Anda di halaman 1dari 5

Nama : Dinda Pramesty Rukanda

NIM : 1119102000094
Kelas : 2BD

Rangkuman Topik 6
Hak Asasi Manusia (HAM)
1. Pengertian HAM
Hak Asasi Manusia adalah hak-hak yang melekat pada setiap manusia, yang tanpanya
manusia mustahil dapat hidup sebagai manusia. Misalnya hak hidup, adalah klaim untuk
memperoleh dan melakukan segala sesuatu yang dpat membuat seseorang tetap hidup. Tanpa
hak tersebut eksistensinya sebagai manusia akan hilang. Menurut John Locke, hak asasi
manusia adalah hak-hak yang diberikan langsung oleh Tuhan Yang Maha Pencipta sebagai
sesuatu yang bersifat kodrati atau sudah ada sejak manusia itu dilahirkan.
2. Sejarah Perkembangan HAM

a. Sebelum Deklarasi Universal Declaration of Human Right


Perkembangan HAM di Eropa bermula dari kawasan Eropa yang wacana awalnya dimulai
dengan lahirnya Magna Charta yang membatasi kekuasaan absolut para penguasa atau raja-
raja. Magna Charta telah membuka ide tentang ketertarikan penguasa kepada hukum dan
pertanggungjawaban kekuasaan mereka kepada rakyat.
Lahirnya Magna Charta merupakan cikal bakal lahirnya monarki konstitusional. Empat abad
kemudian tahun 1689, lahir Undang-Undang Hak Asasi Manusia (HAM) di Inggris sekaligus
muncul istiliah equality before the law yang artinya kesetaraan manusia di muka hukum.
Pandangan ini mendorong timbulnya wacana negara hukum dan negara demokrasi pada kurun
waktu selanjutnya.
Teori kontrak sosial adalah teori yang menyatakan bahwa hubungan antara penguasa (raja)
dan rakyat didasari oleh sebuah kontrak yang ketentuan-ketentuannya mengikat kedua belah
pihak. Penguasa diberikan kekuasaan oleh rakyat untuk menyelenggarakan ketertiban dan
menciptakan keamanan agar hak alamiah manusia terjamin dak terlaksana secara aman.
Trias politica adalah teori tentang sistempolitik yang membagi kekuasaan pemerintahan
negara dalam tiga komponen: pemerintah (eksekutif), parlemen (legislatif), dan kekuasaan
peradilan (yudikatif).
Teori hukum kodrati adalah teori yang menyatakan bahwa di dalam masyarakat manusia ada
hak-hak dasar manusia yang tidak dapat dilanggar oleh negara dan tidak diserahkan kepada
negara. Hak dasar ini bahkan harus dilindungi oleh negara dan menjadi batasan bagi
kekuasaan negara yang mutlak. Hak-hak dasar persamaan dan kebebasan adalah teori yang
mengatakan bahwa semua manusia dilahirkan sama dan merdeka.
Pada 1789, lahir dekralasi Perancis yang memuat aturan-aturan hukum yang menjamin hak
asasi manusia dalam proses hukum, seperti larangan penangkapan dan penahanan seseorng
secara sewenang-wenang tanpa alasan yang sah atau penahanan tanpa surat perintah yang
dikeluarkan oleh lembaga hukum yang berwenang.
Perkembangan HAM selanjutnya ditandi oleh munculnya wacana empat hak kebebasan
manusai (the four freedom). Keempat hak ini yaiyu: hak kebebasan berbicara dan menyatakan
pendapat; hak kebebasan memeluk agma dan beribadah sesuai dengan ajaran agama yang
dipeluknya; hak bebas dari kemiskinan; dan hak bebas dari rasa takut.
Menurut Deklaraasi Universal HAM ( DUHAN), terdapat lima jenis hak asasi yang dimiliki
oleh setiap individu:
1. Hak personal (hak jaminan kebutuhan pribadi)
2. Hak legal (hak jaminan perlindungan hukum)
3. Hak sipil dan politik
4. Hak subsistensi (hak jaminan adanya sumber daya untuk menunjang kehidupan)
5. Hak ekonomi, sosial, budaya

