PENTANAHAN / GROUNDING
Sistem tenaga listrik yang lengkap secara garis besar dapat dibagi
menjadi empat unsur. Pertama, adanya suatu unsur pembangkit listrik tegangan
yang dihasilkan oleh pusat pembangkit tenaga listrik itu biasanya tegangan
menengah (TM). Kedua, suatu sistem transmisi lengkap dengan gardu induk.
Karena jaraknya biasanya jauh, maka diperlukan penggunaan tegangan tinggi
(TT). Ketiga, adanya saluran distribusi yang biasanya terdiri dari saluran
distribusi incoming dengan tegangan menengah (TM) dan saluran distribusi
outgoing dengan tegangan rendah (TR). Keempat, adanya unsur pemakaian utilasi
yang terdiri atas instalasi pemakaian tenaga listrik. Instalasi rumah biasanya
memeakai tegangan rendah, sedangkan pemakaian besar, seperti industri
menggunakan tegangan menengah.
1
Untuk elemen-elemen nomor 2 sampai dengan 5 merupakan sistem
transmisi, sedangkan elemen-elemen nomor 6 sampai dengan 8 merupakan sistem
distribusi. Perbedaan antara sistem transmisi dan distribusi adalah tergantung
pada fungsinya. Fungsi dari sistem transmisi adalah membawa tenaga listrik dari
pusat pembangkit tenaga listrik ke pusat-pusat beban (Load centers). Sedangkan
fungsi dari sistem distribusi adalah menyalurkan tenaga listrik dari gardu induk ke
konsumen/pemakai. Lebih jelasnya dilihat pada gambar 1.
1
ABDUL Kadir, 2000:5
2
2.2 Pengertian dan Fungsi Distribusi Tenaga Listrik
Sistem Distribusi merupakan bagian dari sistem tenaga listrik yang
berguna untuk menyalurkan tenaga listrik dari sumber daya listrik besar (Bulk
Power Source) sampai ke konsumen. Jadi fungsi distribusi tenaga listrik adalah :
1. Pembagian atau penyaluran tenaga listrik ke beberapa tempat
(pelanggan).
2. Merupakan sub sistem tenaga listrik yang langsung berhubungan
dengan pelanggan, karena catu daya pada pusat-pusat beban
(pelanggan) dilayani langsung melalui jaringan distribusi.
Tenaga listrik yang dihasilkan oleh pembangkit tenaga listrik besar
dengan tegangan dari 11 kV sampai 24 kV dinaikan tegangannya oleh gardu
induk dengan transformator penaik tegangan menjadi 70 kV, 154 kV, 220 kV atau
500 kV kemudian disalurkan melalui saluran transmisi.
Tujuan menaikkan tegangan ialah untuk memperkecil kerugian daya
listrik pada saluran transmisi, dimana dalam hal ini kerugian daya adalah
sebanding dengan kuadrat arus yang mengalir (I2.R). Dengan daya yang sama bila
nilai tegangannya diperbesar, maka arus yang mengalir semakin kecil sehingga
kerugian daya juga akan kecil pula. Dari saluran transmisi, tegangan diturunkan
lagi menjadi 20 kV dengan transformator penurun tegangan pada gardu induk
distribusi, kemudian dengan sistem tegangan tersebut penyaluran tenaga listrik
disalurkan oleh saluran distribusi primer. Dari saluran distribusi primer inilah
gardu-gardu distribusi mengambil tegangan untuk diturunkan tegangannya
dengan trafo distribusi menjadi sistem tegangan rendah, yaitu 220/380Volt .
Selanjutnya disalurkan oleh saluran distribusi sekunder ke konsumen-konsumen.
Dengan ini jelas bahwa sistem distribusi merupakan bagian yang penting dalam
system tenaga listrik secara keseluruhan.
Pada sistem penyaluran daya jarak jauh, selalu digunakan tegangan
setinggi mungkin, dengan menggunakan trafo-trafo step-up. Nilai tegangan yang
sangat tinggi ini (HV,UHV,EHV) menimbulkan beberapa konsekuensi antara
lain: berbahaya bagi lingkungan dan mahalnya harga perlengkapan-
3
perlengkapannya, selain menjadi tidak cocok dengan nilai tegangan yang
dibutuhkan pada sisi beban. Maka, pada daerah-daerah pusat beban tegangan
saluran yang tinggi ini diturunkan kembali dengan menggunakan trafo-trafo step-
down. Akibatnya, bila ditinjau nilai tegangannya, maka mulai dari titik sumber
hingga di titik beban, terdapat bagian-bagian saluran yang memiliki nilai tegangan
berbeda-beda.
4
Daerah III : Bagian Distribusi Primer, bertegangan menengah
(6KV atau 20 KV).
Daerah IV : (Di dalam bangunan pada beban / konsumen),
instalasi bertegangan rendah.
Berdasarkan pembatasan-pembatasan tersebut, maka diketahui
bahwa porsi materi sistem distribusi adalah daerah III dan IV, yang pada
dasarnya dapat diklasifikasikan menurut beberapa cara, tergantung dari segi
apa dklasifikasi itu dibuat. Dengan demikian ruang lingkup jaringan
distribusi adalah:
a) SUTM (Saluran Udara Tegangan Menengah)
SUTM terdiri dari tiang dan peralatan kelengkapannya, konduktor
dan peralatan per-lengkapannya, serta peralatan pengaman dan pemutus.
b) SKTM (Saluran Kabel Tegangan Menengah)
SKTM terdiri dari kabel tanah, indoor dan outdoor termination, batu
bata, pasir dan lain-lain.
c) Gardu Trafo
Gardu trafo terdiri dari transformator, tiang, pondasi tiang, rangka
tempat trafo, LV (Low Voltage) panel, pipa-pipa pelindung, Arrester,
kabel-kabel, transformator distribusi, peralatan grounding, dan lain-lain.
d) SUTR dan SKTR, terdiri dari :
Sama dengan perlengkapan / material pada SUTM dan SKTM, yang
membedakan hanya dimensinya.
5
Gambar 3. Pembagian/Pengelompokan Tegangan Sistem Tenaga Listrik
6
a) Menurut Nilai Tegangannya
1. Saluran Distribusi Primer
Terletak pada sisi primer trafo distribusi, yaitu antara titik
sekunder trafo substation (GI) dengan titik primer trafo distribusi.
Saluran ini bertegangan menengah 20kV. Jaringan listrik 70 kV atau
150 kV, jika langsung melayani pelanggan, bisa disebut jaringan
distribusi.
2. Saluran Distribusi Sekunder
Terletak pada sisi sekunder trafo distribusi, yaitu antara
titik sekunder dengan titik cabang menuju beban. (Lihat Gambar 3)
7
d) Menurut Susunan (Konfigurasi) Salurannya
1. Saluran konfigurasi horisontal, apabila saluran fasa terhadap fasa
yang lain/terhadap netral, atau saluran positip terhadap negatip (pada
sistem DC) membentuk garis horisontal.
2. Saluran konfigurasi vertikal, apabila saluran-saluran tersebut
membentuk garis vertikal.
3. Saluran konfigurasi delta, apabila kedudukan saluran satu sama lain
membentuk suatu segitiga (delta).
