Anda di halaman 1dari 42

Mini Clinical Evaluation Exercise

( MINI – CEX )
KANKER SERVIKS
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Program Pendidikan
Profesi Dokter Bagian Ilmu Kandungan dan Kebidanan
Rumah Sakit Islam Sultan Agung Semarang

Disusun oleh:
Widya Ayu Setyaningrum

30101507579

Pembimbing:
dr. Rini Aryani, Sp.OG (K) Fer

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KANDUNGAN DAN KEBIDANAN


FAKULTAS KEDOKTERAN UNISSULA SEMARANG
RSI SULTAN AGUNG
SEMARANG
2020
STATUS ILMU KANDUNGAN DAN KEBIDANAN
SMF KANDUNGAN DAN KEBIDANAN
RUMAH SAKIT ISLAM SULTAN AGUNG
Nama Mahasiswa : Widya Ayu Setyaningrum
NIM : 3010507579
Dokter Pembimbing : dr. Rini Aryani, Sp.OG (K) Fer

A. IDENTITAS PASIEN
1. Nama penderita : Ny.S
2. Umur : 61 tahun
3. Jenis kelamin : Perempuan
4. No CM : 01-40-49-xx
5. Agama : Islam
6. Pekerjaan : Pedagang
7. Alamat : Dempet RT 01 RW 01, Demak
8. Pendidikan : SD
9. Status : Janda
10. Tanggal Masuk : 4 Januari 2020
11. Ruang : Baitun Nisa 2
12. Kelas : BPJS PBI Kelas III

Anamnesis
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis pada tanggal 6 Januari 2020
pukul 11.45 WIB di bangsal Baitun Nisa 2 Rumah Sakit Islam Sultan Agung
Semarang.

Keluhan Utama
Keputihan.
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien P3A0 61 tahun, datang ke Poli RSI Sultan Agung dengan keluhan
keputihan sejak kurang lebih 4 bulan yang lalu. Selain itu pasien mengatakan
bengkak pada kemaluan, keluar darah setelah jatuh kurang lebih 4 bulan yang
lalu. Pasien juga mengeluh nyeri pinggang. Keluhan membaik saat pasien
beristirahat dan memberat saat pasien beraktivitas. Riwayat trauma (-), konsumsi
obat-obatan/ jamu (-), aktivitas berlebih (-). Pasien memiliki riwayat alergi
terhadap obat amoxicillin dan penicillin.

Riwayat Haid
 Menarche : 12 tahun
 Siklus haid : 28 hari
 Lama haid : 7 hari
 Menopouse : 55 tahun
Riwayat Perkawinan
Pasien menikah satu kali saat usia 13 tahun. Saat ini suami pasien sudah
meninggal.
Riwayat Kehamilan
Pasien P3A0
I : anak pertama usia 45 tahun, lahir normal ditolong oleh dukun.
II : anak kedua usia 43 tahun, lahir normal ditolong oleh dukun.
III : anak ketiga usia 40 tahun, lahir normal ditolong oleh dukun.

Riwayat Ante Natal Care (ANC)


Saat hamil pasien tidak pernah ANC.

Riwayat KB
Pernah memakai IUD.

Riwayat Penyakit Dahulu


 Riwayat Hipertensi : disangkal
 Riwayat Penyakit Jantung : disangkal
 Riwayat DM : disangkal
 Riwayat Asma : disangkal
 Riwayat Alergi : disangkal
Riwayat Penyakit Keluarga
 Riwayat Hipertensi : disangkal
 Riwayat Penyakit Jantung : disangkal
 Riwayat Penyakit Paru : disangkal
 Riwayat DM : disangkal
 Riwayat asma : disangkal
Riwayat Sosial Ekonomi
Pasien seorang pedagang di pasar. Biaya pengobatan ditanggung oleh
BPJS.
Kesan ekonomi : Cukup

Pemeriksaan Fisik (6 Januari 2020)


Keadaan Umum : Lemah, sakit sedang
Kesadaran : Composmentis
TB : 147 cm
BB : 42 kg
Tanda vital :
o Tekanan Darah : 128/70 mmHg
o Nadi : 90 x/menit
o RR : 24 x/menit
o Suhu : 36,7 0C
 Status Internus
- Kepala : Mesocephale
- Mata : Conjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)
- Hidung : Discharge (-), septum deviasi (-), nafas cuping
hidung (-)
- Telinga : Discharge (-)
- Mulut : Bibir sianosis (-), bibir kering (-)
- Tenggorokan : Faring hiperemis (-), pembesaran tonsil (-)
- Leher : Simetris, pembesaran kelenjar limfe (-)
- Kulit : Turgor baik, ptekiae (-)
- Mamae : Simetris, mamae membesar, hiperpigmentasi
areola mamae, papila mamae menonjol, benjolan abnormal (-)
- Jantung
 Inspeksi : ictus cordis tidak tampak
 Palpasi : ictus cordis tidak teraba
 Perkusi : redup, batas batas jantung tidak dapat ditentukan
karena terhalang pembesaran mamae
 Auskultasi : suara jantung I dan II murni, reguler, suara
tambahan (-)
- Paru
 Inspeksi : hemithorax dextra dan sinistra simetris
 Palpasi : stemfremitus dextra dan sinistra sama
 Perkusi : sonor seluruh lapang paru
 Auskultasi : suara dasar vesikuler, suara tambahan (-)
- Abdomen
 Inspeksi : Perut tampak datar, pembesaran uterus
tidak terlihat, striae gravidarum (-), linea nigra (-), bekas
operasi (-)
 Auskultasi : Bising usus (+), DJJ (-)
 Perkusi : Timpani
 Palpasi : nyeri tekan perut bagian bawah (+), TFU
tidak teraba, leopold tidak dilakukan
- Extremitas
Superior Inferior

Oedem -/- -/-

Akral dingin -/- -/-

Varises -/- -/-


Reflek fisiologis +/+ +/+

o Genitalia
 Externa : Vulva oedem (+), massa (-), perlukaan (-), eritema (-),
vaginal discharge (+), darah merah tua (+), prongkolan (+), lendir (+)
 VT
 Vulva : tidak ada kelainan, fluxus (+), fluor (-)
 Vagina : tidak ada kelainan
 Portio : tertutup infiltrat
 OUE : tertutup
 Uterus : tidak teraba karena tertutup infiltrat
 Adneksa : massa (-)
 Parametrium : nyeri tekan (-)
 Inspikulo : keluar darah dari jalan lahir
Pemeriksaan Penunjang
- LABORATORIUM (4 Januari 2020)
Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan Satuan
HEMATOLOGY
Darah Rutin 1
Hemoglobin 10,1 11.7-15.5 g/dl
Hematokrit 31,6 33-45 %
Leukosit 6,40 3.6-11.0 Ribu/uL
Trombosit 348 150-440 Ribu/Ul
Golongan O/Positif
darah/Rh
APTT/PTTK 28.1 21.8-28.0 Detik
Kontrol 25.6 21.0-28.4 Detik
PPT 9.9 9.3-11.4 Detik
Kontrol 10.6 9.2-12.4 Detik
IMUNOSEROLOGI
HbsAg Kualitatif Non Reaktif Non Reaktif
KIMIA
GDS 87 75-110 mg/dl
Ureum 27 10-50 mg/dl
Creatinin 1,88 0,6-1,1 mg/dl
- PATOLOGI ANATOMI
Histologi Jaringan Sedang
Makroskopis : sediaan berupa keping – keping jaringan ± 1 cc, warna putih,
konsistensi kenyal.
Mikroskopis : menunjukan setelah potong susul kepingan jaringan
mengandung infiltrasi sel – sel berinti bulat pleimorfik, vesikuler, membentuk
struktur nodular dan tubular, mitosis dapat dijumpai.
Kesan : sesuai dengan moderately differentiated adenosquamous cells
carcinoma.

