Anda di halaman 1dari 22

3.

Ruang Lingkup Akuntansi Keperilakuan


Ruang lingkup dalam akuntansi keperilakuan, antara lain :
a. Mempelajari pengaruh antara perilaku manusia terhadap konstruksi,
bangunan, dan penggunaan sistem informasi yang diterapkan dalam
perusahaan dan organisasi, yang berarti bagaimana sikap dan gaya
kepemimpinan manajemen mempengaruhi sifat pengendalian akuntansi
dan desain organisasi; apakah desain sistem pengendalian akuntansi bisa
diterapkan secara universal atau tidak.
b. Mempelajari pengaruh sistem informasi akuntansi terhadap perilaku
manusia, yang berarti bagaimana sistem akuntansi mempengaruhi kinerja,
motivasi, produktivitas, pengambilan keputusan, kepuasan kerja dan kerja
sama.
c. Metode untuk menjelaskan dan memprediksi perilaku manusia dan strategi
untuk mengubahnya, yang berarti bagaimana sistem akuntansi dapat
dipergunakan untuk mempengaruhi perilaku, dan bagaimana mengatasi
resistensi itu. Disini muncul istilah freezing (membekukan) dan unfreezing
(mencairkan). Contohnya perubahan sistem. Perubahan sistem bukanlah
sesuatu yang mudah, tetapi perlu upaya untuk sampai pada aplikasi sistem
itu sendiri karena bisa jadi ada resistensi di situ.
4. Manfaat Akuntansi Keperilakuan
Bidang ilmu akuntansi keperilakuan ini memberikan manfaat yang sangat
besar bagi para manajer atau pihak manajemen suatu organisasi atau perusahaan
dalam mengambil keputusan. Dalam bidang ilmu ini dapat melihat bagaimana
proses pengambilan keputusan yang dilihat dari sistem akuntansi yang ada. Bidang
ilmu ini memiliki kaitan yang sangat erat terhadap sektor ekonomi. Bidang ilmu
ini menjadi ilmu yang paling dibutuhkan ketika terjadi proses pengambilan
keputusan. Manfaat paling besar memang bisa dirasakan oleh para manajer saat
mengambil keputusan. Karena kondisi emosi sang manajer melihat data akuntansi
akan memberikan dampak terhadap keputusan yang akan diambil oleh mereka.
SPEK TEORI KONTINJENSI DALAM AKUNTANSI KEPERILAKUAN

