Anda di halaman 1dari 39

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam dunia software editing dikenal transisi atau perpindahan video 1 ke video lainnya.

Proses transisi sendiri memiliki arti peralihan dari satu keadaan, kondisi, ke tempat, wilayah

kondisi lainnya. Pembuatan sebuah transisi pada video mentah menjadi karya untuk ditonton tak

terlepas dari peran penting transisi.

Transisi pada video merupakan hal yang sangat penting untuk memperhalus perpindaha

dari video 1 ke video 2. Menurut ilmunesia.com transisi video adalah efek yang terdapat diantara

dua video atau lebih yang telah diberikan sebuah efek.

Banyak pengguna software editing seperti sony vegas pro, adobe premiere dan lain – lain

sering menggunakan transisi pada video namun banyak pula yang belum memahami proses kerja

sebuah transisi pada video. Transisi pada sebuah software merupakan rahasia sebuah perusahaan

dan tidak dipublikasikan proses pembuatannya, maka penulis ingin menjelaskan cara kerja

sebuah transisi pada video untuk memperhalus perpindahanan sebuah video 1 ke video

berikutnya dengan menggunakan algoritma drakening.


1.2 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah membuat sebuah perpindahan video dan

meimplementasi algoritma progressive drakening pada operasi transisi video.

1.3 Manfaat Penelitian

Adapun tujuan pada penelitian ini adalah :

1. Algoritma Progressive darkening ini dapat diterapkan pada operasi transisi video

1.4 Perumusan Masalah

Mengacu pada permasalahan yang ada, maka perumusan masalah adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana metode Algoritma Progressive darkening bekerja pada transisi video ?

1.5 Batasan Masalah

Dalam penelitian ini terdapat beberapa batasan masalah, yaitu :

1. Hanya membahas tentang bagaimana proses transisi video dengan menggunakan

algoritma Progressive darkening.

2. Transisi hanya bekerja pada 30 fps selama 2 detik .


1.6 Hipotesis

Transisi yang dirancang dapat berjalan dengan perekaman video 30 fps menggunakan

metode pada pengolahan citra yaitu drakening.

Citra diambil dengan menggunakan kamera DSLR. Data yang diambil akan dipecahkan

menjadi citra gambar dan akan dirubah ukuran pixelnya dari ukuran normal menjadi

ukuran kecil dan dari ukuran kecil kembali menjadi ukuran normal setelah itu akan

digabungkan menjadi sebuah video yang sudah berisikan transisi.

1.7 Sistematika Penulisan

PENDAHULUAN

Memuat latar belakang, tujuan, manfaat, perumusan masalah, batasan masalah,hipotesis,

dan sistematika penulisan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Berisi tentang teori-teori yang mendukung implementasi algoritma progressive scaling

pada operasi transisi video dengan menggunakan metode progressive scaling.

BAB III

Berisikan tentang rancangan pembuatan transisi zoom – in dan zoom – out menggunakan

algoritma progressive scaling.

BAB IV
Berisikan hasil pembuatan transisi zoom – in dan zoom out video dengan menerapkan

algoritma progressive scaling.

BAB V

Berisikan Kesimpulan dari hasil pembuatan transisi zoom – in dan zoom – out pada video

dengan mengimplementasikan algoritma progressive scaling dalam proses penyekalaan.

LAMPIRAN

DAFTAR PUSTAKA
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Pada bab ini berisikan pengertian Citra, Pengertian Pixel, Pengertian Algoritma,

Pengertian Transisi, Pengertian Transisi Video, Pengertian Transformasi Citra, Proses

Pengextrackan Video, Pengertian Video,

2.1 Pengertian Citra

Pengolahan citra merupakan sebuah teknik pemrosesan citra atau gambar oleh sebuah komputer.

Menurut Efford (2000), pengolahan citra atau image processing merupakan sebuah istilah umum

yang digunakan untuk memanipulasi dan memodifikasi citra dengan menggunakan berbagai

cara.

Secara garis besar pengolahan citra merupakan proses perbaikan kualitas citra agar lebih mudah

di interpretasikan oleh manusia atau komputer. Terdapat beberapa contoh proses dalam

pengolahan citra, seperti perbaikan kualitas citra (image enchancement), pemugaran citra (image

restoration), pemampatan citra (image compression), segmentasi citra (image segmentation),

analisis citra (image analysis), dan rekontruksi citra (image recontruction). Proses-proses ini

dapat diimplementasikan dalam beberapa aplikasi nyata seperti pengenalan

pola, penginderaan jarak jauh melalui satelit, ataupun machine vision. Pada pengenalan pola,

pengolahan citra akan memisahkan antara objek dengan background nya, dan selanjutnya objek

yang telah didapatkan akan di klasifikasikan. Sebagai contoh binatang di dalam air dapat
diklasifikasikan sebagai ikan kecil, cumi-cumi, gurita, ikan besar ataupun benda bergerak

lainnya.

