Anda di halaman 1dari 109

BAB II.

PENTANAHAN / GROUNDING

2.1 Deskripsi Sistem Tenaga Listrik

Sistem tenaga listrik yang lengkap secara garis besar dapat dibagi
menjadi empat unsur. Pertama, adanya suatu unsur pembangkit listrik tegangan
yang dihasilkan oleh pusat pembangkit tenaga listrik itu biasanya tegangan
menengah (TM). Kedua, suatu sistem transmisi lengkap dengan gardu induk.
Karena jaraknya biasanya jauh, maka diperlukan penggunaan tegangan tinggi
(TT). Ketiga, adanya saluran distribusi yang biasanya terdiri dari saluran
distribusi incoming dengan tegangan menengah (TM) dan saluran distribusi
outgoing dengan tegangan rendah (TR). Keempat, adanya unsur pemakaian utilasi
yang terdiri atas instalasi pemakaian tenaga listrik. Instalasi rumah biasanya
memeakai tegangan rendah, sedangkan pemakaian besar, seperti industri
menggunakan tegangan menengah.

Sistem tenaga listrik pada umumnya terdiri dari elemen-elemen


sebagai berikut :
1. Pusat pembangkit tenaga listrik
2. Gardu step up transformer
3. Saluran transmisi
4. Gardu induk
5. Gardu step down transformator
6. Saluran distribusi incoming
7. Gardu distribusi
8. Saluran distribusi outgoing

1
Untuk elemen-elemen nomor 2 sampai dengan 5 merupakan sistem
transmisi, sedangkan elemen-elemen nomor 6 sampai dengan 8 merupakan sistem
distribusi. Perbedaan antara sistem transmisi dan distribusi adalah tergantung
pada fungsinya. Fungsi dari sistem transmisi adalah membawa tenaga listrik dari
pusat pembangkit tenaga listrik ke pusat-pusat beban (Load centers). Sedangkan
fungsi dari sistem distribusi adalah menyalurkan tenaga listrik dari gardu induk ke
konsumen/pemakai. Lebih jelasnya dilihat pada gambar 1.

Gambar 1. Skema Sistem Tenaga Listrik1)

1
ABDUL Kadir, 2000:5

2
2.2 Pengertian dan Fungsi Distribusi Tenaga Listrik
Sistem Distribusi merupakan bagian dari sistem tenaga listrik yang
berguna untuk menyalurkan tenaga listrik dari sumber daya listrik besar (Bulk
Power Source) sampai ke konsumen. Jadi fungsi distribusi tenaga listrik adalah :
1. Pembagian atau penyaluran tenaga listrik ke beberapa tempat
(pelanggan).
2. Merupakan sub sistem tenaga listrik yang langsung berhubungan
dengan pelanggan, karena catu daya pada pusat-pusat beban
(pelanggan) dilayani langsung melalui jaringan distribusi.
Tenaga listrik yang dihasilkan oleh pembangkit tenaga listrik besar
dengan tegangan dari 11 kV sampai 24 kV dinaikan tegangannya oleh gardu
induk dengan transformator penaik tegangan menjadi 70 kV, 154 kV, 220 kV atau
500 kV kemudian disalurkan melalui saluran transmisi.
Tujuan menaikkan tegangan ialah untuk memperkecil kerugian daya
listrik pada saluran transmisi, dimana dalam hal ini kerugian daya adalah
sebanding dengan kuadrat arus yang mengalir (I2.R). Dengan daya yang sama bila
nilai tegangannya diperbesar, maka arus yang mengalir semakin kecil sehingga
kerugian daya juga akan kecil pula. Dari saluran transmisi, tegangan diturunkan
lagi menjadi 20 kV dengan transformator penurun tegangan pada gardu induk
distribusi, kemudian dengan sistem tegangan tersebut penyaluran tenaga listrik
disalurkan oleh saluran distribusi primer. Dari saluran distribusi primer inilah
gardu-gardu distribusi mengambil tegangan untuk diturunkan tegangannya
dengan trafo distribusi menjadi sistem tegangan rendah, yaitu 220/380Volt .
Selanjutnya disalurkan oleh saluran distribusi sekunder ke konsumen-konsumen.
Dengan ini jelas bahwa sistem distribusi merupakan bagian yang penting dalam
system tenaga listrik secara keseluruhan.
Pada sistem penyaluran daya jarak jauh, selalu digunakan tegangan
setinggi mungkin, dengan menggunakan trafo-trafo step-up. Nilai tegangan yang
sangat tinggi ini (HV,UHV,EHV) menimbulkan beberapa konsekuensi antara
lain: berbahaya bagi lingkungan dan mahalnya harga perlengkapan-

3
perlengkapannya, selain menjadi tidak cocok dengan nilai tegangan yang
dibutuhkan pada sisi beban. Maka, pada daerah-daerah pusat beban tegangan
saluran yang tinggi ini diturunkan kembali dengan menggunakan trafo-trafo step-
down. Akibatnya, bila ditinjau nilai tegangannya, maka mulai dari titik sumber
hingga di titik beban, terdapat bagian-bagian saluran yang memiliki nilai tegangan
berbeda-beda.

Gambar 2. Sistem Penyaluran Tenaga Listrik

2.2.1 Pengelompokan Jaringan Distribusi Tenaga Listrik


Untuk kemudahan dan penyederhanaan, lalu diadakan
pembagian serta pembatasan-pembatasan seperti pada Gambar 3:
Daerah I : Bagian pembangkitan (generation).
Daerah II: Bagian penyaluran (transmission), bertegangan tinggi.

4
Daerah III : Bagian Distribusi Primer, bertegangan menengah
(6KV atau 20 KV).
Daerah IV : (Di dalam bangunan pada beban / konsumen),
instalasi bertegangan rendah.
Berdasarkan pembatasan-pembatasan tersebut, maka diketahui
bahwa porsi materi sistem distribusi adalah daerah III dan IV, yang pada
dasarnya dapat diklasifikasikan menurut beberapa cara, tergantung dari segi
apa dklasifikasi itu dibuat. Dengan demikian ruang lingkup jaringan
distribusi adalah:
a) SUTM (Saluran Udara Tegangan Menengah)
SUTM terdiri dari tiang dan peralatan kelengkapannya, konduktor
dan peralatan per-lengkapannya, serta peralatan pengaman dan pemutus.
b) SKTM (Saluran Kabel Tegangan Menengah)
SKTM terdiri dari kabel tanah, indoor dan outdoor termination, batu
bata, pasir dan lain-lain.
c) Gardu Trafo
Gardu trafo terdiri dari transformator, tiang, pondasi tiang, rangka
tempat trafo, LV (Low Voltage) panel, pipa-pipa pelindung, Arrester,
kabel-kabel, transformator distribusi, peralatan grounding, dan lain-lain.
d) SUTR dan SKTR, terdiri dari :
Sama dengan perlengkapan / material pada SUTM dan SKTM, yang
membedakan hanya dimensinya.

5
Gambar 3. Pembagian/Pengelompokan Tegangan Sistem Tenaga Listrik

Klasifikasi Saluran Distribusi Tenaga Listrik


Secara umum, saluran tenaga Listrik atau saluran distribusi dapat
diklasifikasikan sebagai berikut:

6
a) Menurut Nilai Tegangannya
1. Saluran Distribusi Primer
Terletak pada sisi primer trafo distribusi, yaitu antara titik
sekunder trafo substation (GI) dengan titik primer trafo distribusi.
Saluran ini bertegangan menengah 20kV. Jaringan listrik 70 kV atau
150 kV, jika langsung melayani pelanggan, bisa disebut jaringan
distribusi.
2. Saluran Distribusi Sekunder
Terletak pada sisi sekunder trafo distribusi, yaitu antara
titik sekunder dengan titik cabang menuju beban. (Lihat Gambar 3)

b) Menurut Bentuk Tegangannya


1. Saluran Distribusi DC (Direct Current) menggunakan sistem
tegangan searah.
2. Saluran Distribusi AC (Alternating Current) menggunakan sistem
tegangan bolak-balik.

c) Menurut Jenis atau Tipe Konduktornya


1. Saluran udara, dipasang pada udara terbuka dengan bantuan support
(tiang) dan perlengkapannya, dibedakan atas :
a) Saluran kawat udara, bila konduktornya telanjang, tanpa isolasi
pembungkus.
b) Saluran kabel udara, bila konduktornya terbungkus isolasi.
2. Saluran bawah tanah, dipasang di dalam tanah, dengan
menggunakan kabel tanah (ground cable).
3. Saluran bawah laut, dipasang di dasar laut dengan menggunakan
kabel laut (submarine cable).

7
d) Menurut Susunan (Konfigurasi) Salurannya
1. Saluran konfigurasi horisontal, apabila saluran fasa terhadap fasa
yang lain/terhadap netral, atau saluran positip terhadap negatip (pada
sistem DC) membentuk garis horisontal.
2. Saluran konfigurasi vertikal, apabila saluran-saluran tersebut
membentuk garis vertikal.
3. Saluran konfigurasi delta, apabila kedudukan saluran satu sama lain
membentuk suatu segitiga (delta).

e) Menurut Susunan Rangkaiannya

1. Jaringan Sistem Distribusi Primer


Sistem distribusi primer digunakan untuk menyalurkan
tenaga listrik dari gardu induk distribusi ke pusat-pusat beban.
Sistem ini dapat menggunakan saluran udara, kabel udara, maupun
kabel tanah sesuai dengan tingkat kehandalan yang diinginkan dan
kondisi serta situasi lingkungan. Saluran distribusi ini direntangkan
sepanjang daerah yang akan di supply tenaga listrik sampai ke pusat
beban. Terdapat bermacam-macam bentuk rangkaian jaringan
distribusi primer, yaitu :

a. Jaringan Distribusi Radial


Sistem radial adalah sistem yang paling sederhana dan
yang paling banyak digunakan. Terdiri dari sebuah saluran
utarna yang keluar dan GI. yang kernudian bercabang menjadi
saluran lateral. dan kernudian bercabang lagi menjadi saluran
sub lateral. Sistem radial adalah sistern yang terrnurah tetapi
memiliki tingkat keamanan yang terendah karena apabila terjadi
gangguan pada suatu titik, akan rnengakibatkan pernadaman
listnik pada luas wilayah yang besar.

8
Bila antara titik sumber dan titik bebannya hanya
terdapat satu saluran (line), tidak ada alternatif saluran lainnya.
Bentuk jaringan ini merupakan bentuk dasar, paling sederhana
dan paling banyak digunakan. Dinamakan radial karena saluran
ini ditarik secara radial dari suatu titik yang merupakan sumber
dari jaringan itu, dan dicabang-cabang ke titik-titik beban yang
dilayani.
Catu daya berasal dari satu titik sumber dan karena
adanya pencabangan-pencabangan tersebut, maka arus beban
yang mengalir sepanjang saluran menjadi tidak sama besar.
Oleh karena kerapatan arus (beban) pada setiap titik
sepanjang saluran tidak sama besar, maka luas penampang
konduktor pada jaringan bentuk radial ini ukurannya tidak harus
sama. Maksudnya, saluran utama (dekat sumber) yang
menanggung arus beban besar, ukuran penampangnya relatif
besar, dan saluran cabang-cabangnya makin ke ujung dengan
arus beban yang lebih kecil, ukurannya lebih kecil pula.
Spesifikasi dari jaringan bentuk radial ini adalah sebagai berikut:

9
Gambar 4. Sistem Radial.

Keuntungan distribusi sistem radial :


a. Bentuknya sederhana.
b. Biaya investasinya relatif murah.

Kerugian distribusi sistem radial:


a. Kualitas pelayanan dayanya relatip jelek, karena rugi
tegangan dan rugi daya yang terjadi pada saluran relatif
besar.
b. Kontinuitas pelayanan daya tidak terjamin, sebab antara titik
sumber dan titik beban hanya ada satu alternatif saluran
sehingga bila saluran tersebut mengalami gangguan, maka
seluruh rangkaian sesudah titik gangguan akan mengalami
"black out" secara total.

10
Untuk melokalisir gangguan, pada bentuk radial ini
biasanya diperlengkapi dengan peralatan pengaman berupa fuse,
sectionaliser, recloser, atau alat pemutus beban lainnya, tetapi
fungsinya hanya membatasi daerah yang mengalami pemadaman
total, yaitu daerah saluran sesudah / dibelakang titik gangguan,
selama gangguan belum teratasi. Jadi, misalkan gangguan terjadi
di titik F, maka daerah beban K, L dan M akan mengalami
pemadaman total (Gambar 2-10). Jaringan distribusi radial ini
memiliki beberapa bentuk modifikasi, antara lain:
1.Radial tipe pohon.
2.Radial dengan tie dan switch pemisah.
3.Radial dengan pusat beban.
4.Radial dengan pembagian phase area

1. Jaringan Radial Tipe Pohon


Bentuk ini merupakan bentuk yang paling dasar. Satu
saluran utama dibentang menurut kebutuhannya, selanjutnya
dicabangkan dengan saluran cabang (lateral penyulang) dan
lateral penyulang ini dicabang-cabang lagi dengan sublateral
penyulang (anak cabang). Sesuai dengan kerapatan arus yang
ditanggung masing-masing saluran, ukuran penyulang utama
adalah yang terbesar, ukuran lateral adalah lebih kecil dari
penyulang utama, dan ukuran sub lateral adalah yang
terkecil.

11
Gambar 5. Jaringan Radial Tipe Pohon.

2. Jaringan Radial dengan Tie dan Switch Pemisah


Bentuk ini merupakan modifikasi bentuk dasar
dengan menambahkan tie dan switch pemisah, yang
diperlukan untuk mempercepat pemulihan pelayanan bagi
konsumen, dengan cara menghubungkan areaarea yang tidak
terganggu pada penyulang yang bersangkutan, dengan
penyulang di sekitarnya. Dengan demikian bagian penyulang
yang terganggu dilokalisir, dan bagian penyulang lainnya
yang "sehat" segera dapat dioperasikan kembali, dengan cara
melepas switch yang terhubung ke titik gangguan, dan

12
menghubungkan bagian penyulang yang sehat ke penyulang
di sekitarnya.

3. Jaringan Radial Tipe Pusat Beban


Bentuk ini mencatu daya dengan menggunakan
penyulang utama (main feeder) yang disebut "express feeder"
langsung ke pusat beban, dan dari titik pusat beban ini
disebar dengan menggunakan "back feeder" secara radial.

4. Jaringan Radial dengan Phase Area


Pada bentuk ini masing-masing fasa dari jaringan
bertugas melayani daerah beban yang berlainan. Bentuk ini
akan dapat menimbulkan akibat kondisi sistem 3 fasa yang
tidak seimbang (simetris), bila digunakan pada daerah beban
yang baru dan belum mantap pembagian bebannya.
Karenanya hanya cocok untuk daerah beban yang stabil dan
penambahan maupun pembagian bebannya dapat diatur
merata dan simetris pada setiap fasanya

b. Jaringan Distribusi Ring (Loop)


Sistern loop merniliki tingkat kearnanan yang Iebih balk
dan sistem radial. Sistem loop didesain dengan cara menyambung
kedua ujung saluran pada GI. Hal mi rnengakibatkan pelanggan
dapat mernperoleh pasokan energi dan dua arab. Bilarnana
pasokan dan salah satu arah terganggu, pelanggan akan
tersambung dengan pasokan dan arah Iainnya. Kapasitas cadangan
yang cukup besar hams tersedia pada hap penyulang. Kondukior
pada tiap penyulang juga hams didesain agar dapat menampung
total beban kedua saluran. Biasanya konduktor merniliki besar

13
yang sarna sepanjang saluran. Sistem loop dapat dioperasikan
secara terbuka maupun secara tertutup.