ASPEK TEORI KONTINJENSI DALAM AKUNTANSI KEPERILAKUAN


Teori Kontinjensi
Menurut teori, sistem yang terbuka pada suatuperusahaan sangat berkaitan dengan
interaksi untukpenyesuaian dan pengendalian terhadap ligkungan guna kelangsungan
hidup usaha. Teori kontinjensi mempunyai suatu postulat bahwa efektivitas suatu
organisasi dalam mengatasi ketidakpastian lingkungan merupakan unsur-unsur dari
berbagai subsistem yang dirancang guna memenuhi tuntutan lingkungan yang saling
berhubungan. Suatu sistem pelaporan keuangan perusahaan adalah salah satu dari
subsistem tersebut. Teori kontinjensi merupakan alat pertama dan yang paling terkenal
untuk menjelaskan berbagai variasi dalam struktur organisasi.
Munculnya Perumusan Kontinjensi
Alasan untuk mempertimbangkan adopsi terhadap teori kontinjensi akuntansi
manajemen adalah untuk digunakan sebagai alat yang dibutuhkan dalam
menginterpretasikan hasil riset empiris. Hal ini disebabkan keterbatasan dalam
meninjau dan memahami jenis hipotesis yang telah dikemukakan untuk
menjelaskan penemuan yang berlawanan. Hal ini juga menyatakan bahwa
pekerjaan jenis ini tidak dengan sendirinya mencakup perumusan kontinjensi yang
semakin cepat, dan bahwa diperlukan pengembangan paralel dalam teori
organisasi guna mengembangkan suatu penjelasan penting.
Pengaruh Hasil Empiris
Apabila diperoleh hasil yang tidak memuaskan maka masalah tersebut harus
dipecahkan dalam kerangka universal yang telah menjadi sumber stimulus bagi
pengembangan perumusan kontinjensi. Konsep, seperti teknologi, struktur
organisasi, dan lingkungan telah dilibatkan untuk menjelaskan mengapa sistem
akuntansi membedakan antara satu situasi dengan situasi yang lain.
Efek Teknologi
Variabel kontinjensi terpanjang dan yang paling sederhana digunakan dalam
akuntansi manajemen adalah teknologi produksi. Jenis teknik dan proses produksi
yang berbeda telah memengaruhi desain sistem akuntansi internal walaupun harus
dicatat hal tersebut muncul sebagai alat untuk menjelaskan perbedaan dengan apa
yang dianggap sebagai konfirmasi empiris dari teori organisasi klasik. Sifat alami
dari proses produksilah yang menentukan jumlah alokasi biaya dan biaya tidak
didistribusikan langsung secara merata. Teknologi produksi memiliki pengaruh
yang penting terhadap jenis informasi akuntansi yang disajikan. Hal ini
memunculkan aspek selain teknologi yang berpengaruh atas informasi yang harus
disediakan untuk mencapai efektivitas. Sebagai contoh, kompleksitas dari tugas
yang dihadapi oleh suatu organisasi berkaitan dengan struktur pengendalian biaya
yang sesuai.
Efek dari Struktur Organisasi
Ada bukti menyatakan bahwa struktur organisasi memengaruhi cara dengan mana
informasi penganggaran digunakan paling baik. Hopwood membedakan antara
batasan anggaran (budgeti-condtrained), yaitu situasi dimana penggunaan
informasi akuntansi dalam anggaran menjadi satu-satunya faktor yang paling
penting dalam evaluasi atasan terhadap para bawahan, dan kesadaran laba (profit-
conscius), yaitu gaya yang juga mempertimbangkan efektivitas dan jangka waktu
yang lebih panjang. Studi Hopwood menunjukan bahwa gaya batasan anggaran
bersifat kaku.
Studi Hopwood didasarkan pada pusat tanggung jawab (biaya) di pabrik baja
terintegritas, sehingga mempunyai saling ketergantungan yang luas antara bagian
yang satu dengan yang lainnya. Studi Otley melibatkan pusat tanggung jawab
(laba) pada industri penambangan batu bara, yang karena alasan yang praktis,
tidak saling tergantung satu sama lain. Studi awal menunjukan bahwa penggunaan
yang kaku dari ukuran pencapaian tidaklah sesuai jika terdapat saling
ketergantungan yang luas. Penggunaan gaya anggaran yang sesuai bergantung
pada derajat tingkat saling ketergantungan yang ada diantara pusat tanggung
jawab yang terlibat.
Efek Lingkungan
Faktor lingkungan juga dilibatkan untuk menjelaskan perbedaan dalam
penggunaan informasi akuntansi. Pengaruh persaingan yang dihadapi oleh
perusahaan yang memakai manajemen pengendalian menyimpulkan bahwa
kesempurnaan akuntansi dan sistem pengendalian dipengaruhi oleh intensitas
persaingan yang dihadapi. Lebih lanjut lagi, jenis persaingan yang berbeda
mempunyai dampak sangat berbeda terhadap penggunaan pengendalian akuntansi
dalam perusahaan manufaktur. Dengan membedakan antara operasi (lingkungan
dimana adalah sulit bagi seseorang manajer unit untuk menunjukanlaba akuntansi)
dan operasi liberal (lingkungan yang relatof lebih mudah untuk memelihara
operasi yang menguuntungkan) dapat ditunjukan bahwa para manajer senior
menggunakan informasi anggaran untuk mengevaluasi pencapaian manajerial
yang sangat berbeda dalam kedua situasi tersebut.jika ketelitian anggaran
dianggap sebagai suatu corak yang diinginkan dari sistem akuntansi, maka gaya
penggunaan anggaran yang berbeda diperlukan untuk mencapai anggaran akurat
terhadap lingkungan.
Pengaruh Teori Organisasi
Ketiga contoh terdahulu telah mengindikasikan sebagian dari variabel yang
mengakibatkan perbedaan dalam penggunaan dan desain dari sistem akuntansi. Ketiga
variabel kontinjensi adalah teknologi umum, struktur organisasi, dan lingkungan telah
digunakan sebagai contoh ilustratiif karena ketiganya telah mengembangkan teori
kontinjensi akuntansi manajemen teoretis. Gerakan ini merupakan pendekatan
universalistis terhadap pendekatan akuntansi manajemen yang menjadi mode pada
tahun 1970an. Kelebihan dari pendekatan ini tidak dapat dijelaskan hanya oleh tekanan
penemuan empiris yang berusaha untuk menemukan teori yang bersifat menjelaskan.
Faktor utama lain yang memengaruhi teori kontinjensi akuntansi manajemen yang
terjadi lebih dahulu.
Variabel-variabel Dasar Kontinjensi dan Hubungannya
Variabel Sosial
Perdebatan para ahli dalam kerangka teoretis yang mendasari riset komparatif
tentang akuntansi internasional berada dalam perspektif kontinjensi. Pada
umumnya, studi ini lebih banyak menggunakan bentuk pengujian atas perbedaan
perbedaan dalam praktik pelaporan keuangan tertentu diantara berbagai negara
atau atas sistem akuntansi nasional. Dalam kedua kasus tersebut, hasil yang
umumnya diperoleh dalam suatu kesimpulan yang menghubungkan perbedaan
atau persamaan, baik dalam hal sosial, politik maupun ekonomi. Teori dalam
praktik pelaporan disetiap negara dipengaruhi oleh variabel-variabel sosial
tertentu.
Variabel-variabel sosial terdiri dari beberapa faktor yang terutama terdapat di
semua perusahaan dalam suatu negara yang merupakan hal pokok yang bervariasi
pada setiap negara.
Lingkungan
Lingkungan perusahaan merupakan konsep dalam hubungannya dengan
ketidakpastian. Karakteristik tersebut mempunyai sedikitnya dua dimensi yang
terdiri atas: a) dimensi stabil-dinamis, dan b) dimensi homogen dan heterogen.
Hal ini sesuai dengan struktur organisasi dan aplikasinya adalam akuntansi
manajemen. Dimensi stabil dan dinamis ditandai dengan tingkat keputusan faktor
perubahan lingkungan internaldan eksternal yang pada dasarnya sama dari waktu
ke waktu dalam proses yang berkesinambungan. Adapun dimensi homogen-
heterogen daoat digambarkan dalam hubungannya dengan tingkat keputusan di
mana faktor lingkungan sebagai alternatif dari yang terkecil sampai dengan yang
terbesar. Faktor-faktor yang ada di dalam lingkungan perusahaan dapat dibedakan
dalam suatu rangkaian ketidakpastian dari yang dapat diramalkan sampai yang
tidak dapat diramalkan.
Hal yang diperlukan dalam suatu riset adalah pertimbangan yang menyatakan
bahwa ketidakpastian lingkungan  tertentu memengaruhi struktur organisasi dan
desain sistem akuntansi manajemen.
Atribut Organisasi
Terdapat beberapa konsep yang membingungkan dalam literatur teori kontinjensi
terutama mengenai perbedaan antara variabel lingkungan dan atribut organisasi.
Hal ini dapat menimbulkan berbagai kesulitan yang tidak dapat dipisahkan dalam
mendefinisikan atau menjelaskan suatu organisasi. Pembahasan ini tidak bertujuan
untuk memberikan suatu penyelesaian suatu masalah. Atribut organisasi tetap
merupakan konsep yang berkaitan dengan penyediaan dan pengorganisasian
sumberdaya perusahaan meliputi ukuran organisasi, teknologi dan lain
sebagainya.
Besaran suatu organisasi merupakan konsep dari ukuran yang ada didalamnya,
seperti jumlah karyawan, tingkat perputaran penjualan, nilai aset bersih atau
modal yang digunakan, dan lain sebagainya yang pada umumnya saling
berhubungan. Teknologi telah menjadi konsep penting. Terdapat tiga skala
penggunaan teknologi dalam meningkatkan kompleks teknis yaitu unit dan
kelompok kecil, kelompok besar dan massa, dan proses produksi.
Karakteristik Pengguna
Para pengguna dapart digambarkan sebagai individu yang menggunakan data
yang terdapat dalam laporan perusahaan, dan memiliki suatu kepentingan atau
sedang dalam pengambilan keputusan keuangan. Suatu bukti riset yang harus
dipertimbangkan oleh para pengguna adalah alternatif yang berbeda untuk
informasi dan kemampuan proses yang ditimbulkan oleh perbedaan dalam model
keputusan, gaya pengambilan keputusan, dan sifat yang diturunkannya.
Pada kenyataannya , dalam literatur mengenai pengolahan informasi manusia
dalam rangka pengambilan keputusan menyatakan bahwa setiap individu
mempunyai model keputusan yang berbeda. Konsep gaya pengambilan keputusan
mempunyai enam dimensi berikut: a) analisis keputusan berbeda dengan
pengambilan keputusan intuitif, perbedaan dalam horizon waktu, c) bentuk
pengulangan yang mengacu banyak faktor dalam pertimbangan pengambilan
keputusan, d) kemampuan untuk beradaptasi dalam keadaan yang berubah-ubah,
e) proaktif vs reaktif, dan f) kemampuan strategis dalam hubungannya dengan
pertimbangan di antara keputusan yang sesuai dengan tujuan dan strategi
perusahaan.