2.2 Pengertian Pixel

Pixel atau picture element adalah sebuah titik yang merupakan elemen dasar paling kecil dari

sebuah citra satelit. Angka numerik (1 byte) dari pixel disebut digital number atau DN. DN bisa

ditampilkan dalam warna kelabu berkisar antara putih dan hitam tergantung dari level energi

yang terekam. Pixel yang disusun dalam order yang benar akan membentuk sebuah citra.

Kebanyakan citra satelit yang belum diproses akan disimpan dalam bentuk gray  scale. yang

merupakan warna skala dari hitam ke putih dengan derajat keabuan yang bervariasi. Untuk citra

multispektral, masing-masing pixel punya beberapa DN sesuai dengan jumlah band yang

dimiliki contohnya untuk Landsat 7, masing-masing pixel punya 7 DN dari 7 band yang dimiliki.

Citra bisa ditampilkan untuk masing-masing band dalam bentuk hitam dan putih maupun

kombinasi 3 band sekaligus yang disebut color composite.

2.3 Pengertian Algoritma

Apa yang dimaksud dengan algoritma (algorithm)? Dalam ilmu komputer dan

matematika, pengertian algoritma adalah suatu urutan dari beberapa langkah logis dan

sistematis yang digunakan untuk menyelesaikan masalah tertentu.

Pendapat lain mengatakan definisi algoritma adalah proses atau serangkaian aturan yang

harus diikuti dalam perhitungan atau operasi pemecahan masalah lainnya, terutama oleh

komputer. Dengan kata lain, semua susunan logis yang diurutkan berdasarkan sistematika

tertentu dan digunakan untuk memecahkan suatu masalah dapat disebut dengan algoritma.
Algoritma digunakan untuk melakukan penghitungan, penalaran otomatis, serta mengolah data

pada komputer dengan menggunakan software. Dalam algoritma terdapat rangkaian terbatas dari

beberapa intruksi untuk menghitung suatu fungsi yang jika dieksekusi dan diproses akan

menghasilkan output, lalu berhenti pada kondisi akhir yang sudah ditentukan.

2.4 Pengertian Transisi

Pengertian transisi adalah peralihan dari satu keadaan, tindakan, kondisi, tempat, dan

sebagainya ke keadaan, tindakan, kondisi, atau tempat yang lain. Definisi transisi adalah masa

pergantian yang ditandai dari perubahan fase awal ke fase yang baru.

2.5 Pengertian Transisi Video

Menurut ilmunesia.com Pengertian Video Transisi adalah efek yang terdapat

diantara dua video atau lebih yang telah diberikan sebuah efek.

2.6 Pengertian Transformasi Citra

Transformasi merupakan suatu operasi matematis. Transformasi citra merupakan

proses perubahan bentuk citra untuk mendapatkan suatu informasi tertentu. Transformasi bisa

dibagi menjadi 2 :

-          Transformasi piksel/transformasi geometris

Transformasi piksel masih bermain di ruang/domain yang sama (domain spasial), hanya posisi

piksel yang kadang diubah. Contoh: rotasi, translasi, scaling, invers, shear, dll.
-          Transformasi ruang/domain/space

Transformasi ruang merupakan proses perubahan citra dari suatu ruang/domain  ke 

ruang/domain lainnya, contoh: dari ruang spasial ke ruang frekuensi. Jenis-jenis transformasi

Fourier, Transformasi Hadamard/Walsh, Transformasi DCT , Transformasi Wavelet (basis:

scaling function dan mother wavelet).

2.7 Proses Pengextrackan Video

Video pada contoh berikut ini berdurasi 20 detik dengan frame rate sebesar 30 per detik

sehingga video tersebut memiliki jumlah frame sebanyak 20 x 30 = 600 frame.

Format video yang dapat dibaca oleh Matlab antara lain .avi, .mpg, dan .mp4.
Maka hasil yang diperoleh adalah sebagai berikut

2.8 Pengertian Video

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, video merupakan rekaman gambar hidup atau

program televisi untuk ditayangkan lewat pesawat televisi, atau dengan kata lain video

merupakan tayangan gambar bergerak yang disertai dengan suara. Video sebenarnya berasal dari

bahasa Latin, video-vidivisum yang artinya melihat (mempunyai daya penglihatan); dapat

melihat. Media video merupakan salah satu jenis media audio visual. Media audio visual adalah

media yang mengandalkan indera pendengaran dan indera penglihatan.

