NAMA KELOMPOK :
1. ELLYKA NIM : 152191134
2. MASTAMAH NIM : 152191135
3. ITA PURNAMASARI NIM : 152191136
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi tentang gangguan pendengaran ?
2. Apa saja anatomi fisiologi telinga ?
3. Apa etiologi dari penurunan fungsi pendengaran ?
4. Bagaimana gejala kehilangan pendengaran ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa definisi dari gangguan pendengaran
2. Untuk mengetahui anatomi fisiologi telinga
3. Untuk mengetahui etiologi dari fungsi pendengaran
4. Untuk mengetahui gejala dari kehilangan pendengaran
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Definisi
Tuli ialah keadaan dimana orang tidak dapat mendengar sama
sekali (total deafness), suatu bentuk yang ekstrim dari kekurangan
pendengaran. Istilah yang sekarang lebih sering digunakan ialah
kekurangan pendengaran (hearing-loss) (Louis,1993).
Kekurangan pendengaran ialah keadaan dimana orang kurang
dapat mendengar dan mengerti perkataan yang didengarnya.Pendengaran
normalialah keadaan dimana orang tidak hanya dapat mendengar, tetapi
juga dapat mengerti apa yang didengarnya.(Anderson,1874)
E. Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan Otoskopik
Menggunakan alat otoskop untuk memeriksa meatus akustikus
eksternus dan membrane timpani dengan cara inspeksi :
Hasil:
a. serumen berwarna kuning, konsistensi kenta
b. dinding liang telinga berwarna merah muda
2. Tes Ketajaman Pendengaran
a) tes penyaringan sederhana
Hasil :
- klien tidak mendengar secara jelas angka-angka yang disebutkan
- klien tidak mendengar secara jelas detak jarum jam pada jarak 1-2
inchi
b) uji ritme
Hasil :
- klien tidak mendengarkan adnya getaran garpu tala dan tidak jelas
mendengar adnya bunyi dan saat bunyi menghilang.
F. Penatalaksanaan
1. Membersihkan liang telinga dengan penghisap atau kapas dengan hati-hati.
Penilaian terhadap secret,oedema dinding kanalis dan membrane timpani
bila memungkinkan.
2. Terapi antibiotika local, topical dan sistemik
3. Terapi analgetik
G. Pemeriksaan Diagnostik
a) Audiometri
Audiometri dapat mengukur penurunan fungsi pendengaran
secara tepat, yaitu dengan menggunakan suatu alat elektronik
(audiometer) yang menghasilkan suara dengan ketinggian dan
volume tertentu. Ambang pendengaran untuk serangkaian nada
ditentukan dengan mengurangi volume dari setiap nada sehingga
penderita tidak lagi dapat mendengarnya.
Telinga kiri dan telinga kanan diperiksa secara terpisah. Untuk
mengukur pendengaran melalui hantaran udara digunakan
earphone, sedangkan untuk mengukur pendengaran melalui
hantaran tulang digunakan sebuah alat yang digetarkan, yang
kemudian diletakkan pada prosesus mastoideus.
b) Audiometri Ambang bicara
Audiometri ambang bicara mengukur seberapa keras suara
harus diucapkan supaya bisa dimengerti. Kepada penderita
diperdengarkan kata-kata yang terdiri dari 2 suku kata yang
memiliki aksentuasi yang sama, pada volume tertentu.Dilakukan
perekaman terhadap volume dimana penderita dapat mengulang
separuh kata-kata yang diucapkan dengan benar.
c) Timpanometri
Timpanometri merupakan sejenis audiometri, yang
mengukur impedansi (tahanan terhadap tekanan). Timpanometri
digunakan untuk membantu menentukan penyebab dari tuli
konduktif. Prosedur ini tidak memerlukan partisipasi aktif dari
penderita dan biasanya digunakan pada anak-anak.Timpanometer
terdiri dari sebuah mikrofon dan sebuah sumber suara yang terus
menerus menghasilkan suara dan dipasang di saluran
telinga.Dengan alat ini bisa diketahui berapa banyak suara yang
melalui telinga tengah dan berapa banyak suara yang dipantulkan
kembali sebagai perubahan.
d) Elektrokokleografi
Elektrokokleografi digunakan untuk mengukur aktivitas koklea
dan saraf pendengaran. Kadang pemeriksaan ini bisa membantu
menentukan penyebab dari penurunan fungsi pendengaran.