8
Bila antara titik sumber dan titik bebannya hanya
terdapat satu saluran (line), tidak ada alternatif saluran lainnya.
Bentuk jaringan ini merupakan bentuk dasar, paling sederhana
dan paling banyak digunakan. Dinamakan radial karena saluran
ini ditarik secara radial dari suatu titik yang merupakan sumber
dari jaringan itu, dan dicabang-cabang ke titik-titik beban yang
dilayani.
Catu daya berasal dari satu titik sumber dan karena
adanya pencabangan-pencabangan tersebut, maka arus beban
yang mengalir sepanjang saluran menjadi tidak sama besar.
Oleh karena kerapatan arus (beban) pada setiap titik
sepanjang saluran tidak sama besar, maka luas penampang
konduktor pada jaringan bentuk radial ini ukurannya tidak harus
sama. Maksudnya, saluran utama (dekat sumber) yang
menanggung arus beban besar, ukuran penampangnya relatif
besar, dan saluran cabang-cabangnya makin ke ujung dengan
arus beban yang lebih kecil, ukurannya lebih kecil pula.
Spesifikasi dari jaringan bentuk radial ini adalah sebagai berikut:
9
Gambar 4. Sistem Radial.
10
Untuk melokalisir gangguan, pada bentuk radial ini
biasanya diperlengkapi dengan peralatan pengaman berupa fuse,
sectionaliser, recloser, atau alat pemutus beban lainnya, tetapi
fungsinya hanya membatasi daerah yang mengalami pemadaman
total, yaitu daerah saluran sesudah / dibelakang titik gangguan,
selama gangguan belum teratasi. Jadi, misalkan gangguan terjadi
di titik F, maka daerah beban K, L dan M akan mengalami
pemadaman total (Gambar 2-10). Jaringan distribusi radial ini
memiliki beberapa bentuk modifikasi, antara lain:
1.Radial tipe pohon.
2.Radial dengan tie dan switch pemisah.
3.Radial dengan pusat beban.
4.Radial dengan pembagian phase area
11
Gambar 5. Jaringan Radial Tipe Pohon.
12
menghubungkan bagian penyulang yang sehat ke penyulang
di sekitarnya.
13
yang sarna sepanjang saluran. Sistem loop dapat dioperasikan
secara terbuka maupun secara tertutup.
14
Bila diperlengkapi dengan normally-close switch, yang
dalam keadaan normal rangkaian selalu tertutup. Pada tipe ini,
kualitas dan kontinyuitas pelayanan daya memang lebih baik,
tetapi biaya investasinya lebih mahal, karena memerlukan pemutus
beban yang lebih banyak. Bila digunakan dengan pemutus beban
yang otomatis (dilengkapi dengan recloser atau AVS),maka
pengamanan dapat berlangsung cepat dan praktis, dengan cepat
pula daerah gangguan segera beroperasi kembali bila gangguan
telah teratasi. Dengan cara ini berarti dapat mengurangi tenaga
operator. Bentuk ini cocok untuk digunakan pada daerah beban
yang padat dan memerlukan keandalan tinggi.
15
Gambar 7. Jaringan Distribusi NET dilengkapi breaker pada
bagian tengah masing-masing penyulang
Keuntungan :
1. Kontinyuitas penyaluran daya paling terjamin.
2. Kualitas tegangannya baik, rugi daya pada saluran amat kecil.
3. Dibanding dengan bentuk lain, paling flexible (luwes) dalam
mengikuti pertumbuhan dan perkembangan beban.
16
Kekurangan :
1. Sebelum pelaksanaannya, memerlukan koordinasi perencanaan
yang teliti dan rumit.
2. Memerlukan biaya investasi yang besar (mahal)
3. Memerlukan tenaga-tenaga terampil dalam pengoperasian nya.
17
Gambar 8. Sistem Spindel
18
2. Jaringan Sistem Distribusi Sekunder
Sistem distribusi sekunder digunakan untuk menyalurkan
tenaga listrik dari gardu distribusi ke beban-beban yang ada di
konsumen. Pada sistem distribusi sekunder bentuk saluran yang paling
banyak digunakan ialah sistem radial. Sistem ini dapat menggunakan
kabel yang berisolasi maupun konduktor tanpa isolasi. Sistem ini
biasanya disebut system tegangan rendah yang langsung akan
dihubungkan kepada konsumen/pemakai tenaga listrik dengan melalui
peralatan-peralatan sbb:
1) Papan pembagi pada trafo distribusi,
2) Hantaran tegangan rendah (saluran distribusi sekunder).
3) Saluran Layanan Pelanggan (SLP) (ke konsumen/pemakai)
4) Alat Pembatas dan pengukur daya (kWH. meter) serta fuse atau
pengaman pada pelanggan.
Komponen saluran distribusi sekunder seperti ditunjukkan
pada gambar berikut ini.
19
tempat untuk pengubah tegangan sebelum disalurkan ke konsumen. Masing-
masing dilengkapi gawai-gawai kendali dengan komponen proteksinya.
b. Gardu hubung
Berisi kubikel jenis PMT atau LBS digunakan sebagai pembagi
energi listrik atau sebagai perlengkapan manuver untuk jaringan .
Dioperasikan secara lokal maupun jarak jauh
c. Gardu distribusi
Berisi saklar / kubikel, peralatan proteksi , trafo step down 20 kv
/ 220 - 380 v dan PHB-TR
20
a. Gardu Mobil
21
Keterangan gambar:
1. Saklar Pemisah 6. Pengubah tap 11.Saklar pemisah
2. Penyalur Petir 7. Pemutus 12.Poros Berganda
3. Pemutus 8. Kotak Kontrol 13.Gudang Peralatan
4. Isolator 9. Trafo bantu
5. Transformator 10.Baterai Nikad
b. Gardu Beton
22
Gambar 11. Bagan satu garis Gardu Beton
Keterangan :
1. Kabel masuk-pemisah atau sakelar beban (load break)
2. Kabel keluar-sakelar beban (load break)
3. Pengaman transformator sakelar-beban+pengaman lebur
4. Sakelar beban sisi TR
5. Rak TR dengan 4 siskit beban
6. Pengaman lebur TM (HRC-Fuse)
7. Pengaman lebur TR (NH-Fuse)
8. Transformator
23
d) Arus perencanaan rel/busbar 800 A, 1.200 A, 1.800 A
e) Arus perencanaan sirkit keluar 400A
f) Test ketahanan tegangan rendah.
24
tiang dengan trafo satu fasa kapasitas yang ada maksimum 50 KVA,
sedang gardu tiang dengan trafo tiga fasa kapasitas maksimum 160
KVA (200 kVA). Trafo tiga fasa untuk gradu tiang ada dua macam,
yaitu trafo 1x3 fasa dan trafo 3x1fasa. Gambar 3-39 memperlihatkan
sebuah gardu distribusi tiang tipe portal lengkap dengan
perlengkapan proteksinya dan panel distribusi tegangan rendah yang
terletak di bagian bawah tiang (tengah).