RESUME
Pasien P3A0 61 tahun, datang ke Poli RSI Sultan Agung dengan keluhan
keputihan sejak kurang lebih 4 bulan yang lalu. Selain itu pasien mengatakan
bengkak pada kemaluan, keluar darah setelah jatuh kurang lebih 4 bulan yang
lalu. Pasien juga mengeluh nyeri pinggang. Keluhan membaik saat pasien
beristirahat dan memberat saat pasien beraktivitas. Riwayat trauma (-), konsumsi
obat-obatan/ jamu (-), aktivitas berlebih (-). Pasien memiliki riwayat alergi
terhadap obat amoxicillin dan penicillin.

Status Present :
- Keadaan Umum : Lemah
- Tanda vital : dbn
Status internus : dbn
Status Obstetri : P3A0
Status Ginekologi :
- Genitalia
 Externa :
 Vulva : bengkak (+)
 Vagina : fluksus (-)
 Inspekulo :
- Portio : tertutup infiltrat
- Vagina : massa (-), laserasi (-), fluksus (+), tampak gumpalan
darah di introitus vagina, dibersihkan kesan tidak mengalir
 Interna (VT) : Darah (+)
Pemeriksaan Laboratorium : Anemia

DIAGNOSA
Wanita P3A0 61 tahun dengan Ca Serviks
PENATALAKSANAAN
 Initial Plan Of Monitoring
- Pemeriksaan KU, Vital Sign, selama rawat inap
 Intial Plan Of Therapy
 Terapi Pre operasi
o Infus RL 20 tpm
o Cefotaxime 1g IV
 Terapi Post operasi
o Infus RL 20 tpm
o Asam mefenamat 3 x 500 mg
o Sulfas Ferosus 1 x 200 mg
o Kalnex 2 x 500 mg
 Operatif
- Biopsi
 Initial Plan Of Education
1. Kontrol 1 minggu post rawat inap
2. Rawat luka
3. Perbanyak konsumsi makanan bergizi dan seimbang

FOLLOW UP

6/02/2020 S : Pasien merasa masih sedikit nyeri pada kemaluan


O:
- Kesadaran : Composmentis
- Tekanan darah : 110/70 mmHg
- Nadi : 70 x/mnt
- Pernafasan : 20x/menits
- Suhu : 36,5oC
A : P3A0 suspek Ca Serviks
P : Infus RL 20 tpm
Asam mefenamat 3 x 500 mg
Sulfas Ferosus 1 x 200 mg
Kalnex 2 x 500 mg
-
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi

Kanker adalah istilah umum yang dipakai untuk menunjukkan


neoplasma ganas, dan ada banyak tumor atau neoplasma lain yang tidak
bersifat kanker. Neoplasma secara harfiah berarti “pertumbuhan baru”.
Suatu neoplasma, adalah massa abnormal jaringan yang pertumbuhannya
berlebihan dan tidak terkoordinasikan dengan pertumbuhan jaringan
normal serta terus demikian walaupun rangsangan yang memicu
perubahan tersebut telah berhenti.
Serviks adalah bagian dari rahim yang paling sempit, terhubung ke
fundus uteri oleh uterine isthmus. Serviks berasal dari bahasa latin yang
berarti leher. Bentuknya silinder atau lebih tepatnya kerucut.Serviks
letaknya menonjol melalui dinding vagina anterior atas. Bagian yang
memproyeksikan ke dalam vagina disebut sebagai portio vaginalis. Bagian
luar dari serviks menuju ostium eksternal disebut ektoserviks. Lorong
antara ostium eksterna ke rongga endometrium disebut sebagai kanalis
endoservikalis.
Kanker Leher Rahim adalah tumor ganas yang mengenai lapisan
permukaan (epitel) dari leher rahim atau mulut rahim, dimana sel – sel
permukaan (epitel) tersebut mengalami penggandaan dan berubah sifat
tidak seperti sel yang normal. Kanker serviks berkembang secara bertahap,
tetapi progresif. Proses terjadinya kanker ini dimulai dengan sel yang
mengalami mutasi lalu berkembang menjadi sel displastik sehingga terjadi
kelainan epitel yang disebut displasia. Dimulai dari displasia ringan,
displasia sedang, displasia berat, dan akhirnya menjadi karsinoma in-situ
(KIS), kemudian berkembang lagi menjadi karsinoma invasif. Tingkat
displasia dan KIS dikenal juga sebagai tingkat pra-kanker.
B. Etiologi

Penyebab utama kanker serviks adalah virus yang disebut Human


Papilloma (HPV). HPV tersebar luas, dapat menginfeksi kulit dan mukosa
epitel. HPV dapat menyebabkan manifestasi klinis baik lesi yang jinak
maupun lesi kanker. Tumor jinak yang disebabkan infeksi HPV yaitu
veruka dan kondiloma akuminata sedangkan tumor ganas anogenital
adalah kanker serviks, vulva, vagina, anus dan penis. Sifat onkogenik HPV
dikaitkan dengan protein virus E6 dan E7 yang menyebabkan peningkatan
proliferasi sel sehingga terjadi lesi pre kanker yang kemudian dapat
berkembang menjadi kanker.
HPV dibagi menjadi 2 yaitu virus tipe low-risk (resiko rendah) dan
high-risk (resiko tinggi) yang dihubungkan dengan resiko keganasan.
a. HPV tipe low-risk (resiko rendah).
Tipe low-risk cendrung menyebabkan tumor jinak meskipun
kadangkala dapat menyebabkan kanker antara lain kanker
anogenital yaitu tipe 6, 11, 42, 43, 44, 54, 61, 70, 72, dan 81.
b. HPV tipe high-risk (resiko tinggi)
Tipe high-risk (resiko tinggi) cenderung menyebabkan tumor ganas.
Lebih dari 30 tipe HPV yang diklasifikasikan onkogenik atau resiko
tinggi (high- risk) sebab hubungannya dengan kanker serviks yaitu
tipe 16, 18, 31, 33, 34, 35, 39, 45, 51, 52, 56, 58, 59, 66, 68 dan 82.
HPV tipe 16 paling sering dijumpai dan sekitar 50% kanker serviks
invasif dijumpai HPV tipe 18, 45, 31, 33, 52 dan 58. Infeksi
persisten HPV-16, HPV-18, HPV-31, HPV-45 sering menyebabkan
kanker serviks.