Atribut Sistem Pelaporan Keuangan Perusahaan yang Dipengaruhi Variabel
Kontinjensi
Karakteristik sistem pelaporan keuangan perusahaan terdiri atas suatu contoh yang
dirancang untuk masing-masing unsur utama pelaporan perusahaan. Unsur-unsur
tersebut adalah :
1.      Pengungkapan, penggolongan, presentasi, penilaian, dan kebutuhan pengukuran
dari nergara-negara yang berbeda. Hal ini mungkin dipengaruhi oleh metode
kepemilikan rata-rata produksi, tingkat dan konsentrasi kepemilikan pribadi, pola
pendanaan perusahaan, penggunaan informasi akuntansi dalam perencanaan dan
pengendalian ekonomi dan lain sebagainya.
2.      Frekuensi pelaporan dalam jumlah variasi pengungkapan dari informasi
laporanyang bersifat sementara, metode pengukuran peristiwa (ukuran keuangan
dan non keuangan), metode alokasi biaya (yaitu biaya dan kapitalisasi, periode
mortisasi, dan lain-lain), unsur waktu dari infoemasi (peramalan), tingkat agegasi
dan desentraliasi (akun gabungan dan pelaporan yang terdiri dari beberapa
bagian), dan pengungkapan tentang tujuan dari pelaporan khusus (seperti laporan
nilai tambah, laporan ketenagakerjaan, dan format laporan lain dari akuntansi
sosial).
3.      Metode pelaporan (misalnya laporan, tabel, dan diagram) kompleksitas teori, dan
pelaporan dengan tujuan khusus tertentu, seperti tanggung jawab yang sederhana.
Atribut ini dihubungkan dengan karakteristik pengguna dan sumber informasi yang lain.
Isi Teori Kontinjensi
Studi Empiris
Terdapat studi empiris dalam area akuntansi yang dengan tegas mengadopsi
pendekatan kontinjensi sebelum mengumpulkan data. Lebih lanjut lagi, dua di
antara dari studi utama menggunakan faktor metodologi analisis yang memandang
permasalahan dalam penafsiran dan perbandingan. Penafsiram sulit dilakukan
karena faktor dari variabel asli yang mendasari konsep teoretis dalam lompatan
intuitif yang dibuat oleh peneliti tersebut. Tentu saja, perbedaan yang sangat kecil
dalam kesalahan acak pada pengukuran mengakibatkan diperolehnya faktor yang
sangat berbeda, sehingga membuat perbandingan antar studi yang berbeda hampir
mustahil. Walaupun analisis faktor adalah metode yang bermanfaat sebagai dasar
dimensi bahwa penggunaan kritik akan terbatas pada akumulasi pengetahuan lebih
lanjut.
Bruns dan Watrehouse membantah bahwa perilaku manajer berkaitan dengan
anggaran merupakan kontinjensi atas berbagai aspek struktur organisasi, seperti
pemusatan, otonomi, dan derajat tingkay aktivitas yang tersusun. tulisan ini
menyimpulkan bahwa pengendalian strategi yang berbeda bergantung pada jenis
organisasinya.
Perumusan Teoretis
Sebagai tambahan terhadap pekerjaan yang berdasarkan spekulasi teoretis
menyangkut sifat alami dari teori kontinjensi sistem informasi akuntansi, Gordon
dan Milner berusaha untuk menyediakan kerangka menyeluruh bagi perencanaan
Sistem Informasi Akuntansi (SIA) yang mempertimbangkan kebutuhan
spesifikasi organisasi yang luas dalam teori organisasi. Kebijakan manajemen dan
akuntansi untuk mengidentifikasi variabel adalah penting bagi pencapaian
organisasi. Lingkungan, gaya pengambilan keputusan dan karakteristik organisasi
diusulkan sebagai variabel kontinjensi yang terpenting. Masing-masing variabel
kontinjenti tersebut dihubungkan dengan kondisi-kondisi yang sesuai dengan
variabel SIA. Walaupun pertanyaan SIA didesain untuk menghadapi lingkungan,
organisasi dan kondisi-kondisi gaya pengambilan keputusan, perlu dicatat bahwa
terdapat tiga pola dasar perusahaan dan pengelompokan variabel kontinjensi yang
khas. Bagaimanapun dua contoh tersebut mempunyai usulan mengenai
karakteristik yang tidak diinginkan yang dapat diperbaiki dengan pemanfaatan
sesuai SIA. Tidak terdapat pertimbangan eksplisit dari efektivitas dan sasaran
tujuan organisasi dan keunggulan yang nampak sepertinya didasarkan pada akal
sehat dan bukannya kerangka teoretis eksplisit.
Suatu pendekatan lebih lanjut sedikit berbeda secara alami karena ditulis oleh
mahasiswa yang belum lulus sistem perencanaan dan pengendalian manajemen.
Tidak ada formula yang diberikan, melainkan hanya pendekatan kearah desai
sistem yang direkomendasikan dan berbagai kontinjensi yang dikenali.
Argumentasinya bahwa desain apapun dari sistem perencanaan dan pengendalian
khususnya bergantung pada :
a.       Sasaran khusus yang dicapai dalam konteks sasaran tujuan organisasi.
b.      Format tingkat dan perbedaan desentralisasi tertentu yang dipilih (yaitu struktur
organisasi).
c.       Proses tunggal dan gabungan yang dikendalikan oleh sub unit-sub unit dan
derajatnya, apakah tidak tersusun atau tersusun (yaitu jenis teknologi)
d.      Jenis gaya manajerial yang digunakan oleh para manajer senior.
Kerangka Evaluasi Teori Kontinjensi
SIA hanya meliputi salah satu bagian dari struktur pengendalian organisasi. Suatu
strategi pengendalian organisais akan melibatkan pertimbangan desain
organisasim, sistem informasi manajemen, dan sistem perencanaan dan
pengendalian. Tentu saja, hal ini mungkin terlihat sama dengan subtitusi parsial
yang ditandai oleh pernyataan perasaan para manajer industri tertentu bahwa SIA
yang digunakan dimaksudkan untuk mengatasi kelemahan dalam desain
organisasi. Dengan adanya kekurangan tersebut, dibentuklah teori kontinjensi SIA
diluar konteks dari keseluruhan paket pengendalian organisasi yang
nyata. Pertana, apa yang mendasari SIA, sehingga berpengaruh baik terhadap apa
yang dilakukan oleh organisasi untuk mencapai tujuannya dan proses
pengendalian lain yang kkomplementer terhadap SIA. Kedua,  terdapat jangkauan
menyeluruh dari faktor yang akan memengaruhi pencapaian organisasi, dan
bahwa hal itu akan mengendalikan strategi dan struktur, serta menyatakan
mengenai produk pasar dan pengaturan antarorganisasi. Pengaruh SIA terhadap
riset kelihatannya relatif kecil. Akhirnya,  pertu ditentukan faktor apa yang
mendasari pencapaian organisasi yang efektif dengan menggunakan perbandingan
antara sasaran hasil organisasi dengan standar. Terdapat berbagai kesulitan substansial
dalam pengukuran efektivitas organisasi yang penting begi ukuran tersebut untuk
mengembangkan teori kontinjensi secara benar.
Implikasi Untuk Riset
Akuntansi sebagai Bagian dari Sistem Pengendalian
Studi efektivitas sistem informasi akuntansi manajemen berhubungan dengan
studi dari berbagai mekanisme pengendalian yang digunakan oleh organisasi
untuk memengaruhi perilaku anggota mereka dan hubungan mereka dengan
lingkungan eksternal. Sulit untuk memisahkan efek dari SIA dari pengendalian
lainnya. Semuanya bertindak sebagai suatu paket dan harus ditaksir bersama-
sama. Fakta ini memperluas lingkup tentang penyelidikan dan pengindikasian
cakupan aktivitas kendali dalam daftar penyusunan pengendalian. Sistem imbalan
adalah suatu penghilang terkemuka. Selain itu jenis pengendalian berbeda dapat
digunakan untuk mencapai tujuan yang berbeda. Mekanisme pengendalian untuk
berbagai tujuan akan menjadi sulit, jika tidak mungkin, untuk mengisolasi
efekdari alat pengendalian spesifik. Mungkin, riset awal dari strategi untuk
mengidentifikasi kombinasi pengendalian terutama sekali ditujukan untuk
keadaan tertentu.
Jadi, variabel kontinjensi yang terkait dengan desain organisasi dalam akuntansi
manajemen adalah penting. Klarifikasi konseptual lebih berada pada pemanfaatan
kerangkasistem kontrol. Walaupun model mekanik kendali sederhana tidak dapat
secara langsung deberlakukan bagi organisasi,terdapat empat karakteristik proses
yang penting bagi pengendalian organisasi efektif yaitu :
1.      Spesifikasi suatu sasaran.
2.      Pengukuran tingkat pencapaian sasaran.
3.      Model yang bersifat prediktif terhadap kemungkinan tindakan hasil
pengendalian.
4.      Kemampuan dan motivasi untuk bertindak.
Efektivitas Organisatoris
Penggunaan kerangka pengendalian menguatkan peran efektivitas organisasi dan
perhatian pada sasaran hasil organisasi. Sasaran hasil adalah suatu bagian penting
dari kerangka kontinjensi disamping satu variabel kontinjensi yang mungkin
memenuhi sifat alami sistem akuntansi yang membentuk ukuran perbandingan
dengan efek dalam bentuk pengendalian berbeda yang harus dievaluasi. Dalam
rangka mengasosiasikan sistem akuntansi dan kontinjensi tertentu harus dibuat
pedoman mengenai dampak sistem akuntansi dalam membantu pencapaian
organisasi.
Metodologi Riset
Pendekatan kontinjensi berhadapan dengan struktur alat pengendalian yang sangat
berhubungan, dimana SIA merupakan satu kesatuan,membenuk satu pengendalian
organisasi yang teratur.banyak dari dibuat hipotesis variabel yang memengaruhi
desain SIA untuk menjelaskan perbedaan struktur organisasi. Keadaan ini tidaklah
realistis untuk metode analisis statistik yang tidak menguraikan pola teladan
interaksi secara kompleks. Peneliti harus mempunyai keterlibatan semakin dekat
dalam pengembangan hipotesis seperti hubungan organisasi. Selain itu hubungan
sebab akibat menjadi jauh lebih penting dibandingkan dengan asosiasi,dimana
interaksi variabel diamati dari waktu ke waktu, sehingga menjadi lebih dihargai
dibandingkan studi lintas bagian. Studi longitudinal juga mampu menjelaskan
proses dengan mana sistem akuntansi dikembangkan dan diubah sebagai jawaban
atas tekanan organisasi.
Campbell mengambil pelajaran dari riset mengenai efektivitas organisasi dan
menyimpulkan bahwa: 1) adalah kontra-produktif untuk mengikuti pendekatan
multivariasi dalam pengembangan ukuran efektivitas, 2) untuk sasaran dari
efektivitas organisasi adalah suatu tugas yang hampir pasti gagal, dan 3)
kekeliruan dalam memusatkan perhatian pada riset terhadap sumber daya yang
langka guna mengembangkan ukuran berorientasi hasil yang berfungsi dalam
organisasi, seoerti rasio modal laba, produktivitas dan semacamnya.