25
Gambar 13. Single Line Gardu Tiang Tipe Portal
Keterangan Gambar :
1. Arrester
2. Proteksi Cut Out Fused
3. Trafo Distribusi
4. Sakelar Beban Tegangan Rendah
5. PHB tegangan rendah
6. NH Fuse jurusan
26
3. 1 panel PHB tegangan rendah dengan 2 jurusan atau
transformator completely self protected (CSP - Transformator)
Lihat contoh gambar konstruksi gardu cantol PT. PLN (Persero)
Keterangan :
1. Transformator
27
2. Sirkit Akhir 2 fasa
3. Arrester
4. Cut Out fused, sakelar beban TR sudah terpasang di dalam
transformator
Catatan :
El 1 – N = 220 Volt
El2 – N = 220 Volt
El1 –N = 440 Volt
28
1. Konstruksi GTT Tipe Cantol
Pada konstruksi ini dapat dipasang trafo fasa tunggal dan fasa
tiga, yang dengan sendirinya ada perbedaan kebutuhan
material/peralatannya.
29
1. Transformator
Trafo untuk gardu trafo tiang adalah jenis trafo distribusi yang
berfungsi untuk mengubah tegangan menengah 20 kV dan SUTM
menjadi tegangan rendah 400 / 231 Volt dengan tegangan operasi 380 /
220 Volt. Daya 3 fasa dari saluran distribusi dapat di transformasikan
menggunakan tiga buah trafo 1 fasa atau dengan hanya menggunakan
sebuah trafo 3 fasa. Kumpulan trafo 1 fasa yang digunakan untuk
mentransformasikan daya 3 fasa disebut trafo bank 3 fasa.
a. Spesifikasi umum
Spesifikasi umum ini ditetapkan bagi transformator
distribusi, baik yang diimpor maupun produksi dalam negeri.
Spesifikasi ini meliputi juga ketentuan-ketentuan yang lebih spesifik
sesua dengan pengalaman dan kebutuhan di Indonesia. Dalam
menetapkan spesifikasi umum bagi pemesanan sebuah transformator
harus berdasarkan standar dalamSPLN8 A:1978 ( Publikasi IEC 76-
l).
Berikut ini adalah hal-hal yang terpenting yang perlu
diperhatikan dalam pemilihan transformator distribusi yang
mempunyai tegangan tertinggi ( untuk peralatan ) 24 KV atau
kurang, baiik melalui impor maupun pembelian dalam negeri.
30
c. Tranformator fase tiga,atau fase-tunggal \
d. Sistem fase tiga atau fase tunggal
e. Frekensi
f. Tranformator terendam minyak (minyak mineral)
g. Pasangan dalam atau luar
h. Daya pengenal (KVA)
i. Tegangan pengenal (belitan primer dan sekunder)
j. Penyadapan tanpa beban
k. Tingkat isolasi dasar
l. Lambang hubungan atau lambang vektor
m. Pemasangan,perakitan,pengangkutan dan penanganannya
n. Dan lain-lain yang dianggap perlu
2. Spesifikasi Khusus
Sebagai spesifikasi khusus mungkin perlu informasi
tambahan mengenai berbagai hal antara lain:
a. Untuk uji tegangan denyut (impuls),apakah diperlukan uji gelomban
terpancung
b. Karakteristik hubung singkat
Dalam pemesanan PLN dapat menetapkan lebih lanjut
spesifikasi khusus masing-masing bagi transformator produksi
dalam negeri dan yang diimpor sesuai dengan kebutuhan PLN.
Bilamana dianggap perlu dapat ditetapkan ketentuan-ketentuan
sebagai berikut:
a. Berat maksimum dan rinciannya (berat transformator s/d 400
kVA maksimum 3000 kg)
b. Dimensi maksimum;
c. Langkah-langkah guna mencegah korosi
d. Uraian konstruksi yang terperinci
e. Uraian mengenai alat-alat pelengkap;
31
f. Uraian yang lebih spesifik mengenai pengujian, termasuk
pengujian khusus yang dikehendaki pembeli dan disetujui
pabrikan;
g. Suku cadang dan perkakas;
h. Terminal tegangan (pada busing) dibuat dari kuningan
(brass), supaya tidak berkarat;
i. Cat yang tahan cuaca, tidak mudah hilang dan bermutu
tinggi.
3. Data-data teknis pada pelat nama
Pelat nama yang kuat dan tahan karat, bernomor seri dan
mudah dikenali. Tulisan pada pelat ini harus jelas dan tidak
mudah hilang/luntur, data yang tertulis pada pelat nama
sekurang-kurangnya adalah sebagai berikut:
a. Jenis transformator (transformator distribusi)
b. Nomor spesifikasi standar
c. Nomor kontrak
d. Nama pabrikan dan merk perniagaan
e. Nomor seri pembuatan
f. Tahun pembuatan
g. Jumlah fase
h. Daya pengenal (untuk transformator belitan banyak ganda,
daya pengenal tiap belitan harus diberikan. Kombinasi
pembebanan harus ditunjukkan pula, jika tidak daya
pengenal salah satu belitan merupakan jumlah daya pengenal
belitan lainnya)
i. Frekuensi pengenal
j. Tegangan pengenal
k. Arus pengenal
l. Lambang hubungan kelompok vektor
32
m. Tegangan impedans nilai terukur pada arus pengenal dan
pada suhu acuan
n. Nilai kenaikan suhu belitan dan minyak bagian atas
o. Berat keseluruhan
p. Berat minyak isolasi
q. Jenis minyak yang digunakan misal Shell Diala B
r. Diagram hubungan (dalam hal lambang hubungan tidak
dapat memberikan informasi lengkap mengenai hubungan di
dalam transformator). Bila hubungan dapat diubah dalam
transformator, maka hubungan yang telah dibuat harus
diperlihatkan.
a. Tegangan primer
b. Tegangan Sekunder
33
Tegangan sekunder ditetapkan disesuaikan dengan
tegangan nominal sistem pada jaringan tegangan rendah
(JTR) yang berlaku di Indonesia 23 I V (untuk sistem fase
tunggal) dan 400/2 3 I V (untuk sistem fase-tiga), yaitu 231
V dan 400/23I V (pada keadaan tanpa beban).
c. Daya pengenal
34
35
36
d. Kelompok vektor
Kelompok veklor Ada empat macam transformator
yang dibedakan oleh kelompok vektor dan titik netralnya
yaitu :
1. Kelompok vektor Yzn5
Dipakai pada transformator berkapasitas sampai dengan
160 KVA
catatan : ini berarti titik netralnya dikeluarkan
2. Kelompok vektor Dyn5
Dipakai pada transformator berkapasitas 200 kVA
sampai dengan 2500 KVA.
3. YNyn0
Kelompok vektor ini digunakan pada transformator yang
akan dipasang pada sistem jaringan distribusi fase-tiga, 4
kawat.
4. YNd5
Kelompok vektor ini digunakan pada transformator
pembangkit (misal PLTD)
37
1. Sirkit magnetis dan laminasi baja silikon atau baja
amourphose (amourphose steel ) dengan rugi rugi yang
rendah. Harus dicegah adanya harmonik, khususnya yang
ke 3 dan 5. Arus magnetisasi harus sekecil mungkin. Inti
harus tahan terhadap tekanan mekanis..
2. Susunan lilitan dan saluran sirkulasi minyak harus dapat
meniberikan pendinginan yang efisien. Kiem-klem sirkit
magnetis dan pasak-pasak belitan harus tahan terhadap
tekanan hubung-singkat.