C. Faktor Predisposisi

 Pola hubungan seksual


Studi epidemiologi mengungkapkan bahwa resiko terjangkit
kanker serviks meningkat seiring meningkatnya jumlah pasangan.
Aktifitas seksual yang dimulai pada usia dini, yaitu kurang dari 20
tahun,juga dapat dijadkan sebagai faktr resko terjadinya kanker servks.
Hal ini diuga ada hubungannya dengan belum matannya daerah
transformas pada usia tesebut bila sering terekspos. Frekuensi
hubungnga seksual juga berpengaruh pada lebih tingginya resiko pada
usia tersebut, tetapi tidak pada kelompok usia lebih tua.
 Paritas
Kanker serviks sering dijumpai pada wanita yang sering
melahirkan. Semakin sering melahirkan, maka semakin besar resiko
terjangkit kanker serviks. Pemelitian di Amerika Latin menunjukkan
hubungan antara resiko dengan multiparitas setelah dikontrol dengan
infeksi HPV.
 Merokok
Beberapa penelitian menemukan hubungan yang kuat antara
merokok dengan kanker serviks, bahkan setelah dikontrol dengan
variabel konfounding seperti pola hubungan seksual. Penemuan lain
memperkuatkan temuan nikotin pada cairan serviks wanita perokok
bahkan ini bersifat sebagai kokarsinogen dan bersama-sama dengan
karsinogen yang telah ada selanjutnya mendorong pertumbuhan ke
arah kanker.
 Kontrasepsi oral
Penelitian secara perspektif yang dilakukan oleh Vessey dkk tahun
1983 (Schiffman,1996) mendapatkan bahwa peningkatan insiden
kanker serviks dipengaruhi oleh lama pemakaian kontrasepsi oral.
Penelitian tersebut juga mendapatkan bahwa semua kejadian kanker
serviks invasive terdapat pada pengguna kontrasepsi oral. Penelitian
lain mendapatkan bahwa insiden kanker setelah 10 tahun pemakaian 4
kali lebih tinggi daripada bukan pengguna kontrasepsi oral. Namun
penelitian serupa yang dilakukan oleh peritz dkk menyimpulkan bahwa
aktifitas seksual merupakan confounding yang erat kaitannya dengan
hal tersebut.
WHO mereview berbagai peneltian yang menghubungkan
penggunaan kontrasepsi oral dengan risko terjadinya kanker serviks,
menyimpulkan bahwa sulit untuk menginterpretasikan hubungan
tersebut mengingat bahwa lama penggunaan kontraseps oral
berinteraksi dengan factor lain khususnya pola kebiasaan seksual
dalam mempengaruhi resiko kanker serviks. Selain itu, adanya
kemungkinan bahwa wanita yang menggunakan kontrasepsi oral lain
lebih sering melakukan pemeriksaan smera serviks,sehingga displasia
dan karsinoma in situ nampak lebih frekuen pada kelompok tersebut.
Diperlukan kehati-hatian dalam menginterpretasikan asosiasi antara
lama penggunaan kontrasepsi oral dengan resiko kanker serviks karena
adanya bias dan faktor confounding.1,3
 Defisiensi gizi
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa defisiensi zat gizi tertentu
seperti betakaroten dan vitamin A serta asam folat, berhubungna
dengan peningkatan resiko terhadap displasia ringan dan sedang..
Namun sampasaat ini tdak ada indikasi bahwa perbaikan defisensi gizi
tersebut akan enurunkan resiko.1,3
 Sosial ekonomi
Studi secara deskrptif maupun analitik menunjukkan hubungan
yang kuat antara kejadian kanker serviks dengan tingkat social
ekonomi yang rendah. Hal ini juga diperkuat oleh penelitian yang
menunjukkan bahwa infeksi HPV lebih prevalen pada wanita dengan
tingkat pendidkan dan pendapatan rendah. Faktor defisiensi nutrisi,
multilaritas dan kebersihan genitalia juga dduga berhubungan dengan
masalah tersebut.1,3,5
 Pasangan seksual
Peranan pasangan seksual dari penderita kanker serviks mulai
menjadi bahan yang menarik untuk diteliti. Penggunaan kondom yang
frekuen ternyata memberi resiko yang rendah terhadap terjadinya
kanker serviks. Rendahnya kebersihan genetalia yang dikaitkan dengan
sirkumsisi juga menjadi pembahasan panjang terhadap kejadian kanker
serviks. Jumlah pasangan ganda selain istri juga merupakan factor
resiko yang lain.

D. Patofisiologi

Petanda tumor atau kanker adalah pembelahan sel yang tidak dapat
dikontrol sehingga membentuk jaringan tumor. Mekanisme pembelahan
sel yang terdiri dari 4 fase yaitu G1, S, G2 dan M harus dijaga dengan
baik. Selama fase S, terjadi replikasi DNA dan pada fase M terjadi
pembelahan sel atau mitosis. Sedangkan fase G (Gap) berada sebelum fase
S (Sintesis) dan fase M (Mitosis). Dalam siklus sel p53 dan pRb berperan
penting, dimana p53 memiliki kemampuan untuk mengadakan apoptosis
dan pRb memiliki kontrol untuk proses proliferasi sel itu sendiri.
Infeksi dimulai dari virus yang masuk kedalam sel melalui mikro
abrasi jaringan permukaan epitel, sehingga dimungkinkan virus masuk ke
dalam sel basal. Sel basal terutama sel stem terus membelah, bermigrasi
mengisi sel bagian atas, berdiferensiasi dan mensintesis keratin. Pada HPV
yang menyebabkan keganasan, protein yang berperan banyak adalah E6
dan E7. mekanisme utama protein E6 dan E7 dari HPV dalam proses
perkembangan kanker serviks adalah melalui interaksi dengan protein p53
dan retinoblastoma (Rb). Protein E6 mengikat p 53 yang merupakan suatu
gen supresor tumor sehingga sel kehilangan kemampuan untuk
mengadakan apoptosis. Sementara itu, E7 berikatan dengan Rb yang juga
merupakan suatu gen supresor tumor sehingga sel kehilangan sistem
kontrol untuk proses proliferasi sel itu sendiri. Protein E6 dan E7 pada
HPV jenis yang resiko tinggi mempunyai daya ikat yang lebih besar
terhadap p53 dan protein Rb, jika dibandingkan dengan HPV yang
tergolong resiko rendah. Protein virus pada infeksi HPV mengambil alih
perkembangan siklus sel dan mengikuti deferensiasi sel.
Karsinoma serviks umumnya terbatas pada daerah panggul saja.
Tergantung dari kondisi immunologik tubuh penderita KIS akan
berkembang menjadi mikro invasif dengan menembus membrana basalis
dengan kedalaman invasi <1mm dan sel tumor masih belum terlihat dalam
pembuluh limfa atau darah. Jika sel tumor sudah terdapat >1mm dari
membrana basalis, atau <1mm tetapi sudah tampak dalam pembuluh limfa
atau darah, maka prosesnya sudah invasif. Tumor mungkin sudah
menginfiltrasi stroma serviks, akan tetapi secara klinis belum tampak
sebagai karsinoma. Tumor yang demikian disebut sebagai ganas praklinik
(tingkat IB-occult). Sesudah tumor menjadi invasif, penyebaran secara
limfogen melalui kelenjar limfa regional dan secara perkontinuitatum
(menjalar) menuju fornices vagina, korpus uterus, rektum, dan kandung
kemih, yang pada tingkat akhir (terminal stage) dapat menimbulkan fistula
rektum atau kandung kemih. Penyebaran limfogen ke parametrium akan
menuju kelenjar limfa regional melalui ligamentum latum, kelenjar-
kelenjar iliak, obturator, hipogastrika, prasakral, praaorta, dan seterusnya
secara teoritis dapat lanjut melalui trunkus limfatikus di kanan dan vena
subklavia di kiri mencapai paru-paru, hati , ginjal, tulang dan otak.

Perjalanan penyakit kanker serviks dari pertama kali terinfeksi


memerlukan waktu sekitar 10-15 tahun. Oleh sebab itu kanker serviks
biasanya ditemukan pada wanita yang sudah berusia sekitar 40 tahun.Ada
empat stadium kanker serviks yaitu Stadium satu kanker masih terbatas
pada serviks (IA dan IB), pada stadium dua kanker  meluas di serviks
tetapi tidak ke dinding pinggul (IIA menjalar ke vagina/liang senggama,
IIB menjalar ke vagina dan rahim), pada stadium III kanker menjalar ke
vagina, dinding pinggul dan nodus limpa (IIIA menjalar ke vagina,IIIB
menjalar ke dinding pinggul, menghambat saluran kencing, mengganggu
fungsi ginjal dan menjalar ke nodus limpa), pada stadium empat kanker
menjalar ke kandung kencing, rektum, atau organ lain (IVA: Menjalar ke
kandung kencing, rectum, nodus limpa,  IVB: Menjalar ke panggul and
nodus limpa panggul, perut, hati, sistem pencernaan, atau paru-paru ).
E. Klasifikasi

