Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH PSIKOLOGI

FAKTOR PENYEBAB DAN STRATEGI

MENGHADAPI KONFLIK

DISUSUN OLEH:

KELOMPOK 6

1. RIFDAH RANIA 1913411067


2. DITA ROYHANA
3. NERA ELISA
4. RIKI SETIAWAN PEBRIYANTO
5. DINAR FERTISYA
6. DHEA AJENG SISKIA
7. ASTY NADIA ISMUNANDAR
8. ANGGUN TRIANI MAHARDIKA

JURUSAN GIZI

POLTEKKES KEMENKES TANJUNG KARANG

TAHUN 2020
DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Konflik merupakan sesuatu yang tidak dapat dihindari oleh manusia sebagai makhluk
sosial di dalam berkehidupan bermasyarakat. Manusia sebagai makhluk individu sekaligus
makhluk sosial dalam menjalin hubungan sosial dengan manusia lainya tidak lepas dari
kepentingan satu sama lain. Selama manusia itu mempunyai kepentingan yang berbeda maka
konflik akan selalu menyertainya dimanapun mereka berada.

Adapun konflik bersumber dari kebutuhan dasar manusia (basic human needs) seperti
yang diungkapkan oleh John Burton dalam Conflict: Resolution and Provention, setiap
kepentingan memiliki tujuan dalam bentuk pemenuhan kebutuhan dasar Susan, 2012: 19-20).
Misalnya kebutuhan manusia secara materil berupa kekayaan bisa yang kita ketahui bersama
bahwa hampir semua orang itu mempunyai kepentingan masing-masing baik untuk dirinya
sendiri maupun untuk kelompoknya. Perbedaan kepentingan adalah salah satu faktor utama yang
dapat menimbulkan konflik sosial.

Konflik sosial berarti persepsi mengenai perbedaan kepentingan (perceived divergence of


interest), atau suatu kepercayaan bahwa aspirasi-aspirasi pihak-pihak yang berkonflik tidak dapat
dicapai secara simultan (Pruitt, 2011: 10). Artinya bahwa terjadinya suatu konflik sosial
disebabkan oleh banyak faktor sehingga konflik tersebut bersifat kompleks yang melibatkan
berbagai unsur masyarakat di dalamnya. Salah satu konflik sosial yang dilatarbelakangi oleh
perbedaan kepentingan,yakni konflik lingkungan hidup. Konflik lingkungan hidup merupakan
peristiwa-peristiwa yang terjadi akibat gesekan yang disebabkan oleh perbedaan kepentingan
hidup. Oleh karena itu konflik lingkungan hidup tidaklah disebabkan oleh faktor alam tetapi
lebih dipengaruhi oleh faktor manusia itu sendiri, mengingat bahwa manusia memiliki keinginan
untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Manusia dengan berbagai dimensinya terutama dengan
faktor mobilitas pertumbuhannya, akal pikiran dengan faktor proses masa atau zaman yang
mengubah karakter, pandangan manusia, merupakan faktor yang lebih tepat dikaitkan kepada
masalah-masalah lingkungan hidup. (Moerad, 2004: 1)

.
1.2 RUMUSAN MASALAH

1. Apakah yang dimaksud dengan konflik?


2. Apa saja factor penyebab konflik?
3. Apa saja strategi dalam mengatasi konflik?
4. Apa saja menurut para ahli tentang konflik?
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Konflik

Konflik berasal dari kata kerja Latin configere yang berarti saling memukul. Secara


sosiologis, konflik diartikan sebagai suatu proses sosial antara dua orang atau lebih (bisa juga
kelompok) di mana salah satu pihak berusaha menyingkirkan pihak lain dengan
menghancurkannya atau membuatnya tidak berdaya.

Tidak satu masyarakat pun yang tidak pernah mengalami konflik antar anggotanya atau
dengan kelompok masyarakat lainnya, konflik hanya akan hilang bersamaan dengan hilangnya
masyarakat itu sendiri.