3. Busing transformator harus didesain untuk dapat
dipasang pada pasangan luar maupun pasangan dalam.
Busing dari pasangan luar dapat dilepas tanpa membuka
tangki. Busing terbuat dari bahan-bahan porselin atau
jenis plug in bushing. Untuk hal-hal khusus seperti
penyambungan transformator dengan kabel,
dimungkinkan adanya kotak sambungan kabel,
Jarak rambat busing tegangan menengah minimum 500
mm.
Untuk transformator yang akan digunakan pada sistem 3
fase 4 kawat, Ynyn0 bushing pada sisi netral boleh
mempunyai kelas isolasi tegangan yang lebih rendah dari
busing fase.
4. Tangki terbuat dari pelat dengan permukaan yang halus
yang dilas dan diperkuat dengan lipatan-lipatan atau
seksi-seksi. Konstruksi tangki adalah hermetically scaled
untuk transformator dengan daya pengenal sampai
dengan 800 kVA.
Untuk daya pengenal di atas 800 kVA dapat hermetically
scaled atau konvensional.
38
Bagian luar harus dicat dengan cat yang tahan cuaca,
dengan ketebalan minimum 70 mm, tidak mudah hilang
dan berkualitas baik.
5. Transformator yang dilengkapi dengan radiator yang
padu harus tetap memudahkan pengangkutan dalam
keadaan terkait lengkap dan dimensinya sesuai dengan
peraturan lalu lintas setempat. Bila diminta dapat
dilengkapi dengan katup pelepas radiator.
6. Tingkat bising transformator distribusi maksimum sesuai
dengan nilai yang tercantum dalam Tabel 3.
7. Penandaan terminal dan sadapan
Penandaan terminal dan sadapan transforniator distrihusi
harus mengikuti Publikasi IEC No. 616:1978 yaitu
Primer : IU; IV 1W (IN)* )
Sekunder: 2U; 2V; 2W; 2N
39
8. Untuk transformator yang menggunakan pengaman jenis
pemutus tenaga pada sisi tegangan rendah,karakteristik
pemutus tenaga terhadap beban lebih harus mengacu
kepada SPLN 95:1994
*) Penandaann netral IN pada terminal primer digunakan
untuk kelompok vektor transformator YNyn0 dan YNd5
h. Alat-alat pelengkap
Alat-alat pelengkap yang terpasang atau disertakan
pada tiap-tiap transformator sekurang-kurang nya terdiri dari
:
1. Pengaman tekanan lebih;
2. Terminal pentanahan minimum 2 buah dan dilengkapi
dengan simbol pentanahan;
3. Pelat pengenal;
4. Lubang pengisi minyak;
5. Lubang penguras minyak;
40
6. Kuping pengangkat;
7. Satu buah termometer jarum untuk mengukur temperatur
minyak.
8. Gelas penduga minyak
2. Tiang
Pada umumnnya tiang listrik yang sekarang digunakan pada
SUTM 20 kV terbuat dari beton bertulang dan tiang besi. Pemakaian
tiang kayu sudah jarang digunakan karena daya tahannya (umumnya)
relatif pendek dan memerlukan pemeliharaan khusus.
Dilihat dari fungsinya, tiang listrik dibedakan menjadi dua yaitu
tiang pemikul dan tiang tarik. Tiang pemikul berfungsi untuk memikul
konduktor dan isolator. Sedangkan tiang tarik fungsinya untuk menarik
konduktor.
41
3. jaringan yang menyebrang jalan raya harus dilengkapi dengan
jaring pengaman untuk menghindari kalau nantinya terjadi kabel
yang putus pada jaringan yang menyebrang jalan tersebut.
4. minimala penanaman tiang untuk SUTM adalah 1/6 dari tinggi
tiang, selain itu harus dipertimbangkan juga faktor jenis tanah
yang digunakan sebagai tempat penanaman
42
Gambar 17. Konstruksi Tiang beton untuk SUTM
43
3. FCO (Fuse Cut Out)
Teiah ditetapkan tiga sistem jaringan distribusi 20 kV dan satu
sistem jaringan distribusi 6 kV, yang dibedakan berdasarkan pola
pelayanan dan pentanahannya, yang berlaku masing-masing di tiap
daerah.
Pada kesatuan-kesatuan PLN belum terdapat petunjuk pemilihan
dan penggunaan pelebur yang dapat diandalkan maupun yang sifatnya
seragam.
Di pasaran terdapat banyak standar, jenis, tipe dan karakteristik
pelebur, yang demi efisiensi dan keandalan pelayanan sistem PLN,
pemakaiannya perlu diteliti dan dipilih disesuaikan dengan sistem dan
kondisi yang ada di Indonesia, dan untuk membatasi macam dan
jenisnya.
Maka perlu untuk menetapkan standar, jenis, tipe dan
karakteristik pelebur untuk tiap pengamanan, berikut petunjuk pemilihan
dan penggunaannya. Dengan pertimbangan akan pemakaian yang telah
umum dan tidak menimbulkan masalah, maka perlu ditetapkan bahwa
bagi SUTM dan pengaman sisi primer trafo distribusi pasangan luar
dipergunakan pelebur jenis letupan (expulsion) bentuk terbuka (open)
dengan rujukan pelengkap dan standar ANSI/NEMA; sedangkan bagi
pengaman pasangan dalam dipergunakan pelebur jenis pembatasan arus
(current limiting) dengan rujukan pelengkap dan standar negra Eropa
(Perancis atau Jerman).
a. Faktor – faktor dalam pemilihan Cut out
Penggunaan cut out tergantung pada arus beban, tegangan,
tipe sistem, dan arus gangguan yang mungkin terjadi. Faktor dalam
pemlihan cut our, yaitu :
1. pemilihan rating arus kontinue.
Rating arus kontinue dari cut out besarnyaakan sama dengan atau
lebih besar dari arus beban kontinue maksimum yang
44
diiinginkan. Dalam penentuan arus beban dari saluran,
pertimbangan arus diberikan pada kondisi normal dan kondisi
overload . pada umumnya outgoing feeder 20 kv dari GI di Jatim
mampu menanggung arus beban maksimum 630 A maka arus
beban sebesar 100 A pada cabang adalah cukup. Di Jati rating
arus tertinggi cut our 100 A.
2. Pemilihan rating tegangan
Rating tegangan ditentukan dari karakteristik sebagai berikut :
a. tegangan sistem fasa
b. sistem pentanahan
c. rangkaian satu atau tiga fasa
sesuai dengan tegangan sistam di Jatim rating tegangan cut out
dipilih sebesar 20 KV dan masuk ke BIL 150 kV
3. Pemilihan rating pemutusan
Untuk trafo berisolasi minyak harus diproteksi dengan gawai
proteksi arus lebih secara tersendiri pada smabungan primer
dengan kemampuan atau setelan tidak lebih dari 250% dari arus
pengenal trafo. Pada trafo yang tidak berisolasikan minyak
(Trafo jenis kering) harus diproteksi dengan gawai proteksi arus
lebih dengan setelan 125% dari arus pengenal trafo.
