Anda di halaman 1dari 18

REFERAT

Tonsilitis
Disusun Sebagai Tugas Mengikuti kepanitraan Klinik Stase (KKS) SMF

Pediatric Rumah Sakit Haji Medan Sumatra Utara.

Oleh :
AJI SUKMA BAYU SAPUTRA
19360227

Pembimbing :

dr. Tity Wulandari, M.Ked (Ped), Sp. A

KEPANITERAAN KLINIK SENIOR BAGIAN PEDIATRI


RUMAH SAKIT UMUM HAJI MEDAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MALAHAYATI
2020
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warohmatullohi Wabarokatuh

Dengan mengucapkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
tugas Referat ini guna memenuhi persyaratan kapaniteraan klinik senior di bagian
Pediatric Rumah Sakit Haji Medan dengan judul “Tonsilitis”.

Shalawat dan salam tetap terlafatkan kepada Nabi Muhammad SAW


beserta keluarga dan para sahabatnya yang telah membawa kita ke zaman yang
penuh ilmu pengetahuan, beliau adalah figur yang senantiasa menjadi contoh suri
tauladan yang baik bagi penulis untuk menuju ridho Allah SWT.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada


dosen pembimbing KKS di bagian Pediatric yaitu “dr. Tity Wulandari, M.Ked
(Ped), Sp. A” .

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan Referat masih terdapat banyak


kekurangan baik dalam cara penulisan maupun penyajian materi. Oleh karena itu,
penulis mengharapkan kritikdan saran yang membangun dari pembaca sehingga
bermanfaat dalam penulisan Referat selanjutnya. Semoga Referat ini bermanfaat
bagi pembaca dan terutama bagi penulis.

Wassalamu’alaikum Warohmatullohi Wabarokatuh.

Medan, Agustus 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI

JUDUL …………………………………………………………………... i
KATA PENGANTAR ………………………………………………...... ii
DAFTAR ISI ……………………………………………………………. iii
BAB I PENDAHULUAN ………………………………………………. 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ……………………………………….. 2
2.1 Anatomi……..…………………………………………... 3
2.2 Etiologi........ ….…..……………………………………... 4
2.3 Epidemiologi..…………………………………………... 5
2.4 Gejala Klinis..……………………….…………………... 5
2.5 Klasifikasi......…….……………………........................... 7
2.6 Diagnosis…..……………………….................................. 10
2.7 Penatalaksanaan………………………………………… 11
2.8 Komplikasi......................................................................... 13
2.9 Prognosis............................................................................ 14
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………... 15

iii
BAB I

PENDAHULUAN

Tonsil adalah massa jaringan limfoid yang terletak di fossa tonsilaris pada

kedua sudut orofaring. Tonsilitis adalah peradangan dari tonsil palatina yang

merupakan bagian dari cincin Waldeyer. Peradangan pada tonsil palatina

(tonsilitis) merupakan masalah umum yang terjadi pada anak maupun dewasa.

Cincin Waldeyer sendiri terdiri atas susunan kelenjar limfa yang terdapat dalam

rongga mulut, yaitu tonsil faringeal (adenoid), tonsil palatina (tonsil faucial),

tonsil lingual (tonsil pangkal lidah) dan tonsil tuba Eustachius (lateral band

dinding faring / Gerlach’s tonsil). Tonsilitis dapat disebabkan oleh bakteri ataupun

virus. Peradangan tonsil bisa berasal dari infeksi saluran pernafasan atas (ISPA),

seperti batuk dan pilek. Penyebaran tersebut bisa melalui udara (air borne

droplets), tangan dan ciuman. Tonsilitis dapat terjadi pada semua umur, terutama

pada anak – anak.Prevalensi tonsilitis kronik merupakan salah satu penyakit

tertinggi setelah nasofaringitis akut yaitu sebesar 3,8%. Data menurut WHO

tonsilitis kronis memiliki tingkat prevalensi sebesar 22%.1

Berdasarkan onset kejadiannya, tonsilitis terbagi atas tonsilitis akut dan

tonsilitis kronis. Tonsilitis kronis terjadi akibat tonsilitis yang berulang untuk

jangka waktu yang cukup lama, terkadang tonsilitis kronis tidak menimbulkan

gejala spesifik pada penderita, sakit yang ditimbulkan juga tidak terlalu berat

hingga membuat penderita datang konsultasi ke dokter. Tonsilitis sering terjadi

pada anak – anak yang tidak diawasi konsumsi makanan maupun minumannya.

