitas

antara variabel independen dalam model regresi.

67
c. Uji Heteroskedastisitas

Menurut Ghozali (2016:134), uji heteroskedastisitas mempunyai tujuan

untuk mengetahui apakah model regresi yang dipakai terjadi ketidaksamaan

varians dari residual pada satu pengamatan terhadap pengamatan lain.. Model

regresi seharusnya tidak terjadi heteroskedastisitas, hal itu dapat dideteksi

dengan uji Glejtser dan uji Scatterplot.

Uji Glejtser melihat Apabila koefisien parameter beta dari persamaan

regresi tersebut tidak signifikan (sig-T < 0.05), maka hal ini menunjukkan

bahwa dalam data model empiris yang diestimasi terdapat heteroskedastisitas.

Sebaliknya, jika parameter beta signifikan (sig-T ≥ 0.05), maka tidak terjadi

heteroskedastisitas atau terjadi homoskedastisitas.

Uji Scatterplot melihat grafik plot antara nilai prediksi variabel terikat

dimana sumbu Y adalah prediksi dan sumbu X adalah residual, Analisis :

(1) Apabila mempunyai pola tertentu, seperti adanya titik-titik

membentuk suatu pola dengan teratur ( gelombang, melebar

kemudian menyempit), maka dapat diindikasikan model regresi

terjadi heteroskedastisitas

(2) Apabila tidak mempunyai pola yang jelas, seperti titik menyebar dari

atas dan di bawah angka 0 dalam sumbu Y, maka dapat

diindikasikan model regresi tidak terjadi heterokedastisitas atau

model regresi bersifat homoskedastisitas.

d. Uji Autokorelasi

Menurut Ghozali (2016:107), uji autokorelasi bertujuan untuk menguji

apakah model dalam regresi berganda memiliki korelasi antara kesalahan

pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka ada

68
masalah autokorelasi. Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan

sepanjang waktu berkaitan antara satu sama lainnya. Permasalahan mengenai

autokorelasi sering ditemui dalam penelitian bersifat time series, karena

gangguan yang dimiliki pada individu atau kelompok cenderung dapat

mempengaruhi gangguan individu atau kelompok yang sama dalam periode

berikutnya. Dalam menguji autokorelasi dipakai uji-Durbin Watson, uji ini

digunakan untuk autokorelasi tingkat satu serta mensyaratkan adanya suatu

intercept (Konstanta) dalam model regresi serta tidak terdapat variabel lag

antara variabel bebas. Menurut Ghozali (2016) Kriteria pengambilan

keputusan apakah ada atau tidaknya autokorelasi adalah sebagai berikut :

(1). Ho : Tidak ada autokorelasi ( r = 0 )

(2). Ha : Ada autokorelasi ( r ≠ 0 )

Tabel 3.4

Tabel Kriteria Autokorelasi

Hipotesis Nol Keputusan Jika

Tolak 0 < d < dl


Tidak ada autokorelasi positif
No Decision dl ≤ d ≤ du
Tidak ada autokorelasi positif
Tolak 4 – dl < d < 4
Tidak ada korelasi negatif
No Decision 4 – du ≤ d ≤ 4 – dl
Tidak ada korelasi negatif
Tidak Ditolak du ≤ d ≤ 4 – du
Tidak ada autokorelasi, Positif atau Negatif
Sumber : Ghozali (2016)

Keterangan :

d = Nilai Durbin-Watson yang dihasilkan dari pengolahan data statistik

du = Batas atas

dl = Batas bawah

69
Nilai Durbin-Watson dihasilkan dari pengolahan data statistik dengan

SPSS 20 (d), akan dibandingkan dengan nilai tabel Durbin-Watson

menggunakan nilai signifikan sebesar 5%, jumlah sampel ( n sampel ), serta

jumlah variabel bebas dan terikat ( k variabel ), serta tingkat signifikansi

diperoleh nilai batas atas ( du ). Hasil pengujian autokorelasi dapat dikatakan

sebagai menerima Ho ( Tidak ada autokorelasi, Positif atau Negatif ) apabila

nilai du ≤ d ≤ 4 – du.

4. Uji Hipotesis

Pengujian hipotesis dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan

dua model utama yaitu yaitu model analisis regresi linear berganda ( Multiplier

Linear Regression Method ) dan model analisis regresi moderasi ( Moderated

Regression Analysis Method ) yang akan diuraikan sebagai berikut :

a. Analisis Regresi Linear Berganda

Menurut Ghozali (2016:91) dijelaskan bahwa hasil analisis regresi adalah

koefisien untuk masing-masing variabel. Koefisien ini diperoleh dengan cara

memprediksi nilai variabel dependen dengan suatu persamaan. Analisis ini

merupakan metode variabel yang digunakan untuk meneliti hubungan antara

sebuah variabel dependen dengan beberapa variabel independen. Model

analisis yang digunakan adalah sebagai berikut :

ARL = α + β1 SIZE + β2 PROFIT + β3 SOLV + β4 KA + β5 KAP +Ɛ

Keterangan :

ARL = Audit Report Lag

SIZE = Ukuran Perusahaan ( Log N Total Asset )

70
PROFIT = Profitabilitas ( ROA )

KA = Komite Audit ( Jumlah Anggota )

KAP = Reputasi KAP ( 1=Big Four & 0=Non Big Four )

SOLV = Solvabilitas ( DTA )

α = Konstanta

β1 - β4 = Koefisien Regresi

Ɛ = Komponen error dalam model regresi

b. Analisis Regresi dengan Moderated Regression Analysis

Model kedua dalam penelitian ini adalah menggunakan Moderated

Regression Analysis (MRA) dimana analisis dilakukan dengan membentuk

variabel interaksi yang dapat diperoleh dari mengalihkan variabel yang

bersifat moderator ( Z ) terhadap variabel yang bersifat independen ( X ).

Menurut Ghozali (2016:211) Moderated Regression Analysis adalah metode

yang menggunakan suatu pendekatan yang bersifat analitik dalam

memperkuat atau memperlemah integritas sebuah sampel. Model analisis

yang digunakan adalah sebagai berikut :

ARL = α + β1 SIZE + β2 PROFIT + β3 SOLV + β4 KA + β5 KAP + β6

SIZE_KAP + β7 PROFIT_KAP + β8 SOLV_KAP + β9 KA_KAP

Keterangan :

ARL = Audit Report Lag

SIZE = Ukuran Perusahaan ( Log N Total Asset )

71
PROFIT = Profitabilitas ( ROA )

SOLV = Solvabilitas ( DTA )

KA = Komite Audit ( Jumlah Anggota )

KAP = Reputasi KAP ( 1=Big Four & 0= Non Big Four )

SIZE_KAP = Interaksi yang dimiliki antara Ukuran Perusahaan dengan


Reputasi KAP

PROFIT_KAP = Interaksi yang dimiliki antara Profitabilitas dengan

Reputasi KAP

SOLV_KAP = Interaksi yang dimiliki antara Solvabilitas dengan

Reputasi KAP

KA_KAP = Interaksi yang dimiliki antara Komite audit dengan

Reputasi KAP

α = Konstanta

β1 - β8 = Koefisien Regresi

Ɛ = Komponen error dalam model regresi

c. Uji Ketepatan Perkiraan (Goodness of Test atau Koefisien Determinasi)

Menurut Ghozali (2016:95) Nilai koefisien determinasi (R2) yang

kecil berarti kemampuan variabel independen dalam menjelaskan variasi

variabel dependen amat terbatas. Apabila nilai mendekati satu

mempunyai makna bahwa variabel-variabel independen dapat

memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan agar memprediksi

variasi variabel dependen, Dua sifat koefisien determinasi yaitu :

72
(1) Nilai R2 selalu positif, karena merupakan rasio dari jumlah kuadrat

(2) Nilai R2 berkisar antara 0 sampai 1 (0 ≤ R2 ≤ 1), dimana :

(a) Jika R2 = 0, maka tidak ada hubungan antara variabel independen

dengan variabel dependen atau model regresi yang terbentuk tidak

tepat untuk meramalkan variabel dependennya (tidak ada

hubungan antara variabel independen dan variabel dependen).