H. Pengobatan
Pengobatan untuk penurunan fungsi pendengaran tergantung
kepada penyebabnya. Jika penurunan fungsi pendengaran konduktif
disebabkan oleh adanya cairan di telinga tengah atau kotoran di saluran
telinga, maka dilakukan pembuangan cairan dan kotoran tersebut.
Jika penyebabnya tidak dapat diatasi, maka digunakan alat bantu dengar
atau kadang dilakukan pencangkokan koklea.
a. Alat bantu
Alat bantu dengar merupakan suatu alat elektronik yang
dioperasikan dengan batere, yang berfungsi memperkuat dan
merubah suara sehingga komunikasi bisa berjalan dengan lancar.
Alat bantu dengar terdiri dari:
- Sebuah mikrofon untuk menangkap suara
- Sebuah amplifiar untuk meningkatkan volume suara
- Sebuah speaker untuk menghantarkan suara yang volumenya
telah dinaikan
Berdasarkan hasil tes fungsi pendengaran, seorang
audiologisbisa menentukan apakah penderita sudah memerlukan
alat bantu dengar atau belum (audiologis adalah seorang
profesional kesehatan yang ahli dalam mengenali dan
menentukan beratnya gangguan fungsi pendengaran).
b. Pencangkokan koklea
Pencangkokan koklea (implan koklea) dilakukan pada
penderita tuli berat yang tidak dapat mendengar meskipun telah
menggunakan alat bantu dengar.
Alat ini dicangkokkan di bawah kulit di belakang telinga
dan terdiri dari 4 bagian:
1. Sebuah mikrofon untuk menangkap suara dari sekitar
2. Sebuah prosesor percakapan yang berfungsi memilih dan
mengubah suara yang tertangkap oleh mikrofon
3. Sebuah transmitter dan stimulator atau penerima yang
berfungsi menerima sinyal dari prosesor percakapan dan
merubahnya menjadi gelombang listrik
4. Elektroda berfungsi mengumpulkan gelombang dari stimulator
dan mengirimnya ke o
BAB III
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Ketulian disebabkan karena virus Toxoplasma Rubella atau
campak, Herpes, dan Sipilis. Terkadang kedua orang tua tidak menyadari
bahwa dirinya telah mengidap virus tersebut sehingga menyebabkan
ketulian pada anaknya kelak.
Ketulian juga bisa dialami ketika anak pada masa pertumbuhan,
misalnya pada saat lahir, anak lahir normal hanya saja menjelang usia 10
tahun ia mengalami sakit sehingga diberikan obat dengan dosis tinggi
sehingga menyerang telinganya.
Jadi ada gangguan pendengaran karena obat-obatan yang
memiliki efek samping menyebabkan ketulian. Seperti pil kina juga
mempunyai pengaruh yang besar pada telinga, maupun aspirin juga
terbilang rawan, oleh karena Itu harus hati-hati bila digunakan.
Faktor genetik juga bisa mempengaruhi, misalnya kedua orang
tuanya normal, namun kakek dan neneknya memiliki riwayat pernah
mengalami ketulian. Hal ini bisa berdampak pada anak. Anak terlahir
dengan disedot, vakum, Caesar juga bisa merusak saraf pendengaran. Jika
anak mengalami tuli saraf, tentu tidak bisa disembuhkan, hanya bisa di
bantu dengan alat bantu dengar semata.
B. Saran
1. Mahasiswa diharapkan dapat melaksanakan program yang
mengajarkan tentang Asuhan Kebidanan tentang Gangguan
pendengaran (TULI).
2. Pembaca diharapkan bisa memahami pembahasan Asuhan
Kebidanan tentang Gangguan pendengaran.
3. Para pemimbing atau pengajar diharapkan mampu memberikan
pendidikan kesehatan secara lebih detail tentang Gangguan
pendengaran.
DAFTAR PUSTAKA