Konflik dilatarbelakangi oleh perbedaan ciri-ciri yang dibawa individu dalam


suatu interaksi. Perbedaan-perbedaan tersebut diantaranya adalah menyangkut ciri fisik,
kepandaian, pengetahuan, adat istiadat, keyakinan, dan lain sebagainya. Dengan dibawasertanya
ciri-ciri individual dalam interaksi sosial, konflik merupakan situasi yang wajar dalam
setiap masyarakat dan tidak satu masyarakat pun yang tidak pernah mengalami konflik antar
anggotanya atau dengan kelompok masyarakat lainnya, konflik hanya akan hilang bersamaan
dengan hilangnya masyarakat itu sendiri.

Konflik bertentangan dengan integrasi. Konflik dan Integrasi berjalan sebagai sebuah


siklus di masyarakat. Konflik yang terkontrol akan menghasilkan integrasi. Sebaliknya, integrasi
yang tidak sempurna dapat menciptakan konflik

2.2 Faktor-faktor Penyebab Konflik

Menurut Stoner, J. A. F dan Freeman, R. E. (1992) Konflik sering muncul karena


kesalahan dalam mengkomunikasikan keinginan dan adanya kebutuhan dan nilai-nilai kepada
orang lain (Wahyudi, 2011:35). Serta Handoko, T.H., (1992) mengungkapkan bahwa konflik
muncul karena adanya kenyataan bahwa, para anggota bersaing untuk mendapatkan sumber daya
organisasi yang terbatas, bertambahnya beban kerja, aliran tugas yang kurang dimengerti
bawahan, kesalahan komunikasi, dan adanya perbedaan status, tujuan, atau persepsi (Wahyudi,
2011:36).
Kemudian, Aldag, R.J. dan Stearns, T.M. (1987) mengidentifikasi sumber-sumber
konflik meliputi, “task inderdependence, goal incompatibility, differentiation of values and
point of view, uncertainly ( the shifting of the task scope), and reward system” artinya “tugas
saling bergantungan, ketidakcocokan tujuan, perbedaan nilai dan sudut pandang,
ketidakpastian (pergeseran lingkup tugas) dan sistem penghargaan” (Wahyudi, 2011:36-37).
Pendapat yang hampir sama dikemukakan oleh Robbins, S.P. (1990), Harris, R.J. (1984) bahwa,
konflik organisasi disebabkan oleh adanya saling ketergantungan perkerjaan, ketergantungan
pekerjaan satu arah, diferrensisasi horisontal yang tinggi, formalisasi yang rendah, perbedaan
kriteria evaluasi, dan sistem imbalan, kenaekaragaman anggota, perbedaan status dan peran, serta
distorsi komunikasi (Wahyudi, 2011:37).
Konflik terjadi dikarenakan berbagai sebab dan alasan menurut Owens, R. G (1991)
menyatakan bahwa, aturan-aturan yang diberlakukan dan prosedur yang tertulis dan tidak tertulis
dapat menyebabkan konflik jika penerapannya terlalu kaku dan keras. Dalam pernyataan lain
Terry, G., R. (1986) perubahan dan perkembangan dalam organisasi sering menimbulkan
perbedaan-perbadaan pendapat, keyakinan dan ide-ide (Wahyudi, 2011:35).
Sementara itu Marwansyah (2012:305-308) Mengungkapkan bahwa faktor-faktor
penyebab konflik dapat dikategorikan dalam dua faktor yaitu faktor-faktor ogranisasi dan faktor-
faktor antarpribadi.
1. Faktor-faktor organisasi
a. Persaingan SDM
b. Ketidakjelasan tanggung Jawab
c. Ketergantungan
d. Sistem Imbalan
2. Faktor-faktor antar pribadi
a. Iri hati atau dendam
b. Salah anggapan
c. Komunikasi yang buruk
d. Kritik yang tidak tepat
Jadi, teori mengenai penyebab terjadi konflik sangat beragam, namun dapat ditarik
kesimpulan bahwa penyebab terjadinya konflik secara garis besar dikarenakan banyaknya
perbedaan yang saling bertentangan. Salah satunya pada perbedaan persepsi sehingga
menciptakan adanya kesalahan dalam komunikasi. Hal ini juga dapat dikaitkan dengan
perbedaan status atau jabatan, karena kebanyakan jika seseorang berada pada status yang lebih
rendah dari orang lain akan menyebabkan seseorang tersebut mempunyai persepsi yang buruk
terhadap individu yang lain. Sehingga membuat bawahan lebih fokus terhadap emosinya
dibandingkan dengan tugas yang telah diamanahkan padanya. Kemudian yang akan terjadi
adalah bawahan kurang mengerti atas tugasnya lalu akan merasa beban kerja yang diberikan
padanya semakin bertambah.
Robins & Judge (1996) menerangkan proses konflik sebagai rangkaian yang terdiri atas
lima tahapan, dimana pada tahap pertama –pertentangan potensial atau ketidaksesuaian-
merupakan tahap hadirnya kondisi-kondisi yang menciptakan peluang. Munculnya konflik yang
juga bisa di pandang sebagai penyebab atau sumber konflik. Kondisi-kondisi ini dapat diringkas
ke dalam tiga kategori umum, sebagai berikut :
1. Komunikasi
Komunikasi dapat menjadi sumber konflik. Pemaknaan kata yang berbeda, pertukaran
informasi yang tidak memadai, kesalahpahamana, gangguan dari berbagai sumber,
merupakan contoh sejumlah hambatan komunikasi yang dapat mengarah kepada konflik.
2. Struktur
Dalam kaitan ini, istilah struktur mencakup variabel-variabel seperti ukuran organisasi,
derajat spesialisasi,dalam tugas-tugas yang diberikan kpada anggota kelompok, kejelasan
peran dan tanggung jawab, keselarasan tujuan organisasi dan tujuan anggota, gaya
kepemimpinan, sisitem imbalan, dan derajat ketergantungan antar kelompok.
3. Pribadi
Faktor pribadi merupakan faktor personal yang bisa memicu konflik. Faktor-faktor ini
adalah kepribadian, emosi, dan nilai. Banyak bukti yang menunjukan bahwa tipe
kepribadian tertentu –misalnya, orang yang otoriter dan dogmatis- berpotensi
menimbulkan konflik. Emosi seorang juga bisa mendorong timbulnya konflik. Misalnya,
seorang karyawan yang marah karena lalu lintas yang tidak teratur –macet- sehingga bisa
terlambat tiba di kantor, karyawan tersebut bisa membawa kemarahannya hingga jam
kerja berlangsung. Hal ini akan mengganggu rekan-rekan kerjanya serta dapat
menimbulkan suasana kerja yang menegangkan. Akhirnya perbedaan nilai-nilai muncul
pada karyawan tersebut. Perbedaan nilai, misalnya prasangka (Marwansyah, 2012: 309-
310).