(b) Jika R2 = 1, maka model regresi yang terbentuk dapat

meramalkan variabel dependen secara sempurna atau model

regresi yang dibentuk tepat secara sempurna untuk meramalkan

variabel dependen (ada hubungan antara variabel independen dan

variabel dependen).

d. Uji Signifikansi Keseluruhan dari Regresi Sampel ( Uji Statistik F )

Menurut Ghozali (2016:84), pengujian statistik F ini untuk menguji

apakah semua variabel yang bersifat independen secara bersama-sama

mempunyai pengaruh terhadap variabel yang bersifat dependen.

Pengambilan keputusan analisis pengujian dalam uji f adalah:

(1) Jika sig-F < (α) 0.05, maka tolak Ho, berarti model regresi

signifikan, artinya secara bersama-sama semua variabel

independen berpengaruh terhadap variabel dependen.

(2) Jika sig-F ≥ (α) 0.05, maka terima Ho, berarti model regresi

tidak signifikan, artinya secara bersama-sama semua variabel

independen tidak berpengaruh terhadap variabel dependen.

73
e. Uji Signifikansi Parameter Individual ( Uji Statistik t )

Menurut Ghozali (2016:85), pengujian statistik t pada dasarnya

menunjukkan untuk mengetahui seberapa jauh pengaruh satu variabel

independen secara individual (menguji satu per satu pengaruh) dalam

menerangkan variasi variabel dependen. Pengambilan Keputusan analisis

pengujian dalam uji T adalah :

(1) Jika sig-t < (α) 0.05, maka tolak Ho, berarti variabel independen

merupakan penjelas atau berpengaruh signifikan terhadap variabel

dependen.

(2) Jika sig-t ≥ (α) 0.05, maka terima Ho, berarti variabel independen

bukan merupakan penjelas atau tidak berpengaruh signifikan

terhadap variabel dependen.

74
BAB IV

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini, penulis membahas gambaran umum dari objek penelitian, analisis

deskriptif, hasil penelitian dan pembahasannya. Gambaran umum dalam objek penelitian

berisi tentang semua penjelasan karakteristik dari objek penelitian yang sesuai pada

perusahaan manufaktur yang terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia. Analisis deskriptif

berisi uraian mengenai variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian, khususnya

pendekatan statistik deskriptif dengan penjelasannya.

Pada hasil penelitian disajikan proses analisis data statistik yang digunakan dalam

penarikan kesimpulan pengujian hipotesis yang diajukan. Bagian pembahasan berisi

mengenai rangkuman dari hasil analisis yang telah disajikan secara ringkas dan padat.

A. Gambaran Umum Objek Penelitian

Penelitian ini menggunakan data dari laporan keuangan auditan untuk seluruh

perusahaan menufaktur yang terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia. Sampel yang

digunakan dalam penelitian ini sebanyak 47 perusahaan pertahunnya dari periode

2015 – 2017 sehingga total sampel selama periode 3 tahun tersebut adalah 141

perusahaan. Dengan mempertimbangkan kelengkapan serta data laporan keuangan

auditan dalam periode 2015 – 2017, dan berdasarkan kriteria yang ditetapkan

sebelumnya, diperoleh objek penelitian yang telah terlampir dalam lampiran 1.

B. Analisis Deskriptif

Gambaran mengenai variabel yang dipakai dalam penelitian ini, yaitu audit

report lag (ARL), ukuran perusahaan (SIZE), profitabilitas (PROFIT), solvabilitas

(SOLV), komite audit (KA), reputasi KAP (KAP), interaksi ukuran perusahaan

75
dengan reputasi KAP (SIZE_KAP), interaksi profitabilitas dengan reputasi KAP

(PROFIT_KAP), interaksi solvabilitas dengan reputasi KAP (SOLV_KAP),

interaksi komite audit dengan reputasi KAP (KA_KAP), disajikan dengan statistik

deskriptif dalam tabel 4.1

Tabel 4.1
Tabel Ikhtisar Statistik Deskriptif
Variabel N Minimum Maksimum Mean
ARL 126 33 89 74.87
SIZE 126 25.8564 32.1510 28.5843
PROFIT 126 0.0004 0.3002 0.0850
SOLV 126 0.0707 0.8805 0.3868
KA 126 3 4 3.05
KAP 126 0 1 0.49
Sumber : Output SPSS 20, Lampiran 3
Berdasarkan tabel 4.1 diatas, variabel audit report lag (ARL) merupakan

variabel dependen yang memiliki nilai minimum sebesar 33 dan nilai maksimum

sebesar 89. Artinya rentang audit report lag paling cepat adalah 33 hari yang

dimiliki oleh PT Waskita Beton Precast Tbk (WSBP). Rentang paling lama 89 hari

yang dimiliki oleh PT Asahimas Flat Glass Tbk (AMFG), PT Sepatu Bata Tbk

(BATA), PT Delta Djakarta Tbk (DLTA), PT Sekar Bumi Tbk (SKBM), PT

Selamat Sempurna Tbk (SMSM), PT Star Petrochem Tbk (STAR), PT Surya Toto

Indonesia Tbk (TOTO), dan PT Ultrajaya Milk Industry and Trading Company Tbk

(ULTJ). Nilai rata-rata audit report lag adalah 74.87, hal ini menunjukan bahwa

perusahaan sampel memiliki rata-rata rentang audit report lag sebesar 74.87 hari.

Variabel ukuran perusahaan (SIZE) diproksikan dengan logaritma natural total

aset yang dimiliki perusahaan. Variabel ukuran perusahaan mempunyai nilai

minimum 25.8564, nilai maksimum 32.1510, dan nilai rata-rata 28.5843.

Perusahaan dengan ukuran terbesar adalah PT Indofood Sukses Makmur Tbk

76
(INDF) di tahun 2015 dan terkecil adalah PT Intan Wijaya International Tbk (INCI)

di tahun 2015.

Variabel profitabilitas (PROFIT) diproksikan dengan Return on Asset. Variabel

profitabilitas mempunyai nilai minimum 0.0004, nilai maksimum 0.3002, dan nilai

rata-rata 0.0850. Hal tersebut menunjukan bahwa rata-rata profitabilitas pada

perusahaan dalam penelitian ini sangat rendah yang artinya rata-rata sumber

keuangan perusahaan sebanyak 8.50% berasal dari profit. Perusahaan dengan

profitabilitas terbesar adalah PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk (HMSP) di

tahun 2016 dan terkecil adalah PT Star Petrochem Tbk (STAR) di tahun 2017.

Variabel solvabilitas (SOLV) diproksikan dengan Debt to Total Asset. Variabel

solvabilitas mempunyai nilai minimum 0.0707, nilai maksimum 0.8805, dan nilai

rata-rata 0.3868. Hal tersebut menunjukan bahwa rata-rata solvabilitas pada

perusahaan dalam penelitian ini cukup tinggi yang artinya rata-rata sumber

keuangan perusahaan sebanyak 38.68% berasal dari utang. Perusahaan dengan

solvabilitas terbesar adalah PT Tirta Mahakam Resources Tbk (TIRT) di tahun

2015 dan terkecil adalah PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk (SIDO)

di tahun 2015.

Tabel 4.2
Tabel Statistik Deskriptif Komite Audit
Valid Frequency Percent Cumulative

3 120 95.2 % 95.2 %

4 6 4.8 % 100 %

Total 126 100 %

Sumber : Output SPSS 20, Lampiran 3

77
Variabel komite audit (KA) diproksikan dengan jumlah anggota komite audit

dalam satu perusahaan. Variabel komite audit mempunyai nilai minimum 3, nilai

maksimum 4, dan nilai rata-rata 3.05. Pada Tabel 4.2 menunjukan bahwa jumlah

komite audit dalam perusahaan manufaktur di Indonesia memiliki mayoritas jumlah

3 orang sesuai dengan surat keputusan Direksi PT Bursa Efek Jakarta Nomor Kep-

315/BEJ/06/2000 dan Peraturan BAPEPAM No. IX.I.5: Pembentukan dan

Pedoman Pelaksanaan Kerja Komite Audit.