Interpretasi Keperilakuan pada Desentralisasi

Interpretasi Keperilakuan pada Desentralisasi

1. Pengertian Desentralisasi

Istilah desentralisasi digunakan dalam sejumlah besar literatur yang beragam,


dengan demikian, istilah ini memiliki arti bagi orang yang berbeda. Definisi yang
paling populer dari desentralisasi adalah definisi yang diberikan oleh H.A.
Simon :

Suatu organisasi administratif dalam adalah tersentralisasi sejauh keputusan


dibuat pada tingkatan yang relatif tinggi dalam organisasi tersebut; tedesentralisasi
sejauh keputusan itu didelegasikan oleh manajemen puncak kepada tingkatan
wewenang eksekutif yang lebih rendah.

Sementara dalam teori definisi diatas sangat jelas dalam praktik nya definisi ini
sulit untuk diterapkankan hal ini terutama disebabkan mengenai konsep keputusan
yang dapat di indentifikasikan merupakan suatu konsep yang samar-samar.
Sebagai contoh mungkin adalah sulit untuk mengidentifikasikan tingkat hierarki
khusus dimana keputusan dibuat karena wewenang formal tidak sesuai dengan
kenyataan siapa yang membuat keputusan. Derajat pentingnya suatu keputusan
juga tidak menjelaskan mengapa keputusan produksi dan penjualan cendrung
didelegasikan ketingkatan yang lebih rendah dalam organisasi dibandingkan
dalam keputusan keuangan. Padahal adalah jelas bahwa keputusan produksi dan
penjualan adalah sama-sama penting dengan keputusan keuangan. Pada umumnya
keputusan strategis mencakup periode yang lebih panjang dan berulang,
sementara keputusan operasi bersifat jangka pendek dan berulang. Dengan
demikian keputusan mengenai penyusunan anggaran modal dianggap keputusan
yang tidak berulang, strategis, dan umumnya tersentralisasi. Keputusan mengenai
produksi dan penjualan adalah berulang dianggap operasi umumnya
terdesentralisasi.

Karena hanya terdapat sedikit kesempatan mengenai arti dari istilah desentralisasi,
mungkin adalah lebih berguna untuk fokus pada apa yang ingin dicapai oleh suatu
organisasi melalui desentralisasi. Yaitu masalah – masalah tersebut yaitu,
masalaht tersebut adalah mengenai perilaku apa yang diinginkan oleh organisasi
dari para manajer nya. Oleh karena itu, bab ini menggunakan suatu definisi
keperilakuan dari desentralisasi sebagai suatu sistem yang mendorong berbagai
manajer dalam suatu hierarki berfikir dan bertindak secara independen sementara
pada saat yang sama merupakan bagian dari suatu tim filosofi manajemen yang
mencoba untuk mendorong pemikiran dan tindakan manajer yang independen
tanpa mengorbankan kebutuhan organisaional. Dengan demikian, desentralisasi
meruakan penyeimbangan antara independensi dari manajer dengan kebutuhan
sebagai pemain tim. Desentralisasi juga adalah komitmen filosofis dari pihak
organisasi.

2. Lingkungan Sebagai Faktor Penentu Desentralisasi

Bagian ini membahas mengenai kondisi-kondisi pendahulu yang menciftakan


kebutuhan akan jenis-jenis perilaku manajerial yang dijelaskan oleh Vancil
(1980). Hanya dengan memahami mengapa perilaku-perilaku semacam itu
dibutuhkan, adalah mungkin untuk memahami akan kebutuhan desentralisasi.
Suatu pembahasan umum mengenai alasan-alasan dibutuhkannya desentralisasi
mencakuo hal-hal sebagai berikut :

1. Desentaralisasi membebaskan manajemen puncak untuk fokus pada


keputusan-keputusan strategis jangka panjang dan bukannya terlibat dalam
keputusan-keputusan operasi. Hal ini berarti penggunaan yang lebih baik atas aktu
manajerial yang sangat berharga.

2. Desentralisasi memungkin organisasi untuk memberikan respon secara cepat


dan efektif terhadap masalah (manajer lokal) memiliki informasi yang paling baik
dan oleh sebab itu, dapat memberikan respon yang lebih baik pada kebutuhan-
kebutuhan lokal.
3. Sistem yang tersentralisasi tidak mampu menangani semua informasi yang
rumit yang diperlukan untuk membuat keputusan yang optimal. Keputusan-
keputusan yang tersentralisasi mungkin lebih inferior dibandingkan dengan
keputusan-keputusan yang dibuat secara lokal dalam suatu sistem yang
terdesentralisasi.

4. Desentralisasi menyediakan dasar pelatihan yang baik bagi manajemen


puncak masa depan.

5. Desentralisasi memenuhi kebutuhan akan otonomi dan dengan demikian


merupakan suatu alat motivasional yang kuat bagi para manajer.

Sementara kebanyakan dari pernyataan diatas pada dasarnya adalah benar,


pernyataan-pernyataan tersebut lebih merupakan konsekuensi dan bukan
pendahulu dari desentralisasi.

Landasan teoritis dan empiris yang paling konprehensif untuk memahami


desentralisasi diberikan oleh Chandler dalam dua karya besar. Pertama, Strategy
and Structure (1962), menyatakan bahwa struktur suatu perusahaan merupakan
tanggapan suatu strateginya. Sementara strategi bergantung pada dua elemen
kunci – lingkungan pasar dan teknologi. Karya yang kedua, The Visible Hand
(1977), menyediakan suatu survei historis yang mendukung dalil diatas. Dalam
studi ini, Chandler mengaitkan pengembangan dari perusahaan divisional yang
terdesentralisasi dengan perubahan dalam lingkungan dan perubahan dalam
teknologi.

Pada umumnya, semakin tinggi tingkat konflik dan perubahan dalam lingkungan
tugas, semakin besar kebutuhan suatu organisasi untuk mengembangkan
kapabilitas pemrosesan informasi khusus, mengembangkan kemampuan untuk
memberi respon dengan cepat, mendorong perilaku yang mau mengambil resiko
dan inovatif dari pihak anggota-anggotanya. Metode untuk mencapai tujuan ini
harus konsisten dengan nilai-nilai dari komunitas yang lebih besar sehingga
tersebut tidak membahayakan legitimasinya. Ditinjau dari perspektif ini, sekarang
adalah mungkin untuk melihat bahwa desentralisasi memungkinkan organisasi
yang dihadapkan pada konflik dan perubahan yang lebih besar untuk
mengembangkan informasi khusus, merespon dengan cepat, dan mendorong
pengambilan resiko dan inovasi. Demikian pula sebagaimana ditunjukkan oleh J.
W. Meyer dan B. Rowan (1977), desentralisasi dalam masyarakat barat memiliki
fungsi simbolis karena desentralisasi sesuai dengan nilai-nilai dari komunitas
yang lebih besar.

