Anda di halaman 1dari 6

2.2.

Sumber Teori Untuk Pengembangan Teori


Sumber-sumber teori Watson berasal dari pengetahuan keperawatan tradisional
dan karya-karya dari Nightingale, Handerson, Krueter, dan Hall. Watson juga
mengakui karya Leininger dan Gadow merupakan latar belakang karyanya. Dalam
hasil karyanya baru-baru ini, Watson merujuk pada teori lainnya seperti Maslow,
Heidegger, Ericson, Selye dan Lazarus, dengan pengembangan kerangka kerja yang
melukiskan secara terperinci tentang ilmu pengetahuan dan kemanusian, menjelaskan
kejadian-kejadian, eksistensial dan orientasi spiritual.
Teori Watson (1985) mungkin merupakan filosofi yang paling complex dari teori-
teori keperawatan saat ini. Hanya beliau seorang pembuat teori keperawatan yang
secara explisit mensupport konsep kejiwaan dan menekankan pada dimensi spiritual
dari eksistensi manusia. Watson menyatakan bahwa filosofinya berorientasi pada
existensi-phenomenologi, spiritual, dan bagian dari filosofi ketimuran. Watson juga
menggambarkan secara substansial tentang humanistik, existensial dan psikologi
transpersonal. Beberapa orang filosofer yang diketahui sebagai sumber oleh Watson
diantaranya : Hegel, Marcel, Whitehead, Kierkegaard, dan Teilhard de Chardin.
Watson lebih menekankan pada kualitas keharmonisan interpersonal, transpersonal,
empati, dan keramahan pandangan dari Carl Rogers, serta beberapa penulis psikologi
lain. Rogers merumuskan gagasannya mengenai perilaku manusia bahwa :“hanya
klien yang tahu betul terhadap rasa sakit yang dideritanya, seorang fasilitator hanya
akan memberikan petunjuk mengenai proses terapeutik dari keluhan klien”. Rogers
juga mengungkapkan bahwa dengan mengerti kondisi klien maka therapist akan
mudah untuk diterima oleh klien dan hal tersebut merupakan suatu langkah yang
positif. Therapist membantu klien dengan cara mengklarifikasi dan mengungkapkan
perasaan-perasaan yang belum jelas bagi klien. Untuk menyelesaikan tujuan ini
therapist harus mengerti maksud, perasaan, dan sikap klien. Perhatian yang hangat
dari therapist memudahkan dalam memperoleh pengertian dari klien. Konsep lain dari
teori Rogers yang diadopsi oleh Watson adalah hubungan therapist-klien lebih
penting dalam mencapai tujuan suatu asuhan daripada metode-metode tradisional.
Rogers juga mengungkapkan suatu pernyataan :” dalam tahun-tahun pertama
keprofesionalan saya, saya selalu melontarkan suatu pertanyaan : apa yang dapat saya
lakukan (pengobatan) untuk mengubah kondisi klien ?” Saat ini saya mengucapkan
pertanyaan : apa yang dapat saya lakukan untuk membina hubungan dengan orang
ini, boleh jadi dengan menggunakan tumbuh kembangnya”. Pada beberapa poin
Watson menggaris bawahi asumsinya yaitu keyakinan dasar dan nilai. Beliau sangat
mementingkan existensi manusia pada kejiwaannya. Sama halnya seperti semangat,
bagian dalam diri dan esensi juga digunakan pada kejiwaan. Karakterisitik dari jiwa
diidentifikasikannya berupa kewaspadaan diri, derajat kesadaran yang lebih tinggi
dan lebih baik, kekuatan dari dalam diri, power, intuitif, pengalaman batin dan
kelanjutan dari setelah kematian fisik. Konsep kejiwaan ini sudah tentu merupakan
filosofi ketimuran walaupun secara umum kata “timur” sebagai sumber tidaklah
mempunyai arti. Sebagai filosofi ketimuran meliputi keseluruhan pikiran manusia
mulai dari material hingga spiritual.
Watson meyakini latar belakang kekuatan seni liberal adalah penting bagi proses
perawatan holistik bagi klien. Watson juga meyakini mempelajari tentang
kemanusiaan dapat memperluas dan meningkatkan kemampuan berpikir dan
perkembangan personal. Watson membandingkan status ilmu keperawatan dengan
mitologi Danaides yang mencoba mengisi wadah yang retak dengan air hanya untuk
melihat aliran air yang keluar dari retakan wadah tersebut. Sampai keperawatan
menggabungkan teori dan praktek melalui kombinasi ilmu pengetahuan dan
kemanusiaan, sehingga dia yakin akan terlihat jelas keretakan diatas

