( MINI – CEX )
KANKER SERVIKS
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Program Pendidikan
Profesi Dokter Bagian Ilmu Kandungan dan Kebidanan
Rumah Sakit Islam Sultan Agung Semarang
Disusun oleh:
Widya Ayu Setyaningrum
30101507579
Pembimbing:
dr. Rini Aryani, Sp.OG (K) Fer
A. IDENTITAS PASIEN
1. Nama penderita : Ny.S
2. Umur : 61 tahun
3. Jenis kelamin : Perempuan
4. No CM : 01-40-49-xx
5. Agama : Islam
6. Pekerjaan : Pedagang
7. Alamat : Dempet RT 01 RW 01, Demak
8. Pendidikan : SD
9. Status : Janda
10. Tanggal Masuk : 4 Januari 2020
11. Ruang : Baitun Nisa 2
12. Kelas : BPJS PBI Kelas III
Anamnesis
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis pada tanggal 6 Januari 2020
pukul 11.45 WIB di bangsal Baitun Nisa 2 Rumah Sakit Islam Sultan Agung
Semarang.
Keluhan Utama
Keputihan.
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien P3A0 61 tahun, datang ke Poli RSI Sultan Agung dengan keluhan
keputihan sejak kurang lebih 4 bulan yang lalu. Selain itu pasien mengatakan
bengkak pada kemaluan, keluar darah setelah jatuh kurang lebih 4 bulan yang
lalu. Pasien juga mengeluh nyeri pinggang. Keluhan membaik saat pasien
beristirahat dan memberat saat pasien beraktivitas. Riwayat trauma (-), konsumsi
obat-obatan/ jamu (-), aktivitas berlebih (-). Pasien memiliki riwayat alergi
terhadap obat amoxicillin dan penicillin.
Riwayat Haid
Menarche : 12 tahun
Siklus haid : 28 hari
Lama haid : 7 hari
Menopouse : 55 tahun
Riwayat Perkawinan
Pasien menikah satu kali saat usia 13 tahun. Saat ini suami pasien sudah
meninggal.
Riwayat Kehamilan
Pasien P3A0
I : anak pertama usia 45 tahun, lahir normal ditolong oleh dukun.
II : anak kedua usia 43 tahun, lahir normal ditolong oleh dukun.
III : anak ketiga usia 40 tahun, lahir normal ditolong oleh dukun.
Riwayat KB
Pernah memakai IUD.
o Genitalia
Externa : Vulva oedem (+), massa (-), perlukaan (-), eritema (-),
vaginal discharge (+), darah merah tua (+), prongkolan (+), lendir (+)
VT
Vulva : tidak ada kelainan, fluxus (+), fluor (-)
Vagina : tidak ada kelainan
Portio : tertutup infiltrat
OUE : tertutup
Uterus : tidak teraba karena tertutup infiltrat
Adneksa : massa (-)
Parametrium : nyeri tekan (-)
Inspikulo : keluar darah dari jalan lahir
Pemeriksaan Penunjang
- LABORATORIUM (4 Januari 2020)
Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan Satuan
HEMATOLOGY
Darah Rutin 1
Hemoglobin 10,1 11.7-15.5 g/dl
Hematokrit 31,6 33-45 %
Leukosit 6,40 3.6-11.0 Ribu/uL
Trombosit 348 150-440 Ribu/Ul
Golongan O/Positif
darah/Rh
APTT/PTTK 28.1 21.8-28.0 Detik
Kontrol 25.6 21.0-28.4 Detik
PPT 9.9 9.3-11.4 Detik
Kontrol 10.6 9.2-12.4 Detik
IMUNOSEROLOGI
HbsAg Kualitatif Non Reaktif Non Reaktif
KIMIA
GDS 87 75-110 mg/dl
Ureum 27 10-50 mg/dl
Creatinin 1,88 0,6-1,1 mg/dl
- PATOLOGI ANATOMI
Histologi Jaringan Sedang
Makroskopis : sediaan berupa keping – keping jaringan ± 1 cc, warna putih,
konsistensi kenyal.