b. Setelah Deklarasi Universal HAM

Setelah deklarasi Universal HAM 1948, perkembangan pemikiran tentang HAM pasca-
Perang Dunia II telah melewati empat kurun generasi. Generasi pertama, HAM hanya
berpusat pada bidang hukum dan politik. Generasi kedua, pemikiran HAM tidak hanya
menuntut hak yuridis (secara hukum), tetapi juga menyerukan hak-hak sosial,
ekonomi,politik, dan budaya. Generasi ketiga, menyerukan wacana kesatuan HAM antara
hak ekonomi, sosial, budaya, politik, dan hukum dalam satu bagian integral yang dikenal
dengan istilah hak-hak melaksanakan pembangunan (th right of development) Genersi
keempat, lahirnya deklarasi HAM yang dikenal dengan Declaration of the Basic Duties of
Asia People and Government. Deklarasi ini berbicara tentang masalah kewajiban asasi yang
harus dilakukan oleh setiap negara.

3. Perkembangan HAM di Indonesia

Perjuangan menegakkan HAM dimulai sejak adanya penjajahan di Indonesia. Perjuangan ini
tidak hanya perlawanan mengusir penjajah semata, namun lebih jauh dari itu pada dasarnya
juga merupakan perjuangan untuk menegakkan HAM. Perkembangan pemikiran HAM di
Indonesia dibagi menjadi dua periode: sebelum kemerdekaan (1908-1945) dan sesudah
kemerdekaan.

a. Periode Sebelum Kemerdekaan


Pada periode sebelum kemerdekaan (1908-1945) pemikiran HAM dapat dijumpai dalam
kemunculan organisasi pergerakkan nasional, seperti Budi Oetomo (1908), Sarekat Islam
(1911), Indische Partij (1912), Partai Komunis Indonesia (1920), Perhimpunan Indonesia
(1925), dan Partasi Nasional Indonesia (1927).

b. Periode Setelah Kemerdekaan

Pada periode setelah kemerdekaan, perdebatan HAM masih terus berlanut sampai periode
pasca-kemerdekaan Indonesia yaitu tahun 1945-1950, 1950-1959, 1959-1966, 1966,-1998,
dan periode HAM Indonesia kontemporer (pasca-Orde Baru)

1. Periode 1945-1950
Pemikiran HAM pada periode awal ini masih menekankan wacana hak untuk merdeka,
hak kebebasan untuk berserikat melalui organisasi politik yang didirikan, serta hak
kebebasan untuk menyampaikan pendapat terutama di parlemen.
2. Periode 1950-1959
Periode ini dikenal dengan masa demokrasi parlementer dimana periode ini dicatat
sebagai masa yang sangat kondusif bagi sejarah perjalanan HAM di Indonesia.
3. Periode 1959-1966
Periode ini merupakan msa berakhirnya Demokrasi Liberal, digantikan oleh sistem
Demokrasi Terpimpin (Guided Democracy)
4. Periode 1966-1998
Janji-janji Orde Baru tentang pelaksaan HAM di Indonesia mengalami kemunduran
kemudian mendapatkan mandat konstitusional dari sidang MPRS, pemerintah Orde Baru
mulai menunjukkan watak aslinya sebagai kekuasaan yang anti-HAM yang dianggap
sebagai produk Barat.
5. Periode Pasca-Orde Baru
Lengsernya kekuasaan Orde Baru sekaligus menandai berakhirnya rezim militer
Indonesia dan datangnya era baru demokrasi dan HAM. Komitmen pemerintah terhadap
penegakkan HAM ditunjukkan dengan pengesahan UU No 39 Tahun 1999 tentang HAM,
pembentukan Kantor Menteri Negara Urusan HAM pada tahun 1999 kemudian
digabungkan tahun 2000 dengan departemen Hukum dan Perundang-undangan menjadi
Departemen Kehakiman dan HAM, pembahasan pasal-pasal tentang HAM dalam
amandemen 1945.