3. Memilih suatu Struktur


Untuk menerapkan desentralisasi, suatu organisasi harus memilih struktur yang
sesuai, mengembangkan anggaran dasar, dan mengukur kinerja dari subunit-
subunit yang terdesentralisasi. Tidak ada satu pun truktur yang paling sesuai untuk
desentralisasi. Untuk memilih struktur dari sekian banyak struktur yang dapat
meningkatkan desentralisasi adalah ;

1. Pembagian Tugas/Keputusan

Jenis fungsional-divisional dari struktur organisasi mencerminkan dua cara


berbeda untuk membagi tugas/keputusan dalam suatu organisasi. Struktur
fungsional membagi suatu organisasi sepanjang lini fungsi-fungsi utama seperti
produksi, pemasaran, keuangan, dan seterusnya. Struktur tersebut adalah sesuai
untuk mengeksploitasi skala ekonomi karena orang-orang berspesialisasi dalam
fungsi tertentu. Struktur semacam itu terutama sesuai untuk organisasi yang
memerlukan pengembangan keahlian yang mendalam disuatu bidang teknis dan
atau memiliki produk yang sedikit dan serupa. Produsen komputer dan perusahaan
penerbangan adalah contoh-contoh yang baik dari perusahaan besar yang diatur
secara fungsional.

Struktur divisional biasanya membagi suatu organisasi sepanjang lini produk. Hal
ini terutama sesuai untuk perusahaan dengan banyak produk atau perusahaan yang
sangat terdiversifikasi.

Komplikasi tambahan dapat membagi tugas/keputusan pada kebanyakan


organisasi besar adalah penyebaran geografis dari unit-unit nya. Geografi
menambah masalah koordinasi, terutama kerika unit-unit tersebut melewati batas-
batas negara. Perusahaan sekarang harus diatur berdasarkan wilayah, dimana
setiap wilayah memiliki organisasi fungsional atau produk yang lebih lannjut.
Suatu masalah yang sulit timbul ketika hanya ada beberapa produk saja dari dari
banyak produk perusahaan tersebut yang dijual diberbagai wilayah.

2. Merencanakan Akuntabilitas Sumber Daya

Langakah kedua dalam memilih suatu struktur adalah merencanakan suatu sistem
yang sesuai untuk akuntabilitas sumber daya pada berbagai subunit fungsional,
produk,wilayah. Biasanya, suatu struktur akuntabilitas sumber daya mengikuti
logika dari distribusi fisik aktivitas dan keputusan yang dicapai oleh penciptaan
subunit. Empat jenis akuntansi sumber daya yang dikenal dalam literatur yang
terdiri atas ; pusat biaya, pusat pendapatan, pusat laba, dan pusat investasi.

Karena hubungan antara aktivitas/keputusan dan sumber daya yang digunakan


maka organisasi fungsional terutama menggunakan pusat pendapatan dan biaya.
Demikian pula, karena divisi pada umumnya menggabungkan pemasaran dan
produksi dibawah seorang manajer, maka divisi-divisi tersebut diatur sebagai
pusat laba atau investasi. pusat laba atau investasi adalah unit ekonomi dasar
dalam bisnis manapun dan manajemen oleh karena itu berkepentingan untuk
menilai kelangungan hidup ekonomisnya. Dengan demikian, sumber daya yang
diidentifikasikan dengan suatu unit yang tidak berkaitan dengan kemampuan
seorang manajer untuk membuat keputusan tentang sumber daya tersebut.

4. Pengembangan Anggaran Dasar

1. Pendelegasian Aktivitas

Persyaratan penting dari desentralisasi adalah penentuan aktivitas yang sebaiknya


didelegasikan kepada subunit dan aktivitas yang sebaiknya dikendalikan secara
sentral. Dalam teori, sistem yang terdesentralisasi penuh akan mendelegasikan
seluruh aktivitas yang dapat dipisahkan kepada subunit, dengan hanya sedikit atau
tidak ada sama sekali peran dari manajemen sentral. Teori dari produsen atomistis
dalam ekonomi pasar dengan persaingan sempurna mendekati model ini. Jika
pasar semacam itu ada dalam praktiknya, yang jarang sekali terjadi, maka peran
dari otoritas pusat akan menjadi sekadar peran dari seorang wasit atau sebuah
payung. Kenanyakan bisnis tidak bisa mendekati tingkat desentralisasi semacam
ini. Hal itu disebabkan karena manajemen pusat dari aktivitas tertentu biasanya
lebih efisien dibandingkan palaksanakan secara terpisah oleh subunit. Misalnya
saja, layanan hukum akan lebih ekonomis jika dilaksanakan secara sentral dan
bukan oleh subunit bisnis yang terpisah.

2. Menetapkan Norma-norma Keperilakuan

Anggaran dasar harus mengikuti pembagian aktivitas dengan menyatakan norma-


norma keperilakuan yang diharapkan oleh kantor pusat dari para manajer subunit
dalam melaksanakan aktivitas-aktivitas ini. Sebagai contoh, sementara unit-unit
mungkin bebas untuk membuat keputusan-keputusan mengenai produk, kantor
pusat mungkin mengharapkan agar keputusan semacam itu didasarkan pada
pertimbangan terhadap profitabilitas jangka panjang. Tersedia beberapa opsi
untuk mengomunikasikan norma-norma keperilakuan yang diinginkan. Norma-
norma keperilakuan yang paling penting adalah: sosialisasi,
spesialisasi,standardisasi, dan formalisasi. Semua metode ini menyediakan suatu
cara dengan mana kantor pusat dapat mengomunikasikan keinginan atau situasi
strukturnya sehingga keputusan dan tindakan yang diambil oleh subunit sesuai
dengan norma-norma perilaku yang dapat diterima.

3. Klarifikasi Hubungan Antarunit


Anggaran dasar yang baik juga memeberikan peraturan-peraturan dasar untuk
mengelola pertukaran antar unit. Pertukaran ini adalah perlu ketika subunit-
subunit saling bergantung satu sama lain untuk input atau output. Tingkat
ketergantungan bervariasi dari tinggi dalam perusahaan yang terintegrasi secara
vertikal sampai rendah dalam konglomerasi yang terdiversifikasi. Beberapa dari
saling ketergantungan tersebut ada dikebanyakan organisasi. Hal ini menciptakan
kebutuhan untuk mengelola hubungan antarunit tersebut dengan cara dimana baik
unit individual maupun organisasi dapat mencapai tujuannya. Desentralisasi
menigkatkan bahaya di mana subunithanya memaksimalkan tujuannya sendiri
dengan mengorbankan organisasi dengan cara memungkinkan manajer subunit
untuk bertindak secara independen.

4. Pendekatan Kompetitif versus Kolaborasi

Anggaran dasar untuk desentralisasi mencoba untuk mencegah peluang untuk


melakukan suboptimasi ini. Anggaran dasar tersebut dapat menggunakan dua
pendekatan ekstrem untuk melakukannya. Pertama, pendekatan kompetitif,
mengandalkan pada mekanisme pasar dan mensubstitusikan pasar internal yang
fiktif dengan pasar eksternal. Persaingan antar-subunit didukung dan harga
transfer internal menjalankan peran alokasi sumber daya dari sistem harga
eksternal. Pendekatan lainnya, yaitu pendekatan kolaboratif, meneakankan pada
keanggotaan organisasioanaldan mendorong individu untuk bekerja pada satu tim
dengan menggunakan aturan, penghargaan, dan nilai yang sesuai. Pada
praktiknya, tidaklah mungkin bagi kebanyakan organisai untuk menggunakan
salah satu dari kedua metode tersebut dalam bentuk murninya. Dengan demikian,
pilihan meraka adalah untuk mengombinasikan fitur yang sesuai dari kedua
pendekatan tersebut.

5. Faktor-faktor yang Memperngaruhi Pilihan

Suatu pendekatan pragmatis untuk mengembangkan anggaran dasar yang


terdesentralisasi mencoba untuk menggabungkan kedua pendekatan ini. Tugasnya
adalah menempatakan organisasi pada suatu kontinum yang ujung-ujungnya
adalah kompetisi dan kolaborasi. Ada empat faktor penting yang sebaiknya
dipertimbangkan oleh suatu organisasi dalam memutuskan ujung yang mana yang
akan dipilih pada kontinum kompetisi-kolaborasi tersebut :

1. Tersedianya pasar tradisional

Sikap kompetitif di antara subunit-subunit adalah mungkin hanya jika ada pasar
eksternal untuk produk atau jasa yang diperdagangkan secara interal.