Tonsilitis sering terjadi pada anak-anak usia 2-3 tahun dan sering meningkat pada

1
anak usia 5-12 tahun. Penatalaksanaan dapat berupa pengobatan dengan

antibiotik, NSAID atau dengan operasi sesuai dengan gejala – gejala klinis yang

ditemukan.1

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

TONSILITIS
2.1 ANATOMI

Tonsil bersama adenoid, tonsil lingual, pita lateral faring, tonsil

tubaria dan sebaran jaringan folikel limfoid membentuk cincin jaringan

limfoid yang dikenal dengan cincin Waldeyer. Cincin Waldeyer ini

merupakan pertahanan terhadap infeksi. Tonsil dan adenoid merupakan

bagian terpenting dari cincin Waldeyer.

Adenoid akan mengalami regresi pada usia pubertas. Tonsil adalah

massa jaringan limfoid yang terletak di fossa tonsilaris pada kedua sudut

orofaring. Tonsil dibatasi dari anterior oleh pilar anterior yang dibentuk

oleh otot palatoglossus, dari posterior oleh pilar posterior yang

dibentuk oleh otot palatofaringeus, bagian medial oleh ruang orofaring,

bagian lateral dibatasi oleh otot konstriktor faring superior, bagian superior

oleh palatum molle dan bagian inferior oleh tonsil lingual. Permukaan

lateral tonsil ditutupi oleh jaringan alveolar yang tipis dari fasia faringeal

dan permukaan bebas tonsil ditutupi oleh epitel yang meluas kedalam

tonsil membentuk kantong yang dikenal dengan kripta (Basmajian, 2011)

3
Gambar 1. Anatomi faring & tonsil (Basmajian,2011)

2.2 ETIOLOGI

Radang pada tonsil umumnya terjadi akibat infeksi virus, paling

sering karena Epstein-Barr. Selain juga bias disebabkan karena berbagai

virus lainnya, seperti common cold virus (adenovirus, rhinovirus,

influenza, coronavirus, virus respiratori syncytial), herpes simpleks,

cytomegalovirus ataupunkarena HIV. Sekitar 30% tonsilitis disebabkan

karena infeksi bakteri. Bakteri yang paling sering adalah streptokokus grup

A β-hemolitikus. Bakteri lain yang mungkin jadi penyebab tonsilitis

adalah Staphylococcus aureus, Streptococcus pneumoniae,

Mycobacterium plasma pneumoniae, dan Chlamydia pneumoniae. Pada

4
kasus yang jarang terjadi dapat disebabkan karena pertussis,

Fusobacterium,difteri, sifilis dan juga gonorrhea. (Aitken,2006)

2.3 EPIDEMIOLOGI

Data epidemiologi yang menunjukan bahwa penyakit tonsilitis

kronis sering terjadi pada anak – anak dengan usia 5 – 15 tahun dan

dewasa muda di usia 15 – 30 tahun. Menurut penelitian yang dilakukan di

Inggris, prevalens dari tonsilitis bacterial, terutama karena streptokokus

grup A β-hemolitikus mencapai 15% – 30% dari anak – anak yang sering

mengalami batuk berulang, sedangkan pada dewasa yang sering

mengalami batuk, angka kejadiannya hanya sekitar 5% - 15%. Menurut

penelitian di Norwegia, dilaporakan sebanyak 11.7% anak – anak di

Norwegia menderita tonsilitis yang berulang dan sebesar 12.1% pada anak

– anak di Turki. (Gerogalas,2016)