4. HAM : Antara Universalitas dan Relativitas


Hampir semua negara sepakat dengan prinsip universal HAM, tetapi memiliki perbedaan
pandangan dan masih ramai dari perdebatan daalam pelaksanaan HAM. Hal demikian kerap
kali disebut dengan istilah wacana universalitas dan lokalitas atau partikularitas HAM. Ada
konflik yang berarti antara praktik-praktik negara yang masih dipengaruhi oleh unsur budaya
dan tradisi lokal dengan prinsip universalisme hak asasi manusia. Konflik hukum antara
keduanya semakin terlihat ketika nilai dari budaya atau tradisi tersebut bertentangan dengan
konsep hak asasi manusia. Sebagai akibatnya, aturan didalam hak asasi manusia dipahami
secara berbeda-beda tergantung dari konteks sosial budaya setempat suatu negara. Disinilah
peran negara menjadi sangat penting karena implementasi hak asasi manusia sangat
bergantung pada kepatuhan hukum suatu negara terhadap instrumen-instrumen internasional
tentang HAM.
Praktik-praktik yang berasal dari lokalitas budaya, tradisi atau agama bisa diterapkan didalam
implementasi hak asasi manusia selama praktik tersebut tidak ‘menyerang budaya inti’ dari
HAM seperti asas non diskriminasi dan persamaan hak bagi semua manusia.

5. Islam dan HAM


Islam mengajarkan pentingnya penghormatan dan penghargaan terhadap sesama manusia,
karena Islam sebagai agama yang membebaskan dan memanuisakan manusia, hal ini
tercermin dalam Al-Qur’an surah ke-49:13 artinya : Hai manusia, sesungguhnya Kami
menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu
berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya
orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di
antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui dan Maha Mengenal.
Konsep HAM dalam Islam dibagi dua macam dilihat dari kategori huquuqul ibad. Pertama,
HAM yang keberadaannya dapat diselenggarakan oleh suatu negara, yang di sebut sebagai
hak-hak legal. Kedua, adalah HAM yang keberadaannya tidak secara langsung dapat
dilaksanakan oleh suatu negara, yang dapat disebut sebagai hak-hak moral.
Bahwa Adanya hubungan paralel antara ajaran-ajaran Islam dengan HAM yang di
elaborasi sebagai suatu realita bahwa nilai-nilai HAM tidak akan bertentangan dengan nilai-
nilai universal lainnya. Ada titik temu (common values/kalimatun sawā) antara Syari'ah
dengan konsep HAM dan konsep manusia yang menyerukan kebajikan-kebajikan
menyeluruh. Islam agama rahmatal lil'ālamin (agama yang mengayomi seluruh alam),
sehingga dengan pengakuan ini, Islam menghormati keragaman dan menganjurkan agar
keragaman menjadi instrumen kerja sama di antara manusia, sehingga perbedaan adalah
sunnatullah, karena dengannya manusia bisa saling

Referensi :

Hariyanto, E. 2013. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan.


Khonif, A. 2017. SKKD NO. 886/UN25. 5.1/TU. 3/2017."Diktat Mata Kuliah Hak Asasi
Manusia”
Ubaidillah, A. 2000. Pendidikan Kewargaan (Civic Education), Demokrasi, HAM dan
Masyarakat Madani. Ciputat: ICCE UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Zein, Y. A. (2015). Konsep Hak Asasi Manusia Dalam Islam (Mengungkap Korelasi Antara
Islam Dengan HAM). Veritas et Justitia, 1(1).

Anda mungkin juga menyukai