Klasifikasi kanker dapat di bagi menjadi tiga, yaitu (1) klasifikasi


berdasarkan histopatologi, (2) klasifikasi berdasarkan terminologi dari
sitologi serviks, dan (3) klasifikasi berdasarkan stadium stadium klinis
menurut FIGO (The International Federation of Gynekology and
Obstetrics) :
a. Klasifikasi berdasarkan histopatologi :
- CIN 1 (Cervical Intraepithelial Neoplasia), perubahan sel-sel abnormal
lebih kurang setengahnya. berdasarkan pada kehadiran dari dysplasia
yang dibatasi pada dasar ketiga dari lapisan cervix, atau epithelium
(dahulu disebut dysplasia ringan). Ini dipertimbangkan sebagai low-
grade lesion (luka derajat rendah).
- CIN 2, perubahan sel-sel abnormal lebih kurang tiga perempatnya,
dipertimbangkan sebagai luka derajat tinggi (high-grade lesion). Ia
merujuk pada perubahan-perubahan sel dysplastic yang dibatasi pada
dasar duapertiga dari jaringan pelapis (dahulu disebut dysplasia sedang
atau moderat).
- CIN 3, perubahan sel-sel abnormal hampir seluruh sel. adalah luka
derajat tinggi (high grade lesion). Ia merujuk pada perubahan-
perubahan prakanker pada sel-sel yang mencakup lebih besar dari
duapertiga dari ketebalan pelapis cervix, termasuk luka-luka ketebalan
penuh yang dahulunya dirujuk sebagai dysplasia dan carcinoma yang
parah ditempat asal.
b. Klasifikasi berdasarkan terminologi dari sitologi serviks :
- ASCUS (Atypical Squamous Cell Changes of Undetermined
Significance) Kata "squamous" menggambarkan sel-sel yang tipis dan
rata yang terletak pada permukaan dari cervix. Satu dari dua pilihan-
pilihan ditambahkan pada akhir dari ASC: ASC-US, yang berarti
undetermined significance, atau ASC-H, yang berarti tidak dapat
meniadakan HSIL (lihat bawah).
- LSIL (Low-grade Squamous Intraepithelial Lesion) berarti perubahan-
perubahan karakteristik dari dysplasia ringan diamati pada sel-sel
cervical.
- HSIL (High Grade Squamous Intraepithelial Lesion) merujuk pada
fakta bahwa sel-sel dengan derajat yang parah dari dysplasia terlihat.
c. Klasifikasi berdasarkan stadium klinis :
- FIGO, mengklasifikasi Ca Cervix menurut tingkat keganasan klinik:
Tingkat Kriteria
0 KIS (Karsinoma in Situ) atau karsinoma intra epitel, membrana
basalis masih utuh.
I Proses terbatas pada serviks walaupun ada perluasan ke korpus
Ia uteri
Karsinoma mikro invasif: bila membrana basalis sudah rusak dan
tumor sudah memasuki stroma tdk> 3mm dan sel tumor tidak
terdapat dalam pembuluh limfe/pembuluh darah. Kedalaman
Ib occ invasi 3mm sebaiknya diganti dengan tdk> 1mm.
Ib occult = Ib yang tersembunyi, secara klinis tumor belum
tampak sebagai Ca, tetapi pada pemeriksaan histologik, ternyata
Ib sel tumor telah mengadakan invasi stroma melebihi Ia.
Secara klinis sudah diduga adanya tumor yang histologik
II menunjukkan invasi ke dalam stroma serviks uteri.
Proses keganasan sudah keluar dari serviks dan menjalar ke2/3
IIa bagian atas vagina dan ke parametrium, tetapi tidak sampai
dinding panggul.
IIb Penyebaran hanya ke vagina, parametrium masih bebas dari
infiltrat tumor.
III Penyebaran ke parametrium uni/bilateral tetapi belum sampai ke
dinding panggul
IIIa Penyebaran telah sampai ke 1/3 bagian distal vagina / ke
parametrium sampai dinding panggul.
IIIb Penyebaran telah sampai ke 1/3 bagian distal vagina, sedang ke
parametrium tidak dipersoalkan asal tidak sampai dinding
panggul.
Penyebaran sudah sampai ke dinding panggul, tidak ditemukan
IV daerah bebas infiltrasi antara tumor dengan dinding panggul
(frozen pelvic)/ proses pada tk klinik I/II, tetapi sudah ada
IVa gangguan faal ginjal.

Ivb Proses keganasan telah keluar dari panggul kecil dan melibatkan
mukosa rektum dan atau kandung kemih.
Proses sudah keluar dari panggul kecil, atau sudah menginfiltrasi
mukosa rektum dan atau kandung kemih.
Telah terjadi penyebaran jauh.

- Klasifikasi tingkat keganasan menurut sistem TNM:


Tingkat Kriteria
T Tidak ditemukan tumor primer
T1S Karsinoma pra invasif (KIS)
T1 Karsinoma terbatas pada serviks
T1a Pra klinik: karsinoma yang invasif terlibat dalam histologik
T1b Secara klinik jelas karsinoma yang invasif
T2 Karsinoma telah meluas sampai di luar serviks, tetapi belum
sampai dinding panggul, atau Ca telah menjalar ke vagina, tetapi
belum sampai 1/3 bagian distal
T2a Ca belum menginfiltrasi parametrium
T2b Ca telah menginfiltrasi parametrium
T3 Ca telah melibatkan 1/3 distal vagina / telah mencapai dinding
panggul (tidak ada celah bebas)
T4 Ca telah menginfiltrasi mukosa rektum, kandung kemih atau
meluas sampai diluar panggul
T4a Ca melibatkan kandung kemih / rektum saja, dibuktikan secara
histologik
T4b Ca telah meluas sampai di luar panggul
Nx Bila memungkinkan untuk menilai kelenjar limfa regional. Tanda
-/+ ditambahkan untuk tambahan ada/tidaknya informasi
mengenai pemeriksaan histologik, jadi Nx+ / Nx-.
N0 Tidak ada deformitas kelenjar limfa pada limfografi
N1 Kelenjar limfa regional berubah bentuk (dari CT Scan panggul,
limfografi)
N2 Teraba massa yang padat dan melekat pada dinding panggul
dengan celah bebas infiltrat diantara massa ini dengan tumor
M0 Tidak ada metastasis berjarak jauh
M1 Terdapat metastasis jarak jauh, termasuk kele. Limfa di atas
bifurkasio arrteri iliaka komunis.
F. Manifestasi Klinis

Gejala klinis dari kanker serviks sangat tidak khas pada stadium dini.
Biasanya sering ditandi sebagai fluos dengan sedikit darah, perdarahan
postkoital atau perdarahan pervaginam yang disangka sebagai
perpanjangan waktu haid. Pada stadium lanjut baru terlihat tanda-tanda
yang ;ebih khas untuk kanker serviks, baik berupa perdarahan yang hebat
(terutama dalam bentuk eksofilik), fluor albus yang berbau dan rasa sakit
yang sangat hebat.
Pada fase prakanker, sering tidak ditandai dengan gejala atau tanda-
tanda yang khas. Namun, kadang dapat ditemui gejala-gejala sebagai
berikut:
a. Keputihan atau keluar cairan encer dari vagina. Getah yang keluar dari
vagina ini makin lama makin berbau busuk karena adanya infeksi dan
nekrosis jaringan.
b. Perdarahan setelah senggama ( post coital bleeding) yang kemudian
berlanjt ke perdarahan yang abnormal.
c. Timbulnya perdarah setelah masa menopause
d. Pada tahap invasif dapat muncul cairan berwarna kekuning-kuningan,
berbau dan dapat bercampur dengan darah
e. Timbul gejala-gejala anemia akibat dari perdarahan yang abnormal
f. Timbul nyeri pada daeah panggul (pelvic) atau pada daerah perut bagian
bawah bila terjadi peradangan pada panggul. Bila nyeri yang terjadi dari
daerah pinggang ke bawah, kemungkinan terjadi hidronefrosis. Selain itu
masih mungkin terjadi nyeri pada tempat-tempat lainnya.
g. Pada stadium kanker lanjut, badan menjadi kurus karena kekurangan gizi,
edema pada kaki, timbul iritasi pada kandung kemih dan poros usus besar
bagian bawah (rectum), terbentuknya viskelvaginal dan rektovaginal, atau
timbul gejala-gejala lain yang disebabkan oleh metastasis jauh dari kanker
serviks itu sendiri.