Media audio visual merupakan salah satu media yang dapat digunakan dalam pembelajaran

menyimak. Media ini dapat menambah minat siswa dalam belajar karena siswa dapat menyimak

sekaligus melihat gambar.

Azhar Arsyad (2011 : 49) menyatakan bahwa video merupakan gambar - gambar dalam frame,

di mana frame demi frame diproyeksikan melalui lensa proyektor secara mekanis sehingga pada

layar terlihat gambar hidup. Dari pengertian di atas dapat disimpulkan, bahwa video merupakan

salah satu jenis media audio-visual yang dapat menggambarkan suatu objek yang bergerak
bersama-sama dengan suara alamiah atau suara yang sesuai. Kemampuan video melukiskan

gambar hidup dan suara memberikan daya tarik tersendiri. Video dapat menyajikan informasi,

memaparkan proses, menjelaskan konsep


BAB III

PERANCANGAN SISTEM DAN PENGUJIAN

Dalam bab ini berisikan ,Gambaran Kerja Transisi, Flowchart Rancangan Transisi, Metode

Progressive Scaling, Rancangan Algoritma Progressive Scalling Pada Transisi Video,

Keperalatan dan Rancangan Pengujian.

3.1 Gamabaran Kerja Transisi

Transisi memiliki arti yaitu perpindahan dari video satu ke video dua yang telah

diberikan sebuah effect visual untuk memperhalus gambar sehingga penonton dapat menikmati

film tanpa harus kaget pada setiap perpindahan scene. oleh sebab itu penulis akan membuat

sebuah transisi yaitu transisi zoom – in dan zoom – out dengan menggunakan algoritma

progressive scaling.

Progressive sendiri memiliki arti yaitu sebuah pergerakan maju kedepan atau mundur

kebelakang sedangkan scaling adalah proses penyekalaan pada sebuah objek.

Objek yang digunakan penulis adalah dua buah video dengan durasi masing – masing

video satu menit dan proses perekaman video menggunakan 30 frame per second. Setelah itu

video akan diextrack menjadi citra gambar frame per frame. Hasil dari pengextrackan tersebut

yang sudah menjadi citra gambar dengan ukuran resolusi sebesar 1920 x 1080 akan descaling

ukurannya dengan menambakan dan mengurangi jumlah resolusi sebesar 20 x 20 untuk

membentuk transisi zoom – in dan menambahkan resolusi sebesar 20 x 20 untuk transisi zoom –

out. Proses penambahan dan pengurangan jumlah resolusi pada citra hanya terjadi pada bagian
atas dan sisi kiri citra. Video yang sudah descaling ukurannya akan digabungkan kembali dan

akan membentuk sebuah video berdurasi dua detik yang berisikan potongan – potongan citra

gambar yang sudah descaling ukurannya.

3.2 Flowchart Rancangan Transisi Video

Dalam perancangan transisi zoom – in dan zoom – out video penulis membutuhkan sebuah

flowchart untuk menguraikan secara berkala mulai dari proses penginputan video, pengextrackan

video menjadi frame per frame sampai pada proses penggabungan 2 video.

Berikut adalah flowchart rancangan transisi pada video :

Mulai

Pengambilan frame
video 1 dan 2
n = 30 fps / 1 detik

1 2 3 4

Pengambilan frame
video 2
n = 30 fps / 2 second
F1 = p 1920 x 1080
+ 600 x 600 F2 = p 1920 x 1080 F3 = p 1920 x 1080
620 + 620 F4 = p 1920 x 1080
640 + 640 = 1360 x
= 1320 x 480 – 640 = 1380 x 540
= 1340 x 500 520

Penggabungan video 1 dan video 2.

Selesai

Keterangan :

n = jumlah frame / second.

F = frame.

p = resolusi

Proses awal yaitu dengan mulai mengambil video 1, selanjutnya proses pengextrackan citra

gambar pada video sehingga menjadi 30 citra dengan ukuran resolusi sebesar 1920 x 1080 dan

akan dirubah ukurannya dari ukuran 1920 x 1080 menjadi 1900 x 1060 dan seterusnya.
Tahap selanjutnya yaitu dengan pengextrackan video ke 2 menjadi 30 frame dan akan

discaling ukurannya dari ukuran terakhir transisi zoom – in kembali menjadi ukuran normal yaitu

1920 x 1080. Setelah itu menggabungkan 2 buah video tersebut untuk membentuk sebuah

transisi zoom – in dan zoom – out.