Tabel 4.3
Tabel Statistik Deskriptif Reputasi KAP
Valid Frequency Percent Cumulative

Non Big Four (0) 64 50.8 % 50.8 %

Big Four (1) 62 49.2 % 100 %

Total 126 100 %

Sumber : Output SPSS 20, Lampiran 3


Variabel reputasi KAP (KAP) yang menjadi variabel pemoderasi dalam

penelitian ini. Pada tabel 4.3 diatas menunjukan bahwa 64 sampel perusahaan

(50.8%) dalam periode 2015 – 2017 laporan keuangannya di audit oleh KAP Non

Big Four (dummy = 0), sementara 62 sampel perusahaan (49.2 %) dalam periode

2015 – 2017 laporan keuangannya di audit oleh KAP Big Four (dummy = 1 ).

C. Hasil Penelitian

1. Uji Kesamaan Koefisien

Pengujian ini dilakukan untuk dapat mengetahui dapat atau tidaknya

dilakukan penggabungan data penelitian pada cross sectional dan time series.

Dalam pengujian ini mengguanakan metode dummy variable approach dimana

menggunakan 2 variabel dummy tahun. Dengan DT1 menggunakan tahun 2015

78
sebagai tahun dasar yang diberi nilai 1, tahun 2016 dan 2017 nilai 0. DT2

menggunakan 2016 sebagai tahun dasar, tahun 2015 dan 2017 nilai 0. Dimana

dalam melakukan pengujian terdapat outlier data abnormal sebanyak 5

perusahan dalam periode 2015-2017 yang membuat perusahaan sampel

menjadi 42 perusahaan pertahunnya sehingga total periode selama 3 tahun

sebesar 126 perusahaan.

Tabel 4.4
Tabel Ikhtisar Hasil Uji Kesamaan Koefisien
Model Sig.
DT 1 0.746
DT 2 0.863
SIZE _DT 1 0.431
PROFIT _DT 1 0.445
SOLV _DT 1 0.801
KA _DT 1 0.961
SIZE _KAP_DT 1 0.555
PROFIT _KAP_DT 1 0.235
SOLV _KAP_DT 1 0.357
KA _KAP_DT 1 0.722
SIZE _DT 2 0.675
PROFIT _DT 2 0.475
SOLV _DT 2 0.474
KA _DT 2 0.629
SIZE _KAP_DT 2 0.718
PROFIT _KAP_DT 2 0.380
SOLV _KAP_DT 2 0.686
KA _KAP_DT 2 0.798
Sumber : Output SPSS 20, Lampiran 3
Pada tabel 4.4 menunjukan hasil bahwa seluruh variabel dummy tahun

memiliki nilai signifikan diatas 0.05 dimana hasil tersebut menunjukan bahwa

tidak terdapat perbedaan koefisien, sehingga pooling data dapat terlaksanakan.

79
2. Uji Asumsi Klasik

Tabel 4.5
Ikhtisar Hasil Uji Asumsi Klasik dengan Uji Statistik

Variabel
Jenis Pengujian
SIZE PROFIT SOLV KA KAP
Normalitas Asymp. Sig (2-tailed) = 0.053
Multikolinearitas Tolerance 0.851 0.682 0.706 0.984 0.796
VIF 1.175 1.467 1.416 1.016 1.257
Autokorelasi Durbin-Watson = 2.011
Heterokedastisitas 0.215 0.629 0.847 0.008 0.009
Sumber : Output SPSS 20, Lampiran 3
a. Uji Normalitas

Dari penghasilan uji normalitas dengan program SPSS 20, peneliti

menggunakan One-Sample Kolmogrov-Smirnov Test. Dengan metode

One-Sample Kolmogrov-Smirnov Test dapat dilihat hasilnya pada Tabel

4.5 di halaman sebelumnya bahwa nilai Asymp. Sig (2-tailed) = 0.053 >

nilai p-value (0.050), dimana berarti data berdistribusi normal.

b. Uji Multikolinearitas

Dari penghasilan uji multikolinearitas dengan program SPSS 20,

Pada tabel 4.5 dapat dilihat bahwa seluruh variabel independen yaitu SIZE,

PROFIT, SOLV, KA, dan KAP memiliki nilai tolerance > 0.1 dan nilai

VIF < 10. Sehingga dapat disimpulkan bahwa model regresi yang telah

terbentuk tidak mempunyai korelasi antar variabel independen ataupun

tidak terjadi multikolinearitas.

c. Uji Heterokedastisitas

Dari penghasilan uji heterokedastisitas dengan program SPSS 20,

peneliti menggunakan 2 metode yaitu uji Glejtser dan uji Scatterplot.

80
Dengan uji Glejtser dikatakan lolos uji dengan syarat (sig-T ≥ 0.05). Pada

tabel 4.5 dapat dilihat bahwa variabel KA dan KAP memiliki nilai sig-t

dibawah 0.05 yang menyebabkan variabel tersebut tidak lolos uji. Peneliti

menggunakan metode kedua yaitu uji Scatterplot, dimana pada grafik

scatterplot tersebut tidak terdapat pola teratur yang tertentu serta titik-titik

dalam grafik tersebut terlihat menyebar diatas serta dibawah angka 0 pada

sumbu Y. Dapat disimpulkan bahwa variabel bersifat homokedastisitas.

Grafik hasil uji heterokedastisitas dapat dilihat di lampiran 3.

d. Uji Autokorelasi

Dari penghasilan uji autokorelasi dengan program SPSS 20, dengan

126 sampel serta k=5 diperoleh nilai dari tabel Dw (dL = 1,6276 & dU =

1,7923). Syarat tidak terjadinya autokorelasi adalah dU ≤ d ≤ 4 – dU. Pada

tabel 4.5 di halaman sebelumnya diperoleh nilai Dw sebesar 2.011, maka

hasil ujinya adalah 1,7923 ≤ 2,011 ≤ 2,2077. Dapat disimpulkan bahwa

tidak ada autokorelasi positif ataupun negatif sehingga tidak terjadi

autokorelasi.

3. Uji Hipotesis

a. Analisis Regresi Linear Berganda

Model pertama yang dibahas dalam penelitian ini adalah analisis

regresi linear berganda. Dimana analisis ini digunakan untuk menilai

sejauh mana pengaruh dari variabel independen terhadap variabel

dependen, dengan mengikutsertakan lebih dari dua variabel yang bersifat

bebas. Hasil dari persamaan regresi linear berganda yang diperoleh dalam

pengujian dapat dilihat pada tabel 4.6

81
Tabel 4.6
Model 1 – Analisis Regresi Linear Berganda

Unstandardized Coefficients
Model - 1
(B)
(Constant) 154.093
SIZE -0.774
PROFIT -25.563
SOLV -2.857
KA -17.605
KAP -0.377
Sumber : Output SPSS 20, Lampiran 3
Variabel ukuran perusahaan, profitabilitas, solvabilitas, komite audit

terhadap audit report lag pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di

Bursa Efek Indonesia pada periode 2015 – 2017 adalah sebagai berikut :

ARL = 154.093 – 0.774 (SIZE) – 25.563 (PROFIT) – 2.857 (SOLV) –

17.605 (KA) – 0.377 (KAP) + Ɛ

b. Analisis Regresi dengan Moderated Regression Analysis

Model kedua yang dibahas dalam penelitian ini dengan

menggunakan uji interaksi atau disebut Analisis Regresi Moderasi (MRA).