Gambar 6. sistem loop

Bila pada titik beban terdapat dua alternatip saluran berasal


lebih dari satu sumber. Jaringan ini merupakan bentuk tertutup,
disebut juga bentuk jaringan "loop". Susunan rangkaian penyulang
membentuk ring, yang memungkinkan titik beban dilayani dari dua
arah penyulang, sehingga kontinyuitas pelayanan lebih terjamin, serta
kualitas dayanya menjadi lebih baik, karena rugi tegangan dan rugi
daya pada saluran menjadi lebih kecil. Bentuk loop ini ada 2 macam,
yaitu:

a) Bentuk Loop Open


Bila diperlengkapi dengan normally-open switch, dalam
keadaan normal rangkaian selalu terbuka
b) Bentuk Close Loop

14
Bila diperlengkapi dengan normally-close switch, yang
dalam keadaan normal rangkaian selalu tertutup. Pada tipe ini,
kualitas dan kontinyuitas pelayanan daya memang lebih baik,
tetapi biaya investasinya lebih mahal, karena memerlukan pemutus
beban yang lebih banyak. Bila digunakan dengan pemutus beban
yang otomatis (dilengkapi dengan recloser atau AVS),maka
pengamanan dapat berlangsung cepat dan praktis, dengan cepat
pula daerah gangguan segera beroperasi kembali bila gangguan
telah teratasi. Dengan cara ini berarti dapat mengurangi tenaga
operator. Bentuk ini cocok untuk digunakan pada daerah beban
yang padat dan memerlukan keandalan tinggi.

c. Jaringan Distribusi Jaring-Jaring Net

Adalah system jaringan distribusi dengan keandalan


tertinggi (tanpa padam). Merupakan gabungan dari beberapa
saluran mesh, dimana terdapat lebih satu sumber sehingga
berbentuk saluran interkoneksi. Jaringan ini berbentuk jaring-
jaring, kombinasi antara radial dan loop.

15
Gambar 7. Jaringan Distribusi NET dilengkapi breaker pada
bagian tengah masing-masing penyulang

Titik beban memiliki lebih banyak alternatip


saluran/penyulang, sehingga bila salah satu penyulang terganggu,
dengan segera dapat digantikan oleh penyulang yang lain. Dengan
demikian kontinyuitas penyaluran daya sangat terjamin.
Spesifikasi Jaringan NET ini adalah:

Keuntungan :
1. Kontinyuitas penyaluran daya paling terjamin.
2. Kualitas tegangannya baik, rugi daya pada saluran amat kecil.
3. Dibanding dengan bentuk lain, paling flexible (luwes) dalam
mengikuti pertumbuhan dan perkembangan beban.

16
Kekurangan :
1. Sebelum pelaksanaannya, memerlukan koordinasi perencanaan
yang teliti dan rumit.
2. Memerlukan biaya investasi yang besar (mahal)
3. Memerlukan tenaga-tenaga terampil dalam pengoperasian nya.

Dengan spesifikasi tersebut, bentuk ini hanya layak (feasible)


untuk melayani daerah beban yang benar-benar memerlukan tingkat
keandalan dan kontinyuitas yang tinggi, antara lain: instalasi militer,
pusat sarana komunikasi dan perhubungan, rumah sakit, dan
sebagainya. Karena bentuk ini merupakan jaringan yang
menghubungkan beberapa sumber, maka bentuk jaringan NET atau
jaring-jaring disebut juga jaringan "interkoneksi".

d. Jaringan Distribusi Spindle

Sistern spindel rnenggunakan dua komponen utama yaitu


gardu induk dan gardu hubung. Gardu hubung digunakan untuk
menghubungkan dua atau Iebih jaringan primer. Pada gardu hubung
dapat dipasang sebuah trafo pengatur tegangan untuk menaikan
kenibali tegangan yang telah mengalarni voltage drop akibat dan panj
angnya kabel-kabel tegangan menengah.

17
Gambar 8. Sistem Spindel

Selain bentuk-bentuk dasar dari jaringan distribusi yang telah


ada, maka dikembangkan pula bentuk-bentuk modifikasi, yang
bertujuan meningkatkan keandalan dan kualitas sistem. Salah satu
bentuk modifikasi yang populer adalah bentuk spindle, yang biasanya
terdiri atas maksimum 6 penyulang dalam keadaan dibebani, dan satu
penyulang dalam keadaan kerja tanpa beban. Perhatikan gambar 2-22.
Saluran 6 penyulang yang beroperasi dalam keadaan berbeban
dinamakan "working feeder" atau saluran kerja, dan satu saluran yang
dioperasikan tanpa beban dinamakan "express feeder".

Fungsi "express feeder" dalam hal ini selain sebagai cadangan


pada saat terjadi gangguan pada salah satu "working feeder", juga
berfungsi untuk memperkecil terjadinya drop tegangan pada sistem
distribusi bersangkutan pada keadaan operasi normal. Dalam keadaan
normal memang "express feeder" ini sengaja dioperasikan tanpa
beban. Perlu diingat di sini, bahwa bentuk-bentuk jaringan beserta
modifikasinya seperti yang telah diuraikan di muka, terutama
dikembangkan pada sistem jaringan arus bolak-balik (AC).

18
2. Jaringan Sistem Distribusi Sekunder
Sistem distribusi sekunder digunakan untuk menyalurkan
tenaga listrik dari gardu distribusi ke beban-beban yang ada di
konsumen. Pada sistem distribusi sekunder bentuk saluran yang paling
banyak digunakan ialah sistem radial. Sistem ini dapat menggunakan
kabel yang berisolasi maupun konduktor tanpa isolasi. Sistem ini
biasanya disebut system tegangan rendah yang langsung akan
dihubungkan kepada konsumen/pemakai tenaga listrik dengan melalui
peralatan-peralatan sbb:
1) Papan pembagi pada trafo distribusi,
2) Hantaran tegangan rendah (saluran distribusi sekunder).
3) Saluran Layanan Pelanggan (SLP) (ke konsumen/pemakai)
4) Alat Pembatas dan pengukur daya (kWH. meter) serta fuse atau
pengaman pada pelanggan.
Komponen saluran distribusi sekunder seperti ditunjukkan
pada gambar berikut ini.

Gambar 9. Komponen sistem distribusi

2.3 Gardu Distribusi

Gardu listrik pada dasarnya adalah rangkaian dari suatu perlengkapan


hubung bagi, yaitu, PHB tegangan menengah dan PHB tegangan rendah. Yang
berfungsi sebagai Tempat pengumpul, pembagi dan penyalur energi listrik dan

19
tempat untuk pengubah tegangan sebelum disalurkan ke konsumen. Masing-
masing dilengkapi gawai-gawai kendali dengan komponen proteksinya.

Jenis-jenis Gardu Distribusi Berdasarkan fungsinya :

a. Gardu induk sisi 20 kv


Berisi peralatan hubung bagi berbentuk tertutup yang disebut
kubikel. Berfungsi untuk memindahkan energi listrik dari trafo tenaga
150 / 20 kv atau 70 / 20 kv ke penyulang-saluran distribusi 20 KV.
Kubikel berisi Pemutus Tenaga ( PMT ) penyulang 20 KV, Pemutus
Beban PMB = LBS ) untuk listrik pemakaian sendiri , Instrumen
pengukuran dan proteksi

b. Gardu hubung
Berisi kubikel jenis PMT atau LBS digunakan sebagai pembagi
energi listrik atau sebagai perlengkapan manuver untuk jaringan .
Dioperasikan secara lokal maupun jarak jauh

c. Gardu distribusi
Berisi saklar / kubikel, peralatan proteksi , trafo step down 20 kv
/ 220 - 380 v dan PHB-TR

Bentuk Gardu Distribusi berdasarkan jenis peralatan listrik yang terpasang


:

1. Gardu Pasang Dalam


a. Gardu Distribusi mobil tipe trailer (Gardu Mobil).
b. Gardu Distribusi konstruksi beton (Gardu Beton)
c. Gardu Distribusi konstruksi metal clad (Gardu besi)
d. Gardu Distribusi mobil tipe kios

20
a. Gardu Mobil

Gardu mobil merupakan gardu distribusi yang bangunan


pelindungnya berupa sebuah mobil (diletakkan diatas mobil),
sehingga bisa dipindah-pindah sesuai dengan tempat yang
membutuhkan. Oleh karenanya gardu mobil ini pada umumnya
untuk pemakaian sementara(darurat), yaitu untuk mengatasi
kebutuhan daya yang sifatnya temporer. Secara umum ada dua jenis
gardu mobil, yaitu pertama gardu mobil jenis pasangan dalam
(mobil boks) dimana semua peralatan gardu berada di dalam
bangunan besi yang mirip dengan gardu besi. Kedua, gardu mobil
jenis pasangan luar, yaitu gardu yang berada diatas mobil trailer,
sehingga bentuk pisiknya lebih panjang dan semua peralatan
penghubung/pemutus, pemisah dan trafo distribusi tampak dari luar.
Gambar 2-44 memperlihatkan sebuah gardu distribusi berupa gardu
mobil pasangan luar berada diatas trailer. Gardu distribusi jenis
trailer ini umumnya berkapasitas lebih besar daripada yang jenis
mobil. Hal ini bisa dilihat dari konstruksi peralatan penghubung
yang digunakan. Pada setiap gardu distribusi umumnya terdiri dari
empat ruang (bagian) yaitu, bagian penyambungan/pemutusan sisi
tegangan tinggi, bagian pengukuran sisi tegangan tinggi, bagian trafo
distribusi dan bagian panel sisi tegangan rendah.

Gambar 10. Gardu Mobil

21
Keterangan gambar:
1. Saklar Pemisah 6. Pengubah tap 11.Saklar pemisah
2. Penyalur Petir 7. Pemutus 12.Poros Berganda
3. Pemutus 8. Kotak Kontrol 13.Gudang Peralatan
4. Isolator 9. Trafo bantu
5. Transformator 10.Baterai Nikad

Pada gardu beton dan gardu metal bagian-bagian tersebut


tersekat satu dengan lainnya, sedang pada gardu tiang panel
distribusi tegangan rendah diletakkan pada bagian bawah tiang. Pada
gardu distribusi, system pengaman yang digunakan umumnya
berupa arrester untuk mengantipasi tegangan lebih (over voltage),
kawat tanah (ground wire) untuk melindungi saluran fasa dari
sambaran petir dan sistem pentanahan untuk menetralisir muatan
lebih, serta sekring pada sisi tegangan tinggi (fuse cut out) untuk
memutus rangkaian jika terjadi arus lebih (beban lebih).

b. Gardu Beton

Gardu beton merupakan gardu distribusi yang bangunan


pelindungnya terbuat dari beton (campuran pasir, batu dan semen).
Gardu beton termasuk `gardu jenis pasangan dalam, karena pada
umumnya semua peralatan penghubung/ pemutus, pemisah dan trafo
distribusi terletak di dalam bangunan beton. Dalam
pembangunannya semua peralatan tersebut di disain dan diinstalasi
di lokasi sesuai dengan ukuran bangunan gardu. Gambar 11
memperlihatkan sebuah gardu distribusi konstruksi beton.

22
Gambar 11. Bagan satu garis Gardu Beton
Keterangan :
1. Kabel masuk-pemisah atau sakelar beban (load break)
2. Kabel keluar-sakelar beban (load break)
3. Pengaman transformator sakelar-beban+pengaman lebur
4. Sakelar beban sisi TR
5. Rak TR dengan 4 siskit beban
6. Pengaman lebur TM (HRC-Fuse)
7. Pengaman lebur TR (NH-Fuse)
8. Transformator

Ketentuan teknis komponen gardu beton, komponen


tegangan menengah (contoh rujukan PHB tegangan menengah),
yaitu; a) Tegangan perencanaan 25 kV; b) Power frekuensi
withstand voltage 50 kV untuk 1 menit; c) Impulse withstand
voltage 125 kV; d) Arus nominal 400A; e) Arus nominal
transformator 50A; f) Arus hubung singkat dalam 1 detik 12,5 kA;
g) Short circuit making current 31,5 kA. Komponen tegangan rendah
(contoh rujukan PHB tegangan rendah), yaitu :
a) Tegangan perencanaan 414 Volt(fasa-fasa)
b) Power frekuensi withstand 3 kV untuk 1 menit test fasa-fasa
c) Impulse withstand voltage 20 kV

23
d) Arus perencanaan rel/busbar 800 A, 1.200 A, 1.800 A
e) Arus perencanaan sirkit keluar 400A
f) Test ketahanan tegangan rendah.

c. Gardu Metal Clad ( Gardu Besi)

Gardu ini merupakan gardu distribusi yang bangunan


pelindungnya terbuat dari besi. Gardu besi termasuk gardu jenis
pasangan dalam, karena pada umumnya semua peralatan
penghubung/pemutus, pemisah dan trafo distribusi terletak di dalam
bangunan besi. Semua peralatan tersebut sudah di instalasi di dalam
bangunan besi, sehingga dalam pembangunan nya pelaksana
pekerjaan tinggal menyiapkan pondasinya saja. Gambar 2-36
memperlihatkan sebuah gardu distribusi berupa gardu besi berbentuk
kios.

2. Gardu Pasang Luar


b. Gardu Distribusi tipe tiang portal
c. Distribusi tipe tiang cantol (Gardu Tiang)

a. Gardu Tiang Tipe Portal

Gardu Tiang, yaitu gardu distribusi yang bangunan


pelindungnya/ penyangganya terbuat dari tiang. Dalam hal ini trafo
distribusi terletak di bagian atas tiang. Karena trafo distribusi
terletak pada bagian atas tiang, maka gardu tiang hanya dapat
melayani daya listrik terbatas, mengingat berat trafo yang relatif
tinggi, sehingga tidak mungkin menempatkan trafo berkapasitas
besar di bagian atas tiang (± 5 meter di atas tanah). Untuk gardu

24
tiang dengan trafo satu fasa kapasitas yang ada maksimum 50 KVA,
sedang gardu tiang dengan trafo tiga fasa kapasitas maksimum 160
KVA (200 kVA). Trafo tiga fasa untuk gradu tiang ada dua macam,
yaitu trafo 1x3 fasa dan trafo 3x1fasa. Gambar 3-39 memperlihatkan
sebuah gardu distribusi tiang tipe portal lengkap dengan
perlengkapan proteksinya dan panel distribusi tegangan rendah yang
terletak di bagian bawah tiang (tengah).

Gardu portal adalah gardu listrik tipe terbuka (outdoor) yang


memakai konstruksi tiang/menara kedudukan transformator minimal
3 meter diatas platform. Umumnya memakai tiang beton ukuran
2x500 daN.