2.4 GEJALA KLINIS

Gejala klinis tonsilitis secara umum seperti, nyeri tenggorokan,

nyeri menelan, malaise, demam, bengkak pada daerah sub mandibular,

nafsu makan menurun, nyeri kepala, dan rasa nyeri di telinga. Gejala–

gejala tersebut tergantung pada jenis tonsilitis yang dialami dan tingkat

keparahannya. Tonsilitis kronis dapat juga menimbulkan halitosis,

obstructive sleep apnea (OSA), tidur mendengkur, dan penyebararan

infeksi kedaerah sekitar tonsil. Tonsilitis kronis biasanya timbul akibat

5
pengobatan yang tidak adekuat atau pun karena tonsilitis akut yang

rekuren dan tidak ditangani hingga selesai.

Tabel 1. Tanda tonsilitis akut dan kronis (Kvestad,2005)

Tanda Tonsilitis akut Tonsilitis kronis


Warna Hiperemis (+) Hiperemis(-)
Oedema (+) (-)
Kripta Melebar Melebar
Detritus (+/-) (+)
Perlengketan (-) (+)

Berdasarkan besarnya pembengkakan tonsil, maka tonsilitis dibagi


berdasarkan derajat–derajat tertentu. Pembengkakan tonsil yang dibiarkan
terus menerus akan menyebabkan timbulnya tidur yang mendengkur
mengarah ke OSA, dapat menghalangi jalan nafas, oksigenasi yang kurang
baik, dan juga kesulitan menelan (Kvestad,2005)

Gambar 2. Derajat tonsilitis

Derajat 0: Post tonsilektomi

6
Derajat 1: Tonsil tampak pada fossa tonsilaris

Derajat 2: Tonsil tampak membesar sampai pilar anterior dan posterior

Derajat 3: Tonsil tampak membesar melewati pilar anterior posterior tidak


Sampai Linea mediana

Derajat 4: Tonsil tampak membesar sampai melewati linea mediana

2.5 KLASIFIKASI

Tonsilitis secara garis besar dibagi menjadi 3 jenis, yaitu tonsilitis

akut, tonsilitis membranosa dan tonsilitis kronis. Tonsilitis akut bias

terjadi akibat bakteri ataupun virus.

1. Tonsilitis Akut

Tonsilitis akut merupakan infeksi pada tonsil yang ditandai dengan

gejala nyeri tenggorokan, nyeri menelan, panas local atau pun sistemik,

dan malaise. Dari pemeriksaan biasanya ditemukan tonsil yang sedang

membesar dengan eritema, limfadenopati servikal dan demam >38,3 oC.

Tonsilitis akut bias terjadi karena bakteri dan virus (Muchtar,2012)

a. Tonsilitis Viral

Tonsilitis viral biasanya terjadi akibat virus Epstein–Barr. Gejala

tonsilitis viral biasanya menyerupai gejala common cold yang disertai rasa

nyeri tenggorokan, sulit menelan dan malaise. Hemofilus influenzae

merupakan penyebab tonsilitis akut supuratif. Jika terjadiinfeksi virus

coxschakie, maka pada pemeriksaan rongga mulut akan tampak luka– luka

7
kecil pada palatum dan tonsil yang sangat nyeri dirasakan pasien.

Tonsilitis viral biasanya akan sembuh sendiri tanpa pengobatan causal

(Muchtar,2012)

b. Tonsilitis Bakterial

Tonsilitis bacterial dapat disebabkan karena streptokokus grup A β-

hemolitikus yang dikenal sebagai strept throat, pneumokokus,

streptokokus viridian dan streptokokus piogenes. Infiltrasi bakteri pada

lapisan epitel jaringan tonsil akan menimbulkan reaksi radang berupa

keluarnya leukosit polimorfonuklear sehingga terbentuk detritus. Detritus

ini merupakan kumpulan leukosit, bakteri yang mati dan epitel yang

terlepas. Detritus ini akan mengisikripta dan tampak sebagai bercak

kuning. Bentuk tonsilitis akut dengan detritus yang jelas disebut tonsilitis

fosikularis, bilabercak detritus ini menjadi satu dan membentuk alur–alur

maka akan terjadi tonsilitis lakunaris. Bercak detritus ini dapat melebar

hingga membentuk membrane semu. Masa inkubasi sekitar 2–4 hari.