Tabel 4.7
Model 2 – Analisis Regresi Moderasi (MRA)

Unstandardized
Model - 2
Coefficients (B)
(Constant) 197.990
SIZE -2.136
PROFIT -55.699
SOLV -5.105
KA -18.494
KAP -121.773
SIZE_KAP 2.619
PROFIT_KAP 67.706
SOLV_KAP 18.205
KA_KAP 11.229
Sumber : Output SPSS 20, Lampiran 3

82
Hasil persamaan regresi dengan MRA dalam tabel 4.7 menyatakan

audit report lag pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia pada periode 2015 – 2017 adalah sebagai berikut :

ARL = 197.990 - 2.136 (SIZE) - 55.699 (PROFIT) - 5.105 (SOLV)

- 18.494 (KA) – 121.773 (KAP) + 2.619 (SIZE_KAP) + 67.706

(PROFIT_KAP) + 18.205 (SOLV_KAP) + 11.229 (KA_KAP) +

c. Uji Ketepatan Perkiraan (Goodness of Test atau Koefisien Determinasi)

Tabel 4.8
Ikhtisar Hasil Uji Goodness of Test
Adjusted R Square
Uji Koefisien Determinasi Model 1 Model 2
0.101 0.139
Sumber : Output SPSS 20, Lampiran 3
Diperoleh nilai Adjusted R square berdasarkan tabel 4.8 dari kedua

model adalah berbeda. Model 1 dengan 0.101 yang mengartikan 10.1 %

naik turunya ARL dipengaruhi oleh SIZE, PROFIT, SOLV, KA sisanya

yaitu 89.9 % dijelaskan di luar model. Sementara Model 2 dengan 0.139

yang mengartikan 13.9 % naik turunya ARL dipengaruhi oleh SIZE,

PROFIT, SOLV, KA, KAP, SIZE_KAP, PROFIT_KAP, SOLV_KAP,

KA_KAP , sisanya yaitu 86.1 % dijelaskan di luar model. Dari hasil

pengujian pada model pertama dan model kedua terdapat kenaikan angka

sebesar 0.038 atau 3.8 % dimana dapat disimpulkan bahwa reputasi KAP

merupakan variabel pemoderasi.

83
d. Uji Signifikansi Keseluruhan dari Regresi Sampel ( Uji Statistik F )

Pengujian uji statistik F pada penelitian ini memiliki dua tujuan yaitu

untuk mengetahui apakah semua variabel independen yang terdapat di

dalam model mempunyai pengaruh bersama-sama secara simultan

terhadap variabel dependen, dan juga untuk mengetahui apakah model

yang digunakan dalam penelitian ini bersifat layak (fit) atau tidak.

Tabel 4.9
Ikhtisar Hasil Uji F dengan Model Moderasi
Uji Signifikansi Keseluruhan Sig-F
dari Regresi Sampel
0.002
(F)
Sumber : Output SPSS 20, Lampiran 3
Pada model diperoleh nilai signifikansi uji statistik sebesar 0.002 <

Sig-F (α) 0.05 maka Tolak Ho, berarti model regresi signifikan. Artinya

semua variabel secara bersama-sama memiliki pengaruh signifikan atau

model regresi dengan variabel ukuran perusahaan, profitabilitas,

solvabilitas, komite audit, interaksi reputasi KAP dan ukuran perusahaan,

interaksi KAP dan profitabilitas, interaksi KAP dan solvabilitas, interaksi

KAP dan komite audit secara bersama-sama berpengaruh signifikan

terhadap audit report lag.

e. Uji Signifikansi Parameter Individual ( Uji Statistik t )

Pengujian signifikansi parameter individual atau biasa disebut

sebagau uji statistik t memperlihatkan seberapa besar pengaruh satu

variabel independen yang dimiliki secara individual dalam menjelaskan

variasi dari variabel dependen. Dimana model analisis regresi moderasi

yang digunakan dalam penelitian ini, untuk menjawab serta membuktikan

pernyataan dari hipotesis pertama hingga hipotesis kedelapan.

84
Dengan tujuan membuktikan kemampuan variabel independen

dalam mempengaruhi audit report lag serta bagaimana kemampuan

reputasi KAP dalam memoderasi pengaruh yang dimiliki variabel

independen terhadap audit report lag. Ikhtisar dalam hasil uji statistik t

telah dijabarkan sebagai berikut :

Tabel 4.10
Ikhtisar Hasil Uji t dengan Model Moderasi

Unstandardized Coefficient
Model Sig. Sig/2
(B)
(Constant) 197.990 0.000 0.000
SIZE -2.136 0.108 0.054
PROFIT -55.699 0.088 0.044
SOLV -5.105 0.518 0.259
KA -18.494 0.001 0.0005
KAP -121.773 0.020 0.010
SIZE_KAP 2.619 0.105 0.053
PROFIT_KAP 67.706 0.095 0.048
SOLV_KAP 18.205 0.270 0.135
KA_KAP 11.229 0.147 0.074

Sumber : Output SPSS 20, Lampiran 3


Berdasarkan tampilan hasil uji pada tabel 4.10 diatas, variabel

ukuran perusahaan (SIZE) memiliki nilai sig 0.054 > α (0.050) dan tanda

koefisien negatif. Hal ini menunjukan bahwa ukuran perusahaan

berpengaruh negatif terhadap audit report lag tapi tidak signifikan. Berarti

tidak cukup bukti hipotesis pertama (H1) yang menyatakan ukuran

perusahaan berpengaruh negatif terhadap audit report lag.

Pengujian variabel profitabilitas (PROFIT) memiliki nilai sig 0.044

< α (0.050) dan tanda koefisien negatif. Hal ini menunjukan bahwa

profitabilitas berpengaruh negatif terhadap audit report lag dan signifikan.

Berarti terbukti hipotesis kedua (H2) yang menyatakan profitabilitas

berpengaruh negatif terhadap audit report lag.

85
Pengujian variabel solvabilitas (SOLV) memiliki nilai sig 0.259 > α

(0.050) dan tanda koefisien negatif. Hal ini menunjukan bahwa solvabilitas

berpengaruh negatif terhadap audit report lag tapi tidak signifikan. Berarti

tidak cukup bukti hipotesis ketiga ( H3 ) yang menyatakan solvabilitas

berpengaruh positif terhadap audit report lag.

Pengujian variabel komite audit (KA) memiliki nilai sig 0.0005 < α

(0.050) dan tanda koefisien negatif. Hal ini menunjukan bahwa komite

audit berpengaruh negatif terhadap audit report lag dan signifikan. Berarti

terbukti hipotesis keempat (H4) yang menyatakan komite audit

berpengaruh negatif terhadap audit report lag.

Pengujian variabel reputasi KAP (KAP) memiliki nilai sig 0.010 < α

(0.050) dan tanda koefisien negatif. Hal ini menunjukan bahwa reputasi

KAP berpengaruh negatif terhadap audit report lag dan signifikan. Berarti

terbukti bahwa reputasi KAP mempunyai pengaruh terhadap audit report

lag serta dapat dijadikan variabel moderasi.

Pengujian interaksi variabel ukuran perusahaan dan reputasi KAP

(SIZE_KAP) memiliki nilai sig 0.053 > α (0.050) dan tanda koefisien

sebelum moderasi adalah negatif dan setelah moderasi menjadi positif. Hal

ini menunjukan bahwa reputasi KAP tidak mampu memoderasi ukuran

perusahaan terhadap audit report lag. Berarti tidak cukup bukti hipotesis

kelima (H5) yang menyatakan Reputasi KAP memperkuat pengaruh

ukuran perusahaan terhadap audit report lag.

Pengujian interaksi variabel profitabilitas dan reputasi KAP

(PROFIT_KAP) memiliki nilai sig 0.048 < α (0.050) dan tanda koefisien

86
sebelum moderasi adalah negatif dan setelah moderasi menjadi positif. Hal

ini menunjukan bahwa reputasi KAP mampu dalam memoderasi

(memperlemah) pengaruh negatif profitabilitas terhadap audit report lag.

Berarti tidak konsisten dengan hipotesis keenam (H6) yang menyatakan

reputasi KAP memperkuat pengaruh profitabilitas terhadap audit report

lag.

Pengujian interaksi variabel solvabilitas dan reputasi KAP

(SOLV_KAP) memiliki nilai sig 0.135 > α (0.050) dan tanda koefisien

sebelum moderasi adalah negatif dan setelah moderasi menjadi positif. Hal

ini menunjukan bahwa reputasi KAP tidak mampu memoderasi

solvabilitas terhadap audit report lag. Berarti tidak cukup bukti hipotesis

ketujuh (H7) yang menyatakan Reputasi KAP memperlemah pengaruh

solvabilitas terhadap audit report lag.

Pengujian interaksi variabel komite audit dan reputasi KAP

(KA_KAP) memiliki nilai sig 0.074 > α (0.050) dan tanda koefisien

sebelum moderasi adalah negatif dan setelah moderasi menjadi positif. Hal

ini menunjukan bahwa reputasi KAP tidak mampu memoderasi komite

audit terhadap audit report lag. Berarti tidak cukup bukti hipotesis

kedelapan (H8) yang menyatakan Reputasi KAP memperkuat pengaruh

komite audit terhadap audit report lag.