KVATRAFO
I CO = x 2,5 (Untuk Trafo berisolasi minyak)
3 . 20kV
KVATRAFO
I CO = x 1,25 (Untuk Trafo kering)
3 . 20kV
45
Tabel 4. Rekomendasi arus pengaman pelebur 24 KV jenis letupan
(Pub IEC 282-2(1974)/NEMA)
Sebagai pengaman trafo distribusi di sisi primer
46
Gambar 18. Contoh pasangan pelebur jenis letupan
Keterangan :
1. Isolator porselen 6. Mata kait (dari brons)
2. Kontak (dari tembaga disepuh perak) 7. Tabung pelebur (dari resin)
3. Klas terminal (dari kuningan) 8. Penggantung (dari baja tahan karat)
4. Tutup yang dapat dilepas (kuningan) 9. Klem pemegang dari baja
5. Batang pemegang atas (dari baja) 10.Lengan pemutus hubungan (baja)
47
4. Lighting Arrester
Lightning arrester adalah suatu alat yang digunakan untuk
melindungi peralatan listrik terhadap sambaran petir. Dipasang pada
atau dekat peralatan yang dihubungkan dan fasa konduktor ke tanah.
Arrester membentuk jalan yang mudah dilalui oleh petir. sehingga tidak
timbul tegangan lebih yang tinggi pada peralatan. Jalan pintas tersebut
harus sedemikian rupa sehingga tidak mengganggu aliran daya sistem 50
herz. Pada kerja normal, lightning arrester berfungsi sebagai isolator dan
bila terkena sambaran petir akan berlaku sebagai konduktor yang
rnelewatkan petir ke bumi. Setelah petir hilang, lightning arrester harus
cepat kembali menjadi isolator, sehingga pemutus tenaga (PMT) tidak
sempat membuka. Pada kondisi normal (tidak terkena petir), arus bocor
lightning arrester tidak boleh melebihi 2 mA. Apabila melebihi angka
tersebut, berarti kemungkinan besar lightning arrester rnengalami
kerusakan.
Pada saluran distribusi, arrester yang biasanya digunakan adalah
arrester jenis katup (valve type). Arrester jenis katup terdiri dari sela
percik terbagi atau sela seri yang terhubung dengan elemen tahanan
yang mernpunyai karakteristik tidak linear. Tegangan frekwensi dasar
tidak dapat menimbulkan tembus pada sela seri. Apabila sela seri
tembus pada saat tibanya suatu surja yang cukup tinggi, alat tersebut
menjadi penghantar. Sela seri tidak bisa memutuskan arus susulan.
Dalam hal ini arrester dibantu oleh tahanan non linier yang mempunyai
karakteristik tahanan kecil untuk arus besar dan tahanan besar untuk arus
susulan dan frekwensi dasar.
48
Gambar 19. ghting Arrester Jenis Katub
Sumber : Hutauruk, TS, Gelombang Berjalan Dan Proteksi Surja.
Jakarta : Erlangga, 1989, p.103
Lightning arrester jenis katup terdiri dan sela percik terbagi atau
sela sen yang terhubung dengan elemen tahanan tidak linear. Tahanan
tersehut mempunyal sifat khusus yaltu tahanannya turun banyak sekali
bila arusnya naik dan berlangsung dalam waktu yang sangat cepat.
Tegangan frekwensi dasar tidak dapat menimbulkan tembus pada
sela sen. Apabila sela sen tembus pada saat tihanya petir yang cukup
tinggi, alat tersebut menjadi penghantar.
Sela sen itu tidak bisa memutuskan arus susulan. Dalam hal mi
dia dibantu oleh tahanan tak linear yang mempunyai karakteristik
tahanan kecil untuk anis besar dan tahanan besar untuk arus susulan dan
frekwensi dasar.
49
tegangan lebih itu telah habis, tinggal tegangan nominalnya saja.
maka sela seri akan membuka kembali tahanannya naik kembali
sehingga arus susulan dibatasi. Untuk memadamkan busur api yang
timbul. tahanan sela percik yang tidak linier tersebut berfungsi
mematikannya. Jika tahanan dengan harga konstan (kurva A)
mengakibatkan tegangan jatuh menjadi besar sekali, akibatnya
pengamanan tegangan tidak terpenuhi. Mengatasi hal tersebut
digunakan tahanan karakteristik lengkung B dimana tahanan akan
turun drastis bila tegangan naik. Proses penurunan tersebut
berlangsung sangat cepat selama mencapai puncaknya. Tegangan
lebih dalam hal ini manyebabkan penurunan drastis di tahanan
sehingga tegangan jatuh dibatasi meskipun arusnya besar.
50
sambaran petir dan awan yang langsung menyambar jaringan
sehingga menyebabkan naiknya tegangan dengan cepat. Daerah yang
terkena sambaran dapat terjadi pada tower, kawat petir dan kawat
penghantar. Besarnya arus atau tegangan akibat sambaran ini
tergantung pada besar arus kilat, waktu muka dan jenis hang saluran.
Sambaran tidak langsung atau sambaran induksi terjadi akibat
sambaran petir ke bumi atau sambar petir dan awan ke awan di dekat
saluran sehingga menyebabkan tirnbulnya muatan induksi
padajaringan.
Pada SUTM. gangguan kilat akibat sambaran tidak langsung
atau sambaran induksi tidak botch diabaikan. Justru gangguan kilat
akibat sambaran induksi ini lebih banyak terjadi dibandingkan
dengan gangguan akibat sambaran langsung dikarenakan luasnya
daerah sambaran induksi.
51
c. Ekor gelombang (residual voltage), yaitu bagian di belakang
puncak. Panjang gelombang. t2 (mikrodetik). yaitu waktu dan
permulaan sampai titk 50 % E pada ekor gelombang. Tegangan
residu atau residual voltage adalah tegangan yang dibangkitkan
pada tahanan non linier saat lonjakan arus mengalir.
d. Polaritas. yaitu polaritas dari gelombang, positif atau negatif.
Berikut merupakan tabel baatas aman untuk pemilihan
arrester pada saluran distribusi 20kV.
Tegangan masih
di bawah rating
transformator
120 KV < 150 KV <125 KV Aman maupun arrester
Tegangan masih
memenuhi
125 KV <150 KV =125 KV Aman
batasan keduanya
Tegangan lebih
diterima arrester
130 KV <150 KV >125 KV Aman
dan dialirkan ke
tanah
Masih memenuhi
batas tegangan
52
tertinggi yang
bisa diterima
150 KV =150 KV >125 KV Aman
arrester.
53
2. Saklar Utama
3. NH Fuse Utama
4. Rel Tembaga
5. NH Fuse jurusan
6. Isolator penumpu Rel
7. Sistem Pembumian
54
6. Pentanahan
Sistem pentanahan merupakan tindakan pengamanan terhadap
keadaan tak normal, salah satunya yaitu berfungsi sebagai sarana
mengalirkan arus gangguan kedalam tanah, hal yang perlu diperhatikan
dalam perencanaan sistem pentanahan adalah tidak timbulnya bahaya
tegangan pada fasa-fasa yang tidak terganggu dan timbulnya arus
gangguan yang besar.