Mikroskopis : menunjukan setelah potong susul kepingan jaringan
mengandung infiltrasi sel – sel berinti bulat pleimorfik, vesikuler, membentuk
struktur nodular dan tubular, mitosis dapat dijumpai.
Kesan : sesuai dengan moderately differentiated adenosquamous cells
carcinoma.
RESUME
Pasien P3A0 61 tahun, datang ke Poli RSI Sultan Agung dengan keluhan
keputihan sejak kurang lebih 4 bulan yang lalu. Selain itu pasien mengatakan
bengkak pada kemaluan, keluar darah setelah jatuh kurang lebih 4 bulan yang
lalu. Pasien juga mengeluh nyeri pinggang. Keluhan membaik saat pasien
beristirahat dan memberat saat pasien beraktivitas. Riwayat trauma (-), konsumsi
obat-obatan/ jamu (-), aktivitas berlebih (-). Pasien memiliki riwayat alergi
terhadap obat amoxicillin dan penicillin.
Status Present :
- Keadaan Umum : Lemah
- Tanda vital : dbn
Status internus : dbn
Status Obstetri : P3A0
Status Ginekologi :
- Genitalia
Externa :
Vulva : bengkak (+)
Vagina : fluksus (-)
Inspekulo :
- Portio : tertutup infiltrat
- Vagina : massa (-), laserasi (-), fluksus (+), tampak gumpalan
darah di introitus vagina, dibersihkan kesan tidak mengalir
Interna (VT) : Darah (+)
Pemeriksaan Laboratorium : Anemia
DIAGNOSA
Wanita P3A0 61 tahun dengan Ca Serviks
PENATALAKSANAAN
Initial Plan Of Monitoring
- Pemeriksaan KU, Vital Sign, selama rawat inap
Intial Plan Of Therapy
Terapi Pre operasi
o Infus RL 20 tpm
o Cefotaxime 1g IV
Terapi Post operasi
o Infus RL 20 tpm
o Asam mefenamat 3 x 500 mg
o Sulfas Ferosus 1 x 200 mg
o Kalnex 2 x 500 mg
Operatif
- Biopsi
Initial Plan Of Education
1. Kontrol 1 minggu post rawat inap
2. Rawat luka
3. Perbanyak konsumsi makanan bergizi dan seimbang
FOLLOW UP
A. Definisi
C. Faktor Predisposisi
D. Patofisiologi
Petanda tumor atau kanker adalah pembelahan sel yang tidak dapat
dikontrol sehingga membentuk jaringan tumor. Mekanisme pembelahan
sel yang terdiri dari 4 fase yaitu G1, S, G2 dan M harus dijaga dengan
baik. Selama fase S, terjadi replikasi DNA dan pada fase M terjadi
pembelahan sel atau mitosis. Sedangkan fase G (Gap) berada sebelum fase
S (Sintesis) dan fase M (Mitosis). Dalam siklus sel p53 dan pRb berperan
penting, dimana p53 memiliki kemampuan untuk mengadakan apoptosis
dan pRb memiliki kontrol untuk proses proliferasi sel itu sendiri.
Infeksi dimulai dari virus yang masuk kedalam sel melalui mikro
abrasi jaringan permukaan epitel, sehingga dimungkinkan virus masuk ke
dalam sel basal. Sel basal terutama sel stem terus membelah, bermigrasi
mengisi sel bagian atas, berdiferensiasi dan mensintesis keratin. Pada HPV
yang menyebabkan keganasan, protein yang berperan banyak adalah E6
dan E7. mekanisme utama protein E6 dan E7 dari HPV dalam proses
perkembangan kanker serviks adalah melalui interaksi dengan protein p53
dan retinoblastoma (Rb). Protein E6 mengikat p 53 yang merupakan suatu
gen supresor tumor sehingga sel kehilangan kemampuan untuk
mengadakan apoptosis. Sementara itu, E7 berikatan dengan Rb yang juga
merupakan suatu gen supresor tumor sehingga sel kehilangan sistem
kontrol untuk proses proliferasi sel itu sendiri. Protein E6 dan E7 pada
HPV jenis yang resiko tinggi mempunyai daya ikat yang lebih besar
terhadap p53 dan protein Rb, jika dibandingkan dengan HPV yang
tergolong resiko rendah. Protein virus pada infeksi HPV mengambil alih
perkembangan siklus sel dan mengikuti deferensiasi sel.