2. Saling ketergantungan yang strategis


Faktor utama dalam memilih antara kompetisi dan kolaborasi merupakan strategi
bagi organisasi. Bahkan ketika produk-produknya secara teknis independen,
strategi suatu organisasi dapat membuat produk-produk tersebut menjadi saling
bergantung.

3. Ketidaklengkapan harga

Pendekatan kompetitif membutuhkan mekanisme harga sebagai sinyal dasar untuk


mengatur pengaturan.selama harga menyakup semua variabel keputusan yang
relevan, pendekatan kompetitif akan berhasil. Namun, harga transfer internal
jarang mencakup semua pariabel keputusan yang relevan dalam suatu pertukaran.
Hal terutama yang sangat penting ialah perbedaan kualitas, ketidakpastian dan
faktor-faktor eksternal.

Ketika terdapat perbedaan kualitas antara produk adalah sulit untuk


membandingkan harga dari pemasok internal dengan pasar eksternal yang menjadi
referensi. Harga lagi-lagi gagal untuk mencerminkan dimensi penuh dari
pertukaran karna pihak lain harus membayar sebagian dari biaya tersebut. Sebagai
contoh, dalam suatu proses multitahap yang terintegrasi, seperti pembuatan
karton, kegagalan dari dua unit pada tahap selanjutnya dari proses tersebut dapat
merugikan pabrik kertas (tahap 1) dibandingkan dengan unit-unit berikutnya.
Ketidaklengkapan dari suatu sinyal berarti bahwa kompetisi antar unit harus
ditengahi dan dilengkapi dengan mekanisme kolaboratif yang dapat mengakui
semua pariabel penting dalam pertukaran internal.

Tersedia opsi untuk keluar. Persyaratan yang penting bagi keberhasilan


pendekatan kompetitif adalah tersedia opsi untuk keluar. Opsi untuk keluar
memungkinkan seorang produsen internal yang tidak efisien diberikan sanksi
dengan cara mengizinkan pembeli menolak untuk membeli secara internal.
Namun disiplin pasar tidak selalu menghentikan atau menangkap inefisiensi
internal tersebut. Sebagaimana dikemukakan oleh A.O. Hirschman, opsi untuk
keluar dapat meningkatkan inefisiensi dengan cara memungkinkan pembeli yang
sadar akan kualitas untuk berpindah, sehingga dalam jangka pendek memudahkan
seorang produsen yang tidak efisien untuk fokus pada pembeli yang tidak
melakukan membeda-bedakan. Dalam situasi semacam ini, pendekatan kompetitif
harus diperketat untuk memaksa baik pihak pembeli maupun penjual untuk
meningkatkan kualitas internal.
Sebagai ringkasan, anggaran dasar memutuskan apakah subunit-subunit dalam
suatu perusahaan akan terutama bersifat kompetitif atau kolaboratif satu sama
lain. Faktor-faktor yang menentukan keseimbangan relatif diantara kedua ekstrem
tersebut dalah sampai sejauh mana pasar ekternal tersedia independensi atau
saling ketergantungan strategis antar unit yang diinginkan, harga mencakup
seluruh perbedaan dalam kualitas, ketidakpastian pasokan, dan faktor-faktor
ekternal ; dan opsi keluar dapat diambil untuk menangkap kemunduran.

Desentralisai dan penentuan harga transfer

Mekanisme utama yang digunakan oleh organisasi untuk mengatur pertukaran


antar subnit adalah mekanisme penentuaan harga transfer (transfer pricing).
Sistem penentuan harga transfer dapat digunakan sebagai suatu alat untuk
memaksakan prilaku yang diinginkan oleh anggaran dasar.

Jenis-jenis harga transfer

Organisasi biasanya menggunakan lima jenis harga transfer. Kelima jenis harga
transfer tersebut adalah :

1. Harga pasar

Harga pasar digunakan ketika terdapat beberapa jenis pasar eksternal untuk
produk tersebut. Harga pasar mendorong prilaku yang kompetitif antar sub unit
dan dapat menurunkan komitmen terhadap suatu organisasi karna harga pasar
memberikan kebebasan baik kepada divisi pembeli maupun divisi pembeli untuk
melakukan transaksi secara eksternal.

2. Harga biaya plus

Biaya plus dapat berupa biaya penuh atau biaya pariabel plus marjin laba. Kedua
aturan ini dapat mendorong para pemasok internal untuk menjadi tidak efisien
dengan memungkinkan mereka untuk meneruskan biaya pada divisi pembeli.
3. Biaya variabel

Biaya variabel mungkin optimal secara ekonomi karna biaya tersebut mendekati
biaya produksi marginal dalam jangka pendek. Tetapi, biaya variabel secara
motivasional adalah tidak mendukung unit penjualan karna biaya tersebut tidak
memungkinkan unit penjual untuk menujunjukan laba.

4. Harga yang dinegosiasikan

Harga yang dinegosiasikan akan mendorong keterampilan bernegosiasi dengan


mengorbankan produktifitas karna negosiator yang paling baik dapat mengenakan
harga yang lebih tinggi.

5. Harga yang diputuskan atau diperintahkan.

Harga yang diputuskan atau diperintahkan digunakan ketika dua subunit tidak
mencapai kesepakatan mengenai harga transfer yang memuaskan kedua belah
piha. Jika suatu divisi menolak akan melakukan transaksi dengan divisi lainnya.

Dalam kasu semacam ini, merupakan praktek umum dalam manajemenpuncak


untuk menentukan suatu solusi yang tepat guna menyelesakan perselisihan ini.
Ketika hal ini dilakukan, para maneger yang terlibat tidak lagi mempunyai
tanggung jawab penuh atas aktivitas dari visi mereka. Hal ini menimbulkan
masalah-masalah keperilakuan lansung dalam hal semangan dan motivasi.

August 20, 2015

AKUNTANSI KEPERILAKUAN
AKUNTANSI PERILAKU :
BIDANG BARU ATAU BUNGKUS BARU ?
ABSTRAKSI

Tujuan dari artikel ini adalah untuk memberikan gambaran mengenai


perkembangan peran yang dijalankan oleh akuntansi. Peran akuntansi semula
adalah menyediakan data khususnya data keuangan untuk pengambilan keputusan
manajemen.
Dalam perkembangannya kemudian ada aspek perilaku manusia yang dipengaruhi
dan mempengaruhi aspek pelaporan keuangan, ada dimensi perilaku manusia
dalam hubungannya dengan desain, konstruksi serta efisiensi sistem informasi
akuntansi. Dari sini muncullah peran akuntansi yang “baru”, yang bertugas
menjelaskan aspek perilaku manusia yang dipengaruhi dan mempengaruhi
pelaporan keuangan
Oleh Siegel dan Markoni (1989) akuntansi perilaku dapat di
golongkan menjadi (a) pengaruh perilaku manusia pada desain, penyusunan dan
penggunaan system akuntansi (b) pengaruh system akuntansi pada perilaku
manusia (c) metode0metode untuk memprediksi serta mengubah perilaku
manusia.
Dari artikel ini penulis berharap dapat memberikan gambaran mengenai akuntansi
perilaku yang masih dipandang sebagai bidang baru dari akuntansi khususnya
dalam pengajaran/ kurikulum di dalam pendidikan akuntansi.