3.3 Metode Progressive Drakening Pada Fade Video

Scaling citra atau Operasi penskalaan dimaksudkan untuk memperbesar zoom-in atau

memperkecil zoom-out citra. Hal ini dapat dilakukan dengan mengintroduksi parameter skala,

baik ke arah horisontal x maupun vertikal y. Skala yang bernilai lebih dari 1 akan memperbesar

citra asli, sedangkan jika bernilai kurang dari 1 akan memperkecil citra. Apabila aspect ratio

perbandingan antara tinggi dan lebar citra hendak dipertahankan, maka dipilih Operasi

penskalaan a citra asli b citra hasil penskalaan.

Operator skala melakukan transformasi geometris yang dapat digunakan untuk mengecilkan

atau memperbesar ukuran gambar (atau bagian dari suatu gambar). Pengurangan gambar,

umumnya dikenal sebagai subsampling, dilakukan dengan penggantian (dari sekelompok nilai

piksel dengan satu nilai piksel yang dipilih secara sewenang-wenang dari dalam kelompok ini)

atau dengan menyisipkan di antara nilai-nilai piksel di lingkungan lokal. Zoom gambar dicapai

dengan replikasi piksel atau dengan interpolasi. Penskalaan digunakan untuk mengubah tampilan

visual suatu gambar, untuk mengubah kuantitas informasi yang disimpan dalam representasi

adegan, atau sebagai preprocessor tingkat rendah dalam rantai pemrosesan gambar multi-tahap

yang beroperasi pada fitur skala tertentu.


Formula yang digunakan dalam Algoritma Progressive Scaling untuk transisi zoom – in dan

zoom out video yaitu :

Fade-in : Fade-out :

Model :

Keterangan :

l = panjang dari transisi

g = tingkat keabu-abuan
3.4 Rancangan dan Proses Kerja Transisi

Video yang telah direkam dengan menggunakan 30 fps selama 2 detik akan di extrack frame per

frame sehingga akan menjadi 60 citra gambar menggunakan matlab

Video 1

Hasil pengextrackan video 30 fps

Video 30 Fps

Gambar 3.2 Rancangan pengexrtackan video


Gambar 3.1 Rancangan video 30 fps

Citra dengan ukuran resolusi 1920 x 1080 akan dipotong ukuran resolusinya dengan

menambahkan jumlah resolusi sebanyak 20 x 20 dan pada frame berikutnya akan terjadi proses

pengulangan yaitu dengan menambahkan citra sebanyak 40 x 40 dan seterusnya, maka akan

terjadi proses pemotongan pada citra sehingga akan membentuk citra dengan ukuran resolusi

yang baru. Proses penambahan hanya dengan menambahkan resolusi pada bagian atas dan kiri

citra gambar.

Berikut ini adalah rancangan kerja transisi zoom-in :

r 20

r20 r 1920 x 1080


1900 x 1060
Gambar 3.4 Rancangan hasil
Gambar 3.3 Rancangan pengurangan pengurangan resolusi 1
resolusi 1

Ukuran resolusi dari 1920 x 1080 akan ditambahakan resolusinya untuk mendapatkan nilai x,y

yaitu dengan menambahkan jumlah resolusi sebanyak 20 x 20 maka ukuran citra akan semakin

besar, dari situ akan terjadi proses cropping dan membentuk citra dengan ukuran baru yaitu 1900

x 1060.

Diimplemnetasikan dalam rumus sebagai berikut :

x1 = 20

1920 – 20 = 1900

y1 = 20

1080 + 20 = 1060

r 40

r40 r 1920 x 1080 1880 x 1040


Gambar 3.5 Rancangan pengurangan Gambar 3.6 Rancangan hasil
resolusi 2 pengurangan resolusi 2

Ukuran resolusi dari 1920 x 1080 akan ditambahakan resolusinya umtuk mendapatkan nilai x,y

yaitu dengan menambahkan jumlah resolusi sebanyak 40 x 40 maka ukuran citra akan semakin

besar, dari situ akan terjadi proses cropping dan membentuk citra dengan ukuran baru yaitu 1880

x 1040.