Karsinoma serviks umumnya terbatas pada daerah panggul saja.
Tergantung dari kondisi immunologik tubuh penderita KIS akan
berkembang menjadi mikro invasif dengan menembus membrana basalis
dengan kedalaman invasi <1mm dan sel tumor masih belum terlihat dalam
pembuluh limfa atau darah. Jika sel tumor sudah terdapat >1mm dari
membrana basalis, atau <1mm tetapi sudah tampak dalam pembuluh limfa
atau darah, maka prosesnya sudah invasif. Tumor mungkin sudah
menginfiltrasi stroma serviks, akan tetapi secara klinis belum tampak
sebagai karsinoma. Tumor yang demikian disebut sebagai ganas praklinik
(tingkat IB-occult). Sesudah tumor menjadi invasif, penyebaran secara
limfogen melalui kelenjar limfa regional dan secara perkontinuitatum
(menjalar) menuju fornices vagina, korpus uterus, rektum, dan kandung
kemih, yang pada tingkat akhir (terminal stage) dapat menimbulkan fistula
rektum atau kandung kemih. Penyebaran limfogen ke parametrium akan
menuju kelenjar limfa regional melalui ligamentum latum, kelenjar-
kelenjar iliak, obturator, hipogastrika, prasakral, praaorta, dan seterusnya
secara teoritis dapat lanjut melalui trunkus limfatikus di kanan dan vena
subklavia di kiri mencapai paru-paru, hati , ginjal, tulang dan otak.
Ivb Proses keganasan telah keluar dari panggul kecil dan melibatkan
mukosa rektum dan atau kandung kemih.
Proses sudah keluar dari panggul kecil, atau sudah menginfiltrasi
mukosa rektum dan atau kandung kemih.
Telah terjadi penyebaran jauh.
Gejala klinis dari kanker serviks sangat tidak khas pada stadium dini.
Biasanya sering ditandi sebagai fluos dengan sedikit darah, perdarahan
postkoital atau perdarahan pervaginam yang disangka sebagai
perpanjangan waktu haid. Pada stadium lanjut baru terlihat tanda-tanda
yang ;ebih khas untuk kanker serviks, baik berupa perdarahan yang hebat
(terutama dalam bentuk eksofilik), fluor albus yang berbau dan rasa sakit
yang sangat hebat.
Pada fase prakanker, sering tidak ditandai dengan gejala atau tanda-
tanda yang khas. Namun, kadang dapat ditemui gejala-gejala sebagai
berikut:
a. Keputihan atau keluar cairan encer dari vagina. Getah yang keluar dari
vagina ini makin lama makin berbau busuk karena adanya infeksi dan
nekrosis jaringan.
b. Perdarahan setelah senggama ( post coital bleeding) yang kemudian
berlanjt ke perdarahan yang abnormal.
c. Timbulnya perdarah setelah masa menopause
d. Pada tahap invasif dapat muncul cairan berwarna kekuning-kuningan,
berbau dan dapat bercampur dengan darah
e. Timbul gejala-gejala anemia akibat dari perdarahan yang abnormal
f. Timbul nyeri pada daeah panggul (pelvic) atau pada daerah perut bagian
bawah bila terjadi peradangan pada panggul. Bila nyeri yang terjadi dari
daerah pinggang ke bawah, kemungkinan terjadi hidronefrosis. Selain itu
masih mungkin terjadi nyeri pada tempat-tempat lainnya.
g. Pada stadium kanker lanjut, badan menjadi kurus karena kekurangan gizi,
edema pada kaki, timbul iritasi pada kandung kemih dan poros usus besar
bagian bawah (rectum), terbentuknya viskelvaginal dan rektovaginal, atau
timbul gejala-gejala lain yang disebabkan oleh metastasis jauh dari kanker
serviks itu sendiri.