Gambar 12. Gardu Tiang Tipe Portal


Perlengkapan peralatan terdiri atas :
1. Fuse cut out
2. Arrester lighting
3. Transformer type 250, 315, 400 WA
4. Satu lemari PHB tegangan rendah maksimal 4 jurusan
5. Isolator tumpu atau gantung
6. Sistem Pentanahan

25
Gambar 13. Single Line Gardu Tiang Tipe Portal

Keterangan Gambar :
1. Arrester
2. Proteksi Cut Out Fused
3. Trafo Distribusi
4. Sakelar Beban Tegangan Rendah
5. PHB tegangan rendah
6. NH Fuse jurusan

Lemari PHB TR dipasang minimal 1,2 meter diatas


permukaan tanah atau 1,5 meter pada daerah yang sering terkena
banjir. Pada beberapa tempat gardu portal juga dipasang trafo arus
untuk pengukuran alat ukur pelanggan-pelanggan tegangan rendah.

b. Gardu Tiang Tipe Cantol


Gardu cantol adalah type.gardu listrik dengan transformator
yang dicantolkan pada tiang listrik besamya kekuatan tiang minimal
500 daN. Instalasi gardu tiang tipe cantol berupa :
1. 1 Cut out fused
2. 1 lighting arrester.

26
3. 1 panel PHB tegangan rendah dengan 2 jurusan atau
transformator completely self protected (CSP - Transformator)
Lihat contoh gambar konstruksi gardu cantol PT. PLN (Persero)

Sambungan Gardu Tiang Tipe Cantol terdiri dari :

1. Gardu cantol 1 fasa dengan transformator CSP (completely self


protected) untuk pelayanan satu fasa.
2. Untuk pelayanan sistem 3 fasa memakai 3 buah trafo 1 fasa
dengan titik netral di gabungkan dari tiap-tiap transformator
menjadi satu.
3. Instalasi dalam PHB terbagi atas 6 bagian utama.
a. Instalasi switch gear tegangan menengah
b. Instalasi switch gear tegangan rendah
c. Instalasi transformator
d. Instalasi kabel tenaga dan kabel control
e. Instalasi pembumian
f. Bangunan fisik gardu.

Gambar. 14 Single Line Gardu Tiang Tipe Cantol

Keterangan :
1. Transformator

27
2. Sirkit Akhir 2 fasa
3. Arrester
4. Cut Out fused, sakelar beban TR sudah terpasang di dalam
transformator
Catatan :
El 1 – N = 220 Volt
El2 – N = 220 Volt
El1 –N = 440 Volt

Gambar. 14 Gardu Tiang tiga fasa tipe cantol

Jenis Konstruksi GTT

Gardu Trafo Tiang merupakan tipe yang lebih cocok untuk


perkotaan yang padat maupun pedesaan karena tidak memerlukan lahan,
dapat dipasang pada pusat beban, dan dengan daya bervariasi dapat
mengurangi panjang jaringan tegangan rendah

28
1. Konstruksi GTT Tipe Cantol

Pada konstruksi ini dapat dipasang trafo fasa tunggal dan fasa
tiga, yang dengan sendirinya ada perbedaan kebutuhan
material/peralatannya.

Gambar. 15 Konstruksi GTT Tipe Cantol

2. Konstruksi GTT Tipe Dua Tiang

Untuk trafo dengan kapasitas > 50 kVA karena beratnya, tidak


mampu dipikul oleh satu tiang, maka dipasang pada dua tiang. Trafo itu
biasanya jenis konvensional.

Gambar 16. Konstruksi GTT Tipe Dua Tiang

Komponen Gardu Trafo Tiang

Secara umum komponen utama GTT adalah sebagai berikut :


1. Transformator
2. Tiang
3. Fuse Cut Out (FCO)
4. Arrester
5. LV Panel
6. Pentanahan

29
1. Transformator

Trafo untuk gardu trafo tiang adalah jenis trafo distribusi yang
berfungsi untuk mengubah tegangan menengah 20 kV dan SUTM
menjadi tegangan rendah 400 / 231 Volt dengan tegangan operasi 380 /
220 Volt. Daya 3 fasa dari saluran distribusi dapat di transformasikan
menggunakan tiga buah trafo 1 fasa atau dengan hanya menggunakan
sebuah trafo 3 fasa. Kumpulan trafo 1 fasa yang digunakan untuk
mentransformasikan daya 3 fasa disebut trafo bank 3 fasa.

a. Spesifikasi umum
Spesifikasi umum ini ditetapkan bagi transformator
distribusi, baik yang diimpor maupun produksi dalam negeri.
Spesifikasi ini meliputi juga ketentuan-ketentuan yang lebih spesifik
sesua dengan pengalaman dan kebutuhan di Indonesia. Dalam
menetapkan spesifikasi umum bagi pemesanan sebuah transformator
harus berdasarkan standar dalamSPLN8 A:1978 ( Publikasi IEC 76-
l).
Berikut ini adalah hal-hal yang terpenting yang perlu
diperhatikan dalam pemilihan transformator distribusi yang
mempunyai tegangan tertinggi ( untuk peralatan ) 24 KV atau
kurang, baiik melalui impor maupun pembelian dalam negeri.

b. Nilai pengenal dan dan data umum


1. Spesifikasi normal
a. Spesifikasi berdasarkan standar IEC sebagaimana ditegaskan
dalam standar ini
b. Transformator belitan-terpisah atau ototransformator

30
c. Tranformator fase tiga,atau fase-tunggal \
d. Sistem fase tiga atau fase tunggal
e. Frekensi
f. Tranformator terendam minyak (minyak mineral)
g. Pasangan dalam atau luar
h. Daya pengenal (KVA)
i. Tegangan pengenal (belitan primer dan sekunder)
j. Penyadapan tanpa beban
k. Tingkat isolasi dasar
l. Lambang hubungan atau lambang vektor
m. Pemasangan,perakitan,pengangkutan dan penanganannya
n. Dan lain-lain yang dianggap perlu

2. Spesifikasi Khusus
Sebagai spesifikasi khusus mungkin perlu informasi
tambahan mengenai berbagai hal antara lain:
a. Untuk uji tegangan denyut (impuls),apakah diperlukan uji gelomban
terpancung
b. Karakteristik hubung singkat
Dalam pemesanan PLN dapat menetapkan lebih lanjut
spesifikasi khusus masing-masing bagi transformator produksi
dalam negeri dan yang diimpor sesuai dengan kebutuhan PLN.
Bilamana dianggap perlu dapat ditetapkan ketentuan-ketentuan
sebagai berikut:
a. Berat maksimum dan rinciannya (berat transformator s/d 400
kVA maksimum 3000 kg)
b. Dimensi maksimum;
c. Langkah-langkah guna mencegah korosi
d. Uraian konstruksi yang terperinci
e. Uraian mengenai alat-alat pelengkap;

31
f. Uraian yang lebih spesifik mengenai pengujian, termasuk
pengujian khusus yang dikehendaki pembeli dan disetujui
pabrikan;
g. Suku cadang dan perkakas;
h. Terminal tegangan (pada busing) dibuat dari kuningan
(brass), supaya tidak berkarat;
i. Cat yang tahan cuaca, tidak mudah hilang dan bermutu
tinggi.
3. Data-data teknis pada pelat nama
Pelat nama yang kuat dan tahan karat, bernomor seri dan
mudah dikenali. Tulisan pada pelat ini harus jelas dan tidak
mudah hilang/luntur, data yang tertulis pada pelat nama
sekurang-kurangnya adalah sebagai berikut:
a. Jenis transformator (transformator distribusi)
b. Nomor spesifikasi standar
c. Nomor kontrak
d. Nama pabrikan dan merk perniagaan
e. Nomor seri pembuatan
f. Tahun pembuatan
g. Jumlah fase
h. Daya pengenal (untuk transformator belitan banyak ganda,
daya pengenal tiap belitan harus diberikan. Kombinasi
pembebanan harus ditunjukkan pula, jika tidak daya
pengenal salah satu belitan merupakan jumlah daya pengenal
belitan lainnya)
i. Frekuensi pengenal
j. Tegangan pengenal
k. Arus pengenal
l. Lambang hubungan kelompok vektor

32
m. Tegangan impedans nilai terukur pada arus pengenal dan
pada suhu acuan
n. Nilai kenaikan suhu belitan dan minyak bagian atas
o. Berat keseluruhan
p. Berat minyak isolasi
q. Jenis minyak yang digunakan misal Shell Diala B
r. Diagram hubungan (dalam hal lambang hubungan tidak
dapat memberikan informasi lengkap mengenai hubungan di
dalam transformator). Bila hubungan dapat diubah dalam
transformator, maka hubungan yang telah dibuat harus
diperlihatkan.

4. Tegangan pengenal dan penyadapan

a. Tegangan primer

Tegangan primer ditetapkan sesuai dengan tegangan


nominal sistem pada jaringan tegangan menengah (JTM)
yang berlaku di Indonesia. yaitu 20 KV

Pada sistem distribusi fase tiga. 4-kawat.


transformator fase tunggal yang dipasang mempunyai
tegangan pengenal 20 kV/ 3 = 11.547 KV Karena SPLN
1:1995 menetapkan tegangan nominall sebesar 20 kV. maka
masih perlu dipesan transformator fase tungal dengan
tegangan pengenal 11.47 kV

b. Tegangan Sekunder

33
Tegangan sekunder ditetapkan disesuaikan dengan
tegangan nominal sistem pada jaringan tegangan rendah
(JTR) yang berlaku di Indonesia 23 I V (untuk sistem fase
tunggal) dan 400/2 3 I V (untuk sistem fase-tiga), yaitu 231
V dan 400/23I V (pada keadaan tanpa beban).

Dengan demikian ada dua macam transformator yang


dibedakan oleh tegangan sekundernya, yaitu:
1. Transformator bertegangan sekunder 231/462 V (fase-
tunggal):
2. Transformator bertegangan sekunder 400/23 I V (fase-
tiga).

c. Daya pengenal

Nilai-nilai daya pengenal tercantum dalam Tabel I


(Transformator Distribusi fase-tunggal) dan Tabel 2
(Transforrmator Distribusi fase- tiga).

Tabel 1. Spesifikasi Transformator Distribusi fase-tunggal.

34
35
36
d. Kelompok vektor
Kelompok veklor Ada empat macam transformator
yang dibedakan oleh kelompok vektor dan titik netralnya
yaitu :
1. Kelompok vektor Yzn5
Dipakai pada transformator berkapasitas sampai dengan
160 KVA
catatan : ini berarti titik netralnya dikeluarkan
2. Kelompok vektor Dyn5
Dipakai pada transformator berkapasitas 200 kVA
sampai dengan 2500 KVA.
3. YNyn0
Kelompok vektor ini digunakan pada transformator yang
akan dipasang pada sistem jaringan distribusi fase-tiga, 4
kawat.
4. YNd5
Kelompok vektor ini digunakan pada transformator
pembangkit (misal PLTD)

e. Tingkat Isolasi Dasar


Tingkat isolasi dasar (TID) bagi transformator
distribusi telah ditetapkan dalam SPLN 7:1978, yaitu 125 kV
(Tabel 2 Tegangan uji impuls)
f. Karakteristik Elektris
Spesifikasi teknis standar PLN untuk transformator
distribusi fase-tunggal dan fase-tiga harus sesuai dengan nilai
yang dinyatakan dalam Tabel 1 dan 2.

g. Konstruksi Dan Alat Pelengkap Transformator


Konstruksi transformator adalah sebagai berikut:

37
1. Sirkit magnetis dan laminasi baja silikon atau baja
amourphose (amourphose steel ) dengan rugi rugi yang
rendah. Harus dicegah adanya harmonik, khususnya yang
ke 3 dan 5. Arus magnetisasi harus sekecil mungkin. Inti
harus tahan terhadap tekanan mekanis..
2. Susunan lilitan dan saluran sirkulasi minyak harus dapat
meniberikan pendinginan yang efisien. Kiem-klem sirkit
magnetis dan pasak-pasak belitan harus tahan terhadap
tekanan hubung-singkat.
3. Busing transformator harus didesain untuk dapat
dipasang pada pasangan luar maupun pasangan dalam.
Busing dari pasangan luar dapat dilepas tanpa membuka
tangki. Busing terbuat dari bahan-bahan porselin atau
jenis plug in bushing. Untuk hal-hal khusus seperti
penyambungan transformator dengan kabel,
dimungkinkan adanya kotak sambungan kabel,
Jarak rambat busing tegangan menengah minimum 500
mm.
Untuk transformator yang akan digunakan pada sistem 3
fase 4 kawat, Ynyn0 bushing pada sisi netral boleh
mempunyai kelas isolasi tegangan yang lebih rendah dari
busing fase.
4. Tangki terbuat dari pelat dengan permukaan yang halus
yang dilas dan diperkuat dengan lipatan-lipatan atau
seksi-seksi. Konstruksi tangki adalah hermetically scaled
untuk transformator dengan daya pengenal sampai
dengan 800 kVA.
Untuk daya pengenal di atas 800 kVA dapat hermetically
scaled atau konvensional.

38
Bagian luar harus dicat dengan cat yang tahan cuaca,
dengan ketebalan minimum 70 mm, tidak mudah hilang
dan berkualitas baik.
5. Transformator yang dilengkapi dengan radiator yang
padu harus tetap memudahkan pengangkutan dalam
keadaan terkait lengkap dan dimensinya sesuai dengan
peraturan lalu lintas setempat. Bila diminta dapat
dilengkapi dengan katup pelepas radiator.
6. Tingkat bising transformator distribusi maksimum sesuai
dengan nilai yang tercantum dalam Tabel 3.
7. Penandaan terminal dan sadapan
Penandaan terminal dan sadapan transforniator distrihusi
harus mengikuti Publikasi IEC No. 616:1978 yaitu
Primer : IU; IV 1W (IN)* )
Sekunder: 2U; 2V; 2W; 2N

Tabel 3. Tingkat bising transformator

39
8. Untuk transformator yang menggunakan pengaman jenis
pemutus tenaga pada sisi tegangan rendah,karakteristik
pemutus tenaga terhadap beban lebih harus mengacu
kepada SPLN 95:1994
*) Penandaann netral IN pada terminal primer digunakan
untuk kelompok vektor transformator YNyn0 dan YNd5

h. Alat-alat pelengkap
Alat-alat pelengkap yang terpasang atau disertakan
pada tiap-tiap transformator sekurang-kurang nya terdiri dari
:
1. Pengaman tekanan lebih;
2. Terminal pentanahan minimum 2 buah dan dilengkapi
dengan simbol pentanahan;
3. Pelat pengenal;
4. Lubang pengisi minyak;
5. Lubang penguras minyak;

40
6. Kuping pengangkat;
7. Satu buah termometer jarum untuk mengukur temperatur
minyak.
8. Gelas penduga minyak

2. Tiang
Pada umumnnya tiang listrik yang sekarang digunakan pada
SUTM 20 kV terbuat dari beton bertulang dan tiang besi. Pemakaian
tiang kayu sudah jarang digunakan karena daya tahannya (umumnya)
relatif pendek dan memerlukan pemeliharaan khusus.
Dilihat dari fungsinya, tiang listrik dibedakan menjadi dua yaitu
tiang pemikul dan tiang tarik. Tiang pemikul berfungsi untuk memikul
konduktor dan isolator. Sedangkan tiang tarik fungsinya untuk menarik
konduktor.

a. Konstruksi Tiang Jaringan SUTM


Pada pemasangan SUTM terdapat beberapa pertimbangan
yang harus diperhatikan dengan baik. Pemasangan tiang pada
jaringan dengan ketentuan :
1. Panjang tiang pada SUTM : 11 meter
2. Jarak antar tiang SUTM : Maks. 50 meter
Pemsangan SUTM dengan medan pegunungan harus
mengambil jarus terpendek dengan mempertimbangkan beberapa hal
yang harus terpenuhi, yaitu :
1. Jarak antara SUTM dengan tanah harus sesuai dengan standart
pemasangan.
2. Jaringan yang terpasang tidak boleh terlalu randah, dan
membahayakan makhluk hidup yang melintas dibawahnya.