55
Gambar 23. Single line pengetanhan Gardu Trafo Tiang
56
tegangan yang dii jinkan adalah tegangan yang cukup aman bagi orang
yang berada di sekitar gardu tiang transformator.
a. Tujuan pembumian :
57
1. Pentanahan arrester
58
2. Pentanahan titk netral trafo
59
2.4 Metode Pengetanahan di Indonesia.
Sesuai standart PLN, yaitu SPLN 2 : 1978, telah ditetapkan metode
pengetanahan untuk sistem-sistem 150KV, 66 KV dan 20 KV. Adapun pola
kriteria, pertimbangan penerapan dan penerapan pengetanahan diberikan dibawah
ini :
Pola kriteria :
Pertimbangan Penerapan
60
a. Keandalan sistem ini lebih baik daripada pembumian dengan
kumparan Petersen, terutama bagi jaringan yang luas. Keandalan
sistem ini sama dengan keandalan dari sistem dengan pembumian
yang lain.
b. Keselamatan lebih baik daripada cara pembumian efektif, karena arus
gangguan yang kecil. Juga lebih baik bila di bandingkan dengan
pembumian dengan kumparan Petersen, karena gangguan dapat segera
diisolir.
c. Faktor ekonomi lebih menguntungkan, karena lebih murah dari
pembumian dengan kumparan Petersen dan tidak banyak berbeda
dengan pembumian efektif. Selain itu juga pengaruh induktif adalah
yang terkecil dibandingkan dengan pembumian efektif. Selain itu juga
penganih induktif adalah yang terkecil dibandingkan dengan
pembumian efektif maupun pembumian dengan reaktor.
Pada 20 kV, yang ada pada umumnya berdekatan dengan
pemakai listrik dan jaringan telekomunikasi, maka faktor keselamatan
dan pengaruh induktif lebih penting lagi diperhatikan. Dengan
memperhatikan pula pertimbangan-pertimbangan tersebut di atas maka
pada sistem ini dipakai pembumian dengan tahanan.
Penetapan Pembumian
a. Sistem 150 kV
61
Pembumian netral sistem 66 KV beserta pengamannya,
ditetapkan sebagai berikut :
62
Gambar 26. Aspek Pembumian pada JTM
Keterangan :
63
Pengatanahan untuk sistem distribusi saluran udara ( SUTM ) dan
sistem yang disuplai dengan trafo dengan pengaman lebur pada sisi primer
perlu memberikan arus gangguan yang cukup untuk melebur pengaman
leburnya.
1. R = 12 ohm, sistem 3 fasa, 3 kawat untuk jaringan kabel tanah.
2. R = 40 ohm, sistem 3 fasa, 3 kawat untuk saluran udara.
Sistem ini terdapat pada sistem distribusi yang ada di banyak
tempat di Indonesia kecuali Jatim dan Jateng ( Contoh: jakarta , Jabar,
Luar Jawa). Besar tahanan yang dihubungkan seri dengan pentanahan
adalah 40 Ohm untuk SUTM dan 12 Ohm untuk SKTM atau gabungan
SUTM dan SKTM. Pengaruh dari sistem ini terhadap pola pengamanan
arus lebih adalah sebagai berikut:
1. Arus gangguan hubung singkat antara fasa dan tanah cukup besar
(max :1000 A untuk SUTM dan 300 A untuk SKTM)
2. Karakteristik relai arus yang digunakan pada PMT utama adalah jenis
waktu tetap (definite time)
3. PMT saluran utama dilengkapi dengan relai gangguan tanah dan
penutup balik bagi saluran udara
4. Pelebur boleh dipasang sebagai pengaman saluran percabangan atau
pengamanan trafo distribusi
64
sambungan kabel.( gambar 27 ). Dipakai PLN wilayah kerja DKI Jaya
dan Jawa Barat ( Gambar )
65
3. Pola Jaringan melalui pentanahan tahanan tinggi R = 500 ohm.
Sistem seperti ini terdapat pada sistem distribusi di Jatim.
Besar tahanan yang dihubungkan seri dengan pentanahan adalah 500
untuk SUTM maupun SKTM. Pengaruh dari sistem ini terhadap pola
pengamanan arus lebih adalah sebagai berikut:
20 KV / 1.73
I hs = = 23,12 A
500Ohm
66
Gangguan tanah pada sistem ini sangat kecil maksimum 25
Amp sehingga bila terjadi persentuhan kawat Tegangan menengah
pada jaringan atau instalasi Tegangan rendah, bila tahanan tanah
pada instalasi mak 1 Ohm ( tegangan sentuhnya 1 x 25A = 25 Volt,
tidak melebihi tegangan sentuh 50 volt yang diijinkan). Mengingat
rendahnya arus hubung singkat phasa tanah, maka sebagian besar
gangguan yang sifatnya temporer dapat bebas dengan sendirinya.
67
dengan standar konstruksi PUIL, SPLN 3:1978 bahwa semua jaringan
tegangan rendah dan instalasi harus menggunakan sistem Pentanahan
Netral Pengaman (PNP), yaitu system pentanahan dengan cara
menghubungkan badan peralatan atau instalasi dengan hantaran netral
yang ditanahkan (disebut hantaran nol) sedemikian rupa, sehingga jika
terjadi kegagalan isolasi, tercegahlah bertahannya tegangan sentuh yang
terlalu tinggi karena pemutusan arus lebih oleh alat pengaman arus lebih.
I = semua bagian aktif diisolasi dari bumi, atau satu titik dihubungkan ke
bumi melalui suatu impedans.
68
S = fungsi proteksi yang diberikan oleh penghantar yang terpisah dari
netral atau dari saluran yang dibumikan (atau dalam sistem a.b., fase yang
dibumikan).
1. Sistem IT
69
tanah. Bila gangguan tidak dapat diperbaiki, akan terjadi kegagalan
isolasi kedua di tempat lain pada
1)
sistem dapat diisolasi dari bumi.
2. Sistem TT
70
Gambar 31. pentanahan sistem TT
3. Sistem TN
71
Gambar 32. pentanahan sistem TN-S
72
Gambar 34.Pentanahan TN-C
73
a. Persyaratan umum PNP
74
Gambar 35. Sistem Pentanahan PNP
75
b. Mencegah terjadinya kenaikan tegangan yang terlalu tinggi
akibat terputusnya penghantar netral. Pada pelanggan yang
netralnya terpisah dari sumber atau gardu distribusi.
c. Mencegah kenaikan tegangan kawat netral, termasuk badan
peralatan, dalam hal ini ada arus netral akibat beban yang tidak
seimbang.
d. Mencegah kenaikan tegangan yang terlalu tinggi pada kawat
netralnya, bila JTR yang ada di bawah JTM menyentuh JTM
Dengan tersambungnya penghantar pengaman ke netral
maka bila terjadi kegagalan isolasi pada peralatan, arus gangguan
akan lebih terjamin cukup besarnya sehingga alat pengaman selalu
bekerja/putus dengan cepat, sebab penghantar netral merupakan
jalan kembali yang baik, tidak hanya tergantung pada elektroda
pentanahan pada sistem TT. Tegangan sentuh yang terjadipun
relatif lebih rendah dibandingkan dengan sistem TT.
76
tegangan pada fasa yang berbeban tinggi di jaringan yang
penghantar netralnya tidak terhubung pada sumber.