Gejala yang biasanya timbul adalah nyeri tenggorokan, nyeri menelan,

demam tinggi, malaise, arthralgia, dan kemungkinan otalgia. Pada

pemeriksaan didapatkan tonsil membengkak, hiperemis dan tampak

detritus berbentukfolikel, lacuna atau tertutup oleh membrane semu.

Tonsilitis bacterial memerlukan pengobatan antibiotic spectrum lebar,

antipiretik dan obatkumur (Stelter,2014)

8
Gambar 3. Tonsilitis bakterial dan virus (Stelter,2014)

2. Tonsilitis Kronis

Tonsilitis kronis terjadi akibat tonsilitis akut yang berulang terus

menerus. Penyebab utama terjadinya tonsilitis kronis sama dengan etiologi

pada tonsilitis akut, antara lain virus dan bakteri. Pada penderita tonsilitis

kronis terdapat beberapa factor predisposisi, seperti rangsangan menahun

darirokok, jenis makanan yang memicu peradangan, higenitas mulut yang

buruk, pengaruh cuaca, kelelahan fisik dan pengobatan tonsilitis akut yang

tidak adekuat. Bakteri penyebabnya sama dengan tonsilitis akut, tetapi

pada beberapa kasus kuman dapat berubah menjadi kuman golongan Gram

negatif.

Proses radang yang berulang akan menyebabkan jaringan limfoid

tergantikan oleh jaringan parut yang mengalami pengerutan sehingga

kripta melebar. Secara klinis kripta ini terisi oleh dedritus. Hal ini terjadi

terus menerus hingga menembus kapsul tosil dan akhirnya menimbulkan

perleketan dengan jaringan di sekitar fossa tonsilaris. Pada anak - anak

proses ini disertai dengan pembesaran kelenjar limfa submandibula. Gejala

dan tanda pada tonsilitis kronis biasanya tampak tonsil yang membesar

dengan permukaan yang tidak rata, kriptus melebar dan beberapa

9
kriptaterisi oleh dedritus, rasa mengganjal di tenggorokan, dan halitosis.

(Hsieh, 2011)

2.6 DIAGNOSIS

Tonsilitis pada umumnya dapat diketahui dari anamnesis secara

lengkap dan sistematis serta pemeriksaan fisik yang tepat. Pada anamnesis,

penderita biasanya dating dengan keluhan rasa nyeri pada saat menelan, rasa

ada yang mengganjal di tenggorokan, rasa iritasi pada tenggorokan,

penurunan nafsu makan, suaraserak, sakit kepala, demam, dan bau mulut.

Sedangkan pada anak–anak bias diikuti dengan tidak ada peningkatan berat

badan untuk waktu yang cukup lama, rewel terus menerus, tidak mau

makan, mual, muntah, sakit perut dan demam. Pada pasien anak

kemungkinan anamnesis dilakukan secara allo anamnesis ke orang tua anak,

tetapi apabila anak sudah mengerti tentang keluhan yang dialami maka akan

lebih baik jika anamnesis dilakukan secara auto anamnesis agar

pemeriksaan lebih objektif. Pada pemeriksaan akan tampak tonsil membesar

dengan permukaan tonsil rata/tidak rata, kripta melebar/tidak, dengan

dedritus atau tidak tergantung dengan jenis tonsillitis. (Hsieh,2011)

Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk menegakan

diagnosis lebih pasti dengan menggunakan endoskopi tenggorokan untuk

melihat keadaan tonsil secara langsung. Pemeriksaan bakteriologi dengan

kultur juga dapat dilakukan apabila diperlukan untuk menentukan jenis

10
bakteri dengan tepat agar dapat diberikan antibiotic sesuai dengan

penyebabnya. Pemeriksaan bakteriologi diperlukan swab tenggorokan, bias

menggunakan pewarnaan gram. Pemeriksaan patologi anatomi dapat

dilakukan juga apabila dicurigai keganasan pada tonsil, tetapi hanya

dilakukan setelah tonsilektomi. (Hsieh,2011)

2.7 PENATALAKSANAAN

Tatalaksana secara edukatif adalah memberitahu orang tua pasien

(jika anak–anak) untuk menjaga konsumsi makanan dan minuman agar

menghin dari faktor predisposisiter jadinya tonsilitis. Selain itu tetap

memberikan gizi yang cukup agar imunitas sang anak tetap baik sehingga

tidak rentan terinfeksi bakteri ataupun virus dari lingkungan sekitarnya.

Orang tua juga harus mengawasi pengobatan anak pada masa akut agar

tidak sampai menjadi tonsilitis kronis di kemudian hari. (Aremu,2012)

Secara medikamentosa, tatalaksana terbaik adalah sesuai dengan

jenis infeksi tonsilitis itu sendiri. Apabila tonsilitis karena bakteri maka

sebaiknya diberikan antibiotic spectrum luas seperti golongan penisilin dan

eritromisin. Untuk mengatasi gejala–gejala tambahan lainnya dapat

diberikan antipiretik dan obat kumur untuk menjaga higenitas mulut dengan

baik. Pada tonsilitis karena virus, tidak perlu pengobatan antibiotic

melainkan hanya perlu istirahat yang cukup, minum air putih yang banyak

dan pemberian analgetika jika diperlukan. Seperti yang kita tahu bahwa

tonsilitis karena virus sifat nya adalah self limiting disease. Pemberian anti

11
virus pada kasus berat perlu diberikan untuk mencegah terjadinya

komplikasi lebih lanjut. (Aremu,2012)

Tatalaksana lain dapat dilakukan dengan jalur operasi, yaitu

tonsilektomi. Tonsilektomi dilakukan apabila terjadi infeksi yang berulang

atau kronik, gejala sumbatan nafas atau kecurigaan keganasan.

Teknik operasitonsilektomi

Menurut penelitian oleh Obaslkene G, et al berbagai teknik dapat

dilakukan mulai dari konvensional hingga teknik dengan alat modern.

Beberapatekniktonsilektomi :

- Guillotine method: Teknik ini menjepit tonsil deng analat Guillotine

kemudian dipotong

- Blunt dissection method: menggunakan pisau potong untuk

memisahkan tonsil dari jaringan pengikatnya

- Cryotonsillectomy: menggunakan suhu sangat rendah (dibawah 0oC)

untuk memotong tonsil

- Laser tonsillectomy: menggunakan laser untuk memotong dan

menutup luka secara bersamaan

- Tonsillectomy by electrocautery: menggunakan kauter sebagai alat

operatif dengan suhu 400-600oC

- Ultrasonic scalpel tonsillectomy : menggunakan ultrasonic scalpel

untuk memotong dan menutup perdarahan di waktu yang sama

- Tonsillectomy by Microdebrider: menggunakan microdebrider,

12
instrument silinder untuk memotong tonsil

- Tonsillectomy by Coblationtechnique: gabungan antarara diofrekuensi

energy dan saline untuk menciptakan plasma field dengan suhu 40-

70oC. Plasma field berada di ujungalat agar dapat melakukan

pemotongan dengan tepat.