PENDAHULUAN
Akuntansi selama ini dipandang sebagai ilmu yang berfungsi untuk memberi
informasi khususnya informasi keuangan yang relevan dan tepat waktu untuk
entitas profit dan non profit dalam rangka membantu pengguna internal dan
eksternal dalam pengambilan keputusan ekonomi. Pengguna internal informasi
akuntansi adalah pihak-pihak yang melihat laporan akuntansi sebagai dasar untuk
pengambilan keputusan pendanaan, investasi dan keputusan-keputusan
operasional. Pengguna eksternal misalnya pemegang saham, kreditor, pemerintah
dan analis keuangan. Akuntansi bisa dibedakan dalam kelompok akuntansi
keuangan dan akuntansi manajemen. Akuntansi keuangan merupakan pelaporan
untuk pihak eksternal yang penyusunannya didasarkan pada Prinsip Akuntansi
Berterima Umum (di Indonesia dikenal dengan Standar Akuntansi Keuangan)
sementara akuntansi manajemen berhubungan dengan pelaporan internal yang
tidak dibatasi oleh Prinsip Akuntansi Berterima Umum namun oleh informasi
yang dibutuhkan oleh pengambil keputusan.
Akuntansi sering disebut sebagai bahasa bisnis karena akuntansi mengukur
kemudian mengkomunikasikan informasi keuangan serta informasi lain mengenai
manusia, organisasi, program aktivitas sosial kepada pengambil keputusan.
Akuntansi juga dilihat sebagai sistem informasi. Sistem informasi akuntansi
menerima informasi dari lingkungan (perusahaan, pemerintah, pemasok,
konsumen dan sebagainya), mengukur informasi, mencatat, memproses dan
menerbitkan laporan untuk lingkungan tersebut.
Dari berbagai peran tersebut akuntansi kemudian dipandang suatu bidang yang
menyediakan informasi, khususnya informasi keuangan untuk pengambilan
keputusan.

PEMBAHASAN
PERGESERAN PERAN AKUNTANSI
Dalam perkembangannya kemudian manajer serta akuntan menyadari kebutuhan
akan tambahan informasi ekonomi yang tidak hanya diberikan oleh sistem
akuntansi ataupun laporan keuangan. Ada dimensi dari akuntansi yang
berhubungan dengan perilaku manusia dalam hubungannya dengan desain,
kostruksi serta efisiensi sistem informasi akuntansi. Akuntansi perilaku
merefleksikan dimensi sosial dari laporan keuangan sehingga merupakan
suplemen yang penting atas laporan keuangan.
Sebenarnya bidang akuntansi perilaku sangat luas, yang diantaranya meliputi
aplikasi konsep-konsep ilmu perilaku pada desain dan penyusunan sistem
akuntansi, studi mengenai bagainan reaksi manusia pada format dan isi pelaporan
akuntansi, cara bagaimana informasi diproses untuk pengambilan keputusan,
penyusunan teknik-teknik pelaporan untuk mengkomunikasikan data perilaku
pada pengguna laporan serta penyusunan strategi untuk memotivasi dan
mempengaruhi perilaku, aspirasi dan tujuan anggota organisasi. Menurut Siegel
dan Markoni (1989) bidang akuntansi perilaku dapat dikelompokkan menjadi tiga
kelompok :
a. Pengaruh perilaku manusia pada desain, penyusunan dan penggunaan sistem
akuntansi. Dalam bidang ini akuntansi perilaku berhubungan dengan bagaimana
sikap dan filosofi manajemen mempengaruhi sifat pengendalian akuntansi dan
fungsinya dalam organisasi. Contohnya seorang manajer dengan tipe penghindar
resiko (risk averse) akan memilih sistem pengendalian yang berbeda dengan
manajer dengan tipe tidak takut resiko (risk taker), sehingga tipe pengendalian
yang longgar (looseness) atau ketat (rigidity) akan sangat dipengaruhi oleh
perilaku manusia dalam hal ini perilaku manajer.
b. Pengaruh sistem akuntansi pada perilaku manusia. Dalam bidang ini akuntansi
perilaku berhubungan dengan bagaimana sistem akuntansi mempengaruhi
motivasi, produktivitas, pengambilan keputusan, kepuasan kerja dan kerjasama
dalam organisasi. Contohnya suatu anggaran yang disusun terlalu ketat akan
membuat orang merasa bahwa anggaran itu tidak dapat direalisasikan sehingga
tidak ada motivasi untuk mencapai target tersebut. Kalau anggaran disusun terlalu
longgar akan berakibat pada kecerobohan dan inefisiensi produksi.
c. Metode-metode untuk memprediksi dan strategi untuk mengubah perilaku
manusia. Bidang ketiga dari akuntansi perilaku ini berhubungan dengan
bagaimana sistem dapat digunakan untuk mempengaruhi perilaku manusia.
Contohnya struktur pengendalian akuntansi dapat disusun ketat atau longgar,
perencanaan kompensasi dapat dibuat dalam beberapa alternatif dan laporan
kinerja dapat dimodifikasi. Ini juga sejalan dengan pemikiran dari Anthony (1982)
mengenai peran data akuntansi dalam perialku penialian kinerja serta Thomas
(1984) mengenai penilaian kinerja untuk sumber daya manusia dalam kantor
akuntan publik.
BEHAVIORAL SCIENCE vs BEHAVIORAL ACCOUNTING
Ada beberapa pendapat yang mengatakan bahwa akuntansi perilaku sebenarnya
“tidak berbeda” dengan ilmu perilaku (behavioral science). Ada kesamaan dan
perbedaan antara dua disiplin ilmu tersebut. Ilmu perilaku berhubungan dengan
penjelasan dan prediksi dari perilaku manusia. Riset-riset yang dilakukan oleh
bidang ilmu perilaku misalnya beberapa aspek teori motivasi, sikap, kepuasan
serta beberapa aspek perilaku dalam individu maupun kelompok. Akuntansi
perilaku membahas hubungan diantara perilaku manusia dan akuntansi. Akuntansi
perilaku menjelaskan akibat apakah yang ditimbulkan pada perilaku individu serta
perilaku kelompok dari proses akuntansi. Metode akuntansi, prosedur dan
pelaporan akuntansi dapat digunakan untuk membantu individu dan organisasi
mencapai tujuannya.
Ilmu perilaku merupakan bagian dari ilmu sosial, akuntansi perilaku membahas
kedua bidang baik ilmu perilaku maupun akuntansi. Akuntansi perilaku bersifat
aplikatif dan praktis. Akuntansi menggunakan hasil-hasil riset ilmu perilaku untuk
menjelaskan dan memprediksi perilaku manusia. Adapun beberapa perbedaan
diantara akuntansi perilaku dengan aplikasi ilmu perilaku (Siegel dan Markoni,
1989) :
Perbedaan Akuntansi
Perilaku Aplikasi Ilmu Perilaku
Bidang Bidang utama akuntansi dengan menggunakan dasar ilmu sosial Bidang
utama ilmu sosial tidak diperlukan ilmu akuntansi
Desain dan pelaksanaan riset perilaku Bukan elemen utama Elemen kunci
Pengetahuan dan pemahaman mengenai organisasi bisnis serta sistem akuntansi
Elemen kunci Bukan elemen kunci
Orientasi Profesional Ilmu pengetahuan
Pendekatan terhadap masalah Praktis Teoretis dan praktis
Fungsi Menangani masalah-masalah dalam organisasi Mengembangkan
pengetahuan serta menyelesaikan masalah
Kerterkaitan dengan bidang ilmu perilaku Terbatas dalam bidang
yang berhubungan dengan akuntansi Secara luas dengan subdisiplin-subdisiplin
dalam ilmu perilaku