G. Pencegahan

Kanker serviks berkembang dari sebuah kondisi pra-kanker, maka


tindakan pencegahan terpenting harus segera dilakukan.
a. Pencegahan Primer
- Menghindari faktor-faktor risiko yang sudah diuraikan di atas.
Misalnya: Tidak berhubungan seksual dengan lebih dari satu pasangan,
penggunaan kondom (untuk mencegah penularan infkesi HPV), tidak
merokok, selalu menjaga kebersihan, menjalani pola hidup sehat,
melindungi tubuh dari paparan bahan kimia (untuk mencegah faktor-
faktor lain yang memperkuat munculnya penyakit kanker ini).
- Vaksinasi
Vaksin merupakan cara terbaik dan langkah perlindungan paling
aman bagi wanita dari infeksi HPV tipe 16 dan 18. Vaksin akan
meningkatkan kemampuan sistem kekebalan tubuh untuk mengenali
dan menghancurkan virus ketika masuk ke dalam tubuh, sebelum
terjadi infeksi. Vaksin dibuat dengan teknologi rekombinan, vaksin
berisi VLP (virus like protein) yang merupakan hasil cloning dari L1
(viral capsid gene) yang mempunyai sifat imunogenik kuat. Dalam hal
ini dikembangkan 2 jenis vaksin:
1. Vaksin pencegahan untuk memicu kekebalan tubuh humoral agar
dapat terlindung dari infeksi HPV.
2. Vaksin Pengobatan untuk menstimulasi kekebalan tubuh seluler
agar sel yang terinfeksi HPV dapat dimusnahkan.
Respon imun yang benar pada infeksi HPV memiliki karakteristik
yang kuat, bersifat lokal dan selalu dihubungkan dengan pengurangan
lesi dan bersifat melindungi terhadap infeksi HPV genotif yang sama .
Dalam hal ini, antibodi humoral sangat berperan besar dan antibodi ini
adalah suatu virus neutralising antibodi yang bisa mencegah infeksi
HPV dalam percobaan invitro maupun invivo. Kadar serum
neutralising hanya setelah fase seroconversion dan kemudian
menurun.
Kadar yang rendah ini berhubungan dengan infeksi dari virus. HPV
yang bersifat intraepitelial dan tidak adanya fase keberadaan virus di
darah pada infeksi ini. Selanjutnya protein L1 diekspresikan selama
infeksi produktif dari virus HPV dan partikel virus tersebut akan
terkumpul pada permukaan sel epitel tanpa ada proses kerusakan sel
dan proses radang dan tidak terdeteksi oleh antigen presenting cell dan
makropag. Oleh karena itu partikel virus dan kapsidnya terdapat dalam
kadar yang rendah pada kelenjar limfe dan limpa, di mana kedua organ
tersebut adalah organ yang sangat berperan dalam proses kekebalan
tubuh. Meskipun dalam kadar yang rendah, antibodi tersebut bersifat
protektif terhadap infeksi virus HPV.
b. Pencegahan sekunder
Pencegahan sekunder kanker serviks dilakukan dengan deteksi dini
dan skrining kanker serviks yang bertujuan untuk menemukan kasus-kasus
kanker serviks secara dini sehingga kemungkinan penyembuhan dapat
ditingkatkan. Perkembangan kanker serviks memerlukan waktu yang
lama. Dari prainvasif ke invasive memerlukan waktu sekitar 10 tahun atau
lebih. Pemeriksaan sitologi merupakan metode sederhana dan sensitif
untuk mendeteksi karsinoma prakanker. Bila diobati dengan baik,
karsinoma prakanker mempunyai tingkat penyembuhan mendekati 100%.
Diagnosa kasus pada fase invasif hanya memiliki tingkat ketahanan sekitar
35%. Program skrining dengan pemeriksaan sitologi dikenal dengan Pap
mear test dan telah dilakukan di Negara-negara maju. Pencegahan dengan
pap smear terbuki mampu menurunkan tingkat kematian akibat kanker
serviks 50-60% dalam kurun waktu 20 tahun (WHO,1986).

Test Pap / Pap Smear


Metode tes Pap smear yang umum yaitu dokter menggunakan
pengerik atau sikat untuk mengambil sedikit sampel sel-sel serviks atau
leher rahim. Kemudian sel-sel tersebut akan dianalisa di laboratorium. Tes
itu dapat menyingkapkan apakah ada infeksi, radang, atau sel-sel
abnormal. Menurut laporan sedunia, dengan secara teratur melakukan tes
Pap smear telah mengurangi jumlah kematian akibat kanker serviks. Pap
smear dapat digunakan sebagai screening tools karena memiliki
sensitivitas: sedang (51-88%) dan spesifisitas: tinggi (95-98%)
Rekomendasi skrining
Gambar. Rekomendasi skrining Pap Smear
Syarat:
- Tidak menstruasi. Waktu terbaik adalah antara hari ke-10 sampai ke-20
setelah hari pertama menstruasi.
- 2 hari sebelum tes, hindari pembilasan vagina, penggunaan tampon,
spermisida foam, krim atau jelly atau obat-obatan pervagina
- Tidak melakukan hubungan seksual paling sedikit 24 jam sebelum
dilakukan tes Pap smear
Indikasi:
- Dalam 3 tahun setelah berhubungan seksual pervagina, tidak melebihi
umur 21 tahun.
- Setiap tahun dengan sitilogi konvensional atau setiap 2 tahun dengan
peralatan liquid-based.
- Setiap 2-3 tahun pada wanita > 30 tahun jika 3 hasil tes berurutan
normal.
- Pada wanita dengan risiko tinggi seperti infeksi HPV, jumlah mitra
seksual yang banyak, suami atau mitra seksual yang berisiko tinggi,
imunitas yang terganggu seperti infeksi HIV, transplantasi organ,
kemoterapi atau pengobatan lama kortikosteroid dan riwayat terpapar
Dietilbestrol in utero.
Alat-alat dan Bahan:
-
spekulum cocor bebek
-
spatula ayre
-
cytobrush
-
kaca objek
-
alcohol 95%
Metode pengambilan Pap smear:
-
Beri label nama pada ujung kaca objek

-
Masukkan spekulum, dapat diberikan air atau salin jika perlu.
-
Lihat adanya abnormalitas serviks
-
Identifikasi zone transformasi
-
Pilih ujung spatula yang paling cocok dengan mulut serviks dan
zona transformasi.
-
Putar spatula 360º disekitar mulut serviks sambil mempertahankan
kontak dengan permukaan epithelial.
-
Dengan putaran searah jarum jam diawali dan diakhiri pada jam 9,
hasil yang terkumpul dipertahankan horizontal pada permukaan
atasnya ketika instrument dikeluarkan.
-
Jangan memulas sample pada saat ini jika belum akan fiksasi.
Pegang spatula antara jari dari tangan yang tidak mengambil
sample, sementara sample dari cytobrush dikumpulkan.
-
Cytobrush mempunyai bulu sikat sirkumferen yang dapat kontak
dengan seluruh permukaan mulut serviks ketika dimasukkan.
-
Cytobrush hanya perlu diputar ¼ putaran searah jarum jam.

-
Pulas sampel pada spatula pada kaca obyek dengan satu gerakan
halus.
-
Kemudian pulas cytobrush tepat diatas sampel sebelumnya dengan
memutar gagangnya berlawanan dengan arah jarum jam.
-
Pulasan harus rata dan terdiri dari satu lapisan, hindari gumpalan
besar sebisanya tapi juga hindari manipulasi berlebihan yang dapat
merusak sel, pindahkan sampel dari kedua instrument ke kaca
objek dalam beberapa detik.