Dari hasil penelitian didapatkan bahwa, teknik dengan

menggunakan ultrasonic scalpel menghasilkan perdarahan paling sedikit

selama operasi dilakukan. Metode dengan laser merupakan teknik kedua

dengan perdarahan paling sedikit setelah ultrasonic scalpel dan perdarahan

paling banyak dengan metode konvensional. (Aremu,2012)

2.8 KOMPLIKASI

Tonsilitis yang tidak diobati dengan baik akan dapat menimbulkan

berbagai komplikasi–komplikasi yang berbahaya. Komplikasi yang dapat

terjadi tergantung dari jenis tonsilitis yang di derita. Tonsilitis bacterial

dapat menimbulkan komplikasi otitis media akut, sinusitis, abses

peritonsil, abses parafaring, bronchitis, glomerulo nephritis

akutpascainfeksistreptokokus, miokarditis, Tonsilolith, artritis dan juga

septicemia akibat infeksi vena jugularis internar (sindrom Lemierre).

Akibat hipertrofi tonsil akan menyebabkan pasien bernapas melalui mulut,

tidur mendengkur, dan gangguan tidur karena timbul OSA. Pada anak–

anak komplikasi tonsilitis bakterial yang tidak ditangani dengan adekuat

akan lebih mudah timbul dikarenakan system imun yang masih belum

matang seperti orang dewasa pada umumnya. Komplikasi–komplikasi

13
tonsilitis pada anak akan dapat menganggu aktivitas sehari–hari anak

tersebut, sehingga akan mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan.

(Schmidt,2007)

2.9 PROGNOSIS

Perkembangan medis membuat komplikasi yang menyangkut

kematian akibat tonsilitis sangatlah jarang. Pada awal abad ke–20 scarlet

fever merupakan salah satu penyebab kematian utama dari tonsilitis, dan

demam rematik merupakan penyebab utama masalah jantung dan

kematian. Di zaman modern ini pengobatan antibiotik yang adekuat sudah

cukup baik menangani tonsilitis hingga kesembuhan total sehingga kasus

kematian karena tonsilitis sangatlah jarang ditemukan. (Schmidt,2007)

DAFTAR PUSTAKA

Aitken ML, Altman RD, Anawalt BD, Anderson KC, Andriole GL, Apatoff BR,
et al. 2006. Beers MH, Porter RS, Jones TV, Kaplan JL, Berkwits M,
editors. The merck manual of diagnosis and therapy. 18th ed. New Jersey:
Merck Research Laboratories;. p. 825

14
Aremu SK. Gendeh BS,. 2012. A review of tonsillectomy techniques and
technologies. ISBN:978-953-51-0624-1.
Basmajian JV, Slonecker CE. 2011. Grant Anatomi Klinik 11th ed. Tangerang:
Binarupa Aksara Publisher, h. 600-5
Gerogalas C, eleftherios MV.2016. Tonsillitis. BMJ Publishing Group. p. 4
Hsieh TH, Chen PY, Huang FL, Wang JD, Wang LC, Lin HK, et al. 2011. Are
empiric antibiotics for acute exudative tonsillitis needed in children. J Micro
Immunol Infect; Vol. 44 :328-32
Kvestad E, Kvaerner KJ, Roysamb E, Tambs K, Harris JR, Magnus P. 2005. Arch
Otolaryngol Head Neck Surg. 131(5):383-7.
Muchtar B. Referat Tonsilitis THT-KL 2012. Available at :
https://www.scribd.com/document/252442888/Referat-Tonsilitis-Tht-kl-
Koreksi-2
Schmidt RJ, Herzog A, Cook S, O’Reilly R, Deutsch E, Reilly J.2007.
Complications of tonsillectomy. Arch Otolaryngol Head and Neck Surg.
133:925-928.
Soepardi EA, Iskandar N, Bashiruddin J, Restuti RD.2012.Buku Ajar Ilmu
Kesehatan TelingaHidungTenggorokKepala&Leher. 7th ed. Jakarta:
FakultasKedokteran Universitas Indonesia,.199-203
Stelter K.2014. Tonsilitis and sore throat in children. Germany : GMS current
topics in Otorhinolaryngology – Head and Neck Surgery; vol. 13, ISSN
1865 - 1011

15

Anda mungkin juga menyukai