87
D. Pembahasan

1. Pengaruh Ukuran Perusahaan Terhadap Audit Report Lag

Berdasarkan hasil uji signifikansi parameter individual yang dilakukan,

variabel ukuran perusahaan yang diproksikan dengan logaritma natural dari

total aset perusahaan, tidak mempunyai pengaruh signifikan terhadap audit

report lag. Hal ini membuktikan hipotesis pertama penelitian ditolak karena

tidak memiliki cukup bukti berpengaruh.

Pernyataan bahwa perusahaan besar mempunyai audit report lag yang

lebih pendek daripada perusahaan yang mempunyai ukuran perusahaan lebih

kecil ternyata tidak terbukti. Manajemen perusahaan berskala besar cenderung

diberikan insentif dalam mengurangi audit report lag tetapi perusahaan

berskala kecil tersebut juga dapat memberikan insentif kepada manajemennya.

Terlepas dari itu, baik perusahaan kecil maupun besar, pihak manajemen tetap

bekerja secara maksimal serta seprofesional mungkin dalam menyelesaikan

laporan keuangannya. Oleh sebab itu, perusahaan yang mempunyai total aset

besar ataupun kecil tetap mempunyai kemungkinan sama dalam menghadapi

tekanan terhadap penyampaian laporan keuangan. Auditor juga menganggap

bahwa proses pengauditan dengan berapapun jumlah aset yang dimiliki

perusahaan akan tetap diperiksa dengan cara yang sama, sesuai dengan

prosedur Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP).

Pernyataan tersebut dibuktikan dari data sampel yang peneliti observasi

dimana PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (INDF) mempunyai ukuran

perusahaan terbesar yaitu Rp 91.831.526.000.000 pada tahun 2015 ternyata

mempunyai audit report lag sebesar 83 hari. Sedangkan PT Intan Wijaya

International Tbk (INCI) yang mempunyai ukuran perusahaan terkecil sebesar

88
Rp 169.546.066.314 pada tahun 2015 ternyata mempunyai audit report lag

sebesar 71 hari. Dapat disimpulkan bahwa ukuran perusahaan tidak

mempunyai cukup bukti pengaruh yang signifikan terhadap audit report lag.

Penelitian ini sesuai dengan hasil yang diberikan oleh Siti Badriyah

(2013), Indah Permata Sari (2014), Afina Survita Prameswari (2015), Arry

Eksandy (2017) dan Liwe Alther Gabriel (2017) yang menyatakan bahwa

ukuran perusahaan tidak mempunyai pengaruh terhadap audit report lag.

2. Pengaruh Profitabilitas Terhadap Audit Report Lag

Berdasarkan hasil uji signifikansi parameter individual yang dilakukan,

variabel profitabilitas yang diproksikan dengan Return On Asset, mempunyai

pengaruh signifikan negatif terhadap audit report lag. Hal ini membuktikan

hipotesis kedua penelitian diterima karena memiliki cukup bukti berpengaruh.

Pernyataan bahwa perusahaan yang mempunyai tingkat profitabilitas

tinggi memerlukan waktu audit yang lebih singkat ternyata terbukti. Hal ini

karena profitabilitas merupakan sebuah kabar baik bagi perusahaan sehingga

perusahaan tidak perlu untuk menunda dan segera mempublikasikan laporan

keuangannya agar dapat dilihat oleh pemerintah, kreditor, investor, para

masyarakat dan para pengguna informasi lainnya. Hal tersebut membuat audit

report lag semakin pendek.

Pernyataan tersebut terbukti dari data peneliti dimana PT Hanjaya

Mandala Sampoerna Tbk (HMSP) mempunyai profitabilitas terbesar yaitu

0.3002 atau 30.02 % pada tahun 2016 ternyata mempunyai audit report lag

sebesar 65 hari. Sedangkan PT Star Petrochem Tbk (STAR) mempunyai

profitabilitas terkecil yaitu 0.0004 atau 0.04 % pada tahun 2017 ternyata

89
mempunyai audit report lag sebesar 86 hari. Dapat disimpulkan bahwa

profitabilitas mempunyai cukup bukti pengaruh yang signifikan terhadap audit

report lag.

Penelitian ini sesuai dengan hasil yang diberikan oleh Liwe Alther Gabriel

(2017), Arry Eksandy (2017), Afina Survita Prameswari (2015), Ni Made Dwi

Ari Murti (2017), Ni Putu Winda Wulandari (2016), dan Illa Sasmi Herja

(2012) yang menyatakan bahwa profitabilitas perusahaan mempunyai pengaruh

terhadap audit report lag.

3. Pengaruh Solvabilitas Terhadap Audit Report Lag

Berdasarkan hasil uji signifikansi parameter individual yang dilakukan,

variabel solvabilitas yang diproksikan dengan Debt to Total Asset, tidak

mempunyai pengaruh signifikan terhadap audit report lag. Hal ini

membuktikan hipotesis ketiga penelitian ditolak karena tidak memiliki cukup

bukti berpengaruh.

Solvabilitas merupakan rasio dalam menunjukan kesehatan keuangan

perusahaan, namun bukan sebagai penentu bagaimana tingkat kinerja

perusahaan dapat dinilai baik maupun tidak, karena ketika perusahaan

memperoleh laba yang tinggi maka perusahaan mampu membayar hutangnya.

Tingkat hutang perusahaan yang tinggi cenderung membutuhkan waktu audit

yang lama, namun apabila solvabilitas meningkat maka perusahaan dapat

menambah banyak kreditur yang meningkatkan pengawasan sehingga audit

report lag semakin pendek. Perusahaan manufaktur yang menjadi objek

penelitian ini menurut hasil dokumentasi laporan audit, tidak terdapat

permasalahan terhadap pencatatan dalam hutang perusahaan, sehingga

90
perusahaan yang memiliki solvabilitas baik itu tinggi maupun rendah

mempunyai audit report lag yang tidak berbeda jauh.

Pernyataan tersebut juga terbukti dari data sampel yang peneliti observasi

dimana PT Tirta Mahakam Resources Tbk (TIRT) mempunyai solvabilitas

terbesar yaitu 0.8805 atau 88.05% pada tahun 2015 ternyata mempunyai audit

report lag sebesar 83 hari. Sedangkan PT Industri Jamu dan Farmasi Sido

Muncul Tbk (SIDO) mempunyai solvabilitas terkecil yaitu 0.0707 atau 7.07%

pada tahun 2015 ternyata mempunyai audit report lag sebesar 83 hari pula.

Dapat disimpulkan bahwa solvabilitas tidak mempunyai cukup bukti pengaruh

yang signifikan terhadap audit report lag.

Penelitian ini sesuai dengan hasil yang diberikan oleh Liwe Alther Gabriel

(2017), Devri Prananda (2017), Arry Eksandy (2017), Afina Survita

Prameswari (2015), dan Charviena (2016) dimana penelitian tersebut dikatakan

bahwa solvabilitas tidak memiliki pengaruh terhadap audit report lag.

4. Pengaruh Komite Audit Terhadap Audit Report Lag

Berdasarkan hasil uji signifikansi parameter individual yang dilakukan,

komite audit yang diproksikan dengan jumlah anggota komite audit dalam satu

perusahaan, mempunyai pengaruh signifikan negatif terhadap audit report lag.

Hal ini membuktikan hipotesis keempat penelitian diterima karena memiliki

cukup bukti berpengaruh.

Anggota komite audit mempunyai tugas dalam melakukan penelaahan dari

informasi keuangan yang segera dikeluarkan emiten atau perusahaan publik

kepada publik dan/atau pihak yang mempunyai otoritas. Temuan dalam

penelitian memberikan bukti empiris bahwa semakin banyaknya jumlah komite

91
audit akan semakin memperpendek audit report lag. Semakin banyak anggota

komite audit maka pengendalian internal perusahaan akan menjadi lebih baik,

sehingga audit report lag semakin pendek.