-
Fiksasi specimen secepatnya untuk menghindari artefak karena
pengeringan dengan merendam kaca objek dalam tempat tertutup
yang berisi larutan ethanol 95% selama 20 menit.
-
Keringkan dan kirimkan ke Bagian Sitologi Patologi Anatomi.
-
Hasil pemeriksaan dibaca dengan system Bethesda.
Evaluasi sitologi:
Klasifikasi Papanicolaou.
- Kelas I : sel-sel normal
- Kelas II : sel-sel menunjukkan kelainan ringan yang
menunjukkan kelainan ringan biasanya disebabkan oleh infeksi
- Kelas III : mencurigakan kearah keganasan
- Kelas IV : sangat mencurigakan adanya keganasan
- Kelas V : pasti ganas
Interpretasi Dan Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan Sitologi
-
Vaginitis atau servisitis yang aktif dapat mengganggu interpretasi
sitologi. Jika reaksi peradangan hebat, pasien harus diobati dulu.
Setelah infeksi diatasi dilakukan pemeriksaan Pap smear ulang 6
minggu kemudian
-
Jika hasil pemeriksaan sitologi tidak memuaskan atau tidak dapat
dievaluasi, harus dilakukan Pap smear ulang 6 minggu kemudian
-
Jika hasil pemeriksaan sitologi mencurigakan keganasan (kelas III-
IV), selanjutnya dilakukan kolposkopi dan biopsi untuk
menegakkan diagnosis definitif.
-
Pasien dengan hasil evaluasi sitologi negative dianjurkan untuk
ulang pemeriksaan Pap smear setahun sekali, sampai usia 40 tahun.
Selanjutnya 2-3 tahun sekali sampai usia 65 tahun.
IVA (Inspeksi Visual dengan Asam Asetat)
IVA adalah skrining yang dilakukan dengan memulas serviks
menggunakan asam asetat 3–5% dan kemudian diinspeksi secara kasat
mata oleh tenaga medis yang terlatih. Setelah serviks diulas dengan
asam asetat, akan terjadi perubahan warna pada serviks yang dapat
diamati secara langsung dan dapat dibaca sebagai normal atau
abnormal.
Program Skrining Oleh WHO :
-
Skrining pada setiap wanita minimal 1X pada usia 35-40 tahun
-
Kalau fasilitas memungkinkan lakukan tiap 10 tahun pada usia 35-
55 tahun
-
Kalau fasilitas tersedia lebih lakukan tiap 5 tahun pada usia 35-55
tahun (Nugroho Taufan, dr. 2010:66)
-
Ideal dan optimal pemeriksaan dilakukan setiap 3 tahun pada
wanita usia 25-60 tahun.
-
Skrining yang dilakukan sekali dalam 10 tahun atau sekali seumur
hidup memiliki dampak yang cukup signifikan.
-
Di Indonesia, anjuran untuk melakukan IVA bila : hasil positif (+)
adalah 1 tahun dan, bila hasil negatif (-) adalah 5 tahun
Syarat:
-
Sudah pernah melakukan hubungan seksual
-
Tidak sedang datang bulan/haid
-
Tidak sedang hamil
-
24 jam sebelumnya tidak melakukan hubungan seksual
Klasifikasi IVA
Menurut (Sukaca E. Bertiani, 2009) Ada beberapa kategori yang dapat
dipergunakan, salah satu kategori yang dapat dipergunakan adalah:
-
IVA negatif = menunjukkan leher rahim normal.
-
IVA radang = Serviks dengan radang (servisitis), atau kelainan
jinak lainnya (polip serviks).
-
IVA positif = ditemukan bercak putih (aceto white epithelium).
Kelompok ini yang menjadi sasaran temuan skrining kanker
serviks dengan metode IVA karena temuan ini mengarah pada
diagnosis Serviks-pra kanker (dispalsia ringan-sedang-berat atau
kanker serviks in situ).
-
IVA-Kanker serviks = Pada tahap ini pun, untuk upaya penurunan
temuan stadium kanker serviks, masih akan bermanfaat bagi
penurunan kematian akibat kanker serviks bila ditemukan masih
pada stadium invasif dini (stadium IB-IIA).
Pelaksanaan IVA
-
Pemeriksaan IVA dilakukan dengan spekulum melihat langsung
leher rahim yang telah dipulas dengan larutan asam asetat 3-5%,
jika ada perubahan warna atau tidak muncul plak putih, maka hasil
pemeriksaan dinyatakan negative. Sebaliknya jika leher rahim
berubah warna menjadi merah dan timbul plak putih, maka
dinyatakan positif lesi atau kelainan pra kanker.
-
Namun jika masih tahap lesi, pengobatan cukup mudah, bisa
langsung diobati dengan metode Krioterapi atau gas dingin yang
menyemprotkan gas CO2 atau N2 ke leher rahim. Sensivitasnya
lebih dari 90% dan spesifitasinya sekitar 40% dengan metode
diagnosis yang hanya membutuhkan waktu sekitar dua menit
tersebut, lesi prakanker bisa dideteksi sejak dini. Dengan demikian,
bisa segera ditangani dan tidak berkembang menjadi kanker
stadium lanjut.
-
Kalau hasil dari test IVA dideteksi adanya lesi prakanker, yang
terlihat dari adanya perubahan dinding leher rahim dari merah
muda menjadi putih, artinya perubahan sel akibat infeksi tersebut
baru terjadi di sekitar epitel. Itu bisa dimatikan atau dihilangkan
dengan dibakar atau dibekukan. Dengan demikian, penyakit kanker
yang disebabkan human papillomavirus (HPV) itu tidak jadi
berkembang dan merusak organ tubuh yang lain.
HPV TES
Tes HPV juga berguna untuk menginterpretasikan hasil samar-
samar dari tes Papanicolaou. Jika perempuan memiliki tes
Papanicolaou menunjukkan sel skuamosa atipikal signifikansi
ditentukan (ascus) dan tes HPV positif, maka pemeriksaan tambahan
dengan kolposkopi adalah merupakan indikasi.
Uji DNA HPV telah dipakai sebagai uji tambahan paling efektif
cara mendeteksi keberadaan HPV sedini mungkin. Uji DNA HPV
dapat mengetahui golongan hr-HPV atau Ir-HPV dengan
menggunakan tekhnik HCII atau dengan metode PCR, uji DNA HPV
juga dapat melihat genotipe HPV dengan metode DNA-HPV Micro
Array System, Multiplex HPV Genotyping Kit, dan Linear Array HPV
Genotyping Test.
Meode PCR dan elektroforesis dapat mengetahui keberadaan HPV
tanpa mengetahui genotipe secara spesifik
Metode Hybrid Capture II System digunakan untuk mengetahui
keberadaan HPV dengan memperkirakan kuantitas / jumlah virus
tanpa mengetahui genotipe HPV-nya. Metode Multiplex HPV
Genotyping Kit digunakan untuk mendeteksi 24 genotipe HPV.
Metode DNA-HPV Micro Array digunakan untuk mendeteksi 21
genotipe HPV. Metode Linear Array HPV Genotyping Test digunakan
untuk mendeteksi 37 genotipe HPV.
Dalam perkembangannya, banyak ahli dalam the American Cancer
Society, the American College of Obstetricians and Gynecologists, the
American Society for Colposcopy and Cervical Pathology, dan the US
Preventive Services Task Force menetapkan protokol skrining
bersama-sama, sebagai berikut : 1
-
Skrining awal, Skrining dilakukan sejak seorang wanita telah
melakukan hubungan seksual (vaginal intercourse) selama kurang
lebih tiga tahun dan umurnya tidak kurang dari 21 tahun saat
pemeriksaan. Hal ini didasarkan pada karsinoma serviks berasal
lebih banyak dari lesi prekursornya yang berhubungan dengan
infeksi HPV onkogenik dari hubungan seksual yang akan
berkembang lesinya setelah 3-5 tahun setelah paparan pertama dan
biasanya sangat jarang pada wanita di bawah usia 19 tahun.
-
Pemeriksaan DNA HPV juga dimasukkan pada skrining bersama-
sama dengan Pap’s smear untuk wanita dengan usia di atas 30
tahun. Penelitian dalam skala besar mendapatkan bahwa Pap’s
smear negatif disertai DNA HPV yang negatif mengindikasikan
tidak akan ada CIN 3 sebanyak hampir 100%. Kombinasi
pemeriksaan ini dianjurkan untuk wanita dengan umur diatas 30
tahun karena prevalensi infeksi HPV menurun sejalan dengan
waktu. Infeksi HPV pada usia 29 tahun atau lebih dengan ASCUS
hanya 31,2% sementara infeksi ini meningkat sampai 65% pada
usia 28 tahun atau lebih muda. Walaupun infeksi ini sangat sering
pada wanita muda yang aktif secara seksual tetapi nantinya akan
mereda seiring dengan waktu. Sehingga, deteksi DNA HPV yang
positif yang ditemukan kemudian lebih dianggap sebagai HPV
yang persisten. Apabila ini dialami pada wanita dengan usia yang
lebih tua maka akan terjadi peningkatan risiko kanker serviks.
-
Skrining untuk wanita di bawah 30 tahun berisiko dianjurkan
menggunakan Thinprep atau sitologi serviks dengan liquid-base
method setiap 1-3 tahun.
-
Skrining untuk wanita di atas 30 tahun menggunakan Pap’s smear
dan pemeriksaan DNA HPV. Bila keduanya negatif maka
pemeriksaan diulang 3 tahun kemudian.
-
Skrining dihentikan bila usia mencapai 70 tahun atau telah
dilakukan 3 kali pemeriksaan berturut-turut dengan hasil negatif.