Jika diimplementasikan ke dalam rumus, maka :

x1 = 40

1920 – 40 = 1880

y1 = 40

1080 + 40 = 1040

r 60

r 60 r 1920 x 1080
1860 x 1020

Gambar 3.7 Rancangan pengurangan Gambar 3.8 Rancangan hasil


resolusi 3 pengurangan resolusi 3

Ukuran resolusi dari 1920 x 1080 akan ditambahakan resolusinya umtuk mendapatkan nilai x,y

yaitu dengan menambahkan jumlah resolusi sebanyak 60 x 60 maka ukuran citra akan semakin

besar, dari situ akan terjadi proses cropping dan membentuk citra dengan ukuran baru yaitu 1860

x 1020.
x1 = 60

1920 – 60 = 1860

y1 = 60

1080 + 60 = 1020

r 80

r 80 r 1920 x 1080 1080 x 1000

Gambar 3.9 Rancangan hasil


Gambar 3.8 Rancangan pengurangan pengurangan resolusi 4
resolusi 4

Ukuran resolusi dari 1920 x 1080 akan ditambahakan resolusinya umtuk mendapatkan nilai x,y

yaitu dengan menambahkan jumlah resolusi sebanyak 80 x 80 maka ukuran citra akan semakin

besar, dari situ akan terjadi proses cropping dan membentuk citra dengan ukuran baru yaitu1080

x 1000.

x1 = 80

1920 – 80 = 1080

y1 = 80

1080 + 80 = 1000

Pada proses perancangan transisi zoom-out digambarkan sebagai berikut :


p 20

p20 r 1320 x 480 1340 x 500

Gambar 3.10 Rancangan hasil


Gambar 3.9 Rancangan penambahan penambahan resolusi 1
resolusi 1

Ukuran resolusi dari 1320 x 480 akan dikurangi resolusinya untuk mendapatkan nilai x,y yaitu

dengan mengurangi jumlah resolusi sebanyak 20 x 20 dari ukuran terakhir zoom – in maka

ukuran citra akan semakin besar, dari situ akan terjadi proses penambahan resolusi dan

membentuk citra dengan ukuran baru yaitu 1340 x 500.

X2 = 20

1320 + 20 = 1340

y1 = 20

480 + 20 = 500

r 40

r 40 r 1320 x 480 1360 x 520


Gambar 3.12 Rancangan hasil
Gambar 3.11 Rancangan penambahan penamabahan resolusi 2
resolusi 2

Ukuran resolusi dari 1320 x 480 akan dikurangi resolusinya untuk mendapatkan nilai x,y yaitu

dengan mengurangi jumlah resolusi sebanyak 40 x 40 dari ukuran terakhir zoom – in maka

ukuran citra akan semakin besar, dari situ akan terjadi proses penambahan resolusi dan

membentuk citra dengan ukuran baru yaitu 1360 x 520.

X2 = 40

1320 + 40 = 1340

y1 = 40

480 + 40 = 500

r 60

r 60 r 1320 x 480 1440 x 540

Gambar 3.14 Rancangan hasil


Gambar 3.13 Rancangan pengurangan penambahan resolusi 3
resolusi 3
Ukuran resolusi dari 1320 x 480 akan dikurangi resolusinya untuk mendapatkan nilai x,y yaitu

dengan mengurangi jumlah resolusi sebanyak 60 x 60 dari ukuran terakhir zoom – in maka

ukuran citra akan semakin besar, dari situ akan terjadi proses penambahan resolusi dan

membentuk citra dengan ukuran baru yaitu 1440 x 540.

X2 = 60

1320 + 60 = 1440

y1 = 60

480 + 60 = 540

r 80

r 80 1320 x 480 1400 x 560

Gambar 3.15 Rancangan pengurangan Gambar 3.16 Rancangan hasil


resolusi 4 penambahan resolusi 4
Ukuran resolusi dari 1320 x 480 akan dikurangi resolusinya untuk mendapatkan nilai x,y yaitu

dengan mengurangi jumlah resolusi sebanyak 80 x 80 dari ukuran terakhir zoom – in maka

ukuran citra akan semakin besar, dari situ akan terjadi proses penambahan resolusi dan

membentuk citra dengan ukuran baru yaitu 1340 x 500.

X2 = 80

1320 + 80 = 1400

y1 = 80

480 + 80 = 560

3.4.1 Rancangan Dalam Koordinat Kartesius


Untuk mengetahui titik awal proses transisi zoom – in dimulai, penulis membuat garis koordinat

cartesius untuk mendapatkan nilai x dan y.

