Anda di halaman 1dari 2

Nama: Anies Syahfitri_1513024045

Studi Buktikan Pernikahan Sedarah Punya Risiko Genetik Besar


Penulis : Resa Eka Ayu Sartika
Kompas.com - 03/07/2019, 16:31 WIB

Pernikahan sedarah di Bulukumba, Sulawesi Selatan menyita perhatian publik. Dalam


kacamata budaya Indonesia, pernikahan antara saudara kandung semacam ini dianggap tabu dan
menyimpang. Bukan hanya itu, pernikahan antar-saudara kandung juga berpotensi menimbulkan
banyak masalah genetik. Masalah genetik ini memang tidak serta merta dirasakan oleh orang yang
menikah. Tapi, "korban" genetik dari pernikahan sedarah ini adalah anak yang dilahirkan dari
hubungan tersebut.
Sebagai informasi, ketika dua organisme yang memiliki hubungan darah melakukan
perkawinan, tingkat homozigositas yang terjadi lebih tinggi. Maksudnya, keturunan yang dihasilkan
memiliki peluang lebih besar untuk menerima alel (gen pada kromosom) identik dari ayah dan ibu
mereka.
Hal ini membuat terjadinya pengurangan keragaman genetik. Padahal, keragaman genetik ini
membantu organisme (dalam kasus ini manusia) untuk bertahan dari perubahan lingkungan dan
beradaptasi. Akibatnya, orang mungkin menderita penurunan kebugaran biologis. Misalnya saja, anak
mengembangkan gangguan resesif autoimun. Risiko penurunan kesehatan ini makin besar ketika dua
gen yang membawa potensi bahaya bertemu.
Kita semua merupakan pembawa gen-gen yang berpotensi berbahaya. Meski begitu, alel
resesif jarang terjadi karena mitra produksi acak belum tentu memiliki alel yang sama. Namun lain
halnya ketika terjadi perkawinan sedarah. Pertemuan alel yang sama meningkat, sehingga potensi
akibatnya pun lebih besar.

Bukti Studi
Sebuah studi tentang anak-anak hasil perkawinan sedarah di Cekoslowakia menemukan 42
persen menderita cacat lahir yang parah atau menderita kematian dini. Tak hanya itu, 11 persen
lainnya mengalami gangguan mental. Sekelompok konselor genetik juga membeberkan konsekuensi
biologis dari hubungan pernikahan sedarah.
Dari penelitian yang dilakukan, mereka menemukan efek inses sebanyak 40 persen anak-anak
dilairkan dengan kelainan resesif autosom, kelainan fisik bawaan, bahkan defisik intelektual yang
parah. 14 persen lainnya mengalami cacat mental ringan. Sedangkan anak yang baru lahir menderita
kematian dini, cacat lahir, atau gangguan mental parah mendekati angka 50 persen.
Beberapa contoh cacat yang terlihat dalam kasus inses di antaranya:

 Mengurangi kesuburan
 Mengurangi tingkat kelahiran
 Angka kematian bayi dan anak lebih tinggi
 Ukuran tubuh ketika dewasa lebih kecil (cebol/kerdil)
 Fungsi kekebalan tubuh berkurang
 Peningkatan risiko penyakit kardiovaskular
 Asimetri wajah meningkat
 Kelainan genetik
 Gangguan mental seperti skizofrenia
 Cacat lahir seperti kebutaan, keterbatasan gerak

sumber: https://sains.kompas.com/read/2019/07/03/163100923/studi-buktikan-pernikahan-sedarah-
punya-risiko-genetik-besar?page=all. (diakses pada tanggal 02 September 2019, 20:15 WIB).

Analisis artikel:

Pada waktu dua organisme yang memiliki hubungan darah melakukan perkawinan, tingkat
homozigositas yang terjadi lebih tinggi. Maksudnya, keturunan yang dihasilkan memiliki peluang lebih
besar untuk menerima alel (gen pada kromosom) identik dari ayah dan ibu mereka. Sehingga
terjadinya pengurangan keragaman genetic, yang mengakibatkan orang tersebut akan menderita
penurunan kebugaran biologis. Misalnya yaitu, anak mengembangkan gangguan resesif autoimun.
Risiko penurunan kesehatan ini makin besar ketika dua gen yang membawa potensi bahaya bertemu.
Seseorang bisa membawa gen-gen yang berpotensi berbahaya. Meski begitu, alel resesif
jarang terjadi karena mitra produksi acak belum tentu memiliki alel yang sama. Namun lain halnya
ketika terjadi perkawinan sedarah. Pertemuan alel yang sama meningkat, sehingga potensi akibatnya
pun lebih besar.

Dari beberapa hasil penelitian menyebutkan tentang anak-anak hasil perkawinan sedarah di
Cekoslowakia menemukan 42 persen menderita cacat lahir yang parah atau menderita kematian dini,
dengan 11 persen lainnya mengalami gangguan mental. Sekelompok konselor genetik juga
membeberkan konsekuensi biologis dari hubungan pernikahan sedarah. Sedangkan dari penelitian
lain yang dilakukan, mereka menemukan efek inses sebanyak 40 persen anak-anak dilahirkan dengan
kelainan resesif autosom, kelainan fisik bawaan, bahkan defisik intelektual yang parah. 14 persen
lainnya mengalami cacat mental ringan. Sedangkan anak yang baru lahir menderita kematian dini,
cacat lahir, atau gangguan mental parah mendekati angka 50 persen.

Anda mungkin juga menyukai