G. Pencegahan
-
Masukkan spekulum, dapat diberikan air atau salin jika perlu.
-
Lihat adanya abnormalitas serviks
-
Identifikasi zone transformasi
-
Pilih ujung spatula yang paling cocok dengan mulut serviks dan
zona transformasi.
-
Putar spatula 360º disekitar mulut serviks sambil mempertahankan
kontak dengan permukaan epithelial.
-
Dengan putaran searah jarum jam diawali dan diakhiri pada jam 9,
hasil yang terkumpul dipertahankan horizontal pada permukaan
atasnya ketika instrument dikeluarkan.
-
Jangan memulas sample pada saat ini jika belum akan fiksasi.
Pegang spatula antara jari dari tangan yang tidak mengambil
sample, sementara sample dari cytobrush dikumpulkan.
-
Cytobrush mempunyai bulu sikat sirkumferen yang dapat kontak
dengan seluruh permukaan mulut serviks ketika dimasukkan.
-
Cytobrush hanya perlu diputar ¼ putaran searah jarum jam.
-
Pulas sampel pada spatula pada kaca obyek dengan satu gerakan
halus.
-
Kemudian pulas cytobrush tepat diatas sampel sebelumnya dengan
memutar gagangnya berlawanan dengan arah jarum jam.
-
Pulasan harus rata dan terdiri dari satu lapisan, hindari gumpalan
besar sebisanya tapi juga hindari manipulasi berlebihan yang dapat
merusak sel, pindahkan sampel dari kedua instrument ke kaca
objek dalam beberapa detik.
-
Fiksasi specimen secepatnya untuk menghindari artefak karena
pengeringan dengan merendam kaca objek dalam tempat tertutup
yang berisi larutan ethanol 95% selama 20 menit.
-
Keringkan dan kirimkan ke Bagian Sitologi Patologi Anatomi.
-
Hasil pemeriksaan dibaca dengan system Bethesda.
Evaluasi sitologi:
Klasifikasi Papanicolaou.
- Kelas I : sel-sel normal
- Kelas II : sel-sel menunjukkan kelainan ringan yang
menunjukkan kelainan ringan biasanya disebabkan oleh infeksi
- Kelas III : mencurigakan kearah keganasan
- Kelas IV : sangat mencurigakan adanya keganasan
- Kelas V : pasti ganas
Interpretasi Dan Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan Sitologi
-
Vaginitis atau servisitis yang aktif dapat mengganggu interpretasi
sitologi. Jika reaksi peradangan hebat, pasien harus diobati dulu.
Setelah infeksi diatasi dilakukan pemeriksaan Pap smear ulang 6
minggu kemudian
-
Jika hasil pemeriksaan sitologi tidak memuaskan atau tidak dapat
dievaluasi, harus dilakukan Pap smear ulang 6 minggu kemudian
-
Jika hasil pemeriksaan sitologi mencurigakan keganasan (kelas III-
IV), selanjutnya dilakukan kolposkopi dan biopsi untuk
menegakkan diagnosis definitif.
-
Pasien dengan hasil evaluasi sitologi negative dianjurkan untuk
ulang pemeriksaan Pap smear setahun sekali, sampai usia 40 tahun.
Selanjutnya 2-3 tahun sekali sampai usia 65 tahun.
IVA (Inspeksi Visual dengan Asam Asetat)
IVA adalah skrining yang dilakukan dengan memulas serviks
menggunakan asam asetat 3–5% dan kemudian diinspeksi secara kasat
mata oleh tenaga medis yang terlatih. Setelah serviks diulas dengan
asam asetat, akan terjadi perubahan warna pada serviks yang dapat
diamati secara langsung dan dapat dibaca sebagai normal atau
abnormal.