Pernyataan tersebut juga terbukti dari data sampel peneliti dimana PT

Kimia Farma Tbk (KAEF) mempunyai komite audit sebanyak 3 anggota pada

tahun 2015 mempunyai audit report lag sebesar 84 hari. Sedangkan pada tahun

2016 anggota komite audit bertambah menjadi sebanyak 4 anggota dan

mempunyai audit report lag sebesar 54 hari. Dan juga, PT Waskita Beton

Precast Tbk (WSBP) yang mempunyai audit report lag terpendek yaitu 33 hari

pada tahun 2016 mempunyai 4 orang aggota komite audit. Dapat disimpulkan

bahwa komite audit mempunyai cukup bukti pengaruh yang signifikan

terhadap audit report lag.

Penelitian ini sesuai dengan hasil yang diberikan oleh Chandra Lestari

(2017), I Gede Aditya Cahya Gunarsa (2017), dan Arry Eksandy (2017) yang

menyatakan bahwa komite audit mempunyai pengaruh terhadap audit report

lag.

5. Pengaruh Reputasi Kantor Akuntan Publik (KAP) dalam memoderasi

hubungan antara Ukuran Perusahaan terhadap Audit Report Lag

Berdasarkan hasil uji signifikansi parameter individual yang dilakukan,

variabel reputasi kantor akuntan publik yang diproksikan dengan dummy

variabel tidak dapat memoderasi hubungan ukuran perusahaan terhadap audit

report lag. Hal ini membuktikan hipotesis kelima penelitian ditolak karena

tidak memiliki cukup bukti.

92
Seharusnya reputasi KAP semakin memperkuat pengaruh ukuran

perusahaan terhadap audit report lag, tetapi hal ini tidak terbukti. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa besar kecilnya suatu perusahaan, tidak

mempengaruhi waktu untuk mempublikasikan laporan keuangan karena

perusahaan harus mematuhi hasil keputusan Ketua Badan Pengawasan Pasar

Modal dan Lembaga Keuangan Nomor: KEP-431/BL/2012 X.K.6 bahwa

laporan keuangan tahunan dan laporan independen perusahaan publik

paling lambat dilaporkan 120 hari setelah tanggal laporan keuangan tahunan

pada BAPEPAM.

Pernyataan tersebut juga terbukti dari data sampel yang peneliti observasi

dimana PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (INDF) mempunyai ukuran

perusahaan terbesar yaitu Rp 91.831.526.000.000 pada tahun 2015 yang

diaudit oleh KAP Big Four ternyata mempunyai audit report lag sebesar 83

hari. Sedangkan PT Intan Wijaya International Tbk (INCI) yang diaudit oleh

KAP Non Big Four mempunyai ukuran perusahaan terkecil yaitu Rp

169.546.066.314 pada tahun 2015 ternyata mempunyai audit report lag sebesar

71 hari. Dapat disimpulkan bahwa reputasi KAP tidak mempunyai cukup bukti

pengaruh dapat memoderasi interaksi antara ukuran perusahaan terhadap audit

report lag.

Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh

Yurisa Ratnasari (2018), Ni Made Dwi Ari Murti (2017) dimana reputasi KAP

mampu memoderasi hubungan antara ukuran perusahaan dengan audit report

lag.

93
6. Pengaruh Reputasi Kantor Akuntan Publik (KAP) dalam memoderasi

hubungan antara Profitabilitas terhadap Audit Report Lag

Berdasarkan hasil uji signifikansi parameter individual yang dilakukan,

ditunjukan bahwa variabel reputasi kantor akuntan publik yang diproksikan

dengan dummy variabel berpengaruh signifikan dalam memperlemah

hubungan negatif profitabilitas terhadap audit report lag. Hal ini membuktikan

hipotesis keenam penelitian ditolak karena tidak konsisten.

Dengan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba yang tinggi

maupun rendah, baik KAP Big Four ataupun KAP non Big Four akan berusaha

menunjukkan tingkat profesionalisme yang tinggi. Reputasi auditor tidak hanya

didasarkan oleh nama besar KAP saja, tetapi juga pada kualitas audit yang

dihasilkan dari KAP tersebut. Bagi KAP Big Four, kualitas hasil audit harus

terus dijaga agar dapat mempertahankan citra mereka terhadap publik sehingga

selalu dipercaya terhadap klien dalam memberikan jasa audit. Begitu juga

dengan KAP non Big Four, kualitas hasil audit harus dijaga guna membangun

citra yang lebih baik terhadap publik sehingga KAP non Big Four tetap bisa

bersaing terhadap KAP Big Four.

Pernyataan tersebut juga terbukti dari data sampel yang peneliti observasi

dimana PT Waskita Beton Precast Tbk (WSBP) mempunyai profitabilitas

sebesar 4.62 % pada tahun 2016 yang diaudit oleh KAP Non Big Four

mempunyai audit report lag sebesar 33 hari. Sedangkan pada tahun 2017

mempunyai profitabilitas 6.70% yang diaudit oleh KAP Big Four ternyata

mempunyai audit report lag sebesar 59 hari. Dapat disimpulkan bahwa

reputasi KAP mempunyai cukup bukti pengaruh dapat memoderasi

(memperlemah) interaksi antara profitabilitas terhadap audit report lag.

94
Hasil penelitian ini ternyata sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh

Ni Made Dwi Ari Murti (2017) dimana reputasi KAP mampu memoderasi

(memperlemah) pengaruh profitabilitas terhadap audit report lag. Dan tidak

sesuai penelitian Ni Putu Winda Wulandari (2016) dimana reputasi KAP tidak

mampu memoderasi pengaruh profitabilitas terhadap audit report lag.

7. Pengaruh Reputasi Kantor Akuntan Publik (KAP) dalam memoderasi

hubungan antara Solvabilitas terhadap Audit Report Lag

Berdasarkan hasil uji signifikansi parameter individual yang dilakukan,

variabel reputasi kantor akuntan publik yang diproksikan dengan dummy

variabel tidak dapat memoderasi hubungan solvabilitas terhadap audit report

lag. Hal ini membuktikan hipotesis ketujuh penelitian ditolak karena tidak

memiliki cukup bukti.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa reputasi kantor akuntan publik

tidak memberikan dampak kepada pengaruh solvabilitas terhadap audit report

lag. Auditor melakukan prosedur audit yang sama berdasarkan SPAP untuk

seluruh perusahaan. Hal ini tidak mempengaruhi proses penyelesaian audit

dalam laporan keuangan. Karena auditor yang ditunjuk pasti telah

menyediakan waktu sesuai dengan kebutuhan jangka waktu dalam

menyelesaikan proses pengauditan utang. KAP Big Four ataupun KAP non Big

Four senantiasa berusaha dalam menjaga kualitas hasil auditnya yang

diantaranya adalah memenuhi ketepatan waktu agar KAP mereka tetap

dipercaya untuk memberikan jasa audit.

Pernyataan tersebut juga terbukti dari data sampel peneliti dimana PT

Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk (SIDO) pada tahun 2016

95
mempunyai solvabilitas 7.69% yang diaudit oleh KAP Non Big Four ternyata

mempunyai audit report lag sebesar 72 hari. Sedangkan pada tahun 2017

mempunyai solvabilitas 8.31% yang diaudit oleh KAP Big Four mempunyai

audit report lag sebesar 87 hari. Dapat disimpulkan bahwa reputasi KAP tidak

mempunyai cukup bukti pengaruh dapat memoderasi interaksi antara

solvabilitas terhadap audit report lag.

Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil yang diberikan oleh Ni Putu Winda

Wulandari (2016) dimana reputasi KAP tidak mampu memoderasi hubungan

antara solvabilitas dengan audit report lag.

8. Pengaruh Reputasi Kantor Akuntan Publik (KAP) dalam memoderasi


hubungan antara Komite Audit terhadap Audit Report Lag

Berdasarkan hasil uji signifikansi parameter individual yang dilakukan,

ditunjukan bahwa variabel reputasi kantor akuntan publik yang diproksikan

dengan dummy variabel tidak dapat memoderasi hubungan komite audit

terhadap audit report lag. Hal ini membuktikan hipotesis kedelapan penelitian

ditolak karena tidak memiliki cukup bukti.