41
3. jaringan yang menyebrang jalan raya harus dilengkapi dengan
jaring pengaman untuk menghindari kalau nantinya terjadi kabel
yang putus pada jaringan yang menyebrang jalan tersebut.
4. minimala penanaman tiang untuk SUTM adalah 1/6 dari tinggi
tiang, selain itu harus dipertimbangkan juga faktor jenis tanah
yang digunakan sebagai tempat penanaman

42
Gambar 17. Konstruksi Tiang beton untuk SUTM

43
3. FCO (Fuse Cut Out)
Teiah ditetapkan tiga sistem jaringan distribusi 20 kV dan satu
sistem jaringan distribusi 6 kV, yang dibedakan berdasarkan pola
pelayanan dan pentanahannya, yang berlaku masing-masing di tiap
daerah.
Pada kesatuan-kesatuan PLN belum terdapat petunjuk pemilihan
dan penggunaan pelebur yang dapat diandalkan maupun yang sifatnya
seragam.
Di pasaran terdapat banyak standar, jenis, tipe dan karakteristik
pelebur, yang demi efisiensi dan keandalan pelayanan sistem PLN,
pemakaiannya perlu diteliti dan dipilih disesuaikan dengan sistem dan
kondisi yang ada di Indonesia, dan untuk membatasi macam dan
jenisnya.
Maka perlu untuk menetapkan standar, jenis, tipe dan
karakteristik pelebur untuk tiap pengamanan, berikut petunjuk pemilihan
dan penggunaannya. Dengan pertimbangan akan pemakaian yang telah
umum dan tidak menimbulkan masalah, maka perlu ditetapkan bahwa
bagi SUTM dan pengaman sisi primer trafo distribusi pasangan luar
dipergunakan pelebur jenis letupan (expulsion) bentuk terbuka (open)
dengan rujukan pelengkap dan standar ANSI/NEMA; sedangkan bagi
pengaman pasangan dalam dipergunakan pelebur jenis pembatasan arus
(current limiting) dengan rujukan pelengkap dan standar negra Eropa
(Perancis atau Jerman).
a. Faktor – faktor dalam pemilihan Cut out
Penggunaan cut out tergantung pada arus beban, tegangan,
tipe sistem, dan arus gangguan yang mungkin terjadi. Faktor dalam
pemlihan cut our, yaitu :
1. pemilihan rating arus kontinue.
Rating arus kontinue dari cut out besarnyaakan sama dengan atau
lebih besar dari arus beban kontinue maksimum yang

44
diiinginkan. Dalam penentuan arus beban dari saluran,
pertimbangan arus diberikan pada kondisi normal dan kondisi
overload . pada umumnya outgoing feeder 20 kv dari GI di Jatim
mampu menanggung arus beban maksimum 630 A maka arus
beban sebesar 100 A pada cabang adalah cukup. Di Jati rating
arus tertinggi cut our 100 A.
2. Pemilihan rating tegangan
Rating tegangan ditentukan dari karakteristik sebagai berikut :
a. tegangan sistem fasa
b. sistem pentanahan
c. rangkaian satu atau tiga fasa
sesuai dengan tegangan sistam di Jatim rating tegangan cut out
dipilih sebesar 20 KV dan masuk ke BIL 150 kV
3. Pemilihan rating pemutusan
Untuk trafo berisolasi minyak harus diproteksi dengan gawai
proteksi arus lebih secara tersendiri pada smabungan primer
dengan kemampuan atau setelan tidak lebih dari 250% dari arus
pengenal trafo. Pada trafo yang tidak berisolasikan minyak
(Trafo jenis kering) harus diproteksi dengan gawai proteksi arus
lebih dengan setelan 125% dari arus pengenal trafo.
KVATRAFO
I CO = x 2,5 (Untuk Trafo berisolasi minyak)
3 . 20kV

KVATRAFO
I CO = x 1,25 (Untuk Trafo kering)
3 . 20kV

45
Tabel 4. Rekomendasi arus pengaman pelebur 24 KV jenis letupan
(Pub IEC 282-2(1974)/NEMA)
Sebagai pengaman trafo distribusi di sisi primer

Catatan *) Bila pada sisi sekunder dipasang pelebur / pengaman yang


dikoordinasikan dengan kerja pelebur sisi primer, maka arus nominal
pelebur pada tabel di atas bergeser naik.
**)
Tipe H = Pelebur tahan surja kilat
Tipe T = Pelebur tipe lambat
Tipe K = Pelebur tipe cepat.

46
Gambar 18. Contoh pasangan pelebur jenis letupan
Keterangan :
1. Isolator porselen 6. Mata kait (dari brons)
2. Kontak (dari tembaga disepuh perak) 7. Tabung pelebur (dari resin)
3. Klas terminal (dari kuningan) 8. Penggantung (dari baja tahan karat)
4. Tutup yang dapat dilepas (kuningan) 9. Klem pemegang dari baja
5. Batang pemegang atas (dari baja) 10.Lengan pemutus hubungan (baja)

47
4. Lighting Arrester
Lightning arrester adalah suatu alat yang digunakan untuk
melindungi peralatan listrik terhadap sambaran petir. Dipasang pada
atau dekat peralatan yang dihubungkan dan fasa konduktor ke tanah.
Arrester membentuk jalan yang mudah dilalui oleh petir. sehingga tidak
timbul tegangan lebih yang tinggi pada peralatan. Jalan pintas tersebut
harus sedemikian rupa sehingga tidak mengganggu aliran daya sistem 50
herz. Pada kerja normal, lightning arrester berfungsi sebagai isolator dan
bila terkena sambaran petir akan berlaku sebagai konduktor yang
rnelewatkan petir ke bumi. Setelah petir hilang, lightning arrester harus
cepat kembali menjadi isolator, sehingga pemutus tenaga (PMT) tidak
sempat membuka. Pada kondisi normal (tidak terkena petir), arus bocor
lightning arrester tidak boleh melebihi 2 mA. Apabila melebihi angka
tersebut, berarti kemungkinan besar lightning arrester rnengalami
kerusakan.
Pada saluran distribusi, arrester yang biasanya digunakan adalah
arrester jenis katup (valve type). Arrester jenis katup terdiri dari sela
percik terbagi atau sela seri yang terhubung dengan elemen tahanan
yang mernpunyai karakteristik tidak linear. Tegangan frekwensi dasar
tidak dapat menimbulkan tembus pada sela seri. Apabila sela seri
tembus pada saat tibanya suatu surja yang cukup tinggi, alat tersebut
menjadi penghantar. Sela seri tidak bisa memutuskan arus susulan.
Dalam hal ini arrester dibantu oleh tahanan non linier yang mempunyai
karakteristik tahanan kecil untuk arus besar dan tahanan besar untuk arus
susulan dan frekwensi dasar.

48
Gambar 19. ghting Arrester Jenis Katub
Sumber : Hutauruk, TS, Gelombang Berjalan Dan Proteksi Surja.
Jakarta : Erlangga, 1989, p.103

Lightning arrester jenis katup terdiri dan sela percik terbagi atau
sela sen yang terhubung dengan elemen tahanan tidak linear. Tahanan
tersehut mempunyal sifat khusus yaltu tahanannya turun banyak sekali
bila arusnya naik dan berlangsung dalam waktu yang sangat cepat.
Tegangan frekwensi dasar tidak dapat menimbulkan tembus pada
sela sen. Apabila sela sen tembus pada saat tihanya petir yang cukup
tinggi, alat tersebut menjadi penghantar.
Sela sen itu tidak bisa memutuskan arus susulan. Dalam hal mi
dia dibantu oleh tahanan tak linear yang mempunyai karakteristik
tahanan kecil untuk anis besar dan tahanan besar untuk arus susulan dan
frekwensi dasar.

a. Prinsip kerja Arrester jenis Katup


Sela seri yang berfungsi sebagai switch apabila terjadi
tegangan tinggi yang menyebabkan sparkover maka tahanan elemen
sela percik turun dengan cepat dan sela seri menutup. Dan apabila

49
tegangan lebih itu telah habis, tinggal tegangan nominalnya saja.
maka sela seri akan membuka kembali tahanannya naik kembali
sehingga arus susulan dibatasi. Untuk memadamkan busur api yang
timbul. tahanan sela percik yang tidak linier tersebut berfungsi
mematikannya. Jika tahanan dengan harga konstan (kurva A)
mengakibatkan tegangan jatuh menjadi besar sekali, akibatnya
pengamanan tegangan tidak terpenuhi. Mengatasi hal tersebut
digunakan tahanan karakteristik lengkung B dimana tahanan akan
turun drastis bila tegangan naik. Proses penurunan tersebut
berlangsung sangat cepat selama mencapai puncaknya. Tegangan
lebih dalam hal ini manyebabkan penurunan drastis di tahanan
sehingga tegangan jatuh dibatasi meskipun arusnya besar.

Gambar 20. grafik...................

b. Gangguan Sambaran Petir


Gangguan sambaran petir dibagi atas dua, yaitu sambaran
langsung dan sambaran tidak langsung. Sambaran langsung adalah

50
sambaran petir dan awan yang langsung menyambar jaringan
sehingga menyebabkan naiknya tegangan dengan cepat. Daerah yang
terkena sambaran dapat terjadi pada tower, kawat petir dan kawat
penghantar. Besarnya arus atau tegangan akibat sambaran ini
tergantung pada besar arus kilat, waktu muka dan jenis hang saluran.
Sambaran tidak langsung atau sambaran induksi terjadi akibat
sambaran petir ke bumi atau sambar petir dan awan ke awan di dekat
saluran sehingga menyebabkan tirnbulnya muatan induksi
padajaringan.
Pada SUTM. gangguan kilat akibat sambaran tidak langsung
atau sambaran induksi tidak botch diabaikan. Justru gangguan kilat
akibat sambaran induksi ini lebih banyak terjadi dibandingkan
dengan gangguan akibat sambaran langsung dikarenakan luasnya
daerah sambaran induksi.

Gambar 21. bentuk gelombang petir


Spesifikasi dan suatu gelombang petir:
a. Puncak (crest) gelombang, E (kV), yaitu amplitudo maksimum
dan gelombang.
b. Muka gelombang, t1 (rnikrodetik) yaitu waktu dan pernulaan
sampai puncak.di ambil dan 10 % E sampai 90 % E

51
c. Ekor gelombang (residual voltage), yaitu bagian di belakang
puncak. Panjang gelombang. t2 (mikrodetik). yaitu waktu dan
permulaan sampai titk 50 % E pada ekor gelombang. Tegangan
residu atau residual voltage adalah tegangan yang dibangkitkan
pada tahanan non linier saat lonjakan arus mengalir.
d. Polaritas. yaitu polaritas dari gelombang, positif atau negatif.
Berikut merupakan tabel baatas aman untuk pemilihan
arrester pada saluran distribusi 20kV.

Tabel 5. Batas Aman Arrester

IMPULS BIL BIL KONDISI KETERANGAN


PETIR ARRESTER TRAF0

(KV) (150 KV) (125 KV)

Tegangan masih
di bawah rating
transformator
120 KV < 150 KV <125 KV Aman maupun arrester

Tegangan masih
memenuhi
125 KV <150 KV =125 KV Aman
batasan keduanya

Tegangan lebih
diterima arrester
130 KV <150 KV >125 KV Aman
dan dialirkan ke
tanah

Masih memenuhi
batas tegangan

52
tertinggi yang
bisa diterima
150 KV =150 KV >125 KV Aman
arrester.

Tidak Arrester rusak,


aman transformator
200 KV >150 KV >125 KV
rusak

Syarat-syarat yang harus dipenuhi dalam menentukan arrester :

1. Arrester harus mampu memutuskan arus dinamik (arus yang


mengalir setelah arrester melepas surja petir, karena adanya
tegangan sistem) dan dapat bekerja secara kontinyu seperti
semula.
2. Tegangan percikan harus cukup rendah, demikian juga dengan
tegangan pelepasannya, sehingga dapat mengamankan asolasi
peralatan.
3. Nilai BIL Arrester = 1,2 x BIL trafo

5. LV Panel (PHB TR)


Yang dimaksud dengan PHB TR adalah Perlengkapan Hubung
Bagi yang dipasang pada sisi TR atau sisi sekunder Trafo sebuah gardu
Distribusi baik Gardu beton, Gardu kios, Gardu portal maupun Gardu
cantol.
Adapun PHB TR yang banyak kita jumpai adalah PHB TR yang
ada pada Gardu Trafo Tiang (GTT). PHB TR yang terpasang pada
Gardu Trafo Tiang berbentuk lemari besi yang didalamnya terdapat
komponen-komponen antara lain :
1. Kerangka / Rak TR

53
2. Saklar Utama
3. NH Fuse Utama
4. Rel Tembaga
5. NH Fuse jurusan
6. Isolator penumpu Rel
7. Sistem Pembumian

a. Fungsi LV Panel (PHB TR)


Fungsi atau kegunaan PHB TR adalah sebagai penghubung
dan pembagi atau pendistribusian tenaga listrik dari output trafo sisi
tegangan rendah TR ke rel pembagi dan diteruskan ke Jaringan
Tegangan Rendah (JTR) melalui kabel jurusan (Twisted Cable) yang
diamankan oleh NH Fuse jurusan masing-masing.
Untuk kepentingan efisiensi dan penekanan susut jaringan
(loses) saat ini banyak unit PLN yang mengambil kebijaksanaan
untuk melepas atau tidak memfungsikan rangkaian pengukuran
maupun rangkaian kontrolnya, hal ini dimaksudkan agar tidak
banyak energi listrik yang mengalir ke alat ukur maupun kontrol
terbuang untuk keperluan kontrol dan pengukuran secara terus
menerus.

Gambar 22. LV Panel (PHB TR)

54
6. Pentanahan
Sistem pentanahan merupakan tindakan pengamanan terhadap
keadaan tak normal, salah satunya yaitu berfungsi sebagai sarana
mengalirkan arus gangguan kedalam tanah, hal yang perlu diperhatikan
dalam perencanaan sistem pentanahan adalah tidak timbulnya bahaya
tegangan pada fasa-fasa yang tidak terganggu dan timbulnya arus
gangguan yang besar.

Pada sistem tenaga atau sistem distribusi yang mempunyai arus


gangguan fasa ke tanah lebih besar dari 5 A harus ditanahkan, hal ini
untuk mencegah tegangan lebih peralihan yang besar yang disebabkan
oleh busur tanah (arcing grounds). Dengan cara pengetanahan netral
sistem tersebut, maka arus gangguan yang terjadi tidak hanya tergantung
pada impedansi alat pengetanahan.

Terdapat dua jenis pentanahan, yaitu pentanahan sistem dan


peralatan peralatan. Dimana pentanahan sistem dan pentanahan
peralatan memiliki fungsi yang berbeda. Dalam merencanakan suatu
system pentanahan kita harus mempertimbangkan tipe dari grounding
yang akan digunakan hal ini dikarenakan ada jenis tanah yang berbeda.
dan beberapa tipe elektroda pentanahan

Pada Gardu Trafo Tiang mempunyai beberapa bagian yang


harus diketanahakan. Adapun untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
gambar single line berikut ini.