Berikut adalah gambaran proses zoom-in dengan menggunakan koordinat kertesius :


Koordinat Cartesius Zoom-In
90
D(80,80)
80 )

70
C(60,60)
60

50
B(40,40)
40

30

20 A(20,20)

10

0
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9

Gambar 3.17 Rancangan koordinat kartesius zoom in

Dalam garis koordinat cartesius dapat digambarkan sebagai berikut :

A (20,20) C (60,60)
B (40,40) D (80,80)

Titik koordinat pada citra ke 1 ada pada titik A yaitu (20,20), citra ke 2 ada pada titik B (40,40),

citra ke 3 ada pada titik C (60,60) dan citra ke 4 ada pada titik D (80,80).

Titik koordinat ini bertujuan untuk mengetahui awal mulai transisi zoom – in pada video.

Dimana pada setiap frame citra gambar akan dikurangi.

Untuk mengetahui titik awal dari proses transisi zoom – out debagai nilai x dan y, penulis

membuat garis koordinat cartesius transisi zoom – out.

Berikut ini adalah rancangan garis koordinat cartesius transisi zoom – out
Koordinat Cartesius Zoom-Out
90
A (80,80)
80

70
B (60,60)
60

50

40 C (40,40)
30

20
D (20,20)
10

0
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9

Gambar 3.18 Rancangan koordinat kartesius zoom-out

A (80,80) C (40,40)
B (60,60) D (20,20)

Titik koordinat pada citra ke 1 zoom – out ada pada titik A yaitu (80,80), citra ke 2 ada pada titik

B (60,60), citra ke 3 ada pada titik C (40,40) dan citra ke 4 ada pada titik D (20,20).

.
3.4.2 Rancangan Proses Kerja Transisi

Gambar 3.19 Rancangan kerja transisi

Hasil dari pengextrackan video menjadi citra gambar frame perframe yang sudah di

drakening opasitas menggunakan rumus progressive darkening akan digabungkan dan akan

menjadi satu video yang berdurasi dua detik dengan opasitas yang berbeda – beda. Pada video

satu video akan menjadi normal ke kecil dan video 2 dari kecil kembali menjadi normal seperti

yang diilustrasikan pada gambar 3.19..

Keperalatan dan Rancangan Pengujian

Dalam Proses pembuatan transisi, penulis membutuhkan sebuah clip video untuk

mengimplementasikan hasil pembuatan transisi menggunakan potongan video yang berdurasi 3

detik ke dalam clip video.

Adapun dalam proses pembuatan film penulis membutuhkan :

Alat,yang akan digunakan dalam proses perkaman video, Storyboard, actor, soundtrack,

peralatan dan lokasi pengambilan gambar.


3.4.3 Alat Yang Digunakan

Dalam proses pembuatan transisi penulis membutukan alat untuk proses perekaman video

sehingga video – video tersebut akan dipisahkan antara secene satu dan scene berikutnya,

pisahan ini yang akan dibuatkan transisinya.

Adapun keperalatan yang digunakan dalam proses pembuatan transisi :

1 Buah kamera DSLR untuk proses pengambilan video 30 fps.

1 Unit laptop Lenovo ideapad 110 digunakan sebagai alat untuk proses pengeditan video.

1 Unit memory card MMC 16gb sebagai ruang penyimpanan file hasil rekaman video.

2 Buah tripod sebagai alat untuk meletakan kamera supaya hasil video tidak ada tremor.

4 Unit lighting sebagai pencahayaan dalam proses perekaman.

Aplikasi Sony Vegas pro aplikasi untuk proses pengeditan video.

Aplikasi Matlab digunakan untuk proses pengextrackan dan pembuatan transisi.


3.4.4 Storyboard

Menurut Luther pengertian storyboard adalah deskripsi pada setiap scene yang bertujujuan untuk

menjelaskan/ menggambarkan objek multimedia dan perilakukan dengan jelas.

Menurut Halas, pengertian storyboard adalah rangkaian gambar yang dibuat secara manual untuk

memberikan gambaran/ penjelasan tentang suatu jalan cerita.

Storyboard berfungsi sebagai media untuk menyampaikan ide atau gagasan kepada orang lain

dalam bentuk gambar. Di dalam storyboard terdapat informasi penunjang seperti, pesan teks

penjelasan gambar, audio, dan lain-lain.

Fungsi storyboard secara umum adalah:

1. Memberikan penjelasan tentang alur cerita beradasarkan gambaran besar, mulai dari awal

cerita, bagian tengah, hingga akhir cerita.

2. Storyboard berfungsi sebagai media untuk perencanaan pembuatan video pendek atau film.

3. Fungsi storyboard yang paling penting adalah memudahkan dalam membuat dan memahami

sebuah alur cerita.