H. Penatalaksanaan

Terapi karsinoma serviks dilakukan bilamana diagnosis telah dipastikan


secara histologik dan sesudah dikerjakan perencanaan yang matang oleh tim
yang sanggup melakukan rehabilitasi dan pengamatan lanjutan (tim kanker /
tim onkologi) (Wiknjosastro, 1997). Tindakan pengobatan atau terapi sangat
bergantung pada stadium kanker serviks saat didiagnosis. Dikenal beberapa
tindakan (modalitas) dalam tata laksana kanker serviks antara lain:
a. Terapi Lesi Prakanker Serviks
Penatalaksanaan lesi prakanker serviks yng pada umunya tergolong
NIS (Neoplasia Intraepital Serviks) dapat dilakukan dengan observasi saja,
medikamentosa, terapi destruksi dan terapi eksisi.
Tindakan observasi dilakukan pada tes Pap dengan hasil HPV, atipia,
NIS 1 yang termasuk dalam lesi intraepitelial skuamosa derajad rendah
(LISDR). Terapi nis dengan destruksi dapat dilakukan pada LISDR dan
LISDT (Lesi intraeoitelial serviks derajat tinggi). Demikian juga terapi
eksisi dapat ditujukan untuk LISDR dan LISDT. Perbedaan antara terapi
destruksi dan terapi eksisi adalah pada terapi destruksi tidak mengangkat
lesi tetapi pada terapi eksisi ada spesimen lesi yang diangkat.

Tabel. Klasifikasi lesi prakanker serviks dan penanganannya


2. Terapi NIS dengan destruksi lokal
Tujuannya metode ini untuk memusnahkan daerah-daerah terpilih yang
mengandung epitel abnormal yang nkelak akan digantikan dengan
epitel skuamosa yang baru.
Krioterapi adalah suatu cara penyembuhan penyakit dengan cara
mendinginkan bagian yang sakit sampai dengan suhu 00 C. Pada suhu
sekurang-kurangnya 250Csel-sel jaringan termasuk NIS akan
mengalami nekrosis. Sebagai akibat dari pembekuan sel-sel tersebut,
terjadi perubahan tingkat seluller dan vaskular, yaitu: 1. sel-sel
mengalami dehidrasi dan mengkerut; 2.konsentrasi elektrolit dalam sel
terganggu; 3. Syok termal dan denaturasi kompleks lipid protein; dan
4. Status umum sistem mikrovaskular. Pada saat ini hampir semua alat
menggunakan N20.
Elektrokauter memungkinkan untuk pemusnahan jaringan dengan
kedalaman 2-3mm. Lesi NIS 1 yang kecil di lokasi yang
keseluruhannya terlihat pada umumnya dapat disembuhkan dengan
efektif.
Diatermi Elektroagulasi Radikal dapat memusnahkan jaringan lebih
luas (sampai kedalaman 1cm) dan efektif dibandingkan elektrokauter
tapi harus dilakukan dengan anestesia umum. Tetapi fisiologi serviks
dapat dipengaruhi, dianjurkan hanya terbatas pada NIS1/2 dengan
batas lesi yang dapat ditentukan.
CO2 Laser adalah muatan listrik yang berisi campuran gas helium,
nitrogen dan gas CO2 yang menimbulkan sinar laser dengan
gelombang 10,6 u. Perbedaan patologis dapat dibedakan dalam 2
bagian, yaitu penguapan dan nekrosis.
3. Terapi NIS dengan eksisi
Konisasi (cone biopsy) adalah pembuatan sayatan berbentuk kerucut
pada serviks dan kanal serviks untuk diteliti oleh ahli patologi.
Digunakan untuk diagnosa ataupun pengobatan pra-kanker serviks
Punch Biopsi yaitu menggunakan alat yang tajam untuk menjumput
sampel kecil jaringan serviks

Loop electrosurgical excision procedure (LEEP): menggunakan arus


listrik yang dilewati pada kawat tipis untuk memotong jaringan
abnormal kanker serviks
Trakelektomi radikal (radical trachelectomy) : Dokter bedah
mengambil leher rahim, bagian dari vagina, dan kelenjar getah bening
di panggul. Pilihan ini dilakukan untuk wanita dengan tumor kecil
yang ingin mencoba untuk hamil di kemudian hari
Histerektomi adalah suatu tindakan pembedahan yang bertujuan untuk
mengangkat uterus dan serviks (total) ataupun salah satunya (subtotal).
Biasanya dilakukan pada stadium klinik IA sampai IIA (klasifikasi
FIGO). Umur pasien sebaiknya sebelum menopause, atau bila keadaan
umum baik, dapat juga pada pasien yang berumur kurang dari 65
tahun. Pasien juga harus bebas dari penyakit umum (resiko tinggi)
seperti: penyakit jantung,ginjal dan hepar. Ada 2 histerektomi :
1. Total Histerektomi: pengangkatan seluruh rahim dan serviks
2. Radikal Histerektomi: pengangkatan seluruh rahim dan serviks,
indung telur, tuba falopi maupun kelenjar getah bening di
dekatnya