55
Gambar 23. Single line pengetanhan Gardu Trafo Tiang

Berdasarkan gambar 23 diatas maka dapat dilihat bahwa terdapat


dua jenis pentanahan yaitu pentanahan sistem dan peralatan. Adapun
yang termasuk pentanhan sistem adalah pentanahan titik netral trafo dan
rel busbar pada PHB TR, sedangkan yang termasuk pentanahan peraltan
adalah arester, body trafo dan PHB TR.

Fungsi pembumian pada gardu tiang transformator ialah untuk


membatasi tegangan yang timbul di antara peralatan dengan tanah dan
meratakan gradien tegangan yang timbul pada permukaan tanah aakibat
kesalahan atau arus balik yang mengalir dalarn tanah. Batas-batas

56
tegangan yang dii jinkan adalah tegangan yang cukup aman bagi orang
yang berada di sekitar gardu tiang transformator.

a. Tujuan pembumian :

1. Mencegah terjadinya tegangan kejut listrik ( tegangan sentuh )


atau yang berbahaya untuk orang dalam daerah itu.

2. Untuk memungkinkan timbulnya arus tertentu baik besarnya


maupun lamanya dalarn keadaan gangguan tanah tanpa
menimbulkan kebakaran atau ledakan pada bangunan atau isinya.

3. Untuk memperbaiki performance dari sistem

Gangguan Pada Gardu Trafo Tiang

Secara urnum gangguan yang dapat terjadi pada saluran


distribusi terbagi atas empat, yaitu:

1. Gangguan line-ground (fasa ke tanah). Giangguan ini terjadi


apabila terdapat satu konduktor yang rnenyentuh ground atau
rnenyentuh kabel netral.

2. Gangguan line-line (fasa ke fasa). Gangguan ini terjadi apabila


konduktor atau sistem dua fasa atau sistem tiga fasa mengalami
hubung singkat.

3. Double line to ground. Gangguan ini terjadi apabila terdapat dua


konduktor yang mengalarni hubung singkat dan juga rnenyentuh
ground.

4. Gangguan tiga fasa ke tanah atau tidak ke tanah (3 φ ).

57
1. Pentanahan arrester

Gambar 24. Skema Sambaran Petir yang


Dialihkan Arrester ke Tanah

Terminal pentanahan arrester diinterkoneksikan dengan


terminal pentanahan tangki trafo. Tahanan pentanahan arrester
yang diijinkan sebesar 2 Ohm

58
2. Pentanahan titk netral trafo

Gambar 25. pentanahan titik netral trafo

Pentanahan secara langsung (tanpa tahanan) pada titik


netral trafo ini dimaksudkan untuk memperoleh hasil optimum.
Untuk jaringan hubung bintang tiga fasa empat kawat (multi
grounded) di pasang sepanjang jaringan. Biasanya tahanan
elektroda dari bumi ke tanah di setiap titik pentanahan di batasi
maksimum 5 Ohm, sedangkan arus gangguan ke tanah tidak
dibatasi.

59
2.4 Metode Pengetanahan di Indonesia.
Sesuai standart PLN, yaitu SPLN 2 : 1978, telah ditetapkan metode
pengetanahan untuk sistem-sistem 150KV, 66 KV dan 20 KV. Adapun pola
kriteria, pertimbangan penerapan dan penerapan pengetanahan diberikan dibawah
ini :

Pola kriteria :

Yang menjadi kriteria dalam perencanaan ialah keandalan yang


tinggi dengan memeperhatikan faktor keselamatan manusia dan ekonomi :

a. Faktor kehandalan sistem ini meliputi antara lain :

1. Pemilihan cara pembumian netral sistem dan pengamananya

2. Penyesuaiannya pada interkoneksi

b. Faktor keselamatan ialah usaha keselamatan manusia dalam keadaan


ada ganguan maupun tidak ada gangguan.

c. Faktor ekonomis dengan biaya investasi :

1. Pemilihan pengetanahan netral sistem dan pengamanannya


2. Pemilihan Tingkat Isolasi Dasar (BIL) pada peralatan utama dan
koordinasi isolasinya.

Pertimbangan Penerapan

Pembumian efektif pada sistem 150 KV memberikan keandalan


yang tinggi dan keuntungan faktor ekonomi yang menonjol dari
pengurangan tingkat isolasi. Arus gangguan yang besar diimbangi dengan
kecilnya angka keluar (outgate rate), sehingga faktor keselamtan tetap
terjamin.

Pada sistem 66 KV, pembumian dengan tahanan memberikan


keuntungan sebagai berikut :

60
a. Keandalan sistem ini lebih baik daripada pembumian dengan
kumparan Petersen, terutama bagi jaringan yang luas. Keandalan
sistem ini sama dengan keandalan dari sistem dengan pembumian
yang lain.
b. Keselamatan lebih baik daripada cara pembumian efektif, karena arus
gangguan yang kecil. Juga lebih baik bila di bandingkan dengan
pembumian dengan kumparan Petersen, karena gangguan dapat segera
diisolir.
c. Faktor ekonomi lebih menguntungkan, karena lebih murah dari
pembumian dengan kumparan Petersen dan tidak banyak berbeda
dengan pembumian efektif. Selain itu juga pengaruh induktif adalah
yang terkecil dibandingkan dengan pembumian efektif. Selain itu juga
penganih induktif adalah yang terkecil dibandingkan dengan
pembumian efektif maupun pembumian dengan reaktor.
Pada 20 kV, yang ada pada umumnya berdekatan dengan
pemakai listrik dan jaringan telekomunikasi, maka faktor keselamatan
dan pengaruh induktif lebih penting lagi diperhatikan. Dengan
memperhatikan pula pertimbangan-pertimbangan tersebut di atas maka
pada sistem ini dipakai pembumian dengan tahanan.

Penetapan Pembumian

a. Sistem 150 kV

Pengetanahan netral system 150 kV beserta pengamanannya


ditetapkan sebagai berikut :
1. Pembumian netral untuk sistem ini adalah pembumian efektif.
Penambahan reaktansi pada netral sistem ini dimungkinkan selama
persyaratan pembumian efektif dipenuhi.
2. Pengamanan sistem tersebut di atas dilaksanakan dengan pemutus
cepat dan penutup cepat.
b. Sistem 66 KV

61
Pembumian netral sistem 66 KV beserta pengamannya,
ditetapkan sebagai berikut :

1.pembumian netral untuk sistem ini adalah dengan tahanan


2.pembumian sistem dilaksanakan dengan pemutus cepat dan penutup
cepat
c. Sistem 20 KV

Pembumian netral sistem 20 kV beserta pengamanannya.


ditetapkan sebagai berikut

1. Pembumian netral untuk sistem ini adalah pembumian dengan


tahanan
2. Pengamanan sistem dilaksanakan sebagai berikut:
a. Bagi saluran udara maupun saluran dalam tanah dipakai
pemutus dengan relay arus lebih untuk gangguan hubung
singkat fasa ke fasa dan relay tanah untuk gangguan hubung
singkat fasa ke tanah. Pada gardu distribusi dipasang penunjuk
gangguan.
b. Bagi saluran udara dipakai pula penutup cepat atau lambat,
sedang bagi saluran dalam tanah dipakai penutup kembali.

Metode Pengetanahan Sistem JTM

Pada sistem Tegangan Menengah sampai dengan 20 kV harus


selalu diketanahkan karena menjaga kemungkinan kegagalan sangat besar
oleh tegangan lebih transient tinggi yang disebabkan oleh busur tanah
(arching ground atau restriking ground faults). Untuk itu pengetanahan
yang sesuai dengan kreteria adalah :
Pembumian JTM dilakukan pada titik bintang transformator
tenaga, yaitu dapat dilihat pada gambar 26.

62
Gambar 26. Aspek Pembumian pada JTM

Keterangan :

[Z] rendah : 40, 20 Ohm

[Z] tinggi : 500 Ohm

[Z] kecil : < < < <

[Z] besar : Mengambang

Pentanahan netral sistem 20 KV beserta pengamannya


berdasarkan SPLN 26:1980 telah ditetapkan besar tahanan pentanahan
sebagai berikut:

1. Tahanan rendah 12 ohm dan arus gangguan tanah maksimum 1000


ampere dipakai pada jaringan kabel tanah.
2. Tahanan rendah 40 ohm dan arus gangguan maksimum 300 ampere
dipakai pada jaringan saluran udara dan campuran saluran udara
dengan kabel tanah.
3. Tahanan tinggi 500 ohm dan arus gangguan maksimum 25 ampere
dipakai pada saluran udara dan jaringan kabel tanah.

63
Pengatanahan untuk sistem distribusi saluran udara ( SUTM ) dan
sistem yang disuplai dengan trafo dengan pengaman lebur pada sisi primer
perlu memberikan arus gangguan yang cukup untuk melebur pengaman
leburnya.
1. R = 12 ohm, sistem 3 fasa, 3 kawat untuk jaringan kabel tanah.
2. R = 40 ohm, sistem 3 fasa, 3 kawat untuk saluran udara.
Sistem ini terdapat pada sistem distribusi yang ada di banyak
tempat di Indonesia kecuali Jatim dan Jateng ( Contoh: jakarta , Jabar,
Luar Jawa). Besar tahanan yang dihubungkan seri dengan pentanahan
adalah 40 Ohm untuk SUTM dan 12 Ohm untuk SKTM atau gabungan
SUTM dan SKTM. Pengaruh dari sistem ini terhadap pola pengamanan
arus lebih adalah sebagai berikut:

1. Arus gangguan hubung singkat antara fasa dan tanah cukup besar
(max :1000 A untuk SUTM dan 300 A untuk SKTM)
2. Karakteristik relai arus yang digunakan pada PMT utama adalah jenis
waktu tetap (definite time)
3. PMT saluran utama dilengkapi dengan relai gangguan tanah dan
penutup balik bagi saluran udara
4. Pelebur boleh dipasang sebagai pengaman saluran percabangan atau
pengamanan trafo distribusi

a. Pengetanahan Tahanan rendah 12 Ohm dan arus gangguan tanah


maksimum tiap Phasa 1000A
20 KV / 1.73
I hs = = 1000 A
12Ohm
Hal ini dipakai pada saluran kabel atau kabel tanah ( SKTM )
tegangan menengah 20 kV untuk sistem 3 phasa 3 kawat.
Pengetanahan sistem ini dilakukan pada gardu-gardu distribusi dan

64
sambungan kabel.( gambar 27 ). Dipakai PLN wilayah kerja DKI Jaya
dan Jawa Barat ( Gambar )

Gambar 27. Pentanahan di DKI Jakarta dan Jabar


dengan tahahan 12 ohm
b. Pengetanahan Tahanan rendah 40 Ohm dan arus gangguan tanah
maksimum tiap phasa 300A.
20 KV / 1.73
I hs = = 300 A
40Ohm

Hal ini dipakai pada saluran udara tegangan menengah (


SUTM ) 20 kV untuk sistem 3 phasa 3 kawat. Pengetanahan sistem ini
dilakukan pada tiap-tiap tiang dengan tahanan maksimum 40 Ohm.
Dipakai PLN wilayah kerja DKI dan Jawa Barat. (Gambar 28)

Gambar 28. Pentanahan di DKI Jakarta dan Jabar


dengan tahahan 40 ohm

65
3. Pola Jaringan melalui pentanahan tahanan tinggi R = 500 ohm.
Sistem seperti ini terdapat pada sistem distribusi di Jatim.
Besar tahanan yang dihubungkan seri dengan pentanahan adalah 500
untuk SUTM maupun SKTM. Pengaruh dari sistem ini terhadap pola
pengamanan arus lebih adalah sebagai berikut:

1. Lebih kebal terhadap gangguan fasa dengan tanah yang sifatnya


sementara, karena arus gangguan kecil (< 25 A).
2. Pengaman arus lebih pada PMT harus dilengkapi relai gangguan
tanah terarah.
3. Pelebur dapat dipasang pada titik percabangan saluran utama,
saluran cabang tanpa SSO dan sisi primer trafo.

Pengetanahan Tahanan tinggi 500 Ohm dan arus gangguan


tanah maksimum tiap phasa 25A.

20 KV / 1.73
I hs = = 23,12 A
500Ohm

Sistem pentanahan dengan tahanan tinggi ini dipakai pada


saluran udara tegangan menengah 20 kV untuk sistem 3 phasa 3
kawat. Dipakai PLN wilayah kerja Jawa Timur. ( Gambar 29 )

Gambar 29. Pentanahan di Jatim dengan tahahan 500 ohm

66
Gangguan tanah pada sistem ini sangat kecil maksimum 25
Amp sehingga bila terjadi persentuhan kawat Tegangan menengah
pada jaringan atau instalasi Tegangan rendah, bila tahanan tanah
pada instalasi mak 1 Ohm ( tegangan sentuhnya 1 x 25A = 25 Volt,
tidak melebihi tegangan sentuh 50 volt yang diijinkan). Mengingat
rendahnya arus hubung singkat phasa tanah, maka sebagian besar
gangguan yang sifatnya temporer dapat bebas dengan sendirinya.

Tabel 6. Sistem pengetanahan jaringan distribusi di Indonesia


No Tahanan Sistem Kepadatan Wilayah Kerja
Pentanahan Tegangan Beban Operasional
Menengah Terpasang
1. Langsung / 4 kawat, 3Φ +
Jateng dan
Solid N 1 kawat , Φ + Rendah Yogjakarta
(0Ω) N
2. Tahanan
Rendah
3 kawat , 3 Φ Tinggi Jabar dan DKI
( 12 Ω dan 40 Ω
)
3. Tahanan Tinggi 3 kawat , 3 Φ
Sedang Jatim
500 Ω 2 kawat, Φ + Φ
4. Mengambang 3 kawat , 3 Φ Sedang Eks, 6 kV

Pengetanahan Jaringan Tegangan Rendah

Fungsi Pentanahan tegangan rendah untuk menghindari bahaya


tegangan sentuh bila terjadi gangguan atau kegagalan isolasi pada
peralatan atau instalasi. Pentanahan netral pada jaringan tegangan rendah
adalah yang efektif, di mana menurut persyaratan pentanahan netral harus
mempunyai tahanan pentanahan kurang dari 5 Ohm. Ketentuan ini sesuai

67
dengan standar konstruksi PUIL, SPLN 3:1978 bahwa semua jaringan
tegangan rendah dan instalasi harus menggunakan sistem Pentanahan
Netral Pengaman (PNP), yaitu system pentanahan dengan cara
menghubungkan badan peralatan atau instalasi dengan hantaran netral
yang ditanahkan (disebut hantaran nol) sedemikian rupa, sehingga jika
terjadi kegagalan isolasi, tercegahlah bertahannya tegangan sentuh yang
terlalu tinggi karena pemutusan arus lebih oleh alat pengaman arus lebih.

Pentanahan sistem dalam distribusi tegangan rendah (JTR)


dilakukan pada titik bintang sumber (transformator distribusi) dan dalam
jaringan distribusi serta badan/peralatan instalasi.

Kode yang digunakan untuk pentanahan sistem adalah sebagai berikut :

Huruf pertama – Hubungan sistem tenaga listrik ke bumi.

T = hubungan langsung satu titik ke bumi.

I = semua bagian aktif diisolasi dari bumi, atau satu titik dihubungkan ke
bumi melalui suatu impedans.

Huruf kedua – Hubungan BKT instalasi ke bumi.

T = hubungan listrik langsung BKT ke bumi, yang tidak tergantung


pembumian setiap titik tenaga listrik.