2.3 Strategi Mengatasi Konflik

Strategi Penyelesaian Konflik Menurut Hugh Miall (2002:65) bahwa penyelesaian


konflik dapat dibedakan sebagai berikut:

a. Strategi Kompetisi Merupakan penyelesaian konflik yang menggambarkan satu pihak


mengalahkan atau mengorbankan yang lain.

b. Strategi Akomodasi Merupakan penyelesaian konflik yang menggambarkan kompetisi


bayangan cermin yang memberikan keseluruhannya penyelesaian pada pihak lain tanpa ada
usaha memperjuangkan tujuannya sendiri.

c. Strategi Kolaborasi Merupakan bentuk usaha penyelesaian konflik yang memuaskan kedua
belah pihak.

d. Strategi Penghindaran Menghindari konflik dapat dilakukan jika isu atau masalah yang
memicu konflik tidak terlalu penting atau jika potensi konfrontasinya tidak seimbang dengan
akibat yang akan ditimbulkannya. Penghindaran merupakan strategi yang memungkinkan pihak-
pihak yang berkonfrontasi untuk menenangkan diri.

e. Strategi Kompromi atau Negoisasi Masing-masing memberikan dan menawarkan sesuatu pada
waktu yang bersamaan dan saling member serta menerima, serta meminimalkan kekurangan
semua pihak yang dapat menguntungkan semua pihak

Anda mungkin juga menyukai