2.3.Konsep Umum dan Definisi

Berdasarkan teorinya tentang praktek keperawatan pada 10 carative factor. Saling


mempunyai komponen pendekatan yang dinamis sehubungan dengan keterlibatan
individu dalam hubungannya dengan keperawatan.
Tiga utama factor saling ketergantungan disebut sebagai “fondasi filosofi pada ilmu
keperawatan”
1. Membentuk dan manghargai system nilai humanistic dan altruistic.  :
Humanistic dan altruistic adalah sikap yang didasari pada nilai-nilai
kemanusiaan yaitu menghormati otonomi dan kebebasan klien terhadap
pilihan yang terbaik menurutnya, serta mementingkan orang lain dari pada diri
sendiri. Watson memandang manusia sebagai individu yang merupakan
totalitas dan bagian-bagian, memiliki harga diri di dalam dan dari dirinya
yang memerlukan perawatan, penghormatan, dipahami dan kebutuhan untuk
dibimbing. Lingkungan (perawat) yang mempunyai sifat “caring” dapat
meningkatkan dan membangun potensi seseorang untuk membuat pilihan
tindakan terbaik bagi dirinya. (George, 1990; Marriner-Tomy, 1994).
2. Menanamkan sikap penuh pengharapan : Faktor ini menggabungkan nilai-
nilai humanistic-altruistik dalam memfasilitasi peningkatan asuhan
keperawatan yang holistic dan kesehatan yang positif terhadap kelompok
klien. Faktor ini menjelaskan tentang peran perawat dalam mengembangkan
hubungan timbal balik perawat-klien yang efektif dan meningkatkan
kesejahteraan dengan membantu klien mengadopsi perilaku hidup sehat.
Perawat mendorong penerimaan klien terhadap pengobatan yang dilakukan
kepadanya dan membantunya memahami alternatif terapi yang diberikan.
Memberikan keyakinan akan adanya kekuatan penyembuhan atau kekuatan
spiritual dan penuh pengharapan (George, 1990 ; Marriner-Tomy, 1994 ;
Stuart & Laraia,1998).
3. Menanamkan sensitifitas atau kepekaan terhadap diri sendiri dan orang lain :
Penerimaan terhadap perasaan diri (awareness of self) merupakan kualitas
personal yang harus dimiliki perawat sebagai orang yang akan memberikan
bantuan kepada klien. Maka perawat harus mampu menilai perasaannya
sendiri, melakukan aksi dan reaksi sesuai yang dirasakan. Dengan sensitifitas
atau kepekaan terhadap diri sendiri, maka perawat menjadi lebih apa adanya
dan lebih sensitif kepada orang lain dan menjadi lebih tulus dalam
memberikan bantuan kepada orang lain atau empati sebagai elemen yang
esensial dalam proses interpersonal perawat-klien (George, 1990 ; Marriner-
Tomy, 1994; Stuart & Laraia, 1998) 
4. Mengembangkan hubungan saling percaya dan saling membantu : Hubungan
saling percaya dan saling membantu ini penting bagi terbentuknya
“transkultural caring” atau Saling bersikap “caring” antara perawat-klien yang
dapat meningkatkan penerimaan perwujudan perasaan baik positif maupun
negatif. Hubungan ini menyangkut 3 (tiga) hal yaitu : 1) Kecocokan yang
meliputi kesesuaian dengan kenyataan, kejujuran, ketulusan (tidak meminta
imbalan) dan nyata.2) Nonpossesive warmth ditunjukan sebagai bicara dengan
volume suara yang rendah, rileks, sikap terbuka dan dengan ekspresi wajah
yang sesuai dengan komunikasi orang lain. 3) Komunikasi efektif
berhubungan dengan respon kognitif, afektif dan perilaku untuk
mengembangkan hubungan dengan klien. (George, 1990; Marriner – Tomy,
1994; Stuart & Laraia, 1998)
5. Meningkatkan dan menerima ekspresi perasaan positif dan negatif : Saling
berbagi perasaan adalah konsekuensi hubungan perawat – klien. Perawat