N = hubungan listrik langsung BKT ke titik yang dibumikan dari sistem


tenaga listrik (dalam sistem a.b. titik yang dibumikan biasanya titik netral,
atau penghantar fase jika titik netral tidak ada).

Huruf berikutnya (jika ada) – Susunan penghantar netral dan penghantar


proteksi.

68
S = fungsi proteksi yang diberikan oleh penghantar yang terpisah dari
netral atau dari saluran yang dibumikan (atau dalam sistem a.b., fase yang
dibumikan).

C = fungsi netral dan fungsi proteksi tergabung dalam penghantar tunggal


(penghantar PEN).

Secara garis besar ada 3 macam sistem pentanahan netral dan


badan/peralatan instalasi, yaitu:

1. Sistem IT

Titik netral terisolasi atau tidak diketanahkan (huruf


pertama menyatakan isolasi), sedangkan badan peralatan
diketanahkan. Dalam PUIL 1987, sistem IT ini dikenal dengan nama
sistem penghantar pengaman atau HP. Titik netral trafo atau sumber
tidak diketanahkan atau diketanahkan melalui tahanan yang tinggi
(lebih dari 1000 Ohm). Sedangkan bagian konduktif terbuka peralatan,
termasuk juga instalasi dan bangunan saling dihubungkan dan
diketanahkan. Karena netralnya tidak diketanahkan, maka arus
gangguan ke tanah yang jadi sangat kecil, yaitu hanya terdiri dari arus
kapasitansi dan arus bocor instalasi serta arus detektor tegangan (bila
digunakan). Persyaratan pentanahan ringan yaitu hanya maksimum 50
Ohm dengan tegangan satuannya hanya kecil. Karena arus gangguan
kecil, pengaman arus lebih tidak akan bekerja karena kecilnya
tegangan sentuh, sistem dimungkinkan operasi dalam keadaan
gangguan satu fasa ke tanah atau badan peralatan. Pada waktu terjadi
gangguan satu fasa ke tanah, tegangan antara fasa yang baik dengan
tanah akan naik. Untuk mengetahui adanya kenaikan tegangan ini,
dapat dipasang detektor (alat ukur tegangan) pada setiap fasa dengan

69
tanah. Bila gangguan tidak dapat diperbaiki, akan terjadi kegagalan
isolasi kedua di tempat lain pada

fasa yang lain, maka akan terjadi gangguan hubung singkat


yang besar dan alat pengaman akan bekerja. Sistem HP ini hanya
dipakai dalam instalasi terbatas, misalnya dalam pabrik dengan
pembangkit tersendiri atau trafo sendiri dengan kumparan terpisah,
atau sumber listrik darurat portabel untuk melayani beban yang dapat
dipindah-pindah.

Ganbar 30. pentanahan sistem IT


Keterangan

1)
sistem dapat diisolasi dari bumi.

Netral boleh didistribusikan atau tidak didistribusikan.

2. Sistem TT

Huruf pertama menyatakan pentanahan sistemnya ( titik netral


trafo atau generator), sedangkan huruf kedua menyatakan bagaimana
hubungan peralatan atau instalasi dengan penghantar atau pengaman.
Sistem TT berarti: (i) titik netral trafo (sistem) diketanahkan dan (ii)
badan peralatan/instalasi dihubungkan ke tanah.

70
Gambar 31. pentanahan sistem TT

3. Sistem TN

Titik netral sistem di ketanahkan (huruf pertama T), badan


peralatan atau instalasi dihubungkan dengan penghantar atau
pengaman (huruf kedua N). Menurut PUIL, penghantar netral yang
berfungsi juga sebagai penghantar pengaman disebut penghantar NOL
(IEC menyebutnya sebagai PEN conductor).

Sistem tenaga listrik TN mempunyai satu titik yang dibumikan


langsung, BKT instalasi dihubungkan ke titik tersebut oleh penghantar
proteksi. Ada tiga jenis sistem TN sesuai dengan susunan penghantar
netral dan penghantar proteksi yaitu sebagai berikut :

a. Sistem TN-S : Di mana digunakan penghantar proteksi terpisah di


seluruh sistem

71
Gambar 32. pentanahan sistem TN-S

b. Sistem TN-C-S : Di mana fungsi netral dan fungsi proteksi


tergabung dalam penghantar tunggal di sebagian sistem.

Gambar 33.pentanahan TN-C-S

c. Sistem TN-C : Di mana fungsi netral dan fungsi proteksi tergabung


dalam penghantar tunggal di seluruh sistem.

72
Gambar 34.Pentanahan TN-C

4. Sistem Pentanahan Netral Pengaman (PNP)

Bagian konduktor terbuka (BKT) peralatan atau perlengkapan


dihubungkan dengan penghantar netral yang ditanahkan (penghantar
nol) sedemikian rupa, sehingga bila terjadi kegagalan isolasi
tercegahlah bertahannya tegangan sentuh yang terlalu tinggi karena
bekerjanya pengaman arus lebih. Sistem PNP terdiri dari 3 jenis, yaitu:

1. Sistem PNP dengan penghantar netral yang sekaligus berfungsi


sebagai pengaman untuk seluruh sistem (untuk penghantar
tembaga yang lebih besar dari 10 mm2).
2. Sistem PNP dengan penghantar netral dan penghantar pengaman
sendiri-sendiri di seluruh sistem (untuk penghantar tembaga yang
lebih kecil dari 10 mm2).
3. Sistem PNP dengan penghantar netral yang sekaligus berfungsi
sebagai pengaman untuk sebagian sistem , sedangkan bagian
sistem yang lainnya, penghantar netral dan pengaman terpisah
sendiri-sendiri.

73
a. Persyaratan umum PNP

Dalam PUIL 1987 pasal 313 B1, disebutkan bahwa luas


penampang penghantar antara sumber atau trafo dan peralatan
listrik, harus sedemikian rupa sehingga apabila terjadi hubung
singkat antara fasa dengan penghantar nol atau badan peralatan,
besar arus gangguan minimal sama dengan besar arus pemutus alat
pengaman yang terdekat, yaitu IA =k x IN, dimana k adalah faktor
yang nilainya tergantung pada karakteristik alat pengamannya.
Penghantar nol setidak-tidaknya harus diketanahkan pada titik
sumber, di setiap percabangan saluran, ujung saluran dan di setiap
pelanggan.Tahanan pentanahan total penghantar nol (RNE) harus
tidak melebihi 5 Ohm, dengan alasan berikut bila terjadi gangguan
ke tanah yang biasanya melalui tahanan gangguan RG, maka
penghantar netral akan mengalami kenaikan tegangan sesuai
persamaan berikut (tahanan penghantar diabaikan):

Pada umumnya harga tahanan gangguan yang kurang dari


17 Ohm jarang terjadi. Batas tegangan sentuh yang aman menurut
PUIL atau IEC adalah 50 volt.

74
Gambar 35. Sistem Pentanahan PNP

b. Sistem PNP untuk JTR

Pada jaringan tegangan rendah, penghantar netral berfungsi


sebagai penghantar pengaman dan diketanahkan di sepanjang
saluran. Titik bintang trafo distribusi diketanahkan. Pada instalasi
pelanggan, mulai dari PHB utama penghantar pengamannya
terpisah tersendiri dari penghantar pengamannya, bila
penampangnya kurang dari 10 mm2. Setiap pelanggan diharuskan
memasang sebuah elektroda pentanahan melalui penghantar
pentanahan yang tersambung ke rel atau terminal netral pengaman
dalam PHB.

Tujuan pentanahan ganda pada penghantar netral sepanjang


JTR pentanahan di setiap pelanggan adalah untuk:

a. Mencecah terjadinya tegangan yang terlalu tinggi pada


penghantar netral, termasuk badan peralatan pelanggan bila
terjadi gangguan satu fasa ke tanah ataupun hubungan singkat
fasa netral, ataupun kegagalan isolasi peralatan.

75
b. Mencegah terjadinya kenaikan tegangan yang terlalu tinggi
akibat terputusnya penghantar netral. Pada pelanggan yang
netralnya terpisah dari sumber atau gardu distribusi.
c. Mencegah kenaikan tegangan kawat netral, termasuk badan
peralatan, dalam hal ini ada arus netral akibat beban yang tidak
seimbang.
d. Mencegah kenaikan tegangan yang terlalu tinggi pada kawat
netralnya, bila JTR yang ada di bawah JTM menyentuh JTM
Dengan tersambungnya penghantar pengaman ke netral
maka bila terjadi kegagalan isolasi pada peralatan, arus gangguan
akan lebih terjamin cukup besarnya sehingga alat pengaman selalu
bekerja/putus dengan cepat, sebab penghantar netral merupakan
jalan kembali yang baik, tidak hanya tergantung pada elektroda
pentanahan pada sistem TT. Tegangan sentuh yang terjadipun
relatif lebih rendah dibandingkan dengan sistem TT.

c. Bahaya Putusnya Penghantar Netral pada Sistem PNP

Bila penghantar netral terputus, arus beban masih mungkin


mengalirmelalui tanah, akibatnya akan terjadi kenaikan tegangan
pada penghantar netral. Karena pengaman peralatan pelanggan
terhubung ke netral, maka kenaikan tegangan netral tersebut akan
dirasakan di badan peralatan pelanggan. Hal ini dapat
membahayakan pelanggan. Bila pentanahan netral yang
seharusnya dilakukan di titik-titik tertentu (di netral trafo
distribusi, di tiang awal dan tiang akhir) tidak dilakukan, maka
pada saat terjadi penghantar netral putus akan terjadi kenaikan
tegangan pada fasa-fasa yang berbeban rendah dan penurunan

76
tegangan pada fasa yang berbeban tinggi di jaringan yang
penghantar netralnya tidak terhubung pada sumber.

Gambar 36. Kasus Putusnya Penghantar Netral pada Sistem PNP

Untuk sub bab berikutnya 2.2 Pentanahan Peralatan

Gardu trafo tiang (GTT) merupakan salah satu bagian dari sistem
tenaga listrik yang mempunyai kemungkinan sangat besar mengalami
bahaya yang disebabkan oleh timbulnya gangguan sehingga arus
gangguan itu mengalir ke tanah melalui peralatan, sebagai akibat isolasi
peralatan yang tidak berfungsi dengan baik. Arus gangguan tersebut akan
mengalir pada bagian-bagian peralatan yang terbuat dari metal dan juga
mengalir dalam tanah di sekitar GTT. Arus gangguan ini menibulkan
gradien tegangan diantara peralatan dengan peralatan, peralatan dengan
tanah, dan juga gradien tegangan pada permukaan tanah itu sendiri.
Besarnya gradien tegangan pada permukaan tanah tergantung pada
tahanan jenis tanah atau sesuai dengan struktur tanah tersebut. Salah satu
usaha untuk memperkecil tegangan permukaan tanah maka diperlukan
suatu pentanahan yaitu dengan cara menambahkan elektroda pentanahan

77
yang ditanam ke dalam tanah. Oleh karena lokasi GTT biasanya dan
berada pada daerah yang kemungkinannya mempunyai jenis tanah yanng
berbeda - beda, maka diperlukan perencanaan pentanahan yang sesuai,
dengan tujuan untuk mendapatkan tahanan pentanahan yang kecil,
sehingga tegangan permukaan yang timbul tidak membahayakan baik
dalam kondisi normal maupun saat terjadi gangguan ke tanah.

Secara prinsip, grounding untuk keselamatan kerja menuju ke


dua hal :

1. Mengalirkan arus ke tanah baik dalam keadaan normal maupun dalam


kondisi gangguan tanpa melebihi batas operasi dan kapasitas peralatan
atau menghindari gangguan terhadap kelangsungan kerja sistem.
2. Menjamin keselamatan manusia terhadap bahaya tegangan kejut pada
sekitar sistem grounding.
Pentanahan peralatan adalah penghubungan bagian-bagian
peralatan listrik yang pada keadaan normal tidak dialiri arus. Bila terjadi
hubung singkat suatu penghantar dengan suatu peralatan, maka akan
terjadi beda potensial (tegangan), yang dimaksud peralatan disini adalah
bagian-bagian yang bersifat konduktif yang pada keadaan normal tidak
bertegangan

Tujuan pentanahan peralatan dapat diformulasikan sebagai


berikut :

a. Untuk memperoleh potensial yang merata dalam suatu bagian struktur


dan peralatan, sehingga orang yang berada dalam daerah instalasi
aman.
b. Untuk mencegah terjadinya tegangan sentuh yang berbahaya, jika
terjadi kebocoran isolasi peralatan sehingga kerangka metal peralatan
dialiri arus dan mempunyai tegangan yang sama dengan tegangan
peralatan. Oleh karena itu kerangka metal peralatan harus

78
dihubungkan ketanah melalui impedansi yang rendah agar tegangan
yang timbul pada kerangka peralatan cukup kecil dan tidak berbahaya.
Bila arus hubung singkat ke tanah dipaksakan mengalir
melalui tanah dengan tahanan yang tinggi akan menimbulkan
perbedaan tegangan yang besar dan berbahaya. Pada saat terjadi
gangguan, arus gangguan yang dialirkan ke tanah akan menimbulkan
perbedaan tegangan pada permukaan tanah yang dise-babkan karena
adanya tahanan tanah. Jika pada waktu gangguan itu terjadi seseorang
berjalan di sekitar GTT sambil memegang atau menyentuh suatu
peralatan yang diketanahkan yang terkena gangguan, maka akan ada
arus mengalir melalui tubuh orang tersebut. Arus listrik tersebut
mengalir dari tangan ke kedua kaki dan terus ke tanah, bila orang
tersebut menyentuh suatu peralatan, atau dari kaki yang satu ke kaki
yang lain bila ia berjalan di sekitar GTT tanpa menyentuh peralatan.
Arus ini yang membahayakan orang dan biasanya disebut arus kejut.
Berat ringannya bahaya yang dialami seseorang tergantung pada
besarnya arus listrik yang melalui tubuh, lamanya arus tersebut
mengalir dan frekuensinya.

Tabel 7. Besar & lama tegangan sentuh maksimal

TEGANGAN SENTUH VOLT WAKTU PEMUTUSAN MAKSIMUM


(RMS) (DETIK)
< 50 ~
50 5,0
75 1,0
90 1,5
110 0,2
150 0,1
220 0,05
280 0,03

79
Tabel diatas adalah untuk tegangan konsumen dengan syarat :

50
RE 2 <
k .In

Keterangan :

RE2 : Tahanan pengetanahan peralatan.

K : konstanta, tergantung kerakteristik alat pengaman

:2,5 – 5 untuk sekring atau 1,25 – 3,5 untuk pengaman lain.