Hal tersebut dikarenakan komite audit diharapkan dapat membangun

kembali tingkat kepercayaan publik dalam pelaporan keuangan serta

meningkatkan kualitas audit dan dapat menjadi salah satu faktor penguat dalam

sistem pelaporan keuangan. Komite audit mempunyai hak dalam melakukan

pemeriksaan laporan dari auditor internal perusahaan. Hal tersebut membuat

komite audit memiliki kesempatan dalam melakukan peninjauan struktur

organisasi dan deskripsi kerja masing-masing bagian di perusahaan, beserta

dengan sistem pengendalian internal yang sudah dimiliki oleh perusahaan.

96
Pernyataan tersebut juga terbukti dari data sampel peneliti dimana PT

Arwana Citra Mulia Tbk (ARNA) pada tahun 2015 mempunyai 4 orang

anggota komite audit yang diaudit oleh KAP Big Four ternyata mempunyai

audit report lag sebesar 60 hari. Sedangkan pada tahun 2017 hanya

mempunyai 3 orang anggota komite audit yang juga diaudit oleh KAP Big

Four ternyata mempunyai audit report lag sebesar 60 hari. Dapat disimpulkan

bahwa reputasi KAP tidak mempunyai cukup bukti pengaruh dapat

memoderasi interaksi antara komite audit terhadap audit report lag.

Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil yang diberikan oleh Yurisa

Ratnasari (2018) dimana reputasi KAP tidak mampu memoderasi hubungan

antara komite audit dengan audit report lag.

97
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan pengujian dan analisis yang telah dilakukan oleh peneliti, kesimpulan

yang dapat diperoleh sebagai berikut :

1. Tidak terdapat cukup bukti bahwa ukuran perusahaan berpengaruh negatif

terhadap audit report lag.

2. Profitabilitas cukup bukti berpengaruh signifikan negatif terhadap audit report

lag.

3. Tidak terdapat cukup bukti bahwa solvabilitas berpengaruh positif terhadap

audit report lag.

4. Komite audit cukup bukti berpengaruh signifikan negatif terhadap audit report

lag.

5. Tidak terdapat cukup bukti bahwa reputasi KAP dapat memperkuat hubungan

ukuran perusahaan terhadap audit report lag.

6. Reputasi KAP terdapat cukup bukti berpengaruh signifikan dalam memperlemah

hubungan profitabilitas terhadap audit report lag.

7. Tidak terdapat cukup bukti bahwa reputasi KAP dapat memperlemah hubungan

solvabilitas terhadap audit report lag.

8. Tidak terdapat cukup bukti bahwa reputasi KAP dapat memperkuat hubungan

komite audit terhadap audit report lag.

98
B. Saran

Berdasarkan hasil analisis serta kesimpulan yang diuraikan serta mengingat adanya

keterbatasan peneliti dalam penelitian ini, saran yang dapat penulis sampaikan kepada

para pembaca adalah :

1. Melihat bahwa ukuran perusahaan dengan proksi logaritma natural total aset dari

Yurisa Ratnasari (2018) tidak mempunyai pengaruh terhadap audit report lag.

Peneliti menyarankan agar menggunakan proksi lain dari ukuran perusahaan,

contohnya kompleksitas operasi perusahaan dengan menghitung jumlah anak

perusahaan yang dimiliki dalam suatu perusahaan. Dimana penelitian yang

dilakukan Devri Prananda (2017) mempunyai pengaruh signifikan positif.

2. Melihat bahwa solvabilitas dengan proksi debt to total asset dari Nurahman

Apriyana (2017) tidak mempunyai pengaruh terhadap audit report lag. Peneliti

menyarankan agar menggunakan proksi lain dari solvabilitas, contohnya debt to

equity. Dimana penelitian yang dilakukan Indah Permata Sari (2014)

mempunyai pengaruh signifikan positif.

3. Melihat bahwa reputasi KAP menurut penelitian ini dapat menjadi variabel

pemoderasi. Dengan cukup bukti signifikan memperlemah interaksi yang

dimiliki antara variabel profitabilitas terhadap audit report lag sesuai penelitian

yang dilakukan Ni Made Dwi Ari Murti (2017). Peneliti menyarankan agar

menggunakan variabel pemoderasi yang lain, contohnya ukuran perusahaan

sebagai variabel pemoderasi untuk membandingkan hasil penelitian yang

diperoleh.

99
DAFTAR PUSTAKA

Apriyana, N., & Rahmawati, D. (2017), Pengaruh Ukuran Perusahaan, Solvabilitas,


Profitabilitas dan Komite Audit Terhadap Audit Delay (Pada Perusahaan Properti dan
Real Estate yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada Tahun 2012-2015). Jurnal
Akutansi Dan Keuangan, 1(2), 1–15.

Arens, A.A. et al. (2012), Jasa Audit dan Assurance. Edisi 14. Jakarta: Salemba Empat.

Arens Alvin A, Elder Randal J, Beasley Mark S, Amir Abadi Jusuf. (2015), Auditing dan
Assurance Sevices. Jilid 1. Fifteenth Edition. Jakarta: Salemba Empat.

Ashton, R. H., Willingham, J. J., & Elliott, R. K. (1987), Research Reports An Empirical
Analysis of Audit Delay. Journal of Accounting Research, 25(2), 275–292.
Badriyah, S., Raharjo, K., & Andini, R. (2013), Pengaruh size, solvabilitas, kualitas audit,
laba rugi, opini audit dan kepemilikan publik terhadap audit delay pada perusahaan
automotif di bursa efek jakarta tahun 2008-2013. Jurnal Akuntansi, 1(1), 17.

Bapepam (1996), Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal Nomor KEP-82 / PM /
1996 Tentang Pemegang Saham Tertentu Ketua Badan Pengawas Pasar Modal , 2–4.
Bapepam. (2003), Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal Nomor : KEP -36 / PM
/ 2003 Tentang Kewajiban Penyampaian Laporan Keuangan Berkala, 1–6.
Bapepam, K. K. (2004), Pembentukan Dan Pedoman Pelaksanaan Kerja Komite Audit
Nomor ; Kep-29/PM/2004, 1–29.
Bapepam (2006), Peraturan Nomor X.K.2, Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal
Nomor : Kep-36/PM/2003, Kewajiban Penyampaian Laporan Keuangan Berkala.

Bapepam & LK. (2011), Penyampaian Laporan Keuangan Berkalan Emiten atau
Perusahaan Publik. Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal Dan Lembaga
Keuangan, No.346/BL, 1–4.
Bapepam. (2012), Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembanga
Keuangan Nomor: KEP-431/BL/2012. Tentang Penyampaian Laporan Tahunan
Emiten atau Perusahaan Publik, 1–19.
Brigham, E. F., & Houston, J. F. (2013), E-Book Fundamentals of Financial Management,
Eight Edition, International Edition, South Western, Cengage Learning.
Candra Sri Lestari. (2017), Pengaruh Reputasi KAP, Opini Audit dan Komite Audit
Terhadap Audit Delay pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia Periode 2013-2015. Jurnal Ekonomi Akuntansi Vol. 3. Issue. 3, 389–403.
Carslaw, C. A. P. N., & Kaplan, S. E. (1991), An Examination of Audit Delay: Further
Evidence from New Zealand. Accounting and Business Research, 22(85), 21–32.
Charviena. (2016), Pengaruh Ukuran Perusahaan, Laba Rugi Operasi, Solvabilitas, Umur
Perusahaan, Klasifikasi Industri, Dan Ukuran KAP Terhadap Audit Delay (Studi pada
Perusahaan Indeks Kompas 100 Periode 2012-2014). Ultima Accounting Vol. 8 No. 2,
66–88.