Program Skrining Oleh WHO :
-
Skrining pada setiap wanita minimal 1X pada usia 35-40 tahun
-
Kalau fasilitas memungkinkan lakukan tiap 10 tahun pada usia 35-
55 tahun
-
Kalau fasilitas tersedia lebih lakukan tiap 5 tahun pada usia 35-55
tahun (Nugroho Taufan, dr. 2010:66)
-
Ideal dan optimal pemeriksaan dilakukan setiap 3 tahun pada
wanita usia 25-60 tahun.
-
Skrining yang dilakukan sekali dalam 10 tahun atau sekali seumur
hidup memiliki dampak yang cukup signifikan.
-
Di Indonesia, anjuran untuk melakukan IVA bila : hasil positif (+)
adalah 1 tahun dan, bila hasil negatif (-) adalah 5 tahun
Syarat:
-
Sudah pernah melakukan hubungan seksual
-
Tidak sedang datang bulan/haid
-
Tidak sedang hamil
-
24 jam sebelumnya tidak melakukan hubungan seksual
Klasifikasi IVA
Menurut (Sukaca E. Bertiani, 2009) Ada beberapa kategori yang dapat
dipergunakan, salah satu kategori yang dapat dipergunakan adalah:
-
IVA negatif = menunjukkan leher rahim normal.
-
IVA radang = Serviks dengan radang (servisitis), atau kelainan
jinak lainnya (polip serviks).
-
IVA positif = ditemukan bercak putih (aceto white epithelium).
Kelompok ini yang menjadi sasaran temuan skrining kanker
serviks dengan metode IVA karena temuan ini mengarah pada
diagnosis Serviks-pra kanker (dispalsia ringan-sedang-berat atau
kanker serviks in situ).
-
IVA-Kanker serviks = Pada tahap ini pun, untuk upaya penurunan
temuan stadium kanker serviks, masih akan bermanfaat bagi
penurunan kematian akibat kanker serviks bila ditemukan masih
pada stadium invasif dini (stadium IB-IIA).
Pelaksanaan IVA
-
Pemeriksaan IVA dilakukan dengan spekulum melihat langsung
leher rahim yang telah dipulas dengan larutan asam asetat 3-5%,
jika ada perubahan warna atau tidak muncul plak putih, maka hasil
pemeriksaan dinyatakan negative. Sebaliknya jika leher rahim
berubah warna menjadi merah dan timbul plak putih, maka
dinyatakan positif lesi atau kelainan pra kanker.
-
Namun jika masih tahap lesi, pengobatan cukup mudah, bisa
langsung diobati dengan metode Krioterapi atau gas dingin yang
menyemprotkan gas CO2 atau N2 ke leher rahim. Sensivitasnya
lebih dari 90% dan spesifitasinya sekitar 40% dengan metode
diagnosis yang hanya membutuhkan waktu sekitar dua menit
tersebut, lesi prakanker bisa dideteksi sejak dini. Dengan demikian,
bisa segera ditangani dan tidak berkembang menjadi kanker
stadium lanjut.
-
Kalau hasil dari test IVA dideteksi adanya lesi prakanker, yang
terlihat dari adanya perubahan dinding leher rahim dari merah
muda menjadi putih, artinya perubahan sel akibat infeksi tersebut
baru terjadi di sekitar epitel. Itu bisa dimatikan atau dihilangkan
dengan dibakar atau dibekukan. Dengan demikian, penyakit kanker
yang disebabkan human papillomavirus (HPV) itu tidak jadi
berkembang dan merusak organ tubuh yang lain.
HPV TES
Tes HPV juga berguna untuk menginterpretasikan hasil samar-
samar dari tes Papanicolaou. Jika perempuan memiliki tes
Papanicolaou menunjukkan sel skuamosa atipikal signifikansi
ditentukan (ascus) dan tes HPV positif, maka pemeriksaan tambahan
dengan kolposkopi adalah merupakan indikasi.