If

b Es RE2
c

RE1

Gambar 37. rangkaian pengganti pentanahan peralatan

Jika RTRAFO dan RSALURAN diabaikan:


RE1 If

E ph RE2

80
Dari rangkaian diatas diperoleh persamaan-persamaan sbb ;

Eph
If =
R E1 + R E 2

Es = If . RE2

Es Eph
=
R E 2 R E1 + R E 2

Es . RE1
RE 2 =
Eph . Es

Keterangan :

If : arus gangguan

Es : tegangan sentuh

Eph : tegangan fasa

RE1 : tahanan pengetanahan netral trafo

RE2 : tahanan pengetanahan netral peralatan

a. Tegangan Sentuh (Es)

Tegangan sentuh adalah tegangan yang terdapat diantara


suatu obyek yang disentuh dan suatu titik berjarak 1 meter, dengan
asumsi bahwa obyek yang disentuh dihubungkan dengan sistem
pentanahan yang berada dibawahnya. Kemampuan tubuh manusia
terhadap besarnya arus yang mengalir di dalamnya terbatas dan
lamanya arus yang masih dapat ditahan sampai yang belum
membahayakan sukar ditetapkan. Berdasarkan hal ini maka batas-
batas arus berdasarkan pengaruhnya terhadap tubuh manusia

81
dijelas-kan berikut ini . Bila seseorang memegang penghantar yang
diberi tegangan mulai dari harga nol dan dinaikkan sedikit demi
sedikit, arus listrik yang melalui tubuh orang tersebut akan
memberikan pengaruh. Mula mula akan merangsang syaraf
sehingga akan terasa suatu getaran yang tidak berbahaya bila
dengan arus bolak balik dan akan terasa sedikit panas pada telapak
tangan bila dengan arus searah (arus persepsi). Bila tegangan yang
menyebabkan terjadinya tingkat arus persepsi dinaikkan lagi maka
orang akan merasa sakit dan kalau terus dinaikkan maka otot-otot
akan kaku sehingga orang tersebut tidak berdaya lagi untuk
melepaskan konduktor tersebut.

Apabila arus yang melewati tubuh manusia lebih besar


dari arus yang mempengaruhi otot dapat mengakibatkan orang
menjadi pingsan bahkan sampai mati, hal ini disebabkan arus
listrik tersebut mempengaruhi jantung sehingga jantung berhenti
bekerja dan peredaran darah tidak jalan.

Kebanyakan orang menganggap bahwa suatu objek yang


telah diground, meskipun dengan cara yang kurang benar, objek
tersebut aman untuk disentuh karena resistansi groundnya belum
cukup rendah untuk jaminan keselamatan. Terdapat hubungan
yang cukup rumit antara nilai tahanan ground dengan batas
maksimum arus yang muncul. Hal yang penting pada saat terjadi
gangguan adalah arus yang masuk ke tanah menimbulkan beda
potensial disekitarnya. Jika bahan yang digunakan mempunyai
nilai tahanan yang rendah maka harga potensial yang muncul akan
lebih rendah. Hal ini karena kondisi geometris, lokasi elektroda
pentanahan, karakteristik tanah, dan faktor-faktor lainnya yang
memungkinkan timbulnya potensial di permukaan tanah.

82
Gambar 38. Rangkaian pengganti tegangan sentuh

Dari rangkaian diatas dapat diperoleh persamaan :

Es = Ik . (Rk + Rf/2)

Rf = 3 ρ s

Es = Ik . (Rk + 1,5 ρ s )

0,116
Ik = arus fibrilasi =
t

0,116
Es = (1000 + 1,5 ρ s ) .
t

Keterangan :

ρs : tahanan jenis tanah ( Ω m)

Es : tegangan sentuh (V)

83
Rk : tahanan badan orang ± 1000 Ω (rata – rata)

Rf : tahanan kontak ke tanah dari satu kaki pada


tanah dengan lapisan koral 10cm

Ik : arus melalui badan / arus fibrilasi

Arus yang melalui tubuh manusia :

1. Arus persepsi : merangsang syaraf, getaran tidak bahaya 1,1mA


(laki – laki); 0,7mA (perempuan)
2. Arus mempengaruhi otot : otot akan kaku, tidak dapat
melepaskan konduktor
a. Laki – laki : 16mA dengan 9mA maksimal masih bisa
melepas konduktor
b. Pereempuan : 10,5mA dengan 6mA maksimal masih dapat
melepas konduktor.
3. Arus fibrilasi : orang bisa pingsan atau mati.
Apabila arus yang melewati tubuh manusia lebih besar
dari arus yang mempengaruhi otot dapat mengakibatkan orang
menjadi pingsan bahkan sampai mati. Hal ini disebabkan arus
listrik tersebut mempengaruhi jantung yang disebut ventricular
fibrilation yang menyebabkan jantung berhenti bekerja dan
peredaran darah tidak jalan dan orang segera akan mati. Untuk
menyelidiki keadaan ini tidak mungkin dilakukan terhadap
manusia. Untuk mendapatkan nilai pendekatan suatu percobaan
telah dilakukan pada University of California oleh Daizel pada
tahun 1968, dengan menggunakan binatang yang mempunyai
badan dan jantung yang kira-kira sama dengan manusia . Dari
hasil percobaan tersebut Diazel menarik kesimpulan bahwa
99,5% dari semua orang yang beratnya kurang dari 50 Kg masih

84
dapat bertahan terhadap besarnya arus dan waktu yang
ditentukan oleh persamaan sebagai berikut

Hubungan arus dan waktu :

Ik2 . t = K → Ik = k /t

Keterangan :

Ik : arus gangguan

t : waktu ganguan

k : konstanta

k : 0,0135 untuk manusia 50kg

: 0,0246 untuk manusia 70kg

K 50 = 0,0116 ; K 70 = 0,157

Sehingga → Ik = 0,116 / t

4. Arus reaksi : arus terkecil yang dapat menyebabkan orang


terkejut dan dapat menimbilkan kecelakaan sampingan.
Tabel 8 Besar dan lama tegagnan sentuh yang diijinkan

Tegangan Sentuh Es (Volt) Lama gangguan (detik)

1980 0,1
1400 0,2
1140 0,3
990 0,4
890 0,5
626 1,0

85
Tipe tanah : organik lembab kering bebatuan

ρs : 10 100 1000 10000

Jika tidak dilakukan upaya pencegahan dengan disain


sistem grounding, gradien potensial pada permukaan tanah
cukup berbahaya bagi manusia yang berada disekitarnya. Lebih
dari itu, bahaya gradien potensial akan berkembang antara frame
peralatan dengan titik terdekat permukaan tanah.

Keadaan-keadaan yang akan menimbulkan bahaya pada


kejut listrik yang terjadi, yaitu :

a. Besarnya arus gangguan yang mengalir ke tanah pada area di


sekitar sistem grounding dan tahanannya.
b. Besarnya tahanan tanah dan distribusi arus yang
memungkinkan timbulnya gradien potensial antara suatu titik
dengan permukaan tanah.
c. Adanya manusia pada suatu titik, dalam waktu tertentu, dan
posisi-nya yang menghubungkan dua titik yang mempunyai
beda poten-sial.
d. Tidak adanya tahanan yang cukup untuk membatasi besarnya
arus yang dapat mengalir ke tubuh manusia pada kondisi
terjadinya gangguan.
e. Lamanya gangguan dan kontak dengan tubuh manusia,
sehingga arus yang mengalir tersebut mengakibatkan
kerusakkan pada tubuh manusia pada tingkatan tertentu.
b. Tegangan Langkah (EL)

Tegangan langkah adalah tegangan yang terjadi akibat


aliran arus gangguan yang melewati tanah. Arus gangguan ini

86

I
relatif besar dan bila mengalir dari tempat terjadinya gangguan
kembali ke sumber (titik netral) melalui tanah yang mempunyai
tahanan relatif besar maka tegangan di permukaan tanah akan
menjadi tinggi. Gambar menunjukan tegangan langkah

Rk

Ik
Rf Rf

Rg1 Rg2 Rg3

Gambar 39. Tegangan Langkah

Rth

Rg1
Vth
R1
Rg2 Rk El

Rg3 Rf

Gambar 40. Rangkaian pengganti tegangan langkah

EL = (Rk + 2 Rf). Ik

= (1000 + 6 ρ s ). 0.116 / t

87
116 + 0.696 ρ s
=
t

Ketearangan:

EL : Tegangan langkah

RK : Tahanan badan orang rata-rata 1000 Ω

Rf : Tahanan kontak ke tanah dari 1 kaki ( Ω ) :

:3 ρs

ρ s : Tahanan jenis tanah ( Ω − m)

: 3000 Ω − m

Tabel 9. besar dan lama tegangan langkah yang diijinkan :

Tegangan Langkah EL (Volt) Lama gangguan (detik)

7000 0,1
4950 0,2
4040 0,3
3800 0,4
3140 0,5
2216 1

2.5 Komponen Utama Sistem Pentanahan


Dalam sistem pentanahan komponen-komponen utama yang diperlukan
antara lain elektroda pentanahan dan hantaran pentanahan berperan sangat besar.
2.5.1 Jenis Tanah

Jenis tanah menurut PUIL 2000 dibagai atas :


1. Tanah rawa,
2. Tanah liat dan tanah ladang,

88
3. Pasir basah,
4. Krikil basah,
5. Pasir dan kerikil kering,
6. Tanah berbatu.

2.5.2 Tahanan Jenis (RHO) Tanah

Tahanan jenis tanah merupakan faktor keseimbangan antara tahanan


pengetanahan dan kapasitansi di sekelilingnya, dan dipresentasikan dengan
rho ( ρ ). Besar nilai tahanan jenis tanah berbeda-beda, hal ini tergantung
dari beberapa faktor :

1. Keadaan struktur jenis tanah : tanah liat, tanah rawa, berpasir,


berbatu dan lain-lain
2. Lapisan tanah : berlapis-lapis dengan tahanan jenis berlainan
3. Kelembapan tanah : kadar garam, kandungan meneral lainnya dan
keadaan iklim ( basah dan kering)
Tabel ini dapat dilihat harga rata-rata tahanan jenis tanah dari
bermacam-macam jenis tanah .

Tabel 10. Resistansi jenis tanah (rho)*)

*)
Peraturan Umum Instalasi Listrik (PUIL) 2000, Halaman 80

Oleh karena itu untuk menganalisa besarnya tahanan jenis tanah dari
keadaan yang tampak saja sangatlah sulit dan hasilnya kurang akurat. Salah

89
satu cara yang efektif untuk mengetahui besarnya tahanan jenis tanah di
suatu tempat adalah diadakan beberapa kali pengukuran setempat.

2.5.3 Pengukuran Tahanan Jenis Tanah

Pengukuran tahanan jenis tanah biasanya dilakukan dengan beberapa


cara yaitu :
1. Metode empat elektroda (four electrode method)
2. Metode tiga titik (three-point method)
Pengukuran tahanan jenis tanah dengan metoda empat elektroda
menggunakan empat buah elektroda, sebuah baterai, sebuah amperemeter
dan sebuah voltmeter yang sensitif, sebagaimana terlihat dalam Gambar 3.3
yang ada dibawah ini.

Gambar 41. Pengukuran tahanan jenis tanah


dengan metoda empat elektroda

Bila arus I masuk ke tanah melalui salah satu elektroda dan kembali
ke elektroda yang lain yang cukup jauh sehingga pengaruh diameter
konduktor dapat diabaikan. Arus yang masuk ke tanah mengalir secara
radial dari elektroda, misalkan arah arus dalam tanah dari elektroda 1 ke
elektroda 2 berbentuk permukaan bola dengan jari-jari r, luas permukaan
tersebut adalah 2πr², dan rapat arus radial pada jarak r adalah J = ½πr². Bila
ρ adalah tahanan jenis tanah, maka kuat medan dalam tanah pada arah radial
dengan jarak r adalah E(r) = J. Jadi,

90
I .ρ
E (r ) =
2.π .r 2

potensial pada jarak r dari elektroda adalah integral dari gaya


listrik dari jarak r ke titik tak terhingga :

∞ I .ρ
V = ∫ E (r )dr =
r 2.π .r 2

Perbandingan antara tegangan dan arus atau tahanan menjadi:

ρ
R=
2.π .r

dari Gambar 41, terlihat r13 = r34 = r24 = a.


Jadi :

I .ρ  1 1 
V3 =  − 
2.π  a 2a 
I .ρ  1 1 
V4 =  − 
2.π  2a a 

Beda tegangan antara titik3 dan 4 adalah :

I .ρ  1 1 1 1 I .ρ
V34 =  − − + =
2.π  a 2a 2a a  2.π .a

dan
V34 ρ
R34 = =
I 2.π .a

Jadi :
ρ = 2.π .a.R34

Bila a dalam meter dan R dalam Ω maka tahanan jenis dalam Ω-m.
Dengan alat ukur yang dibuat khusus untuk ini yang terdiri dari generator
yang diputar dengan tangan dan Ohm-meter, dapat dibaca langsung tahanan
antara elektroda arus dan elektroda tegangan.

91
Metoda tiga titik (three-point method) dimaksudkan untuk mengukur
tahanan pentanahan. Misalkan tiga buah batang pentanahan di mana batang
1 yang tahanannya hendak diukur dan batang 2 dan 3 sebagai batang
pentanahan pembantu yang juga belum diketahui tahanannya. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada Gambar 3.4 mengenai metode ini.

Gambar 42 Metoda tiga titik

Bila tahanan diantara tiap-tiap batang pentanahan diukur dengan arus


konstan, tiap pengukuran dapat ditulis sebagai berikut:

tetapi,

Jadi :

akhirnya,
R11 = R + R12 + R13 − R 23

92
Tahanan batang pentanahan dari elektroda 1 diberikan oleh
persamaan 3.14 jika kita dapat membuat,
R1− 2 + R1−3 − R 2 −3 = 0

Keadaan ini dapat diperoleh dengan mengatur posisi elektroda 2


sehingga harga Persamaan 3.15 dipenuhi.

1. Tahanan Pentanahan

Tahanan pentanahan dari elektroda pentanahan tergantung pada ;

a) Panjang elektroda itu sendiri dan penghantar yang


menghubungkan.
Tahanan pembumian dari elektroda pita dan batang, terutama
ditentukan oleh panjangnya. Pengaruh luas penampangnya hanya
kecil sekali.

b) Tahanan kontak antara elektroda dengan tanah.


Untuk memperoleh hasil yang baik, elektroda yang dipasang harus
membuat kontak yang baik dengan tanah. Batu dan kerikil yang
langsung mengenai elektroda, akan memperbesar tahanan
pentanahan dari elektroda ini karena batu dan kerikil mempunyai
sifat sebagai isolator.

c) Tahanan jenis dari tanah sekeliling elektroda


Karena tahanan jenis tanah berkaitan langsung dengan dengan
kadar air dan suhu, maka dapat diasumsikan bahwa tahanan jenis
tanah berubah sesuai dengan perubahan iklim. Di Indonesia
mempunyai dua musim yaitu, musim kemarau dan musim hujan.
Di daerah yang mempunyai curah hujan yang tinggi biasanya
mempunyai tahanan jenis yang tinggi hal ini disebabkan karena
garam yang terkandung pada lapisan atas larut.

93
Tabel 11. dibawah ini menunjukan harga rata-rata dari tahanan
pentanahan untuk elektroda tertentu pada tahanan jenis tanah liat dan
ladang ρ = 100 Ω -meter.

Tabel 11. Resistansi Pembumian pada resistansi jenis ρ = 100 Ω -meter *).

*)
Peraturan Umum Instalasi Listrik (PUIL) 2000, Halaman 81

Keterangan :

1. Untuk mencapai tahanan pentanahan sebesar 5 Ω pada tanah


liat atau tanah ladang dengan tahanan jenis tanah 100 Ω -meter,
maka diperlukan sebuah elektroda pita yang panjangnya 50
meter atau 4 buah elektroda batang yang panjangnya masing-
masing 5 meter. Jarak antara elektroda tersebut minimum harus
dua kali panjangnya.
2. Untuk tahanan jenis yang lain, maka besar tahanan pentanahan
adalah perkalian nilai di atas ( dala tabel ) dengan :
ρ ρ
atau
ρ1 100

94
Misal : Pada kondisi tanah pasir basah yang memiliki tahanan jenis
200 Ω -meter dengan memakai elektroda pita sepanjang 100
meter, maka menghasilkan tahanan pentanahan 6 ohm.