Gardu trafo tiang (GTT) merupakan salah satu bagian dari sistem
tenaga listrik yang mempunyai kemungkinan sangat besar mengalami
bahaya yang disebabkan oleh timbulnya gangguan sehingga arus
gangguan itu mengalir ke tanah melalui peralatan, sebagai akibat isolasi
peralatan yang tidak berfungsi dengan baik. Arus gangguan tersebut akan
mengalir pada bagian-bagian peralatan yang terbuat dari metal dan juga
mengalir dalam tanah di sekitar GTT. Arus gangguan ini menibulkan
gradien tegangan diantara peralatan dengan peralatan, peralatan dengan
tanah, dan juga gradien tegangan pada permukaan tanah itu sendiri.
Besarnya gradien tegangan pada permukaan tanah tergantung pada
tahanan jenis tanah atau sesuai dengan struktur tanah tersebut. Salah satu
usaha untuk memperkecil tegangan permukaan tanah maka diperlukan
suatu pentanahan yaitu dengan cara menambahkan elektroda pentanahan
77
yang ditanam ke dalam tanah. Oleh karena lokasi GTT biasanya dan
berada pada daerah yang kemungkinannya mempunyai jenis tanah yanng
berbeda - beda, maka diperlukan perencanaan pentanahan yang sesuai,
dengan tujuan untuk mendapatkan tahanan pentanahan yang kecil,
sehingga tegangan permukaan yang timbul tidak membahayakan baik
dalam kondisi normal maupun saat terjadi gangguan ke tanah.
78
dihubungkan ketanah melalui impedansi yang rendah agar tegangan
yang timbul pada kerangka peralatan cukup kecil dan tidak berbahaya.
Bila arus hubung singkat ke tanah dipaksakan mengalir
melalui tanah dengan tahanan yang tinggi akan menimbulkan
perbedaan tegangan yang besar dan berbahaya. Pada saat terjadi
gangguan, arus gangguan yang dialirkan ke tanah akan menimbulkan
perbedaan tegangan pada permukaan tanah yang dise-babkan karena
adanya tahanan tanah. Jika pada waktu gangguan itu terjadi seseorang
berjalan di sekitar GTT sambil memegang atau menyentuh suatu
peralatan yang diketanahkan yang terkena gangguan, maka akan ada
arus mengalir melalui tubuh orang tersebut. Arus listrik tersebut
mengalir dari tangan ke kedua kaki dan terus ke tanah, bila orang
tersebut menyentuh suatu peralatan, atau dari kaki yang satu ke kaki
yang lain bila ia berjalan di sekitar GTT tanpa menyentuh peralatan.
Arus ini yang membahayakan orang dan biasanya disebut arus kejut.
Berat ringannya bahaya yang dialami seseorang tergantung pada
besarnya arus listrik yang melalui tubuh, lamanya arus tersebut
mengalir dan frekuensinya.
79
Tabel diatas adalah untuk tegangan konsumen dengan syarat :
50
RE 2 <
k .In
Keterangan :
If
b Es RE2
c
RE1
E ph RE2
80
Dari rangkaian diatas diperoleh persamaan-persamaan sbb ;
Eph
If =
R E1 + R E 2
Es = If . RE2
Es Eph
=
R E 2 R E1 + R E 2
Es . RE1
RE 2 =
Eph . Es
Keterangan :
If : arus gangguan
Es : tegangan sentuh
81
dijelas-kan berikut ini . Bila seseorang memegang penghantar yang
diberi tegangan mulai dari harga nol dan dinaikkan sedikit demi
sedikit, arus listrik yang melalui tubuh orang tersebut akan
memberikan pengaruh. Mula mula akan merangsang syaraf
sehingga akan terasa suatu getaran yang tidak berbahaya bila
dengan arus bolak balik dan akan terasa sedikit panas pada telapak
tangan bila dengan arus searah (arus persepsi). Bila tegangan yang
menyebabkan terjadinya tingkat arus persepsi dinaikkan lagi maka
orang akan merasa sakit dan kalau terus dinaikkan maka otot-otot
akan kaku sehingga orang tersebut tidak berdaya lagi untuk
melepaskan konduktor tersebut.
82
Gambar 38. Rangkaian pengganti tegangan sentuh
Es = Ik . (Rk + Rf/2)
Rf = 3 ρ s
Es = Ik . (Rk + 1,5 ρ s )
0,116
Ik = arus fibrilasi =
t
0,116
Es = (1000 + 1,5 ρ s ) .
t
Keterangan :
83
Rk : tahanan badan orang ± 1000 Ω (rata – rata)
84
dapat bertahan terhadap besarnya arus dan waktu yang
ditentukan oleh persamaan sebagai berikut
Ik2 . t = K → Ik = k /t
Keterangan :
Ik : arus gangguan
t : waktu ganguan
k : konstanta
K 50 = 0,0116 ; K 70 = 0,157
Sehingga → Ik = 0,116 / t
1980 0,1
1400 0,2
1140 0,3
990 0,4
890 0,5
626 1,0
85
Tipe tanah : organik lembab kering bebatuan
86
I
relatif besar dan bila mengalir dari tempat terjadinya gangguan
kembali ke sumber (titik netral) melalui tanah yang mempunyai
tahanan relatif besar maka tegangan di permukaan tanah akan
menjadi tinggi. Gambar menunjukan tegangan langkah
Rk
Ik
Rf Rf
Rth
Rg1
Vth
R1
Rg2 Rk El
Rg3 Rf
EL = (Rk + 2 Rf). Ik
= (1000 + 6 ρ s ). 0.116 / t
87
116 + 0.696 ρ s
=
t
Ketearangan:
EL : Tegangan langkah
:3 ρs
: 3000 Ω − m
7000 0,1
4950 0,2
4040 0,3
3800 0,4
3140 0,5
2216 1
88
3. Pasir basah,
4. Krikil basah,
5. Pasir dan kerikil kering,
6. Tanah berbatu.
*)
Peraturan Umum Instalasi Listrik (PUIL) 2000, Halaman 80
Oleh karena itu untuk menganalisa besarnya tahanan jenis tanah dari
keadaan yang tampak saja sangatlah sulit dan hasilnya kurang akurat. Salah
89
satu cara yang efektif untuk mengetahui besarnya tahanan jenis tanah di
suatu tempat adalah diadakan beberapa kali pengukuran setempat.
Bila arus I masuk ke tanah melalui salah satu elektroda dan kembali
ke elektroda yang lain yang cukup jauh sehingga pengaruh diameter
konduktor dapat diabaikan. Arus yang masuk ke tanah mengalir secara
radial dari elektroda, misalkan arah arus dalam tanah dari elektroda 1 ke
elektroda 2 berbentuk permukaan bola dengan jari-jari r, luas permukaan
tersebut adalah 2πr², dan rapat arus radial pada jarak r adalah J = ½πr². Bila
ρ adalah tahanan jenis tanah, maka kuat medan dalam tanah pada arah radial
dengan jarak r adalah E(r) = J. Jadi,
90
I .ρ
E (r ) =
2.π .r 2
∞ I .ρ
V = ∫ E (r )dr =
r 2.π .r 2
ρ
R=
2.π .r
I .ρ 1 1
V3 = −
2.π a 2a
I .ρ 1 1
V4 = −
2.π 2a a
I .ρ 1 1 1 1 I .ρ
V34 = − − + =
2.π a 2a 2a a 2.π .a
dan
V34 ρ
R34 = =
I 2.π .a
Jadi :
ρ = 2.π .a.R34
Bila a dalam meter dan R dalam Ω maka tahanan jenis dalam Ω-m.