b. Terapi Kanker Serviks Invasif


1. Pembedahan
2. Radioterapi
Terapi ini menggunakan sinar ionisasi (sinar X) untuk merusak sel-
sel kanker. Terapi radiasi bertujuan untuk merusak sel tumor pada
serviks serta
mematikan parametrial dan nodus limpa pada pelvik. Kanker serviks
stadium
II B, III, IV diobati dengan radiasi. Metoda radioterapi disesuaikan
dengan
tujuannya yaitu tujuan pengobatan kuratif atau paliatif. Pengobatan
kuratif
ialah mematikan sel kanker serta sel yang telah menjalar ke sekitarnya
dan
atau bermetastasis ke kelenjar getah bening panggul, dengan tetap
mempertahankan sebanyak mungkin kebutuhan jaringan sehat di
sekitar
seperti rektum, vesika urinaria, usus halus, ureter. Radioterapi dengan
dosis
kuratif hanya akan diberikan pada stadium I sampai III B. Bila sel
kanker
sudah keluar rongga panggul, maka radioterapi hanya bersifat paliatif
yang
diberikan secara selektif pada stadium IV A. Ada 2 macam radioterapi,
yaitu :
1. Radiasi eksternal : sinar berasar dari sebuah mesin besar
Penderita tidak perlu dirawat di rumah sakit, penyinaran biasanya
dilakukan sebanyak 5 hari/minggu selama 5-6 minggu.
2. Radiasi internal : zat radioaktif terdapat di dalam sebuah kapsul
dimasukkan langsung ke dalam serviks. Kapsul ini dibiarkan
selama 1-3 hari dan selama itu penderita dirawat di rumah sakit.
Pengobatan ini bisa diulang beberapa kali selama 1-2 minggu.
Efek samping dari terapi penyinaran adalah :
a. Iritasi rektum dan vagina
b. Kerusakan kandung kemih dan rektum
c. Ovarium berhenti berfungsi.
Biasanya, selama menjalani radioterapi penderita tidak boleh
melakukan hubungan seksual. Kadang setelah radiasi internal, vagina
menjadi lebh sempit dan kurang lentur, sehingga bisa menyebabkan
nyeri ketika melakukan hubungan seksual. Untuk mengatasi hal ini,
penderita diajari untuk menggunakan dilator dan pelumas dengan
bahan dasar air. Pada radioterapi juga bisa timbul diare dan sering
berkemih.
3. Kemoterapi
Kemoterapi adalah penatalaksanaan kanker dengan pemberian obat
melalui infus, tablet, atau intramuskuler. Obat kemoterapi digunakan
utamanya untuk membunuh sel kanker dan menghambat
perkembangannya. Tujuan pengobatan kemoterapi tegantung pada
jenis kanker dan fasenya saat didiagnosis. Beberapa kanker
mempunyai penyembuhan yang dapat diperkirakan atau dapat sembuh
dengan pengobatan kemoterapi. Dalam hal lain, pengobatan mungkin
hanya diberikan untuk mencegah kanker yang kambuh, ini disebut
pengobatan
adjuvant.
Dalam beberapa kasus, kemoterapi diberikan untuk mengontrol
penyakit dalam periode waktu yang lama walaupun tidak mungkin
sembuh. Jika kanker menyebar luas dan dalam fase akhir, kemoterapi
digunakan sebagai paliatif untuk memberikan kualitas hidup yang lebih
baik. Kemoterapi kombinasi telah digunakan untuk penyakit metastase
karena terapi dengan agen-agen dosis tunggal belum memberikan
keuntungan yang memuaskan Contoh obat yang digunakan pada kasus
kanker serviks antara lain CAP (Cyclophopamide Adremycin
Platamin), PVB (Platamin Veble Bleomycin) dan lain – lain. Cara
pemberian kemoterapi dapat bsecara ditelan, disuntikkan dan diinfus
Obat kemoterapi yang paling sering digunakan sebagai terapi
awal / bersama terapi radiasi pada stage IIA, IIB, IIIA, IIIB, and IVA
adalah cisplatin, flurouracil. Sedangkan Obat kemoterapi yang paling
sering digunakan untuk kanker serviks stage IVB / recurrent adalah :
mitomycin. pacitaxel, ifosamide.topotecan telah disetujui untuk
digunakan bersama dengan cisplastin untuk kanker serviks stage lanjut,
dapat digunakan ketika operasi / radiasi tidak dapat dilakukan atau
tidak menampakkan hasil; kanker serviks yang timbul kembali /
menyebar ke organ lain.
Kemoterapi dapat digunakan sebagai :
1. Terapi utama pada kanker stadium lanjut
2. Terapi adjuvant/tambahan – setelah pembedahan untuk
meningkatkan hasil pembedahan dengan menghancurkan sel kanker
yang mungkin tertinggal dan mengurangi resiko kekambuhan
kanker.
3. Terapi neoadjuvan – sebelum pembedahan untuk mengurangi ukuran
tumor
4. Untuk mengurangi gejala terkait kanker yang menyebabkan
ketidaknyamanan dan memperbaiki kehidupan pasien (stadium
lanjut / kanker yang kambuh)
5. Memperpanjang masa hidup pasien (stadium lanjut / kanker yang
kambuh)
Efek samping dari kemoterapi adalah :
1. Lemas
Timbulnya mendadak atau perlahan dan tidak langsung menghilang
saat beristirahat, kadang berlangsung terus sampai akhir pengobatan.
2. Mual dan muntah
Mual dan muntah berlangsung singkat atau lama. Dapat diberikan
obat anti mual sebelum, selama, dan sesudah pengobatan.
3. Gangguan pencernaan
Beberapa obat kemoterapi dapat menyebabkan diare, bahkan ada
yang diare sampai dehidrasi berat dan harus dirawat. Kadang sampai
terjadi sembelit.
Bila terjadi diare : kurangi makan-makanan yang mengandung serat,
buah dan sayur. Harus minum air yang hilang untuk mengatasi
kehilangan cairan.
Bila susah BAB : makan-makanan yang berserat, dan jika
memungkinkan olahraga.
4. Sariawan
5. Rambut rontok
Kerontokan rambut bersifat sementara, biasanya terjadi dua atau tiga
minggu setelah kemoterapi dimulai. Dapat juga menyebabkan
rambut patah didekat kulit kepala. Dapat terjadi seminggu setelah
kemoterapi.
6. Otot dan saraf
Beberapa obat kemoterapi menyebabkan kesemutan dan mati rasa
pada jari tangan dan kaki. Serta kelemahan pada otot kaki.
7. Efek pada darah
Beberapa jenis obat kemoterapi ada yang berpengaruh pada kerja
sumsum tulang yang merupakan pabrik pembuat sel darah merah,
sehingga jumlah sel darah merah menurun. Yang paling sering
adalah penurunan sel darah putih (leukosit). Penurunan sel darah
terjadi setiap kemoterapi, dan test darah biasanya dilakukan sebelum
kemoterapi berikutnya untuk memastikan jumlah sel darah telah
kembali normal. Penurunan jumlah sel darah dapat menyebabkan:
c. Mudah terkena infeksi
Hal ini disebabkan oleh penurunan leukosit, karena leukosit
adalah sel darah yang memberikan perlindungan infeksi. Ada
juga beberapa obat kemoterapi yang menyebabkan peningkatkan
leukosit.
d. Perdarahan
Keping darah (trombosit) berperan pada proses pembekuan
darah,  apabila jumlah trombosit rendah dapat menyebabkan
pendarahan, ruam, dan bercak merah pada kulit.
e. Anemia
Anemia adalah penurunan sel darah merah yang ditandai dengan
penurunan Hb (Hemoglobin). Karena Hb letaknya didalam sel
darah merah. Penurunan sel darah merah dapat menyebabkan
lemah, mudah lelah, tampak pucat.
1. Kulit menjadi kering dan berubah warna
2. Lebih sensitive terhadap sinar matahari.
3. Kuku tumbuh lebih lambat dan terdapat garis putih melintang
4. Terapi paliatif (supportive care) yang lebih difokuskan pada
peningkatan kualitas hidup pasien. Contohnya: Makan makanan yang
mengandung nutrisi, pengontrol sakit (pain control). Manajemen
nyeri kanker berdasarkan kekuatan obat anti nyeri kanker, dikenal 3
tingkatan obat, yaitu :
a. Nyeri ringan (VAS 1-4) : obat yang dianjurkan antara lain
Asetaminofen, OAINS (Obat Anti-Inflamasi Non-Steroid)
b. Nyeri sedang (VAS 5-6) : obat kelompok pertama ditambah
kelompok opioid ringan seperti kodein dan tramadol
c. Nyeri berat (VAS 7-10) : obat yang dianjurkan adalah kelompok
opioid kuat seperti morfin dan fentanil
2. PROGNOSIS
Faktor-faktor yang menentukan prognosis adalah :
a. Umur penderita
b. Keadaan umum
c. Tingkat klinik keganasan
d. Sitopatologi sel tumor
e. Kemampuan ahli atau tim ahli yag menanganinya
f. Sarana pengobatan yang ada
Stadium Penyebaran kanker serviks % Harapan Hidup 5
Tahun
0 Karsinoma insitu 100
I Terbatas pada uterus 85
II Menyerang luar uterus tetapi 60
meluas ke dinding pelvis
III Meluas ke dinding pelvis dan 33
atau sepertiga bawah vagina atau
hidronefrosis
IV Menyerang mukosa kandung 7
kemih atau rektum atau meluas
keluar pelvis sebenarnya

Ciri-ciri Karsinoma serviks yang tidak diobati atau tidak memberikan


respons terhadap pengobatan, 95% akan mengalami kematian dalam 2 tahun
setelah timbul gejala. Pasien yang menjalani histerektomi dan memiliki resiko
tinggi terjadinya rekurensi harus terus diawasi karena lewat deteksi dini dapat
diobati dengan radioterapi. Setelah histerektomi radikal, terjadi 80% rekurensi
dalam 2 tahun.

Anda mungkin juga menyukai