200
x3 = 6 ohm.
100

Jenis dan Ukuran Elektroda Pentanahan

Elektroda pentanahan adalah penghantar yang ditanam dalam


tanah dan membuat kontak langsung dengan tanah. Elektroda pentanahan
yang ditanam biasanya berasal dari bahan tembaga, plat besi maupun baja
yang digalvanisir agar elektrodanya tidak mudah korosi.
Bahan dan ukuran elektrode yang digunakan untuk pentanahan
harus memiliki kekuatan mekanis, tahan terhadap pengaruh kimiawi,
perubahan iklim dan tahan lama.
a. Bahan Elektroda Pentanahan

Sebagai bahan elektrode digunakan tembaga, atau baja


yang digalvanisasi atau dilapisi tembaga sepanjang kondisi
setempat tidak mengharuskan memakai bahan lain (misalnya pada
perusahaan kimia).

b. Ukuran Elektroda Pentanahan

Ukuran minimum elektroda dapat dipilih menurut


Tabel 12 dengan memperhatikan pengaruh korosi dan KHA. Jika
keadaan tanah sangat korosif atau jika digunakan elektrode baja
yang tidak digalvanisasi, dianjurkan untuk menggunakan luas
penampang atau tebal sekurang-kurangnya 150 % dari yang tertera
dalam Tabel 12

Tabel 12. Ukuran minimum elektroda bumi *)

95
*)
Peraturan Umum Instalasi Listrik (PUIL) 2000, Halaman 82

Adapun metode-metode pentanahan yang umum yang digunakan


adalah sebagai berikut

1. Elektroda batang
Elektroda batang adalah dibuat dari pipa besi, besi baja
profil atau logam lainya yang dipancangkan tegak lurus ke dalam
tanah. Panjang elektroda yang harus digunakan, disesuaikan
dengan tahanan pentanahan yang diperlukan ( pada tabel ). Yang
biasa digunakan untuk elektroda batang adalah dari bahan
tembaga, baja tahan korosi ( Stainless Steel ) atau baja yang
digalvaniskan ( Galvanized Steel ).

Untuk memancangkan elektroda batang ini sering juga


digunakan palu lantak.. Kalau tanahnya kering, kadang-kadang
sangat sulit untuk mencapai tahanan penyebaran yang cukup
rendah. Dalam hal ini, ada kalanya sifat-sifat tanah itu dapat
diperbaiki dengan mengolahnya dengan bahan-bahan kimia. Kalau
digunakan beberapa elektroda batang yang dihubungkan paralel,

96
jarak antara elektroda-elektroda ini harus sekurang-kurangnya
sama dengan dua kali panjang efektif dari satu elektroda.
Elektroda pembumian yang akan dipasang sangat dipengaruhi oieh
faktor sifat tanah, resistan pembumian dan kondisi setempat

Jenis elektroda batang yaitu :

a) Ground rod
b) Ground Pipe
Pada pentanahan dengan elektroda batang distribusi
tegangan yang terjadi untuk satu batang lektroda dan dua batang
elektroda yang ditanam tegak lurus ke dalam tanah, dimana arus
kesalahan mengalir dari elektroda tersebut ke tanah sekitarnya.

Gambar 43. Distribusi Tegangan Satu Batang Elektroda

Gambar 44. Distribusi Tegangan Dua Batang Elektroda

Dengan demikian untuk jumlah elektroda yang lebih


banyak yang ditanam tegak lurus ke dalam tanah maka tahanan
pentanahan semakin kecil dan distribusi tegangan akan lebih
merata.

97
Untuk cara penanaman batang elektroda adalah sebagai
berikut :

1. Satu batang elektroda yang ditanam tegak lurus ke dalam


tanah

Gambar 44. Satu batang elektroda yang ditanam tegak lurus ke dalam tanah
Tahanan dari satu batang elektroda yang ditanam
tegak lurus dengan permukaan tanah menurut H.B Dwight, di
dapat persamaan untuk gambar (2.a) sebagai berikut :

Untuk elektroda batang yang ditanam tegak lurus dan


pada kedalaman beberapa cm di bawah permukaan tanah
(gambar 2.b) berlaku hubungan:

Untuk gambar (2.c) satu batang elektroda tegak lurus


kedalam tanah, dan menembus lapisan kedua tanah tersebut.
Hal ini berlaku persamaan :

98
Untuk gambar (2.d) satu batang elektroda tegak lurus
kedalam tanah, pada kedalaman beberapa cm di bawah
permukaan tanah dan menembus lapisan kedua tanah tersebut.
Hal ini berlaku persamaan :

dimana :

Rd1 : tahanan untuk satu batang elektroda yang ditanam tegak

lurus permukaan tanah (Ohm)


L : panjang elektroda batang (meter)
a : jari-jari batang elektroda (m)
r : tahanan jenis tanah rata-rata (Ohm-m)

(indeks 1 atau 2 menunjukkan lapisan tanah)


hb : kedalaman penanaman elektroda (meter)

99
2. Dua batang elektroda yang ditanam tegak lurus ke dalam
tanah
Sistem pentanahan dengan menggunakan dua buah
batang konduktor ditanam tegak lurus dengan permukaan tanah
sebagai elektroda adalah untuk mengantisipasi apabila nilai
tahanan pentanahan dan tahanan jenis tanah yang relatif tinggi.

Susunan dari dua batang elektroda berbentuk selinder


dengan panjang L yang ditanam tegak lurus ke dalam tanah
dengan jarak antara ke dua elektroda tersebut sebesar S terlihat
pada gambar di bawah. Nilai tahanan pentanahan dan tahanan
jenis tanah yang relatif tinggi, maka untuk menguranginya
dengan cara menanamkan batang-batang elektroda pentanahan
dalam jumlah yang cukup banyak. Untuk dua batang elektroda
pentanahan yang ditanam tegak lurus ke dalam tanah oleh
Dwight, JL. Marshall dengan memperhatikan efek bayangan
biasanya adalah dengan menghitung tegangan pada salah satu
batang elektroda yang disebabkan oleh distribusi muatan yang
merata di batang elektroda itu sendiri dan pada batang
elektroda yang lain termasuk bayangannya. Dengan
menghitung tegangan rata-rata yang disebabkan oleh muatan
batang elektroda itu sendiri dan menghitung tegangan rata-rata
yang disebabkan oleh muatan batang elektroda yang lain.
Tegangan total rata-rata diperoleh dengan menjumlahkan
antara keduanya

Gambar 45. Dua batang elektroda yang ditanam tegak lurus ke

100
dalam tanah
Rumus tahanan pentanahan untuk dua batang elektroda
yang ditanam tegak lurus ke dalam tanah adalah sebagai
berikut :

untuk S > L

untuk S < L

dimana : S : jarak antara kedua elektroda (meter)

3. Beberapa batang elektroda (Multiple-Rod) yang ditanam


tegak lurus ke dalam tanah
Pentanahan dengan sistem multiple-rod ini dilakukan
dengan menanamkan batang-batang elektroda pentanahan
dalam tanah pada kedalaman beberapa cm, sejajar dengan
permukaan tanah dan elektroda tersebut dihubungkan satu
dengan lainnya sehingga. Makin banyak konduktor yang
ditanam dengan sistem ini, maka tegangan yang timbul pada
permukaan tanah pada saat terjadi gangguan ke tanah akan
terdistribusi merata. Adapun bentuk elektroda dengan sistem
multiple-rod ini dapat dilihat pada gambar 46 .

Pada sistem pentanahan ini menggunakan beberapa


batang elektroda (Multiple-Rod) yang ditanam tegak lurus ke
dalam tanah. Jika susunan batang - batang elektroda yang
ditanam tegak lurus ke dalam tanah dalam jumlah yang lebih
banyak, maka tahanan pentanahan akan semakin kecil dan

101
distribusi tegangan pada permukaan tanah akan lebih merata.
Penanaman elektroda yang tegak lurus ke dalam tanah dapat
berbentuk bujur sangkar atau empat persegi panjang dengan
jarak antara batang elektroda pentanahan adalah sama seperti
pada gambar berikut :

Gambar 46. Beberapa batang elektroda tegak lurus terhadap


tanah

Nilai tahanan pentanahan untuk beberapa batang


elektroda yang ditanam tegak lurus ke dalam tanah di mana rod
menembus lapisan tanah paling bawah/kedua, dihitung dengan
mengikuti persamaan berikut:

dimana Rt adalah tahanan elektroda batang (rod)

102
Keterangan :

N : jumlah batang rod


Cf (shafe factor = 0.9)
Ra dan Rb (tahanan berdasarkan pososi elektroda ( gambar.46)

2. Elektroda Pita
Elektrode pita ialah elektrode yang dibuat dari
penghantar berbentuk pita atau berpenampang bulat, atau
penghantar pilin yang pada umumnya ditanam secara dangkal.
Elektroda ini dapat ditanam sebagai pita lurus, radial
melingkar, jala-jala atau kombinasi dari bentuk-bentuk
tersebut, yang ditanam sejajar dengan permukaan tanah
sedalam 0,5-1,0 meter. Jumlah jari-jari yang digunakan tidak

103
perlu lebih dari enam. Penambahan jari-jari melebihi jumlah
ini tidak akan banyak mengurangi tahanan pentanahannya.

Gambar 47. Cara pemasangan elektrode pita*)

*)
Peraturan Umum Instalasi Listrik (PUIL) 2000, halaman 80

Penanaman elektroda pita sedalam 0,5-1,0 meter


dilakukan jika kondisi tanah mengijinkan. Dilihat dari metode
penanaman, elektroda pita membutuhkan area yang luas untuk
penanamannya, dibandingkan dengan elektroda batang.
Elektroda ini lebih cocok digunakan pada tanah yang
mengandung banyak batu-batuan. Pengaruh kelembaban
lapisan tanah terhadap tahanan pentanahan agar diperhatikan.
Panjang elektroda pentanahan agar disesuaikan dengan tahanan
pentanahan yang dibutuhkan, mengingat tahanan pita sebagian
besar tergantung pada panjang elektroda tersebut dan sedikit
tergantung pada luas penampangnya.

Untuk perhitungan pentanahan dengan


elektroda pita dapat ditentukan dengan rumus sebagai berikut :

R pt = ( ρ / π L) . (ln 2 L / a )

104
Keterangan :

Rpt = tahanan pentanahan (ohm)

ρ = tahanan jenis tanah (ohm-m)

L = panjang elektrode (m)

a = jari-jari batang elektrode (m)

3. Sistem Grid
Pentanahan sistem grid mula-mula dilakukan dengan
menanamkan batang-batang konduktor tegak lurus dengan
permukaan tanah (vertikal). Tetapi kemudian orang
menggunakan sistem pentanahan dengan menanamkan batang-
batang konduktor sejajar dengan permukaan tanah (horisontal)
dengan kedalaman beberapa puluh cm dibawah permukaan
tanah. Hal ini dilakukan karena pada suatu daerah yang berbatu
menyebabkan tidak dapat menanamkan elektroda pentanahan
lebih dalam. Setelah diselidiki lebih lanjut ternyata pentanahan
dengan sistem penanaman horisontal dengan bentuk kisi-kisi
(grid) mempunyai keuntungan-keuntungan dibandingkan
dengan pentanahan yang memakai batang-batang vertikal.
Sistem pentanahan batang vertikal masih banyak digunakan
pada Gardu Induk dan juga merupakan teori dasar dari sistem
pentanahan.
Untuk menentukan perencanaan suatu sistem
pentanahan grid harus diperhatikan beberapa faktor, antara lain
:
1. Besarnya arus gangguan yang mungkin terjadi.
2. Luasnya tanah yang dapat digunakan untuk pentanahan.

105
3. Tahanan jenis tanah.
4. Bentuk, ukuran dan jenis konduktor yang dipakai sebagai
elektroda pentanahan.
Tujuan utama berbagai sistem pentanahan tersebut
adalah untuk mendapatkan tahanan kontak ke tanah yang
cukup kecil. Untuk mengetahui sejauh mana tahanan kontak
ke tanah dapat diperkecil, perlu mengetahui rumus-rumus
tahanan kontak ke tanah dari masing-masing sistem
pentanahan.

Dasar perhitungan tahanan pentanahan adalah


perhitungan kapasitansi dari susunan batang-batang elektroda
pentanahan dengan anggapan bahwa distribusi arus atau
muatan uniform sepanjang batang elektroda. Hubungan
tahanan dan kapasitansi dapat dijelaskan dengan suatu analogi.
Analogi ini merupakan dasar perhitungan karena aliran arus
masuk ke dalam tanah dari elektroda pentanahan mempunyai
kesamaan dengan emisi fluks listrik dari konfigurasi yang sama
dari konduktor yang mempunyai muatan yang terisolir.

a. Penentuan Jumlah Batang Pengetanahan

Pada saat arus gangguan mengalir antara batang


pengetanahan dengan tanah, tanah akan menjadi panas
akibat i2 Suhu tanah harus tetap di bawah 100 0 C
untuk menjaga jangan sampai terjadi penguapan air
kandungan dalam tanah dan kenaikan tahanan jenis tanah.
Kerapatan arus yang diizinkan pada permukaan batang
pentanahan dapat dihitung dengan persamaan [ ] :

106
()

dimana :

i : kerapatan arus yang diizinkan (Ampere/cm)


d : diameter batang pengetanahan (mm)
δ : panas spesifik rata-rata tanah (± 1.75 x 106 watt-detik
tiap m2 tiap 0C )
θ : kenaikan suhu tanah yang diizinkan ( 0 C )
ρ : tahanan jenis tanah (Ohm-m)
t : lama waktu gangguan (detik)

Seluruh panjang batang pentanahan yang


diperlukan dihitung dari pembagian arus gangguan ke
tanah dengan kerapatan arus yang diizinkan, sedang jumlah
minimum batang pentanahan yang diperlukan diperoleh
dari pembagian panjang total dengan panjang satu batang,
atau dalam bentuk lain dituliskan sebagai berikut :

Ig
N min =
Lb1 x100 xi

dimana :

Nmin = jumlah minimum batang pentanahan yang


diperlukan
Ig = arus gangguan ke tanah (Ampere)
i = kerapatan arus yang diizinkan (Ampere/cm)

Lb1 = panjang satu batang elektroda (m)

107
b. Penentuan Ukuran Konduktor Grid

Rumus yang dapat digunakan untuk menentukan


ukuran dari konduktor tembaga minimum yang dipakai
sebagai pentanahan grid adalah sebagai berikut :

33 . t
A= I
 T − Ta 
log 10 m + 1
 234 + Ta 

Dimana :

A = Penampang konduktor (circullar mils) (1 circullar mils


= 0,0005065 mm2)

I = Arus gangguan (ampere)

t = Lama gangguan (detik)

Tm = suhu maksimum konduktor yang diijinkan (1083 0C)

Ta = Suhu lingkungan maksimum (300C)

Luas penampang atau diameter untuk


sambungan – sambungan atau dengan baut dapat
ditentukan dengan mensubtitusikan Tm dalam persamaan,
yaitu :

Untuk pengelasan maka Tm = 450 0C

Untuk baut maka Tm = 250 0C

108
109

Anda mungkin juga menyukai