APLIKASI AKUNTANSI PERILAKU


Aplikasi mengenai akuntansi perilaku dalam organisasi oleh Schiff dan Lewin
(1974) dibagi menjadi 4 (empat) bagian yaitu
a. Planning and Bugeting (Perencanaan dan Penganggaran).
Tujuan utama dari bagian ini adalah bagaimana formulasi tujuan
operasional perusahaan.dan interaksi perilaku individu dalam proses ini. Ada
beberapa dimensi dalam proses ini misalnya partisipasi penyusunan anggaran dan
kepuasan anggota organisasi atas anggaran tersebut, tingkat kesulitan pencapaian
tujuan, tingkat aspirasi dalam penyusunan anggaran dan tujuan organisasi serta
konflik di antara tujuan individu dan tujuan organisasi.
Ada kebijakan yang berbeda yang digunakan oleh organisasi dalam pembuatan
perencanaan serta penganggaran. Ada organisasi yang melibatkan semua lini
organisasi dalam penetapan perencanaan serta anggaran yang akan dilaksanakan
yang secara teori sering digunakan istilah bottom up. Di satu sisi ada organisasi
yang penetapan rencana dan anggaran dilakukan oleh atasan saja (Top down).
Dari proses yang berbeda tersebut dapat menghasilkan perilaku yang berbeda dari
anggota organisasi.
Tujuan yang ditetapkan oleh perusahaan juga memiliki tingkat kesulitan yang
berbeda. Tingkat kesulitan yang ditetapkan dapat mempengaruhi perilaku
individu. Jika individu memandang bahwa tujuan yang menjadi tanggung
jawabnya ditetapkan terlalu sulit maka individu tidak akan termotivasi untuk
mencapainya. Sebaliknya jika tujuan yang ditetapkan terlalu lunak, individu akan
ceroboh dalam mencapai tujuan tersebut.
b. Decision Making
Tujuan utama bagian ini adalah aspek perilaku pada pengambilan keputusan oleh
individu dan pengambilan keputusan organisasional. Ada dua dimensi dalam
bidang ini. Dimensi pertama membahas mengenai isu-isu mendasar mengenai
pengambilan keputusan oleh individu dan kelompok misalnya persepsi, akibat
dari gagal atau suksesnya keputusan, tipe risk aversion (penghindar resiko) dalam
pembuatan keputusan. Dimensi kedua meliputi pengaruh dari jenis struktur
organisasi atas pengambilan keputusan.
Keputusan yang dibuat organisasi dapat dibuat oleh individu saja ataupun oleh
anggota kelompok. Proses tersebut tentu saja berpengaruh pada perilaku baik
individu maupun kelompok. Kegagalan dan kesuksesan keputusan yang telah
dibuat juga berpengaruh pada perilaku pembuat keputusan.
Ada dua tipe individu sehubungan dengan resiko yang dihadapinya, yaitu (a) tipe
pengambil resiko (risk taker), (b) tipe penghindar resiko (risk averse). Dua tipe
tersebut akan menyebabkan perilaku yang berbeda saat menghadapi resiko atas
alternatif keputusan akan yang dibuat.
c. Control
Tujuan bagian ini untuk menyelidiki permasalahan individual dalam penilaian
kinerja dan proses adaptasi individu terhadap proses pengendalian yang dilakukan
oleh organisasi. Dimensi lain dari bagian ini berisi permasalahan sentralisasi-
desentralisasi serta hubungan dalam hirarki administrasi.
d. Financial Reporting
Bagian ini mencakup perilaku perata-labaan (income smoothing), reliabilitas
pelaporan akuntansi dan relevansi informasi akuntansi terhadap pengguna.

PELUANG RISET AKUNTANSI PERILAKU


Dewasa ini semakin banyak jurnal ilmiah bidang akuntansi bahkan yang berskala
internasional yang memuat baik artikel maupun hasil penelitian di bidang
akuntansi perilaku antara lain Journal Accountancy, Journal of Accounting
Review dan ada jurnal yang mengkhususkan bidang ini misalnya Accounting,
Organization and Society, serta Behavioral Research In Accounting Ini
menunjukkan bahwa bidang akuntansi perilaku juga semakin menarik minat
peneliti untuk melakukan penelitian bidang ini.
Riset akuntansi perilaku di bidang akuntansi manajemen dapat di kelompokkan
menjadi tiga ( Birnberg dan Ragunath, 1967):
1. Menyusun model khusus sebagian atau seluruh sub system manusia dalam
organisasi
2. Menginvestigasi dimensi perilaku dari proses pengendalian manajemen
3. Memandang dari sisi perilaku pengaruh karakteristik organisasi pada bentuk
dan fungsi dari system informasi manajemen.
Masih jarang penelitian yang dilakukan mengenai hubungan antara organisasi
dengan individu dalam hubungannnya dengan data akuntansi. Golembiewski
(1964) meneliti system pelaporan internal sebagai fungsi dari struktur organisasi
konvensional dan menemukan banyak masalah dalam pelaporan internal,
misalnya alokasi biaya di mana permasalahan timbul dari bentuk staf lini.
Semakin terdesentralisasi semakin mudah permasalahan akuntansi ditangani
dengan memfokuskan pada supervisor. Hal ini konsisten dengan saran untuk
menggunakan pengukuran kinerja manajer divisional pada perusahaan yang
terdesentralisasi. Pendekatan lain dilakukan oleh Caplan (1966) yang menemukan
adanya keterbatasan individu sebagai pengambil keputusan dari sekian banyaknya
keputusan yang dihadapi. Oleh karenanya dia menyarankan adanya validitas dan
kekhususan bentuk system informasi manajemen.
Di Indonesia bidang akuntansi perilaku dalam kelompok akuntansi manajemen
ada penelitian yang dilakukan dengan pendekatan kontinjensi (Riyanto, 1999).
Hal ini dilandasi pemikiran bahwa berbagai bukti empiris tentang manfaat
akuntansi manajemen yang telah dilakukan peneliti di Amerika belum tentu bisa
diterapkan di Indonesia. Dan juga pemikiran bahwa tidak ada konsep akuntansi
yang akan bisa diterapkan secara universal (dimana saja dan dalam kondisi apa
saja). Misalnya saja penelitian mengenai efektifitas partisipasi anggaran terhadap
kinerja organisasional akan dapat dipengarhi oleh banyak hal tergantung kondisi
yang melingkupinya.

REFERENSI

1. Birnberg, Jacob & Raghu Nath, Implications of Behavioral Science for


Managerial Accounting, (dalam Schiff & Lewin , Behavioral Aspect of
Accounting, Prentice Hall Inc., Englewood Cliffs, New Jersey, 1975
2. Belkoui, Ahmed, Behavioral Accounting : The Research and Practical Issues,
Quorum Book, Greenwood Press, 1989.
3. Golembiewski, Robert, Accountancy as a Function of Organization Theory,
The Aoccounting Review, April 1964
4. Hopwood, Anthony G., An Empirical Study of The Role of Accounting Data in
Performance Evaluation, Supplement to Journal of Accounting Research, Institut
of Professional Accounting, University of Chicago, 1976.
5. Michael Schiff & Arie Y. Lewin, Behavioral Aspect Of Accounting, Prentice
Hall, Inc., Engelewood Cliffs, New Jersey, 1975
6. Siegel, Gary & Helene R. Markoni, Behavioral Accounting, South Wesren
Publishing Co., Cicinnati, Ohio, 1989.
7. Thomas, Kida, Performance Evaluation and Review Meetings : Characteristic
in Public Accounting Firms, Accounting, Organisation and Society, Pergamon
Press Ltd, Great Britain, 1984.
8. Becker, Selwyn & David Green, JR, Budgeting and Employee Behavior, The
Journal of Bussiness . The University of Chicago Press, October 1962

Pengambilan Keputusan

Fokus dalam bidang ini adalah teori-teori dan model-model tentang pengambilan
keputusan. Ada teori normatif, paradoks, dan model deskriptif dalam pengambilan
keputusan. Teori normatif adalah bagaimana seharusnya orang mengambil
keputusan. Paradoks adalah sesuatu yang bertentangan dengan teori normatif,
sedangkan model deskriptif menjelaskan apa yang terjadi ketika orang mengambil
keputusan berdasarkan fakta-fakta empiris yang ada. Apa informasi (subject
matter) yang digunakan untuk pengambilan keputusan? Informasi yang digunakan
tetaplah informasi akuntansi.

a. Disarikan dari buku: Akuntansi Keperilakuan, Penulis: Dr.I Wayan


Suartana, S.E., Ak., M.Si, Halaman: 1-3.

b. https://accurate.id/akuntansi/pengertian-akuntansi-keperilakuan

Anda mungkin juga menyukai