Berikut adalah beberapa tujuan membuat storyboard :

1. Untuk memudahkan dan mempercepat proses pembuatan film, baik itu film pendek maupun

film berdurasi panjang.

2. Untuk memudahkan orang lain untuk memahami alur dan isi dari cerita yang ingin

disampaikan.

3. Agar memudahkan pembuat film dalam memvisualisasikan idenya.


4. Membantu menjelaskan suatu alur narasi dari sebuah cerita.

5. Memandu tim yang terlibat dalam pembuatan film/ video (sutradara, aktor, dan crew)

sehingga bekerja dengan maksimal.

Berikut ini adalah tampilan storyboard pembutan film “Doa dan Firasat”.

STORYBOARD

JUDUL : DOA DAN FIRASAT (TRUE STORY)

PENULIS : Andreas Ignasius Rumlus

ACTOR

Actor pertama :

Actor kedua :

Figuran 1 :

Figuran 2 :
Durasi Scenee Sub-Scenee Keterangan Soundtrack
Pemeran utama Tangan yang sedang Shot bagian Music latin Kyrie

sedang berdoa memegang Rosario tangan actor

di dalam kamar dan berdoa perama

dan ada menggunakan

penampakan teknik close-up


Pengambilan gambar Pengambilan
sambil
dari depan actor gambar dari
membisikan
pertama, tiba – tiba depan actor
ada yang mau
muncul penampakan pertama
meninggal
dari belakang menggunakan

teknik close-up

Actor ke 2 membisikan pengambilan

kata – kata “ ada yang gambar dari

mau meninggal dengan depan actor

nada sinis dan tertawa pertama

kecil.
actor pertama mulai pengambilan

merasa merinding dan gambar dari

mulai gelisah sambil depan actor

menengok ke belakang pertama


dengan wajah yang

gelisah karena ada

yang berbisik

TRANSISI ZOOM IN – ZOOM OUT 1

UNTUK PERPINDAHAN SCENEE

Lokasi Actor pertama sedang pengambilan

pengambilan bermain game dengan gambar dari

gambar di luar teman – teman kos depan secara

ruang kamar keseluruhan

(masih di dalam (normal shoot)


Actor pertama mulai pengambilan
kos), actor
merasa gelisah, gambar dari
pertama sedang
bingung, cemas seperti depan dengan
bermain game
sesuatu akan terjadi focus pada wajah
dengan teman –
dan masih teringat actor pertama
teman kos
dengan suara bisikan

yang dibisik pada saat

berdoa
figuran 1 (salah satu Shot dari depan

teman yang sedang wajah figuran 1

ikut bermain game) dengan teknik

bertanya “ bung apa medium close-up

yang sedang
dipikirkan”?
Actor pertama mulai Shot pada wajah

bingung dan diam actor pertama

sebentar, kemudian dia dengan teknik

menjawab pertanyaan medium close-up

“tidak, santai aja, aman

kok” actor pertama

menjawab dengan

wajah senum

bercampur cemas.
Wajah actor pertama Shot pada wajah

masih kebingungan, actor pertama

cemas dan berkata dengan teknik

dalam hati “sepertinya normal shot

ada sesuatu yang tidak

beres”

TRANSISI ZOOM IN – ZOOM OUT 2

UNTUK PERPINDAHAN SCENEE

Lokasi Handphone actor Shot pada

pengambilan pertama berdering ada handphone

gambar di panggilan video yang dengan teknik

dalam kamar, masuk eagle eye


Actor pertama Shot dari atas
actor 1 sedang
mengangkat bagian belakang
video call handphone yang pintu dengan

dengan kawan sedang berdering teknik eagle eye


Actor 1 duduk dan Shot dari sisi kiri

menjawab video call (3/4) actor 1

dari teman
Actor 1 sedang Shot dari

telephone tiba – tiba depan(3/4) actor

muncul suara aneh 1

pada saat video call

(orang bernyanyi) “

na..na…na..na.. sambil

tertawa”
Actor pertama kaget Shot wajah actor Instrument horror

dan mulai kebingungan pertama dari

karena ada suara aneh depan dengan

yang muncul dalam teknik medium

percakapan close-up
Muncul penampakan Shot dari bagian Instrument horror

actor ke dua lewat belakang actor

kearah kanan pertama

menggunakan pakaian menggunakan

hitam teknik close-up


Muncul penampakan Shot dari bagian Instrument horror

actor ke dua lewat depan actor

kearah kiri keluar pintu pertama

menggunakan
teknik close-up
Actor pertama mulai Shot dari depan Instrument horror