Dengan alat ukur yang dibuat khusus untuk ini yang terdiri dari generator
yang diputar dengan tangan dan Ohm-meter, dapat dibaca langsung tahanan
antara elektroda arus dan elektroda tegangan.
91
Metoda tiga titik (three-point method) dimaksudkan untuk mengukur
tahanan pentanahan. Misalkan tiga buah batang pentanahan di mana batang
1 yang tahanannya hendak diukur dan batang 2 dan 3 sebagai batang
pentanahan pembantu yang juga belum diketahui tahanannya. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada Gambar 3.4 mengenai metode ini.
tetapi,
Jadi :
akhirnya,
R11 = R + R12 + R13 − R 23
92
Tahanan batang pentanahan dari elektroda 1 diberikan oleh
persamaan 3.14 jika kita dapat membuat,
R1− 2 + R1−3 − R 2 −3 = 0
1. Tahanan Pentanahan
93
Tabel 11. dibawah ini menunjukan harga rata-rata dari tahanan
pentanahan untuk elektroda tertentu pada tahanan jenis tanah liat dan
ladang ρ = 100 Ω -meter.
Tabel 11. Resistansi Pembumian pada resistansi jenis ρ = 100 Ω -meter *).
*)
Peraturan Umum Instalasi Listrik (PUIL) 2000, Halaman 81
Keterangan :
94
Misal : Pada kondisi tanah pasir basah yang memiliki tahanan jenis
200 Ω -meter dengan memakai elektroda pita sepanjang 100
meter, maka menghasilkan tahanan pentanahan 6 ohm.
200
x3 = 6 ohm.
100
95
*)
Peraturan Umum Instalasi Listrik (PUIL) 2000, Halaman 82
1. Elektroda batang
Elektroda batang adalah dibuat dari pipa besi, besi baja
profil atau logam lainya yang dipancangkan tegak lurus ke dalam
tanah. Panjang elektroda yang harus digunakan, disesuaikan
dengan tahanan pentanahan yang diperlukan ( pada tabel ). Yang
biasa digunakan untuk elektroda batang adalah dari bahan
tembaga, baja tahan korosi ( Stainless Steel ) atau baja yang
digalvaniskan ( Galvanized Steel ).
96
jarak antara elektroda-elektroda ini harus sekurang-kurangnya
sama dengan dua kali panjang efektif dari satu elektroda.
Elektroda pembumian yang akan dipasang sangat dipengaruhi oieh
faktor sifat tanah, resistan pembumian dan kondisi setempat
a) Ground rod
b) Ground Pipe
Pada pentanahan dengan elektroda batang distribusi
tegangan yang terjadi untuk satu batang lektroda dan dua batang
elektroda yang ditanam tegak lurus ke dalam tanah, dimana arus
kesalahan mengalir dari elektroda tersebut ke tanah sekitarnya.
97
Untuk cara penanaman batang elektroda adalah sebagai
berikut :
Gambar 44. Satu batang elektroda yang ditanam tegak lurus ke dalam tanah
Tahanan dari satu batang elektroda yang ditanam
tegak lurus dengan permukaan tanah menurut H.B Dwight, di
dapat persamaan untuk gambar (2.a) sebagai berikut :
98
Untuk gambar (2.d) satu batang elektroda tegak lurus
kedalam tanah, pada kedalaman beberapa cm di bawah
permukaan tanah dan menembus lapisan kedua tanah tersebut.
Hal ini berlaku persamaan :
dimana :
99
2. Dua batang elektroda yang ditanam tegak lurus ke dalam
tanah
Sistem pentanahan dengan menggunakan dua buah
batang konduktor ditanam tegak lurus dengan permukaan tanah
sebagai elektroda adalah untuk mengantisipasi apabila nilai
tahanan pentanahan dan tahanan jenis tanah yang relatif tinggi.
100
dalam tanah
Rumus tahanan pentanahan untuk dua batang elektroda
yang ditanam tegak lurus ke dalam tanah adalah sebagai
berikut :
untuk S > L
untuk S < L
101
distribusi tegangan pada permukaan tanah akan lebih merata.
Penanaman elektroda yang tegak lurus ke dalam tanah dapat
berbentuk bujur sangkar atau empat persegi panjang dengan
jarak antara batang elektroda pentanahan adalah sama seperti
pada gambar berikut :
102
Keterangan :
2. Elektroda Pita
Elektrode pita ialah elektrode yang dibuat dari
penghantar berbentuk pita atau berpenampang bulat, atau
penghantar pilin yang pada umumnya ditanam secara dangkal.
Elektroda ini dapat ditanam sebagai pita lurus, radial
melingkar, jala-jala atau kombinasi dari bentuk-bentuk
tersebut, yang ditanam sejajar dengan permukaan tanah
sedalam 0,5-1,0 meter. Jumlah jari-jari yang digunakan tidak
103
perlu lebih dari enam. Penambahan jari-jari melebihi jumlah
ini tidak akan banyak mengurangi tahanan pentanahannya.
*)
Peraturan Umum Instalasi Listrik (PUIL) 2000, halaman 80
R pt = ( ρ / π L) . (ln 2 L / a )
104
Keterangan :
3. Sistem Grid
Pentanahan sistem grid mula-mula dilakukan dengan
menanamkan batang-batang konduktor tegak lurus dengan
permukaan tanah (vertikal). Tetapi kemudian orang
menggunakan sistem pentanahan dengan menanamkan batang-
batang konduktor sejajar dengan permukaan tanah (horisontal)
dengan kedalaman beberapa puluh cm dibawah permukaan
tanah. Hal ini dilakukan karena pada suatu daerah yang berbatu
menyebabkan tidak dapat menanamkan elektroda pentanahan
lebih dalam. Setelah diselidiki lebih lanjut ternyata pentanahan
dengan sistem penanaman horisontal dengan bentuk kisi-kisi
(grid) mempunyai keuntungan-keuntungan dibandingkan
dengan pentanahan yang memakai batang-batang vertikal.
Sistem pentanahan batang vertikal masih banyak digunakan
pada Gardu Induk dan juga merupakan teori dasar dari sistem
pentanahan.
Untuk menentukan perencanaan suatu sistem
pentanahan grid harus diperhatikan beberapa faktor, antara lain
:
1. Besarnya arus gangguan yang mungkin terjadi.
2. Luasnya tanah yang dapat digunakan untuk pentanahan.
105
3. Tahanan jenis tanah.
4. Bentuk, ukuran dan jenis konduktor yang dipakai sebagai
elektroda pentanahan.
Tujuan utama berbagai sistem pentanahan tersebut
adalah untuk mendapatkan tahanan kontak ke tanah yang
cukup kecil. Untuk mengetahui sejauh mana tahanan kontak
ke tanah dapat diperkecil, perlu mengetahui rumus-rumus
tahanan kontak ke tanah dari masing-masing sistem
pentanahan.
106
()
dimana :
Ig
N min =
Lb1 x100 xi
dimana :
107
b. Penentuan Ukuran Konduktor Grid
33 . t
A= I
T − Ta
log 10 m + 1
234 + Ta
Dimana :
108
109