harus disiapkan untuk menerima perasaan positif dan negative tersebut.
Perawata harus memahami dan menerima pemikiran dan perasaan baik positif
maupun negatif yang berbeda-beda pada situasi yang berbeda. ( George,
1990 ; Marriner – Tomy, 1994 ; Stuart & Laraia, 1998)
6. Menggunakan metode sistematis dalam menyelesaikan maslah caring untuk
pengambilan keputusan secara kreatif dan individualistik : Proses
keperawatan merupakan pendekatan dalam melakukan praktek keperawatan
profesional. Perawat menggunakan proses keperawatan yang sistematis dan
terorganisir untuk meyelesaikan masalah keperawatan klien, memberikan
pelayanan yang professional dan bermutu, serta untuk menghilangkan image
tradisional perawat sebagai tangan kanan dokter.
7. Meningkatkan proses belajar mengajar interpersonal : Faktor ini penting bagi
perawatan karena membedakan caring dengan curing melalui proses belajar
mengajar, mengizinkan klien memperoleh informasi dan pertanggung
jawaban sehat-sakit bagi klien. Perawat memfasilitasi proses dengan tehnik
pembelajaran yang telah dibuat untuk memberi kesempatan klien melakukan
perawatan mandiri (self care), menentukan kebutuhan diri dan memberikan
peluang untuk pertumbuhan diri mereka. Hal ini sesuai dengan asumsi dasar
teori caring dari Watson bahwa caring dapat efektif bila dilakukan dan
dipraktekkan melalui hubungan interpersonal sehingga dapat meningkatkan
kesehatan dan pertumbuhan individu dan keluarga dan caring lebih bersifat
healthogenic dari pada curing (Tomy, 1994).
8. Menciptakan lingkungan fisik, mental, social dan spiritual yang suportif,
protektif dan atau korektif: Perawat harus mengenal pengaruh lingkungan
internal dan eksternal terhadap sehat-sakit individu. Konsep yang relevan
dengan lingkungan internal adalah kesehatan mental dan spiritual serta
kepercayaan terkait dengan sosiokultural sedangkan variabel epidemiologi
dan kenyamanan, privasi/kerahasiaan, keselamatan, kebersihan dan keindahan
lingkungan sekitar adalah variabel eksternal yang mempengaruhi sehat-sakit
9. Memenuhi kebutuhan dasar manusia dengan penuh penghargaan dalam
rangka mempertahankan keutuhan dan martabat manusia : Perawat harus
mengenal kebutuhan biofisikal, psikofisikal, psikososial dan interpersonal
dirinya dengan klien. Kebutuhan klien pada tingkat paling rendah adalah
biofisikal, misal makan-minum, eliminasi, ventilasi. Kebutuhan yang lebih
tinggi yaitu psikofisikal, misalnya kemampuan aktivitas dan seksual, serta
kebutuhan psikososial yaitu kebersihan dan afiliasi, sedangkan aktualisasi diri
adalah kebutuhan yang lebih tinggi dari kebutuhan intrapersonal dan
interpersonal. Hal ini sesuai denagn asumsi dasar teori caring bahwa caring
menjamin adanya kepuasan terhadap kebutuhan manusia, karena caring
mengintegrasikan pengetahuan biofisikal dengan pengetahuan perilaku
manusia untuk meningkatkan kesehatan dan memberi pelayanan bagi mereka
yang sakit. Faktor ini juga sesuai dengan definisi sehat menurut Watson yaitu
dicapainya level yang tinggi secara menyeluruh dan fungsi-fungsi fisik,
mental dan social, serta kemampuan adaptasi dan pemeliharaan kesehatan
pada level fungsional setiap hari.
10. Mengijinkan untuk terbuka pada eksistensial-fenomenologikal dan dimensi
spiritual caring serta penyembuhan yang tidak dapat dijelaskan secara utuh
dan ilmiah melalui pemikiran masyarakat modern.

Anda mungkin juga menyukai