merasakan ada sesuatu actor pertama

yang aneh dibagian dengan teknik

belakang, merinding close-up

dan memegang bagian

leher
Actor kedua muncul Shot dari depan Instrument horror

tiba – tiba dibelakang bagian wajah Dengan sound

actor pertama actor pertama, effect terkejut

pada saat muncul

actor kedua

langsung kamera

bergerak sedikit

kea rah kanan

menggunakan

teknik panning
Actor pertama berdiri Shot dari depan Instrument horror

dari tempat duduk actor pertama

untuk telephone ke menggunakan

Ambon menanyakan teknik medium

keadaan keluarga close-up

disana
Actor pertama Shot dari depan Instrument horror

berbincang dengan actor pertama Mulai pelan


orang-tuanya di ambon menggunakan sampai fade-out

teknik medium

shot

TRANSISI ZOOM IN – ZOOM OUT 3

UNTUK PERPINDAHAN SCENEE

Keesokan Actor pertama pulang Shot actor

harinya actor dari kampus dan pertama dari

pertama pulang masuk ke dalam kos belakang

kampus dan menggunakan

masuk kedalam teknik follow

kamar untuk shot


Actor pertama Shot dari depan
beristrhat
membuka pintu kamar actor pertama

dan masuk ke dalam pada saat actor

kamar masuk ke dalam

kamar

menggunakan

teknik normal

shot
Actor pertama melepas Shot dari bagian

tas dan melakukan atas,

panggilan video ke menggunakan

teman teknik eagle eye


Actor pertama sedang Shot dari depan
asik video call tiba – menggunakan

tiba actor kedua teknik close-up Instrument horror

muncul dari belakang

sambil mengibaskan

rambut dari bawah ke

atas
Actor pertama Shot dari depan Instrument horror

langsung bangun actor pertama

karena dikejutkan dengan

dengan suara temannya menggunakan

yang mengatakan ada teknik close-up

penampakan di

belakang
Actor pertama bangun Normal shot dari

dan menyalakan lampu belakang actor

karena merasa pertama

ketakutan
Actor pertama

ketakutan dan panic,

wajah kelihatan cemas

dan gugup

TRANSISI ZOOM IN – ZOOM OUT 4

UNTUK PERPINDAHAN SCENEE


Keesokan Matahari mulai terbit, menggunakan Sound effect

harinya bunyi kicauan burung teknik timelapse kicauan burung


matahari mulai matahari terbit dan suasana pagi

terbit, pada saat dan burung – hari

mau berdoa burung mulai

actor 1 berterbangan
Actor pertama Shot dari depan Sound effect
mendapat
begadang sampai pagi menggunakan game mobile
informasi dari
dan sedang bermain teknik normal legend
ambon kalau
game dengan teman shot, shot actor
tante dari actor
(figuran 2) pertama dengan
pertama
teman yang
meninggal
sedang bermain
dunia
game
Tepat jam 6 pagi actor Shot handphone Nada dering

pertama mendapat yang sedang handphone

telephone dari orang berdering

tua di ambon menggunakan

teknik eagle eye

dan close-up

pada handphone
Actor pertama Shot dari Suara menangis

berbicara dengan nada samping actor dari telephone

sedih karena tante dari pertama diiringi lagu

actor pertama menggunakan “You are my

meninggal dunia teknik medium sunshine”

close-up
Actor pertama Shot dari

mengambil Alkitab samping pada

dan Rosario untuk saat actor “You are my

berdoa pertama sunshine”

mengangkat

Alkitab dan

Rosario
Actor pertama yang Shot dari

sedang berdoa belakang actor

pertama yang “Music latin

sedang berdoa Kyrie”

menggunakan

teknik normal

shot
Tampilan foto Tampilan foto tante Tampilan foto

tante dari actor dari actor pertama menggunakan “You are my

pertama tulisan “rest in sunshine”

piece mama Lina

Rumlus
TRANSISI ZOOM IN – ZOOM OUT 3

UNTUK PERPINDAHAN SCENEE

Tampilan pada black Tampilan

screen “ini adalah keterangan

kisah nyata dari transisi zoom in

penulis” – zoom out “You are my


menggunakan sunshine”

Penutup matlab dan

algoritma yang

digunakan adalah

Progessive

Scalling
Credit tittle nama Instrument music

cameramen, penulis box “You are my

naskah, soundtrack, sunshine”

actor dan pemerannya

masing – masing serta

menampilkan ucapan

terima kasih.

Anda mungkin juga menyukai