Uji DNA HPV telah dipakai sebagai uji tambahan paling efektif
cara mendeteksi keberadaan HPV sedini mungkin. Uji DNA HPV
dapat mengetahui golongan hr-HPV atau Ir-HPV dengan
menggunakan tekhnik HCII atau dengan metode PCR, uji DNA HPV
juga dapat melihat genotipe HPV dengan metode DNA-HPV Micro
Array System, Multiplex HPV Genotyping Kit, dan Linear Array HPV
Genotyping Test.
Meode PCR dan elektroforesis dapat mengetahui keberadaan HPV
tanpa mengetahui genotipe secara spesifik
Metode Hybrid Capture II System digunakan untuk mengetahui
keberadaan HPV dengan memperkirakan kuantitas / jumlah virus
tanpa mengetahui genotipe HPV-nya. Metode Multiplex HPV
Genotyping Kit digunakan untuk mendeteksi 24 genotipe HPV.
Metode DNA-HPV Micro Array digunakan untuk mendeteksi 21
genotipe HPV. Metode Linear Array HPV Genotyping Test digunakan
untuk mendeteksi 37 genotipe HPV.
Dalam perkembangannya, banyak ahli dalam the American Cancer
Society, the American College of Obstetricians and Gynecologists, the
American Society for Colposcopy and Cervical Pathology, dan the US
Preventive Services Task Force menetapkan protokol skrining
bersama-sama, sebagai berikut : 1
-
Skrining awal, Skrining dilakukan sejak seorang wanita telah
melakukan hubungan seksual (vaginal intercourse) selama kurang
lebih tiga tahun dan umurnya tidak kurang dari 21 tahun saat
pemeriksaan. Hal ini didasarkan pada karsinoma serviks berasal
lebih banyak dari lesi prekursornya yang berhubungan dengan
infeksi HPV onkogenik dari hubungan seksual yang akan
berkembang lesinya setelah 3-5 tahun setelah paparan pertama dan
biasanya sangat jarang pada wanita di bawah usia 19 tahun.
-
Pemeriksaan DNA HPV juga dimasukkan pada skrining bersama-
sama dengan Pap’s smear untuk wanita dengan usia di atas 30
tahun. Penelitian dalam skala besar mendapatkan bahwa Pap’s
smear negatif disertai DNA HPV yang negatif mengindikasikan
tidak akan ada CIN 3 sebanyak hampir 100%. Kombinasi
pemeriksaan ini dianjurkan untuk wanita dengan umur diatas 30
tahun karena prevalensi infeksi HPV menurun sejalan dengan
waktu. Infeksi HPV pada usia 29 tahun atau lebih dengan ASCUS
hanya 31,2% sementara infeksi ini meningkat sampai 65% pada
usia 28 tahun atau lebih muda. Walaupun infeksi ini sangat sering
pada wanita muda yang aktif secara seksual tetapi nantinya akan
mereda seiring dengan waktu. Sehingga, deteksi DNA HPV yang
positif yang ditemukan kemudian lebih dianggap sebagai HPV
yang persisten. Apabila ini dialami pada wanita dengan usia yang
lebih tua maka akan terjadi peningkatan risiko kanker serviks.
-
Skrining untuk wanita di bawah 30 tahun berisiko dianjurkan
menggunakan Thinprep atau sitologi serviks dengan liquid-base
method setiap 1-3 tahun.
-
Skrining untuk wanita di atas 30 tahun menggunakan Pap’s smear
dan pemeriksaan DNA HPV. Bila keduanya negatif maka
pemeriksaan diulang 3 tahun kemudian.
-
Skrining dihentikan bila usia mencapai 70 tahun atau telah
dilakukan 3 kali pemeriksaan berturut-turut dengan hasil negatif.
H. Penatalaksanaan