100
Cooper, Donald R., Pamela S. Schindler (2017), Metode Penelitian Bisnis, Edisi 12, Buku
I, Jakarta: Salemba Empat.

DeAngelo, L. E. (1981), Auditor size and audit quality. Journal of Accounting and
Economics, 3(3), 183–199.
Dewi, K. M. dan S. P. (2013), Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ketepatan
Waktu dan Audit Delay Penyampaian Laporan Keuangan (Studi Empiris pada
Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI Periode 2007-2011). Diponegoro
Journal Of Accounting, 2(2), 1–13.
Dyer, J. C., Mchugh, A. J., Iv, J. C. D., & Mchugh, A. J. (1975), The Timeliness of the
Australian Annual Report times. Journal of Accounting Research, Vol. 13, No. 2,
204–219.
Eisenhardt, K. M. (1989), Agency Theory : An Assessment and Review. Kelembagaan DAS,
The Academy of Management Review, Vol. 14, No. 1, 1–19.
Eksandy, A. (2017), Pengaruh Ukuran Perusahaan, Solvabilitas, Profitabilitas Dan Komite
Audit Terhadap Audit Delay (Pada Perusahaan Properti dan Real Estate yang
Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Pada Tahun 2012-2015). Competitive Jurnal
Akuntansi dan Keuangan, Vol. 1, No. 2, 1–15.
Ettredge, M., Johnstone, K., Stone, M., & Wang, Q. (2011), The effects of firm size,
corporate governance quality, and bad news on disclosure compliance. Review of
Accounting Studies, 16(4), 866–889.
FCGI. (2000), Peranan Dewan Komisaris dan Komite Audit dalam Pelaksanaan Corporate
Governance ( Tata Kelola Perusahaan ). E-Book The Roles of the Board of
Commissioners and the Audit Committee of Corporate Governance, Jilid II, 45.
Retrieved From http://www.fcgi.or.id
Ghozali, Imam (2016), Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 23,
Edisi 6, Semarang: Penerbit Universitas Diponegoro.
Gibson, C. H. (2010), Financial Reporting & Analysis - Cycle 2 - The Financial
Statements, Eleventh Edition, International Edition, South Western, Cengage
Learning.
Gunarsa, I. G. A. C., & Putri, I. A. D. (2017), Pengaruh Komite Audit, Independensi
Komite Audit, dan Profitabilitas Terhadap Audit Report Lag di Perusahaan
Manufaktur. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana, 20, 1672–1703.

https://investasi.kontan.co.id/news/belum-lapor-kinerja-keuangan-9-saham-emiten
dibekukan, Diakses:02 Oktober 2018.

http://www.idx.co.id

IAI. (2015), Penyajian Laporan Keuangan. PSAK, (1), 24.


Indonesia, I. A. (2001), Kompartemen Akuntan Publik ; Standar Auditing, (1), 1–3.
Indonesia, R. (2010), UU Nomor 8 Tahun 1995, (1), 1–5.

101
Jakarta, K. D. P. B. E. (2000), Peraturan Pencatatan Efek Nomor I-A : Tentang Ketentuan
Umum Pencatatan Efek Bersifat Ekuitas Di Bursa Nomor Kep-315/BEJ/062000, 1–
11.
Jensen, C., & Meckling, H. (1976), Theory Of The Firm ; Managerial Behavior, Agency
Costs, And Ownership Structure, Journal of Financial Economics 3, 305–360.
Kartika, A. (2011), Faktor-faktor yang mempengaruhi audit delay pada perusahaan
manufaktur terdaftar di BEI. Dinamika Keuangan Dan Perbankan, 3(2), 152–171.

Kieso, Donald E., Jerry J. Weygandt., & Terry D. Warfield. (2013), Intermediate
Accounting IFRS Edition, Volume Kedua, United States of America: John Wiley &
Sons.

Komisioner, D., & Jasa, O. (2018), Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal
NOMOR /POJK.05/2018.
Liwe, Alther Gabriel, Hendrik Manossoh, L. M. M. (2017), Analisis Faktor-Faktor yang
mempengaruhi Audit Delay (Studi Empiris pada Perusahaan Property dan Real
Estate yang terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia), Jurnal Riset Akuntansi Going
Concern 13(2), 1177–1204.

Lunenburg, F. C. (2012), Compliance Theory and Organizational Effectiveness,


International Journal Scholarly Academic Intellectual Diversity, Volume 14 (1),1-4.
Made, N., Verawati, A., & Wirakusuma, M. G. (2016), Pengaruh Pergantian Auditor,
Reputasi KAP, Opini Audit Dan Komite Audit Terhadap Audit Delay. Jurnal
Akuntansi Universitas Udayana, ISSN: 2302-8556, 17(2), 2302–8556.
Murphy, Richard, S. N. S. (2017), The Big Four - A Study of Opacity, European
Parliamentary Group, European United Left, Nordic Green Left, 1-38.
Ni Made Dwi Ari Murti. (2017), Pengaruh Ukuran Perusahaan dan Profitabilitas pada
Audit Delay dengan Reputasi KAP Sebagai Variabel Pemoderasi. E-Jurnal
Akuntansi Universitas Udayana, 16, 275–305.
Noverta, C., Jogi, Y., Ashton, M., & Elliott, W. (2012), Audit Report Lag Pada Perusahaan
Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Pada Tahun 2012. Business Accounting
Review, VOL. 2.
Otoritas Jasa Keuangan Republik Indonesia. (2016), Peraturan Otoritas Jasa Keuangan
Republik Indonesia Nomor 29/POJK.04/2016 Tentang Laporan Tahunan Emiten atau
Perusahaan Publik, 1–29.
Prananda, D., Yuliandari, W. S., & Yudowati, S. P. (2017), Pengaruh Leverage,
Kompleksitas Operasi Perusahaan, Reputasi Auditor Dan Laba/Rugi Operasi
Perusahaan Terhadap Audit Delay (Studi pada Perusahaan Perdagangan, Jasa, Dan
Investasi Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2013-2015). Majalah
Ilmiah UNIKOM, Volume 15(2), 179–188.
Rachmawati, S. (2008), Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal Perusahaan Terhadap
Audit Delay dan Timeliness, Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol 10, No.1, 1–10.
Ross, S. A. (1977), The Determination of Financial Structure: The Incentive-Signalling
Approach. University of Pennsylvania, The Bell Journal of Economics, Vol 8(1), 23.

102
SAK IAI, Standar Akuntansi Keuangan, IAI, Jakarta, 2017.
Saham OK. (2015), Daftar Perusahaan Manufaktur 2015, 2015, 1–15. Retrieved from
https://www.sahamok.com/perusahaan-manufaktur-di-bei/manufaktur-2016/
Saham OK. (2016), Daftar Perusahaan Manufaktur 2016, 2016. Retrieved from
https://www.sahamok.com/perusahaan-manufaktur-di-bei/manufaktur-2016/
Sari, I. P. (2014), Pengaruh Ukuran Perusahaan, Solvabilitas, dan Reputasi KAP terhadap
Audit Delay pada Perusahaan Property & Real Estate di Bursa Efek Indonesia periode
2009-2012. Journal of Chemical Information and Modeling, 53(9), 1689–1699.
Sasmi, I. (2012), Pengaruh Ukuran Perusahaan, Profitabilitas Perusahaan, Laba Rugi
Perusahaan, Reputasi Kantor Akuntansi Publik (KAP) dan Opini Auditor terhadap
Audit Delay pada Perusahaan yang Terdaftar di BEI tahun 2011-2012. Jurnal
Akuntansi & Manajemen, 1–16.
Survita, A., & Hanny, R. (2015), Analisis Faktor – Faktor Yang Memengaruhi Audit Delay
( Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia
). Jurnal Akuntansi, XIX(1), 50–67.

Suwito, E., & Herawaty, A. (2005), Analisis pengaruh karakteristik perusahaan terhadap
tindakan perataan laba yang dilakukan oleh perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek
Jakarta. Simposium Nasional Akuntansi XVI, (September), 15–16.
U. U. 20 Tahun. 2008 (2008), Government Regulation No. 20/2008. UU No. 20 Tahun
2008, (1), 1–31.
Wariyanti. (2017), Pengaruh Profitabilitas, Leverage Dan Opini Audit Terhadap Audit
Delay. Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi, Volume 6 (9).

web.idx.id

Wulandari, N. P. Y., & Budiartha, I. K. (2014), Pengaruh Struktur Kepemilikan, Komite


Audit, Komisaris Independen dan Dewan Direksi Terhadap Integritas Laporan
Keuangan. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana, 7(3), 574–586.
Yurisa Ratnasari. (2018),Pengaruh Ukuran Perusahaan , Komite Audit Dan Audit Tenure
Terhadap Audit Delay Dengan Reputasi KAP Sebagai Variabel Pemoderasi ( Studi
Empiris pada Perusahaan Pertambangan yang Terdaftar di BEI, Journal Of
Management Fakultas Ekonomi Bisnis, Volume 1, Edisi 1, 1–15.

103

Anda mungkin juga menyukai